Anda di halaman 1dari 10

Analisi Kasus PPN Dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor

005166.16/2022/PP/M.XVA Tahun 2023

Dalam rangka pemenuhan tugas Mata Kuliah Peradilan Pajak


Dosen Pengampu : Dr.Wirawan Bermawi Ilyas, SE, Ak, M.Si

Kelompok 1 :
Tini – BC231120069
Juliya Themin – BC231120070
Sally Marcelina br Tarigan – BC231120176
Muhammad Reza Anindiarto – BC22210163
Raka Dwi Permana – BC222120209
Mukhlis Yakub – BC231120209

Subjek Pajak : PT. Depan Parista Nusantara


Jenis Pajak : PPN
Masa Pajak : Desember 2016
Uraian Banding : Putusan Pengadilan Mengabulkan Sebagian Pemohon Banding

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT STIAMI
JAKARTA
2023
A. Gambaran Umum
Putusan Pengadilan Pajak nomor 005166.16/2022/PP/M.XVA Tahun 2023 merupakan
putusan atas proses Banding atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
00052/KEB/PJ/WPJ.14/2022 tanggal 24 Februari 2022 tentang Keberatan Wajib Pajak
atas SKPKB PPN Nomor 00061/207/16/729/20 tanggal 29 Desember 2020 Masa Pajak
Desember 2016.

Pihak Terbanding adalah PT Depan Paritas Nusantara NPWP 02.833.687.3-721.000 yang


beralamat di Jl. Balikpapan Baru No. 14 RT 53, Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur.

B. Pokok Sengketa Dalam Putusan Pengadilan Pajak


Pokok sengketa di dalam Putusan Pengadilan Pajak nomor 005166.16/2022/PP/M.XVA
Tahun 2023 merupakan sengketa koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut
Sendiri. Rincian nilai penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri menurut Pemohon
Banding, Terbanding, dan nilai sengketanya adalah sebagai berikut:

Menurut
No Uraian Pemohon Banding Terbanding Nilai Sengketa
(Rp) (Rp)
Penyerahan yang PPN-nya
1 4.506.635.752 6.190.864.170 1.684.228.418
harus dipungut sendiri

C. Uraian Mengenai Ketetapan Semula, Keberatan, Dan Keputusan Atas Keberatan


Bahwa Putusan Pengadilan Pajak atas banding merupakan putusan Majelis Hakim atas
keputusan Keberatan yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak atas keberatan Wajib Pajak
atas Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan. Berikut ini adalah rincian dari ketetapan
semula, proses keberatan, dan keputusan atas keberatan:
1. bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Nomor
00061/207/16/729/20 tanggal 29 Desember 2020 Masa Pajak Desember 2016,
diterbitkan berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan KPP Pratama Balikpapan Barat
Nomor LAP-00261/WPJ.14/KP.0905/RIK.SIS/2020 tanggal 22 Desember 2020;
2. bahwa atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding mengajukan beberatan dengan surat
nomor DPN/01.19/63/11I /2021/NA tanggal 25 Maret 2021, yang diterima KPP
Pratama Balikpapan Barat berdasarkan LPAD Nomor PEM-
05005105/WPJ.14/KP.0103/2021 tanggal 26 Maret 2021;
3. bahwa atas surat keberatan Pemohon Banding, telah diterbitkan Keputusa n Terbanding
Nomor KEP-00052/KEB/PJ/WPJ.14/2022 tanggal 24 Februari 2022, dengan
keputusan sebagai berikut:

Ditambah
Menjadi
Uraian Semula (Dikurangi)
(Rp)
(Rp)
PPN Kurang Bayar 168.422.842 - 168.422.842
Sanksi Administrasi
Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 73.567.098 - 73.567.098
Jumlah PPN yang masih harus 241.989.940 - 241.989.940
dibayar

D. Dasar Koreksi Terbanding


Koreksi penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri bersumber dari beberapa hal
sebagai berikut:
1. pengujian arus uang yang dilakukan Terbanding dalam proses pemeriksaan yang
menunjukan bahwa terdapat objek PPN yang belum dilakukan pemungutan oleh
Pemohon Banding sebesar Rp 1.684.228.418 pada Masa Pajak Desember 2016.
Pengujian arus uang yang dilakukan Terbanding menunjukan bahwa terdapat
selisih uang masuk yang terutang PPN dan belum dilakukan pemungutan PPN;
2. di dalam proses keberatan Pemohon Banding tidak memenuhi seluruh permintaan
data, informasi, dan/atau dokumen nomor S-935/WPJ.14/2021 tanggal 9
Desember 2021 dan S-2/WPJ.14/2022 tanggal 6 Desember 2021 untuk
membuktikan alasan Pemohon Banding;
3. bahwa Terbanding berpendapat Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan untuk
dapat dikategorikan sebagai penyerahan jasa yang tidak dikenakan PPN sebagaimana
Pasal 4A ayat (1) huruf k UU PPN dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
83/PMK.03/2012 tentang Kriteria dan/atau Rincian Jasa Tenaga Kerja yang Tidak
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

E. Alasan Permohonan Banding


Pemohon Banding tidak setuju dengan Terbanding atas koreksi Penyerahan yang
PPNnya Harus Dipungut Sendiri sebesar Rp1.684.228.418 dengan beberapa alasan
sebagai berikut:
1. Sebesar Rp 376.273.700,- merupakan reimbursement dari pemberi kerja
a. bahwa hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Penelaah Keberatan SKPKB PPh
Badan Nomor S-00026/WPJ.14/SPUH/2022 Tanggal 31 Januari 2022, dimana
Terbanding mengabulkan sebagian Keberatan Pemohon Banding dalam Surat
Pemberitahuan Untuk Hadir (SPUH), dengan penjelasan sebagai berikut:

"Sesuai penelitian diketahui bahwa uang masuk sebesar Rp376.273.700 tersebut


merupakan reimbursement dari pemberi kerja PT. SIMS Jaya Kaltim berupa biaya
bantuan transport cuti Karyawan PT. SIMS, dimana praktik dilapangan biaya yang
timbul ditalangi terlebih dahulu oleh Wajib Pajak untuk kemudian diganti melalui
mekanisme reimbursement sebesar biaya sesungguhnya dan tidak terdapat mark
up, karena riilnya merupakan beban dari PT. SIMS Jaya Kaltim".

b. Oleh sebab itu Pemohon Banding mohon agar koreksi Terbanding (Pemeriksa)
tersebut dapat dibatalkan;

2. Sebesar Rp 1.014.713.718,- merupakan uang numpang lewat (bank transfer) berupa


bonus untuk karyawan dari pemberi kerja
a. bahwa hal ini sesuai dengan pencatatan pada GL Laporan Keuangan Pemohon
Banding;
b. bahwa berdasarkan Pasal 4 UU PPN bonus bukan merupakan Objek Pajak PPN
dimana riil dari bonus ini diberikan dalam bentuk uang kepada karyawan dari
pemberi kerja. Bersama penjelasa ini Pemohon Banding lampirkan dokumen
pendukung berupa rekening koran uang masuk dari pemberi kerja dan pembayaran
Prmohon Banding kepada karyawan tas uang numpang lewat (bank transfer)
berupa bonus untuk karyawan dari pemberi kerja tersebut.
c. Oleh sebab itu, Pemohon Banding mohon agar koreksi Terbanding dapat
dibatalkan.

3. Sebesar Rp 293.241.000,- merupakan faktur pajak beda waktu;


a. bahwa hal ini sesuai dengan faktur pajak nomor 010.001-17.54573973 tanggal 10
Januari 2017 dengan dasar pengenaan pajak sebesar Rp268.805.123 , dimana atas
faktur pajak ini merupakan pekerjaan periode Desember 2016 yang baru
diterbitkan faktur pada tanggal 10 Januari 2017.
b. Oleh sebab itu Pemohon Banding mohon agar koreksi Terbanding (Pemeriksa)
tersebut dapat dibatalkan;

4. bahwa alasan lain yang dapat Pemohon Banding sampaikan adalah mengingat kondisi
Pemohon Banding yang berdampak secara langsung akibat krisis ekonomi saat ini
yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, dimana kegiatan usaha utama Pemohon
Banding adalah menyalurkan / menempatkan tenaga kerja diperusahaan yang
membutuhkan (Labour Supplay), Pemohon Banding karena keterbatasan cashflow
akibat Pandemi Covid-19, agar pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan tidak
Pemohon Banding lakukan. Dengan pertimbangan itulah Pemohon Banding mohon
agar koreksi tersebut dapat dibatalkan agar cashflow yang Pemohon Banding miliki
dapat digunakan untuk mempertahankan membayar gaji karyawan Pemohon Banding
dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK);

5. bahwa berdasarkan uraian surat banding di atas, maka Pemohon Banding mohon
Majelis Hakim Yang Mulia berkenan mengabulkan seluruhnya permohonan banding
Pemohon Banding sesuai dengan perhitungan Pemohon Banding sebagaimana
dicantumkan dalam tabel berikut:

Uraian Terbanding Dikurangi Pemohon


Banding
Penyerahan yang PPN nya harus 6.190.864.170 (1.684.228.418) 4.506.635.752
dipungut sendiri
Penyerahan yang PPN nya 0 0 0
dipungut oleh Pemungut PPN
PPN Terhutang 619.086.417 (168.422.842) 450.663.575
PPN Masukan 450.663.575 0 450.663.575
Lain-lain 0 0
PPN Kurang/ (lebih) dibayar 168.422.842 (168.422.842) 0
Kelebihan pajak yang sudah 0 0
dikompensasikan
Sanksi administrasi 73.567.098 (73.567.098) 0
PPN YMH (lebih) bayar 241.989.940 (241.989.940) 0

F. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim


Didalam Putusan Pengadilan Pajak terdapat pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim
yang mendasari putusannya atas sengketa koreksi penyerahan yang PPN-nya harus
dipungut sendiri. Berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim:
1. Bahwa sengketa banding ini merupakan sengketa yang bersifat pembuktian;
2. Terkait Reimbursement sebesar Rp376.273.700
a. bahwa menurut Pemohon Banding nilai sebesar Rp376.273.700 merupakan
reimbursement dari pemberi kerja, dimana nilai tersebut sudah dikabulkan oleh
Terbanding pada tahap keberatan dan Pemohon Banding telah menyetujuinya;
b. bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding menyampaikan penjelasan disertai
dengan scan bukti/dokumen pendukung berupa:
- bukti kas masuk;
- bukti kas keluar; dan
- rekap bantuan uang transport;
c. bahwa setelah melakukan penelitian dan penilaian terhadap pernyataan Pemohon
Banding bahwa nilai sebesar Rp376.273.700 merupakan reimbursement dari
pemberi kerja yang sudah dikabulkan oleh Terbanding pada tahap keberatan tidak
dapat diterima, mengingat dalam matriks sengketa yang disampaikan, baik
Terbanding maupun Pemohon Banding, tidak terdapat nilai koreksi hasil
pemeriksaan yang dikabulkan oleh Terbanding pada saat keberatan.
d. bahwa adapun nilai sebesar Rp 376.273.700 yang dikabulkan Terbanding dalam
proses keberatan merupakan bagian dari hasil penelitian keberatan atas pengajuan
keberatan PPh Badan Tahun Pajak 2016 (koreksi atas Penyesuaian Fiskal Positif),
dimana atas nilai sebesar Rp376.273.700 tersebut diakui sebagai nilai
penggantian/reimbursement;
e. bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berkesimpulan untuk tetap
mempertahankan koreksi Terbanding sebesar Rp376.273.700 a quo;

3. Terkait Uang Numpang Lewat sebesar Rp 1.014.713.718,-


a. bahwa menurut Pemohon Banding, koreksi sebesar Rp 1.014.713.718,- merupakan
uang numpang lewat (bank transfer) berupa bonus untuk karyawan dari pemberi
kerja, dimana berdasarkan Pasal 4 UU PPN, bonus dalam bentuk uang bukan
merupakan objek PPN;
b. bahwa setelah melakukan penilaian terhadap dalil/alasan dan bukti/dokumen
pendukung Pemohon Banding a quo, Majelis berpendapat bahwa Pemohon
Banding dapat menjelaskan dan membuktikan untuk sebagian bahwa transaksi
(koreksi) a quo merupakan reimbursement berupa bonus untuk karyawan dari
pemberi kerja, yaitu sebesar Rp 964.279.186,- , sedangkan sisanya sebesar Rp
50.434.532,- tetap dipertahankan Majelis, dengan penjelasan sebagai berikut:
- untuk akun 600001 dengan ref. dokumen 358-16 sebesar Rp 49.376.000,-
bukan merupakan bonus, tetapi bantuan transport cuti karyawan; dan
- untuk akun 600001 dengan ref. dokumen 374-16 sebesar Rp 1.058.532 ,- tidak
disertai dengan bukti transfer bonus a quo kepada karyawan;
c. bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis tetap mepertahankan koreksi
Terbanding sebesar Rp 50.434.532,- (Rp 1.014.713.718,- - Rp964.279.186,-);

4. Terkait Faktur Pajak Beda Waktu sebesar Rp 293.241.000,00


a. bahwa menurut Pemohon Banding, koreksi sebesar Rp 293.241.000,- merupakan
Faktur Pajak beda waktu, yaitu Faktur Pajak Nomor 010.001- 17.54573973
tanggal 10 Januari 2017 dengan DPP sebesar Rp 268.805 .123,-, dimana atas
Faktur Pajak a quo merupakan pekerjaan periode Desember 2016 yang baru
diterbitkan Faktur Pajak-nya pada tanggal 10 Januari 2017;
b. bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampakan salinan/scan Faktur
Pajak Nomor 010.001-17.54573973 tanggal 10 Januari 2017 a quo;
c. bahwa setelah melakukan penilaian terhadap dalil/alasan dan bukti/dokumen
pendukung berupa Faktur Pajak a quo, Majelis berpendapat sebagai berikut :
- bahwa terdapat perbedaan nilai DPP/Penggantian yang dikoreksi, yaitu sebesar
Rp 293.241.000,- dengan Faktur Pajak, yaitu Rp 268.805.123,- ;
- bahwa apabila nilai pada Faktur Pajak Nomor 010.001-17.54573973 tanggal 10
Januari 2017 dengan DPP sebesar Rp 268.805.123,- a quo ditambahkan dengan
PPN sebesar Rp 26.880.512,- [10% (sepuluh persen)] dan dikurangi dengan
pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp 5.376.102 ,- [2% (dua persen)], maka nilai
uang yang diterima seharusnya Pemohon Banding adalah sebesar Rp
290.309.535,- ;
- bahwa selain itu, Pemohon Banding hanya menyampaikan salinan/scan Faktur
Pajak saja, tanpa didukung dengan bukti lain, seperti invoice dan rekening koran
untuk membuktikan memang benar transaksi tersebut terjadi dan dicatat pada
tahun 2016, namun penerbitan Faktur Pajak-nya pada tahun 2017;

d. bahwa berdasarkan uraian di atas, maka cukup alasan bagi Majelis untuk tetap
mempertahankan koreksi Terbanding sebesar Rp 293.241.000,- a quo;
G. Analisis Sengketa
Setelah melakukan penelitian atas dasar koreksi Terbanding, alasan permohonan banding
Pemohon Banding, serta pertimbangan dan putusan Majelis Hakim dalam Putusan
Pengadilan Pajak nomor 005166.16/2022/PP/M.XVA Tahun 2023 berikut ini adalah hasil
analisis Kelompok I atas sengketa perpajakan tersebut:
1. Sengketa koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri merupakan
sengketa pembuktian yang seharusnya tidak terbatas pada pembuktian selisih
perhitungan akan tetapi mencakup pembuktian apakah nilai koreksi termasuk dalam
penyerahan yang terutang PPN.

Hal tersebut terlihat dari perbedaan pendapat antara Terbanding dan Pemohon Banding
mengenai apakah penyerahan yang menjadi koreksi merupakan penyerahan yang
terutang PPN. Di dalam proses Banding seharusnya dapat dibuktikan sehingga terlihat
jelas bahwa penyerahan yang menjadi objek koreksi merupakan penyerahan yang
terutang PPN.

2. Diketahui bahwa koreksi Terbanding didasarkan pada pengujian arus uang yang
menunjukan bahwa terdapat objek PPN yang belum dilakukan pemungutan oleh
Pemohon Banding. Berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-65/PJ/2013 Tentang
Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan, pengujian arus uang
tersebut merupakan salah satu bentuk pengujian keterkaitan.

Di dalam SE-65 tersebut diatur bahwa hasil pengujian keterkaitan tidak serta merta
merupakan koreksi atas pos yang diperiksa. Sebagai contohnya adalah apabila
terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak, tidak serta-
merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga perlu
dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan
penyerahan kena pajak atau tidak kena pajak.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di dalam Putusan Pengadilan di atas, di


dalam kerangka koreksi Terbanding atas Penyerahan yang PPNnya Harus
Dipungut Sendiri, tidak terlihat adanya bukti yang diperoleh Terbanding yang
dapat memastikan bahwa penyerahan tersebut termasuk dalam penyerahan yang
terutang PPN.

3. Berdasarkan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan


Pajak diatur bahwa Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian
pembuktian dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan serta
berdasarkan keyakinan hakim. Keyakinan Hakim tersebut didasarkan pada penilaian
pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dari Pasal 78 UU Pengadilan Pajak tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketika
suatu sengketa disidangkan di Pengadilan Pajak maka para pihak khususnya Pemohon
Banding harus mempersiapkan alasan-alasan yang didukung dengan bukti-bukti yang
kompeten sehingga dapat digunakan Majelis Hakim dalam pengambilan keputusan.

Bahwa dari aspek pembuktian, Pemohon Banding dinilai belum siap untuk
membuktikan seluruh alasan bandingnya sehingga alasan-alasan banding tersebut
seluruhnya dapat diterima Majelis Hakim. Hal tersebu terlihat dari pembuktian yang
berkaitan dengan koreksi-koreksi yang dipertahankan oleh Majelis Hakim. Berikut ini
adalah dasar dari penilaian tersebut:
a. Terkait reimbursement sebesar Rp376.273.700 Pemohon Banding menyatakan
bahwa koreksi dengan nilai tersebut sudah dikabulkan oleh Terbanding pada tahap
keberatan. Pernyataan tersebut bertentangan dengan Surat Keputusan Keberatan
yang menetapkan Menolak keberatan Wajib Pajak dan mempertahankan
koreksi.

Atas ketidakselarasan tersebut, Majelis Hakim menolak alasan Banding dan


mempertahankan koreksi atas hal tersebut.

b. Terkait Faktur Pajak beda waktu sebesar Rp293.241.000, Pemohon Banding


menjelaskan bahwa selisih pengujian arus uang tersebut merupakan Faktur Pajak
beda waktu yaitu pekerjaan tahun 2016 yang diterbitkan Faktur Pajak tahun 2017.
Akan tetapi berdasarkan bukti yang disampaikan Pemohon Banding, nilai transaksi
antara alasan Banding dengan nilai transaksi dalam Faktur Pajak berbeda.
Seharusnya Pemohon Banding dapat memberikan bukti lain seperti invoice atau
rekening koran terkait transaksi tersebut sehingga dapat menjelaskan selisih
tersebut akan tetapi fakta persidangan menunjukan Pemohon Banding tidak
menyampaikan bukti-bukti lainnya selain Faktur Pajak tersebut. Dengan tidak
adanya bukti lain yang disampaikan Pemohon Banding, Majelis Hakim menolak
alasan Banding terebut dan mempertahankan koreksi.

4. Dari segi waktu, proses penyelsaian sengketa menghasilkan waktu yang cuku lama.
Bila dihitung dari penerbitan SKPKB pada tanggal 29 Desember 2020 sedangkan
penerbitan Putusan Pengadilan Pajak atas sengketa diucapkan pada tanggal 28 Agustus
2023 sehingga penyelesaian sengketa tersebut hampir memakan waktu 3 tahun untuk
tahun pajak 2016.

H. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam memberikan keputusan dalam suatu sengketa koreksi, Majelis Hakim
mempertimbangkan pembuktian yang dilakukan oleh para pihak yaitu Pemohon
Banding dan Terbanding. Hal tersebut menunjukan aspek pembuktian dalam
penyelesaian sengketa pajak di Pengadilan Pajak sangat penting.
2. Proses penyelesaian sengketa memakan waktu yang cukup lama dari proses penerbitan
SKPKB oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3. Dari sisi permasalahan dengan beda persepsi dan dalam kondisi khusus Perusahaan
tetap bertahan di Tengah kondisi covid 19 seharusnya menjadi pertimbangan negara
untuk mendukung keberlangsungan usaha dengan tidak melakukan PHK.

Anda mungkin juga menyukai