Kelompok 1 :
Tini – BC231120069
Juliya Themin – BC231120070
Sally Marcelina br Tarigan – BC231120176
Muhammad Reza Anindiarto – BC22210163
Raka Dwi Permana – BC222120209
Mukhlis Yakub – BC231120209
Menurut
No Uraian Pemohon Banding Terbanding Nilai Sengketa
(Rp) (Rp)
Penyerahan yang PPN-nya
1 4.506.635.752 6.190.864.170 1.684.228.418
harus dipungut sendiri
Ditambah
Menjadi
Uraian Semula (Dikurangi)
(Rp)
(Rp)
PPN Kurang Bayar 168.422.842 - 168.422.842
Sanksi Administrasi
Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 73.567.098 - 73.567.098
Jumlah PPN yang masih harus 241.989.940 - 241.989.940
dibayar
b. Oleh sebab itu Pemohon Banding mohon agar koreksi Terbanding (Pemeriksa)
tersebut dapat dibatalkan;
4. bahwa alasan lain yang dapat Pemohon Banding sampaikan adalah mengingat kondisi
Pemohon Banding yang berdampak secara langsung akibat krisis ekonomi saat ini
yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, dimana kegiatan usaha utama Pemohon
Banding adalah menyalurkan / menempatkan tenaga kerja diperusahaan yang
membutuhkan (Labour Supplay), Pemohon Banding karena keterbatasan cashflow
akibat Pandemi Covid-19, agar pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan tidak
Pemohon Banding lakukan. Dengan pertimbangan itulah Pemohon Banding mohon
agar koreksi tersebut dapat dibatalkan agar cashflow yang Pemohon Banding miliki
dapat digunakan untuk mempertahankan membayar gaji karyawan Pemohon Banding
dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK);
5. bahwa berdasarkan uraian surat banding di atas, maka Pemohon Banding mohon
Majelis Hakim Yang Mulia berkenan mengabulkan seluruhnya permohonan banding
Pemohon Banding sesuai dengan perhitungan Pemohon Banding sebagaimana
dicantumkan dalam tabel berikut:
d. bahwa berdasarkan uraian di atas, maka cukup alasan bagi Majelis untuk tetap
mempertahankan koreksi Terbanding sebesar Rp 293.241.000,- a quo;
G. Analisis Sengketa
Setelah melakukan penelitian atas dasar koreksi Terbanding, alasan permohonan banding
Pemohon Banding, serta pertimbangan dan putusan Majelis Hakim dalam Putusan
Pengadilan Pajak nomor 005166.16/2022/PP/M.XVA Tahun 2023 berikut ini adalah hasil
analisis Kelompok I atas sengketa perpajakan tersebut:
1. Sengketa koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri merupakan
sengketa pembuktian yang seharusnya tidak terbatas pada pembuktian selisih
perhitungan akan tetapi mencakup pembuktian apakah nilai koreksi termasuk dalam
penyerahan yang terutang PPN.
Hal tersebut terlihat dari perbedaan pendapat antara Terbanding dan Pemohon Banding
mengenai apakah penyerahan yang menjadi koreksi merupakan penyerahan yang
terutang PPN. Di dalam proses Banding seharusnya dapat dibuktikan sehingga terlihat
jelas bahwa penyerahan yang menjadi objek koreksi merupakan penyerahan yang
terutang PPN.
2. Diketahui bahwa koreksi Terbanding didasarkan pada pengujian arus uang yang
menunjukan bahwa terdapat objek PPN yang belum dilakukan pemungutan oleh
Pemohon Banding. Berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-65/PJ/2013 Tentang
Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan, pengujian arus uang
tersebut merupakan salah satu bentuk pengujian keterkaitan.
Di dalam SE-65 tersebut diatur bahwa hasil pengujian keterkaitan tidak serta merta
merupakan koreksi atas pos yang diperiksa. Sebagai contohnya adalah apabila
terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak, tidak serta-
merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga perlu
dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan
penyerahan kena pajak atau tidak kena pajak.
Dari Pasal 78 UU Pengadilan Pajak tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketika
suatu sengketa disidangkan di Pengadilan Pajak maka para pihak khususnya Pemohon
Banding harus mempersiapkan alasan-alasan yang didukung dengan bukti-bukti yang
kompeten sehingga dapat digunakan Majelis Hakim dalam pengambilan keputusan.
Bahwa dari aspek pembuktian, Pemohon Banding dinilai belum siap untuk
membuktikan seluruh alasan bandingnya sehingga alasan-alasan banding tersebut
seluruhnya dapat diterima Majelis Hakim. Hal tersebu terlihat dari pembuktian yang
berkaitan dengan koreksi-koreksi yang dipertahankan oleh Majelis Hakim. Berikut ini
adalah dasar dari penilaian tersebut:
a. Terkait reimbursement sebesar Rp376.273.700 Pemohon Banding menyatakan
bahwa koreksi dengan nilai tersebut sudah dikabulkan oleh Terbanding pada tahap
keberatan. Pernyataan tersebut bertentangan dengan Surat Keputusan Keberatan
yang menetapkan Menolak keberatan Wajib Pajak dan mempertahankan
koreksi.
4. Dari segi waktu, proses penyelsaian sengketa menghasilkan waktu yang cuku lama.
Bila dihitung dari penerbitan SKPKB pada tanggal 29 Desember 2020 sedangkan
penerbitan Putusan Pengadilan Pajak atas sengketa diucapkan pada tanggal 28 Agustus
2023 sehingga penyelesaian sengketa tersebut hampir memakan waktu 3 tahun untuk
tahun pajak 2016.
H. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam memberikan keputusan dalam suatu sengketa koreksi, Majelis Hakim
mempertimbangkan pembuktian yang dilakukan oleh para pihak yaitu Pemohon
Banding dan Terbanding. Hal tersebut menunjukan aspek pembuktian dalam
penyelesaian sengketa pajak di Pengadilan Pajak sangat penting.
2. Proses penyelesaian sengketa memakan waktu yang cukup lama dari proses penerbitan
SKPKB oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3. Dari sisi permasalahan dengan beda persepsi dan dalam kondisi khusus Perusahaan
tetap bertahan di Tengah kondisi covid 19 seharusnya menjadi pertimbangan negara
untuk mendukung keberlangsungan usaha dengan tidak melakukan PHK.