Anda di halaman 1dari 23

PERPAJAKAN II

PEMERIKSAAN DAN SENGKETA PAJAK

Dosen :
Cokorda Krisna Yudha, SE., M.Si., AK., BKP

Oleh :
Kelompok 3

D7/ Semester 5
Ni Putu Tarisa Novita Lumintasari (202033121013)

Kadek Sastraguna (202033121022)


Luh Putu Widi Laksmi (202033121081

I Kadek Jodi Indrawan (202033121103)


I Komang Doni Indrawan (202033121123)

I Dewa Made Puja Dinata (202033121136)


I Made Aditya Wiguna (202033121220)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


2022/2023
1. CONTOH SENGKETA PAJAK PPh
Memeriksa dan memutus sengketa pajak dengan Acara Cepat pada tingkat pertama dan
terakhir, terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
01460/NKEB/WPJ.01/2019 tanggal 10 Juli 2019 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf a Karena
Permohonan Wajib Pajak Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2009 Nomor 00001/205/09/113/14
tanggal 27 Agustus 2014, yang terdaftar dalam berkas sengketa Nomor 003965.99/2020/PP,
telah mengambil putusan sebagai berikut dalam sengketa antara:

XXX, NPWP 06.939.267.xxx, beralamat di Jalan A Nomor B, Durian, Medan, Sumatera Utara,
yang hadir dalam persidangan yang diberi kuasa oleh Sdr. XXX, jabatan: Pimpinan,
berdasarkan Akta Perjanjian Kerja Sama Antara Apoteker Pengelola Apotik Dengan Pemilik
FF Apotik Nomor C tanggal 27 Mei 1999 yang dibuat dihadapan ABC, S.H. Notaris
berkedudukan di Medan:

Nama : BCD
Jabatan : Kuasa Hukum
Izin Kuasa Hukum : KEP-596/PP/IKH/2018 tanggal 5 November 2018
Surat Kuasa Hukum : 005/SOA/PP/VII/2020 tanggal 2 Juli 2020

Nama : CDE
Jabatan : Kuasa Hukum
Izin Kuasa Hukum : KEP-283/PP/IKH/2020 tanggal 13 Juli 2020
Surat Kuasa Khusus : 062/SOA/PP/VII/2020 tanggal 2 Juli 2020

untuk selanjutnya disebut sebagai Penggugat,

MELAWAN
Direktur Jenderal Pajak, berkedudukan di Jl. AA No. D, Jakarta, yang hadir dalam persidangan
yaitu:
a. Nama/NIP : DEF/19730417199xxx
Jabatan : Penelaah Keberatan
Unit Organisasi : Direktorat Keberatan dan Banding
b. Nama/NIP : GHI/19790417xxx
Jabatan : Penelaah Keberatan
Unit Organisasi : Direktorat Keberatan dan Banding
berdasarkan Surat Tugas Nomor ST-10781/PJ.07/2020 tanggal 24 Agustus 2020 untuk
selanjutnya disebut sebagai Tergugat.
Pengadilan Pajak tersebut:
a. Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor PEN-401/PP/BR/2020
tanggal 6 Juli 2020.
b. Telah membaca Surat Gugatan Nomor 030/SOA/PP/III/2020 tanggal 26 Maret 2020.
c. Telah mendengar keterangan para pihak yang bersengketa dalam persidangan.
d. Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti tertulis maupun surat lainnya yang
disampaikan para pihak yang diajukan dalam persidangan.
TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak
2009 Nomor 00001/205/09/113/14 tanggal 27 Agustus 2014 yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Penghasilan Neto Rp. 5.477.075.639


b. Penghasilan Kena Pajak Rp. 5.457.275.639
c. PPh yang Terutang Rp. 1.582.182.500
d. Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah diperhitungkan tahun lalu Rp. 0
e. Jumlah PPh Terutang Rp. 1.582.182.500
f. Kredit Pajak:
 PPh ditanggung pemerintah Rp. 0
 Dipotong /dipungut oleh pihak lain Rp. 0
 Dibayar sendiri:
c.1. PPh Pasal 25 Rp. 378.000.000
c.2. PPh Pasal 29 Rp. 222.000.000
c.6. Jumlah Rp. 600.000.000
 Diperhitungkan : SKPPKP Rp. 0
 Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan Rp. 600.000.000
g. Pajak yang tidak/kurang bayar Rp. 1.581.582.500
h. Sanksi Administrasi : Bunga Pasal 12 (2) KUP Rp. 759.159.600
i. Jumlah PPh yang masih harus Dibayar Rp. 2.340.742.100
j. Jumlah kurang bayar yang disetujui berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Rp. 0

Menimbang, bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan a quo
Penggugat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak
dengan Surat Nomor 001/SIJ/0119 tanggal 7 Januari 2019 dan dengan Keputusan Tergugat
Nomor KEP-01460/NKEB/WPJ.01/2019 tanggal 10 Juli 2019 permohonan pengurangan atau
pembatalan Surat Ketetapan Pajak Penggugat tersebut ditolak dan dipertahankan oleh
Tergugat, sehingga dengan Surat Nomor 030/SOA/PP/III/2020 tanggal 26 Maret 2020
mengajukan Gugatan;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 66 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak, di dalam pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap
sengketa pajak tertentu;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 66 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak, sengketa pajak tertentu adalah sengketa pajak yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36
ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37 ayat (1), Pasal 40 ayat (1), ayat (3) dan atau ayat (6) Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang


Pengadilan Pajak, pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) dilakukan tanpa Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan
dan tanpa Surat Bantahan;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Kewenangan Pengadilan Pajak

Bahwa Majelis memeriksa kewenangan Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

Bahwa Surat Gugatan Nomor 030/SOA/PP/III/2020 tanggal 26 Maret 2020 menyatakan tidak
setuju terhadap Keputusan Tergugat Nomor KEP-01460/NKEB/WPJ.01/2019 tanggal 10 Juli
2019 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf a Karena Permohonan Wajib Pajak Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2009 Nomor 00001/205/09/113/14 tanggal 27 Agustus 2014;

Bahwa berdasarkan pemeriksaan, Majelis berkesimpulan Pengadilan Pajak berwenang untuk


memeriksa dan memutus sengketa pajak tersebut;

KETENTUAN FORMAL

Menimbang, bahwa sesuai peraturan perundangan-undangan peradilan pajak, pemeriksaan


materi sengketa Gugatan dilakukan setelah pemeriksaan atas pemenuhan ketentuan-ketentuan
formal;

Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Gugatan

Bahwa berdasarkan perintah Pimpinan Pengadilan Pajak, perlu dilakukan pemeriksaan


pemenuhan ketentuan formal Pasal 40 ayat (2) atau ayat (3) UU Pengadilan Pajak oleh Hakim
Tunggal I dengan acara cepat;

Bahwa Pasal 40 ayat (2) dan ayat (3) UU Pengadilan Pajak mengatur:

Ayat (2)
Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14
(empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
Ayat (3)
Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana
dimaksud daam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang
digugat
Bahwa peraturan perundang-undangan perpajakan yang dimaksud adalah Pasal 23 undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 (UU KUP), mengatur:

Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:


a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang;
b. Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak.
c. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang
ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26
d. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak. Bahwa ketentuan lain yang terkait dengan
pengajuan gugatan yang djatur dalam UU Pengadilan Pajak adalah sebagai berikut:

a. Pasal 1 angka 12 UU Pengadilan Pajak mengatur:


Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau dalam hal
diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima
secara langsung.
b. Pasal 40 ayat (4) UU Pengadilan Pajak mengatur :
Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikat apabila
jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat
c. Bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ.43/2000 tanggal 28 Agustus
tentang Penegasan Tentang Pengertian Force Majeure dalam Surat Edaran Nomor SE-
21/PJ.4/1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan Pemungutan PPh
menyatakan bahwa :
 Pengertian "Force Majeure" adalah suatu keadaan yang terjadi dl luar kekuasaan
manusia seperti banjir, kebakaran, petir, gempa bumi, wabah, perang, perang
saudara, huru hara, pemogokan, pembatasan oleh penguasa dari suatu
pemerintahan, pembatasan perdagangan oleh suatu undang-undang atau peraturan
pemerintah, atau dikarenakan suatu keadaan tertentu atau kejadian alamiah yang
tidak dapat diduga sebelumnya.
d. Bahwa Surat Gugatan Nomor Nomor 030/SOA/PP/III/2020 tanggal 26 Maret 2020,
diterima di Sekretariat Pengadilan Pajak pada Senin, tanggal 8 Juni 2020, (cap harian pos
tanggal 2 April 2020), sedangkan Keputusan Tergugat diterima Penggugat pada tanggal 15
Juli 2019.
e. Bahwa jika dihitung dari tanggal 15 Juli 2019 sampai dengan tanggal 2 April 2020, maka
pengajuan gugatan melewati jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, sehingga diperlukan bukti
kapan Surat Keputusan Tergugat dikirim oleh Tergugat dan diterima oleh Penggugat.
f. Bahwa Tergugat menyatakan bahwa pengajuan gugatan yang dilakukan oleh Penggugat
telah melewati jangka waktu 30 (tjga puluh) hari dihitung dari tanggal 15 Juli 2019 sampai
dengan tanggal 2 April 2020.
g. Bahwa pada sidang pemeriksaan tanggal 25 Agustus 2020 Penggugat menyatakan bahwa
keterlambatan pengajuan surat gugatan karena adanya keadaan diluar kekuasaan
Penggugat (force majeure) yaitu karena sakit dan dirawat di Rumah Sakit sejak Tahun 2015
sampai dengan Tahun 2020.
h. Bahwa pengertian force majeure adalah suatu keadaan yang ter]adi diluar kekuasaan
manusia seperti banjir, kebakaran, petir, gempa bumi, wabah perang, huru hara,
pemogokan, pembatasan perdagangan oleh suatu Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah atau dikarenakan suatu keadaan atau kejadian alamiah yang tidak dapat diduga
sebelumnya.
i. Bahwa pada persidangan tanggal 25 Agustus 2020 Penggugat menunjukkan Surat
Keterangan dari Rumah Sakit CC Medan yang menerangkan bahwa Penggugat pernah
dirawat pada bulan September 2015 karena sakit Diabetes, Asam Lambung dan Keluhan
Lemas serta beberapa lembar fotokopi resep obat dari dokter.
j. Bahwa Penggugat juga menjelaskan bahwa Penggugat sempat dirawat di Rumah Sakit
lainnya di Medan dan Penang namun tidak ada bukti tertulis atau bukti pendukung lain
yang bisa ditunjukkan oleh Pengugat dalam persidangan untuk membuktikan bahwa
Penggugat dirawat karena sakit pada kurun waktu Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2020.
k. bahwa berdasarkan fakta dalam persidangan sebagaimana diuraikan di atas, Hakim
Tunggal I berpendapat tidak terdapat bukti yang cukup meyakinkan yang dapat
membuktikan adanya keadaan diluar kekuasaan (force majeure) yang menyebabkan
Penggugat tidak dapat mengajukan surat gugatan selama 4 (empat) tahun lebih.
l. Bahwa berdasarkan pernyataan Tergugat dan Penggugat di atas, ketentuan
perundanganundangan yang berlaku serta pemeriksaan dalam persidangan, Hakim
Tunggal I berpendapat jika dihitung dari tanggal 15 Juli 2019 sampai dengan tanggal 2
April 2020, maka pengajuan gugatan Penggugat telah melewati jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
m. Bahwa karenanya Hakim Tunggal I berpendapat bahwa Surat Gugatan Nomor
030/SOA/PP/III/2020 tanggal 26 Maret 2020 tidak memenuhi ketentuan Pasal 40 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak sehingga gugatan
Penggugat tidak dapat diterima untuk dipertimbangkan.
n. Menimbang bahwa oleh karena dalam pemeriksaan alas pemenuhan ketentuan formal
tersebut di atas tidak terpenuhi, maka materi pokok sengketa gugatan tidak diperiksa lebih
lanjut.
o. Mengingat, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini.
MENGADILI
Menyatakan gugatan Penggugat terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
01460/NKEB/WPJ.01/2019 tanggal 10 Juli 2019 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak
atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf a Karena
Permohonan Wajib Pajak Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2009 Nomor
00001/205/09/113/14 tanggal 27 Agustus 2014, atas nama XXX, NPWP 06.939.267.xxx,
beralamat di Jalan A Nomor B, Durian, Medan, Sumatera Utara, tidak dapat diterima;

Demikian diputus di Jakarta, berdasarkan pertimbangan Hakim Tunggal I Pengadilan


Pajak setelah pemeriksaan dalam persidangan terakhir pada hari Selasa tanggal 25 Agustus
2020 dengan susunan Hakim Tunggal I sebagai berikut:
JKL, Ak., M.M. Sebagai Hakim Tunggal I,

Dengan dibantu oleh

MNO, S.E, Ak., M.M. Sebagai Panitera Pengganti

2. CONTOH SENGKETA PAJAK PPn


PENGADILAN PAJAK
Memeriksa dan mengadili sengketa gugatan pada tingkat pertama dan terakhir, terhadap
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24
Maret 2020, tentang Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Berdasarkan Pasal 36 ayat (1 ) Huruf 8 karena Permohonan Wajib Pajak, yang terdaftar dalam
berkas sengketa Nomor 007792.99/2020/PP, telah mengambil putusan sebagai berikut dalam
sengketa antara: CV ZAQ, NPWP 0X.0XX.XXX.X-XXX.000, beralamat di Dusun XSW,
Pringgabaya, Lombok Timur, dalam hal ini diwakili oleh CDR, jabatan: Direktur (berdasarkan
Akta Perseroan Komanditer CV ZAQ Nomor 017 tanggal 12 Agustus 2010 yang dibuat
dihadapan VFT, S.H.), yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat:
MELAWAN

Direktur Jenderal Pajak, berkedudukan di Jl. Jend. Gatot Subroto Nomor 40-42 Jakarta, yang
selanjutnya disebut sebagai Tergugat;

Pengadilan Pajak tersebut:

- Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor PEN-559/PP/BFV2020


tanggal 25 September 2020; Telah membaca Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/VII/20
tanggal 8 Juli 2020;
- Telah membaca Surat Tanggapan Nomor ST-51/WPJ.31/BD.06/2020
tanggal 9 November 2020; Telah mendengar keterangan para pihak yang
bersengketa dalam persidangan;
- Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti tertulis maupun surat lainnya yang
disampaikan para pihak yangdiajukan dalam persidangan;
TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa Nomor 00002/207/14/915/18 Tanggal 1 Oktober 2018 Masa Pajak Februari 2014
diterbitkan o]eh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Praya, diketahui sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak:


- Penyerahan yang PPN – nya harus dipungut sendiri ................................ Rp. 2.317.095.991
Perhitungan PPn Kurang Bayar :
- Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri ...............................Rp. 231.709.599
- Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan Rp. 0
PPn yang kurang bayar Rp. 231.709.599
Dibayar ......................................................................................................... Rp. 111. 220.608
Sanksi Administrasi : Denda Pasal 13 (2) Rp. 342.930.207
KUP ...............................................................................................................
Jumlah yang masih harus dibayar ………………………………………… Rp. 0

Jumlah kurang bayar yang disetujui berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan ………

Menimbang, bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa a quo, Penggugat mengajukan Permohonan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dengan
Surat Nomor 002/Pajak/XI/19tanggal 4 Nopember 2019, dan dengan Keputusan Tergugat
Nomor KEP-01007/NKEB/\/VPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 permohonan tersebut ditolak,
sehingga dengan surat Nomor 002/Pajak/VII/20 tanggal 8 Juli 2020 Penggugat mengajukan
gugatan;

Menimbang, bahwa Penggugat dalam Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/\/lI/20 tanggal 8 Juli
2020 pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut;
I. Pemenuhan Ketentuan Formal pengajuan Gugatan
1. Pengugat mengajukan gugatan berdasarkan ketentuan pasal 23 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum perpajakan dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), yaitu nengajukan gugatan atas Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020
tentang Pembatalan Ketetapan Pajak Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar
Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf 8 Karena Permohonan Wajib Pajak.
2. Pemenuhan ketentuan Pasal 40 Undang-Undang Pengadilan Pajak :
a. Surat gugatan ini dibuat dalam bahasa Indonesia dan ditujukan kepada Pengadilan Pajak.
b. Surat Gugatan disampaikan masih dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterima
surat nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 yang diterima
penggugat pada tanggal 27 Maret 2020
c. Terhadap 1 (satu) diajukan 1(satu) Gugatan
3. Pemenuhan Ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Pengadilan Pajak:
a. Bahwa Surat Gugatan ditandatangani oleh CDR jabatan selaku Direktur yang
dibuktikan dengan AktaNotaris Nomor 017 Tanggal 12 Agustus 2010.
b. Gugatan diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas sebagaimana akan
diuraikan pada bagianselanjutnya.
c. Pada surat Gugatan telah dilampirkan Salinan Keputusan yang digugat.
4. Surat Edaran Ketua Pengadilan Pajak Republik Indonesia Nomor : SE-08/PP/2020
tentang Penjelasan Mengenai Tanggal Batas Jangka Waktu Pengajuan Banding dan
Gugatan yang disampaikan secara langsung berdasarkan Surat Edaran Ketua
Pengadilan Pajak Nomor SE-03/PP/2020 yang telah beberapa kali diubah terakhir
dengan SE-06/PP/2020.
Dengan demikian surat gugatan yang diajukan Pengugat terhadap Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 telah memenuhi
ketentuan Formal sebagaimana dipersyaratkan dalam UU KUP dan UU Pengadilan Pajak.
II. Mengenai Obyek Gugatan
a. Penggugat telah menerima surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar nomor
00002/207/14/915/18 Tanggal 1 Oktober 2018 yang diterbitkan oleh tergugat.
b. Atas Ketetapan Pajak Kurang Bayar nomor 00002/207/14/915/18 Tanggal 1 Oktober
2018 tersebut penggugat telah mengajukan permohonan Pembatalan Surat Ketetapan
Pajak Tidak Benar berdasarkan ketentuan pasal 36 ayat (1) Huruf 8 Undang-Undang
KUP kepada tergugat melalui surat nomor 002/Pajak/Xl/19 tanggal 4 Nopember 2019
yang pada intinya penggugat tidak setuju atas penerbitan Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Nomor 00002/207/14/915/18 tanggal 1 Oktober 2018 tersebut diatas.
c. Atas surat penggugat tersebut, tergugat telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 yang isinya
Menolak permohonan Penggugat.
III.Mengenai pokok sengketa dan Alasan Gugatan
a. Bahwa Pada tahun 2014 PT. BGY melalui surat Nomor 6602//SA.02.02/25.DR/2013
tertanggal 16 Desember 2013 dan PT. NHU melalui Surat Penunjukan Distributor Pupuk
Bersubsidi Nomor 1228/D.Kom.Jkt/XII/2013 tertanggal 31 Desember 2013 yang berlaku
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014, menunjuk
secara resmi CV. ZAQ sebagai penyalur pupuk bersubsidi untuk wilayah Lombok Timur
tahun 20 masing-masing klausul perjanjian.
b. Berikut adalah data-data penebusan CV. ZAQ selama tahun 2014 di PT. BGY dan PT.
NHU berdasarkan data pembelian dan konfirmasi atas pembelian Pupuk bersubsidi dari
PT. BGY dan PT. NHU :
Data Penebusan :

Jenis Pupuk Unit Harga Total PP TOTAL


Baran Penebus Penebusan N
g (ton) an/Ton
MJI ZA 1.850 268.182 496.136.700 49.613.670 545.750.370
SP-36 1.290 1.581.818 2.040.545.220 204.054.522 2.244.599.742
PHONSKA 3.125 1.850.000 5.781.250.000 578.125.000 6.359.375.000
P.GANIK 1.150 1.063.636 1. 223.181.400 122.318.140 1.345.499.540
Sub 10.495.224.652
Total
MJIA UREA 3.035 1.468.182 4.455.931.819 445.593.182 4.901.525.001
NPK 220 1.922.727 422.999.998 42.300.000 465.299.998
PELANGI
AGRO
NPK 70 1.922.727 134.590.909 13.459.091 148.050.000
PELANGI
PRIMA
NPK 160 1.922.727 307.636.363 30.763.636 338.399.999
PELANGI
SUPER 160
Sub 5.853.274.998
Total
Total 16.348.499.650
Penebusan

Dan berikut adalah Realisasi Penjualan Pupuk Berdasarkan Harga Eceran tertingg (HET)
sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
122/Permentan/Sr.130/11/2013 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut
:

Jenis Pupuk Unit Barang Harga/Ton Penjualan TOTAL


(ton)
MJI ZA 1.850 425,000 786,250,000 786,250,000
SP-36 1.290 1,925,000 2,483,250,000 2,483,250,000
PHONSKA 3.125 2,225,000 6,953,125,000 6,953,125,000
P.GANIK 1.150 1,325,000 1,523,750,000 1,523,750,000

Sub 11,746,375,000
Total
MJIA UREA 3.035 1,725,000.00 5,235,375,000 5,235,375,000
NPK PELANGI 220.00 2,225,000.00 489,500,000 489,500,000
AGRO
NPK PELANGI 70.00 2,225,000.00 155,750,000 155,750,000
PRIMA
NPK PELANGI 160.00 2,225,000.00 356,000,000 356,000,000
SUPER160
Sub 6,236,625,000
Total
Total Penjualan ke 17,983,000,000
pengecer

Bahwa berdasarkan SPHP nomor PHP-00037/WPJ.31/KP.0705/2018 tertanggal 16


Agustus 2018, Pemeriksa menetapkan Rasio Margin laba kotor (Gross profit margin)
sebesar 2,41 0/o dari pembelian dengan mengacu kepada laba kotor perusahaan sejenis
(Penyalur Pupuk bersubsidi) ditahun 2016, cara penentuan Rasio Margin laba kotor
(Gross profit margin) dengan mengacu kepada perusahaan sejenis dengan tahun buku
yang berbeda sangat bertentangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku apalagi Harga
Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi tahun 2014 sudah ditentukan oleh pemerintah
melalui Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
122/Permentan/Sr.130/11/2013 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014.
c. Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
579/KMK.04/1996 Tentang Penunjukan Direktorat Jenderal Anggaran Sebagai
Pemungut Pajak pertambahan Nilai Atas Penyerahan Pupuk Dan Pestisida Bersubsidi.
a. Pasal 5 ayat (1) Atas penyerahan pupuk atau pestisida bersubsidi oleh Pengusaha
Kena Pajak
b. (penjual) kepada Pemerintah, Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Anggaran.
c. Ayat (2) Pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
bersamaan
dengan pembayaran subsidi dengan cara pemotongan secara langsung dari tagiha
Pengusaha Kena Pajak (penjual), pada Surat Perintah Membayar (SPM) yang
berkenaan.
d. Pasal 6 Ayat (2) Dengan telah dipotongnya secara langsung Pajak Pertambahan Nilai
atas
penyerahan pupuk atau pestisida bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, maka
Pajak Masukan yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan
pupuk atau pestisida bersubsidi tersebut merupakan Pajak Masukan yang lebih dibayar
dan dapat diajukan permohonan pengembaljannya pada setiap Masa Pajak terjadinya
pemotongan Pajak Pertambahan Nilai tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
209/PMK.02/2013
tentang tata cara Penyediaan, Pencairan dan Pertanggungjawaban dana pupuk bersubsidi
pasal 2 Alokasi dana Subsidi Pupuk ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan/atau APBN-Perubahan. Dan di Pasal 3 menyebutkan Subsidi Pupuk
diberikan kepada kelompok tani melalui Pelaksana Subsidi Pupuk.
f. Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
122/Permentan/Sr.130/11/2013 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014 pasal 2 ayat (1) Pupuk
Bersubsidi diperuntukan bagi Petani, Pekebun, Peternak yang mengusahakan lahan
dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau Petambak dengan luasan maksimal 1
(satu) hektar setiap musim tanam per keluarga. Pasal 11 Penyalur di Lini lv yang
ditunjuk harus menjualPupuk Bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
g. Bahwa dengan mempertimbangkan tidak efektifnya Pengukuhan PKP bagi
distributor/penyalur Pupuk bersubsidi, maka Pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.03/2015 Tentang Nilai Lain Sebagai
Dasar Pengenaan Pajak Dan Saat Lain Pembuatan Faktur Pajak Atas penyerahan Pupuk
Tertentu Untuk Sektor Pertanian yang mencabut Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 579/KMK.04/1996, Pasal 9 (1) Atas penyerahan pupuk tertentu untuk
sektor pertanian oleh distributor dan pengecer tidak perlu dilakukan pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai (2) Distributor dan pengecer yang dalam usahanya semata-mata
melakukan penyerahan pupuk tertentu untuk sektor pertanian, tidak perlu dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
h. Bahwa menurut pendapat Penggugat Pemeriksa hanya mengacu kepada UU PPN dimana
Pupuk tidak termasuk dalam negatif list PPN sehingga atas penyerahnya Pupuk tersebut
harus terhutang PPN tanpa melihat aturan yang lebih spesifik terkait dengan penyaluran
barangbarang yang bersifat khusus seperti penyaluran pupuk bersubsidi. Dan yang harus
kita pahami Jika tidak diatur khusus dalam peraturan perpajakan maka harus mengacu
kepada peraturan lain yang lebih spesifik. Perhitungan dan temuan pemeriksa yang
menentukan besarnya PPN yang harus dibayar oleh wajib pajak sebesar 10% dari nilai
Penyerahan atau sebesar (Rp.17.208.357.902 x 100% = 1,720.835.785.) adalah tidak
benar dan bertentangan dengan peraturan dan ketentuan yang ada. Diantaranya Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 579/KMK.04/1996 Pasal 5, bahwa Pajak
Masukan yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan pupuk
atau pestisida bersubsidi tersebut merupakan Pajak Masukan yang lebih dibayar dan dapat
diajukan permohonan pengembaliannya pada setiap Masa Pajak terjadinya pemotongan
Pajak Pertambahan Nilai tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
IV. Kesimpulan dan Usul Penggugat
Berdasarkan Penjelasan dan uaraian diatas, Penggugat menyampaikan bahwa :
a. Surat Gugatan telah memenuhi seluruh ketetuan formal pengajuan Gugatan
sebagaimana diatur dalam pasal23 UU KUP serta Pasal 40 dan 41 UU Pengadilan
Pajak.
b. Tergugat telah mengabaikan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 122/Permentan/Sr.130/11/2013 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran
Tertinggi (Het) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014.
c. Tergugat telah mengabaikan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 209/PMK.02/2013 tentang tata cara Penyediaan, Pencairan dan
Pertanggungjawaban dana pupuk bersubsidi.
d. Tergugat mengabaikan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
579/KMK.04/1996 Pasal 5, bahwa Pajak Masukan yang dibayar oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan pupuk atau pestisida bersubsidi tersebut
merupakan Pajak Masukan yang lebih dibayar dan dapat diajukan permohonan
pengembaliannya pada setiap Masa Pajak terjadinya pemotongan Pajak
Pertambahan Nilai tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Arfinya penyalur
Pupuk bersubsidi sudah tidak memiliki kewajiban untuk melakukan pemungutan
PPN atas penyerahan Pupuk bersubsidi kepada petani sehingga tidak ada kewajiban
untuk melakukan pembayaran atas PPN keluaran.

Selanjutnya Penggugat mengusulkan kepada Hakim Pengadilan Pajak Yang terhormat


agar :
a. Menyatakan bahwa gugatan yang diajukan Penggugat dapat diterima karena telah
menenuhi seluruh ketentuan formal.
b. Mengabulkan seluruhnya gugatan yang diajukan penggugat.
c. Membatalkan demi hukum surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
01007/NKEB/\/VPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 tentang Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak Tidak Benar berdasarkan ketentuan pasal 36 ayat (1 ) Huruf 8
Demikian surat gugatan ini disampaikan dengan harapan agar Majelis Hakim
Pengadilan Pajak yang memeriksa dan mengadili sengketa ini dapat memutuskan
dengan pertimbangan yang seadiladilnya.

PENDAPAT MAJELIS :

bahwa Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret


2020 tentan Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf 8 diterbitkan sebagai jawaban atas surat Permohonan
Penggugat Nomor 002/Pajak/XI/19 tanggal 4 Nopember 2019 yang isinya menolak permohonan
Penggugat a quo;

Bahwa atas keputusan Tergugat a quo Penggugat menyampaikan Petitum yaitu Membatalkan demi
hukum surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal
24 Maret 2020 tentang Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Tidak Benar berdasarkan ketentuan
pasal 36 ayat (1 ) Huruf 8;

Bahwa sesuai peraturan perundang-undangan peradilan pajak, sebelum melakukan pemeriksaan


terhadap materi sengketa gugatan baik berupa posita maupun petitum yang diajukan Tergugat,
Majelis terlebih dahulu akan memeriksa pemenuhan ketentuan formal mengenai pengajuan
gugatan;

Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/VIl/20 tanggal 8
Juli 2020, diperoleh data dan fakta sebagai berikut:

a. Bahwa Surat Gugatan a quo, dibuat dalam bahasa Indonesia ditujukan kepada Pengadilan
Pajak, dengan demikian memenuhi ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
b. Bahwa yang diajukan gugatan dalam Surat Gugatan a quo adalah Keputusan Tergugat
Nomor KEP-01007/NKEB/WPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020, dengan demikian Surat
Gugatan memenuhi ketentuan satu surat gugatan untuk satu Keputusan Tergugat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (6) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak;
c. Bahwa Surat Gugatan a quo, memuat alasan-alasan Gugatan yang jelas, dan
mencantumkan tanggal diterimanya Keputusan Tergugat yaitu tanggal 27 Maret 2020
sehingga memenuhi ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak;
d. Bahwa Surat Gugatan a quo, dilampiri dengan salinan Keputusan Tergugat Nomor KEP-
01007/NKEB/WPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020, sehingga memenuhi ketentuan Pasal
41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002;
e. Bahwa Surat Gugatan a quo ditanda tangan oleh Sdr CDR, jabatan: Direktur, sesuai
dengan Akta Perseroan Komanditer CV ZAQ Nomor 017 tanggal 12 Agustus 2010 yang
dibuat dihadapan Notaris VFT, S.H., yang bersangkutan berhak menandatangani Surat
Gugatan sesuai ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak;
f. Bahwa Surat Gugatan a quo, diterima di Sekretariat Pengadilan Pajak pada hari Senin
tanggal 13 Juli 2020, sedangkan Keputusan Tergugat atas permohonan Penggugat
diterbitkan tanggal 24 Maret 2020, sehingga masih diperlukan pemeriksaan lebih lartyut
terkait pemenuhan ketentuan mengenai jangka waktu 30 hari pengajuan gugatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak.
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis tersebut terdapat indikasi pengajuan gugatan
yang diajukan Penggugat telah melebihi jangka waktu 30 hari apabila dihitung dari tanggal
penerbitan Keputusan Tergugat yaitu tanggal 3 April 2020 sampai dengan tanggal dikirimnya
Surat Gugatan a quo pada tanggal 10 Juli 2020, dengan mengacu pada ketentuan Pasal 40 ayat
(3) Undang-undang Pengadilan Pajak seharusnya jatuh tempo pengajuan gugatan adalah pada
tanggal 2 Mei 2020;

Bahwa batas pengajuan gugatan sejak terbitnya keputusan Tergugat yang diajukan gugatan
sampai dengan pengajuan gugatan berada pada rentang masa waktu Pencegahan Penyebaran
COVID-19 di lingkungan Pengadilan Pajak sebagaimana diatur pada Surat Edaran Ketua
Pengadilan Pajak Nomor SE-03/PP/2020 tentang Pedoman Penyesuaian Pelaksanaan
Persidangan Dan Layanan Administrasi Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) Di Lingkungan Pengadilan Pajak yang kemudian diubah
dengan Surat Edaran Ketua Pengadilan Pajak Nomor SE-09/PP/2020 menyatakan:

Angka 3

Masa pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan Pengadilan Pajak ditetapkan berlaku


sejak tanggal 17 Maret 2020 sampai dengan tanggal 21 April 2020 dan disesuaikan dengan
perkembangan. (berdasarkan SE-09/PP/2020 diubah menjadi ditetapkan berlaku sejak tanggal
17 Maret 2020 sampai dengan tanggal 7 Juni 2020).

Angka 6

Ketentuan mengenai jangka waktu pengajuan gugatan:


a. Jangka waktu terkait pengajuan gugatan yang disampaikan secara langsung sehubungan
dengan adanya masa pencegahan penyebaran COVID-19 tetap mengacu pada ketentuan
Pasal 40 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak. Dalam hal batas terakhir pengajuan gugatan berada pada masa pencegahan
penyebaran COVID-19, maka batas terakhir pengajuan gugatan yang disampaikan secara
langsung tersebut menjadi tertangguh selama paling lambat 14 hari sejak berakhirnya
masa pencegahan penyebaran COVID-19.

b. Jangka waktu terkait pengajuan gugatan yang disampaikan melalui pos sehubungan
dengan adanya masa pencegahan penyebaran COVID-19 tetap mengacu pada ketentuan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Bahwa lebih lanjut Surat Edaran Ketua Pengadilan Pajak Nomor SE-11/PP/2020 tentang
Penjelasan Mengenai Tanggal Batas Jangka Waktu Pengajuan Banding dan Gugatan Yang
Disampaikan Secara Langsung Berdasarkan Surat Edaran Ketua Pengadilan Pajak Nomor SE-
03/PP/2020 Yang Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan SE-09/PP/2020, menyatakan:
Angka 4

Ketentuan mengenai jangka waktu lainnya meliputi jangka waktu persiapan persidangan,
pelaksanaan persidangan, pengajuan banding melalui pos, pengajuan gugatan melalui pos, dan
ketentuan lainnya tetap mengacu pada seluruh ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Surat
Edaran Ketua Pengadilan Pajak Nomor SE-03/PP/2020.

Bahwa pada persidangan diketahui Surat Gugatan Penggugat Nomor 002/Pajak/VII/20 tanggal
8 Juli 2020 diajukan melalui pos tiasa ekspedisi) tertanggal 10 Juli 2020 sehingga dengan
mengacu pada angka 4 Nomor SE-11/PP/2020 juncto angka 6 huruf b SE-03/PP/2020 dan SE-
09/PP/2020 maka jangka waktu untuk mengajukan gugatan tunduk pada ketentuan Pasal 40
ayat (3) Undang-undang PP.

Bahwa Pasal 40 ayat (3) Undang-undang Pengadilan Pajak mengatur:


"Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang
digugat”.

Bahwa sesuai Pasal 1 angka 12 UU PP diatur bahwa dalam hal keputusan dikirim melalui pos
maka tanggal diterimakeputusan tersebut ada]ah tanggal stempel pos pengiriman.
Bahwa berdasarkan bukti pengiriman POS Nomor 17700809266, Keputusan Tergugat Nomor
KEP-01007/NKEB/WPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 dikirimkan via POS kepada
Penggugat pada tanggal 07 April 2020;

Bahwa dengan demikian jangka waktu pengajuan gugatan atas Keputusan Tergugat Nomor
KEP-01007/NKEB/WPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 adalah sampai dengan tanggal 06 Mei
2020 sedangkan Penggugat mengirimkan surat gugatan melalui pos tiasa ekspedisi) tanggal 10
Juli 2020 yang diterima Pengadilan Pajak tanggal 13 Juli 2020.

Bahwa berdasarkan penjelasan di atas Majelis berpendapat pengajuan gugatan yang diajukan
Penggugat terhadap Keputusan Tergugat Nomor KEP-01007/NKEB/WPJ.31/2020 melebihi
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima, sehingga tidak memenuhi ketentuan
berdasarkan Pasal 40 ayat (3) jo. Pasal 1 angka 12 Undang-undang Pengadilan Pajak dan
ketentuan Surat Edaran Ketua Pengadilan Pajak Nomor SE-03/PP/2020 tentang Pedoman
Penyesuaian Pelaksanaan Persidangan Dan Layanan Administrasi Selama Masa Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Di Lingkungan Pengadilan Pajak
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Surat Edaran Ketua Pengadilan Pajak
Nomor SE-09/PP/2020.

Bahwa atas keterlambatan tersebut Majelis kemudian melakukan pemeriksaan apakah terdapat
faktor yang merupakan keadaan di luar kekuasaan Penggugat sebagaimana diatur pada pada
Pasal 40 ayat (4) undang-undang Pengadilan Pajak yang mengatur:
"Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikat apabila
jangka waktu dimaksudtidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat".

Bahwa dalam persidangan Penggugat menyampaikan penjelasan bahwa tidak ada lockdown di
lokasi Penggugat (Nusa Tenggara), namun ekspedisi saat PSBB diberlakukan di Jakarta semua
pengiriman dokumen tidak ada yang diterima, jasa ekspedisi menolak pengiriman karena tidak
dapat mengirim ke Jakarta atau wilayah yang memberlakukan PSBB.

Bahwa atas penolakan pihak ekspedisi Majelis meminta bukti penolakan tersebut namun
Penggugat sampai saat persidangan dinyatakan cukup tidak dapat memberikan bukti
pendukung.

Bahwa atas penjelasan Penggugat tersebut Majelis berpendapat tidak termasuk dalam hal
keadaan di luar kekuasaan Penggugat yang menyebabkan terlambatnya pengajuan gugatan.

Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap data fakta dan penjelasan dalam persidangan
tersebut diatas, Majelis berkesimpulan permohonan gugatan Penggugat atas Keputusan
Tergugat Nomor KEP-01007/NKEB/\/VPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020 tidak memenuhi
ketentuan formal sebagaimana dimaksud Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak.

Bahwa yang diajukan gugatan dalam Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/VII/20 tanggal 8 Juli
2020 adalah Keputusan Tergugat Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret
2020, dengan demikian Surat Gugatan memenuhi ketentuan satu surat gugatan untuk satu
Keputusan Tergugat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (6) Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Bahwa Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/VII/20 tanggal 8 Juli 2020, memuat alasan-alasan
Gugatan yang jelas, dan mencantumkan tanggal diterimanya Keputusan Tergugat yaitu tanggal
27 Maret 2020 sehingga memenuhi ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Bahwa Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/VIl/20 tanggal 8 Juli 2020 dilampiri dengan salinan
Keputusan Tergugat Nomor KEP-01007/NKEBAVPJ.31/2020 tanggal 24 Maret 2020,
sehingga memenuhi ketentuan Pasal 41 ayat (1 ) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002.

Bahwa CDR, jabatan: Direktur, sesuai dengan Akta Perseroan Komanditer CV ZAQ Nomor
017 tanggal 12 Agustus 2010 yang dibuat dihadapan VFT, S.H., selaku penandatangan Surat
Gugatan Nomor 002/Pajak/VIl/20 tanggal 8 Juli 2020, berhak menandatangani Surat Gugatan
sesuai ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak.

Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis, Surat Gugatan Nomor 002/Pajak/VII/20 tanggal 8 Juli
2020 memenuhi ketentuan ketentuan Pasal 40 ayat (1), Pasal 40 ayat (6), Pasal 41 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, namun tidak memenuhi Pasal
40 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, sehingga tidak
dapat dipertimbangkan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai