JENIS PAJAK
PPh Pasal 26
TAHUN/MASA PAJAK
Januari-Desember 2011
POKOK SENGKETA
bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa Banding ini adalah koreksi positif Dasar
Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
sebesar Rp71.372.324.349,00
Pengadilan Pajak memeriksa dan memutus sengketa pajak dengan acara biasa pada
tingkat pertama dan terakhir, terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-
516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14
tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011, yang terdaftar
dalam berkas sengketa Nomor: 094202.36/2011/PP (d/h 36-094202-2011) telah mengambil
putusan sebagai berikut dalam sengketa antara:
PT Lafarge Cement Indonesia, NPWP: 01.000.660.9-123.001, beralamat di Jalan Ujung
Baru Belawan, Belawan II, Medan 20412, dalam hal ini diwakili oleh Michel Nayah, jabatan:
Direktur berdasarkan Salinan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge
Cement Indonesia Nomor 02 tanggal 09 Maret 2015 yang dibuat di hadapan Devi Yunanda,
S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang
memberikan kuasa kepada:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1. Nama : Hanna Magdalena Nggelan
MELAWAN
Direktur Jenderal Pajak, berkedudukan di Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 40-42, Jakarta 12190,
dalam hal ini diwakili oleh:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1. Nama/NIP : Riswan Taufik/196802271995031001,
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Menimbang, bahwa kepada Pemohon Banding telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07
Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 sebagaimana telah dibetulkan
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00010/WPJ.01/KP.0703/2014 tanggal
24 Maret 2014 oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu Nomor: LAP-
160/WPJ.07/KP.0200/2014 tanggal 25 Februari 2014 dengan perhitungan sebagai berikut:
Kredit Pajak:
Sanksi Administrasi:
hasil pemeriksaan
Menimbang, bahwa atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo, Pemohon
Banding mengajukan keberatan dengan Surat Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal
03 Juni 2014 dan dengan Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31
Maret 2015, keberatan Pemohon Banding ditolak oleh Terbanding sehingga dengan Surat
Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015 Pemohon Banding mengajukan
banding;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Menurut
(Rp)
Sanksi Administrasi:
Dibayar
bahwa jumlah PPh yang masih harus dibayar sejumlah Rp27.948.805.507,00 (termasuk sanksi
administrasi) telah Pemohon Banding lunasi seluruhnya pada tanggal 21 Mei 2014;
bahwa Pemohon Banding mengajukan Keberatan atas SKPKB 00001 dengan Surat No.
VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tertanggal 3 Juni 2014, yang diterima oleh KPP Madya Medan
pada tanggal 4 Juni 2014;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa pada tanggal 20 Maret 2015, Pemohon Banding menerima Surat Pemberitahuan Untuk
Hadir ("SPUH") No. S-635/WPJ.01/2015 tertanggal 12 Maret 2015 dan Pemberitahuan Daftar
Hasil Penelitian Keberatan tertanggal 12 Maret 2015 yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah
("Kanwil") DJP Sumatera Utara I;
bahwa Pemohon Banding menyampaikan surat tanggapan tertulis atas SPUH dengan Surat
Nomor HS/YK/13/LCI-FIN/TAX/III/2015 melalui Fax tertanggal 25 Maret 2015;
bahwa Terbanding menerbitkan Kep-516 tertanggal 31 Maret 2015 yang menolak permohonan
keberatan Pemohon Banding atas SKPKB 00001;
bahwa Penghitungan PPh 23/26 kurang bayar berdasarkan Keputusan Terbanding adalah
sebagai berikut:
Uraian Ditambah /
Semula (Rp) Menjadi (Rp)
(Dikurangi) (Rp)
Pengenaan
Pajak
d. Kompensasi - -
Masa Pajak
Sebelumnya
Bayar
Administrasi
yang masih
harus/(lebih)
dibayar
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
ALASAN PENGAJUAN BANDING (dalam Surat Banding)
bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar
Rp18.884.328.045,00 dan sanksi kenaikan sebesar Rp9.064.477.462,00 yang tetap
dipertahankan Terbanding dalam proses keberatan, sebagaimana tertuang di dalam
Keputusan Terbanding;
bahwa berikut ini adalah penjelasan atas dasar koreksi Terbanding:
Dasar Koreksi Terbanding
Dasar Penerbitan KEP-516
bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap SPT Masa PPH Pasal 23/26 untuk
mengetahui apakah PPh Pasal 26 yang dipotong sesuai dengan tarif sebagaimana diatur
dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan atau sesuai dengan Perjanjian Pajak
Berganda (P3B);
bahwa berdasarkan penelitian tersebut diketahui:
a. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Jumewah Shipping Sdn. Bhd. atas
pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan tidak
dilampirkan Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa
Pajak Maret 2011;
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Certificate of Residence ("COR') tersebut
dibuat tanggal 19 Juli 2010 untuk Tahun Pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT-1
yang sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-24/PJ/2010 sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of Residence tersebut
tidak dapat dijadikan dasar pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif yang ditentukan dalam
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011;
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Form DGT-1 atas nama Sabelfi
yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Fo r m DGT-1 yang dilampirkan Pemohon
Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku selama 1 tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli
s.d. Desember 2011 fo r m DGT-1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi
dasar pemotongan PPh Pasal 26;
bahwa akan tetapi Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal pajak Nomor PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010;
bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Fo r m DGT-1.
Berdasarkan lampiran PER-61/PJ/2009, angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya diisi
dengan:
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa atas objek PPh Pasal 26 sebesar
Rp119.011.227.705,00 Pemohon Banding tidak berhak menerapkan Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) karena tidak memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana diatur
dalam PER-61/PJ/2009 tentang Tata cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010, sehingga dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto yaitu sebesar Rp119.011.227.705,00 dengan jumlah
PPh Pasal 26 sebesar Rp23.802.245.541,00;
Alasan Pengajuan Banding
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang menolak keberatan
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pemohon Banding atas koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00 karena
Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak dapat menggunakan ketentuan
penurunan tarif pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (Tax Treaty) antara Indonesia dan Belgia;
bahwa dasar penolakan Pemohon Banding atas pendapat Terbanding adalah sebagai berikut:
bahwa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu dalam hal terdapat suatu
transaksi yang melibatkan Wajib Pajak Indonesia dengan Wajib Pajak Luar Negeri yang
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, maka
ketentuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh salah satu dari Wajib Pajak
tersebut harus mengacu kepada P3B antara kedua Negara;
bahwa P3B Indonesia-Belgia merupakan perjanjian bilateral yang telah disepakati bersama
oleh kedua negara. Di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada, substansi dari P3B
mempunyai kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang Pajak setempat
(Indonesia) beserta turunannya yang dapat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan
Menteri Keuangan (KMK), Surat Edaran (SE) atau Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP);
bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan berkaitan dengan
pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan kepada Sabelfi SNC harus mengacu pada
P3B yang berlaku, dalam hal ini adalah P3B Indonesia-Belgia. Pasal 11 ayat (2) atas P3B
tersebut telah menetapkan bahwa pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC seharusnya
dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:
"However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises, and
according to the laws of that State, but if the recipient is the beneficial owner of the interest
the tax so charged shall not exceed io% of the gross amount of the interest. The competent
authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application
of this limitation"
bahwa untuk menerapkan P3B tersebut diperlukan ketentuan pelaksanaan (administrasi dan
prosedural) dimana dalam hal m1 OECD Commentaries memberikan penegasan sebagai
berikut (melalui paragraph 26.2 atas pasal 1 P3B):
b. Prosedur yang dapat diatur oleh masing-masing negara berdasarkan hukum lokal adalah
terbatas untuk menerapkan pembatasan pajak yang terdapat dalam konvensi (P3B).
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dari penjelasan-penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa prosedur apapun yang
ditetapkan oleh suatu negara adalah untuk mendukung atau mengatur pembatasan yang telah
ditetapkan dalam P3B dan tidak dapat mengubah substansi pembatasan pajak di dalam P3B
yang berlaku;
bahwa dengan demikian peraturan yang diterbitkan oleh Terbanding seharusnya merupakan
aturan pelaksanaan dimana hanya mengatur masalah administratif saja dan tidak dapat
mengubah substansi/validasi dari aturan yang disepakati bersama di dalam P3B;
bahwa Terbanding secara sepihak telah menetapkan PER-61 yang mengatur COR secara
khusus, yaitu DGT-1. PER-61 kemudian disempurnakan melalui PER-24/PJ/2010 (PER-24)
dimana melalui Pasal 4 ayat (4) PER-24 menerima COR yang diterbitkan oleh negara-negara
dalam perjanjian P3B sebagai pengganti pernyataan dalam DGT-1 halaman 1 bagian III (part
III);
bahwa dalam hal ini Pemerintah Belgia telah menerbitkan COR sebagai dokumen pendukung
status kependudukan Sabelfi SNC di Belgia di tahun 2010. Dengan demikian Sabelfi berhak
atas pemajakan sebesar 10% atas penghasilan bunga yang diterima dari Pemohon Banding;
bahwa dengan mempertimbangkan P3B Indonesia-Belgia dan Pasal 4 ayat (4) PER-24 maka
Terbanding seharusnya tidak dapat dengan serta merta menolak penggunaan pembatasan
pemajakan yang telah disetujui dalam P3B Indonesia-Belgia dengan alasan tidak lengkapnya
pengisian DGT-1 (yaitu karena Sabelfi tidak menandatangani DGT-1 sesuai dengan peraturan).
Oleh sebab itu pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
bahwa dengan demikian Pemohon Banding mohon kepada Terbanding untuk membatalkan
koreksi pengenaan PPh pasal 26 sebesar 20% atas seluruh pembayaran bunga kepada Sabelfi
SNC;
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan dalam PER-61/PJ./2009 ataupun PER-
24/PJ./2010, yaitu:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
b. bahwa meskipun Pemohon Banding belum mengisi lembar I form DGT-1 nomor 5 s/d 7,
namun informasi tersebut sehubungan dengan data Pemohon Banding sebagai pemotong
pajak. Data ini dapat diketahui Terbanding melalui tagihan-tagihan yang telah diterima
dari Sabelfi SNC;
c. Form DGT-1 telah dilaporkan tepat pada waktu sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam PER-61/PJ./20009 (dan SE-114/PJ./2009), yaitu di masa terutangnya pajak. Dalam
hal pembayaran bunga, pajak penghasilan terutang pada saat pembayaran bunga jatuh
tempo. Dan untuk menggunakan penurunan tarif pajak sesuai dengan Tax Treaty, DGT-1
harus dilaporkan paling lambat pada tanggal 20 di bulan berikutnya, yaitu bersamaan
dengan pelaporan surat pemberitahuan masa;
bahwa dengan pengesahan Otoritas Pajak Belgia dalam halaman 1 DGT-1, Sabelfi SNC telah
memenuhi persyaratan utama untuk penggunaan tarif rendah yang diberikan melalui Tax
Treaty Indonesia-Belgia, yaitu sebagai Sabelfi SNC merupakan perusahaan yang berdomisili di
Belgia dan melaporkan pajak penghasilan di Belgia;
bahwa untuk pembayaran bunga masa Januari-Juni 2011, keterangan kependudukan Sabelfi
SNC di Belgia telah disahkan melalui surat "Certificate of Residence" yang disahkan dan
dikeluarkan oleh Otoritas Pajak Belgia pada Juli 2010;
bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa surat " Certificate of Residence" ini berlaku
untuk 12 bulan sejak tanggal disahkan sebagaimana diatur dalam PER-24/PJ./2010. Dengan
demikian penggunaan tarif pajak 10% sesuai dengan Tax Treaty tetap dapat digunakan sesuai
dengan peraturan dalam PER-24/PJ./2010;
bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat Pemohon Banding sampaikan
bahwa penerapan tarif pajak sesuai dengan P3B antara Indonesia dan Belgia yang diterapkan
oleh Pemohon Banding atas pembayaran bunga kepada Sabelfi sudah benar dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku;
KESIMPULAN PEMOHON BANDING (dalam Surat Banding)
bahwa berdasarkan penjelasan-penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat disimpulkan
bahwa Terbanding tidak memiliki alasan memadai untuk mempertahankan koreksi objek PPh
Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00;
bahwa sesuai dengan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007, jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Masa PPh Pasal 26 yang disampaikan oleh Pemohon Banding adalah jumlah pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan hal-hal di atas, penghitungan PPh Final Pasal 23/26 untuk Masa Pajak
Januari s.d. Desember 2011 menurut Pemohon Banding seharusnya adalah sebagai berikut:
3 Kredit Pajak:
e. Lain-lain Rp -
(a+b+c+d+e+f)
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa demikianlah surat permohonan banding ini Pemohon Banding sampaikan. Mohon
kiranya Majelis Yang Terhormat dapat menerima dan mengabulkan permohonan banding ini;
bahwa lebih lanjut, sesuai dengan Pasal 46 UU Pengadilan Pajak, Pemohon Banding
menyampaikan bahwa Pemohon Banding bersedia menghadiri keseluruhan proses
persidangan untuk memberikan keterangan-keterangan dan dokumen-dokumen tambahan
yang diperlukan. Untuk itu, Pemohon Banding mohon agar Pemohon Banding dapat diundang
untuk menghadiri persidangan;
bahwa dalam Surat Bandingnya Pemohon Banding melampirkan fotokopi dokumen sebagai
berikut:
P-3 SKPKB PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014;
P-4 Surat Setoran Pajak (SSP) tanggal 21 Mei 2014 sebesar Rp27.948.805.507,00;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
keputusan yang dibanding;
bahwa terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding;
bahwa Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas tetapi tidak mencantumkan
tanggal diterima Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret
2015;
bahwa Surat Banding dilampiri salinan surat keputusan yang dibanding, yaitu Surat
Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015;
bahwa Surat Banding ditandatangani oleh Michel Nayah selaku Direktur pemohon banding;
URAIAN MENGENAI KETETAPAN SEMULA, KEBERATAN DAN KEPUTUSAN ATAS
KEBERATAN (dalam Surat Uraian Banding)
bahwa SKPKB Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor 00001/245/11/123/14 tanggal 7
Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 diterbitkan berdasarkan Laporan
Pemeriksaan Pajak KPP Penanaman Modal Asing Satu Nomor LAP-160/WPJ.07/KP.0200/2014
tanggal 25 Februari 2014, dengan perhitungan sebagai berikut:
No Uraian
Pemohon
Terbanding
Banding
Pengenaan Pajak
3 Kredit Pajak:
b. Setoran Masa
e. Lain-lain
f. Kompensasi kelebihan ke
masa pajak
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
g. Jumlah pajak yang dapat 4.917.917.496 4.917.917.496
dikreditkan (a+b+c+d+e+f)
3.g)
6 Sanksi Administrasi:
KUP
(a+b+c+d)
(4+5.e)
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan surat
Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 3 Juni 2014, yang diterima KPP Madya Medan
berdasarkan LPAD Nomor PEM: 01003332\123\jun\2014 tanggal 4 Juni 2014, dengan
menyampaikan alasan sebagai berikut:
Latar Belakang Permasalahan
bahwa Terbanding telah menerbitkan SKPKB PPh Pasal 26 Nomor 00001/245/11/123/14
tanggal 7 Maret 2014 berdasarkan hasil pemeriksaan pajak tahun 2011, yang kemudian
dilakukan pembetulan melalui Surat KEP-0010/WPJ.01/KP.0703/2014 dengan perincian
sebagai berikut:
Sanksi Administrasi:
Dibayar
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan SKPKB PPh Pasal 26 Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 yang kemudian dibetulkan melalui KEP-
0010/WPJ.0l/KP.0703/2014 tanggal 24 Maret 2014 dan mengajukan permohonan keberatan
atas SKPKB PPh Pasal 26 di atas;
Uraian Keberatan Pemohon Banding
Menurut Terbanding:
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas PPh Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00 karena
dokumen SKD (sertifikat keterangan domisili) dan Formulir DGT-1 yang tidak memenuhi
ketentuan:
bahwa sesuai ketentuan tersebut di atas, dokumen SKD dan DGT-1 yang tidak memenuhi
ketentuan tidak mendapat fasilitas P3B. Sesuai keterangan tersebut di atas tarif PPh Pasal 26
yang dikenakan adalah sebesar 20% dari DPP;
bahwa dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding pada saat pemeriksaan adalah
sebagai berikut:
1. Copy COR (Certificate of Residence) atas nama SABELFI SNC untuk Tahun Pajak 2010;
2. Copy DGT-1 atas nama SABELFI SNC tanggal 25 Juli 2011; dan
3. Copy SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari Desember 2011 yang dilaporkan di
KPP Madya Medan dan KPP Pratama Banda Aceh;
bahwa dari dokumen tersebut di atas copy COR tidak dapat dimanfaatkan karena sesuai tahun
pajaknya adalah tahun 2010, sedangkan copy DGT-1 tidak dapat memenuhi ketentuan PER-
61/PJ./2009 tanggal 5 Nopember 2009, sebagaimana diatur dalam ketentuan SE-114/PJ/2009
adalah sebagai berikut:
bahwa Nomor 3 dari Surat tersebut:
bahwa untuk menghindari perbedaan penafsiran dan penerapan ketentuan dalam kedua
Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut, dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
2. memenuhi persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan dalam P3B;
dan
Dalam hal salah satu persyaratan tersebut di atas tidak terpenuhi, Pemotong/Pemungut
Pajak tidak diperkenankan menerapkan ketentuan dalam P3B;
b. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi seluruhnya oleh WPLN apabila hendak
memperoleh manfaat P3B pada saat Pemotong/Pemungut Pajak melaksanakan
kewajibannya adalah:
1. WPLN menggunakan formulir yang tepat (Form DGT-1 atau Form DGT-2), dan
3. formulir telah disahkan oleh pejabat pajak yang berwenang di negara tempat
WPLN terdaftar sebagai subjek pajak dalam negeri, dan 4 formulir
disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak sebelum
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Masa untuk masa terutangnya
pajak;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
oleh Pemohon Banding, sehingga atas dokumen tersebut tidak memenuhi persyaratan
administratif;
bahwa dengan demikian sesuai ketentuan berikutnya bahwa dalam hal salah satu persyaratan
tersebut di atas tidak dipenuhi, Pemotong/Pemungut Pajak tidak diperkenankan menerapkan
ketentuan dalam P3B, sehingga tarif yang diperkenankan adalah sebesar 20%;
ANALISA POKOK SENGKETA MENURUT TERBANDING (dalam Surat Uraian
Banding)
bahwa setelah membaca Surat Banding, mempelajari Laporan Penelitian Keberatan, berkas
surat-menyurat yang berlangsung selama proses penyelesaian keberatan, surat keberatan
Pemohon Banding, dengan ini disampaikan analisa pokok sengketa atas surat banding dari
pemohon banding sebagai berikut:
Pokok Sengketa:
Koreksi PPh Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00
Menurut Terbanding:
Dasar Hukum
bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009:
Pasal 3 ayat (3) huruf a:
"Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:
a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa
Pajak"
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar"
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 13 ayat (2):
"Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar''
bahwa Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008:
bahwa Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2010:
b. Persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B telah
dipenuhi"
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 4 ayat (3):
"Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b adalah SKD
yang disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak:
a. menggunakan formulir yang telah ditetapkan dalam Lampiran II atau Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal ini;
c. telah ditandatangani oleh WPLN atau diberi tanda yang setara dengan tanda tangan
sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B;
d. telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat kantor
pajak yang berwenang di negara mitra P3B, yang dapat berupa tanda tangan atau diberi
tanda yang setara dengan tanda tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B;
dan
e. disampaikan sebelum berakhirnya batas waktu dengan penyampaian SPT Masa untuk
masa pajak terutangnya pajak"
c. berupa dokumen asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak
tempat salah satu Pemotong/Pemungut Pajak terdaftar sebagai Wajib Pajak;
e. mencantumkan tanda tangan pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat
kantor pajak yang berwenan di negara mitra P3B atau tanda yang setara dengan tanda
tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B dan nama pejabat dimaksud"
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 9 ayat (1):
"Pemotong/Pemungut Pajak wajib menyampaikan fotokopi SKD yang diterima dari WPLN
sebagai lampiran SPT Masa"
Tanggapan Terbanding
bahwa perhitungan koreksi obyek PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
juga Pemohon Banding menyampaikan bahwa sengketa atas PPh Pasal 26 yang diajukan
keberatan adalah karena dalam proses pemeriksaan, Terbanding berpendapat bahwa
dokumen SKD dan Formulir DGT-1 tidak memenuhi ketentuan PER-61/PJ./2009 dan PER-
24/PJ./2010;
bahwa dengan demikian diketahui bahwa Pemohon Banding mengakui jumlah objek PPh Pasal
26 untuk cabang yang terdaftar di KPP Madya Medan adalah sebesar Rp119.011.227.705,00;
Koreksi atas PPh Pasal 26
bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap certificate of domicile of non resident for
Indonesia tax withholding (form-DGT 1) yang dilampirkan Pemohon Banding-pada surat
keberatannya dan mengetahui bahwa Part I angka (5), angka (6) dan angka (7) pada formulir
tersebut tidak diisi;
bahwa berdasarkan penelitian terhadap SPT PPh Pasal 23/26 dan lampirannya, Laporan Hasil
Pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan dan lampirannya diketahui bahwa pemotongan PPh
Pasal 26 atas objek PPh Pasal 26 antara Pemohon Banding dengan Terbanding selama Tahun
Pajak 2011 adalah sebagai berikut:
Menurut Pemohon Banding:
Jumlah
Penerima PPh Yang
Masa Pajak Penghasilan Tarif (%)
Penghasilan Dipotong (Rp)
Bruto (Rp)
Januari
Pebruari
Bhd
Ltd
Limited
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Cel Asia Ltd 188.190.625 20 37.638.125
Limited
Services Corp
Nopember - - -
bahwa dari seluruh transaksi yang merupakan objek PPh Pasal 26 di atas, pembayaran
kepada Sabelfi merupakan pembayaran atas bunga sementara yang lainnya merupakan
pembayaran atas imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan;
Menurut Terbanding:
Jumlah
Masa Penerima PPh Yang
Penghasilan Tarif (%)
Pajak Penghasilan Dipotong (Rp)
Bruto (Rp)
Januari
Pebruari
Shipping Sdn,
Bhd
Marg Private
Ltd
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Mei TNS India 10.884.512 20 2.176.902
Private
Limited
Placements
Private
Limited
Technology
Services
Corp
Nopember - - -
Equalisasi
bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap PPh Pasal 26 yang dipotong apakah
penerapan tarif Pajak Penghasilan sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 26
Undang-Undang Pajak Penghasilan atau sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) antara Indonesia dengan Belgia;
bahwa dari hasil penelitian diketahui bahwa:
a. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Jumewah Shipping Sdn, Bhd atas
pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan tidak
dilampirkan Form DGT 1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
b. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga
dilampirkan Certificate of Residence pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret
2011;
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa
Pajak Maret 2011;
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Certificate of Residence tersebut dibuat
tanggal 19 Juli 2010 untuk tahun pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT 1 yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
24/PJ/2010 sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of Residence tersebut tidak
dapat dijadikan dasar pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif yang ditentukan dalam Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011;
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Form DGT 1 atas nama Sabelfi
yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Fo r m DGT 1 yang dilampirkan Pemohon
Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku selama 1 tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli
s.d. Desember 2011 form DGT 1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi
dasar pemotongan PPh Pasal 26;
bahwa akan tetapi Form DGT 1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian Form DGT 1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010;
bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form-DGT 1;
bahwa berdasarkan lampiran Per-61/PJ/2009, angka (5), (6) dan (7) tersebut seharusnya diisi
dengan:
Pendapat Terbanding
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Objek PPh Pasal 26 untuk cabang yang terdaftar di KPP Madya Medan adalah sebesar
Rp119.011.227.705,00 dan yang telah dipotong, disetor dan dilaporkan melalui SPT Masa PPh
Pasal 26 adalah sebesar Rp47.638.903.356,00. Dengan demikian Terbanding berpendapat
bahwa masih ada Objek PPh Pasal 26 yang belum dipotong dan disetor sebesar
Rp71.372.324.349,00;
bahwa pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh
Pasal 26 Masa Pajak Maret, April dan Juni 2011 dicantumkan Tax Year/Tahun Pajak 2010 dan
tidak dilampiri dengan Form DGT 1, sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of
Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif
P3B untuk Masa Pajak Maret, April dan Juni 2011, karena tidak memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./2010;
bahwa Formulir DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26
Masa Pajak Juli, September, Oktober dan Desember 2011 tidak diisi dengan lengkap, sehingga
Terbanding berpendapat bahwa Formulir DGT-1 tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk
pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif P3B untuk Masa Pajak Juli, September, Oktober dan
Desember 2011 karena tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./2010;
bahwa berdasarkan uraian pada poin di atas, Terbanding berkesimpulan bahwa terdapat
objek PPh Pasal 26 sebesar Rp119.011.227.705,00 dan Pemohon Banding tidak berhak
menerapkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) karena tidak memenuhi
persyaratan administrasi sebagaimana diatur dalam PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2010, sehingga dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto yaitu sebesar Rp23.802.245.541,00;
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
sebagaimana telah dibetulkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
00010/WPJ.0l/KP.0703/2014 tanggal 24 Maret 2014 sudah tepat. Dengan demikian diusulkan
perhitungan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
menjadi sebagai berikut:
Menurut Hasil
Menurut
Menurut Penelitian
No Uraian Surat Keberatan
SKPKB (Rp) Keberatan
(Rp)
(Rp)
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1 Penghasilan Kena 47.638.903.356 119.011.227.705 119.011.227.705
Pajak/Dasar
Pengenaan Pajak
yang terutang
3 Kredit Pajak:
c. STP (pokok - - -
kurang bayar)
d. Kompensasi - - -
kelebihan dari
masa pajak
e. Lain-lain - - -
f. Kompensasi - - -
kelebihan ke
masa pajak
yang dapat
dikreditkan
(a+b+c+d+e+f)
dibayar (2-3g)
5 Sanksi Administrasi:
(2) KUP
b. Kenaikan Pasal - - -
13 (3) KUP
c. Bunga Pasal 13 - - -
(5) KUP
d. Kenaikan Pasal - - -
13A KUP
administrasi
(a+b+c+d)
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
6 Jumlah PPh yang masih 4.917.917.496 27.948.805.507 27.948.805.507
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
KESIMPULAN DAN USUL MENURUT TERBANDING (dalam Surat Uraian Banding)
Kesimpulan
bahwa Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015
diterbitkan berdasarkan kuasa Pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 telah sesuai dengan data dan ketentuan yang
berlaku;
bahwa koreksi Terbanding telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku;
Usul
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diusulkan kepada Pengadilan Pajak untuk
menolak permohonan banding Pemohon Banding dan tetap mempertahankan Keputusan
Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Pemohon
Banding atas SKPKB Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor 00001/245/11/123/14
tanggal 7 Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 atas nama Pemohon Banding,
NPWP 01.000.660.9-123.001;
bahwa dalam Surat Uraian Bandingnya Terbanding melampirkan fotokopi dokumen sebagai
berikut:
T-1 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Masa/Tahun Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014;
T-4 Surat Kuasa Khusus Wajib Pajak Nomor: 68/PZI/FIN/VII/13 tanggal 4 Juli 2013;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Cfm. Pemohon
Uraian Cfm. KEP-516 Koreksi
Banding
terutang
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pajak yang tidak/kurang- - 18.884.328.045 18.884.328.045
dibayar
Sanksi Administrasi:
Harus Dibayar
Dasar
PPh Kurang / Sanksi
Uraian Pengenaan PPh Terutang Kredit Pajak
(Lebih) Bayar Administrasi
Pajak
WP Setuju - - - - -
bahwa berikut Pemohon Banding paparkan argumen dan alasan ketidaksetujuan Pemohon
Banding terhadap koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 dengan PPh
kurang bayar sebesar Rp18.884.328.045,00 dan sanksi kenaikan sebesar Rp9.064.477.462,00;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang diungkapkan di
dalam SUB-nya terkait koreksi atas objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 yang
menyebabkan pajak kurang bayar sebesar Rp18.884.328.045,00 dan sanksi administrasi
bunga sebesar Rp9.064.477.462,00
bahwa Pendapat Pemohon Banding adalah sebagai berikut:
1. Sengketa Banding
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa sengketa banding atas Objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00
merupakan hasil dari perhitungan ekualisasi Terbanding sebagaimana tertera dalam
risalah pembahasan pemeriksaan pajak tahun 2011 sebagai berikut:
No Keterangan Jumlah
- Pada HPP
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dengan mengikuti perhitungan Terbanding dalam tabel di atas, sebagaimana
telah Pemohon Banding jelaskan dalam Surat Banding Pemohon Banding, Pendapat
Pemohon Banding atas perhitungan Terbanding adalah sebagai berikut:
Menurut SPT
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
3) bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan
berkaitan dengan pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan
kepada Sabelfi SNC harus mengacu pada P3B yang berlaku, dalam hal
ini adalah P3B Indonesia-Belgia. Pasal 11 ayat (2) atas P3B tersebut telah
menetapkan bahwa pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC seharusnya
dikenakan PPh pasal 26 sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Terbanding dalam sengketa ini yakni PER-61/PJ/2009 tertanggal 5 November
2009 (PER-61) dan PER-24/PJ/2010 tahun 2010 (PER-24) ditetapkan setelah
dari P3B kedua Negara tersebut disepakati;
bahwa dengan demikian peraturan yang diterbitkan oleh Terbanding
seharusnya merupakan aturan pelaksanaan dimana hanya mengatur masalah
administratif saja dan tidak dapat mengubah substansi/validasi dari aturan
yang disepakati bersama di dalam P3B;
bahwa Terbanding secara sepihak telah menetapkan PER-61 yang mengatur
COR secara khusus, yaitu DGT-1. PER-61 kemudian disempurnakan melalui
PER-24/PJ/2010 (PER-24) dimana melalui Pasal 4 ayat (4) PER-24 menerima
COR yang diterbitkan oleh negara-negara dalam perjanjian P3B sebagai
pengganti pernyataan dalam DGT-1 halaman 1 bagian III (part III);
bahwa PER-61 yang disempurnakan melalui PER-24/PJ/2010 yang mengatur
COR secara khusus ditetapkan setelah P3B antara Indonesia-Belgia
ditandatangani;
bahwa oleh karena itu, Terbanding seharusnya menggunakan peraturan yang
berlaku di dalam P3B Indonesia-Belgia untuk menetapkan kewajiban
perpajakan, sehingga COR yang diterbitkan oleh Pemerintah Belgia untuk
Sabelfi SNC dapat dijadikan dokumen pendukung yang membuktikan bahwa
Sabelfi SNC merupakan Wajib Pajak di Belgia dan berhak menikmati fasilitas
perpajakan yang tertuang di dalam P3B Indonesia-Belgia;
bahwa dalam hal ini Pemerintah Belgia telah menerbitkan COR sebagai
dokumen pendukung status kependudukan Sabelfi SNC di Belgia di tahun
2010. Dengan demikian Sabelfi berhak atas pemajakan sebesar 10% atas
penghasilan bunga yang diterima dari Pemohon Banding;
bahwa dengan mempertimbangkan P3B Indonesia-Belgia dan Pasal 4 ayat (4)
PER-24 maka Terbanding seharusnya tidak dapat dengan serta merta menolak
penggunaan pembatasan pemajakan yang telah disetujui dalam P3B Indonesia-
Belgia dengan alasan tidak lengkapnya pengisian DGT-1 (yaitu karena Sabelfi
tidak menandatangani DGT-1 sesuai dengan peraturan);
bahwa oleh sebab itu, pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
bahwa dengan demikian, Pemohon Banding mohon kepada Majelis Hakim
untuk membatalkan koreksi pengenaan PPh pasal 26 sebesar 20% atas seluruh
pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan dalam PER-61/PJ./2009
ataupun PER-24/PJ./2010, yaitu:
bahwa Pemohon Banding telah mengisi DGT-1 sesuai dengan ketentuan
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa meskipun Pemohon Banding belum mengisi lembar I form DGT-1 nomor
5 s/d 7, namun informasi tersebut sehubungan dengan data Pemohon Banding
sebagai pemotong pajak yang mana telah diketahui oleh Kantor Pajak melalui
data NPWP yang disahkan oleh KPP PMA 1;
b a h w a Form DGT-1 telah dilaporkan tepat pada waktu sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam PER-61/PJ./2009 (dan SE-114/PJ./2009), yaitu di
masa terutangnya pajak;
bahwa dalam hal pembayaran bunga, pajak penghasilan terutang pada saat
pembayaran bunga jatuh tempo. Dan untuk menggunakan penurunan tarif
pajak sesuai dengan Tax Treaty, DGT-1 harus dilaporkan paling lambat pada
tanggal 20 di bulan berikutnya, yaitu bersamaan dengan pelaporan surat
pemberitahuan masa;
bahwa dengan pengesahan Otoritas Pajak Belgia dalam halaman 1 DGT-1
membuktikan bahwa Sabelfi SNC merupakan perusahaan yang berdomisili di
Belgia dan melaporkan pajak penghasilan di Belgia;
bahwa oleh karena itu, Sabelfi SNC telah memenuhi persyaratan utama untuk
penggunaan tarif rendah yang diberikan melalui Tax Treaty Indonesia-Belgia;
bahwa untuk pembayaran bunga masa Januari-Juni 2011, keterangan
kependudukan Sabelfi SNC di Belgia telah disahkan melalui surat "Certificate
of Residence" yang disahkan dan dikeluarkan oleh Otoritas Pajak Belgia pada
Juli 2010;
bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa surat " Certificate of
Residence" ini berlaku untuk 12 bulan sejak tanggal disahkan sebagaimana
diatur dalam PER-24/PJ./2010, yaitu untuk periode 19 Juli 2011-19 Juni 2011;
bahwa dengan demikian, periode pembayaran bunga Januari-Juni 2011 masih
dapat menggunakan COR tersebut (yaitu dengan menerapkan PPh Pasal 26
dengan tarif 10%);
bahwa dengan demikian penggunaan tarif pajak 10% sesuai dengan Tax Treaty
tetap dapat digunakan sesuai dengan peraturan dalam PER-24/PJ./2010;
bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat Pemohon
Banding sampaikan bahwa penerapan tarif pajak sesuai dengan P3B antara
Indonesia dan Belgia yang diterapkan oleh Pemohon Banding atas pembayaran
bunga kepada Sabelfi sudah benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Keterangan Jumlah
- Pada HPP
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dalam hal ini Pemohon Banding dapat membuktikan bahwa Lafarge SA merupakan
wajib pajak Perancis sesuai dengan COR yang terlampir bersama surat ini. Dengan demikian,
Lafarge SA dapat menggunakan ketentuan P3B Indonesia-Prancis pada Pasal 7;
bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa biaya technical fees tersebut sudah diterima
oleh Tim Pemeriksa sebagai pengurang penghasilan bruto (biaya telah diakui sebagai biaya
pajak);
bahwa lebih lanjut, Terbanding tidak mempunyai dasar untuk mempersengketakan
pembayaran technical fee yang dilakukan oleh Pemohon Banding, karena Pemohon Banding
telah memenuhi 3 tes pengujian terkait pembayaran transaksi jasa intra-grup sebagaimana
tertera dalam PER-22 yang menguji prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi
jasa intra-grup;
bahwa penjelasan secara rinci diuraikan sebagai berikut:
Jasa telah benar-benar diberikan
bahwa Pemohon Banding telah menerima bantuan dan dukungan terkait bidang-bidang di
bawah ini:
● Pemasaran;
● Transformasi komersial;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
● Hal-hal terkait finansial dan hukum;
bahwa berdasarkan analisis dan penjelasan diatas, Pemohon Banding telah memenuhi tiga
pengujian yang diterapkan dalam menguji transaksi pembayaran jasa intra-grup sebagaimana
tertera dalam PER-22;
bahwa apabila diminta di dalam persidangan nanti Pemohon Banding juga mampu
memberikan bukti dalam bentuk dokumen-dokumen pendukung seperti perjanjian relevan
antara Pemohon Banding dan Lafarge SA, faktur-faktur untuk layanan yang disediakan
Lafarge SA, juga TPD yang mendokumentasikan kewajaran dari biaya pembayaran jasa yang
berkaitan dengan transaksi jasa intra-grup;
I. Kesimpulan
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan penjelasan-penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat disimpulkan
bahwa Terbanding tidak memiliki cukup alasan untuk mempertahankan koreksi atas
tarif PPh Pasal 26 yang menyebabkan PPh Pasal 26 kurang dibayar sebesar Rp
18.884.328.045,00 dan sanksi administrasi bunga sebesar Rp9.064.477.462,00;
bahwa sesuai dengan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007, jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 26 yang disampaikan oleh Pemohon Banding adalah
jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
bahwa berdasarkan hal-hal di atas, penghitungan PPh Final Pasal 23/26 untuk Masa
Pajak Januari s.d. Desember 2011 menurut Pemohon Banding seharusnya adalah sebagai
berikut:
3 Kredit Pajak:
e. Lain-lain Rp -
(a+b+c+d+e+f)
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa demikianlah Bantahan atas SUB sehubungan dengan permohonan banding ini kami
sampaikan agar dapat dijadikan pertimbangan Majelis Hakim untuk mengabulkan
permohonan banding Pemohon Banding;
bahwa dalam Surat Bantahannya Pemohon Banding melampirkan dokumen dan bukti-bukti
sebagai berikut:
P-7 Fotokopi SKPKB PPh Pasal !26 Tahun Pajak 2011 No. 00001/245/11/123/14
tertanggal 7 Maret 2014 dan pembetulannya KEP-0010/WPJ.01/KP.0703/2014
tertanggal 24 Maret 2014;
P-8 Fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPh Pasal 26 terutang
sebagaimana keputusan SKPKB No. 00001/245/11/123/14 yang dibayarkan
tanggal 21 Mei 2014 sebesar Rp27.948.805.507,00;
P-12 Surat Pemohon Banding tanggal 12 April 2016 tentang Tambahan Penjelasan
Sehubungan Dengan Surat Banding;
P-15 Fotokopi Akta Notaris No. 01 tanggal 07 Maret 2014 tentang Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
P-16 Fotokopi Akta Notaris Perubahan Terakhir No. 02 tanggal 09 Maret 2015
tentang Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia;
P-18 Fotokopi Laporan Keuangan Audit Tahun 2010, 2011 dan 2012;
P-19 Fotokopi Perjanjian Hutang (Loan Agreement) antara Sabelfi SNC dan PT.
Lafarge Cement Indonesia tanggal 22 Maret 2010;
P-20 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 April 2010;
P-21 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 Juli 2010;
P-22 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanpa tanggal;
P-24 Fotokopi Certificate of Domicile Non Resident For Indonesia Tax Withholding
(Form-DGT 1);
P-26 Fotokopi Perjanjian Merk Induk (Master Brand Agreement) antara Lafarge
dengan PT. Lafarge Cement Indonesia;
P-28 Fotokopi Certificate of Domicile (COD) atas nama Lafarge SA, Perancis;
P-29 Fotokopi SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari 2012;
P-30 Fotokopi COD atas nama Lafarge SA dan DGT-1 Form dari Lafarge SA,
Perancis;
P-31 Fotokopi Commercial Invoice dan Payment Details dalam rangka pembayaran
royalti;
P-32 Fotokopi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan
Perancis;
P-33 Fotokopi SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, dan Desember 2011 sebagai bukti pelaporan PPh Pasal 26
atas Biaya Bunga;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
P-35 Fotokopi COD dan DGT-1 Form dari Sabelfi SNC, Belgia;
P-37 Fotokopi Interest Expenses berikut dengan nomor referensi ke tiap-tiap dokumen
pendukungnya;
P-39 Fotokopi Perjanjian Hutang (Loan Agreement) antara Sabelfi SNC dan PT.
Lafarge Cement Indonesia tanggal 22 Maret 2010 dengan nilai hutang sebesar
USD75,000,000.00;
P-40 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 April 2010 dengan nilai hutang sebesar Rp207.690.000,00;
P-41 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 Juli 2010 dengan nilai hutang sebesar Rp180.300.000,00;
P-42 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 19 November 2010 dengan nilai hutang sebesar Rp196. 500.000,00;
P-43 Fotokopi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan
Belgia;
P-44 Fotokopi SKPN PPh Pasal 26 yang dikeluarkan oleh KPP Banda Aceh;
P-45 Mapping Koreksi PPh Pasal 26 berikut dengan rincian pemotongan PPh Pasal 26
yang telah dilaporkan di KPP Medan dan KPP Banda Aceh;
T-7 Fotokopi Laporan Hasil Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal
Asing Satu Nomor: LAP-160/WPJ.07/KP.0200/2014 tanggal 25 Februari 2014;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
PERTIMBANGAN HUKUM PENGADILAN PAJAK
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Surat Banding Nomor: MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015
memenuhi ketentuan formal;
Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Keberatan
bahwa pengajuan banding telah didahului dengan Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-
FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 yang permohonannya diterima di KPP Madya Medan
pada tanggal 04 Juni 2014;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 berisi
keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari
sampai dengan Desember 2011;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014,
ditandatangani oleh Valery Jean Michel Pitra, Jabatan: Direktur;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014,
ditujukan kepada Terbanding dan dibuat dalam bahasa Indonesia sehingga memenuhi
ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014
memenuhi persyaratan satu Surat Keberatan untuk satu Surat Ketetapan Pajak;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014, memuat
alasan-alasan keberatan yang jelas dan perhitungan besarnya pajak yang terutang menurut
Pemohon Banding sehingga memenuhi ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014, diterima
oleh Terbanding pada tanggal 04 Juni 2014, sedangkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a
quo diterbitkan pada tanggal 07 Maret 2014, sehingga pengajuan keberatan memenuhi
ketentuan mengenai jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud
Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009;
bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 diajukan
atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Desember 2011 dan berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, tidak terdapat pajak
yang masih harus dibayar yang disetujui Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan hal tersebut, Pemohon Banding tidak memiliki kewajiban melunasi pajak
yang masih harus dibayar sehingga memenuhi Pasal 25 ayat (3a) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Valery Jean Michel Pitra, Jabatan: Direktur, selaku penandatangan Surat Keberatan
Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014, berdasarkan Salinan Akta
Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia Nomor 01 tanggal 07
Maret 2014 yang dibuat dihadapan Devi Yunanda, S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di
Kota Administrasi Jakarta Selatan, berwenang menandatangani Surat Keberatan a quo
sehingga Surat Keberatan memenuhi ketentuan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Keberatan Pemohon Banding Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03
Juni 2014 memenuhi ketentuan formal;
Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan Keputusan Terbanding
bahwa Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015,
merupakan keputusan atau jawaban terhadap Surat Keberatan Pemohon Banding Nomor
VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 yang surat permohonannya diterima di
KPP Madya Medan pada tanggal 04 Juni 2014;
bahwa Keputusan Terbanding a quo berupa menolak keberatan Pemohon Banding, sehingga
penerbitan Keputusan Terbanding memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 26
ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tersebut memenuhi asas satu
keputusan atau satu balasan;
bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tersebut bukan termasuk
dalam kategori keputusan yang sebelum diterbitkan tidak didahului dengan pemberian
kesempatan kepada Pemohon Banding untuk menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan
tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding diterbitkan tanggal 31 Maret
2015, sedangkan Surat Keberatan diterima oleh Terbanding tanggal 04 Juni 2014, sehingga
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Terbanding memenuhi ketentuan mengenai kewajiban membalas dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tidak mengandung kesalahan
tulis pada subjek, jenis dan tahun pajak yang dituju oleh keputusan, sehingga dapat
mengakibatkan Pemohon Banding tidak dapat menjalankan kewajiban dan/atau hak
perpajakannya secara baik dan benar;
bahwa penerbitan Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01I2015 tanggal 31 Maret
2015 memenuhi ketentuan formal;
Pemenuhan Ketentuan Formal penerbitan Surat Ketetapan Pajak
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor:
00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember
2011 diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu Nomor: LAP-
160/WPJ.07/KP.0200/2014 tanggal 25 Februari 2014;
bahwa Terbanding kemudian menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
00010/WPJ.01/KP.0703/2014 tanggal 24 Maret 2014 perihal Pembetulan Atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14
tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 karena adanya
kesalahan hitung dalam Surat Ketetapan Pajak a quo;
bahwa pembetulan atas kesalahan hitung tersebut adalah sebagai berikut:
No Uraian
Tertulis Seharusnya
Pengenaan Pajak
3 Kredit Pajak:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
d. Kompensasi kelebihan dari - -
masa pajak
e. Lain-lain - -
f. Kompensasi kelebihan ke - -
masa pajak
dikreditkan (a+b+c+d+e+f)
3.g)
6 Sanksi Administrasi:
KUP
(a+b+c+d)
(4+5.e)
bahwa menurut pendapat Majelis, kesalahan hitung tersebut bersifat manusiawi dan perlu
dibetulkan sebagaimana mestinya, serta tidak mengandung persengketaan antara Terbanding
dengan Pemohon Banding, sehingga pembetulan yang dilakukan oleh Terbanding telah
memenuhi Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009;
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo bukan termasuk dalam kategori ketetapan
dari hasil Pemeriksaan yang sebelum diterbitkan tidak didahului dengan pemberitahuan
tertulis hasil Pemeriksaan kepada Pemohon Banding;
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo memenuhi asas 1 (satu) ketetapan untuk 1
(satu) tahun pajak;
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo merupakan ketetapan atas hasil
pemeriksaan SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
yang menyatakan kurang bayar;
bahwa dengan demikian Surat Ketetapan Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo diterbitkan oleh Terbanding pada tanggal
07 Maret 2014, sementara berakhirnya Masa Pajak Desember 2011 adalah tanggal 31
Desember 2011 sehingga penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo memenuhi
jangka waktu 5 (lima) tahun;
bahwa dengan demikian, penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari
sampai dengan Desember 2011 memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo tidak mengandung kesalahan tulis pada
subyek, jenis, dan tahun pajak yang dituju oleh ketetapan, sedemikian rupa sehingga dapat
mengakibatkan Pemohon Banding tidak dapat menjalankan hak dan/atau kewajiban
Perpajakannya secara baik dan benar;
bahwa penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 memenuhi ketentuan formal;
bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan permohonan Banding Pemohon Banding
memenuhi ketentuan-ketentuan yang bersifat formal sehingga materi Banding dapat diperiksa
lebih lanjut;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
menyimpulkan pokok-pokok sengketa mengenai objek pajak, membahas setiap pokok sengketa
mengenai objek pajak tersebut dan diakhiri dengan penilaian Majelis terhadap nilai objek
pajak menurut keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding sebelum Banding ini;
Menimbang, bahwa dalam sengketa Banding ini terdapat sengketa mengenai besarnya Dasar
Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011;
bahwa Majelis telah menghimpun data untuk menganalisis perkembangan nilai sengketa
besarnya Dasar Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 sebagai berikut:
bahwa menurut pendapat Majelis, Terbanding menggunakan jumlah Dasar Pengenaan Pajak
sebesar Rp119.011.227.705,00 sebagai dasar menerbitkan ketetapan semula, sedangkan
Pemohon Banding melaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2011 jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp47.638.903.356,00
sehingga selisih jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebelum keberatan adalah sebesar
Rp71.372.324.349,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas ketetapan Terbanding yang menyatakan jumlah Dasar
Pengenaan Pajak sebesar Rp119.011.227.705,00, Pemohon Banding mengajukan keberatan
dengan menyebutkan secara eksplisit jumlah Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan
Pemohon Banding yaitu sebesar Rp47.638.903.356,00 sehingga nilai sengketa Dasar
Pengenaan Pajak sampai dengan keberatan adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas keberatan Pemohon Banding yang menyatakan jumlah
Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan Pemohon Banding sebesar
Rp47.638.903.356,00, Terbanding menggunakan jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebesar
Rp119.011.227.705,00 sebagai dasar untuk menerbitkan keputusan atas keberatan Pemohon
Banding, sehingga nilai sengketa Dasar Pengenaan Pajak sebelum Banding adalah sebesar
Rp71.372.324.349,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas Keputusan Terbanding yang menyatakan jumlah Dasar
Pengenaan Pajak sebesar Rp119.011.227.705,00, Pemohon Banding mengajukan Banding
dengan menyebutkan secara eksplisit besarnya jumlah Dasar Pengenaan Pajak menurut
perhitungan Pemohon Banding sebesar Rp47.638.903.356,00 sehingga nilai sengketa Dasar
Pengenaan Pajak sampai dengan Surat Banding adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas Banding Pemohon Banding yang menyatakan jumlah
Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan Pemohon Banding sebesar Rp47.638.903.356,00
Terbanding dalam Surat Uraian Banding berpendapat bahwa jumlah Dasar Pengenaan Pajak
sebesar Rp119.011.227.705,00 sehingga nilai Dasar Pengenaan Pajak sampai dengan Surat
Uraian Banding adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas Surat Uraian Banding Terbanding yang menyatakan
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
jumlah Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan Terbanding sebesar
Rp119.011.227.705,00, Pemohon Banding dalam Surat Bantahan berpendapat bahwa jumlah
Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp47.638.903.356,00 sehingga nilai sengketa Dasar
Pengenaan Pajak sampai dengan Surat Bantahan adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;
Menimbang, bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa Banding ini adalah koreksi
positif Dasar Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 sebesar Rp71.372.324.349,00;
Menimbang, bahwa pembahasan mengenai pokok sengketa di atas adalah sebagai berikut:
Menurut Terbanding:
bahwa perhitungan koreksi obyek PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dalam surat tersebut menjelaskan bahwa Pemohon Banding setuju dengan besarnya
jumlah Objek PPh Pasal 26 yang ditetapkan oleh Terbanding sebesar Rp121.520.550.062,00;
Menurut Pemohon Banding
bahwa sengketa banding atas Objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 merupakan
hasil dari perhitungan ekualisasi Terbanding sebagaimana tertera dalam risalah pembahasan
pemeriksaan pajak tahun 2011 sebagai berikut:
No Keterangan Jumlah
- Pada HPP
bahwa atas koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00 Terbanding tidak memberikan rincian dan
penjelasan lebih lanjut, melainkan hanya keterangan "hasil ekualisasi" sebagaimana
disebutkan dalam SUB ini;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pendapat Majelis
bahwa Terbanding melakukan koreksi positif objek PPh Pasal 26 sebesar
Rp71.372.324.349,00, karena berdasarkan hasil perhitungan atas ekualisasi dan objek yang
terdapat pada akun Neraca dan Rugi/Laba yang dipersandingkan dengan objek yang telah
dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011, Pemohon
Banding belum sepenuhnya melaporkan PPh Pasal 26;
bahwa hasil dari perhitungan ekualisasi Terbanding sebagaimana tertera dalam risalah
pembahasan pemeriksaan pajak tahun 2011 sebagai berikut:
No Keterangan Jumlah
- Pada HPP
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa sengketa DPP PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 maka Majelis meminta
kepada Terbanding dan Pemohon Banding untuk melakukan uji bukti yang hasilnya
dituangkan dalam Berita Acara Uji Bukti;
bahwa Terbanding tidak dapat merinci koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00, sehingga
Pemohon Banding tidak dapat memberikan sanggahan-sanggahan atas koreksi Terbanding
sebesar Rp71.372.324.349,00;
bahwa Majelis menetapkan obyek yang dilakukan uji bukti adalah nilai transaksi sebesar
Rp121.520.550.062,00 dengan rincian sebagai berikut:
Rp 121.520.550.062,00
bahwa menurut Terbanding, dalam proses pemeriksaan uji bukti diketahui bahwa atas
obyek PPh Pasal 26 Technical Fee sebesar Rp5.977.609.113,00 tidak dilakukan koreksi;
bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat transaksi Terbanding sebesar
Rp5.977.609.113,00 bukan merupakan sengketa PPh Pasal 26 dalam banding ini;
bahwa menurut Pemohon Banding, atas objek pajak sebesar Rp46.909.650.225,00 telah
dilaporkan di Tahun Pajak 2012;
bahwa berdasarkan penelitian Terbanding atas SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak
Januari 2012, diketahui Pemohon Banding telah melaporkan sebesar
Rp46.031.369.930,00 dengan PPh Pasal 23/26 yang telah dipotong sebesar
Rp4.603.136.993,00, sesuai bukti potong PPh Pasal 26 Nomor: 000035A/PPH26;
bahwa dengan demikian menurut Terbanding terdapat objek pajak sebesar
Rp878.280.295,00 yang belum dipotong dan dilaporkan;
bahwa menurut Pemohon Banding:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
- biaya royalti ditagihkan dalam mata uang Euro sedangkan pembukuan dan
pemotongan pajak PPh Pasal 26 dilakukan oleh Pemohon Banding dengan
menggunakan mata uang Rupiah;
- konversi atas jumlah biaya royalti dari mata uang euro untuk tujuan
pembukuan dan pemotongan pajak dilakukan dengan menggunakan kurs yang
berbeda, sehingga sangatlah wajar apabila terdapat selisih antara biaya dalam
pembukuan dan biaya royalty yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 26;
bahwa menurut Pemohon Banding atas objek PPh Pasal 26 berupa Interest Expense
sebesar Rp68.633.290.724,00, telah dilaporkan sebesar Rp45.872.146.336,00, sedangkan
atas objek pajak sebesar Rp22.761.144.388,00 belum dilaporkan;
bahwa berdasarkan uji bukti atas data yang disampaikan pada saat pelaksanaan uji
bukti, diketahui atas objek pajak sebesar Rp45.872.146.336,00 telah dilaporkan
Pemohon Banding dengan rincian sebagai berikut:
Invoice SPT
No Uraian Tanggal GL
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Masa
Nomor Tanggal Jumlah (Rp) PPh Pasal 26
Pajak
1. To record 8,238,790,920
interest
Jan 11
Loan Q 2011
75 M
REF
512012
Loan 207
B REFF
NO
774585
B REFF
NO
717825
18013
REEF NO
620994
Loan Q
75 M
REFF
512012
2N0
Quarterly
IDR 180
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
8 Interest 717825 29-04-2011 3,948,831,250 29-07-2011
Quarterly
IDR 196
Q 75 M 2011
REEF
512012 3
RD
Q 1 96 B 2011
REF
717325-
31/10
REF
620994-
31/10
Sabelfi
Q 75 M 2011
REEF
512012
4TH
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa menurut Terbanding, dalam sidang pemeriksaan uji bukti Pemohon Banding tidak
dapat membuktikan dengan dokumen dasar berupa invoice, bukti pembayaran/transfer,
Rekening Koran, bukti pemotongan PPh Pasal 26 dan SPT Masa PPh 23/26 atas nilai
obyek PPh Pasal 23/26 berupa interest sebesar Rp45.872.146.336,00;
bahwa Pemohon Banding telah memperlihatkan tagihan biaya bunga dari Sabelfi SNC untuk
tahun 2011 dan bukti pembayaran atas biaya bunga tersebut;
bahwa dokumen yang disampaikan Pemohon Banding adalah:
i. Perjanjian pinjaman ( Loan Agreement) antara Pemohon Banding dan Sabelfi SNC
(terdapat 4 perjanjian sebagaimana disebutkan dalam kolom "Bukti yang diperiksa"
dalam Berita Acara ini);
ii. tagihan (commercial invoice) dari Sabelfi SNC, rekening Koran sebagai bukti pelunasan
tagihan biaya bunga tersebut;
bahwa Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran biaya
Bunga tersebut dengan menunjukkan bukti pemotongan PPh Pasal 26 dan pelaporannya dalam
SPT Masa PPh Pasal 26 selama tahun 2011;
bahwa atas selisih objek PPh Pasal 26 atas biaya bunga sebesar Rp22.761.144.388,00 yang
menurut Terbanding tidak dapat ditelusuri kebenaran materialnya, Pemohon Banding tidak
dapat memperlihatkan bukti-bukti dalam persidangan;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas transaksi sebesar Rp45.872.146.336,00 berdasarkan
bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Pemohon Banding merupakan obyek PPh Pasal 26 berupa
biaya bunga yang dibayarkan kepada Sabelfi SNC dan telah dilaporkan dalam SPT Masa PPh
Pasal 26 Tahun 2011;
bahwa dengan demikian, transaksi pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC sebesar
Rp45.872.146.336,00 bukan merupakan sengketa PPh Pasal 26 dalam banding ini;
bahwa menurut pendapat Majelis, atas transaksi pembayaran bunga sebesar
Rp22.761.144.388,00 tidak didukung dengan bukti-bukti tagihan dan pemotongan PPh Pasal
26 sehingga koreksi Terbanding atas objek PPh Pasal 26 berupa Interest Expense sebesar
Rp22.761.144.388,00, tetap dipertahankan;
Menimbang, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis terhadap sengketa OPP PPh
Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 sebesar Rp71.372.324.349,00,
Majelis menyatakan hal-hal sebagai berikut:
bahwa perincian koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00 dan hasil pemeriksaan Majelis adalah
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
sebagai berikut:
Koreksi
Koreksi
Jumlah tidak dapat Koreksi
No yang menjadi Keterangan
Koreksi (Rp) dipertahankan tetap dipertahankan
sengketa
(Rp)
sebesar
Rp5.977.609.113,00 yang
terdiri dari:
- Technical Fee
sebesar
Rp1.701.529.736,00
- Telah dilaporkan di
sebesar
Rp1.766.757.020,00
- Telah dilaporkan di
KPP Pratama
Lhokseumawe
sebesar
Rp2.509.322.357,00
untuk membatalkan
koreksi ini;
26;
kurs;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
4. Interest Fee 22.761.144.388,00 0,00 22.761.144.388,00 Pemohon Banding tidak dapat
memperlihatkan bukti-bukti
obyek sebesar
Rp22.761.144.388,00 telah
bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi positif Dasar
Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
yang dilakukan Terbanding sebesar Rp71.372.324.349,00, tidak dapat dipertahankan sebesar
Rp47.732.899.666,00 dan tetap dipertahankan sebesar Rp23.639.424.683,00;
Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif PPh Pasal
26;
bahwa pembahasan mengenai sengketa Tarif Pajak di atas adalah sebagai berikut:
Menurut Terbanding:
berdasarkan hasil uji kebenaran materi yang telah dilaksanakan, Terbanding menyampaikan
hal-hal sebagai berikut:
bahwa berdasarkan penelitian terhadap SPT PPh Pasal 23/26 dan lampirannya, Laporan Hasil
Pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan dan lampirannya, diketahui bahwa pemotongan PPh
Pasal 26 atas objek PPh Pasal 26 antara Pemohon Banding dengan Terbanding selama tahun
2011 adalah sebagai berikut:
Jumlah
Masa Penerima PPh Yang
Penghasilan Tarif (%)
Pajak Penghasilan Dipotong (Rp)
Bruto (Rp)
Januari - - - -
Pebruari - - - -
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Jumewah 226.485.395 10 22.648.539
Shipping Sdn,
Bhd
Marg Private
Ltd
Private
Limited
Placements
Private
Limited
Technology
Services
Corp
Nopember - - -
bahwa dari seluruh transaksi yang merupakan objek PPh Pasal 26 di atas, pembayaran
kepada Sabelfi merupakan pembayaran atas bunga sementara yang lainnya merupakan
pembayaran atas imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap PPh Pasal 26 yang dipotong apakah
penerapan tarif PPh sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 26 UU PPh atau
sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan Belgia;
bahwa dari hasil penelitian diketahui:
bahwa terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Jumewah Shipping Sdn, Bhd. Atas
pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan tidak dilampirkan
Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;
bahwa terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga
dilampirkan Certificate of Residence pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;
bahwa terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga
dilampirkan Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret
2011;
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Certificate of Residence tersebut dibuat
tanggal 19 Juli 2010 untuk tahun pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT-1 yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-
24/PJ/2010;
bahwa Terbanding berpendapat bahwa Certificate of Residence tersebut tidak dapat dijadikan
dasar pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif yang ditentukan dalam Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011;
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT PPh Pasal 26 Masa Pajak Juli
2011;
bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Fo r m DGT-1 yang dilampirkan Pemohon
Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku selama 1 (satu) tahun;
b a h w a F o r m DGT-1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi dasar
pemotongan PPh Pasal 26;
bahwa akan tetapi Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian Form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;
bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form DGT-1;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan lampiran PER-61/PJ./2009, angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya diisi
dengan:
(5) diisi dengan NPWP Pemotong Pajak di Indonesia,
bahwa Pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh
Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 dicantumkan Tahun Pajak 2010 dan tidak
dilampiri dengan Fo r m DGT-1, sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of
Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif
P3B untuk Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011, karena tidak memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah
diubah dengan PER-24/PJ./2010;
bahwa Formulir DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26
Masa Pajak Juli, September, Oktober dan Desember 2011 tidak diisi dengan lengkap, sehingga
Terbanding berpendapat bahwa Formulir DGT-1 tersebut tidak dapat dijadikan dasar
pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif P3B untuk Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan
Desember 2011 karena tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding berkesimpulan bahwa terdapat Objek
Pajak PPh Pasal 26 sebesar Rp119.011.227.705,00 dan Pemohon Banding tidak berhak
menerapkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) karena tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ.2010, sehingga dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto;
bahwa menurut Pemohon Banding, Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding
bahwa Pemohon Banding tidak dapat menggunakan ketentuan penurunan tarif pajak
penghasilan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ( Tax Treaty )
antara Indonesia dan Belgia;
bahwa alasan Terbanding tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui Indonesia dan
Belgia;
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan utama yang telah disetujui oleh kedua
negara yaitu pembuktian bahwa penerima penghasilan merupakan Wajib Pajak di Belgia;
bahwa berdasarkan dokumen yang ditunjukkan oleh Pemohon Banding pada saat pelaksanaan
Uji Bukti, maka fakta uji bukti menurut Terbanding adalah sebagai berikut:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Interest Expense sebesar Rp68.633.290.724,00
bahwa Pemohon Banding berpendapat atas objek pajak tersebut telah dilaporkan sebesar
Rp45.872.176.336,00, sedangkan atas objek pajak sebesar Rp22.761.144.388,00 belum
dilaporkan;
bahwa berdasarkan uji bukti atas data yang disampaikan pada saat pelaksanaan uji bukti,
diketahui atas objek pajak sebesar Rp45.872.176.336,00 telah dilaporkan Pemohon Banding
dengan rincian sebagai berikut:
Invoice SPT
No Uraian Tanggal GL
Masa
Nomor Tanggal Jumlah (Rp) PPh Pasal 26
Pajak
1. To record 8,238,790,920
interest
Jan 11
Loan Q 2011
75 M
REF
512012
Loan 207
B REFF
NO
774585
B REFF
NO
717825
18013
REEF NO
620994
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
6. Inters 512012 01-04-2011 5,759,335,860 30-06-2011 Juni 2011 5,803,861,591
Loan Q
75 M
REFF
512012
2N0
Quarterly
IDR 180
Q 75 M 2011
REEF
512012 3
RD
Q 1 96 B 2011
REF
717325-
31/10
REF
620994-
31/10
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
14. Interest 512012 23-09-2011 6,341,466,091 26-12-2011 Desember 6,271,620,063
Q 75 M 2011
REEF
512012
4TH
bahwa atas objek pajak yang telah dilaporkan sebesar Rp45.872.176.336,00 telah dipotong
PPh Pasal 26 sebesar 10%;
bahwa berdasarkan penelitian atas COD dan Form DGT-1 diketahui hal-hal sebagai berikut:
Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011
bahwa pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh
Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 dicantumkan Tahun Pajak 2010 dan tidak
dilampiri dengan Fo r m DGT-1, sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of
Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif
P3B untuk Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011, karena tidak memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah
diubah dengan PER-24/PJ./2010;
Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan Desember 2011
bahwa Form DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku
selama 1 (satu) tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2011 Fo r m DGT-1
tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 26;
bahwa akan tetapi, Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian Form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;
bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form DGT-1;
bahwa berdasarkan Lampiran PER-61/PJ./2009, angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya
diisi dengan:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
(5) diisi dengan NPWP Pemotong Pajak di Indonesia
bahwa dalam sidang pemeriksaan uji bukti, Pemohon Banding tidak dapat membuktikan
dengan dokumen dasar berupa invoice, bukti pembayaran/transfer, Rekening Koran, bukti
pemotongan PPh Pasal 26 dan SPT Masa PPh 23/26 atas nilai obyek PPh Pasal 23/26 berupa
interest sebesar Rp45.872.176.336,00;
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding tetap menghitung interest expense
sebesar Rp68.633.290.724.00 dengan besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong adalah
sebesar 20%;
Menurut Pemohon Banding
Sengketa atas pengenaan PPh Pasal 26 dengan tarif 20% atas biaya bunga pinjaman
sebesar Rp45.872.146.336,00
bahwa dalam proses Uji Bukti ini Pemohon Banding membuktikan bahwa Pemohon Banding
telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas biaya Bunga Pinjaman kepada Sabelfi SNC
dengan menggunakan tarif 10%, yaitu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 ayat (2) P3B
Indonesia-Belgia;
bahwa Pemohon Banding menyampaikan dokumen-dokumen untuk membuktikan bahwa
Sabelfi SNC merupakan WPLN yang berdomisili di Belgia;
bahwa dengan dokumen-dokumen tersebut Pemohon Banding membuktikan bahwa koreksi
Terbanding yang menetapkan PPh Pasal 26 dengan tarif 20% adalah tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
bahwa Penjelasan Pemohon Banding dalam proses uji bukti adalah sebagai berikut:
bahwa Pemohon Banding memperlihatkan tagihan biaya bunga dari Sabelfi SNC untuk tahun
2011 dan bukti pembayaran atas biaya bunga tersebut;
Dokumen yang disampaikan:
i. Perjanjian pinjaman ( Loan Agreement) antara Pemohon Banding dan Sabelfi SNC
(terdapat 4 perjanjian sebagaimana disebutkan dalam kolom "Bukti yang diperiksa"
dalam Berita Acara ini);
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
ii. tagihan (commercial invoice) dari Sabelfi SNC, rekening Koran sebagai bukti pelunasan
tagihan biaya bunga tersebut;
bahwa Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran biaya
Bunga tersebut;
Dokumen yang disampaikan:
i. bukti pemotongan PPh Pasal 26 dengan tarif 10% dan pelaporannya dalam SPT Masa
PPh Pasal 26 selama tahun 2011 (Lihat kolom "Bukti yang diperiksa" dalam Berita Acara
ini untuk periode pelaporan SPT Masa yang bersangkutan);
bahwa penerapan PPh Pasal 26 dengan tarif 10% adalah sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 11 ayat (2) P3B Indonesia-Belgia;
bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (4) PER-24/PJ./2009 (PER-24) bahwa
untuk dapat menggunakan ketentuan dalam P3B Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
diminta untuk memperlihatkan Surat Keterangan Domisili (SKD) berupa Fo r m DGT-1
atau SKD yang lazim disahkan atau diterbitkan oleh Negara mitra P3B (Pasal 4 ayat 4
PER-24);
bahwa dalam proses uji bukti ini Pemohon Banding menyampaikan dokumen yang
membuktikan bahwa Sabelfi SNC, selaku penerima penghasilan biaya bunga, merupakan
WPLN yang berdomisili di Belgia;
i. SKD atas nama Sabelfi SNC yang telah ditandatangani oleh pihak Kantor Pajak yang
berwenang di Belgia yang menyatakan bahwa SKD mempunyai masa berlaku sebagai
dasar penerapan P3B sampai dengan 12 (dua belas) bulan sejak bulan SKD disahkan
atau diterbitkan. Dengan demikian SKD yang disebutkan dalam butir (i) berlaku sampai
dengan 18 Juni 2011;
ii. Fo r m DGT-1 yang telah ditandatangani oleh pihak Kantor Pajak yang berwenang di
Belgia tertanggal 25 Juli 2011;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan penjelasan dan dokumen tersebut diatas, Sabelfi SNC merupakan
perusahaan yang berdomisili di Belgia dan melaporkan pajak penghasilan di Belgia;
bahwa oleh sebab itu Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan PPh Pasal 26 dengan
tarif 10% sebagaimana diatur dalam Pasal 11 P3B Indonesia-Belgia dapat diterapkan;
bahwa dengan pembuktian bahwa Sabelfi SNC merupakan WPLN yang berdomisili di Belgia,
dasar koreksi Terbanding atas kelengkapan pengisian form DGT-1 tidak dapat dipertahankan;
bahwa dalam hal ini Pemohon Banding berpendapat bahwa bagian dari Form DGT-1 yang
tidak diisi dengan lengkap tersebut tidak berhubungan dengan pembuktian Keterangan
domisili Sabelfi SNC;
bahwa informasi yang belum dilengkapi tersebut adalah:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa informasi mengenai data identitas Pemohon Banding tersebut tidak menyebabkan
bahwa pembuktian bahwa Sabelfi SNC merupakan WPLN yang berdomisili di Belgia menjadi
tidak valid;
bahwa oleh sebab itu persyaratan kelengkapan Fo r m DGT-1 adalah masalah administrasi,
bukan merupakan suatu dasar yang menjadikan pembuktian domisili WPLN menjadi tidak sah;
bahwa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu dalam hal terdapat suatu
transaksi yang melibatkan Wajib Pajak Indonesia dengan Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, maka
ketentuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh salah satu dari Wajib Pajak
tersebut harus mengacu kepada P3B antara kedua negara;
bahwa P3B Indonesia-Belgia merupakan perjanjian bilateral yang telah disepakati bersama
oleh kedua Negara sejak tanggal 13 November 1973;
bahwa di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada, substansi dari P3B mempunyai
kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang Pajak setempat (Indonesia) beserta
turunannya yang dapat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Keuangan
(KMK), Surat Edaran (SE) atau Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP);
bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan berkaitan dengan
pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan kepada Sabelfi SNC harus mengacu pada
P3B yang berlaku, dalam hal ini adalah P3B Indonesia-Belgia;
bahwa Pasal 11 ayat (2) atas P3B tersebut telah menetapkan bahwa pembayaran bunga
kepada Sabelfi SNC seharusnya dikenakan PPh pasal 26 sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:
a. "However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises, and
according to the laws of that State, but if the recipient is the beneficial owner of the
interest the tax so charged shall not exceed 10% of the gross amount of the interest. The
competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the
mode of application of this limitation."
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa lebih lanjut, penetapan domisili diatur di dalam Pasal 4 ayat 1 P3B Indonesia-Belgia
sebagai berikut:
"For the purposes of this Agreement, the term "resident of a Contracting State" means any
person who, under the laws of that State, is liable to tax therein by reason of his domicile,
residence, place of management or any other criterion of a similar nature. However this term
does not include any person who is liable to tax in a Contracting State in respect only of
income from sources in that State"
bahwa berdasarkan ketentuan dari Pasal 4 ayat (1) dari P3B Indonesia-Belgia diatas dapat
disimpulkan bahwa orang atau badan menurut hukum di Belgia menjadi Wajib Pajak yang di
Belgia (resident) dikarenakan:
1. Berdomisili di Belgia,
bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh Sabelfi SNC melalui surat keterangan domisili
yang telah di konfirmasi secara resmi oleh Competent Authority atau Kantor Pajak di Belgia;
bahwa melalui Competent Authority Belgia telah mengeluarkan dan menandatangani surat
keterangan domisili di bulan Juli 2010 (yang berlaku sampai dengan bulan Juni 2011) dan juga
telah menandatangani DGT-1 Form pada tanggal 25 Juli 2011;
bahwa dengan demikian Sabelfi berhak menggunakan tarif pajak lebih rendah sebagaimana
diatur dalam P3B;
bahwa dengan mempertimbangkan P3B Indonesia-Belgia dan Pasal 4 ayat (4) PER-24 maka
Tim Pemeriksa dan Peneliti seharusnya tidak dapat dengan serta merta menolak penggunaan
pembatasan pemajakan yang telah disetujui dalam P3B Indonesia-Belgia dengan alasan tidak
lengkapnya pengisian DGT-1 (yaitu karena Sabelfi tidak mengisi dengan lengkap DGT-1 sesuai
dengan peraturan);
bahwa oleh sebab itu, pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
bahwa ingin Pemohon Banding sampaikan pula bahwa surat keterangan domisili dari pihak
Competent Authority Belgia tersebut telah sesuai dengan penjelasan Pasal 32A UU PPh No.
36/2008 yang menyebutkan sebagai berikut:
"Dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain
diperlukan suatu perangkat hukum yang berlaku khusus (lex-spesialis) yang mengatur hak-hak
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
pemajakan dari masing-masing negara guna memberikan kepastian hukum dan
menghindarkan pengenaan pajak berganda serta mencegah pengelakan pajak. Adapun bentuk
dan materinya mengacu pada konvensi internasional dan ketentuan lainnya serta ketentuan
perpajakan nasional masing-masing negara"
bahwa dari penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa prosedur apapun yang ditetapkan
oleh suatu negara adalah untuk mendukung atau mengatur pembatasan (termasuk
pembatasan tarif PPh) yang telah ditetapkan dalam P3B dan tidak dapat mengubah substansi
pembatasan pajak yang telah disetujui dalam P3B yang berlaku;
bahwa P3B antara Indonesia dan Belgia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dasar
aturan yang digunakan oleh Terbanding dalam sengketa ini yakni PER-61/PJ/2009 tertanggal 5
November 2009 (PER-61) dan PER-24/PJ/2010 tahun 2010 (PER-24);
bahwa kedudukan hierarki kekuatan hukum tersebut didukung dengan Penjelasan Pasal 32A
UU PPh No. 36/2008 dan Pasal 7 ayat 2 UU No 12/2011 tentang kekuatan hukum Peraturan
Perundang-undangan;
bahwa dengan demikian peraturan PER-61/PJ./2009 tertanggal 5 November 2009 (PER-61)
dan PER-24/PJ./2010 tahun 2010 (PER-24) merupakan aturan pelaksanaan yang mengatur
masalah administratif saja dan tidak dapat mengubah substansi/validasi dari aturan yang
disepakati bersama di dalam P3B;
bahwa PER-61 yang disempurnakan melalui PER-24/PJ/2010 yang mengatur SKD secara
khusus ditetapkan setelah P3B antara Indonesia-Belgia ditandatangani;
bahwa oleh karena itu, Terbanding seharusnya menggunakan peraturan yang berlaku di
dalam P3B Indonesia-Belgia untuk menetapkan kewajiban perpajakan, sehingga SKD yang
diterbitkan oleh Pemerintah Belgia untuk Sabelfi SNC dapat dijadikan dokumen pendukung
yang membuktikan bahwa Sabelfi SNC merupakan Wajib Pajak di Belgia dan berhak
menikmati fasilitas perpajakan yang tertuang di dalam P3B Indonesia-Belgia;
bahwa dalam hal ini Pemerintah Belgia telah menerbitkan SKD sebagai dokumen pendukung
status kependudukan Sabelfi SNC di Belgia di tahun 2010;
bahwa dengan demikian Sabelfi berhak atas pemajakan sebesar 10% atas penghasilan bunga
yang diterima dari Pemohon Banding;
bahwa dengan demikian, Pemohon Banding mohon kepada Majelis Hakim untuk membatalkan
koreksi pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% atas seluruh pembayaran bunga kepada Sabelfi
SNC;
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan dalam PER-61/PJ./2009 ataupun PER-
24/PJ/2010, yaitu:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Pemohon Banding telah mengisi DGT-1 sesuai dengan ketentuan:
- Mengisi dan menandatangani Lembar pertama Form DGT-1 dan meminta Pejabat yang
berwenang/Otoritas Pajak di Negara berwenang di negara mitra P3B. Hal ini
membuktikan bahwa Kantor Pajak Belgia telah memberikan konfirmasi bahwa Sabelfi
SNC adalah wajib pajak di Belgia;
bahwa meskipun Pemohon Banding belum mengisi lembar I form DGT-1 nomor 5 s/d 7, namun
informasi tersebut sehubungan dengan data Pemohon Banding sebagai pemotong pajak yang
mana telah diketahui oleh Kantor Pajak melalui data NPWP yang disahkan oleh KPP PMA 1;
bahwa Form DGT-1 telah dilaporkan tepat pada waktu sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam PER-61/PJ/2009 (dan SE-114/PJ./2009), yaitu di masa terutangnya pajak;
Pendapat Majelis
bahwa yang menjadi sengketa adalah pengenaan tarif PPh Pasal 26, yaitu menurut Terbanding
tarif yang dikenakan adalah sebesar 20% sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, sementara Pemohon Banding
menggunakan tarif sebesar 10% berdasarkan Pasal 11 ayat (2) P3B antara Indonesia dengan
Belgia;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1. Transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. sebesar Rp226.485.395,00
bahwa atas transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. sebesar Rp226.485.395,00,
Pemohon Banding telah melaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak
Maret 2011 dan Pemohon Banding telah memotong PPh Pasal 26 dengan tarif sebesar
10%;
bahwa menurut Terbanding, atas transaksi tersebut seharusnya dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% sebagaimana sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-
Undang a quo;
bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti yang
terkait transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. sebesar Rp226.485.395,00;
bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis berpendapat bahwa tarif yang dikenakan atas
transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. adalah tarif sebagaimana diatur dalam
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a quo yaitu sebesar 20%;
bahwa dengan demikian PPh Pasal 26 atas transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn.
Bhd. adalah sebesar Rp226.485.395,00 x 20% = Rp45.297.079,00;
- biaya royalti ditagihkan dalam mata uang Euro sedangkan pembukuan dan
pemotongan pajak PPh Pasal 26 dilakukan oleh Pemohon Banding dengan
menggunakan mata uang Rupiah;
- konversi atas jumlah biaya royalti dari mata uang euro untuk tujuan
pembukuan dan pemotongan pajak dilakukan dengan menggunakan kurs yang
berbeda, sehingga sangatlah wajar apabila terdapat selisih antara biaya dalam
pembukuan dan biaya royalty yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 26;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti
terkait transaksi tersebut terutama terkait dengan pencatatan dan perhitungan
perbedaan kurs;
bahwa oleh karena tidak terdapat bukti-bukti atas perbedaan nilai kurs a quo, maka
Majelis tidak dapat meyakini dalil Pemohon Banding;
bahwa Majelis berpendapat transaksi Technical Fee (Royalty) sebesar Rp878.280.295,00
merupakan obyek PPh Pasal 26 yang belum dilaporkan dan belum dipotong PPh Pasal 26
sehingga tarif yang dikenakan atas transaksi tersebut adalah tarif sebagaimana diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a quo yaitu sebesar 20%;
bahwa dengan demikian PPh Pasal 26 atas Technical Fee (Royalty) adalah sebesar
Rp878.280.295,00 x 20% = Rpl 75.656.059,00;
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa menurut Terbanding, berdasarkan penelitian atas COD dan F o r m DGT-1
diketahui hal-hal sebagai berikut:
Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011
bahwa pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT
Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 dicantumkan Tahun
Pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT-1, sehingga Terbanding berpendapat
bahwa Certificate of Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan
PPh Pasal 26 sesuai tarif P3B untuk Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011, karena
tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;
Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan Desember 2011
bahwa Form DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan
berlaku selama 1 (satu) tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2011 Form
DGT-1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi dasar pemotongan PPh
Pasal 26;
bahwa akan tetapi, Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi
lengkap sesuai dengan tata cara pengisian Fo r m DGT-1 yang ditentukan dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah
dengan PER-24/PJ./2010;
bahwa menurut Terbanding, oleh karena Pemohon Banding tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009
sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010, maka tarif PPh Pasal 26 yang
dikenakan adalah tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a
quo yaitu sebesar 20%;
bahwa menurut Pemohon Banding, di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada,
substansi dari P3B mempunyai kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang
Pajak setempat (Indonesia) beserta turunannya yang dapat berupa Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Menteri Keuangan (KMK), Surat Edaran (SE) atau Keputusan Direktur
Jenderal Pajak (KEP);
bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan berkaitan dengan
pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan kepada Sabelfi SNC harus mengacu
pada P3B yang berlaku, dalam hal ini adalah P3B Indonesia-Belgia;
bahwa Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
"Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain
dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak"
bahwa menurut pendapat Majelis, berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
antara pemerintah Indonesia dengan negara lain, antara lain diatur mengenai hak pemajakan
pemerintah Indonesia atas penghasilan-penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
bahwa menurut pendapat Majelis, Pasal 32A Undang-Undang a quo tidak mengatur pedoman
dan tata cara penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, sehingga diperlukan
adanya peraturan yang mengatur hal tersebut;
bahwa menurut pendapat Majelis, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009
tanggal 05 November 2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010 tanggal 30 April 2010
merupakan pedoman untuk memberikan kepastian hukum dalam penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32A Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008;
bahwa Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 tanggal 05 November 2009 tentang Tata Cara
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-
24/PJ/2010 tanggal 30 April 2010 menyebutkan:
Pasal 3:
(2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
Pemotong/Pemungut Pajak wajib memotong atau memungut pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1 983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008"
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 4:
"(1) Dokumen SKD yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah formulir sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II (Form-DGT 1) atau Lampiran III (Form-DGT 2)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b
adalah SKD yang disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak:
c. telah ditandatangani oleh WPLN atau diberi tanda yang setara dengan tanda
tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B;
d. telah disahkan oleh pejabat pajak yang berwenang, wakilnya yang sah, atau
pejabat kantor pajak yang berwenang di negara mitra P3B, yang dapat berupa
tanda tangan atau diberi tanda yang setara dengan tanda tangan sesuai dengan
kelaziman di negara mitra P3B; dan
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa menurut pendapat Majelis, Certificate of Domicile of Non Resident for Indonesia Tax
Withholding (Form-DGT 1) pada dasarnya adalah surat keterangan domisili yang harus diisi
dengan lengkap oleh pihak Wajib Pajak Luar Negeri dan disahkan oleh pihak yang berwenang
di negara tempat dimana Wajib Pajak Luar Negeri tersebut berdomisili;
bahwa dengan demikian, Form-DGT 1 ini merupakan dokumen yang diterbitkan dalam rangka
pemenuhan Pasal 4 ayat (1) P3B Indonesia dengan Belgia;
bahwa dalam persidangan terdapat fakta bahwa Certificate of Residence yang dilampirkan
Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 tidak
dilampiri dengan Form DGT-1;
bahwa untuk Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan Desember 2011, Form DGT-1 yang
dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap sesuai dengan tata cara pengisian
Form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009
a quo;
bahwa Form DGT-1 yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form DGT-
1;
bahwa angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya diisi dengan:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa oleh karena sebagian Fo r m DGT-1 tidak dilampirkan oleh Pemohon Banding dan
sebagian lagi tidak diisi oleh WPLN dengan langkap, maka menurut pendapat Majelis,
Pemohon Banding tidak memenuhi Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 a quo;
bahwa dengan demikian, berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-61/PJ/2009 a quo, tarif PPh Pasal 26 yang dikenakan adalah tarif yang diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebesar
20%;
bahwa menurut pendapat Majelis, PPh Pasal 26 atas Interest Fee kepada Sabelfi SNC adalah
sebesar Rp45.872.146.336,00 x 20% = Rp9.174.429.267,00;
Menimbang bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis atas sengketa tarif, maka Majelis
berkesimpulan bahwa tarif yang dikenakan adalah tarif yang diatur dalam Pasal 26 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 20%;
bahwa obyek yang dikenakan tarif sebesar 20% sebagaimana tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
Jumewah Shipping
Sdn. Bhd.
(Royalty)
Sabelfi SNC
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Menimbang, bahwa dalam sengketa banding m1 tidak terdapat sengketa mengenai jumlah
kredit pajak;
Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian
sengketa lainnya;
Memperhatikan, penjelasan dan fakta persidangan serta bukti-bukti yang disampaikan
dalam persidangan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan dalam persidangan dan dengan kuasa Pasal
80 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis
berketetapan untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding, sehingga Dasar
Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 dan PPh
Pasal 26 terutang dihitung kembali menjadi sebagai berikut:
bahwa Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 dan PPh Pasal 26 terutang menurut Majelis
dapat dirinci sebagai berikut:
dengan
Jumewah
Shipping Sdn.
Bhd.
(Royalty)
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
4. Interest Fee 45.872.146.336,00 20% 9.174.429.267,00
kepada
Sabelfi SNC
dengan AC
Nielsen Marg
Private Ltd.
dengan TNS
India Private
Limited
dengan
Agarwal
Placement
dengan Cell
Asia Limited
dengan Aspen
Technology
Service Corp.
Mengingat, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan peraturan
perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan
sengketa ini;
MENGADILI
Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor: KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor:
00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
atas nama PT. Lafarge Cement Indonesia, NPWP:01.000.660.9-123.001, beralamat di Jalan
Ujung Baru Belawan, Belawan II, Medan 20412, sehingga Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 dihitung kembali menjadi sebagai berikut:
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
PPh Pasal 26 yang terutang dengan tarif 20% Rp 14.255.665.608,00
Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah Majelis setelah pemeriksaan dalam
persidangan yang dicukupkan pada hari Selasa tanggal 27 September 2016 oleh Hakim Majelis
IVA Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:
Drs. Seno S.B. Hendra, M.M. sebagai Hakim Ketua,
Naseri, S.E., M.Si. sebagai Hakim Anggota,
R. Aryo Hatmoko, S.IP., M.M. sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh:
Rahmaida, S.H., M.Kn. sebagai Panitera Pengganti,
PANITERA PENGGANTI,
ttd
Rahmaida, S.H., M.Kn.
Putusan Namor PUT-094202.36/2011/PP/M.IVA Tahun 2020 diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Jumat tanggal 10 Juli 2020, dengan susunan Majelis
sebagai berikut:
Drs. Sena S.B. Hendra, M.M. sebagai Hakim Ketua,
Naseri, S.E., M.Si. sebagai Hakim Anggota,
R. Arya Hatmoko, S.IP., M.M. sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh:
M. Adnan Abdullah, S.E., M.M. sebagai Panitera Pengganti.
dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Pemohon Banding dan
Terbanding.
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
HAKIM-HAKIM HAKIM KETUA
ANGGOTA ttd
ttd Drs. Seno S.B. Hendra,
Naseri, S.E., M.Si. M.M.
ttd
R. Arya Hatmoko, S.IP.,
M.M.
PANITERA PENGGANTI,
ttd
M. Adnan Abdullah, S.E.,
M.M.
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id