Anda di halaman 1dari 87

PUTUSAN

Putusan Pengadilan Pajak Nomor: PUT-094202.36/2011/PP/M.IVA Tahun 2020

JENIS PAJAK
PPh Pasal 26

TAHUN/MASA PAJAK
Januari-Desember 2011

POKOK SENGKETA
bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa Banding ini adalah koreksi positif Dasar
Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
sebesar Rp71.372.324.349,00

Pengadilan Pajak memeriksa dan memutus sengketa pajak dengan acara biasa pada
tingkat pertama dan terakhir, terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-
516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14
tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011, yang terdaftar
dalam berkas sengketa Nomor: 094202.36/2011/PP (d/h 36-094202-2011) telah mengambil
putusan sebagai berikut dalam sengketa antara:

PT Lafarge Cement Indonesia, NPWP: 01.000.660.9-123.001, beralamat di Jalan Ujung
Baru Belawan, Belawan II, Medan 20412, dalam hal ini diwakili oleh Michel Nayah, jabatan:
Direktur berdasarkan Salinan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge
Cement Indonesia Nomor 02 tanggal 09 Maret 2015 yang dibuat di hadapan Devi Yunanda,
S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang
memberikan kuasa kepada:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1. Nama : Hanna Magdalena Nggelan

Jabatan : Kuasa Hukum,

Izin Kuasa Hukum : KEP-077/PP/IKH/2016 tanggal 26 April 2016,

Surat Kuasa Khusus : MN-AA/132/LCI-TAX/V/2016, tanggal 17 Mei 2016,

2. Nama : Drs. Parluhutan Simbolon,

Jabatan : Kuasa Hukum,

Izin Kuasa Hukum : KEP-219/PP/IKH/2014 tanggal 08 Oktober 2014,

Surat Kuasa Khusus : MN-YK/14/LCI-TAX/I/2016,

tanggal 12 Januari 2016,

untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon Banding,

MELAWAN

Direktur Jenderal Pajak, berkedudukan di Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 40-42, Jakarta 12190,
dalam hal ini diwakili oleh:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1. Nama/NIP : Riswan Taufik/196802271995031001,

Jabatan : Kepala Seksi Banding dan Gugatan IIA,

Unit Organisasi : Direktorat Keberatan dan Banding,

2. Nama/NIP : Theresia Jeny Ari Putri/197401271994032002,

Jabatan : Penelah Keberatan,

Unit Organisasi : Direktorat Keberatan dan Banding,

3. Nama/NIP : Gir Sunarto/197811112001121001,

Jabatan : Penelah Keberatan,

Unit Organisasi : Direktorat Keberatan dan Banding,

berdasarkan Surat Tugas Nomor ST-9277/PJ.07/2016 tanggal 08 September 2016 untuk


selanjutnya disebut sebagai Terbanding.

Pengadilan Pajak Tersebut:

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor PEN-00671/PP/PM/2015


tanggal 24 November 2015 jo. Keputusan Ketua Pengadilan Pajak Nomor: KEP-
003/PP/2016 tanggal 16 Maret 2016;
Telah membaca Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni
2015;
Telah membaca Surat Uraian Banding Nomor S-3060/WPJ.01/2015 tanggal 29 September
2015;
Telah membaca Surat Bantahan Nomor MN/YK/11/LCI-TAX/1/2016 tanggal 11 Januari
2016;
Telah mendengar keterangan para pihak yang bersengketa dalam persidangan;
Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti tertulis maupun surat lainnya yang
disampaikan para pihak yang diajukan dalam persidangan;

TENTANG DUDUK SENGKETA

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

Menimbang, bahwa kepada Pemohon Banding telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07
Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 sebagaimana telah dibetulkan
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00010/WPJ.01/KP.0703/2014 tanggal
24 Maret 2014 oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu Nomor: LAP-
160/WPJ.07/KP.0200/2014 tanggal 25 Februari 2014 dengan perhitungan sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak/Dasar Pengenaan Pajak Rp 119.011.227.705,00

PPh Pasal 23/26 Final yang terutang Rp 23.802.245.541,00

Kredit Pajak:

b. Setoran masa Rp 4.917.917.496,00

Pajak yang tidak/kurang dibayar 18.884.328.045,00

Sanksi Administrasi:

a. Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP Rp 9.064.477.462,00

Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 27.948.805.507,00

Jumlah yang telah disetujui berdasarkan Pembahasan-Akhir Rp 0,00

hasil pemeriksaan

Menimbang, bahwa atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo, Pemohon
Banding mengajukan keberatan dengan Surat Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal
03 Juni 2014 dan dengan Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31
Maret 2015, keberatan Pemohon Banding ditolak oleh Terbanding sehingga dengan Surat
Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015 Pemohon Banding mengajukan
banding;

ARGUMEN PEMOHON BANDING DALAM SURAT


BANDING

Pemohon Banding dalam Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29


Juni 2015, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

DASAR HUKUM (dalam Surat Banding)



bahwa pengajuan banding Pemohon Banding atas Keputusan Terbanding didasarkan pada
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009 ("UU KUP") jo. Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-Undang Pengadilan Pajak
Nomor 14 Tahun 2002 ("UU PP");

LATAR BELAKANG KEPUTUSAN TERBANDING (dalam Surat Banding)

bahwa Terbanding menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final
Pasal 23/26 No. 00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 ("SKPKB 00001") sebagaimana
telah dibetulkan dengan Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP-
00010/WPJ.01/KP.0703/2014 tertanggal 24 Maret 2014 ("KEP-00010") Masa Pajak Januari s.d.
Desember 2011, dengan perincian koreksi dan perhitungan pajak sebagai berikut:

Menurut

Menurut SPT Keputusan


Uraian Koreksi (Rp)
(Rp) Terbanding

(Rp)

Dasar Pengenaan Pajak 47,638,903,356 119,011,227,705 71,372,324,349

PPh Pasal 26 yang terutang 4,917,917,496 23,802,245,541 18,884,328,045

Kredit Pajak 4,917,917,496 4,917,917,496

Pajak yang tidak/kurang dibayar 18,884,328,045 18,884,328,045

Sanksi Administrasi:

Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP 9,064,477,462 9,064,477,462

Jumlah PPh Yang Masih Harus 27,948,805,507 27,948,805,50

Dibayar

bahwa jumlah PPh yang masih harus dibayar sejumlah Rp27.948.805.507,00 (termasuk sanksi
administrasi) telah Pemohon Banding lunasi seluruhnya pada tanggal 21 Mei 2014;

bahwa Pemohon Banding mengajukan Keberatan atas SKPKB 00001 dengan Surat No.
VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tertanggal 3 Juni 2014, yang diterima oleh KPP Madya Medan
pada tanggal 4 Juni 2014;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa pada tanggal 20 Maret 2015, Pemohon Banding menerima Surat Pemberitahuan Untuk
Hadir ("SPUH") No. S-635/WPJ.01/2015 tertanggal 12 Maret 2015 dan Pemberitahuan Daftar
Hasil Penelitian Keberatan tertanggal 12 Maret 2015 yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah
("Kanwil") DJP Sumatera Utara I;

bahwa Pemohon Banding menyampaikan surat tanggapan tertulis atas SPUH dengan Surat
Nomor HS/YK/13/LCI-FIN/TAX/III/2015 melalui Fax tertanggal 25 Maret 2015;

bahwa Terbanding menerbitkan Kep-516 tertanggal 31 Maret 2015 yang menolak permohonan
keberatan Pemohon Banding atas SKPKB 00001;

bahwa Penghitungan PPh 23/26 kurang bayar berdasarkan Keputusan Terbanding adalah
sebagai berikut:

Uraian Ditambah /
Semula (Rp) Menjadi (Rp)
(Dikurangi) (Rp)

a. Dasar 119.011.227.705 119.011.227.705

Pengenaan

Pajak

b. PPh Terutang 23.802.245.541 - 23.802.245.541

c. Kredit Pajak 4.917.917.496 - 4.917.917.496

d. Kompensasi - -

Masa Pajak

Sebelumnya

e. PPh Kurang 18.884.328.045 18.884.328.045

Bayar

f. Sanksi 9.064.477.462 - 9.064.477.462

Administrasi

g. Jumlah PPh 27.948.805.507 - 27.948.805.507

yang masih

harus/(lebih)

dibayar

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
ALASAN PENGAJUAN BANDING (dalam Surat Banding)

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar
Rp18.884.328.045,00 dan sanksi kenaikan sebesar Rp9.064.477.462,00 yang tetap
dipertahankan Terbanding dalam proses keberatan, sebagaimana tertuang di dalam
Keputusan Terbanding;

bahwa berikut ini adalah penjelasan atas dasar koreksi Terbanding:

Dasar Koreksi Terbanding

Dasar Penerbitan KEP-516

bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap SPT Masa PPH Pasal 23/26 untuk
mengetahui apakah PPh Pasal 26 yang dipotong sesuai dengan tarif sebagaimana diatur
dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan atau sesuai dengan Perjanjian Pajak
Berganda (P3B);

bahwa berdasarkan penelitian tersebut diketahui:

a. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Jumewah Shipping Sdn. Bhd. atas
pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan tidak
dilampirkan Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;

b. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga


dilampirkan Certificate of Residence pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret
2011;

c. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga


dilampirkan Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa
Pajak Maret 2011;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Certificate of Residence ("COR') tersebut
dibuat tanggal 19 Juli 2010 untuk Tahun Pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT-1
yang sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-24/PJ/2010 sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of Residence tersebut
tidak dapat dijadikan dasar pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif yang ditentukan dalam
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011;

bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Form DGT-1 atas nama Sabelfi
yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Fo r m DGT-1 yang dilampirkan Pemohon
Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku selama 1 tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli
s.d. Desember 2011 fo r m DGT-1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi
dasar pemotongan PPh Pasal 26;

bahwa akan tetapi Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal pajak Nomor PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010;

bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Fo r m DGT-1.
Berdasarkan lampiran PER-61/PJ/2009, angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya diisi
dengan:

(5) Diisi dengan NPWP Pemotong pajak di Indonesia;

(6) Diisi dengan Nama Pemotong Pajak di Indonesia;

(7) Diisi dengan Alamat Pemotong Pajak di Indonesia;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa atas objek PPh Pasal 26 sebesar
Rp119.011.227.705,00 Pemohon Banding tidak berhak menerapkan Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) karena tidak memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana diatur
dalam PER-61/PJ/2009 tentang Tata cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010, sehingga dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto yaitu sebesar Rp119.011.227.705,00 dengan jumlah
PPh Pasal 26 sebesar Rp23.802.245.541,00;

Alasan Pengajuan Banding

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang menolak keberatan

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pemohon Banding atas koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00 karena
Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak dapat menggunakan ketentuan
penurunan tarif pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (Tax Treaty) antara Indonesia dan Belgia;

bahwa dasar penolakan Pemohon Banding atas pendapat Terbanding adalah sebagai berikut:

bahwa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu dalam hal terdapat suatu
transaksi yang melibatkan Wajib Pajak Indonesia dengan Wajib Pajak Luar Negeri yang
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, maka
ketentuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh salah satu dari Wajib Pajak
tersebut harus mengacu kepada P3B antara kedua Negara;

bahwa P3B Indonesia-Belgia merupakan perjanjian bilateral yang telah disepakati bersama
oleh kedua negara. Di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada, substansi dari P3B
mempunyai kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang Pajak setempat
(Indonesia) beserta turunannya yang dapat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan
Menteri Keuangan (KMK), Surat Edaran (SE) atau Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP);

bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan berkaitan dengan
pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan kepada Sabelfi SNC harus mengacu pada
P3B yang berlaku, dalam hal ini adalah P3B Indonesia-Belgia. Pasal 11 ayat (2) atas P3B
tersebut telah menetapkan bahwa pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC seharusnya
dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:

"However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises, and
according to the laws of that State, but if the recipient is the beneficial owner of the interest
the tax so charged shall not exceed io% of the gross amount of the interest. The competent
authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application
of this limitation"

bahwa untuk menerapkan P3B tersebut diperlukan ketentuan pelaksanaan (administrasi dan
prosedural) dimana dalam hal m1 OECD Commentaries memberikan penegasan sebagai
berikut (melalui paragraph 26.2 atas pasal 1 P3B):

a. OECD tidak mengatur masalah prosedur. Masing-masing negara dapat menentukan


prosedur berdasarkan hukum lokal yang berlaku di negara masing-masing.

b. Prosedur yang dapat diatur oleh masing-masing negara berdasarkan hukum lokal adalah
terbatas untuk menerapkan pembatasan pajak yang terdapat dalam konvensi (P3B).

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dari penjelasan-penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa prosedur apapun yang
ditetapkan oleh suatu negara adalah untuk mendukung atau mengatur pembatasan yang telah
ditetapkan dalam P3B dan tidak dapat mengubah substansi pembatasan pajak di dalam P3B
yang berlaku;

bahwa dengan demikian peraturan yang diterbitkan oleh Terbanding seharusnya merupakan
aturan pelaksanaan dimana hanya mengatur masalah administratif saja dan tidak dapat
mengubah substansi/validasi dari aturan yang disepakati bersama di dalam P3B;

bahwa Terbanding secara sepihak telah menetapkan PER-61 yang mengatur COR secara
khusus, yaitu DGT-1. PER-61 kemudian disempurnakan melalui PER-24/PJ/2010 (PER-24)
dimana melalui Pasal 4 ayat (4) PER-24 menerima COR yang diterbitkan oleh negara-negara
dalam perjanjian P3B sebagai pengganti pernyataan dalam DGT-1 halaman 1 bagian III (part
III);

bahwa dalam hal ini Pemerintah Belgia telah menerbitkan COR sebagai dokumen pendukung
status kependudukan Sabelfi SNC di Belgia di tahun 2010. Dengan demikian Sabelfi berhak
atas pemajakan sebesar 10% atas penghasilan bunga yang diterima dari Pemohon Banding;

bahwa dengan mempertimbangkan P3B Indonesia-Belgia dan Pasal 4 ayat (4) PER-24 maka
Terbanding seharusnya tidak dapat dengan serta merta menolak penggunaan pembatasan
pemajakan yang telah disetujui dalam P3B Indonesia-Belgia dengan alasan tidak lengkapnya
pengisian DGT-1 (yaitu karena Sabelfi tidak menandatangani DGT-1 sesuai dengan peraturan).
Oleh sebab itu pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;

bahwa dengan demikian Pemohon Banding mohon kepada Terbanding untuk membatalkan
koreksi pengenaan PPh pasal 26 sebesar 20% atas seluruh pembayaran bunga kepada Sabelfi
SNC;

bahwa Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan dalam PER-61/PJ./2009 ataupun PER-
24/PJ./2010, yaitu:

a. Pemohon Banding telah mengisi DGT-1 sesuai dengan ketentuan:

- Mengisi dan menandatangani Lembar pertama Fo r m DGT-1 dan meminta


Pejabat yang berwenang/Otoritas Pajak di Negara berwenang di negara mitra
P3B. Hal ini membuktikan bahwa Kantor Pajak Belgia telah memberikan
konfirmasi bahwa Sabelfi SNC adalah wajib pajak di Belgia,

- Mengisi dan menandatangani lembar kedua dengan lengkap;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
b. bahwa meskipun Pemohon Banding belum mengisi lembar I form DGT-1 nomor 5 s/d 7,
namun informasi tersebut sehubungan dengan data Pemohon Banding sebagai pemotong
pajak. Data ini dapat diketahui Terbanding melalui tagihan-tagihan yang telah diterima
dari Sabelfi SNC;

c. Form DGT-1 telah dilaporkan tepat pada waktu sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam PER-61/PJ./20009 (dan SE-114/PJ./2009), yaitu di masa terutangnya pajak. Dalam
hal pembayaran bunga, pajak penghasilan terutang pada saat pembayaran bunga jatuh
tempo. Dan untuk menggunakan penurunan tarif pajak sesuai dengan Tax Treaty, DGT-1
harus dilaporkan paling lambat pada tanggal 20 di bulan berikutnya, yaitu bersamaan
dengan pelaporan surat pemberitahuan masa;

bahwa dengan pengesahan Otoritas Pajak Belgia dalam halaman 1 DGT-1, Sabelfi SNC telah
memenuhi persyaratan utama untuk penggunaan tarif rendah yang diberikan melalui Tax
Treaty Indonesia-Belgia, yaitu sebagai Sabelfi SNC merupakan perusahaan yang berdomisili di
Belgia dan melaporkan pajak penghasilan di Belgia;

bahwa untuk pembayaran bunga masa Januari-Juni 2011, keterangan kependudukan Sabelfi
SNC di Belgia telah disahkan melalui surat "Certificate of Residence" yang disahkan dan
dikeluarkan oleh Otoritas Pajak Belgia pada Juli 2010;

bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa surat " Certificate of Residence" ini berlaku
untuk 12 bulan sejak tanggal disahkan sebagaimana diatur dalam PER-24/PJ./2010. Dengan
demikian penggunaan tarif pajak 10% sesuai dengan Tax Treaty tetap dapat digunakan sesuai
dengan peraturan dalam PER-24/PJ./2010;

bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat Pemohon Banding sampaikan
bahwa penerapan tarif pajak sesuai dengan P3B antara Indonesia dan Belgia yang diterapkan
oleh Pemohon Banding atas pembayaran bunga kepada Sabelfi sudah benar dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku;

KESIMPULAN PEMOHON BANDING (dalam Surat Banding)

bahwa berdasarkan penjelasan-penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat disimpulkan
bahwa Terbanding tidak memiliki alasan memadai untuk mempertahankan koreksi objek PPh
Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00;

bahwa sesuai dengan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007, jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Masa PPh Pasal 26 yang disampaikan oleh Pemohon Banding adalah jumlah pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan hal-hal di atas, penghitungan PPh Final Pasal 23/26 untuk Masa Pajak
Januari s.d. Desember 2011 menurut Pemohon Banding seharusnya adalah sebagai berikut:

Jumlah Menurut Pemohon


No Uraian
Banding (Rp)

1 Penghasilan Kena Pajak/Dasar Pengenaan Pajak Rp 47,638,903,356

2 PPh Pasal 23/26 Final yang terutang Rp 4,9 1 7,917,496

3 Kredit Pajak:

a. PPh Ditanggung Pemerintah Rp -

b. Setoran Masa Rp 4,917,917,496

c. STP (pokok kurang bayar) Rp -

d. Kompensasi kelebihan dari masa pajak Rp -

e. Lain-lain Rp -

f. Kompensasi kelebihan ke masa pajak Rp -

g. Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp 4,917,917,496

(a+b+c+d+e+f)

Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp -

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa demikianlah surat permohonan banding ini Pemohon Banding sampaikan. Mohon
kiranya Majelis Yang Terhormat dapat menerima dan mengabulkan permohonan banding ini;

bahwa lebih lanjut, sesuai dengan Pasal 46 UU Pengadilan Pajak, Pemohon Banding
menyampaikan bahwa Pemohon Banding bersedia menghadiri keseluruhan proses
persidangan untuk memberikan keterangan-keterangan dan dokumen-dokumen tambahan
yang diperlukan. Untuk itu, Pemohon Banding mohon agar Pemohon Banding dapat diundang
untuk menghadiri persidangan;

bahwa dalam Surat Bandingnya Pemohon Banding melampirkan fotokopi dokumen sebagai
berikut:

P-1 Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 dan


Amplop pengiriman;

P-2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00010/WPJ.01/KP.0703/2014


tanggal 24 Maret 2014 Tentang Pembetulan Atas SKPKB Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember
2011;

P-3 SKPKB PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014;

P-4 Surat Setoran Pajak (SSP) tanggal 21 Mei 2014 sebesar Rp27.948.805.507,00;

TANGGAPAN TERBANDING DALAM SURAT URAIAN


BANDING

Terbanding dalam Surat Uraian Banding Nomor S-3060/WPJ.01/2015 tanggal 29 September


2015, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

KETENTUAN FORMAL MENURUT TERBANDING (dalam Surat Uraian Banding)

bahwa berdasarkan penelitian Surat Banding Pemohon Banding Nomor MN/YK/82/LCI-
FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni Q015 yang diterima Sekretariat Pengadilan Pajak tanggal 30
Juni 2015, diketahui hal-hal sebagai berikut:

bahwa Banding diajukan dengan surat banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan
Pajak;

bahwa Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima surat

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
keputusan yang dibanding;

bahwa terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding;

bahwa Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas tetapi tidak mencantumkan
tanggal diterima Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret
2015;

bahwa Surat Banding dilampiri salinan surat keputusan yang dibanding, yaitu Surat
Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015;

bahwa Surat Banding ditandatangani oleh Michel Nayah selaku Direktur pemohon banding;

URAIAN MENGENAI KETETAPAN SEMULA, KEBERATAN DAN KEPUTUSAN ATAS
KEBERATAN (dalam Surat Uraian Banding)

bahwa SKPKB Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor 00001/245/11/123/14 tanggal 7
Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 diterbitkan berdasarkan Laporan
Pemeriksaan Pajak KPP Penanaman Modal Asing Satu Nomor LAP-160/WPJ.07/KP.0200/2014
tanggal 25 Februari 2014, dengan perhitungan sebagai berikut:

Jumlah Rp. Menurut

No Uraian
Pemohon
Terbanding
Banding

1 Penghasilan Kena Pajak/Dasar 47.638.903.356 119.011.227.705

Pengenaan Pajak

2 PPh Pasal 23/26 Final yang terutang 4.917.917.496 23.802.245.541

3 Kredit Pajak:

a. PPh Ditanggung Pemerintah 4.917.917.496 4.917.917.496

b. Setoran Masa

c. STP (pokok kurang bayar)

d. Kompensasi kelebihan dari


masa pajak

e. Lain-lain

f. Kompensasi kelebihan ke
masa pajak

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
g. Jumlah pajak yang dapat 4.917.917.496 4.917.917.496

dikreditkan (a+b+c+d+e+f)

5 Pajak yang tidak/kurang dibayar (2- - 18.884.328.045

3.g)

6 Sanksi Administrasi:

a. Sunga Pasal 13 ayat (2) KUP 9.064.477.462

b. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) - -

KUP

c. Sunga Pasal 13 ayat (5) KUP - -

d. Kenaikan Pasal 13A KUP - -

e. Jumlah sanksi administrasi - 9.064.477.462

(a+b+c+d)

6 Jumlah PPh yang masih harus dibayar - 27.948.805.507

(4+5.e)

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan surat
Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 3 Juni 2014, yang diterima KPP Madya Medan
berdasarkan LPAD Nomor PEM: 01003332\123\jun\2014 tanggal 4 Juni 2014, dengan
menyampaikan alasan sebagai berikut:

Latar Belakang Permasalahan

bahwa Terbanding telah menerbitkan SKPKB PPh Pasal 26 Nomor 00001/245/11/123/14
tanggal 7 Maret 2014 berdasarkan hasil pemeriksaan pajak tahun 2011, yang kemudian
dilakukan pembetulan melalui Surat KEP-0010/WPJ.01/KP.0703/2014 dengan perincian
sebagai berikut:

Menurut SPT Menurut


Uraian Koreksi (Rp)
(Rp) SKPKB (Rp)

Dasar Pengenaan Pajak 47,638,903,356 119,011,227,705 71,372,324,349

PPh Pasal 26 yang terutang 4,917,917,496 23,802,245,541 18,884,328,045

Kredit Pajak 4,917,917,496 4,917,917,496

Pajak yang tidak/kurang dibayar 18,884,328,045 18,884,328,045

Sanksi Administrasi:

Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP 9,064,477,462 9,064,477,462

Jumlah PPh Yang Masih Harus 27,948,805,507 27,948,805,507

Dibayar

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan SKPKB PPh Pasal 26 Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 yang kemudian dibetulkan melalui KEP-
0010/WPJ.0l/KP.0703/2014 tanggal 24 Maret 2014 dan mengajukan permohonan keberatan
atas SKPKB PPh Pasal 26 di atas;

Uraian Keberatan Pemohon Banding

Menurut Terbanding:

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas PPh Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00 karena
dokumen SKD (sertifikat keterangan domisili) dan Formulir DGT-1 yang tidak memenuhi
ketentuan:

PER-61/PJ./2009 tanggal 05 Nopember 2009;


PER-24/PJ./2010 tanggal 2010;

bahwa sesuai ketentuan tersebut di atas, dokumen SKD dan DGT-1 yang tidak memenuhi
ketentuan tidak mendapat fasilitas P3B. Sesuai keterangan tersebut di atas tarif PPh Pasal 26
yang dikenakan adalah sebesar 20% dari DPP;

bahwa dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding pada saat pemeriksaan adalah
sebagai berikut:

1. Copy COR (Certificate of Residence) atas nama SABELFI SNC untuk Tahun Pajak 2010;

2. Copy DGT-1 atas nama SABELFI SNC tanggal 25 Juli 2011; dan

3. Copy SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari Desember 2011 yang dilaporkan di
KPP Madya Medan dan KPP Pratama Banda Aceh;

bahwa dari dokumen tersebut di atas copy COR tidak dapat dimanfaatkan karena sesuai tahun
pajaknya adalah tahun 2010, sedangkan copy DGT-1 tidak dapat memenuhi ketentuan PER-
61/PJ./2009 tanggal 5 Nopember 2009, sebagaimana diatur dalam ketentuan SE-114/PJ/2009
adalah sebagai berikut:

bahwa Nomor 3 dari Surat tersebut:

bahwa untuk menghindari perbedaan penafsiran dan penerapan ketentuan dalam kedua
Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut, dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut:

a. Pemotong/Pemungut Pajak harus menerapkan ketentuan dalam P3B apabila penerima


penghasilan:

1. bukan Subjek Pajak dalam negeri Indonesia;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
2. memenuhi persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan dalam P3B;
dan

3. tidak melakukan penyalahgunaan P3B sebagaimana diatur dalam Peraturan


Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2009;

Dalam hal salah satu persyaratan tersebut di atas tidak terpenuhi, Pemotong/Pemungut
Pajak tidak diperkenankan menerapkan ketentuan dalam P3B;

b. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi seluruhnya oleh WPLN apabila hendak
memperoleh manfaat P3B pada saat Pemotong/Pemungut Pajak melaksanakan
kewajibannya adalah:

1. WPLN menggunakan formulir yang tepat (Form DGT-1 atau Form DGT-2), dan

2. WPLN mengisi formulir tersebut dengan lengkap dan menandatanganinya, dan

3. formulir telah disahkan oleh pejabat pajak yang berwenang di negara tempat
WPLN terdaftar sebagai subjek pajak dalam negeri, dan 4 formulir
disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak sebelum
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Masa untuk masa terutangnya
pajak;

bahwa Ketentuan PER-61/PJ./2009:



bahwa pada lampiran mengenai petunjuk pengisian DGT 1 adalah sebagai berikut:

Part I Information of Income Recipient:
Number 2:
Please fill in the income recipient's taxpayer identification number in country where the
claimant is registered as a resident taxpayer.
Number 3:
Please fill in the income recipient's name.
Number 4:
Please fill in the income recipient's address.
Number 5:
Please fill in the Indonesia withholding agent's taxpayer identification number.
Number 6:
Please fill in the Indonesia withholding agent's name.
Number 7:
Please fill in the Indonesia withholding agent's address;

bahwa pada dokumen Pemohon Banding berupa copy DGT-1 part I nomor 5 s.d. 7 tidak diisi

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
oleh Pemohon Banding, sehingga atas dokumen tersebut tidak memenuhi persyaratan
administratif;

bahwa dengan demikian sesuai ketentuan berikutnya bahwa dalam hal salah satu persyaratan
tersebut di atas tidak dipenuhi, Pemotong/Pemungut Pajak tidak diperkenankan menerapkan
ketentuan dalam P3B, sehingga tarif yang diperkenankan adalah sebesar 20%;

ANALISA POKOK SENGKETA MENURUT TERBANDING (dalam Surat Uraian
Banding)

bahwa setelah membaca Surat Banding, mempelajari Laporan Penelitian Keberatan, berkas
surat-menyurat yang berlangsung selama proses penyelesaian keberatan, surat keberatan
Pemohon Banding, dengan ini disampaikan analisa pokok sengketa atas surat banding dari
pemohon banding sebagai berikut:

Pokok Sengketa:

Koreksi PPh Pasal 26 sebesar Rp18.884.328.045,00

Menurut Terbanding:

Dasar Hukum

bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009:

Pasal 3 ayat (3) huruf a:
"Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa
Pajak"

Pasal 13 ayat (1) huruf a:


"Dalam jangka waktu 5 (Lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar"

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 13 ayat (2):
"Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar''

Pasal 36 ayat (1) huruf b:


"Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:

b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar''

bahwa Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008:

Pasal 26 ayat (1) huruf b:


"Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
oleh pihak yang wajib membayarkan:

b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan


pengembalian utang"

bahwa Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2010:

Pasal 3 ayat (1) huruf b:


"Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan pemotongan atau pemungutan pajak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam P3B, dalam hal:

b. Persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B telah
dipenuhi"

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 4 ayat (3):
"Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b adalah SKD
yang disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak:

a. menggunakan formulir yang telah ditetapkan dalam Lampiran II atau Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal ini;

b. telah diisi oleh WPLN dengan lengkap;

c. telah ditandatangani oleh WPLN atau diberi tanda yang setara dengan tanda tangan
sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B;

d. telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat kantor
pajak yang berwenang di negara mitra P3B, yang dapat berupa tanda tangan atau diberi
tanda yang setara dengan tanda tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B;
dan

e. disampaikan sebelum berakhirnya batas waktu dengan penyampaian SPT Masa untuk
masa pajak terutangnya pajak"

Pasal 4 ayat (4):


"Dalam hal WPLN tidak dapat memenuhi ketentuan pada ayat (3) butir d, WPLN dianggap
memenuhi persyaratan administratif apabila ketentuan-ketentuan pada ayat (3) butir a,b, c,
dan e dipenuhi dan WPLN melampirkan surat keterangan domisili yang lazim disahkan atau
diterbitkan oleh negara mitra P3B yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. menggunakan bahasa Inggris;

b. diterbitkan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2010;

c. berupa dokumen asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak
tempat salah satu Pemotong/Pemungut Pajak terdaftar sebagai Wajib Pajak;

d. sekurang-kurangnya mencantumkan informasi mengenai nama WPLN; dan

e. mencantumkan tanda tangan pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat
kantor pajak yang berwenan di negara mitra P3B atau tanda yang setara dengan tanda
tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B dan nama pejabat dimaksud"

Pasal 5 ayat (1):


"SKD yang menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II (Form-DGT 1)
yang disampaikan kepada Pemotong/Pemungut Pajak setelah berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Masa untuk Masa Pajak terutangnya pajak, tidak dapat dipertimbangkan
sebagai dasar penerapan ketentuan yang diatur dalam P3B"

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 9 ayat (1):
"Pemotong/Pemungut Pajak wajib menyampaikan fotokopi SKD yang diterima dari WPLN
sebagai lampiran SPT Masa"

Tanggapan Terbanding

bahwa perhitungan koreksi obyek PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut:

Koreksi atas Objek PPh Pasal 26


-
(Rp)

Objek PPh Pasal 26 menurut


Terbanding 121.520.550.062

Objek PPh Pasal 26 menurut SPT



PPh Pasal 26

- KPP Madya Medan 47.638.903.356

KPP Pratama Banda


-
Aceh

Jumlah Objek PPh Pasal 26 menurut SPT


50.148.225.713
PPh Pasal 26

Koreksi Objek PPh Pasal 26 71.372.324.349

bahwa dalam Surat Keberatan Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014,


Pemohon Banding tidak mempermasalahkan (tidak menjadikan koreksi objek PPh Pasal 26
menjadi objek sengketa), sehingga Terbanding berkesimpulan bahwa atas koreksi objek PPh
Pasal 26 tersebut disetujui oleh Pemohon Banding;

bahwa hal tersebut juga dipertegas pada Surat Pemohon Banding Nomor VP/YK/03/LCI-
FIN/W/II/2015 tanggal 6 Pebruari 2015, perihal tambahan penjelasan sehubungan dengan
dasar perhitungan Objek PPh Pasal 26;

bahwa dalam surat tersebut menjelaskan bahwa Pemohon Banding setuju dengan besarnya
jumlah Objek PPh Pasal 26 yang ditetapkan oleh Terbanding sebesar Rp121.520.550.062,00;

bahwa dalam Surat Nomor: VP/YK/03/LCI-FIN/TAX/II/2015 tanggal 06 Februari 2015 tersebut

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
juga Pemohon Banding menyampaikan bahwa sengketa atas PPh Pasal 26 yang diajukan
keberatan adalah karena dalam proses pemeriksaan, Terbanding berpendapat bahwa
dokumen SKD dan Formulir DGT-1 tidak memenuhi ketentuan PER-61/PJ./2009 dan PER-
24/PJ./2010;

bahwa dengan demikian diketahui bahwa Pemohon Banding mengakui jumlah objek PPh Pasal
26 untuk cabang yang terdaftar di KPP Madya Medan adalah sebesar Rp119.011.227.705,00;

Koreksi atas PPh Pasal 26

bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap certificate of domicile of non resident for
Indonesia tax withholding (form-DGT 1) yang dilampirkan Pemohon Banding-pada surat
keberatannya dan mengetahui bahwa Part I angka (5), angka (6) dan angka (7) pada formulir
tersebut tidak diisi;

bahwa berdasarkan penelitian terhadap SPT PPh Pasal 23/26 dan lampirannya, Laporan Hasil
Pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan dan lampirannya diketahui bahwa pemotongan PPh
Pasal 26 atas objek PPh Pasal 26 antara Pemohon Banding dengan Terbanding selama Tahun
Pajak 2011 adalah sebagai berikut:

Menurut Pemohon Banding:

Jumlah
Penerima PPh Yang
Masa Pajak Penghasilan Tarif (%)
Penghasilan Dipotong (Rp)
Bruto (Rp)

Januari

Pebruari

Maret Sabelfi 5.808. 977.624 10 580.897.762

Jumewah Shipping Sdn, 226.485.395 10 22.648.539

Bhd

Acnielsen Marg Private 69.608.996 20 13.921.799

Ltd

April Sabelfi 4.190.496.515 10 419.049.651

Mei TNS India Private 10.884.512 20 2.176.902

Limited

Juni Sabelfi 5.803.861.591 10 580.386.159

Agarwal Placements 82.588.800 20 16.517.760

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Cel Asia Ltd 188.190.625 20 37.638.125

Juli Sabelfi 8.779.869.583 10 877.986.958

Agustus TNS India Private 15.123.472 20 3.024.694

Limited

September Sabelfi 5.948.005.460 10 594.800.546

Oktober Sabelfi 9.069.315.500 10 906.931.550

Aspen Technology 181.240.220 20 36.248.044

Services Corp

Cel Asia Ltd 992.635.000 20 198.527.000

Nopember - - -

Desember Sabelfi 6.271.620.063 10 627.162.006

Jumlah 47.638.903.356 4.917.917.496

bahwa dari seluruh transaksi yang merupakan objek PPh Pasal 26 di atas, pembayaran
kepada Sabelfi merupakan pembayaran atas bunga sementara yang lainnya merupakan
pembayaran atas imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan;

Menurut Terbanding:

Jumlah
Masa Penerima PPh Yang
Penghasilan Tarif (%)
Pajak Penghasilan Dipotong (Rp)
Bruto (Rp)

Januari

Pebruari

Maret Sabelfi 5.808.977.624 20 1.161.795.525

Jumewah 226.485.395 20 45.297.078

Shipping Sdn,

Bhd

Ac nielsen 69.608.996 20 13.921.799

Marg Private

Ltd

April Sabelfi 4.190.496.515 20 838.099.302

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Mei TNS India 10.884.512 20 2.176.902

Private

Limited

Juni Sabelfi 5.803.861.591 20 1.160.772.318

Agarwal 82.588.800 20 16.517.760

Placements

Cel Asia Ltd 188.190.625 20 37.638.125

Juli Sabelfi 8.779.869.583 20 1.755.973.917

Agustus TNS India 15.123.472 20 3.024.694

Private

Limited

September Sabelfi 5.948.005.460 20 1.189.601.092

Oktober Sabelfi 9.069.315.500 20 1.813.863.100

Aspen 181.240.220 20 36.248.044

Technology

Services

Corp

Cel Asia Ltd 992.635.000 20 198.527.000

Nopember - - -

Desember Sabelfi 6.271.620.063 20 1.254.324.013

Selisih 71.372.324.349 20 14.274.464.870

Equalisasi

Jumlah 119.011.227.705 23.802.245.541

bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap PPh Pasal 26 yang dipotong apakah
penerapan tarif Pajak Penghasilan sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 26
Undang-Undang Pajak Penghasilan atau sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) antara Indonesia dengan Belgia;

bahwa dari hasil penelitian diketahui bahwa:

a. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Jumewah Shipping Sdn, Bhd atas
pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan tidak
dilampirkan Form DGT 1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
b. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga
dilampirkan Certificate of Residence pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret
2011;

c. Terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga


dilampirkan Form DGT 1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;

bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa
Pajak Maret 2011;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Certificate of Residence tersebut dibuat
tanggal 19 Juli 2010 untuk tahun pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT 1 yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
24/PJ/2010 sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of Residence tersebut tidak
dapat dijadikan dasar pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif yang ditentukan dalam Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011;

bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Form DGT 1 atas nama Sabelfi
yang dilampirkan oleh Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Fo r m DGT 1 yang dilampirkan Pemohon
Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku selama 1 tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli
s.d. Desember 2011 form DGT 1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi
dasar pemotongan PPh Pasal 26;

bahwa akan tetapi Form DGT 1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian Form DGT 1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010;

bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form-DGT 1;

bahwa berdasarkan lampiran Per-61/PJ/2009, angka (5), (6) dan (7) tersebut seharusnya diisi
dengan:

(5) Diisi dengan NPWP Pemotong Pajak di Indonesia

(6) Diisi dengan Nama Pemotong Pajak di Indonesia

(7) Diisi dengan Alamat Pemotong Pajak di Indonesia;

Pendapat Terbanding

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Objek PPh Pasal 26 untuk cabang yang terdaftar di KPP Madya Medan adalah sebesar
Rp119.011.227.705,00 dan yang telah dipotong, disetor dan dilaporkan melalui SPT Masa PPh
Pasal 26 adalah sebesar Rp47.638.903.356,00. Dengan demikian Terbanding berpendapat
bahwa masih ada Objek PPh Pasal 26 yang belum dipotong dan disetor sebesar
Rp71.372.324.349,00;

bahwa pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh
Pasal 26 Masa Pajak Maret, April dan Juni 2011 dicantumkan Tax Year/Tahun Pajak 2010 dan
tidak dilampiri dengan Form DGT 1, sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of
Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif
P3B untuk Masa Pajak Maret, April dan Juni 2011, karena tidak memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./2010;

bahwa Formulir DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26
Masa Pajak Juli, September, Oktober dan Desember 2011 tidak diisi dengan lengkap, sehingga
Terbanding berpendapat bahwa Formulir DGT-1 tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk
pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif P3B untuk Masa Pajak Juli, September, Oktober dan
Desember 2011 karena tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak PER-61/PJ/2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ./2010;

bahwa berdasarkan uraian pada poin di atas, Terbanding berkesimpulan bahwa terdapat
objek PPh Pasal 26 sebesar Rp119.011.227.705,00 dan Pemohon Banding tidak berhak
menerapkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) karena tidak memenuhi
persyaratan administrasi sebagaimana diatur dalam PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2010, sehingga dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto yaitu sebesar Rp23.802.245.541,00;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011
sebagaimana telah dibetulkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
00010/WPJ.0l/KP.0703/2014 tanggal 24 Maret 2014 sudah tepat. Dengan demikian diusulkan
perhitungan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
menjadi sebagai berikut:

Menurut Hasil
Menurut
Menurut Penelitian
No Uraian Surat Keberatan
SKPKB (Rp) Keberatan
(Rp)
(Rp)

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1 Penghasilan Kena 47.638.903.356 119.011.227.705 119.011.227.705

Pajak/Dasar

Pengenaan Pajak

2 PPh Pasal 23/26 Final 4.917.917.496 23.802.245.541 23.802.245.541

yang terutang

3 Kredit Pajak:

b. Setoran Masa 4.917.917.496 4.917.917.496 4.917.917.496

c. STP (pokok - - -

kurang bayar)

d. Kompensasi - - -

kelebihan dari

masa pajak

e. Lain-lain - - -

f. Kompensasi - - -

kelebihan ke

masa pajak

g. Jumlah pajak - 4.917.917.496 4.917.917.496

yang dapat

dikreditkan

(a+b+c+d+e+f)

4 Pajak yang tidak/kurang 4.917.917.496 18.884.328.045 18.884.328.045

dibayar (2-3g)

5 Sanksi Administrasi:

a. Bunga Pasal 13 - 9.064.477.462 9.064.477.462

(2) KUP

b. Kenaikan Pasal - - -

13 (3) KUP

c. Bunga Pasal 13 - - -

(5) KUP

d. Kenaikan Pasal - - -

13A KUP

e. Jumlah sanksi - 9.064.477.462 9.064.477.462

administrasi

(a+b+c+d)

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
6 Jumlah PPh yang masih 4.917.917.496 27.948.805.507 27.948.805.507

harus dibayar (4+5.e)


©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
KESIMPULAN DAN USUL MENURUT TERBANDING (dalam Surat Uraian Banding)

Kesimpulan

bahwa Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015
diterbitkan berdasarkan kuasa Pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 telah sesuai dengan data dan ketentuan yang
berlaku;

bahwa koreksi Terbanding telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku;

Usul

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diusulkan kepada Pengadilan Pajak untuk
menolak permohonan banding Pemohon Banding dan tetap mempertahankan Keputusan
Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Pemohon
Banding atas SKPKB Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor 00001/245/11/123/14
tanggal 7 Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011 atas nama Pemohon Banding,
NPWP 01.000.660.9-123.001;

bahwa dalam Surat Uraian Bandingnya Terbanding melampirkan fotokopi dokumen sebagai
berikut:

T-1 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Masa/Tahun Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014;

T-2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00010/WPJ.01/KP.0703/2014


tanggal 24 Maret 2014 tentang Pembetulan Atas SKPKB Nomor
00001/245/11/123/14 tanggal 7 Maret 2014 Masa Pajak Januari s.d. Desember
2011;

T-3 Surat Keberatan Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 3 Juni 2014 dan


Lembar Pengawasan Arus Dokumen Nomor PEM:01003332\123\jun\2014 tanggal 4
Juni 2014;

T-4 Surat Kuasa Khusus Wajib Pajak Nomor: 68/PZI/FIN/VII/13 tanggal 4 Juli 2013;

T-5 Surat Nomor VP/YK/03/LCI-FIN/TAX/11/2015 tanggal 6 Februari 2015 perihal


Tambahan Penjelasan sehubungan dengan dasar perhitungan Objek PPh Pasal 26;

T-6 Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 dan


bukti Pengiriman melalui PT. Pos Indonesia;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

TANGGAPAN PEMOHON BANDING DALAM SURAT


BANTAHAN SURAT URAIAN BANDING

Pemohon Banding dalam Surat Bantahan Nomor MN/YK/11/LCI-TAX/I/2016 tanggal 11


Januari 2016, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

PEMENUHAN KETENTUAN FORMAL MENURUT PEMOHON BANDING (dalam Surat
Bantahan)

bahwa Pemohon Banding setuju dengan pendapat Terbanding bahwa Pemohon Banding telah
memenuhi ketentuan formal sebagaimana disebutkan dalam poin a sampai dengan poin f
angka I.1 dari SUB. Namun, meskipun Pemohon Banding tidak mencantumkan tanggal
diterima KEP-516, surat banding yang Pemohon Banding ajukan masih dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal dikeluarkannya surat Keputusan Terbanding;

bahwa oleh karena itu, sekiranya tanggal terima keputusan yang diajukan banding dianggap
sama dengan tanggal keputusan itu sendiri, surat banding tersebut memenuhi ketentuan
formal permohonan banding, sehingga surat banding tersebut dapat diterima oleh Pengadilan
Pajak untuk dipertimbangkan lebih lanjut;

ANALISA POKOK SENGKETA MENURUT PEMOHON BANDING (dalam Surat
Bantahan)

bahwa atas penerbitan Keputusan Terbanding di atas, Pemohon Banding tidak setuju dan
mengajukan banding atas koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 yang telah
menyebabkan adanya PPh kurang bayar sebesar Rp18.884.328.045,00 dan sanksi administrasi
bunga sebesar Rp9.064.477.462,00;

bahwa perhitungan koreksi tersebut adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)

Cfm. Pemohon
Uraian Cfm. KEP-516 Koreksi
Banding

Dasar Pengenaan Pajak 47.638.903.356 119.011.227.705 71.372.324.349

PPh Pasal 26 yang 4.917.917.496 23.802.245.541 18.884.328.045

terutang

Kredit Pajak 4.917.917.496 4.917.917.496 -

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pajak yang tidak/kurang- - 18.884.328.045 18.884.328.045

dibayar

Sanksi Administrasi:

Bunga Pasal 13 (2) KUP - 9.064.477.462 9.064.477.462

Jumlah PPh Yang Masih - 27.948.805.507 27.948.805.507

Harus Dibayar

bahwa berdasarkan permohonan banding Pemohon Banding , perhitungan KEP-516


seharusnya adalah sebagai berikut:

Dasar
PPh Kurang / Sanksi
Uraian Pengenaan PPh Terutang Kredit Pajak
(Lebih) Bayar Administrasi
Pajak

KEP-516/WPJ.01/2015 119.011.227.705 23.802.245.541 4.917.917.496 18.884.328.045 9.064.477.462

SPTWP 47.638.903.356 4.917.917.496 4.917.917.496 - -

Koreksi 71.372.324.349 18.884.328.045 - 18.884.328.045 9.064.477.462

WP Setuju - - - - -

WP Tidak Setuju 71.372.324.349 18.884.328.045 - 18.884.328.045 9.064.477.462

Menurut WP 47.638.903.356 4.917.917.496 4.917.917.496 - -

bahwa berikut Pemohon Banding paparkan argumen dan alasan ketidaksetujuan Pemohon
Banding terhadap koreksi objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 dengan PPh
kurang bayar sebesar Rp18.884.328.045,00 dan sanksi kenaikan sebesar Rp9.064.477.462,00;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang diungkapkan di
dalam SUB-nya terkait koreksi atas objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 yang
menyebabkan pajak kurang bayar sebesar Rp18.884.328.045,00 dan sanksi administrasi
bunga sebesar Rp9.064.477.462,00

bahwa Pendapat Pemohon Banding adalah sebagai berikut:

1. Sengketa Banding

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa sengketa banding atas Objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00
merupakan hasil dari perhitungan ekualisasi Terbanding sebagaimana tertera dalam
risalah pembahasan pemeriksaan pajak tahun 2011 sebagai berikut:

No Keterangan Jumlah

1 Objek PPh Pasal 26 Menurut Pemeriksa

- Pada HPP

Technical Fee-Business Unit 46,909,650,225

- Pada Biaya Usaha Lainnya

Technical Fee 5,977,609,113

- Pada Biaya Luar Usaha

Interest Expenses 68,633,290,724

Total Objek PPh 26 121,520,550,062

2 Objek PPh Pasal 26 menurut SPT PPh 26

- KPP Madya Medan (47,638,903,356)

- KPP Pratama Banda Aceh (2,509,322,357)

Total Objek menurut SPT PPh 26 (50,148,225,713)

Koreksi Objek PPH Pasal 26 71,372,324,349

bahwa atas koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00 Terbanding tidak memberikan rincian


dan penjelasan lebih lanjut, melainkan hanya keterangan "hasil ekualisasi" sebagaimana
disebutkan dalam SUB ini;

bahwa Pemohon Banding berharap dalam persidangan Tim Terbanding dapat
memaparkan isi dari koreksi tersebut secara rinci;

2. Pendapat Pemohon Banding atas sengketa PPh Pasal 26

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dengan mengikuti perhitungan Terbanding dalam tabel di atas, sebagaimana
telah Pemohon Banding jelaskan dalam Surat Banding Pemohon Banding, Pendapat
Pemohon Banding atas perhitungan Terbanding adalah sebagai berikut:

a. Sengketa atas Beban Bunga Pinjaman


Menurut SPT

Masa PPh Pasal Menurut


Keterangan
26 Terbanding

DPP Biaya Bunga 45,872,146,336 45,872,146,336

PPh 4,587,214,634 9,174,429,267

- Tarif SPT Masa 26,10%

- Tarif Menurut Terbanding, 20%

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding di dalam


SUB-nya, karena Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak
dapat menggunakan ketentuan penurunan tarif pajak penghasilan
sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ( Tax
Treaty) antara Indonesia dan Belgia. Dasar penolakan kami atas pendapat
Terbanding adalah sebagai berikut:

1) bahwa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu dalam


hal terdapat suatu transaksi yang melibatkan Wajib Pajak Indonesia
dengan Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, maka ketentuan
perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh salah satu dari Wajib
Pajak tersebut harus mengacu kepada P3B antara kedua Negara;

2) bahwa P3B Indonesia-Belgia merupakan perjanjian bilateral yang telah


disepakati bersama oleh kedua Negara sejak tanggal 13 November 1973.
Di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada, substansi dari P3B
mempunyai kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang
Pajak setempat (Indonesia) beserta turunannya yang dapat berupa
Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Keuangan (KMK), Surat
Edaran (SE) atau Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP);

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
3) bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan
berkaitan dengan pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan
kepada Sabelfi SNC harus mengacu pada P3B yang berlaku, dalam hal
ini adalah P3B Indonesia-Belgia. Pasal 11 ayat (2) atas P3B tersebut telah
menetapkan bahwa pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC seharusnya
dikenakan PPh pasal 26 sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:

a. "However, such interest may also be taxed in the Contracting State


in which it arises, and according to the laws of that State, but if the
recipient is the beneficial owner of the interest the tax so charged
shall not exceed 10% of the gross amount of the interest. The
competent authorities of the Contracting States shall by mutual
agreement settle the mode of application of this limitation."

(4) bahwa untuk menerapkan P3B tersebut diperlukan ketentuan


pelaksanaan (administrasi dan prosedural) sebagaimana telah diatur
dalam OECD Commentaries paragraf 26.2 atas pasal 1 P3B yang
berbunyi:
"A number of Articles of the Convention limit the right of a State to tax
income derived from its territory. As noted in paragraph 19 of the
Commentary on Article 10 as concerns the taxation of dividends, the
Convention does not settle procedural questions and each State is free to
use the procedure provided in its domestic law in order to apply the limits
provided by the Convention ...."

bahwa penjelasan di atas dapat diartikan dan disimpulkan (secara bebas)


sebagai berikut:

i. OECD tidak mengatur masalah prosedur. Masing-masing negara dapat


menentukan prosedur berdasarkan hukum lokal yang berlaku di negara
masing-masing;

ii. Prosedur yang dapat diatur oleh masing-masing negara berdasarkan


hukum lokal adalah terbatas untuk menerapkan pembatasan pajak yang
terdapat dalam konvensi (P3B);

bahwa dari penjelasan-penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa prosedur


apapun yang ditetapkan oleh suatu negara adalah untuk mendukung atau
mengatur pembatasan yang telah ditetapkan dalam P3B dan tidak dapat
mengubah substansi pembatasan pajak di dalam P3B yang berlaku;

bahwa P3B antara Indonesia dan Belgia telah disepakati oleh kedua Negara
sejak 13 November 1973. Sementara, dasar aturan yang digunakan oleh

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Terbanding dalam sengketa ini yakni PER-61/PJ/2009 tertanggal 5 November
2009 (PER-61) dan PER-24/PJ/2010 tahun 2010 (PER-24) ditetapkan setelah
dari P3B kedua Negara tersebut disepakati;

bahwa dengan demikian peraturan yang diterbitkan oleh Terbanding
seharusnya merupakan aturan pelaksanaan dimana hanya mengatur masalah
administratif saja dan tidak dapat mengubah substansi/validasi dari aturan
yang disepakati bersama di dalam P3B;

bahwa Terbanding secara sepihak telah menetapkan PER-61 yang mengatur
COR secara khusus, yaitu DGT-1. PER-61 kemudian disempurnakan melalui
PER-24/PJ/2010 (PER-24) dimana melalui Pasal 4 ayat (4) PER-24 menerima
COR yang diterbitkan oleh negara-negara dalam perjanjian P3B sebagai
pengganti pernyataan dalam DGT-1 halaman 1 bagian III (part III);

bahwa PER-61 yang disempurnakan melalui PER-24/PJ/2010 yang mengatur
COR secara khusus ditetapkan setelah P3B antara Indonesia-Belgia
ditandatangani;

bahwa oleh karena itu, Terbanding seharusnya menggunakan peraturan yang
berlaku di dalam P3B Indonesia-Belgia untuk menetapkan kewajiban
perpajakan, sehingga COR yang diterbitkan oleh Pemerintah Belgia untuk
Sabelfi SNC dapat dijadikan dokumen pendukung yang membuktikan bahwa
Sabelfi SNC merupakan Wajib Pajak di Belgia dan berhak menikmati fasilitas
perpajakan yang tertuang di dalam P3B Indonesia-Belgia;

bahwa dalam hal ini Pemerintah Belgia telah menerbitkan COR sebagai
dokumen pendukung status kependudukan Sabelfi SNC di Belgia di tahun
2010. Dengan demikian Sabelfi berhak atas pemajakan sebesar 10% atas
penghasilan bunga yang diterima dari Pemohon Banding;

bahwa dengan mempertimbangkan P3B Indonesia-Belgia dan Pasal 4 ayat (4)
PER-24 maka Terbanding seharusnya tidak dapat dengan serta merta menolak
penggunaan pembatasan pemajakan yang telah disetujui dalam P3B Indonesia-
Belgia dengan alasan tidak lengkapnya pengisian DGT-1 (yaitu karena Sabelfi
tidak menandatangani DGT-1 sesuai dengan peraturan);

bahwa oleh sebab itu, pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;

bahwa dengan demikian, Pemohon Banding mohon kepada Majelis Hakim
untuk membatalkan koreksi pengenaan PPh pasal 26 sebesar 20% atas seluruh
pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan dalam PER-61/PJ./2009
ataupun PER-24/PJ./2010, yaitu:

bahwa Pemohon Banding telah mengisi DGT-1 sesuai dengan ketentuan

- Mengisi dan menandatangani Lembar pertama Form DGT-1 dan meminta


Pejabat yang berwenang/Otoritas Pajak di Negara berwenang di negara
mitra P3B. Hal ini membuktikan bahwa Kantor Pajak Belgia telah
memberikan konfirmasi bahwa Sabelfi SNC adalah wajib pajak di Belgia;

- Mengisi dan menandatangani lembar kedua dengan lengkap;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa meskipun Pemohon Banding belum mengisi lembar I form DGT-1 nomor
5 s/d 7, namun informasi tersebut sehubungan dengan data Pemohon Banding
sebagai pemotong pajak yang mana telah diketahui oleh Kantor Pajak melalui
data NPWP yang disahkan oleh KPP PMA 1;

b a h w a Form DGT-1 telah dilaporkan tepat pada waktu sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam PER-61/PJ./2009 (dan SE-114/PJ./2009), yaitu di
masa terutangnya pajak;

bahwa dalam hal pembayaran bunga, pajak penghasilan terutang pada saat
pembayaran bunga jatuh tempo. Dan untuk menggunakan penurunan tarif
pajak sesuai dengan Tax Treaty, DGT-1 harus dilaporkan paling lambat pada
tanggal 20 di bulan berikutnya, yaitu bersamaan dengan pelaporan surat
pemberitahuan masa;

bahwa dengan pengesahan Otoritas Pajak Belgia dalam halaman 1 DGT-1
membuktikan bahwa Sabelfi SNC merupakan perusahaan yang berdomisili di
Belgia dan melaporkan pajak penghasilan di Belgia;

bahwa oleh karena itu, Sabelfi SNC telah memenuhi persyaratan utama untuk
penggunaan tarif rendah yang diberikan melalui Tax Treaty Indonesia-Belgia;

bahwa untuk pembayaran bunga masa Januari-Juni 2011, keterangan
kependudukan Sabelfi SNC di Belgia telah disahkan melalui surat "Certificate
of Residence" yang disahkan dan dikeluarkan oleh Otoritas Pajak Belgia pada
Juli 2010;

bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa surat " Certificate of
Residence" ini berlaku untuk 12 bulan sejak tanggal disahkan sebagaimana
diatur dalam PER-24/PJ./2010, yaitu untuk periode 19 Juli 2011-19 Juni 2011;

bahwa dengan demikian, periode pembayaran bunga Januari-Juni 2011 masih
dapat menggunakan COR tersebut (yaitu dengan menerapkan PPh Pasal 26
dengan tarif 10%);

bahwa dengan demikian penggunaan tarif pajak 10% sesuai dengan Tax Treaty
tetap dapat digunakan sesuai dengan peraturan dalam PER-24/PJ./2010;

bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat Pemohon
Banding sampaikan bahwa penerapan tarif pajak sesuai dengan P3B antara
Indonesia dan Belgia yang diterapkan oleh Pemohon Banding atas pembayaran
bunga kepada Sabelfi sudah benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

b. Penjelasan atas Biaya Technical Fees

bahwa berdasarkan perhitungan Terbanding, penetapan objek PPh Pasal 26


termasuk biaya Technical Fees sebesar Rp52.887.259.338,00 berdasarkan
pencatatan kami biaya Technical Fees tersebut terdiri dari:

Keterangan Jumlah

Objek PPh Pasal 26 Menurut Pemeriksa

- Pada HPP

Technical Fee-Business Unit 46,909,650,225

- Pada Biaya Usaha Lainnya

Technical Fee 5,977,609,113

Total Biaya Technical Fee 52,887,259,338

bahwa berikut penjelasan Pemohon Banding atas tabel di atas:

1) Penjelasan atas pemotongan PPh pasal 26 atas Biaya Technical


Fees (Royalty) sebesar Rp46.909.650.225,00

bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa PPh Pasal 26 yang


terhutang atas biaya Royalty tersebut di atas telah dipotong dan
dibayarkan ke Kas Negara serta dilaporkan di dalam SPT PPh Pasal 26
periode January 2012;

bahwa PPh Pasal 26 tersebut dibayarkan pada tanggal 6 Agustus 2012
Dan dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 26 Pembetulan 1 periode Januari
2012 pada tanggal 13 Juni 2014;

bahwa apabila diperlukan di dalam persidangan nanti, Pemohon Banding
akan memberikan dokumen pendukung sehubungan dengan pembayaran
dan bukti pemotongan atas biaya Royalty yang dilakukan di tahun 2012;

2) Penjelasan atas Biaya Technical Fees

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

bahwa atas biaya sehubungan dengan Technical Fee menurut pendapat


Pemohon Banding terhutang PPh Pasal 26 dengan tarif 0%;

bahwa karena Biaya tersebut merupakan masuk kedalam kriteria active
income, dimana yang memperoleh pendapatan dari jasa teknis tersebut
merupakan wajib pajak luar negeri (yakni Lafarge SA domisili di Prancis)
dan tidak mempunyai PE di Indonesia. Oleh sebab itu, Pemohon Banding
tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 26;

bahwa pendapat Pemohon Banding ini telah sesuai dengan ketentuan P3B
Indonesia-Perancis di mana biaya Technical Fee tersebut termasuk ke
dalam kategori Bisnis Profit (Pasal 7 P3B Indonesia-Prancis);

bahwa dalam hal ini Pemohon Banding dapat membuktikan bahwa Lafarge SA merupakan
wajib pajak Perancis sesuai dengan COR yang terlampir bersama surat ini. Dengan demikian,
Lafarge SA dapat menggunakan ketentuan P3B Indonesia-Prancis pada Pasal 7;

bahwa ingin Pemohon Banding tegaskan bahwa biaya technical fees tersebut sudah diterima
oleh Tim Pemeriksa sebagai pengurang penghasilan bruto (biaya telah diakui sebagai biaya
pajak);

bahwa lebih lanjut, Terbanding tidak mempunyai dasar untuk mempersengketakan
pembayaran technical fee yang dilakukan oleh Pemohon Banding, karena Pemohon Banding
telah memenuhi 3 tes pengujian terkait pembayaran transaksi jasa intra-grup sebagaimana
tertera dalam PER-22 yang menguji prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi
jasa intra-grup;

bahwa penjelasan secara rinci diuraikan sebagai berikut:

Jasa telah benar-benar diberikan
bahwa Pemohon Banding telah menerima bantuan dan dukungan terkait bidang-bidang di
bawah ini:

● Pemasaran;

● Sourcing dan procurement;

● Transformasi komersial;

● Manajemen kesehatan & keamanan dan sumber daya manusia;

● Sustainable development; dan

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
● Hal-hal terkait finansial dan hukum;

bahwa berdasarkan analisis dan penjelasan diatas, Pemohon Banding telah memenuhi tiga
pengujian yang diterapkan dalam menguji transaksi pembayaran jasa intra-grup sebagaimana
tertera dalam PER-22;

bahwa apabila diminta di dalam persidangan nanti Pemohon Banding juga mampu
memberikan bukti dalam bentuk dokumen-dokumen pendukung seperti perjanjian relevan
antara Pemohon Banding dan Lafarge SA, faktur-faktur untuk layanan yang disediakan
Lafarge SA, juga TPD yang mendokumentasikan kewajaran dari biaya pembayaran jasa yang
berkaitan dengan transaksi jasa intra-grup;

I. Kesimpulan

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan penjelasan-penjelasan Pemohon Banding di atas, dapat disimpulkan
bahwa Terbanding tidak memiliki cukup alasan untuk mempertahankan koreksi atas
tarif PPh Pasal 26 yang menyebabkan PPh Pasal 26 kurang dibayar sebesar Rp
18.884.328.045,00 dan sanksi administrasi bunga sebesar Rp9.064.477.462,00;

bahwa sesuai dengan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007, jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 26 yang disampaikan oleh Pemohon Banding adalah
jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;

bahwa berdasarkan hal-hal di atas, penghitungan PPh Final Pasal 23/26 untuk Masa
Pajak Januari s.d. Desember 2011 menurut Pemohon Banding seharusnya adalah sebagai
berikut:

Jumlah Menurut Pemohon


No Uraian
Banding (Rp)

1 Penghasilan Kena Pajak/Dasar Pengenaan Pajak Rp 47,638,903,356

2 PPh Pasal 23/26 Final yang terutang Rp 4,917,917,496

3 Kredit Pajak:

a. PPh Ditanggung Pemerintah Rp -

b. Setoran Masa Rp 4,917,917,496

c. STP (pokok kurang bayar) Rp -

d. Kompensasi kelebihan dari masa pajak Rp -

e. Lain-lain Rp -

f. Kompensasi kelebihan ke masa pajak Rp -

g. Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp 4,917,917,496

(a+b+c+d+e+f)

Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp -

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa demikianlah Bantahan atas SUB sehubungan dengan permohonan banding ini kami
sampaikan agar dapat dijadikan pertimbangan Majelis Hakim untuk mengabulkan
permohonan banding Pemohon Banding;

bahwa dalam Surat Bantahannya Pemohon Banding melampirkan dokumen dan bukti-bukti
sebagai berikut:

P-5 Fotokopi Surat Uraian Banding Direktur Jenderal Pajak Nomor S-


3060/WPJ.01/2015 tertanggal 29 September 2015;

P-6 Fotokopi Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-516/WPJ.01/2015


tertanggal 31 Maret 2015 Tentang Keberatan Wajib Pajak Atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26;

P-7 Fotokopi SKPKB PPh Pasal !26 Tahun Pajak 2011 No. 00001/245/11/123/14
tertanggal 7 Maret 2014 dan pembetulannya KEP-0010/WPJ.01/KP.0703/2014
tertanggal 24 Maret 2014;

P-8 Fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPh Pasal 26 terutang
sebagaimana keputusan SKPKB No. 00001/245/11/123/14 yang dibayarkan
tanggal 21 Mei 2014 sebesar Rp27.948.805.507,00;

P-9 Fotokopi Certificate of Residence ("COR") Lafarge SA yang menyatakan


residensinya di Perancis untuk tahun pajak 2011;

DOKUMEN TAMBAHAN YANG DISAMPAIKAN DI


DALAM PERSIDANGAN OLEH PEMOHON BANDING

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil Bandingnya, Pemohon Banding dalam


persidangan menyerahkan dokumen dan bukti-bukti sebagai berikut:

P-10 Pakta Integritas yang telah dimeteraikan kemudian;

P-11 Surat Pemohon Banding tanggal 12 April 2016 tentang Pemberitahuan


Perubahan Alamat untuk Korespondensi;

P-12 Surat Pemohon Banding tanggal 12 April 2016 tentang Tambahan Penjelasan
Sehubungan Dengan Surat Banding;

P-13 Matriks Sengketa Terbanding dan Pemohon Banding;

P-14 Berita Acara Uji Bukti;

P-15 Fotokopi Akta Notaris No. 01 tanggal 07 Maret 2014 tentang Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
P-16 Fotokopi Akta Notaris Perubahan Terakhir No. 02 tanggal 09 Maret 2015
tentang Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia;

P-17 Fotokopi Surat Keberatan Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 3 Juni


2014;

P-18 Fotokopi Laporan Keuangan Audit Tahun 2010, 2011 dan 2012;

P-19 Fotokopi Perjanjian Hutang (Loan Agreement) antara Sabelfi SNC dan PT.
Lafarge Cement Indonesia tanggal 22 Maret 2010;

P-20 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 April 2010;

P-21 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 Juli 2010;

P-22 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanpa tanggal;

P-23 Fotokopi Certificate of Residence tanggal 19 Juli 2010;

P-24 Fotokopi Certificate of Domicile Non Resident For Indonesia Tax Withholding
(Form-DGT 1);

P-25 Fotokopi Perjanjian Lisensi Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Licence


Agreement) antara Lafarge dengan PT. Lafarge Cement Indonesia;

P-26 Fotokopi Perjanjian Merk Induk (Master Brand Agreement) antara Lafarge
dengan PT. Lafarge Cement Indonesia;

P-27 Fotokopi Lafarge Technical Fee sebesar Rp5.977.609.113,00;

P-28 Fotokopi Certificate of Domicile (COD) atas nama Lafarge SA, Perancis;

P-29 Fotokopi SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari 2012;

P-30 Fotokopi COD atas nama Lafarge SA dan DGT-1 Form dari Lafarge SA,
Perancis;

P-31 Fotokopi Commercial Invoice dan Payment Details dalam rangka pembayaran
royalti;

P-32 Fotokopi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan
Perancis;

P-33 Fotokopi SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, dan Desember 2011 sebagai bukti pelaporan PPh Pasal 26
atas Biaya Bunga;

P-34 Fotokopi Daftar Biaya Bunga Tahun 2011;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
P-35 Fotokopi COD dan DGT-1 Form dari Sabelfi SNC, Belgia;

P-36 Fotokopi General Ledger Biaya Bunga 620030CUOO.820000.H;

P-37 Fotokopi Interest Expenses berikut dengan nomor referensi ke tiap-tiap dokumen
pendukungnya;

P-38 Fotokopi Commercial Invoice, Rekening Koran, dan Payment Voucher


Pembayaran Biaya Bunga kepada Sabelfi SNC;

P-39 Fotokopi Perjanjian Hutang (Loan Agreement) antara Sabelfi SNC dan PT.
Lafarge Cement Indonesia tanggal 22 Maret 2010 dengan nilai hutang sebesar
USD75,000,000.00;

P-40 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 April 2010 dengan nilai hutang sebesar Rp207.690.000,00;

P-41 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 28 Juli 2010 dengan nilai hutang sebesar Rp180.300.000,00;

P-42 Fotokopi Perjanjian antara Sabelfi SNC dengan PT. Lafarge Cement Indonesia
tanggal 19 November 2010 dengan nilai hutang sebesar Rp196. 500.000,00;

P-43 Fotokopi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan
Belgia;

P-44 Fotokopi SKPN PPh Pasal 26 yang dikeluarkan oleh KPP Banda Aceh;

P-45 Mapping Koreksi PPh Pasal 26 berikut dengan rincian pemotongan PPh Pasal 26
yang telah dilaporkan di KPP Medan dan KPP Banda Aceh;

DOKUMEN TAMBAHAN YANG DISAMPAIKAN DI


DALAM PERSIDANGAN OLEH TERBANDING

Menimbang, bahwa untuk menguatkan koreksi fiskalnya, Terbanding dalam persidangan


menyerahkan dokumen dan bukti-bukti sebagai berikut:

T-7 Fotokopi Laporan Hasil Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal
Asing Satu Nomor: LAP-160/WPJ.07/KP.0200/2014 tanggal 25 Februari 2014;

T-8 Fotokopi Kertas Kerja Pemeriksaan;

T-9 Fotokopi Laporan Penelitian Keberatan Nomor LAP-484/WPJ.01/BD.06/2015


tanggal 31 Maret 2015;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
PERTIMBANGAN HUKUM PENGADILAN PAJAK

Kewenangan Pengadilan Pajak



bahwa Majelis memeriksa kewenangan Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015 diajukan
terhadap Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang
Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final
Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2011;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap Surat Banding a quo, Majelis
berkesimpulan Pengadilan Pajak berwenang untuk memeriksa dan memutus sengketa Pajak a
quo;

PERTIMBANGAN HUKUM ATAS PEMENUHAN KETENTUAN FORMAL SENGKETA

Menimbang, bahwa sesuai peraturan perundangan-undangan peradilan pajak, pemeriksaan


materi sengketa banding dilakukan setelah pemeriksaan atas pemenuhan ketentuan-ketentuan
formal;

Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Banding



bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015,
ditandatangani oleh Michel Nayah, Jabatan: Direktur;

bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015, dibuat
dalam bahasa Indonesia ditujukan kepada Pengadilan Pajak, sehingga memenuhi ketentuan
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015, diterima
oleh Sekretariat Pengadilan Pajak pada hari Selasa tanggal 30 Juni 2015 dengan cara diantar
langsung, sedangkan Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding diterbitkan
pada tanggal 31 Maret 2015, sehingga pengajuan banding memenuhi ketentuan mengenai
jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015,
menyatakan tidak setuju terhadap Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015
tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret
2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011;

bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015,
memenuhi persyaratan satu Surat Banding untuk satu Keputusan Terbanding sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak;

bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015, memuat
alasan-alasan banding yang jelas, dan tidak mencantumkan tanggal diterimanya Keputusan
Terbanding, namun apabila dilihat dari tanggal diterbitkannya Keputusan Terbanding sampai
dengan Surat Banding diterima oleh Sekretariat Pengadilan Pajak, Surat Banding masih
memenuhi jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan banding;

bahwa dengan demikian Surat Banding memenuhi ketentuan Pasal 36 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

bahwa Surat Banding Nomor MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015, dilampiri
dengan salinan keputusan yang dibanding, sehingga memenuhi ketentuan Pasal 36 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

bahwa banding diajukan terhadap besarnya pajak yang terutang sesuai dengan Keputusan
Terbanding a quo, sedangkan jumlah yang disetujui oleh Pemohon Banding pada saat
pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah nihil, sehingga tidak terdapat kewajiban
Pemohon Banding untuk melunasi 50% dari pajak yang terutang yang disetujui oleh Pemohon
Banding pada saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan;

bahwa Pemohon Banding telah melunasi melalui Surat Setoran Pajak sebesar
Rp27.948.805.507,00 untuk pembayaran Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa
Pajak Januari sampai dengan Desember 2011;

bahwa dengan demikian pengajuan banding memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

bahwa Michel Nayah, Jabatan: Direktur, selaku penandatangan Surat Banding Nomor:
MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015, berdasarkan Salinan Akta Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia Nomor 02 tanggal 09 Maret 2015
yang dibuat dihadapan Devi Yunanda, S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di Kota
Administrasi Jakarta Selatan berhak menandatangani Surat Banding sehingga memenuhi
ketentuan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

bahwa Surat Banding Nomor: MN/YK/82/LCI-FIN/TAX/VI/2015 tanggal 29 Juni 2015
memenuhi ketentuan formal;

Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Keberatan

bahwa pengajuan banding telah didahului dengan Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-
FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 yang permohonannya diterima di KPP Madya Medan
pada tanggal 04 Juni 2014;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 berisi
keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari
sampai dengan Desember 2011;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014,
ditandatangani oleh Valery Jean Michel Pitra, Jabatan: Direktur;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014,
ditujukan kepada Terbanding dan dibuat dalam bahasa Indonesia sehingga memenuhi
ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014
memenuhi persyaratan satu Surat Keberatan untuk satu Surat Ketetapan Pajak;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014, memuat
alasan-alasan keberatan yang jelas dan perhitungan besarnya pajak yang terutang menurut
Pemohon Banding sehingga memenuhi ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014, diterima
oleh Terbanding pada tanggal 04 Juni 2014, sedangkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a
quo diterbitkan pada tanggal 07 Maret 2014, sehingga pengajuan keberatan memenuhi
ketentuan mengenai jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud
Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009;

bahwa Surat Keberatan Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 diajukan
atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Desember 2011 dan berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, tidak terdapat pajak
yang masih harus dibayar yang disetujui Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan hal tersebut, Pemohon Banding tidak memiliki kewajiban melunasi pajak
yang masih harus dibayar sehingga memenuhi Pasal 25 ayat (3a) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Valery Jean Michel Pitra, Jabatan: Direktur, selaku penandatangan Surat Keberatan
Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014, berdasarkan Salinan Akta
Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT. Lafarge Cement Indonesia Nomor 01 tanggal 07
Maret 2014 yang dibuat dihadapan Devi Yunanda, S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di
Kota Administrasi Jakarta Selatan, berwenang menandatangani Surat Keberatan a quo
sehingga Surat Keberatan memenuhi ketentuan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Surat Keberatan Pemohon Banding Nomor: VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03
Juni 2014 memenuhi ketentuan formal;

Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan Keputusan Terbanding

bahwa Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015,
merupakan keputusan atau jawaban terhadap Surat Keberatan Pemohon Banding Nomor
VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014 yang surat permohonannya diterima di
KPP Madya Medan pada tanggal 04 Juni 2014;

bahwa Keputusan Terbanding a quo berupa menolak keberatan Pemohon Banding, sehingga
penerbitan Keputusan Terbanding memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 26
ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tersebut memenuhi asas satu
keputusan atau satu balasan;

bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tersebut bukan termasuk
dalam kategori keputusan yang sebelum diterbitkan tidak didahului dengan pemberian
kesempatan kepada Pemohon Banding untuk menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan
tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding diterbitkan tanggal 31 Maret
2015, sedangkan Surat Keberatan diterima oleh Terbanding tanggal 04 Juni 2014, sehingga

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Terbanding memenuhi ketentuan mengenai kewajiban membalas dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tidak mengandung kesalahan
tulis pada subjek, jenis dan tahun pajak yang dituju oleh keputusan, sehingga dapat
mengakibatkan Pemohon Banding tidak dapat menjalankan kewajiban dan/atau hak
perpajakannya secara baik dan benar;

bahwa penerbitan Keputusan Terbanding Nomor KEP-516/WPJ.01I2015 tanggal 31 Maret
2015 memenuhi ketentuan formal;

Pemenuhan Ketentuan Formal penerbitan Surat Ketetapan Pajak

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor:
00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember
2011 diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu Nomor: LAP-
160/WPJ.07/KP.0200/2014 tanggal 25 Februari 2014;

bahwa Terbanding kemudian menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
00010/WPJ.01/KP.0703/2014 tanggal 24 Maret 2014 perihal Pembetulan Atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14
tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 karena adanya
kesalahan hitung dalam Surat Ketetapan Pajak a quo;

bahwa pembetulan atas kesalahan hitung tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah Menurut Terbanding

No Uraian
Tertulis Seharusnya

1 Penghasilan Kena Pajak/Dasar 119.011.227.705 119.011.227.705

Pengenaan Pajak

2 PPh Pasal 23/26 Final yang terutang 23.802.245.541 23.802.245.541

3 Kredit Pajak:

a. PPh Ditanggung Pemerintah - -

b. Setoran Masa 4.917.917.496 4.917.917.496

c. STP (pokok kurang bayar) - -

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
d. Kompensasi kelebihan dari - -

masa pajak

e. Lain-lain - -

f. Kompensasi kelebihan ke - -

masa pajak

g. Jumlah pajak yang dapat 4.917.917.496 4.917.917.496

dikreditkan (a+b+c+d+e+f)

5 Pajak yang tidak/kurang dibayar (2- 18.884.328.045 18.884.328.045

3.g)

6 Sanksi Administrasi:

a. Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP 5.287.611.852 9.064.477.462

b. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) - -

KUP

c. Bunga Pasal 13 ayat (5) KUP - -

d. Kenaikan Pasal 13A KUP - -

e. Jumlah sanksi administrasi 5.287.611.852 9.064.477.462

(a+b+c+d)

6 Jumlah PPh yang masih harus dibayar 24.171.939.897 27.948.805.507

(4+5.e)

bahwa menurut pendapat Majelis, kesalahan hitung tersebut bersifat manusiawi dan perlu
dibetulkan sebagaimana mestinya, serta tidak mengandung persengketaan antara Terbanding
dengan Pemohon Banding, sehingga pembetulan yang dilakukan oleh Terbanding telah
memenuhi Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009;

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo bukan termasuk dalam kategori ketetapan
dari hasil Pemeriksaan yang sebelum diterbitkan tidak didahului dengan pemberitahuan
tertulis hasil Pemeriksaan kepada Pemohon Banding;

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo memenuhi asas 1 (satu) ketetapan untuk 1
(satu) tahun pajak;

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo merupakan ketetapan atas hasil
pemeriksaan SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
yang menyatakan kurang bayar;

bahwa dengan demikian Surat Ketetapan Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo diterbitkan oleh Terbanding pada tanggal
07 Maret 2014, sementara berakhirnya Masa Pajak Desember 2011 adalah tanggal 31
Desember 2011 sehingga penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo memenuhi
jangka waktu 5 (lima) tahun;

bahwa dengan demikian, penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan
Final Pasal 23/26 Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari
sampai dengan Desember 2011 memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar a quo tidak mengandung kesalahan tulis pada
subyek, jenis, dan tahun pajak yang dituju oleh ketetapan, sedemikian rupa sehingga dapat
mengakibatkan Pemohon Banding tidak dapat menjalankan hak dan/atau kewajiban
Perpajakannya secara baik dan benar;

bahwa penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Nomor: 00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 memenuhi ketentuan formal;

bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan permohonan Banding Pemohon Banding
memenuhi ketentuan-ketentuan yang bersifat formal sehingga materi Banding dapat diperiksa
lebih lanjut;

PERTIMBANGAN HUKUM ATAS POKOK SENGKETA

Menimbang, bahwa pemeriksaan terhadap materi sengketa banding dilakukan dengan


mendahulukan pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai objek pajak dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai tarif pajak, kredit pajak clan materi
sengketa tentang hal lainnya, diakhiri dengan pemeriksaan terhadap materi sengketa tentang
sanksi administrasi;

Menimbang, bahwa pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai objek pajak dimulai
dengan menganalisis perkembangan sengketa mengenai objek pajak, dilanjutkan

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
menyimpulkan pokok-pokok sengketa mengenai objek pajak, membahas setiap pokok sengketa
mengenai objek pajak tersebut dan diakhiri dengan penilaian Majelis terhadap nilai objek
pajak menurut keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding sebelum Banding ini;

Menimbang, bahwa dalam sengketa Banding ini terdapat sengketa mengenai besarnya Dasar
Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011;

bahwa Majelis telah menghimpun data untuk menganalisis perkembangan nilai sengketa
besarnya Dasar Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 sebagai berikut:

bahwa menurut pendapat Majelis, Terbanding menggunakan jumlah Dasar Pengenaan Pajak
sebesar Rp119.011.227.705,00 sebagai dasar menerbitkan ketetapan semula, sedangkan
Pemohon Banding melaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2011 jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp47.638.903.356,00
sehingga selisih jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebelum keberatan adalah sebesar
Rp71.372.324.349,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas ketetapan Terbanding yang menyatakan jumlah Dasar
Pengenaan Pajak sebesar Rp119.011.227.705,00, Pemohon Banding mengajukan keberatan
dengan menyebutkan secara eksplisit jumlah Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan
Pemohon Banding yaitu sebesar Rp47.638.903.356,00 sehingga nilai sengketa Dasar
Pengenaan Pajak sampai dengan keberatan adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas keberatan Pemohon Banding yang menyatakan jumlah
Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan Pemohon Banding sebesar
Rp47.638.903.356,00, Terbanding menggunakan jumlah Dasar Pengenaan Pajak sebesar
Rp119.011.227.705,00 sebagai dasar untuk menerbitkan keputusan atas keberatan Pemohon
Banding, sehingga nilai sengketa Dasar Pengenaan Pajak sebelum Banding adalah sebesar
Rp71.372.324.349,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas Keputusan Terbanding yang menyatakan jumlah Dasar
Pengenaan Pajak sebesar Rp119.011.227.705,00, Pemohon Banding mengajukan Banding
dengan menyebutkan secara eksplisit besarnya jumlah Dasar Pengenaan Pajak menurut
perhitungan Pemohon Banding sebesar Rp47.638.903.356,00 sehingga nilai sengketa Dasar
Pengenaan Pajak sampai dengan Surat Banding adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas Banding Pemohon Banding yang menyatakan jumlah
Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan Pemohon Banding sebesar Rp47.638.903.356,00
Terbanding dalam Surat Uraian Banding berpendapat bahwa jumlah Dasar Pengenaan Pajak
sebesar Rp119.011.227.705,00 sehingga nilai Dasar Pengenaan Pajak sampai dengan Surat
Uraian Banding adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas Surat Uraian Banding Terbanding yang menyatakan

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
jumlah Dasar Pengenaan Pajak menurut perhitungan Terbanding sebesar
Rp119.011.227.705,00, Pemohon Banding dalam Surat Bantahan berpendapat bahwa jumlah
Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp47.638.903.356,00 sehingga nilai sengketa Dasar
Pengenaan Pajak sampai dengan Surat Bantahan adalah sebesar Rp71.372.324.349,00;

Menimbang, bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa Banding ini adalah koreksi
positif Dasar Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan
Desember 2011 sebesar Rp71.372.324.349,00;

Menimbang, bahwa pembahasan mengenai pokok sengketa di atas adalah sebagai berikut:

Menurut Terbanding:

bahwa perhitungan koreksi obyek PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut:

Koreksi atas Objek PPh Pasal 26


-
(Rp)

Objek PPh Pasal 26 menurut


121.520.550.062
Terbanding

Objek PPh Pasal 26 menurut SPT



PPh Pasal 26

- KPP Madya Medan 47.638.903.356

KPP Pratama Banda


- 2.509.322.357
Aceh

Jumlah Objek PPh Pasal 26 menurut SPT


50.148.225.713
PPh Pasal 26

Koreksi Objek PPh Pasal 26 71.372.324.349

bahwa dalam Surat Keberatan Nomor VP/YK/22/LCI-FIN/TAX/VI/2014 tanggal 03 Juni 2014,


Pemohon Banding tidak mempermasalahkan (tidak menjadikan koreksi objek PPh Pasal 26
menjadi objek sengketa), sehingga Terbanding berkesimpulan bahwa atas koreksi objek PPh
Pasal 26 tersebut disetujui oleh Pemohon Banding;
bahwa hal tersebut juga dipertegas pada Surat Pemohon Banding Nomor VP/YK/03/LCI-
FIN/W/II/2015 tanggal 6 Pebruari 2015, perihal tambahan penjelasan sehubungan dengan
dasar perhitungan Objek PPh Pasal 26;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dalam surat tersebut menjelaskan bahwa Pemohon Banding setuju dengan besarnya
jumlah Objek PPh Pasal 26 yang ditetapkan oleh Terbanding sebesar Rp121.520.550.062,00;

Menurut Pemohon Banding

bahwa sengketa banding atas Objek PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 merupakan
hasil dari perhitungan ekualisasi Terbanding sebagaimana tertera dalam risalah pembahasan
pemeriksaan pajak tahun 2011 sebagai berikut:

No Keterangan Jumlah

1 Objek PPh Pasal 26 Menurut Pemeriksa

- Pada HPP

Technical Fee-Business Unit 46,909,650,225

- Pada Biaya Usaha Lainnya

Technical Fee 5,977,609,113

- Pada Biaya Luar Usaha

Interest Expenses 68,633,290,724

Total Objek PPh 26 121,520,550,062

2 Objek PPh Pasal 26 menurut SPT PPh 26

- KPP Madya Medan (47,638,903,356)

- KPP Pratama Banda Aceh (2,509,322,357)

Total Objek menurut SPT PPh 26 (50,148,225,713)

Koreksi Objek PPH Pasal 26 71,372,324,349

bahwa atas koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00 Terbanding tidak memberikan rincian dan
penjelasan lebih lanjut, melainkan hanya keterangan "hasil ekualisasi" sebagaimana
disebutkan dalam SUB ini;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pendapat Majelis

bahwa Terbanding melakukan koreksi positif objek PPh Pasal 26 sebesar
Rp71.372.324.349,00, karena berdasarkan hasil perhitungan atas ekualisasi dan objek yang
terdapat pada akun Neraca dan Rugi/Laba yang dipersandingkan dengan objek yang telah
dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011, Pemohon
Banding belum sepenuhnya melaporkan PPh Pasal 26;

bahwa hasil dari perhitungan ekualisasi Terbanding sebagaimana tertera dalam risalah
pembahasan pemeriksaan pajak tahun 2011 sebagai berikut:

No Keterangan Jumlah

1 Objek PPh Pasal 26 Menurut Pemeriksa

- Pada HPP

Technical Fee-Business Unit 46,909,650,225

- Pada Biaya Usaha Lainnya

Technical Fee 5,977,609,113

- Pada Biaya Luar Usaha

Interest Expenses 68,633,290,724

Total Objek PPh 26 121,520,550,062

2 Objek PPh Pasal 26 menurut SPT PPh 26

- KPP Madya Medan (47,638,903,356)

- KPP Pratama Banda Aceh (2,509,322,357)

Total Objek menurut SPT PPh 26 (50,148,225,713)

Koreksi Objek PPH Pasal 26 71,372,324,349

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa sengketa DPP PPh Pasal 26 sebesar Rp71.372.324.349,00 maka Majelis meminta
kepada Terbanding dan Pemohon Banding untuk melakukan uji bukti yang hasilnya
dituangkan dalam Berita Acara Uji Bukti;

bahwa Terbanding tidak dapat merinci koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00, sehingga
Pemohon Banding tidak dapat memberikan sanggahan-sanggahan atas koreksi Terbanding
sebesar Rp71.372.324.349,00;

bahwa Majelis menetapkan obyek yang dilakukan uji bukti adalah nilai transaksi sebesar
Rp121.520.550.062,00 dengan rincian sebagai berikut:

1. Technical Fee Rp 5.977.609.113,00

2. Technical Fee-Business Unit Rp 46.909.650.225,00

3. Interest Expenses Rp 68.633.290.724,00

Rp 121.520.550.062,00

1. Lafarge Technical Fee sebesar Rp5.977.609.113,00

bahwa menurut Terbanding, dalam proses pemeriksaan uji bukti diketahui bahwa atas
obyek PPh Pasal 26 Technical Fee sebesar Rp5.977.609.113,00 tidak dilakukan koreksi;

bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat transaksi Terbanding sebesar
Rp5.977.609.113,00 bukan merupakan sengketa PPh Pasal 26 dalam banding ini;

2. Biaya Usaha Lainnya (Royalti) sebesar Rp46.909.650.225,00

bahwa menurut Pemohon Banding, atas objek pajak sebesar Rp46.909.650.225,00 telah
dilaporkan di Tahun Pajak 2012;

bahwa berdasarkan penelitian Terbanding atas SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak
Januari 2012, diketahui Pemohon Banding telah melaporkan sebesar
Rp46.031.369.930,00 dengan PPh Pasal 23/26 yang telah dipotong sebesar
Rp4.603.136.993,00, sesuai bukti potong PPh Pasal 26 Nomor: 000035A/PPH26;

bahwa dengan demikian menurut Terbanding terdapat objek pajak sebesar
Rp878.280.295,00 yang belum dipotong dan dilaporkan;

bahwa menurut Pemohon Banding:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
- biaya royalti ditagihkan dalam mata uang Euro sedangkan pembukuan dan
pemotongan pajak PPh Pasal 26 dilakukan oleh Pemohon Banding dengan
menggunakan mata uang Rupiah;

- konversi atas jumlah biaya royalti dari mata uang euro untuk tujuan
pembukuan dan pemotongan pajak dilakukan dengan menggunakan kurs yang
berbeda, sehingga sangatlah wajar apabila terdapat selisih antara biaya dalam
pembukuan dan biaya royalty yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 26;

- selisih sebesar Rp878.280.295,00 tersebut disebabkan karena perbedaan kurs.


Dengan demikian kurs tersebut bukan merupakan biaya royalti yang belum
dikenakan PPh Pasal 26;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas koreksi sebesar Rp46.031.369.930,00, Pemohon


Banding dapat membuktikan bahwa transaksi tersebut telah dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Pasal 23/26 Masa Pajak Januari 2012 dan telah dipotong PPh Pasal 26 sebesar
Rp4.603.136.993,00, sesuai bukti potong PPh Pasal 26 Nomor: 000035A/PPH26;

bahwa atas transaksi sebesar Rp878.280.295,00, Pemohon Banding tidak dapat
membuktikan bahwa transaksi tersebut merupakan perbedaan kurs yang terjadi karena
adanya pembayaran royalti;

bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat bahwa transaksi sebesar
Rp878.280.295,00, merupakan obyek PPh Pasal 26 yang belum dipotong PPh Pasal 26;

bahwa Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas obyek PPh Pasal 26 berupa Biaya
Usaha Lainnya (Royalti) sebesar Rp46.909.650.225,00, tidak dapat dipertahankan
sebesar Rp46.031.369.930,00 dan tetap dipertahankan sebesar Rp878.280.295,00;

3. Interest Expense sebesar Rp68.633.290.724,00

bahwa menurut Pemohon Banding atas objek PPh Pasal 26 berupa Interest Expense
sebesar Rp68.633.290.724,00, telah dilaporkan sebesar Rp45.872.146.336,00, sedangkan
atas objek pajak sebesar Rp22.761.144.388,00 belum dilaporkan;

bahwa berdasarkan uji bukti atas data yang disampaikan pada saat pelaksanaan uji
bukti, diketahui atas objek pajak sebesar Rp45.872.146.336,00 telah dilaporkan
Pemohon Banding dengan rincian sebagai berikut:

Invoice SPT

No Uraian Tanggal GL

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Masa
Nomor Tanggal Jumlah (Rp) PPh Pasal 26
Pajak

1. To record 8,238,790,920
interest
Jan 11

2. Inters 512012 27-12-2012 5,877,458,037 25-03-2011 Maret 5,808,977,624

Loan Q 2011

75 M

REF

512012

3. Inters 774585 28-01-2011 4,190,496,515 29-04-2011 April 2011 4,190,496,515

Loan 207

B REFF

NO

774585

4. Inters 717825 28-01-2011 3,818,650,000 30-05-2011


Loan 196

B REFF

NO

717825

5. Inters 620994 28-01-2011 4,671,773,333 30-05-2011


Loan

18013

REEF NO

620994

6. Inters 512012 01-04-2011 5,759,335,860 30-06-2011 Juni 2011 5,803,861,591

Loan Q

75 M

REFF

512012

2N0

7. Interest 620994 29-04-2011 4,831,038,333 29-07-2011 Juli 2011 8,779,869,583

Quarterly
IDR 180

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
8 Interest 717825 29-04-2011 3,948,831,250 29-07-2011
Quarterly
IDR 196

9. Interest 512012 30-06-2011 5,686,168,599 23-09-2011 September 5,948,005,460

Q 75 M 2011

REEF

512012 3

RD

10. To 57,438,463 30-09-2011


Record
Interest
Loan FR
SCB

11. Interest 717828 29-07-2011 4,079,012,500 31-10-2011 Oktober 9,069,315,500

Q 1 96 B 2011

REF

717325-

31/10

12. Interest 620994 29-07-2011 4,990,303,333 31-10-2011


Q 1 80 B

REF

620994-

31/10

13. Interest (36,830,376) 31-10-2011


refund
from

Sabelfi

14. Interest 512012 23-09-2011 6,341,466,091 26-12-2011 Desember 6,271,620,063

Q 75 M 2011

REEF

512012

4TH

15. Accrual 6,179,357,865 30-12-2011


Interest
Loan Dec
2011

Jumlah 68,633,290,723 45,872,146,336


©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa menurut Terbanding, dalam sidang pemeriksaan uji bukti Pemohon Banding tidak
dapat membuktikan dengan dokumen dasar berupa invoice, bukti pembayaran/transfer,
Rekening Koran, bukti pemotongan PPh Pasal 26 dan SPT Masa PPh 23/26 atas nilai
obyek PPh Pasal 23/26 berupa interest sebesar Rp45.872.146.336,00;

bahwa Pemohon Banding telah memperlihatkan tagihan biaya bunga dari Sabelfi SNC untuk
tahun 2011 dan bukti pembayaran atas biaya bunga tersebut;

bahwa dokumen yang disampaikan Pemohon Banding adalah:

i. Perjanjian pinjaman ( Loan Agreement) antara Pemohon Banding dan Sabelfi SNC
(terdapat 4 perjanjian sebagaimana disebutkan dalam kolom "Bukti yang diperiksa"
dalam Berita Acara ini);

ii. tagihan (commercial invoice) dari Sabelfi SNC, rekening Koran sebagai bukti pelunasan
tagihan biaya bunga tersebut;

bahwa Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran biaya
Bunga tersebut dengan menunjukkan bukti pemotongan PPh Pasal 26 dan pelaporannya dalam
SPT Masa PPh Pasal 26 selama tahun 2011;

bahwa atas selisih objek PPh Pasal 26 atas biaya bunga sebesar Rp22.761.144.388,00 yang
menurut Terbanding tidak dapat ditelusuri kebenaran materialnya, Pemohon Banding tidak
dapat memperlihatkan bukti-bukti dalam persidangan;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas transaksi sebesar Rp45.872.146.336,00 berdasarkan
bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Pemohon Banding merupakan obyek PPh Pasal 26 berupa
biaya bunga yang dibayarkan kepada Sabelfi SNC dan telah dilaporkan dalam SPT Masa PPh
Pasal 26 Tahun 2011;

bahwa dengan demikian, transaksi pembayaran bunga kepada Sabelfi SNC sebesar
Rp45.872.146.336,00 bukan merupakan sengketa PPh Pasal 26 dalam banding ini;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas transaksi pembayaran bunga sebesar
Rp22.761.144.388,00 tidak didukung dengan bukti-bukti tagihan dan pemotongan PPh Pasal
26 sehingga koreksi Terbanding atas objek PPh Pasal 26 berupa Interest Expense sebesar
Rp22.761.144.388,00, tetap dipertahankan;

Menimbang, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis terhadap sengketa OPP PPh
Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 sebesar Rp71.372.324.349,00,
Majelis menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa perincian koreksi sebesar Rp71.372.324.349,00 dan hasil pemeriksaan Majelis adalah

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
sebagai berikut:

Koreksi
Koreksi
Jumlah tidak dapat Koreksi
No yang menjadi Keterangan
Koreksi (Rp) dipertahankan tetap dipertahankan
sengketa
(Rp)

1 Technical Fee 1.701.529.736,00 1.701.529.736,00 0,00


Sengketa ini termasuk

dalam koreksi Terbanding

sebesar

Rp5.977.609.113,00 yang

terdiri dari:

- Technical Fee

sebesar

Rp1.701.529.736,00

- Telah dilaporkan di

KPP Madya Medan

sebesar

Rp1.766.757.020,00

- Telah dilaporkan di

KPP Pratama

Lhokseumawe

sebesar

Rp2.509.322.357,00

Terbanding telah setuju

untuk membatalkan

koreksi ini;

2 Technical Fee 46.031.369.930,00 46.031.369.930,00 0,00 Obyek ini telah dilaporkan

(Royalti) dalam SPT Masa PPh Pasal

23/26 Masa Pajak Januari 2012

dan telah dipotong PPh Pasal

26;

3. Technical Fee 878.280.295,00 0,00 878.280.295,00 Pemohon Banding tidak dapat

(Royalti) memperlihatkan bukti-bukti

terkait dengan pencatatan dan

perhitungan akibat perbedaan

kurs;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
4. Interest Fee 22.761.144.388,00 0,00 22.761.144.388,00 Pemohon Banding tidak dapat

memperlihatkan bukti-bukti

pendukung serta tidak dapat

memperlihatkan bukti bahwa

obyek sebesar

Rp22.761.144.388,00 telah

dipotong PPh Pasal 26;

Jumlah 71.372.324.349,00 47.732.899.666,00 23.639.424.683,00

bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi positif Dasar
Pengenaan Pajak PPh Final Pasal 23/26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
yang dilakukan Terbanding sebesar Rp71.372.324.349,00, tidak dapat dipertahankan sebesar
Rp47.732.899.666,00 dan tetap dipertahankan sebesar Rp23.639.424.683,00;

Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif PPh Pasal
26;

bahwa pembahasan mengenai sengketa Tarif Pajak di atas adalah sebagai berikut:

Menurut Terbanding:

berdasarkan hasil uji kebenaran materi yang telah dilaksanakan, Terbanding menyampaikan
hal-hal sebagai berikut:

bahwa berdasarkan penelitian terhadap SPT PPh Pasal 23/26 dan lampirannya, Laporan Hasil
Pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan dan lampirannya, diketahui bahwa pemotongan PPh
Pasal 26 atas objek PPh Pasal 26 antara Pemohon Banding dengan Terbanding selama tahun
2011 adalah sebagai berikut:

Jumlah
Masa Penerima PPh Yang
Penghasilan Tarif (%)
Pajak Penghasilan Dipotong (Rp)
Bruto (Rp)

Januari - - - -

Pebruari - - - -

Maret Sabelfi 5.808. 977.624 10 580.897.762

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Jumewah 226.485.395 10 22.648.539

Shipping Sdn,

Bhd

Acnielsen 69.608.996 20 13.921.799

Marg Private

Ltd

April Sabelfi 4.190.496.515 10 419.049.651

Mei TNS India 10.884.512 20 2.176.902

Private

Limited

Juni Sabelfi 5.803.861.591 10 580.386.159

Agarwal 82.588.800 20 16.517.760

Placements

Cel Asia Ltd 188.190.625 20 37.638.125

Juli Sabelfi 8.779.869.583 10 877.986.958

Agustus TNS India 15.123.472 20 3.024.694

Private

Limited

September Sabelfi 5.948.005.460 10 594.800.546

Oktober Sabelfi 9.069.315.500 10 906.931.550

Aspen 181.240.220 20 36.248.044

Technology

Services

Corp

Cel Asia Ltd 992.635.000 20 198.527.000

Nopember - - -

Desember Sabelfi 6.271.620.063 10 627.162.006

Jumlah 47.638.903.356 4.917.917.496

bahwa dari seluruh transaksi yang merupakan objek PPh Pasal 26 di atas, pembayaran
kepada Sabelfi merupakan pembayaran atas bunga sementara yang lainnya merupakan
pembayaran atas imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa Terbanding melakukan penelitian terhadap PPh Pasal 26 yang dipotong apakah
penerapan tarif PPh sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 26 UU PPh atau
sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dan Belgia;

bahwa dari hasil penelitian diketahui:

bahwa terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Jumewah Shipping Sdn, Bhd. Atas
pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan tidak dilampirkan
Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;

bahwa terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga
dilampirkan Certificate of Residence pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret 2011;

bahwa terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada Sabelfi atas pembayaran bunga
dilampirkan Form DGT-1 pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Juni 2011;

bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret
2011;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Certificate of Residence tersebut dibuat
tanggal 19 Juli 2010 untuk tahun pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT-1 yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-
24/PJ/2010;

bahwa Terbanding berpendapat bahwa Certificate of Residence tersebut tidak dapat dijadikan
dasar pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif yang ditentukan dalam Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2011;

bahwa Terbanding melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Certificate of Residence atas
nama Sabelfi yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT PPh Pasal 26 Masa Pajak Juli
2011;

bahwa dari penelitian tersebut diketahui bahwa Fo r m DGT-1 yang dilampirkan Pemohon
Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku selama 1 (satu) tahun;

b a h w a F o r m DGT-1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi dasar
pemotongan PPh Pasal 26;

bahwa akan tetapi Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian Form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;

bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form DGT-1;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

bahwa berdasarkan lampiran PER-61/PJ./2009, angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya diisi
dengan:
(5) diisi dengan NPWP Pemotong Pajak di Indonesia,

(6) diisi dengan Nama Pemotong Pajak di Indonesia,

(7) diisi dengan Alamat Pemotong Pajak di Indonesia;

bahwa Pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh
Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 dicantumkan Tahun Pajak 2010 dan tidak
dilampiri dengan Fo r m DGT-1, sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of
Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif
P3B untuk Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011, karena tidak memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah
diubah dengan PER-24/PJ./2010;

bahwa Formulir DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26
Masa Pajak Juli, September, Oktober dan Desember 2011 tidak diisi dengan lengkap, sehingga
Terbanding berpendapat bahwa Formulir DGT-1 tersebut tidak dapat dijadikan dasar
pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif P3B untuk Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan
Desember 2011 karena tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding berkesimpulan bahwa terdapat Objek
Pajak PPh Pasal 26 sebesar Rp119.011.227.705,00 dan Pemohon Banding tidak berhak
menerapkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) karena tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ.2010, sehingga dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto;

bahwa menurut Pemohon Banding, Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding
bahwa Pemohon Banding tidak dapat menggunakan ketentuan penurunan tarif pajak
penghasilan sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ( Tax Treaty )
antara Indonesia dan Belgia;

bahwa alasan Terbanding tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui Indonesia dan
Belgia;

bahwa Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan utama yang telah disetujui oleh kedua
negara yaitu pembuktian bahwa penerima penghasilan merupakan Wajib Pajak di Belgia;

bahwa berdasarkan dokumen yang ditunjukkan oleh Pemohon Banding pada saat pelaksanaan
Uji Bukti, maka fakta uji bukti menurut Terbanding adalah sebagai berikut:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id


Interest Expense sebesar Rp68.633.290.724,00

bahwa Pemohon Banding berpendapat atas objek pajak tersebut telah dilaporkan sebesar
Rp45.872.176.336,00, sedangkan atas objek pajak sebesar Rp22.761.144.388,00 belum
dilaporkan;

bahwa berdasarkan uji bukti atas data yang disampaikan pada saat pelaksanaan uji bukti,
diketahui atas objek pajak sebesar Rp45.872.176.336,00 telah dilaporkan Pemohon Banding
dengan rincian sebagai berikut:

Invoice SPT

No Uraian Tanggal GL
Masa
Nomor Tanggal Jumlah (Rp) PPh Pasal 26
Pajak

1. To record 8,238,790,920
interest
Jan 11

2. Inters 512012 27-12-2012 5,877,458,037 25-03-2011 Maret 5,808,977,624

Loan Q 2011

75 M

REF

512012

3. Inters 774585 28-01-2011 4,190,496,515 29-04-2011 April 2011 4,190,496,515

Loan 207

B REFF

NO

774585

4. Inters 717825 28-01-2011 3,818,650,000 30-05-2011


Loan 196

B REFF

NO

717825

5. Inters 620994 28-01-2011 4,671,773,333 30-05-2011


Loan

18013

REEF NO

620994

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
6. Inters 512012 01-04-2011 5,759,335,860 30-06-2011 Juni 2011 5,803,861,591

Loan Q

75 M

REFF

512012

2N0

7. Interest 620994 29-04-2011 4,831,038,333 29-07-2011 Juli 2011 8,779,869,583

Quarterly
IDR 180

8 Interest 717825 29-04-2011 3,948,831,250 29-07-2011


Quarterly
IDR 196

9. Interest 512012 30-06-2011 5,686,168,599 23-09-2011 September 5,948,005,460

Q 75 M 2011

REEF

512012 3

RD

10. To 57,438,463 30-09-2011


Record
Interest
Loan FR
SCB

11. Interest 717828 29-07-2011 4,079,012,500 31-10-2011 Oktober 9,069,315,500

Q 1 96 B 2011

REF

717325-

31/10

12. Interest 620994 29-07-2011 4,990,303,333 31-10-2011


Q 1 80 B

REF

620994-

31/10

13. Interest (36,830,376) 31-10-2011


refund
from
Sabelfi

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
14. Interest 512012 23-09-2011 6,341,466,091 26-12-2011 Desember 6,271,620,063

Q 75 M 2011

REEF

512012

4TH

15. Accrual 6,179,357,865 30-12-2011


Interest
Loan Dec
2011

Jumlah 68,633,290,723 45,872,146,336

Jumlah pembulatan 68,633,290,724


bahwa atas objek pajak yang telah dilaporkan sebesar Rp45.872.176.336,00 telah dipotong
PPh Pasal 26 sebesar 10%;

bahwa berdasarkan penelitian atas COD dan Form DGT-1 diketahui hal-hal sebagai berikut:

Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011

bahwa pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT Masa PPh
Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 dicantumkan Tahun Pajak 2010 dan tidak
dilampiri dengan Fo r m DGT-1, sehingga Terbanding berpendapat bahwa Certificate of
Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan PPh Pasal 26 sesuai tarif
P3B untuk Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011, karena tidak memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah
diubah dengan PER-24/PJ./2010;

Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan Desember 2011

bahwa Form DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan berlaku
selama 1 (satu) tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2011 Fo r m DGT-1
tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 26;

bahwa akan tetapi, Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap
sesuai dengan tata cara pengisian Form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;

bahwa yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form DGT-1;

bahwa berdasarkan Lampiran PER-61/PJ./2009, angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya
diisi dengan:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
(5) diisi dengan NPWP Pemotong Pajak di Indonesia

(6) diisi dengan Nama Pemotong Pajak di Indonesia,

(7) diisi dengan Alamat Pemotong Pajak di Indonesia;

bahwa dalam sidang pemeriksaan uji bukti, Pemohon Banding tidak dapat membuktikan
dengan dokumen dasar berupa invoice, bukti pembayaran/transfer, Rekening Koran, bukti
pemotongan PPh Pasal 26 dan SPT Masa PPh 23/26 atas nilai obyek PPh Pasal 23/26 berupa
interest sebesar Rp45.872.176.336,00;

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding tetap menghitung interest expense
sebesar Rp68.633.290.724.00 dengan besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong adalah
sebesar 20%;

Menurut Pemohon Banding

Sengketa atas pengenaan PPh Pasal 26 dengan tarif 20% atas biaya bunga pinjaman
sebesar Rp45.872.146.336,00

bahwa dalam proses Uji Bukti ini Pemohon Banding membuktikan bahwa Pemohon Banding
telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas biaya Bunga Pinjaman kepada Sabelfi SNC
dengan menggunakan tarif 10%, yaitu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 ayat (2) P3B
Indonesia-Belgia;

bahwa Pemohon Banding menyampaikan dokumen-dokumen untuk membuktikan bahwa
Sabelfi SNC merupakan WPLN yang berdomisili di Belgia;

bahwa dengan dokumen-dokumen tersebut Pemohon Banding membuktikan bahwa koreksi
Terbanding yang menetapkan PPh Pasal 26 dengan tarif 20% adalah tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;

bahwa Penjelasan Pemohon Banding dalam proses uji bukti adalah sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding memperlihatkan tagihan biaya bunga dari Sabelfi SNC untuk tahun
2011 dan bukti pembayaran atas biaya bunga tersebut;

Dokumen yang disampaikan:

i. Perjanjian pinjaman ( Loan Agreement) antara Pemohon Banding dan Sabelfi SNC
(terdapat 4 perjanjian sebagaimana disebutkan dalam kolom "Bukti yang diperiksa"
dalam Berita Acara ini);

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
ii. tagihan (commercial invoice) dari Sabelfi SNC, rekening Koran sebagai bukti pelunasan
tagihan biaya bunga tersebut;

bahwa Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran biaya
Bunga tersebut;

Dokumen yang disampaikan:

i. bukti pemotongan PPh Pasal 26 dengan tarif 10% dan pelaporannya dalam SPT Masa
PPh Pasal 26 selama tahun 2011 (Lihat kolom "Bukti yang diperiksa" dalam Berita Acara
ini untuk periode pelaporan SPT Masa yang bersangkutan);

bahwa penerapan PPh Pasal 26 dengan tarif 10% adalah sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 11 ayat (2) P3B Indonesia-Belgia;

bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (4) PER-24/PJ./2009 (PER-24) bahwa
untuk dapat menggunakan ketentuan dalam P3B Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
diminta untuk memperlihatkan Surat Keterangan Domisili (SKD) berupa Fo r m DGT-1
atau SKD yang lazim disahkan atau diterbitkan oleh Negara mitra P3B (Pasal 4 ayat 4
PER-24);

bahwa dalam proses uji bukti ini Pemohon Banding menyampaikan dokumen yang
membuktikan bahwa Sabelfi SNC, selaku penerima penghasilan biaya bunga, merupakan
WPLN yang berdomisili di Belgia;

Dokumen yang disampaikan:

i. SKD atas nama Sabelfi SNC yang telah ditandatangani oleh pihak Kantor Pajak yang
berwenang di Belgia yang menyatakan bahwa SKD mempunyai masa berlaku sebagai
dasar penerapan P3B sampai dengan 12 (dua belas) bulan sejak bulan SKD disahkan
atau diterbitkan. Dengan demikian SKD yang disebutkan dalam butir (i) berlaku sampai
dengan 18 Juni 2011;

ii. Fo r m DGT-1 yang telah ditandatangani oleh pihak Kantor Pajak yang berwenang di
Belgia tertanggal 25 Juli 2011;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa berdasarkan penjelasan dan dokumen tersebut diatas, Sabelfi SNC merupakan
perusahaan yang berdomisili di Belgia dan melaporkan pajak penghasilan di Belgia;

bahwa oleh sebab itu Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan PPh Pasal 26 dengan
tarif 10% sebagaimana diatur dalam Pasal 11 P3B Indonesia-Belgia dapat diterapkan;

bahwa dengan pembuktian bahwa Sabelfi SNC merupakan WPLN yang berdomisili di Belgia,
dasar koreksi Terbanding atas kelengkapan pengisian form DGT-1 tidak dapat dipertahankan;

bahwa dalam hal ini Pemohon Banding berpendapat bahwa bagian dari Form DGT-1 yang
tidak diisi dengan lengkap tersebut tidak berhubungan dengan pembuktian Keterangan
domisili Sabelfi SNC;

bahwa informasi yang belum dilengkapi tersebut adalah:

i. NPWP Pemotong Pajak di Indonesia, yaitu NPWP Pemohon Banding,

ii. Nama Pemotong Pajak di Indonesia, yaitu nama Pemohon Banding,

iii. Alamat Pemotong Pajak di Indonesia, yaitu alamat Pemohon Banding;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa informasi mengenai data identitas Pemohon Banding tersebut tidak menyebabkan
bahwa pembuktian bahwa Sabelfi SNC merupakan WPLN yang berdomisili di Belgia menjadi
tidak valid;

bahwa oleh sebab itu persyaratan kelengkapan Fo r m DGT-1 adalah masalah administrasi,
bukan merupakan suatu dasar yang menjadikan pembuktian domisili WPLN menjadi tidak sah;

bahwa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu dalam hal terdapat suatu
transaksi yang melibatkan Wajib Pajak Indonesia dengan Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, maka
ketentuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh salah satu dari Wajib Pajak
tersebut harus mengacu kepada P3B antara kedua negara;

bahwa P3B Indonesia-Belgia merupakan perjanjian bilateral yang telah disepakati bersama
oleh kedua Negara sejak tanggal 13 November 1973;

bahwa di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada, substansi dari P3B mempunyai
kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang Pajak setempat (Indonesia) beserta
turunannya yang dapat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Keuangan
(KMK), Surat Edaran (SE) atau Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP);

bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan berkaitan dengan
pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan kepada Sabelfi SNC harus mengacu pada
P3B yang berlaku, dalam hal ini adalah P3B Indonesia-Belgia;

bahwa Pasal 11 ayat (2) atas P3B tersebut telah menetapkan bahwa pembayaran bunga
kepada Sabelfi SNC seharusnya dikenakan PPh pasal 26 sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:

a. "However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises, and
according to the laws of that State, but if the recipient is the beneficial owner of the
interest the tax so charged shall not exceed 10% of the gross amount of the interest. The
competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the
mode of application of this limitation."

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa lebih lanjut, penetapan domisili diatur di dalam Pasal 4 ayat 1 P3B Indonesia-Belgia
sebagai berikut:

"For the purposes of this Agreement, the term "resident of a Contracting State" means any
person who, under the laws of that State, is liable to tax therein by reason of his domicile,
residence, place of management or any other criterion of a similar nature. However this term
does not include any person who is liable to tax in a Contracting State in respect only of
income from sources in that State"

bahwa berdasarkan ketentuan dari Pasal 4 ayat (1) dari P3B Indonesia-Belgia diatas dapat
disimpulkan bahwa orang atau badan menurut hukum di Belgia menjadi Wajib Pajak yang di
Belgia (resident) dikarenakan:

1. Berdomisili di Belgia,

2. Merupakan penduduk Belgia,

3. Mempunyai tempat kedudukan manajemen di Belgia;

bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh Sabelfi SNC melalui surat keterangan domisili
yang telah di konfirmasi secara resmi oleh Competent Authority atau Kantor Pajak di Belgia;

bahwa melalui Competent Authority Belgia telah mengeluarkan dan menandatangani surat
keterangan domisili di bulan Juli 2010 (yang berlaku sampai dengan bulan Juni 2011) dan juga
telah menandatangani DGT-1 Form pada tanggal 25 Juli 2011;

bahwa dengan demikian Sabelfi berhak menggunakan tarif pajak lebih rendah sebagaimana
diatur dalam P3B;

bahwa dengan mempertimbangkan P3B Indonesia-Belgia dan Pasal 4 ayat (4) PER-24 maka
Tim Pemeriksa dan Peneliti seharusnya tidak dapat dengan serta merta menolak penggunaan
pembatasan pemajakan yang telah disetujui dalam P3B Indonesia-Belgia dengan alasan tidak
lengkapnya pengisian DGT-1 (yaitu karena Sabelfi tidak mengisi dengan lengkap DGT-1 sesuai
dengan peraturan);

bahwa oleh sebab itu, pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;

bahwa ingin Pemohon Banding sampaikan pula bahwa surat keterangan domisili dari pihak
Competent Authority Belgia tersebut telah sesuai dengan penjelasan Pasal 32A UU PPh No.
36/2008 yang menyebutkan sebagai berikut:

"Dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain
diperlukan suatu perangkat hukum yang berlaku khusus (lex-spesialis) yang mengatur hak-hak

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
pemajakan dari masing-masing negara guna memberikan kepastian hukum dan
menghindarkan pengenaan pajak berganda serta mencegah pengelakan pajak. Adapun bentuk
dan materinya mengacu pada konvensi internasional dan ketentuan lainnya serta ketentuan
perpajakan nasional masing-masing negara"

bahwa dari penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa prosedur apapun yang ditetapkan
oleh suatu negara adalah untuk mendukung atau mengatur pembatasan (termasuk
pembatasan tarif PPh) yang telah ditetapkan dalam P3B dan tidak dapat mengubah substansi
pembatasan pajak yang telah disetujui dalam P3B yang berlaku;

bahwa P3B antara Indonesia dan Belgia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dasar
aturan yang digunakan oleh Terbanding dalam sengketa ini yakni PER-61/PJ/2009 tertanggal 5
November 2009 (PER-61) dan PER-24/PJ/2010 tahun 2010 (PER-24);

bahwa kedudukan hierarki kekuatan hukum tersebut didukung dengan Penjelasan Pasal 32A
UU PPh No. 36/2008 dan Pasal 7 ayat 2 UU No 12/2011 tentang kekuatan hukum Peraturan
Perundang-undangan;

bahwa dengan demikian peraturan PER-61/PJ./2009 tertanggal 5 November 2009 (PER-61)
dan PER-24/PJ./2010 tahun 2010 (PER-24) merupakan aturan pelaksanaan yang mengatur
masalah administratif saja dan tidak dapat mengubah substansi/validasi dari aturan yang
disepakati bersama di dalam P3B;

bahwa PER-61 yang disempurnakan melalui PER-24/PJ/2010 yang mengatur SKD secara
khusus ditetapkan setelah P3B antara Indonesia-Belgia ditandatangani;

bahwa oleh karena itu, Terbanding seharusnya menggunakan peraturan yang berlaku di
dalam P3B Indonesia-Belgia untuk menetapkan kewajiban perpajakan, sehingga SKD yang
diterbitkan oleh Pemerintah Belgia untuk Sabelfi SNC dapat dijadikan dokumen pendukung
yang membuktikan bahwa Sabelfi SNC merupakan Wajib Pajak di Belgia dan berhak
menikmati fasilitas perpajakan yang tertuang di dalam P3B Indonesia-Belgia;

bahwa dalam hal ini Pemerintah Belgia telah menerbitkan SKD sebagai dokumen pendukung
status kependudukan Sabelfi SNC di Belgia di tahun 2010;

bahwa dengan demikian Sabelfi berhak atas pemajakan sebesar 10% atas penghasilan bunga
yang diterima dari Pemohon Banding;

bahwa dengan demikian, Pemohon Banding mohon kepada Majelis Hakim untuk membatalkan
koreksi pengenaan PPh Pasal 26 sebesar 20% atas seluruh pembayaran bunga kepada Sabelfi
SNC;

bahwa Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan dalam PER-61/PJ./2009 ataupun PER-
24/PJ/2010, yaitu:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

bahwa Pemohon Banding telah mengisi DGT-1 sesuai dengan ketentuan:
- Mengisi dan menandatangani Lembar pertama Form DGT-1 dan meminta Pejabat yang
berwenang/Otoritas Pajak di Negara berwenang di negara mitra P3B. Hal ini
membuktikan bahwa Kantor Pajak Belgia telah memberikan konfirmasi bahwa Sabelfi
SNC adalah wajib pajak di Belgia;

- Mengisi dan menandatangani lembar kedua dengan lengkap;

bahwa meskipun Pemohon Banding belum mengisi lembar I form DGT-1 nomor 5 s/d 7, namun
informasi tersebut sehubungan dengan data Pemohon Banding sebagai pemotong pajak yang
mana telah diketahui oleh Kantor Pajak melalui data NPWP yang disahkan oleh KPP PMA 1;

bahwa Form DGT-1 telah dilaporkan tepat pada waktu sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam PER-61/PJ/2009 (dan SE-114/PJ./2009), yaitu di masa terutangnya pajak;

Pendapat Majelis

bahwa yang menjadi sengketa adalah pengenaan tarif PPh Pasal 26, yaitu menurut Terbanding
tarif yang dikenakan adalah sebesar 20% sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, sementara Pemohon Banding
menggunakan tarif sebesar 10% berdasarkan Pasal 11 ayat (2) P3B antara Indonesia dengan
Belgia;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
1. Transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. sebesar Rp226.485.395,00

bahwa atas transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. sebesar Rp226.485.395,00,
Pemohon Banding telah melaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa Pajak
Maret 2011 dan Pemohon Banding telah memotong PPh Pasal 26 dengan tarif sebesar
10%;

bahwa menurut Terbanding, atas transaksi tersebut seharusnya dikenakan tarif PPh
Pasal 26 sebesar 20% sebagaimana sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-
Undang a quo;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti yang
terkait transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. sebesar Rp226.485.395,00;

bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis berpendapat bahwa tarif yang dikenakan atas
transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn. Bhd. adalah tarif sebagaimana diatur dalam
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a quo yaitu sebesar 20%;

bahwa dengan demikian PPh Pasal 26 atas transaksi dengan Jumewah Shipping Sdn.
Bhd. adalah sebesar Rp226.485.395,00 x 20% = Rp45.297.079,00;

2. Technical Fee (Royalty) sebesar Rp878.280.295,00



bahwa menurut Terbanding, transaksi Technical Fee (Royalty) sebesar Rp878.280.295,00
merupakan obyek PPh Pasal 26 yang belum dilaporkan dan belum dipotong PPh Pasal
26;

bahwa menurut Pemohon Banding:

- biaya royalti ditagihkan dalam mata uang Euro sedangkan pembukuan dan
pemotongan pajak PPh Pasal 26 dilakukan oleh Pemohon Banding dengan
menggunakan mata uang Rupiah;

- konversi atas jumlah biaya royalti dari mata uang euro untuk tujuan
pembukuan dan pemotongan pajak dilakukan dengan menggunakan kurs yang
berbeda, sehingga sangatlah wajar apabila terdapat selisih antara biaya dalam
pembukuan dan biaya royalty yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 26;

- selisih sebesar Rp878.280.295,00 tersebut disebabkan karena perbedaan kurs.


Dengan demikian kurs tersebut bukan merupakan biaya royalti yang belum
dikenakan PPh Pasal 26;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti
terkait transaksi tersebut terutama terkait dengan pencatatan dan perhitungan
perbedaan kurs;

bahwa oleh karena tidak terdapat bukti-bukti atas perbedaan nilai kurs a quo, maka
Majelis tidak dapat meyakini dalil Pemohon Banding;

bahwa Majelis berpendapat transaksi Technical Fee (Royalty) sebesar Rp878.280.295,00
merupakan obyek PPh Pasal 26 yang belum dilaporkan dan belum dipotong PPh Pasal 26
sehingga tarif yang dikenakan atas transaksi tersebut adalah tarif sebagaimana diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a quo yaitu sebesar 20%;

bahwa dengan demikian PPh Pasal 26 atas Technical Fee (Royalty) adalah sebesar
Rp878.280.295,00 x 20% = Rpl 75.656.059,00;

3. Interest Fee sebesar Rp22.761.144.388,00



bahwa Pemohon Banding menyatakan tidak dapat memperlihatkan bukti-bukti terkait
dengan transaksi Interest Fee sebesar Rp22.761.144.388,00;

bahwa menurut Terbanding, transaksi Interest Fee sebesar Rp22.761.144.388,00
merupakan obyek PPh Pasal 26 yang belum dilaporkan dan belum dipotong PPh Pasal
26;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti
terkait dengan transaksi Interest Fee sebesar Rp22.761.144.388,00;

bahwa Majelis berpendapat transaksi Interest Fee sebesar Rp22.761.144.388,00
merupakan obyek PPh Pasal 26 yang belum dilaporkan dan belum dipotong PPh Pasal 26
sehingga tarif yang dikenakan atas transaksi tersebut adalah tarif sebagaimana diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a quo yaitu sebesar 20%;

bahwa dengan demikian PPh Pasal 26 atas Interest Fee adalah sebesar
Rp22.761.144.388,00 x 20% = Rp4.552.228.878,00;

4. Interest Fee kepada Sabelfi SNC sebesar Rp45.872.146.336,00



bahwa atas transaksi Interest Fee kepada Sabelfi SNC sebesar Rp45.872.146.336,00,
Pemohon Banding telah melaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23/26 Masa
Pajak Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember 2011 dan Pemohon
Banding telah memotong PPh Pasal 26 dengan tarif sebesar 10% yaitu sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 11 ayat (2) P3B Indonesia-Belgia;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

bahwa menurut Terbanding, berdasarkan penelitian atas COD dan F o r m DGT-1
diketahui hal-hal sebagai berikut:

Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011

bahwa pada Certificate of Residence yang dilampirkan Pemohon Banding pada SPT
Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 dicantumkan Tahun
Pajak 2010 dan tidak dilampiri dengan Form DGT-1, sehingga Terbanding berpendapat
bahwa Certificate of Residence tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pemotongan
PPh Pasal 26 sesuai tarif P3B untuk Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011, karena
tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010;

Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan Desember 2011

bahwa Form DGT-1 yang dilampirkan Pemohon Banding tertanggal 25 Juli 2011 dan
berlaku selama 1 (satu) tahun, sehingga untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2011 Form
DGT-1 tersebut yang digunakan oleh Pemohon Banding menjadi dasar pemotongan PPh
Pasal 26;

bahwa akan tetapi, Form DGT-1 yang dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi
lengkap sesuai dengan tata cara pengisian Fo r m DGT-1 yang ditentukan dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009 sebagaimana telah diubah
dengan PER-24/PJ./2010;

bahwa menurut Terbanding, oleh karena Pemohon Banding tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009
sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ./2010, maka tarif PPh Pasal 26 yang
dikenakan adalah tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang a
quo yaitu sebesar 20%;

bahwa menurut Pemohon Banding, di dalam mekanisme perundang-undangan yang ada,
substansi dari P3B mempunyai kedudukan yang tidak dapat diubah oleh Undang-Undang
Pajak setempat (Indonesia) beserta turunannya yang dapat berupa Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Menteri Keuangan (KMK), Surat Edaran (SE) atau Keputusan Direktur
Jenderal Pajak (KEP);

bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa ketentuan perpajakan berkaitan dengan
pembayaran bunga yang Pemohon Banding lakukan kepada Sabelfi SNC harus mengacu
pada P3B yang berlaku, dalam hal ini adalah P3B Indonesia-Belgia;

bahwa Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan:

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

"Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain
dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak"

bahwa menurut pendapat Majelis, berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
antara pemerintah Indonesia dengan negara lain, antara lain diatur mengenai hak pemajakan
pemerintah Indonesia atas penghasilan-penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

bahwa menurut pendapat Majelis, Pasal 32A Undang-Undang a quo tidak mengatur pedoman
dan tata cara penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, sehingga diperlukan
adanya peraturan yang mengatur hal tersebut;

bahwa menurut pendapat Majelis, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009
tanggal 05 November 2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010 tanggal 30 April 2010
merupakan pedoman untuk memberikan kepastian hukum dalam penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32A Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008;

bahwa Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 tanggal 05 November 2009 tentang Tata Cara
Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-
24/PJ/2010 tanggal 30 April 2010 menyebutkan:

Pasal 3:

"(1) Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan pemotongan atau pemungutan pajak


sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B, dalam hal:

a. Penerima penghasilan bukan Subjek Pajak dalam negeri Indonesia,

b. Persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan yang diatur


dalam P3B telah dipenuhi; dan

c. Tidak terjadi penyalahgunaan P3B oleh WPLN sebagaimana dimaksud dalam


ketentuan tentang pencegahan penyalahgunaan P3B.

(2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
Pemotong/Pemungut Pajak wajib memotong atau memungut pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1 983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008"

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Pasal 4:

"(1) Dokumen SKD yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah formulir sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II (Form-DGT 1) atau Lampiran III (Form-DGT 2)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b
adalah SKD yang disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak:

a. menggunakan formulir yang telah ditetapkan dalam Lampiran II atau Lampiran


III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;

b. telah diisi oleh WPLN dengan lengkap;

c. telah ditandatangani oleh WPLN atau diberi tanda yang setara dengan tanda
tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B;

d. telah disahkan oleh pejabat pajak yang berwenang, wakilnya yang sah, atau
pejabat kantor pajak yang berwenang di negara mitra P3B, yang dapat berupa
tanda tangan atau diberi tanda yang setara dengan tanda tangan sesuai dengan
kelaziman di negara mitra P3B; dan

e. disampaikan sebelum berakhirnya batas waktu dengan penyampaian SPT Masa


untuk masa pajak terutangnya pajak;"

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa menurut pendapat Majelis, Certificate of Domicile of Non Resident for Indonesia Tax
Withholding (Form-DGT 1) pada dasarnya adalah surat keterangan domisili yang harus diisi
dengan lengkap oleh pihak Wajib Pajak Luar Negeri dan disahkan oleh pihak yang berwenang
di negara tempat dimana Wajib Pajak Luar Negeri tersebut berdomisili;

bahwa dengan demikian, Form-DGT 1 ini merupakan dokumen yang diterbitkan dalam rangka
pemenuhan Pasal 4 ayat (1) P3B Indonesia dengan Belgia;

bahwa dalam persidangan terdapat fakta bahwa Certificate of Residence yang dilampirkan
Pemohon Banding pada SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Pajak Maret, April, dan Juni 2011 tidak
dilampiri dengan Form DGT-1;

bahwa untuk Masa Pajak Juli, September, Oktober, dan Desember 2011, Form DGT-1 yang
dilampirkan oleh Pemohon Banding tidak diisi lengkap sesuai dengan tata cara pengisian
Form DGT-1 yang ditentukan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009
a quo;

bahwa Form DGT-1 yang tidak diisi adalah angka (5), (6), dan (7) halaman 1 (satu) Form DGT-
1;

bahwa angka (5), (6), dan (7) tersebut seharusnya diisi dengan:

(5) diisi dengan NPWP Pemotong Pajak di Indonesia,

(6) diisi dengan Nama Pemotong Pajak di Indonesia,

(7) diisi dengan Alamat Pemotong Pajak di Indonesia;

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
bahwa oleh karena sebagian Fo r m DGT-1 tidak dilampirkan oleh Pemohon Banding dan
sebagian lagi tidak diisi oleh WPLN dengan langkap, maka menurut pendapat Majelis,
Pemohon Banding tidak memenuhi Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2009 a quo;

bahwa dengan demikian, berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-61/PJ/2009 a quo, tarif PPh Pasal 26 yang dikenakan adalah tarif yang diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebesar
20%;

bahwa menurut pendapat Majelis, PPh Pasal 26 atas Interest Fee kepada Sabelfi SNC adalah
sebesar Rp45.872.146.336,00 x 20% = Rp9.174.429.267,00;

Menimbang bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis atas sengketa tarif, maka Majelis
berkesimpulan bahwa tarif yang dikenakan adalah tarif yang diatur dalam Pasal 26 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 20%;

bahwa obyek yang dikenakan tarif sebesar 20% sebagaimana tersebut di atas adalah sebagai
berikut:

Tarif PPh PPh Pasal


No DPP PPh Pasal 26 Nilai Obyek (Rp)
Pasal 26 26 terutang (Rp)

1. transaksi dengan 226.485.395,00 20% 45.297.079,00

Jumewah Shipping

Sdn. Bhd.

2. Technical Fee 878.280.295,00 20% 175.656.059,00

(Royalty)

3. Interest Fee 22.761.144.388,00 20% 4.552.228.878,00

4. Interest Fee kepada 45.872.146.336,00 20% 9.174.429.267,00

Sabelfi SNC

Jumlah 69.738.056.414,00 13.947.611.283,00

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
Menimbang, bahwa dalam sengketa banding m1 tidak terdapat sengketa mengenai jumlah
kredit pajak;

Menimbang, bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian
sengketa lainnya;

Memperhatikan, penjelasan dan fakta persidangan serta bukti-bukti yang disampaikan
dalam persidangan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan dalam persidangan dan dengan kuasa Pasal
80 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis
berketetapan untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding, sehingga Dasar
Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 dan PPh
Pasal 26 terutang dihitung kembali menjadi sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak menurut


Rp 119.011.227.705,00
Terbanding

Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp 47.732.899.666,00 (-)

Dasar Pengenaan Pajak menurut Majelis Rp 71.278.328.039,00

bahwa Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 dan PPh Pasal 26 terutang menurut Majelis
dapat dirinci sebagai berikut:

DPP PPh Tarif PPh PPh Pasal


No Nilai Obyek (Rp)
Pasal 26 Pasal 26 26 terutang (Rp)

1. transaksi 226.485.395,00 20% 45.297.079,00

dengan

Jumewah

Shipping Sdn.

Bhd.

2. Technical Fee 878.280.295,00 20% 175.656.059,00

(Royalty)

3. Interest Fee 22.761.144.388,00 20% 4.552.228.878,00

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
4. Interest Fee 45.872.146.336,00 20% 9.174.429.267,00

kepada

Sabelfi SNC

5. transaksi 69.608.996,00 20% 13.921.799,00

dengan AC

Nielsen Marg

Private Ltd.

6. transaksi 26.007.984,00 20% 5.201.597,00

dengan TNS

India Private

Limited

7. transaksi 82.588.800,00 20% 16.517.760,00

dengan

Agarwal

Placement

8. transaksi 1.180.825.625,00 20% 236.165.125,00

dengan Cell

Asia Limited

9. Transaksi 181.240.220,00 20% 36.248.044,00

dengan Aspen

Technology

Service Corp.

Jumlah 71.278.328.039,00 14.255.665.608,00

Mengingat, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan peraturan
perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan
sengketa ini;

MENGADILI
Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor: KEP-516/WPJ.01/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26 Nomor:
00001/245/11/123/14 tanggal 07 Maret 2014 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011
atas nama PT. Lafarge Cement Indonesia, NPWP:01.000.660.9-123.001, beralamat di Jalan
Ujung Baru Belawan, Belawan II, Medan 20412, sehingga Pajak Penghasilan Final Pasal 23/26
Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2011 dihitung kembali menjadi sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak Rp 71.278.328.039,00

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
PPh Pasal 26 yang terutang dengan tarif 20% Rp 14.255.665.608,00

Kredit Pajak Rp 4.917.917.496,00 (-)

Pajak yang kurang dibayar Rp 9.337.748.112,00

Sanksi Administrasi Bunga Pasal 13 ayat (2)


Rp 4.482.119.094,00 (+)
UU KUP

Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 13.819.867.206,00


Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah Majelis setelah pemeriksaan dalam
persidangan yang dicukupkan pada hari Selasa tanggal 27 September 2016 oleh Hakim Majelis
IVA Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:
Drs. Seno S.B. Hendra, M.M. sebagai Hakim Ketua,
Naseri, S.E., M.Si. sebagai Hakim Anggota,
R. Aryo Hatmoko, S.IP., M.M. sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh:
Rahmaida, S.H., M.Kn. sebagai Panitera Pengganti,

HAKIM-HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA


ttd ttd
Naseri, S.E., M.Si. Drs. Seno S.B. Hendra, M.M.
ttd
R. Aryo Hatmoko, S.IP.,
M.M.

PANITERA PENGGANTI,
ttd
Rahmaida, S.H., M.Kn.


Putusan Namor PUT-094202.36/2011/PP/M.IVA Tahun 2020 diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Jumat tanggal 10 Juli 2020, dengan susunan Majelis
sebagai berikut:
Drs. Sena S.B. Hendra, M.M. sebagai Hakim Ketua,
Naseri, S.E., M.Si. sebagai Hakim Anggota,
R. Arya Hatmoko, S.IP., M.M. sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh:
M. Adnan Abdullah, S.E., M.M. sebagai Panitera Pengganti.

dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Pemohon Banding dan
Terbanding.

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id
HAKIM-HAKIM HAKIM KETUA
ANGGOTA ttd
ttd Drs. Seno S.B. Hendra,
Naseri, S.E., M.Si. M.M.
ttd
R. Arya Hatmoko, S.IP.,
M.M.

PANITERA PENGGANTI,
ttd
M. Adnan Abdullah, S.E.,
M.M.

Salinan sesuai dengan aslinya


Panitera Pengadilan Pajak,

Dendi Agung Wibawa, S.H.,
M.H
NIP 197312071998031001

©️ copyright by perpajakan-id.ddtc.co.id

Anda mungkin juga menyukai