Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH METODE PENELITIAN HUKUM

RYAN ATMABHAKTI NEGARA

NIM : 004802512019

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum dapat diartikan sebagai suatu gejala masyarakat (social feit) yang

mempunyai segi ganda, yakni kaidah/norma dan perilaku (yang aneh atau

unik/khas). Namun, dari sisi keilmuan, hukum merupakan objek penyelidikan dan

penelitian berbagai disiplin keilmuan sehingga dikatakan bahwa hukum adalah

bersama (rechts is made wetenschap).

Penjelajahan ilmiah para ilmuwan berbagai disiplin ilmu tersebut akan

memberikan pencerahan (enlightening) dan kontribusi bagi pemecahan dan jalan

keluar terhadap berbagai persoalan hukum yang dihadapi masyarakat.

Ilmu hukum memiliki karakter yang khas yang direfleksikan dalam sifat

normatifnya. Fokus perhatian ilmu hukum normatif sebagai ilmu praktis adalah

mengubah keadaan serta menawarkan penyelesaian terhadap problem

kemasyarakatan yang konkret maupun potensial.

Sebagai ilmu praktis normologis, ilmu hukum normatif berhubungan

langsung dengan praktik hukum yang menyangkut dua aspek utama, yaitu tentang

pembentukan hukum dan penerapan hukum.

Menurut Sudikno Mertukusimo, pembentukan hukum adalah merupakan

proses konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat umum

dihubungkan dengan peristiwa konkret.Di sisi lain, Sudikno Mertokusumo

merumuskan penemuan hukum dilakukan dengan menggunakan metode


interpretasi, menurut bahasa, histories, sistematis, teleologis, perbandingan

hukum, dan futuris.Dari aspek penerapan hukum, permasalahan yang dihadapi

adalah tentang intepretasi hukum, kekosongan hukum, antinomy, dan norma yang

kabur.

Pernyataan tersebut tepat untuk diterapkan dalam perumusan penelitian

hukum. Menurut Morris L. Cohen, penelitian hukum adalah sebuah proses

menemukan hukum yang mengatur aktivitas pergaulan manusia, yang melibatkan

aturan yang diberlakukan oleh Negara dan komentar yang menjelaskan atau

menganalisis aturan ini, sebagaimana diterjemahkan penulis dari pernyataannya

sebagai berikut:

“…Legal research is the process of finding the law that governs activities
in human society, it involves locating both the rules which are enforced by the
states and commentaries which explain or analyze these rule…”
Peter Mahmud Marzuki merumuskan penelitian hukum sebagai suatu

proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-

doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Meski demikian, tetap terdapat garis pemisah antara penelitian yang

dilakukan pada umumnya dengan penelitian hukum. Bacon menyatakan bahwa

peneliti tidak hanya berangka dari observasi, namun juga dari membangun

hipotesa. Hipotesa mengandung variabel bebas dan variabel terkait. Variabel

bebas adalah faktor yang diduga menyebabkan tejadinya gejala yang merupakan

variabel terkait.
Hal ini memang dapat dipahami untuk penelitian-penelitian dalam

keilmuan yang bersifat deskriptif yang menerangkan adanya gejala

tertentudisebabkan oleh faktor tertentu. Oleh karena secara karakteristik berbeda

antara keilmuan hukum dan keilmuan yang bersifat deskriptif tersebut, penelitian

hukum tidak perlu dimulai dengan hipotesis. Dengan demikian istilah variabel

bebas dan variabel terikat tidak dikenal di dalam penelitian hukum.

Bagi penelitian di dalam keilmuan bersifat deskriptif, untuk membuktikan

kebenaran hipotesis diperlukan data.Data itu dapat saja berupa semua populasi

atau mungkin hanya sampelnya saja dan sampel ini pun apakah diperoleh secara

random atau purposive atau stratified hal itu bergantung dari keadaan yang

diteliti.Setelah dikoleksi, lalu data dianalisis.

Analisis dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

kuantitatif biasanya dilakukan dengan statistik dan statistik pun ada yang bersifat

parametrik dan non-parametrik.Hasilnya adalah diterima atau ditolaknya hipotesis

tersebut.

Oleh karena di dalam penelitian hukum tidak diperlukan adanya hipotesis,

di dalam penelitian hukum juga tidak dikenal istilah data.Begitu pula istilah

analisis kualitatif dan kuantitatif bukan merupakan istilah yang lazim di dalam

penelitian hukum.

Dengan kata lain semua prosedur yang terdapat di dalam penelitian

keilmuan yang bersifat deskriptif bukan merupakan prosedur dalam penelitian


hukum.Oleh karena itulah penggunaan statistik baik yang parametik maupun non-

parametrik dalam penelitian hukum tidak mempunyai relevansi.

Demikian juga tidak dimungkinkan diterapkannya apa yang disebut

grounded research di dalam penelitian hukum karena metode itu adalah

untukilmu-ilmu sosial.Dengan demikian, langkah-langkah dan prosedur yang

terdapat di dalam penelitian sosial tidak berlaku untuk penelitian hukum.

Cara Kerja keilmuan salah satunya di tandai dengan penggunaan metode

yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

methodos, meta berarti sesudah. Menurut Van Peursen menerjemahkan

pengertian metode secara harfiah adalah suatu jalan yang ditempuh

ketika penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.

Dalam sebuah penelitian ilmiah, metode penelitian merupakan satuan

sistem yang hams dicantumkan dan dilaksanakan selama proses penelitian

tersebut dilakukan.Hal ini sangat penting karena menentukan proses sebuah

penelitian untuk mencapai tujuan. Selain itu, metode penelitian merupakan sebuah

cara untuk melakukan penyelidikan dengan menggunakan cara-cara tertentu yang

telah ditentukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, sihingga nantinya

penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Hukum

Penelitian berasal dari kata Bahasa Inggris yang terdiri atas kata re dan to

search. Dalam Bahasa Indonesia maka re berarti kembali dan to search yang

berasal dari kata circum atau circare memiliki arti memeriksa kembali (As

Hornby 1985). Menurut H. L. Manheim, penelitian diartikan sebagai :

”... the careful, diligent, and exhaustive investigation of a scientific


subject matter, having as its aim the advancement of mankind’s knowledges.”

Penelitian merupakan suatu sarana yang dapat dipergunakan oleh manusia

untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis

dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana senantiasa dapat

diperiksa dan ditelaah secara kritis, ilmu pengetahuan ini akan berkembang terus

atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. Hal

ini terutama disebabkan, oleh karena penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan

agar manusia lebih mengetahui dan lebih mendalami.Penelitian dilakukan dalam

rangka suatu kegiatan ilmiah di mana seseorang berusaha untuk mencari

kebenaran yang didasarkan oleh pendapat dan hasil pengujian atas kebenaran

dari temuan orang yang dianggap sebagai ahli atau dihormati. Suatu penelitian

dapat dianggap penelitian ilmiah apabila dilakukan dengan menggunakan metode

ilmiah. Kriteria metode ilmiah ialah:


a. Berdasarkan fakta, artinya keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian,

baik yang dikumpulkan dan yang dianalisis harus berdasarkan fakta-fakta

dan bukan merupakan penemuan atau pembuktian yang didasarkan pada

daya khayal, kira-kira, legenda atau kegiatan sejenis.

b. Bebas dari prasangka, dalam hal ini metode ilmiah harus memiliki sifat bebas

dari prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan-pertimbangan subjektif.

c. Menggunakan prinsip analisis, dalam hal ini setiap masalah harus dicari dan

ditemukan sebab-sebab permasalahan itu terjadi dan pemecahannya dengan

menggunakan analisis yang logis;

d. Menggunakan hipotesis, dalam hal ini hipotesis digunakan untuk

mengakumulasi permasalahan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan

yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai

sasaran yang tepat;

e. Menggunakan ukuran obyektif, dalam hal ini ukuran ini tidak diperkenankan

menggunakan hati nurani, melainkan harus dibuat secara obyektif dan

menggunakan prinsip pikiran sehat;

f. Menggunakan teknik kuantifikasi, dalam hal ini ukuran kuantifikasi harus

digunakan kecuali untuk atribut yang tidak dapat dikuantifikasi;

Penelitian hukum sendiri diartikan sebagai Legal Research di Amerika

Serikat, yang berarti:

”... seeking to find those authorities in the primary sources of the law that are
applicable to a particular legal situation.”
Menurut Morris L. Cohen, Legal Research is the process of finding the

law that governs activities in human society. Kemudian Cohen juga menyatakan

bahwa “It involves locating both the rules which are enforced by the states and

commentaries which explain or analyze these rules. Menurut Cohen prosedur

demikian masih diperlukan untuk menentukan dampak peristiwa masa lalu

ataupun implikasinya pada masa yang akan datang. Dengan melakukan

penelitian, seorang lawyer dapat mencari sumber-sumber yang diperlukan untuk

memprediksi apa yang akan dilakukan oleh pengadilan sehingga dapat

menentukan tindakan-tindakan apa yang akan diambil.

Dalam kepustakaan common law, menurut Jacobstein & Mersky

penelitian hukum atau legal research didefinisikan sebagai berikut:

“……seeking to find those authorities in the primary source of the law


that are applicable to a particular situation”.
“the search is always first for mandatory primary sources, that is,
constitutional or statutory provisions of the legislature, and court decisions of
the jurisdiction involved. If these cannot be located then the search focuses on
locating persuasive primary authorities, that is, decision from courts other
common law jurisdictions….
When in the legal search process primary authorities cannot be located,
the searcher will seek for secondary authorities”
Menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum ialah suatu kegiatan

ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang

mempunyai tujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum

tertentu.Sedangkan hukum lazimnya diartikan sebagai kaedah atau norma.


Kaedah atau norma ialah patokan atau pedoman mengenai perilaku manusia yang

dianggap pantas. Hukum kadang-kadang juga diartikan sebagai keputusan dari

pejabat. Sejalan dengan ini hukum juga dapat diartikan sebagai petugas.

Para sosiolog biasanya mengartikan hukum, sebagai perilaku yang teratur

atau ajeg, yaitu perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama yang

bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Sedangkan seorang

filosof mengartikan hukum sebagai jalinan nilai-nilai.

Beberapa arti yang mungkin diberikan pada hukum yaitu:

1. Hukum dalam arti ilmu (pengetahuan),

2. Hukum dalam arti disiplin atau sistim ajaran tentang kenyataan,

3. Hukum dalam arti kaedah atau norma,

4. Hukum dalam arti tata hukum atau hukum positif tertulis,

5. Hukum dalam arti keputusan pejabat,

6. Hukum dalam arti petugas,

7. Hukum dalam arti proses pemerintahan,

8. Hukum dalam arti perilaku yang teratur atau,

9. Hukum dalam arti jalinan nilai-nilai.

B. Jenis-Jenis Penelitian Hukum

Ditinjau dari disiplin yang mempunyai ruang lingkup yang begitu luas,

seorang peneliti dapat memilih jenis penelitian sebagai berikut :


1. Penelitian Normatif

Penelitian hukum normatif pada hakekatnya merupakan kegiatan sehari-hari

seorang sarjana hukum. Bahkan, penelitian hukum normatif hanya mampu

dilakukan oleh seorang sarjana hukum yang sengaja dididik untuk memahami

dan menguasai disiplin hukum. Kegunaan dari metode penelitian hukum

normatif, adalah :

a) Untuk mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum

positifnya mengenai suatu masalah tertentu;

b) Untuk dapat menyusun dokumen-dokumen hukum;

c) Untuk menulis makalah atau ceramah maupun buku hukum;

d) Untuk menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah dan

bagaimanakah hukumnya mengenai suatu peristiwa atau masalah tertentu;

e) Untuk melakukan penelitian dasar di bidang hukum;

f) Untuk menyusun rancangan undang-undang atau peraturan perundang-

undangan baru;

g) Untuk menyusun rencana pembangunan hukum.

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian normatif dilakukan terhadap hal-hal

sebagai berikut:

a) Penelitian menarik asas hukum, di mana dilakukan terhadap hukum

positif tertulis maupun tidak tertulis;


b) Penelitian sistematik hukum, di mana dilakukan terhadap pengertian

dasar sistematik hukum yang meliputi subyek hukum, hak dan

kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, maupun obyek hukum;

c) Penelitian taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang

dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Secara vertikal, di sini yang dianalisa adalah peraturan perundang-

undangan yang derajatnya berbeda yang mengatur bidang yang

sama;

2) Secara horizontal, di mana yang dianalisa adalah peraturan

perundang-undangan yang sama derajat dan mengatur bidang yang

sama.

d) Penelitian perbandingan hukum, di mana dilakukan terhadap berbagai

sistem hukum yang berlaku di masyarakat;

e) Penelitian sejarah hukum, di mana dilakukan dengan menganalisa

peristiwa hukum secara kronologis dan melihat hubungannya dengan

gejala sosial yang ada.

2. Penelitian Empiris

Ilmu hukum empiris adalah ilmu hukum yang memandang hukum sebagai

fakta yang dapat dikonstatasi atau diamati dan bebas nilai. Ilmu hukum

empiris bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bekerjanya hukum

dimasyarakat. Penelitian hukum empiris sebagai hasil interaksi antara ilmu

hukum empiris dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya terutama sekali sosiologi


dan antropologi melahirkan sosiologi hukum dan antropologi hukum. Pangkal

tolak penelitian atau kajian ilmu hukum empiris adalah fenomena hukum

masyarakat atau fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat serta penelitian

ilmu hukum empiris lebih menekankan pada segi observasinya (Bahder Johan

Nasution 2008).

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

a. Identifikasi hukum tidak tertulis, dalam hal ini ruang lingkup penelitian

ini adalah norma hukum adat yang berlaku dalam masyarakat dan norma

hukum yang tidak tertulis lainnya;

b. Efektivitas hukum, merupakan kajian penelitian yang meliputi

pengetahuan masyarakat, kesadaran masyarakat dan penerapan hukum

dalam masyarakat;

Perbedaan kajian hukum normatif dengan kajian empiris antara lain dapat

dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kajian empiris membatasi diri pada kegiatan pemaparan ilmiah-positif,

analisis, perumusan hipotesis dan pembentukan teori secara objektif.

Sedangkan kajian hukum normatif mengambil sikap kritis-normatif

bertolak dari wawasan atas keberadaan manusia dalam masyarakat serta

melancarkan kritik terhadap praktek hukum maupun dogmatik hukum.

2. Kegiatan kajian empiris membuahkan hasil kajian deskriptif. Sedangkan

disiplin kajian hukum normatif membuahkan hasil kajian preskriptif


yaitu merumuskan dan mengajukan pedoman-pedoman dan kaidah-

kaidah yang harus dipatuhi oleh praktek hukum dan dogmatik hukum,

dan bersifat kritis.

3. Pada kajian empiris dalam melihat hubungan antara peneliti dengan

objek yang diteliti dipergunakan konstruksi relasi Subjek-Objek, dan

kajian ini mengklaim dapat mencapai hasil kajian yang objektif. Kajian

ini dilandasi perspektif eksternal, sehingga si peneliti bersikap sebagai

pengamat/penonton. Sebaliknya kajian hukum normatif dilandasi

pandangan relasi Subjek-Subjek, sehingga hasil kajiannya bersifat inter-

subyektif. Kajian ini dilandasi perspektif internal, sehingga si peneliti

bersikap sebagai partisan/pengamat terlibat, dan hasilnya ialah

pengetahuan yang inter-subyektif.

4. Kajian empiris dilandasi teori kebenaran korespondensi, sedangkan

kajian hukum normatif dilandasi teori kebenaran pragmatik.

Pengaruh ilmu sosial terhadap disiplin hukum adalah kalimat kunci yang

sesuai sebagai pembuka pembicaraan mengenai jenis penelitian yang satu ini,

yaitu penelitian hukum empiris (William H Putman 2004) (empirical legal

research). Kata “empiris” bukan berarti harus menggunakan alat pengumpul

data dan teori-teori yang biasa dipergunakan di dalam metode penelitian ilmu-

ilmu sosial, namun di dalam konteks ini lebih dimaksudkan kepada pengertian

bahwa “kebenarannya dapat dibuktikan pada alam kenyataan atau dapat


dirasakan oleh panca indera” atau bukan suatu fiksi bahkan metafisika atau

gaib, yang sejatinya berupa proses berfikir atau biasanya hanya dongeng

maupun pengalaman-pengalaman spiritual yang diberikan Tuhan tidak kepada

setiap manusia dan tidak harus melalui proses penalaran ilmiah suatu hal

tertentu dapat diterima kebenarannya, meskipun oleh para ilmuwan kadang

dikatakan tidak ilmiah atau an illogical phenomena. Penerimaan terhadap

suatu yang bersifat ilmiah biasanya dipredikatkan dengan ungkapan “masuk

akal”, sedangkan penerimaan terhadap suatu yang bersifat metafisika dan

spiritual biasanya disebut sebagai kepercayaan.

Oleh sebab itu, penelitian hukum empiris dimaksudkan untuk mengajak

para penelitiannya tidak hanya memikirkan masalah-masalah hukum yang

bersifat normatif (law as written in book), bersifat teknis di dalam

mengoperasionalkan peraturan hukum seperti mesin yang memproduksi dan

menghasilkan hasil tertentu dari sebuah proses mekanis, dan tentunya hanya

dan harus bersifat preskriptif saja, meskipun hal ini wajar, mengingat

sejatinya sifat norma hukum yang “ought to be” itu (Kelsen 1991).

Selanjutnya cara pandang sebagaimana disebutkan tadi bergeser menuju

perubahan kea rah penyadaran bahwa hukum, faktanya dari perspektif ilmu

sosial ternyata lebih dari sekedar norma-norma hukum dan teknik

pengoperasiannya saja, melainkan juga sebuah gejala sosial dan berkaitan

dengan perilaku manusia ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat yang unik


dan memikat untuk diteliti tidak dari sifatnya yang preskriptif, melainkan

deskriptif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan mendasar dari kedua klasifikasi penelitian hukum tersebut

terletak pada cara pandang peneliti terhadap hukum. Dalam penelitian hukum

normatif, hukum dipandang sebagai norma atau kaidah yang otonom terlepas dari

hubungan hukum tersebut dengan masyarakat. Sementara penelitian hukum

empiris, hukum dipandang dalam kaitannya dengan masyarakat atau sebagai

sebuah gejala sosial. Jadi dalam klasifikasi ini hukum tidak dipandang sebagai

sebuah norma atau kaidah yang otonom.


DAFTAR PUSTAKA

As Hornby. 1985. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. New

York: Oxford University Press.

Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung: CV. Bandar

Maju.

Kelsen, Han. 1991. General Theory of Norm. Oxford: Clarendon Press.

William H Putman. 2004. Legal Research, Analysis and Writing. Australia: Thomson

Delmar Learning.

Anda mungkin juga menyukai