Anda di halaman 1dari 21

MATA KULIAH PENGANTAR IL MU HUKUM

HUKUM DAN KENYATAAN


BY LAMBANG SISWANDI
PEMBAHASAN

ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN MEMBAHAS HUKUM DARI SISI SIKAP
TINDAK ATAU PERILAKU. ARTINYA HUKUM AKAN DILIHAT DARI SEGI
PENERAPANNYA YANG DIWUJUDKAN DALAM BENTUK TINGKAH LAKU ATAU
SIKAP TINDAK. ILMU-ILMU KENYATAAN TENTANG HUKUM MENCAKUP :
 SOSIOLOGI HUKUM
 ANTROPOLOGI HUKUM
 PERBANDINGAN HUKUM
 PSIKOLOGI HUKUM
 FILSAFAT HUKUM
 SEJARAH HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM

 Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum diperkenalkan oleh Aguste


Comte, yakni sebuah ilmu pengetahuan yang merupakan hasil akhir dari perkembangan
ilmu pengetahuan.
 Secara etimologis, sosiologi berasal dari Bahasa Latin “socius” yang artinya kawan, serta
Bahasa Yunani “logos” yang artinya kata atau berbicara. Jika digabungkan, maka sosiologi
merupakan ilmu yang berbicara mengenai masyarakat. Aguste Comte juga menegaskan
bahwa sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi keadaan
masyarakat. Hasil pengamatan tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis.
 Sedangkan menurut Pitirim Sorikin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial seperti gejala ekonomi
dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dengan gejala lainnya.
 Sosiologi hukum menurut sejarah diperkenalkan pertama kali oleh Anzilotti, yang lahir
dari hasil pemikiran para ahli di bidang filsafat hukum dan sosiologi. Sosiologi hukum
memandang hukum dari luar hukum. Dalam hal ini, sosiologi hukum mencoba untuk
memperlakukan sistem hukum dari sudut pandang ilmu sosial. Pada dasarnya, dalam
sosiologi hukum, hukum hanya merupakan salah satu dari banyak sistem sosial dan bahwa
sistem sosial lainnya dalam masyarakat memberi arti dan pengaruh terhadap hukum itu
sendiri.
 Sosiologi hukum adalah teori mengenai hubungan antara kaidah hukum dan kenyataan
kemasyarakatan. Hubungan hukum tersebut dapat dipelajari dengan 2 (dua) cara antara
lain:
1. Menjelaskan kaidah hukum dari sudut kenyataan kemasyarakatan;
2. Menjelaskan kenyataan kemasyarakat dari sudut kaidah-kaidah hukum.
RUANG LINGKUP

 Sosiologi hukum merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala sosial lainnya secara empiris analitis. Dalam rangka memudahkan fungsi
hukumnya, pelaksanaan fungsi hukum dibantu oleh pengetahuan atau ilmu sosial. Sosiologi
memiliki perbedaan dengan ilmu hukum, yakni sosiologi hukum tidak melakukan penilaian
terhadap hukum. Artinya, sosiologi hukum memiliki pendekatan hukum dari segi objektivitas
dan bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena hukum yang terjadi.
 Ruang lingkup sosiologi hukum secara spesifik mencakup 2 (dua) hal, yaitu:
1. Dasar-dasar sosial dari hukum, misalnya hukum nasional Indonesia yang dasar sosialnya
adalah Pancasila, dengan ciri gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan.
2. Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya, misalnya UU Penanaman Modal
 terhadap gejala ekonomi, UU Pemilu terhadap gejala politik, UU Hak Cipta terhadap gejala
budaya, UU Pendidikan Tinggi terhadap gejala pendidikan, dan lainnya.
 Kesimpulannya, sosiologi hukum adalah ilmu yang menganalisa bagaimana jalannya suatu
hukum dalam masyarakat. Sosiologi hukum juga meneliti mengapa manusia patuh pada
hukum dan mengapa manusia gagal untuk mentaati hukum tersebut dan faktor sosial
lainnya yang mempengaruhi hukum. Selain itu, karakteristik atau ciri khas dari sosiologi
hukum adalah ilmu yang mempelajari perilaku hukum warga masyarakat.
ANTROPOLOGI HUKUM

 Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kataanthroposberartimanusia


danlogosberarti ilmu pengetahuan. Jadi antropologi adalah ilmu yang mempelajarimanusia. Dalam
ilmu antropologi hukum dipelajari mengenai peran, status atau kedudukan,nilai, norma juga
kebudayaan. Semua ini sangat erat kaitannya dengan ilmu antropologihukum. Sebelum berdirinya
Komunisme, magistrat-magistrat Tiongkok, misalnya, tidakberurusan dengan menginterpretasi dan
menerapkan aturan hukum untuk kasus-kasus konflikyang terjadi, namun menggunakan aturan
hukum hanya sebagai pedoman teladan-teladanyang sangat berguna, tetapi tidak harus diteladani
dalam kasus konkrit. Dalam antropologihukum tidak dapat membatasi diri pada isi peraturan-
peraturan hukum dan bentuk-bentuksanksinya, tapi yang perlu diketahui dengan jelas adalah proses
pembentukan hukumnya.
 Antropologi hukum adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan budayanya khusus
dibidang hukum. Kebudayaan hukum yang dimaksud adalah kekuasaan yang digunakan oleh
penguasa untuk mengatur masyarakat agar tidak melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ada
didalam suatu masyarakat itu sendiri.
 Bagi seoranga antropologi, suatu gejala hukum timbul, apabila ada perikelakuan yang
sedemikian rupa sehingga dibiarkan akan mengganggu atau bahkan  merusak lembaga-
lembaga yang paling dihargai oleh warga masyarakat.
 Oleh karena itu, hukum sebagai aspek kebudayaan, mempunyai beberapa fungsi fundamental
untuk memelihara kedudukan dalam masyarakat. Dalam hal ini telah dijelaskan oleh E.A.
Hoebel, yaitu :
1. Merumuskan pedoman bagaimana warga masyarkat seharusnya berperikelakuan, sehingga
terjadi integrasi minimal dalam masyarakat.
2. Menetralisasikan kekuatan dalam masyarakat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengadakan
ketertiban.
3. Mengatasi persengketaan, agar keadaan semula pulih kembali.
4. Merumuskan kembali pedoman yang mnegatur hubungan antara warga masyarakat dan
kelompok-kelompok, apabila terjadi berbagai perubahan.
 Berdasarkan hal tersebut, ruang lingkup antropologi hukum hendaknya dikaitkan dengan beberapa fungsi
hukum, yaitu sarana pengendalian sosial, sarana untuk memperlancar interaksi sosial, dan sarana
pembaruan.
 Menurut Satjipto Raharjo bahwa lingkup persoalan yang bisa dijelajahi oleh para antropologi di bidang
 hukum cukup luas, diantaranya meliputi :
1. Bagaimankan tipe-tipe badan yang menjalankan pengadilan dan perantaraan dalam masyarakat ?
2. Apakah yang menjadi landasan kekuasaan dari badan-badan itu untuk menjalankan peranannya sebagai
peranannya sebagai penyelesaian sengketa ?
3. Dalam keadaan tertentu, sengketa-sengketa yang bagaimankah yang  mengkhendaki penyelesaian melalui
pengadilan dan yang mana yang mengkhendaki perundingan ?
4. Fungsi serta ekosistemis manakah yang bekerja atas suatu proses hukum ?
5. Prosedur manakah yang dipakai untuk masing-masing jenis sengketa pada kondisi tertentu ?
6. Bagaimankah keputusan itu dijalankan ?
7. Bagaimanakah hukum itu berubah ?
PERBANDINGAN HUKUM

 Apabila diamati istilah asingnya, comparative law dapat diartikan bahwa, titik beratnya adalah pada
perbandingannya atau comparative, dalam hal ini kalimat comparative memberikan sifat kepada hukum (yang
dibandingkan). Istilah perbandingan hukum dengan demikian menitikberatkan kepada segi perbandingannya,
bukan kepada segi hukumnya. Inti sedalamnya dari pengertian istilah perbandingan hukum adalah
membandingkan sistem-sistem hukum (Romli Atmasasmita,2000:7).
 Berkaitan dengan pengertian perbandingan hukum, ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan
pengertian perbandingan hukum di antaranya sebagai berikut (Romli Atmasasmita,2000:7-10).
 Rudolf B. Schlesinger, mengatakan bahwa perbandingan hukum merupakan metode penyelidikan dengan
tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan
hukum bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang hukum, melainkan
merupakan teknik untuk menghadapi unsur hukum asing dari satu masalah hukum.
 Winterton, mengemukakan bahwa perbandingan hukum adalah suatu metode yang membandingkan sistem-
sistem hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan.
 Gutterdige, menyatakan bahwa perbandingan hukum tidak lain merupakan suatu metode yaitu metode
perbandingan yang dapat digunakan dalam semua cabang ilmu.
 Soedjono Dirdjosisworo mengemukakan perbandingan hukum adalah suatu metode
studi hukum, yang mempelajari perbedaan sistem hukum antara negara yang satu
dengan yang lain. atau membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang
satu dengan yang lain (Soedjono Dirdjosisworo, 1983:60).
 R.Soeroso menyimpulkan perbandingan hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
hukum yang menggunakan metode perbandingan dalam rangka mencari jawaban yang
tepat atas problema hukum yang konkret (R.Soeroso, 1999: 8).
 Perbandingan hukum merupakan suatu disiplin ilmu hukum yang bertujuan menemukan
persamaan dan perbedaan serta menemukan pula hubungan-hubungan erat antara
pelbagai sitem-sistem hukum; melihat perbandingan lembaga-lembaga hukum dan
konsep-konsep serta mencoba menentukan suatu penyelesaian atas masalah-masalah
tertentu dalam sistemsistem hukum dimaksud dengan tujuan seperti pembaharuan
hukum, unifikasi hukum dan lain-lain. | suduthukum.com
RUANG LINGKUP

 Untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan yang ada diantara sistem hukum atau bidang-
bidang hukum yang dipelajari
 Untuk menjelaskan mengapa terjadi persamaan atau perbedaan yang demikian itu, factor-factor
apa yang menyebabkannya
 Untuk memberikan penilaian terhadap masing-masing sistem yang digunakan
 Untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang bisa ditarik sebagai kelanjutan dari
hasil-hasil studi perbandingan yang telah dilakukan
 Untuk merumuskan kecenderungan-kecenderungan yang umum pada perkembangan hukum,
termasuk didalamnya irama dan ketentuan yang dapat dilihat pada perkembangan hukum tersebut.
 Untuk menemukan asas-asas umum yang didapat sebagai hasil dari penyelidikan yang dilakukan
dengan cara membandingkan hukum tersebut
PSIKOLOGI HUKUM
 Psikologi hukum merupakan bidang yang baru dalam kajian ilmu hukum. Letak psikologi hukum dalam
kajian hukum yaitu ada dalam kajian empiris terhadap hukum. Pendekatan psikologi terhadap hukum
dimaksudkan untuk mengkaji perilaku-perilaku masyarakat sebagai subjek hukum dalam melihat
fenomena hukum yang ada.

 Psikologi hukum mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh polisi, korban, hakim, pengacara, jaksa,
terdakwa, dan sipir lembaga pemasyarakatan terhadap sistem hukum. Psikologi hukum berasumsi bahwa
karakteristik dan partisipan sistem hukum ini mempengaruhi cara kerjannya sistem hukum. Di dalam
karakteristik tersebut, tercangkup kemampuan dari orang-orang tersebut, perspektif mereka, nilai-nilai
mereka, pengalaman mereka serta seluruh faktor yang mempengaruhi perilaku mereka. Contohnya,
apakah seorang personel polisi akan memutuskan menangkap seorang pelanggar ketentuan lalu lintas
atau membiarkanya pergi setelah diperingati?, Apakah seorang terdakwa dan pengacaranya menerima
tawaran untuk mengaku bersalah dari jaksa penuntut umum untuk meringankan pidananya, atau mereka
tetap mengaku tidak bersalah?, Apakah seorang hakim yang bersuku A akan lebih bersimpati terhadap
terdakwa yang bersuku A? (Achmad Ali, 2008: 9-10).
 Adapun ruang lingkup dan subjek bahasan dalam kajian psikologi hukum yang dikemukakan secara sangat
terperinci oleh Brian L. Cultler (Achmad Ali, 2009: 5-6) yaitu sebagai berikut :
 Criminal Competences ( Kompetensi Kriminal)
 Criminal Responsibility (Petanggungjawaban Pidana)
 Death Penalty (Pidana Mati)
 Divorce dan Child Custody (Perceraian dan Pemeliharaan Anak)
 Education and Professional Development (Pendidikan dan Perkembangan Profersinal)
 Eyewitness Memory (Ingatan Saksi Mati)
 Forensic Assessment In Civil And Criminal Case (Penilaian forensic dalam kasus perdata dan pidana)
 Juvinile Offenders (Pelanggar Hukum Yang Masih Anak-Anak)
 Mental Health Law ( Hukum Kesehatan Mental)
 Psychological and Forensik Assessment Instruments (Instrument Penilaian Psikologis Dan Forensik)
 Psychological of Criminal Behavior (Psikologi Tentang Prilaku Kriminal)
 Psychology of Policing and Investigations (Psikologi polisi dan dan investigasi)
 Sentencing and Incarceration (Pemidanaan dan Penahanan/pemenjaraan)
 Symptoms and Disorders Relevant to Forensic Assessment (Penilaian Forensik
Terhadap Gejala dan Peyakit yang Relevan)
 Trial Processes (Proses Persidangan Pengadilan)
 Victim Reactions to Crime (Reaksi Korban terhadap Kejahatan)
 Violence Risk Assessment (Penilaian Resiko Kekerasan)
FILSAFAT HUKUM

 Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia, philo atau philein berarti cinta,
shophia berarti kebijaksanaan. Gabungan kedua kata bermakna cinta kebijaksanaan.
Philosophos adalah pencinta kebijaksanaan dalam bahasa Arab disebut failusuf kemudian
di transfer kedalam bahasa Indonesia failusuf atau filusuf. Selain itu dalam bahasa Arab
dikenal kata hikmah yang hampir sama dengan kata kebijaksanaan. Kata hikmah atau
hakim dalam bahasa Arab dipakai dalam pengertian falsafah dan failusuf, tetapi harus
dilihat dalam konteks apa kata hikmah dan hakim itu digunakan karena tidak semua kata
hikmah dan hakim itu digunakan. Hal itu menunjukkan bahwa kata hikmah atau hakim
dapat di artikan falsafah atau filusuf
 Sedangkan secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat,
filsafat tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat
hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.
RUANG LINGKUP

 Menurut Apeldoorn ada tiga pertanyaan penting yang dibahas oleh filsafat hukum, yaitu:
 Adakah pengertian hukum yang berlaku umum
 Apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum
 Adakah sesuatu hukum kodrat
SEJARAH HUKUM

 Perbincangan Sejarah Hukum mempunyai arti penting dalam rangka pembinaan hukum nasional,
krn dlm pembinan hukum tidak saja memerlukan bahan2 tentang perkembangan hukum masa kini
saja, tetapi juga bahan-bahan mengenai perkembangan hukum masa lampau. Melalui sejarah
hukum kita akan mempu menjajaki berbagai aspek hukum pada masa lampau, hal mana akan
dapat memberikan bantuan kepada kita untuk memahami kaidah-kaidah serta institusi-institusi
hukum yang ada dewasa ini dalam masyarakat bangsa kita.
 Ilmu sejarah dan ilmu hukum merupakan 2 (dua) entitas yang tidak dapat dipisahkan karena pada
dasarnya hukum merupakan produk sejarah yang terus menerus berkembang sesuai dengan
peradaban manusia. Dengan demikian, mempelajari ilmu hukum berarti juga mempelajari sejarah
itu sendiri. Sebab, produk hukum di setiap fase sejarah akan menjadi cermin perkembangan dan
pertumbuhan hukum di era terbaru. Sejarah hukum di masa lalu memiliki pengaruh besar terhadap
dinamika hukum di masa kini. Maka, dengan mengetahui sejarah hukum di masa lalu adalah
keniscayaan untuk dapat memahami perkembangan sejarah hukum di sebuah bangsa.
 Soedjatmoko menilai bahwa sejarah memiliki arti yang sangat penting untuk melatih warga
negara yang baik dan mengembangkan cinta dan kesetiaan untuk negara. Sejarah sebagai
sesuatu yang harus dipelajari untuk negara muda seperti Indonesia untuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan pembangunan bangsa.
 Sedangkan sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum dan ilmu tentang sistem dan
gejala hukum dari masa lampau dengan memaparkan dan menjelaskan perkembangannya untuk
memperoleh pemahaman tentang apa yang berlaku sebagai hukum di masa lampau. Ketika kita
mempelajari sejarah hukum, selain memahami perkembangan sistem hukum sebagai
keseluruhan, kita juga memahami perkembangan institusi hukum dan kaidah hukum tertentu
dalam sebuah sistem hukum.
 Kesimpulannya, sejarah hukum adalah cabang ilmu hukum yang menelaah sejumlah peristiwa
hukum dari zaman dahulu yang disusun secara kronologis. Sejarah hukum menjelaskan
perkembangan hukum untuk memperoleh pemahaman tentang apa yang berlaku sebagai hukum
di masa lampau. Dengan mempelajari sejarah hukum, kita juga akan bersinggungan dengan
hukum yang berlaku sekarang dan hukum yang akan berlaku di masa depan. Selain itu terdapat
juga berbagai kegunaan dalam mempelajari sejarah hukum, salah satunya memahami makna
hukum positif dan bagi pembuat hukum akan terhindar dari kesalahan yang terjadi di masa
lampau.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

 SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai