Anda di halaman 1dari 4

Hukum tata negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang bentuk dan susunan negara, serta
alat – alat kelengkapan negara beserta tugasnya masing – masing.
Sumber – sumber Hukum Tata Negara :
1. a. Tertulis
b. Tidak tertulis
2. a. Materiil
dasar dan pandangan hidup bernegara
kekuatan politik yang berpengaruh pada saat kaidah – kaidah
HTN dirumuskan
b. Formil
hukum perundang undangan ketatanegaraan
hukum adat ketatanegaraan
hukum kebiasaan ketatanegaraan
yurispudensi ketatanegaraan
hukum perjanjian internasional ketatanegaraan
doktrin ketatanegaraan
Hierarki Peraturan Perundang - Undangan RI
TAP TAP UU No.10 Tahun 2004
MPR/No.XX/MPRS/1966 MPR/No.III/MPR/2000
1. UUD 1945 1. UUD 1945 1. UUD 1945
2. TAP MPR 2. TAP MPR RI 2. UU/Perpu
3. UU/Perpu 3. UU 3. PP
4. PP 4. Perpu 4.Kepres
5. Kepres 5. PP 5.Perda
6. peraturan – peraturan 6. Kepres
lain 7. Perda

Prinsip tata urutan perundang – undangan


1. Peraturan perundang undangan yang lebih tinggi kedudukannya dapat
dijaikan landasan atau dasar hukum bagi peraturan perundang - undangan
yang lebih rendah.
2. Peraturan perundang – undangan yang lebih rendah harus bersumber atau
memiliki dasar hukum dari peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi.
3. Isi dari peraturan perundang – undangan yang lebih rendah tidak boleh
menyimpang atau bertentangan dari peraturan perundang – undangan yang
lebih tinggi.
4. Suatu perundang – undangan hanya dapat dicabut, diganti atau diubah
dengan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi atau paling tidak
denganyang sederajat.
5. Peraturan perundang – undangan yang sejenis apabila mengatur materi yang
sama, peraturan yang baru harus diberlakukan. Selain itu peraturan yang
khusus harus diutamakan dari peraturan yang umum (Lex Spesialis derogat
Lex Generalis)

ASAS HUKUM TATA NEGARA


1. Asas Pancasila
2. Asas Negara Hukum
3. Asas Kesatuan
4. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
5. Asas Pembagian kekasaan dan Check and Balance
.PEMBAGIAN SISTEM LEMBAGA INDONESIA
o Eksekutif : Presiden dan Wakil Presiden
o Legislatif : MPR, DPR, DPD
o Yudikatif : MA, MK, KY
o BPK

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA


Sistem pemerintahan negara sebelum amandemen
1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
2. Sistem konstitusional. Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi, tidak bersifat
absolutisme.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR.
4. Pemerintah adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah majelis.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri adalah pembantu presiden. Menteri juga tidak bertanggug jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Sistem pemerintahan negara setelah diamandemen


1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
2. Sistem konstitusional. Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi, tidak bersifat
absolutisme.
3. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah yang tertinggi.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri adalah pembantu presiden. Menteri juga tidak bertanggug jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Hukum adminitrasi negara

Hukum administrasi negara adalah seperangkat aturan yang memungkinkan adminitrasi


Negara menjalankan fungsinya yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap
administrasi negara. Hukum adminitrasi negara sebagai hukum publik yang berlandaskan
pada prinsip – prinsip negara hukum dan prinsip demokrasi, hukum administrasi negara juga
mengandung karakter instrumental. Dengan demikian ada tiga landasan yang terdapat dalam
Hukum Administrasi negara, yaitu :
1 Landasan Negara Hukum, yaitu berkaitan dengan jaminan perlindungan hukum terhadap
kekuasaan pemerintahan.
2. Landasan Demokrasi
, yaitu berkaitan dengan prosedur dan substansi dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik b
erupa pengambilan keputusan, maupun perbuatan – perbuatan nyata.
B. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum atau rechstaat secara umum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum (everything must be done according to law). Dalam
negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasi hukum).
Negara Hukum secara khusus adalah negara yang menjadikan hukum sebagai kekuasaan
tertinggi.
C. Klasifikasi Negara Hukum
Negara hukum dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu

1. Negara Hukum Formal (Demokrasi Abad XIX)


Negara hukum formal adalah segala tindakannya didasarkan hanya atas hukum tertulis, yang
secara formal tercantum dalam perundang-undangan. Negara tidak campur tangan secara
banyak terhadap urusan dan kepentingan warga negara. Urusan ekonomi diserahkan kepada
warga dengan dalil laissez faire,laissez aller artinya warga dibiarkan mengurus kepentingan
ekonominya sendiri maka dengan sendirinya perekonomian negara akan sehat.

2. Negara Hukum material (Demokrasi Abad XX)


Negara yang tidak hanya mendasarkan segala tindakannya pada peraturan perundang-
undangan, tetapi juga menyelenggarakan kesejahteraan umum. Pemerintah diberi Freies
Ermessen, yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan
ekonomi sosial dan keleluasaan untuk tidak terikat pada produk legislasi parlemen.
Konsep negara material, pemerintah (eksekutif) bahkan bisa memiliki kewenangan legislatif
dalam hal :
1. Adanya hak inisiatif yaitu hak untuk mengajukan RUU tanpa terlebih dahulu ada
persetujuan parlemen terlebih dahulu.
2. Hak delegasi yaitu hak membuat peraturan perundangan dibawah UU.
3. Droit ermessen yaitu menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih enunsiatif.

D. Asas Legalitas
Asas Legalitas ( Principle of Legality ) adalah asas yang menentukan bahwa tidak ada
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu
dalam per Undang – Undangan. Asas Legalitas ini mengandung tiga pengertian, yaitu :
1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika hal itu terlebih
dahulu belum dinyatakan dalam aturan Undang - undang.
2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi.
3. Aturan - aturan hukum pidana tidak berlaku surut ( Retroaktif )

E. Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang jika di langgar mengakitbatkan
sanksi tegas dan nyata. Para ahli membedakan sumber hukum menjadi beberapa bagian, yaitu
:
1. Sumber hukum materiil
Yaitu, tempat dari mana materi hukum di ambil, jadi merupakan faktor pembantu
permbertukan hukum, dapat di tinjau dari berbagai sudut. Sumber hukum materiil terbagi
menjadi beberapa faktor, yang diantaranya :

2. Sumber hukum Historis


Sumber Hukum ini mempunyai dua arti yaitu :
A. Sebagai sumber pengenalan/ tempat menemukan Hukum pada saat tertentu
misalnya : UU, Putusan-putusan Hakim, tulisan-tulisan ahli Hukum dan tidak tulisan yang
bersifat Yuridis sepanjang membuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga Hukum
B. Sebagai sumber dimana pembuat Undang-undang mengambil bahan dalam
membentuk peraturan Perundang-undangan misalkan, system-sistem Hukum pada masa lalu
yang pernah berlaku pada tempat tertentu seperti system Hukum Romawi, system hukuk
Perancis dan sebagainya.
3. Sumber hukum Sosiologis
Adalah factor-faktor social yang mempengaruhi isi Hukum positif, artinya peraturan
Hukum tertentu mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.

4. Sumber hukum Filosofis


Memiliki dua arti yaitu :
1. Pertama : sebagai sumber Hukum untuk isi Hukum yang adil.
2. Kedua : sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari Hukum.

5. Sumber hukum formil


Sumber Hukum Formal adalah berbagai bentuk aturan Hukum yang ada, sumber
Hukum ini terdiri dari :
1. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perundang-undangan adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara
umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah, baik di tingkat
pusat maupun Daerah, serta semua keputusan Badan atau Pejabat TUN baik ditingkat pusat
maupun Daerah yang juga mengikat umum.
2. Konvensi/ Praktek Administrasi Negara atau Hukum Tidak Tertulis
Kebiasaan (custom) adalah: semua aturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh
pemerintah, tetapi ditaati oleh rakyat, karena mereka yakin bahwa aturan itu berlaku sebagai
hukum.
3. Yurisprudensi
adalah: keputusan hakim terdahulu yang kemudian diikuti dan dijadikan pedoman
oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan suatu perkara yang sama
4. Doktrin
Adalah: pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama/terkemuka. Dalam
Yurispudensi dapat dilihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat seorang atau
beberapa sarjana hukum yang terkenal namanya. Pendapat para sarjana hukum itu menjadi
dasar keputusan- keputusan yang akan diambil oleh seorang hakim dalam menyelesaikan
suatu perkara.
5. Traktat
Adalah: perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih. Perjanjian yang
dilakukan oleh 2 (dua) negara disebut Traktat Bilateral, sedangkan Perjanjian yang dilakukan
oleh lebih dari 2 (dua) negara disebut Traktat Multilateral.
F. Kebebasan Bertindak Administrasi Negara
Kebebasan bertindak administrasi negara tersebut bukan merupakan kebebasan dalam
arti yang seluas-luasnya dan tanpa batas, melainkan tetap terikat kepada batas-batas tertentu
yang diperkenankan oleh Hukum Administrasi Negara.

Anda mungkin juga menyukai