Anda di halaman 1dari 93

STRATEGI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

DALAM MENINGKATKAN KINERJA


PANITIA PENGAWAS PEMILU 17 APRIL 2019
KEC. ALAM BARAJO KOTA JAMBI

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Pemerintahan
Fakultas Syariah

OLEH
ANANDA FEBRIANSYAH
SIP. 162232

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1441 H/ 2020 M
MOTTO

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”1. (Q.S. An-Nisaa’: ayat 59).

1
Kementerian Agama RI, Al Quran dan Terjemahan, surat Yunus: 101 (Semarang, 2012)
ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai Strategi Badan Pengawas Pemilihan Umum


Dalam Meningkatkan Kinerja Panitia Pengawas Pemilu Kec. Alam Barajo Kota
Jambi. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan penulis terhadap kinerja
Panwaslu pada Pemilu yang diadakan tanggal 17 April 2019 lalu. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi kinerja panwaslu Kota Jambi dalam
penyelenggaraan pemilu serentak tahun 2019. (2) Untuk menjelaskan strategi
bawaslu dalam meningkatkan kinerja panwaslu dalam pemilu serentak di Kota
Jambi tahun 2019. (3) Untuk melihat apa saja kendala yang di hadapi Bawaslu
dalam meningkatkan kinerja Panwaslu pada Pemilu serentak di kota Jambi tahun
2019. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode
pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah lembaga
Bawaslu Kec. Alam Barajo Kota Jambi. Teknik pengumpulan data berdasarkan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini ada beberapa kendala
yang menghambat kinerja Bawaslu; (1) Perbedaan persepsi antara Bawaslu
dengan penegak hukum utamanya dalam hal-hal pembuktian pelanggaran pemilu.
(2) Hak data pilih ganda (Data kematian; masih banyak dari masyarakat yang
tidak langsung menerbitkan data kematian keluarganya bahkan bertahun-tahun,
sehingga data keluarga yang meninggal tadi masih terdaftar di Dukcapil. (3)
Wilayah cakupan yang sangat luas sehingga Pengawas Pemilihan Lapangan (PPL)
kewalahan dalam melakukan coklit (pencocokan dan penelitian).

Kata Kunci: Strategi, Kinerja, Bawaslu, Panwaslu

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah....
Kupanjatkan rasa syukur atas kehadirat-Mu ya Allah
Berkat ridho-Mu aku telah berhasil wisuda

Kupersembahkan semua ini sebagai tanda cinta


Dan baktiku atas segala curahan kasih sayang
Serta doa yang kuterima dari ibunda (Hisana) dan ayahanda (Muslim Zakaria)
Serta Adikku (Edo) (Cek) (Zafran)
Dan kekasihku (Puja) yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan
skripsi
Serta teman-temanku seperjuangan jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2016
terimakasih telah memberi warna dalam hidupku

Tak lupa ucapan terimakasih kepada teman-temanku (IBNU KHOLDUN) yang


telah memberikan semangat dan motivasi

Terima kasih....

Ya Allah.....
Diriku berserah semua atas kehendak-Mu
Diriku ingin berguna dalam hidup
Semoga hidayah dan rahmat-Mu selalu menyertaiku
Aku berharap masa depanku akan lebih baik
Dengan membaca bismillahirrohmaanirrohim
Aku akan meneruskan langkahku menuju masa depan yang lebih cerah
Amin..........

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan
yang sempurna bagi kita semua. Selama masa perkuliahan hingga tahap
penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan
motivasi kepada penulis. Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya skripsi ini
yang berjudul “Strategi Badan Pengawas Pemilihan Umum Dalam
Meningkatkan Kinerja Panitia Pengawas Pemilu Kec. Alam Barajo Kota
Jambi”. Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M.EI selaku wakil rektor I Bidang Akademik
dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. As’ad Isma, S,Ag., M.Pd selaku
wakil rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan
Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag., MA selaku wakil rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Sayuti Una S. Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Bapak Agus Salim, S. Th.I., MA., M.IR., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Bidang
Akademik dan Kelembagaan, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, selaku Wakil
Dekan II, Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr.
H. Ishaq, SH., M. Hum selaku Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Irmawati Sagala, S. I.P., M.S.I., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
dan Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I., M. Hum selaku Sekretaris jurusan Ilmu
Pemerintahan di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

viii
6. Ibu Siti Marlina, S.Ag., M.H.I selaku Pembimbing I dan Bapak Irsadunnas
Noveri, S.H., M.H selaku Pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN STS Jambi yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
9. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati yang telah menfasilitasi penulis dalam
referensi buku-buku di Perpustakaan UIN STS Jambi.
10. Bapak Ari Juniarman S.H, M.H selaku Ketua Bawaslu Kota Jambi.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita mohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, Agustus 2020


Penulis,

Ananda Febriansyah
SIP. 162232

ix
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 9
D. Kerangka Teori .................................................................... 10
E. Kerangka Konseptual........................................................... 31
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 39
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 41
B. Pendekatan Penelitian .......................................................... 41
C. Jenis Penelitian .................................................................... 42
D. Jenis dan Sumber Data......................................................... 43
E. Instrument Pengumpulan Data ............................................ 44
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 45
G. Jadwal Penelitian ................................................................. 46
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Bawaslu ................................................................... 49
B. Visi dan Misi Bawaslu ......................................................... 51
C. Struktur Organisasi Bawaslu Kota Jambi ............................ 53
D. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Bawaslu ........................ 54
E. Tugas dan Fungsi Setiap Divisi ........................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kinerja Bawaslu dalam Pemilu di Kec. Alam Barajo.......... 62
B. Strategi Bawaslu dalam Meningkatkan Kinerja
Panwaslu .............................................................................. 64
C. Kendala yang Dihadapi Bawaslu ......................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 72
B. Saran .................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75


LAMPIRAN .................................................................................................... 80
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi, dari rakyat oleh

rakyat dan kembali untuk rakyat. Berbicara tentang demokrasi, rasanya tidak

terlepas dari Pemilihan Umum (Pemilu), dimana rakyat bisa bebas mendukung

para calon yang mereka anggap mampu mengatur dan mengemban tugas

Negara. Pemilu ialah sarana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Ada 16 standar Internasional yang digunakan untuk menetapkan pemilu

yang demokratis, yakni1:

1. Menggunakan standar pemilu yang diakui secara Internasional.

2. Harus ada kerangka hukum pemilu yang dimiliki oleh masing-masing

Negara.

3. Memiliki sitem pemilu yang jelas.

4. Ada penetapan batasan.

5. Hak untuk dipilih dan memilih.

6. Memiliki badan pelaksa pemilu.

7. Ada pendaftaran pemilih dan daftar pilih.

1
International Institute for Democracy and Electroral Assistence (International IDEA)
2002

1
8. Akses suara partai politik dan para kandidat.

9. Kampanye pemilu yang demokratis.

10. Akses ke media dan kebebasan berekspresi.

11. Pembiayaan dan pengeluaran kampanye.

12. Pemungutan suara.

13. Penghitungan dan mentabulasikan suara.

14. Ada peranan perwakilan partai dan kandidat.

15. Ada pemantau pemilu.

16. Ada kepatuhan terhadap penegakan Undang-undang Pemilu.

Dalam mewujudkan pemilu yang demokratis dan sesuai dengan apa

yang dicita-citakan, tentu perlu adanya pengawasan terhadap setiap

tahapannya. Hal ini dikarenakan dalam setiap pelaksanaan pemilu tidak dapat

dipungkiri bahwa masih sering terjadi kecurangan-kecurangan baik yang

dilakukan oknum penyelenggara pemilu ataupun peserta pemilu. Kecurangan-

kecurangan yang terjadi baik ditingkat pusat dan daerah lebih didominasi oleh

politik uang (money politic), penggelembungan suara, pemilih siluman dan

oknum penyenggara pemilu yang berpihak kepada salah satu peserta. Untuk

itu, fungsi pengawasan dan pelaksanaan pemilu harus di tingkatkan.

Pengawasan berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

terlaksananya penyelenggaraan Negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan

sesuai dengan hukum yang berlaku2.

2
Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia dalam Kehidupan Politik Indonesia:30
Tahun kembali ke Undang-undang Dasar 1945, cet I (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), hlm
285
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun Tentang Penyelenggara

Pemilu, fungsi pengawasan pemilu dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pemilu

(Bawaslu). Pencegahan yang dilakukan Bawaslu agar tidak terjadi pelanggaran

juga diharapkan menjadi faktor terselenggaranya pemilu yang bersih, jujur dan

adil. Bawaslu memiliki peranan penting sebagai jalan masuk perkara baik yang

dilakukan oleh pasangan calon, tim sukses, maupun penyelenggara pemilu itu

sendiri. Kehadiran Badan pengawas pemilu dimaksudkan untuk meningkatkan

kualitas pemilihan umum termasuk di tingkat daerah kabupaten/kota sampai

kebawah, dan juga untuk menekan angka kecurangan yang terjadi selama

pemilu berlangsung. Namun jika berkaca kepada pelaksanaan yang selalu

menemukan permasalahan dan selalu merubah sistem yang ada, maka dapat

dikatakan bahwa pemilu di Indonesia belum mencapai kepada proses yang

dicita-citakan. Peranan lembaga penyelenggara pemilu, khususnya lembaga

yang mengawasi berjalannya pemilu pun mulai dipertanyakan oleh berbagai

pihak.

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai salah satu lembaga

penyelenggara pemilu yang bertugas melakukan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemilu memiliki wewenang antara lain mengawasi

pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu, menerima laporan-laporan dugaan

pemilu, dugaan pelanggaran pemilu, dan menindaklanjuti temuan atau laporan

kepada instansi yang berwenang. Seiring berjalannya waktu, dengan adanya

peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan pemilu yang baru

yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017, ada penguatan kewenangan


Bawaslu dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pengawas

pemilu. Salah satu penguatannya yaitu temuan Bawaslu tidak lagi berupa

rekomendasi, tetapi sudah menjadi putusan, Bawaslu sekarang memiliki

kewenangan memutus pelanggaran administrasi sehingga temuan pengawas

pemilu tidak hanya bersifat rekomendasi tetapi bersifat putusan/keputusan yang

harus dilaksanakan oleh para pihak, Bawaslu juga diberikan mandat dasar

berupa pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran pemilu dan sengketa

pemilu. Selain itu masih banyak sekali penguatan kewenangan-kewenangan

Bawaslu dalam menjalankan tugas dan fungsinya 3.

Membicarakan penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) di

Indonesia tidak lengkap kalau tidak membahas Pengawas Pemilu, atau Panitia

Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) atau dalam bahasa sehari-hari biasa

cukup disebut Panwas. Menurut undang-undang Pemilu, Panwas Pemilu

sebetulnya adalah nama lembaga pengawas Pemilu tingkat nasional atau pusat.

Sedang di provinsi disebut Panwas Pemilu Provinsi, di kabupaten/kota disebut

Panwas Pemilu Kabupaten/Kota, dan di kecamatan disebut Panwas Pemilu

Kecamatan4. Untuk menjamin pemilihan umum yang free and fair yang sangat

penting bagi negara demokrasi diperlukan perlindungan bagi para pemilih, bagi

setiap pihak yang mengikuti pemilu maupun bagi rakyat umumnya dari segala

ketakutan, intimidasi, penyuapan, penipuan, dan berbagai praktik curang

lainnya, yang akan mempengaruhi kemurnian hasil pemilihan umum. Jika

pemilihan dimenangkan melalui cara-cara curang, sulit dikatakan bahwa para


3
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 Pasal 95 tentang Pemilihan Umum
4
Bawaslu Jateng, http://www.bawaslu-jatengprov.go.id/statis-7-
sejarahpengawaspemilu.html, Diunduh Kamis 2 Januari 2019 pukul 13:56
pemimpin atau para legislator yang terpilih di parlemen merupakan wakil-

wakil rakyat5.

Frasa “dipilih secara demokratis” bersifat luwes, sehingga mencakup

pengertian pemilihan kepala daerah langsung oleh rakyat maupun DPRD

seperti yang pada umumnya pernah di praktikkan di daerah-daerah berdasarkan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pemilu tidak hanya dikaitkan sebagai ajang perlombaan dalam meraih

kekuasaan saja, tetapi juga merupakan suatu sarana pembelajaran bagi

masyarakat untuk mengaplikasikan nilai-nilai demokratis. Adapun peran

masyarakat ialah ikut berpartisipasi dalam memilih para pemimpin dan wakil-

wakil rakyat, ikut mengawasi jalannya pemilu, dari mulai tahapan awal sampai

akhir dan juga memberikan laporan tentang dugaan-dugaan pelanggaran

pemilu sampai dengan keluarnya putusan penetapan calon yang sah yang

ditetapkan sebagai pemenang pemilu.

Kenyataan pada pelaksaannya, pemilu bukan lagi memperjuangkan

nasib atau kepentingan rakyat pada umumnya, karena dalam penyelenggaraaan

pemilu banyak sekali kepentingan yang terlibat, apalagi secara jujur harus di

akui bahwa tingkat kesadaran berdemokrasi masyarakat masih relatif

rendah6ini bukan saja terjadi di tingkat pusat akan tetapi pada tingkat daerah.

Ketika demokrasi mendapat perhatian yang luas dari masyarakat maka

penyelenggaraan pemilukada yang demokratis menjadi syarat yang paling

5
Topo Santoso, 2006, Tindak Pidana Pemilu, Jakarta, Sinar Grafika, hal.v.
6
Rozali Abdullah, Mewujjudkan Pemilu Yang Lebih Berkualitas, (Jakarta; RajaGrafindo
Persada, 2009) Hlm 265.
6

penting dalam pembentukan kepemimpinan sebuah daerah. Pemilukada

memiliki fungsi utama untuk menghasilkan pemimpin yang benar-benar

mendekati kehendak rakyat7. Pemilukada sebagai salah satu bentuk nyata

perwujudan demokrasi dalam pemerintahan di daerah, seyogianya juga

semakin mencerminkan proses kematangan demokrasi. Sejak dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, bupati dan

walikota menjadi Undang-Undang, maka dimulailah aturan Pemilukada baru

yakni Pemilukada serentak.

Dalam mewujudkan pemilu yang demokratis dan sesuai dengan apa

yang dicita-citakan, tentu perlu adanya pengawasan terhadap setiap

tahapannya. Hal ini dikarenakan dalam setiap pelaksanaan pemilu tidak dapat

dipungkiri bahwa sering terjadi kecurangan-kecurangan baik yang dilakukan

oknum penyelenggara pemilu ataupun peserta pemilu. Kecurangan-kecurangan

yang terjadi baik ditingkat pusat dan daerah lebih di dominasi oleh politik uang

(money politic), penggelembungan suara, pemilih siluman dan oknum

penyelenggara pemilu yang berpihak kepada salah satu peserta. Untuk itu,

maka fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pemilu harus ditingkatkan.

Pengawasan berarti suatu kegiatan yang ditunjukan untuk menjamin

7
Achmadudin Rajab, Tinjauan Hukum Eksistensi dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015 setelah 25 kali Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Pada tahun 2015.
Jurnal HUkum & Pembangunan Tahun ke-47 no.3 Juli-September 2016
terlaksananya penyelenggaraan Negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan

sesuai dengan hukum yang berlaku8.

Menurut undang-undang nomor 15 tahun 2011 Tentang

Penyelanggaraan Pemilu, fungsi pengawasan pemilu dilaksanakan oleh badan

pengawas pemilu (Bawaslu). Bawaslu pusat yang berkedudukan di ibu kota,

dan bawaslu provinsi yang berkedudukan di ibu kota provinsi bersifat tetap.

Adapun utuk pengawasan di tingkat daerah Bawaslu sampai tingkat paling

bawah, dilaksanakan oleh panitia pengawas pemilu yang bersifat ad hoc atau

sementara, karena panwaslu dibentuk pada beberapa saat sebelum pelaksanaan

pemilukada dimulai dan akan dibubarkan setelah selesai semua rangkaian

kegiatan penyelanggaraan pemilukada.

Menurut Pasal 97 Undang-Undang nomor 7 Tahun 2017 bawaslu

bertugas:

1. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah provinsi terhadap;

a. Pelanggaran pemilu

b. Sengketa proses pemilu

2. Mencegah terjadinya politik uang di wilayah provinsi

3. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

4. Mengevaluasi pengawasan Pemilu diwilayah provinsi

8
Sri soemantri, dkk, ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30
Tahun Kembali ke Undang-Undang dasar 1945, cet. 1 (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993),
hlm.285
Tapi pada kenyataan nya tidak dapat dipungkiri bahwa masih sering

terjadi kecurangan-kecurangan baik yang dilakukan oleh oknum penyelenggara

pemilu maupun peserta pemilu.

Tidak terkecuali di kecamatan Alam Barajo Kota Jambi Provinsi Jambi.

Ada beberapa keganjilan-keganjilan yang berbau kecurangan oleh oknum-

oknum yang dianggap memihak peserta pemilu dan kelalaian-kelalaian

panwaslu yang di sebabkan oleh kurangnya pengawasan dari bawaslu sehingga

menyebabkan proses pemilu tidak lagi sesuai dengan aturan yang berlaku

dalam undang-undang. Peranan lembaga penyelenggaraan pemilu, khususnya

lembaga yang mengawasi berjalannya pemilu pun mulai dipertanyakan oleh

berbagai pihak.

Mengingat Pemilukada menjadi salah satu proses penting dalam

menciptakan demokrasi yang baik, maka berdasarkan pembahasan di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hukum dengan judul: “Strategi

Badan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan Kinerja Panitia

Pengawas Pemilu Kec. Alam Barajo Kota Jambi”.

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kinerja Bawaslu dalam Pemilu serentak di kecamatan Alam

Barajo Kota Jambi?


b. Apa strategi bawaslu dalam meningkatkan kinerja panwaslu dalam

pemilu serentak di kecamatan Alam Barajo Kota Jambi?

c. Apa saja kendala yang dihadapi Bawaslu dalam meningkatkan kinerja

Panwaslu di kecamatan Alam Barajo Kota Jambi?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti kemukakan di

atas, maka peneliti membatasi ruang lingkup dan pokok permasalahan

dalam penulisan skripsi ini hanya pada masalah yang menyangkut kinerja

bawaslu dalam pengawasan terhadap kinerja panwaslu dan mekanisme

penyelesaikan sengketa pemilukada serentak oleh bawaslu Kota Jambi yang

terjadi antara bulan Februari sampai dengan April 2019.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di latar belakang permasalahan

tersebut di atas, maka dalam penulisan skripsi ini peneliti mempunyai tujuan

antara lain:

a. Ingin mengetahui kinerja Bawaslu Kota Jambi dalam penyelenggaraan

pemilu serentak tahun 2019.

b. Ingin mengetahui strategi Bawaslu dalam meningkatkan kinerja

panwaslu dalam pemilu serentak di Kota Jambi tahun 2019.

c. Ingin mengetahui kendala yang di hadapi Bawaslu dalam meningkatkan

kinerja Panwaslu pada Pemilu serentak di Kota Jambi tahun 2019.


10

2. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dalam

menganalisis permasalahan di lapangan dan juga sebagai masukan

pengetahuan tentang Strategi Badan Pengawas Pemilihan Umum Dalam

Meningkatkan Kinerja Panitia Pengawas Pemilu Kec. Alam Barajo Kota

Jambi”.

b. Memberikan informasi tentang Strategi Badan Pengawas Pemilihan

Umum Dalam Meningkatkan Kinerja Panitia Pengawas Pemilu Kec.

Alam Barajo Kota Jambi.

c. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali

dan eksperimen tentang Strategi Badan Pengawas Pemilihan Umum

Dalam Meningkatkan Kinerja Panitia Pengawas Pemilu Kec. Alam

Barajo Kota Jambi.

d. Sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Safiduddin Jambi Syariah

Jurusan Ilmu Pemerintahan.

D. Kerangka Teori

Dalam menjelaskan permasalahan yang ada, maka penulis akan

menggunakan kerangka dasar teori, kerangka dasar teori yang disini dimaksud

di perlukan dalam setiap penelitian untuk memberikan landasan teoritis bagi


11

penulis dalam menyelesaikan masalah dalam proses penelitian9. Di dalam

penelitian ini digunakan beberapa teori sebagai kerangka pemikiran yakni.

1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Arti kata strategi di KBBI adalah ilmu dan seni menggunakan

semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan

tertentu10. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan

dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas

dalam kurun waktu tertentu. Menurut Bussinesdictonary, Strategi

merupakan metode atau rencana yang dipilih untuk membawa

masadepan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk

masalah.

Menurut Jhonson and Scholes strategi adalah arah dan ruang

lingkup sebuah organisasi dalam jangka panjang yang mencapai

keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber daya dalam

lingkungan yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan

memenuhi harapan pemangku kepentingan11.

9
Masri singarimbun dan Sofian effendi, metode penelitian survey, (Jakarta: LP#ES,
1989), hlm. 21.
10
Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia( Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal.12
11
Johnson, G. and Scholes, K. Exploring Corporate Strategy-Text and Cases.
(Hemel Hempstead: Prentice-Hall, 2016)
12

b. Tipe-tipe Strategi

Rangka mewujudkan sasaran, tujuan dan misi organisasi, maka

suatu organisasi menggunakan bentuk atau tipe strategi tertentu. Menurut

Koten dalam Salusu tipe-tipe strategi meliputi12:

1) Corporate Strategy (strategi organisasi). Strategi ini berkaitan dengan

perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategis yang

baru.

2) Program Strategy (strategi program). Strategi ini lebih memberi

perhatian pada implikasi-implikasi strategis dari suatu program

tertentu.

3) Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya).

Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan

sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan

kualitas kinerja organisasi.

4) Institutional Strategy (strategi kelembagaan). Fokus dari strategi

institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk

melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi

c. Dimensi-dimensi Strategi

Strategi merupakan untuk membuat keputusan dan tindakan

penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi,

apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa organisasi mengerjakan hal

12
J. Salusu. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Non Profit. (Jakarta: Rasindo, 2006), hlm 104
13

seperti itu. Menurut Winardi terdapat berbagai dimensi yang terdapat

dalam strategi pada suatu organisasi adalah sebagai berikut 13:

1) Tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang paling penting dan yang

perlu dicapai. Tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran menyatkan apa saja

yang yang perlu dicapai, kapan hasil-hasil harus dilaksanakan. Dari

sasaran-sasaran nilai, menyatakan ke arah mana organisasi tersebut

menuju, melalui berbagai macam sasaran keorganisasian yang bersifat

menyeluruh, yang menetapkan sifat organisasi, dan menetapkan target

bagi setiap kesatuan keorganisasiannya.

2) Kebijakan-kebijakan yang paling penting dan mengarahkan atau

membatasi kegiatan-kegiatan. Kebijakan-kebijakan (policies)

merupakan peratutan-peraturan atau prosedur-prosedur yang

menggariskan batas-batas di dalam mana kegiatan akan dilaksanakan.

Peraturan-peraturan demikian seringkali mencapai keputusan-

keputusan kontingen, guna menyelesaikan konflik antara

sasaransasaran spesifik.

3) Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program-program yang akan

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam batas-batas yang telah

digariskan. Program-program menspesifikasi langkah demi langkah

24 tahapan-tahapan tindakan yang diperlukan untuk mencapai

sasaransasaran utama. Mereka menyatakan bagaimana sasaran-sasaran

akan tercapai di dalam batas-batas oleh kebijakan. Mereka

13
Winardi. Manajemen Prilaku Organisasi, Edisi Revisi, (Jakarta: Prenada Media Group,
2015) hlm 113.
14

menyatakan bahwa sumber-sumber daya diarahkan ke arah

pencapaian tujuan dan dengan apa kemajuan organisasi dapat diukur.

d. Pendekatan Strategi dalam Organisasi

Strategi dalam organisasi dapat dirumuskan dengan perumusan

fungsi-fungsi manajemen. Terry mendefinisikan manajemen dalam

bukunya Principles of Management yaitu:

"Suatu proses yang membedakan atas perencanaan,


pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan
memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya"14.

Melalui definisi Terry itulah kita bisa melihat fungsi manajemen

menurutnya. Berikut ini adalah fungsi manajemen menurut Terry:

1) Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan

penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai

tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,

memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan

merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk

mencapai tujuan.

2) Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk

mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut

kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah

direncanakan.

3) Pelaksanaan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar

berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta

14
Terry, George R. Principles of Management.(Publishers: A.I.T.B.S, 1994)
15

menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana

dan bisa memcapai tujuan.

4) Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari

organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta

mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa

terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari

rencana.

2. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi

perencanaan satu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk

menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok

individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok

individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu

yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau

organisasi tidak dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya

Wibowo mengatakan bahwa kinerja berasal dari pengertian

performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance

sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja


16

mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi

termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung15.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai kinerja organisasi diatas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja organisasi merupakan hasil kerja

organisasi ataupun gambaran mengenai apakah suatu organisasi telah

dapat melaksanakan kegiatan/kebijakan sesuai dengan visi dan misi yang

telah dibuat oleh organisasi.

b. Pengukuran Kinerja

Wibowo menjelaskan bahwa pengukuran terhadap kinerja perlu

dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat

deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat

dilakukan sesuai jadwal waku yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja

telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk melakukan

penilaian tesebut diperlukan kemampuan untuk mengukur kinerja

sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja16.

Pasolong menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah merupakan

upaya sistematis untuk membandingkan apa yang dicapai seseorang

dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya, yaitu untuk

mendorong kinerja seseorang agar bisa berada diatas rata-rata17.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pengukuran kinerja adalah menilai hasil kerja suatu organisasi publik.

Penilaian hasil kerja tersebut untuk melihat apakah hasil yang dicapai
15
Wibowo, Manajemen Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011)
16
Wibowo, Manajemen Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011)
17
Harbani Pasolong. Teori Administrasi Publik,(Bandung: Alfabeta, 2010)
17

oleh suatu organisasi publik telah sesuai dengan visi dan misi yang telah

ditetapkan oleh organisasi publik tersebut.

c. Tujuan Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja menurut Sinambela mempunyai tiga tujuan,

yaitu membantu memperbaiki kinerja agar kegiatan terfokus pada tujuan

dan sasaran program unit kerja, pengalokasian sumber daya dan

pembuatan keputusan, dan mewujudkan pertanggungjawaban publik dan

memperbaiki komunikasi kelembagaan.18

d. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang dimaksud oleh LAN-RI dalam Pasolong

adalah ukuran kualitatif atau kuantitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan

mempertimbangkan indikator masukan (input), keluaran (outputs), hasil

(outcomes), manfaat (benefits), dan dampak (impacts).

Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang

dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan

keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia,

informasi, dan kebijakan atau peraturan perundang-undangan. Indikator

keluaran (outputs) adalah sesuatu yang dicapai dari suatu kegiatan yang

dapat berupa fisik dan atau non fisik. Indikator hasil (outcomes) adalah

segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada

18
Sinambela, Lijan Poltak. Kinerja Pegawai. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012)
18

jangka menengah (efek langsung). Indikator manfaat (benefits) adalah

sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik

positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan

asumsi yang ditetapkan19.

BPKP dalam Mahsun menerangkan hal yang tidak jauh berbeda

dengan LAN-RI yang menyatakan bahwa indikator kinerja adalah ukuran

kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian

suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan20.

Pasolong menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk

mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu21:

1) Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

mengukur efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya

dipahami sebagai ratio antara input dengan output.

2) Kualitas layanan, banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai

organisasi publik yang muncul karena ketidakpuasan publik terhadap

kualitas. Dengan demikian menurut Dwiyanto kepuasan masyarakat

terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja birokrasi publik.

3) Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

19
Harbani Pasolong. Teori Administrasi Publik, (Bandung: Alfabeta, 2010)
20
Mahsun, Mohamad. Pengukuran Kinerja Sektor Publik : Cetakan Pertama. (Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta, 2006)
21
Harbani Pasolong. Teori Administrasi Publik,(Bandung: Alfabeta, 2010)
19

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan

sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara

langsung menggambarkan kemampuan birokrasi publik dalam

menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

4) Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip

administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang

eksplisit maupun implisit.

5) Akuntabilitas, yaitu menunjuk seberapa besar kebijakan dan kegiatan

birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh

rakyat.

Menurut Wibowo terdapat tujuh indikator kinerja 22:

1) Tujuan, menunjukkan ke arah mana kinerja harus dilakukan. Atas

dasar arah tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Kinerja

individu maupun organisasi dikatakan berhasil apabila dapat mencapai

tujuan yan diinginkan.

2) Standar, merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan

dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan

tercapai. Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu

mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara

atasan dan bawahan.

22
Wibowo, Manajemen Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011)
20

3) Umpan balik, merupakan masukan yang dipergunakan untuk

mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan.

Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai

hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.

4) Alat atau sarana, merupakan faktor penunjang untuk pencapaian

tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat

dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana

seharusnya.

5) Kompetensi, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.

Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang

berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

6) Motif, merupakan alasan atau pendorog bagi seseorang untuk

melakukan sesuatu, tanpa dorongan motif untuk mencapai tujuan,

kinerja tidak akan berjalan.

7) Peluang pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan

prestasi kerjanya. Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat

perhatian lebih banyak, dan mengambil waktu yang tersedia.

3. Teori Pengawasan

Menurut George R. Tery mengartikan pengawasan sebagai

mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, artinya mengevaluasi prestasi

kerja dan apabila perlu, dengan menerapkan tidankan-tindakan korektif


21

sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan 23.

Pengawasan menurut T. Hani Handoko adalah proses untuk menjamin

bahwa tujuan tujuan organisasi dan manajemen tercapai dimana hubungan

yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan 24.

Sementara menurut Siagian, yang dimaksud dengan pengawasan

adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi

untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya 25.

Donnelly mengelompokkan pengawasan menjadi tiga tipe

pengawasan yaitu26:

a. Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control)

Pengawasan pendahuluan (Preliminary Control) adalah

pengawasan yang terjadi sebelum kerja dilakukan. Dimana pengawasan

pendahuluan bisa menghilangkan penyimpangan penting pada kerja yang

diinginkan, yang dihasilkan sebelum penyimpangan tersebut terjadi.

Pengawasan pendahuluan juga mencakup segala upaya untuk

memperbesar kemungkinan hasil aktual akan berdekatan hasilnya

dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.

Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya

deviasi-deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang

23
Terry, George R. Principles of Management. Publishers: A.I.T.B.S, 1994).
24
Handoko, T., Hani, Manajemen dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Liberty,
1998).
25
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta:PT Bumi Aksara,
1990).
26
Donnelly, Gibson. Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses.( Jakarta: Erlangga, 1996)
22

digunakan pada organisasi-organisasi. Sumber daya ini harus memenuhi

syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang

bersangkutan. Diharapkan dengan Pengawasan Pendahuluaan akan

menciptakan kebijakan dan prosedur serta aturan yang ditujukan untuk

menghilangkan perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak

diinginkan. Dengan demikian, maka kebijakan merupakan pedoman yang

baik untuk tindakan masa mendatang. Pengawasan pendahuluan

meliputi; Pengawasan sumber daya manusia dan pengawasan

pendahuluan bahan-bahan.

b. Pengawasan Pada Saat Kerja Berlangsung (Cocurrent Control)

Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)

adalah pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan.

Memonitor pekerjaan yang berlangsung untuk memastikan bahwa

sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri dari tindakan

para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.

Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan sewaktu mereka

berupaya untuk mengajarkan kepada para bawahan mereka bagaimana

cara penerapan metode serta prosedur yang tepat dan mengawasi

pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

c. Pengawasan Feed Back (Feed Back Control)

Pengawasan Feed Back (feed back control) yaitu pengawasan

dengan mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna

mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan


23

standar. Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa

lalu. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya

atau operasi aktual. Sifat khas dari metode pengawasan feed back (umpan

balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal,

sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.

Menurut James Af Stoner dan R. Edward Freeman, fungsi

perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi

pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling)27.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi penting dalam Pemilu. Hal ini

dikarenakan tanpa pengawasan, fungsi yang lain tidak akan berjalan secara

efisien, efektif dan maksimal. Boleh dikatakan bahwa masing-masing fungsi

tersebut merupakan satu kesatuan yang menyeluruh dan sistemik, sehingga

saling mempengaruhi dan ketergantungan satu sama lain.

Pengawasan juga merupakan suatu cara agar tujuan dapat tercapai

dengan baik28. Dalam penelitian ini konsep pengawasan digunakan untuk

sebuah lembaga yang melakukan pengawasan Pemilu yakni BAWASLU.

acuan sebagai teori untuk menganalisis penelitian.

Kemudian banyak para ahli yang mengungkapkan tentang

pengawasan seperti Mathis dan Jackson yang menjelaskan bahwa

27
A.F Stoner, James dan Edward Freeman (eds), Manajemen Jilid I, terj. Alexander
Sindoro, (Jakarta: PT Prahallindo, 1996)
28
Griffin. Manajemen, alih bahasa Gina Gania. (Jakarta: Erlangga, 2004)
24

pengawasan merupakan cara untuk memantau kinerja agar tercapai tujuan

organisasi. Dengan cara, sikap, sistem dan ruang lingkup organisasi 29.

Menurut Harahap bahwa pengawasan merupakan suatu cara yang

digunakan seorang atasan untuk mengawasi bawahannya 30. Sama halnya

dengan Simbolon, pengawasan merupakan hal penting dimana pimpinan

ingin mengevaluasi hasil pekerjaan31. Dessler menyatakan juga bahwa

pengawasan merupakan sebuah tindakan untuk mengoreksi terhadap hal-hal

yang dilakukan32.

Pengawasan Pemilu oleh BAWASLU bertujuan untuk

menghentikan, mendeteksi dan menindak lanjuti pelanggaran pemilu yang

terjadi. Dalam teori ini, pengawasan tidak hanya pada perusahaan, tetapi

dalam sebuah organisasi termasuk BAWASLU. Sebuah organisasi yang

terdapat orang-orang didalamnya untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan.

4. Konsep Pengawasan Pemilu

Pengawasan menurut Handoko adalah suatu upaya yang dilakukan

oleh para pimpinan untuk menjaga agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh bawahannya sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan33. Sementara

menurut Robbins dan Coulter pengawasan sebagai proses pemantauan

aktivitas organisasi untuk memastikan apakah aktivitas sesuai dengan yang

29
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya
Manusia. Terjemahan Dian Angelia. (Jakarta: Salemba Empat, 2006).
30
Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Budgeting Penganggaran: Perencanaan Lengkap Untuk
Membantu Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Kedua, PT Indah Karya (Persero). (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001).
31
Simbolon, Maringan Masry. Dasar-dasar dan Administrasi Manajemen, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004).
32
Dessler, Gary. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks, 2009).
33
Handoko, T., Hani, Manajemen dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Liberty, 1998).
25

di rencanakan dan sebagai proses mengoreksi setiap penyimpangan yang

muncul34.

a. Pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih dan Penetapan Pemilih Tetap

Pada saat ini data kependudukan yang valid sangat penting,

karena akan berdampak besar pada berbagai aspek, misalnya

pemutakhiran data pemilih. Kapasitas sistem administrasi sebagai basis

data yang ditampilkan berdasarkan dari nomor induk kependudukan,

usia, jenis kelamin, alamat untuk memenuhi ketentuan mengenai pemilih

dalam daftar pemilih pada pemilihan umum. Data pemilih adalah faktor

yang sangat penting bagi suksesnya pemilihan umum, hal ini dikarenakan

data pemilih yang akurat akan dapat mengantarkan hak politik

masyarakat dalam suatu wadah, yaitu pemilihan umum yang jurdil, luber

dan sehingga dapat terlibat aktif dalam pesta demokrasi yang di gelar di

suatu daerah. Tahapan dan proses yang harus dilalui oleh penyelenggara

dalam melaksanakan penyusunan daftar pemilih diatur dalam peraturan

PKPU Nomor 9 Tahun 2013.

Dalam upaya mewujudkan dan menghasilkan daftar pemilih yang

tepat, tidak terlepas dari peran serta masyarakat melalui sikap aktif dari

masyarakat terhadap pemutakhiran data pemilih. Masyarakat harus

berani mengambil sikap melaporkan kepada petugas, jika masyarakat

tersebut tidak termasuk dalam daftar pemilih, karena terdaftarnya

34
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005).
26

masyarakat dalam daftar pemilih sangat penting dalam menjaga tetap

tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum.

Menurut Mulyono dkk lembaga pemerintahan baik di tingkat

kabupaten/kota, kecamatan, desa dan kelurahan berperan besar dalam

pemutahiran data pemilih35. Beberapa konsekuensi yang bisa

menimbulkan data pemilih menjadi kurang valid seperti berikut :

1) Meningkatnya jumlah masyarakat yang kehilangan hak pilihnya

karena tidak tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT).

2) Persiapan logistik yang kurang efektif dan efisien.

3) Adanya protes dari masyarakat sehingga ada dugaan dalam

masyarakat bahwa KPU kurang profesional.

4) Dapat menimbulkan anggapan bahwa ada pelanggaran sistematis

5) Membuka ruang penyalahgunaan hak pilih dan kecurangan dalam

pemilu.

6) Media massa akan memberitakan hal yang negatif.

b. Pengawasan Alat Peraga Kampanye

Menurut Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013, Pasal 1 ayat 22

menjelaskan bahwa alat peraga kampanye adalah semua benda atau

bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya

yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan

mengajak orang memilih peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR,

DPD dan DPRD tertentu. Pada ayat 23 juga dijelaskan bahwa bahan

35
Abdullah, Hamzah & Mulyono (2013). Faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat
di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, 2 (I), 18-26
27

kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi,

program, simbol-simbol, atau tanda gambar yang disebar untuk

keperluan kampanye pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih

Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu.

Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun

2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum

Anggota DPRD, DPD dan DPRD, bahwa alat peraga kampanye tidak

ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit atau tempat-tempat

pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga pendidikan

(gedung dan sekolah), jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana

dan prasarana publik, taman dan pepohonan.

c. Pengawasan Dana Kampanye

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang

pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD, yang memiliki kewajiban untuk

mengawasi dana kampanye adalah BAWASLU. Pengawasan dana

kampanye tidah hanya mengawasi para peserta pemilu yang sudah

melaporkan dananya ke KPU, tapi juga harus meneliti dan melakukan

investigasi kebenaran asal dan sumber dana kampanye. Meskipun para

penyumbang memiliki identitas yang jelas, peran BAWASLU juga

meneliti para penyumbang apakah memiliki kecakapan dari hal finansial,

atau hanya dipergunakan saja namanya.


28

d. Pengawasan Kampanye di Media Massa

Media sangat berperan penting dalam pelaksanaan pemilihan

umum, dengan peran media, maka partai politik maupun politisi akan

mendapat banyak kebaikan selama mematuhi aturan kampanye, media

juga berperan penting dalam rangka mengawal jalannya pesta demokrasi.

William L. Rivers dkk mengatakan bahwa pada dasarnya, kondisi

di dunia nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata keberadaan

media massa juga dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia 36. Dengan

kata lain, dunia mempunyai peranan dan kekuatan untuk mempengaruhi

media massa; dan sebaliknya, media massa juga mempunyai peranan dan

kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi dunia ini, terlebih dalam

segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dengan segala aspek yang

melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media

massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan saling

ketergantungan dan saling membutuhkan karena masing-masing saling

mempunyai kepentingan, masing-masing saling memerlukan.

e. Pengawasan Politik Uang (Money Politic)

Penyelenggaraan pemilihan umum sangat berpotensial terjadi

berbagai pelanggaran, pelanggaran kode etik, administrasi, sengketa

pemilu, tindak pidana, maupun perselisihan hasil pemilu dan lain-lain.

Karena itu peraturan perundang-undangan yang ada dengan tegas

mennyatakan adanya larangan dan sangsi terhadap pelanggaran yang ada

36
L. Revers, William et, Al. Media Massa dan Masyarakat Modern. (Jakarta: Kecana
Prenada Media Grup, 2003).
29

dengan cara penyelesaian hukum yang efektif. Politik dan uang

merupakan dua hal berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Saat

berpolitik orang membutuhkan uang dan dengan uang, orang dapat

berpolitik.Istilah politik uang yang dalam bahasa Inggris money politic.

Hal ini merujuk pada penggunaan uang untuk mempengaruhi keputusan

tertentu entah dalam Pemilu ataupun dalam hal lain yang berhubungan

dengan keputusan-keputusan penting.

Pengertian tersebut menjadikan uang sebagai alat untuk

mempengaruhi seseorang untuk menentukan keputusan. Tentu saja

dengan kondisi ini maka dapat dipastikan bahwa keputusan yang diambil

tidak lagi berdasarkan baik tidaknya keputusan tersebut bagi orang lain

tetapi keuntungan yang didapat dari keputusan tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

penyelenggaraan pemilu yang menyebutkan pemilu adalah lembaga yang

menyelenggarakan pemilu yang terdiri dari Komisi Pemilihan Umum

(KPU) dan Badan Pengawasan Pemilu (BAWASLU) sebagai satu

kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota DPR,

DPD, DPRD, Presiden dan Wakil, serta Gubernur dan Bupati/Walikota.

f. Pengawasan Kampanye Hitam (Black Campaign)

Penyelenggaraan Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala

Daerah, dimana para calon peserta pemilu saling berkontestasi untuk

meraih kemenangan dan menjatuhkan lawan dengan berbagai macam

cara, salah satunya dengan kampanye hitam (black campaign).


30

Kampanye hitam diyakini sebagai salah satu metode yang efektif untuk

menjatuhkan dan menghancurkan lawan. Permasalahan kampanye hitam

bukan hanya menjadikan lemahnya pengawasan standar moral dan

lemahnya aturan hukum, ditambah regulasi politik saat ini tidak

mengatur secara tegas.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD, yang dimaksud dengan kampanye

adala; kegiatan peserta pemilihan umum untuk menyakinkan para

pemilih dengan menawarkan visi misi dan program peserta pemilu.

Artinya dalam pelaksanaan pemilu (DPR, DPD, DPRD, Presiden dan

Wakil, serta Gubernur dan Bupati/Walikota) harus dilakukan dengan cara

yang lurus, bersih dan terang.

g. Pengawasan Pada Hari Pelaksanaan Pemungutan Dan Penghitungan

Suara

Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara dalam

pemilihan umum termasuk pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah merupakan salah satu tahapan penting, karena disinilah

kesempatan bagi pemilih untuk dapat memberikan hak suaranya. Potensi

terjadinya pelanggaran yang dapat mempengaruhi kredibilitas kinerja

para penyelenggara dan pengawas pemilu sangat dipertaruhkan. Peran

pengawas pemilu sangat vital, karena salah satu tugasnya adalah

melakukan koreksi dengan menyampaikan saran perbaikan secara

langsung dalam hal ditemukannya kesalahan, kelalaian dalam proses


31

pemungutan dan penghitungan suara. Peranan tersebut wajib dilakukan

oleh pengawas pemilu baik atas suatu perbuatan yang dilihat secara

langsung maupun berdasarkan masukan dari masyarakat 37.

E. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Bawaslu

Bawaslu adalah suatu badan yang mempunyai tugas dan pokok

melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu, yang

meliputi pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden, serta pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Bawaslu

merupakan suatu badan yang bersifat tetap, dengan masa tugas anggotanya

selama 5 (lima) tahun, dihitung sejak pengucapan sumpah/janji jabatan.

Dalam pasal 22 E ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:

“Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan


Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri” .

Bawaslu atau Panwaslu adalah lembaga yang dibentuk sebelum

tahapan pertama pemilu, yaitu pada tahapan pendaftaran pemilih yang

dimulai dan dibubarkan setelah calon yang terpilih dalam pemilu telah

dilantik. Lembaga pengawas pemilu adalah khas Indonesia, di mana

Panwaslu dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu,

menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran

administrasi dan pelanggaran pidana pemilu.

37
Modul Bawaslu RI, 2014
32

Bawaslu atau Panwaslu sama halnya sebagaimana KPU, memiliki

wilayah kerja yang tersebar di seluruh wilayah NKRI termasuk ke daerah

Provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan, kelurahan, hingga ke pedesaan serta

terdapat juga yang bertugas di luar wilayah NKRI untuk mengakomodasi

hak politik warga negara yang berada di luar Indonesia.

2. Tugas Bawaslu

Adapun tugas Bawaslu Menurut Pasal 97 Undang-Undang No. 7

Tahun 2017 antara lain:

1) Menyusun standar tata laksana pengawasan penyelenggaraan pemilu

untuk pengawas pemilu disetiap tingkatan.

2) Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:

a) Pelanggaran pemilu; dan

b) Sengketa proses pemilu.

3) Mencegah terjadinya praktik politik uang.

4) Mengevaluasi pengawasan Pemilu diwilayah provinsi.

Bawaslu berwenang dalam:

a) Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai pemilu;

b) Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi pemilu;

c) Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran politik uang;

Bawaslu berkewajiban:

a) Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang.


33

b) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

Pengawas Pemilu pada semua tingkatan.

Pemilu yang demokratis mengharuskan adanya lembaga pengawas

yang independen dan otonom.Lembaga ini dibentuk untuk memperkuat pilar

demokrasi, meminimalkan terjadinya kecurangan dalam Pemilu, sekaligus

menegaskan komitmen Pemilu/Pilkada sebagai inti tesis dari pembentukan

pemerintahan yang berkarakter. Ciri-ciri utama dari pengawas

Pemilu/Pilkada yang independen yaitu38:

a. Dibentuk berdasarkan perintan konstitusi atau undang-undang.

b. Tidak mudah di intervensi oleh kepentingan politik tertentu.

c. Bertanggung jawab kepada parlemen.

d. Menjalankan tugas sesuai dengan tahapan Pemilu/Pilkada.

e. Memiliki integritas dan moralitas yang baik; dan

f. Memahami tata cara penyelenggara Pemilu/Pilkada. Dengan begitu,

Panitia Pengawas tidak hanya bertanggung jawab terhadap pembentukan

pemerintahan yang demokratis, tetapi juga ikut andil dalam membuat

rakyat memilih kandidat yang mereka anggap mampu.

3. Upaya

Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan

sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai

tujuan Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,

38
Ni’matul Huda dan M. Imam Nasef, Penataan Demokrasi & Pemilu di Indonesia Pasca
Reformasi, Kencana, Jakarta, 2017, hlm. 107
34

memecahkan persoalan mencari jalan keluar39. Upaya juga diartikan sebagai

bagian yang dimainkan oleh orang atau bagian dari tugas utama yang harus

dilaksanakan40.

4. Peningkatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti

kata peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,

kegiatan, dan sebagainya)41. Pengertian Peningkatan secara epistemologi

adalah menaikan derajat taraf dan sebagainya mempertinggi memperhebat

produksi dan sebagainya42.

5. Kinerja

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (bahasa

Inggris) yang berarti pekerjaan, perbuatan. Menurut Supardi kata

performance memberikan tiga arti yaitu: (1) Prestasi seperti dalam konteks

atau kalimat “high performance car” atau mobil yang sangat cepat. (2)

Pertunjukan, seperti dalam konteks atau kalimat “Folk dance performance”

atau pertunjukan tari-tarian rakyat. (3) Pelaksanaan tugas, seperti dalam

konteks atau kalimat “in performing his/her duties” atau dalam pelaksanaan

kewajibannya. Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

39
Dupdikbud kamus Besar Bahasa Indonesia( Jakarta;Balai Pustaka,2002),hal.12
40
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Modern English
Press,2002)hal.1187
41
Dupdikbud kamus Besar Bahasa Indonesia( Jakarta;Balai Pustaka,2002),hal
42
Peter Salim dan Yeni Salim,Kamus Bahasa Indonesia Konteporer(Jakarta;Modern
Press,1995),hal.160
35

harapan dan tujuan yang telah ditetapkan 43. Kinerja merupakan

perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang

telah ditentukan.

Sedangkan menurut hakim kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai

oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut

dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang

dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan

dimana individu tersebut bekerja.Kinerja merupakan perbandingan hasil

kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan 44.

6. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)

Panitia Pengawas Pemilu (PANWASLU) adalah panitia yang

mengawasi penyelenggaraan pemilu di tingkat Kabupaten/ Kota, Kecamatan

dan Desa/ Kelurahan. Meskipun Bawaslu memiliki perpanjangan tangan

sampai tingkat desa tetapi peluang untuk terjadinya pelanggaran pemilu

tetap saja terjadi. Hal ini dikarenakan penyelenggara maupun peserta pemilu

selalu mencari celah agar calon yang didukungnya memenangkan

pertandingan meskipun dengan cara-cara yang tidak fair dan elegan,

ditambah lagi sikap ambigu dari masyarakat enggan melaporkan terjadinya

pelanggaran pemilu.

43
Supardi, Kinerja Guru, ( Jakarta: Grafindo, 2014 ), hal. 45.
44
Bambang Guritno dan Waridin. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku
Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja. 2005, JRBI.Vol 1. No 1. Hal:
63-74.
36

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi timbulnya kecurangan-

kecurangan pemilu perlu dilakukan tindakan antisipatif oleh pengawas

pemilu. Dengan begitu Panwaslu Pilkada, tidak hanya bertanggungjawab

terhadap pembentukan pemerintahan yang demokratis, tetapi juga ikut

andil dalam membuat rakyat memilih kandidat kepala daerah yang merekah

anggap mampu dan cakap.

Menurut Aziz peranan dan fungsi Panwaslu tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 22 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa fungsi Pengawas

Pemilu yang dijabarkan dalam tugas, wewenang dan kewajiban Pengawas

Pemilu. Berkaitan pelaksanaan tugas sebagai pengawasan pemilu ada

pembagian-bagian tugas atara lain sebagai berikut45:

a. Pengawasan Pemilih

Panwaslu melakukan pengawasan terhadap peserta pemilu

Menurut UU No. 7 Tahun 2017 Panwaslu sudah seharusnya

berkewajiban untuk bersikap adil dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Panwaslu melakukan pengawasan terhadap calon mulai

dari tahap administrasi pencalonan, tahap kampanye hingga proses

sengketa. Pengawasan terhadap peserta pemilu meliputi pengawasan

mulai dari administrasi agar segala bentuk dokumen sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam pemilihan, pengawasan peserta pada

tahapan kampanye dan pemungutan suara, seperti pada tahapan

45
Aziz, M. Dzaki dan Moh. Rizky Godjali, “Peran Panwaslu Kota Tangerang Dalam
Pengawasan Pemilihan Kepada Daerah Provinsi Banten 2017”, Jurnal International Journal of
Demos, Vol 1 (1), 2019, hlm 112-112, diakses pada 15 Mei 2020 pukul 23:48 WIB
37

Kampanye Panwaslu memiliki melakukan pengawasan dengan

melakukan pemantauan langsung dilapangan dengan melaporkan segala

bentuk kejadian yang terjadi dilapangan hal tersebut ditulis didalam

Formulir A, Formulir tersebut berisi tentang bagaimana acara tersebut

berjalan, berapa banyak masa yang datang, konsumsi apa yang

disediakan, alat peraga kampanye apa yang digunakan, terdapat hiburan

pada acara tersebut atau tidak, apakah ditemukan pelanggaran pada saat

acara tersebut berjalan. Formulir tersebut yang menjadi acuan jika terjadi

indikasi pelanggaran.

b. Pengawasan Penyelenggara Pemilu

Selain melakukan pengawasan terhadap peserta pemilu, Panwaslu

juga melakukan pengawasan terhadap Penyelenggara pemilu yaitu,

sesuai dengan UU No. 7 tahun 2017 bahwa tugas dan wewenang

Panwaslu yaitu untuk mengawasi setiap tahapan Pemilu. Panwaslu

melakukan pengawasan terhadap KPUD sendiri salah satunya pada

tahapan penetapan DPT, yaitu dengan cara membandingkan data yang

dimiliki oleh Panwaslu apakah sesuai dengan yang dimiliki oleh KPU

jadi dalam hal ini Panwaslu memastikan bahwa pada penetapan tersebut

tidak terjadi jumlah data yang berbeda antara yang di miliki oleh

Panwaslu dan juga KPU. Selain itu juga Panwaslu melalukan

pengawasan terhadap KPU dengan menghadiri langsung setiap sosialisasi

yang dilakukan oleh KPU seperti yang tercantum didalam Undang-udang

bahwa Panwaslu menggawasi pelaksanaan sosialisasi.


38

c. Pengawasan Terhadap Pemilih

Panwaslu juga melakukan pengawasan terhadap pemilih yaitu

Aparatur Sipil Negara atau (ASN) serta masyrakat umum. Panwaslu

melakukan pengawasan terhadap ASN dengan cara memantau serta

dengan menerima laporan pengaduan jika terjadi pelanggaran yang

dilakukan oleh ASN contoh pelanggaran yang terjadi di kota Tangerang

yaitu ASN melakukan kampanye dengan menggunakan atribut partai dan

juga tidak memberikan surat pemberitahuan terlebih dahulu terhadap

Panwaslu.

Adapun tugas dan wewenang pengawas pemilu dapat dijelaskan

secara umum sebagai berikut:

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu;

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran perundang-undangan pemilu;

c. Menyampaikan temuan dan lapiran kepada KPU/KPU Provinsi/KPU

Kabupaten/Kota atau Kepolisian atau Instansi lainnya untuk

ditindaklanjuti;

d. Mengawasi tindak lanjut rekomendasi;

e. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilu; dan

f. Melaksanakan:

1) Tugas dan wewenang lain ditetapkan oleh undang-undang (untuk

Bawaslu, Panwaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten Kota);

2) Melaksanakan tugas lain dari Bawaslu (untuk Pengawas Pemilu

lapangan);
39

3) Melaksanakan tugas lain dari Bawaslu (untuk Pengawas Pemilu Luar

Negeri).

F. Tinjauan Pustaka

Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari perolehan data melalui

referensi buku-buku atau literatur studi ini dilakukan untuk memenuhi atau

mempelajari serta mengutip pendapat-pendapat para ahli yang ada

hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Dari berbagai penelitian yang

telah penulis telusuri yaitu:

1. Skripsi yang berjudul: ”Eksistensi Panitia Pengawas Pemilu

(panwaslu) Dalam Pemilihan Umum Kepala daerah (pemilukada)

Serentak (studi kasus kota depok tahun 2015)

Penelitian diatas dilakukan oleh F Muhajir, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatulah Jakarta46. Peneliti membahas tentang eksistensi panitia

pengawas pemilu dalam pemilukada kota Depok, melihat bagaimana

mekanisme penyelesaian sengketa pemilukada serentak oleh panwaslu dan

meneliti bagaimana kinerja panwaslu kota depok dalam penyelenggaraan

pemilukada serentak.

2. Skripsi dengan judul ”Standarisasi Pemilu Demokratis Dalam

Melahirkan Pejabat Pulik Yang Berkualitas (Studi Terhadap Pemilu

Wali Kota jambi Tahun 2013)”

Skripsi diatas dibuat oleh Anton, Universitas Islam Negeri Sultah

Thaha Jambi. Peneliti membahas tentang tata cara pemilihan umum yang
46
Farid Muhajir, Eksistensi Panitia Pengawas Pemilu (panwaslu) Dalam Pemilihan
Umum Kepala daerah (pilkada) Serentak (studi Kasus kota depok tahun 2015), November 2019
40

berkualitas baik dan benar sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku

demi melahirkan pejabat yang berkualitas di Kota Jambi, melihat bagaimana

mekanisme standarisasi pemilu yang baik demi melahirkan pejabat yang

berkualitas dilihat pada aspek partisipasi masyarakat dan aspek

independensi penyelenggara pemilu sebagai standarisasi Pemilu demokratis

pada pemilihan Walikota Jambi tahun 2013.

3. Skripsi dengan judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peran dan

Fungsi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Dalam Pengawasan

Pemilihan Walikota Bandar Lampung Tahun 2015”

Skripsi tersebut dibuat oleh Khoiruddin, mahasiswa Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung. Peneliti membahas tentang Peran

Panitia Pengawas Pemilu sebagai pengawas dalam Pemilihan Walikota dan

Wakil Walikota Bandar Lampung yakni melakukan proses pengawasan

agar tidak terdapat pelanggaran dan kecurangan-kecurangan demi tercapai

tujuan, yakni penyelenggaraan Pemilukada yang bersih. System pengawasan

ini dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan

dengan penyelesaian tugas yang telah di delegasikan, kesesuaian antara

penyelesaian tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain sebagainya.

Adapun perbedaan penelitian saya dengan tiga penelitian

sebelumnya terletak pada lokasi dan subjek penelitian. Penelitian ini

dilakukan di Kota Jambi dan berfokus mengenai kinerja dan strategi yang

dilakukan Bawaslu dalam Pemilu yang dilakukan pada 17 April 2019 serta

untuk mengetahui kendala yang dihadapi Bawaslu selama Pemilu tersebut.


BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah metode yang digunakan dalam aktivitas

penelitian, misalnya mahasiswa melakukan penelitian guna menyusun skripsi,

tesis, atau disertasi. Dalam penelitiannya, ia menggunakan metode tertentu,

misalnya metode penelitian kualitatif atau kuantitatif, atau berbagai jenis metode

penelitian lainnya, misalnya metode penelitian deskriptif, studi kasus dan

eksploratif47.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di kantor Bawaslu Kota Jambi.

Pemilihan tempat ini sengaja mempertimbangkan hasil pra penelitian yang

dilakukan oleh penulis yang melihat bahwa lokasi penelitian ini sangat cocok

dan dapat membantu penulis untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini. Di kecamatan Alam Barajo sendiri terdapat 336 TPS.

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu Maret-Juni 2020

B. Pendekatan Penelitian

Penulisan ini menggunakan pendekatan Yuridis-empiris dengan kata

lain adalah jenis pendekatan hukum sosiologis yang dapat disebut pula dengan

penelitian lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa

yang terjadi dalam kenyataan di masyarakat. Atau kata lain yaitu sesuatu

47
Beni Ahmad Saebani, “Metode Penelitian” (Bandung : CV. Pustaka Setia 2008)
hlm.43

41
42

penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata

yang terjadi di masyarakat48.

Dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap

keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan

maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang

dibutuhkan, setelah data terkumpul kenudian menuju pada identifikasi masalah

yang pada akhirnya menyelesaikan masalah49.

C. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

pendekatan deskriptif kualitatif metode penekatan kualitatif merupakan sebuah

metode yang menekankan pada aspek pemahaman lebih mendalam tentang

suatu masalah dari yang melihat sebuah permasalahan. Penelitian kualitatif

adalah sebuah penelitian yang riset bersifat deskriftip cenderung menggunakan

analisis dan lebih menampakkan proses maknanya.

Sementara metode deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan

masalah yang di selidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai adanya 50.

48
Bambang waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : sinar Grafika,2002)
hlm. 12
49
Ibid, hlm.16
50
Amirudin,MetodePenelitianSosial, (Yogyakarta:PratamaIlmu),2016,Hlm 96.
43

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Data adalah jenis-jenis sumber yang diperoleh peneliti pada

subjek penelitiannya51. Jenis data yang dimaksud adalah:

1. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas manusia, situasi/

peristiwa dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan atau

tindakan yang dapat memberikan data dengan cara wawancara. Terdapat

dua sumber data pada penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder.

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

pada peneliti52. Adapun sumber data primer pada penelitian ini berupa

angket, dan data hasil observasi.

b. Sumber data sekunder adalah data yang didapat peneliti secara tidak

langsung seperti dokumen-dokumen dan catatan yang diambil peneliti

sebagai literatur, buku-buku maupun internet yang berhubungan dengan

masalah penelitian53.

2. Sumber data

Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini

berupa literatur-literatur yang mendukung penelitian ini baik berupa buku,

51
M. Nashihun Ulwan, “Teknik Pengambilan Sampel Dengan Metode Purposive
Sampling,” Internet, diakses melalui alamat http:www.portal-statistik.com/2014/02/teknik-
pengambilan-sampel-dengan-metode.html?m=1, diakses pada tanggal 09 Mei 2020 pada pukul
17.15 WIB
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods)hlm. 308
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm 236
44

Koran, majalah, jurnal maupun tulisan-tulisan lain yang dianggap penting

dalam mendukung penelitian ini.

E. Intsrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.54 Secara umum teknik pengumpulan data terdiri dari observasi,

wawancara, dan dokumentasi dengan uraian sebagai berikut:

1. Observasi

Sebelum melakukan penelitian secara komprehensihif, peneliti

terlebih dahulu melakukan pengamatan (observasi) kelapangan yakni

sebagai saksi dari salah satu paslon partai yang ada di Kecamatan Alam

Barajo. Selain itu peneliti juga mengobservasi tempat pemungutan suara

pada pemilihan umum serentak guna mencatat informasi tentang kinerja

Panitia Pengawas Pemilu dan peran Badan Pengawas Pemilu terhadap

pengawasan Panitia Pengawas Pemilu di Kecamatan Alam Barajo Kota

Jambi.

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan

fenomena yang dilakukan secara sistematis.

2. Wawancara

Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan

penelitian, maka peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur kepada

informan, yakni Bapak Juniarman selaku kepala Badan Pengawas Pemilu

54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm 224
45

Kota Jambi, Ibu Leha Wati selaku devisi hukum, data, dan informasi, Bapak

Gunawan Rosi selaku Ketua Panwaslu Alam Barajo, dan Bapak Ahmad

Muffy selaku anggota/kordiv bagian hukum data dan laporan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti dengan menyelidiki benda-benda tertulis ceperti buku-buku,

dokumen, catatan harian dan sebagainya 55. Metode dokumentasi pada

penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil dan data-data

keorganisasian dari Kantor Badan Pengawasan Pemilu Kecamatan Alam

Barajo, Kota Jambi.

F. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis

data.Kualitatif reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan

mengkordinasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat

diambil reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

Menurut Harsono, reduksi data berlangsung secara terus menrus

sepanjang penelitian belum diakhiri. Produk dari reduksi data adalah berupa

ringkasan dari catatan lapangan, baik dari catatan awal, perluasan, maupun

penambahan56.

55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm 135
56
Harsono. Pengelolaan Perguruan Tinggi .Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm 169
46

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu tehnik analisis data

kualitatif.Penyajian data adalah kegiatan ketika kumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif bentuk

(catatan lapangan) matriks, grafik, jaringan dan bagian kualitatif. Penarikan

kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil

tindakan57.

3. Penarikan Kesimpulan

Teknik analisis data yang ada dalam penelitian ini dilaksanakan

dengan tiga teknik yaitu mereduksi data yang diperoleh hasil wawancara

yang telah direkam kemudian ditarik kesimpulan dengan tujuan

memudahkan peneliti memilih data-data yang sesuai untuk di analisis.

G. Jadwal Penelitian

Agar peneliti lebih terarah dari segi waktu dan kegiatan, untuk itu

penulis membuat jadwal yang dilakukan secara tiga tahap yaitu :

Tahap pertama : Kegiatan penyusunan penyusunan proposal, seminar

proposal, penyusunan instrumen penelitian dan

permohonan izin riset.

Tahap kedua : Pengumpulan data lapangan, analisis data dan penyusunan

data.

Tahap ketiga : Penyusunan, perbaikan, dan penggandaan skripsi.

57
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengelola Data Kualitatif (Jakarta :
Prenada Media Grup, 2010), hlm.40
47

JADWAL PENELITIAN

Bulan

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Agst


NO Jenis Kegiatan
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan draft X
proposal
2. Konsultasi dengan X

ka. Jur/Prodi dan


lainnya untuk
menentukan fokus
penelitian
3. Revisi draft proposal x X x x X x x x x x X x

4. Seminar Proposal x

5. Revisi draft x X x x
proposal setelah
seminar
6. Konsultasi x x

dengan
pembimbing
7. Koleksi data x

8. Analisa dan X
penulisan draft
awal skripsi
48

9. Draft awal X

dibaca
pembimbing
10. Revisi draft awal X

11. Draft dua X

dibaca
pembim-
bing
12. Revisi draft dua X

13. Draft dua revisi X

dibaca
pembimbing
14. Penulisan draft akhir X

15. Draft akhir X

dibaca
pembimbing
16. Ujian munaqasah X

17. Revisi skripsi setelah X


ujian munaqasah
18. Mengikuti wisuda

Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah.


BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Bawaslu

Badan Pengawas Pemilihan Umum atau lebih sering disebut

BAWASLU, lembaga pengawas Pemilu sengaja dibentuk untuk membentuk

koordinasi penyelenggara Pemilu, menerima aduan, membahas penyelesaian

kontrak dengan Pemilu dan pemulihan, sesuai dengan perjanjian, undangan,

Bawaslu, Pengurusan Undang-Undang No. 7 Tahun 2007 tentang Pemilihan

Umum58.

Dalam sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, istilah pengawasan

pemilu sebenarnya baru muncul pada era 1980-an. Pelaksanaan Pemilu

pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada tahun 1955, namun belum dikenal

istilah pengawasan Pemilu. Pada era ini, terbangun kepercayaan di seluruh

peserta dan warga negara tentang penyelenggaraan Pemilu yang mengatur

untuk lembaga yang disebut sebagai konstituante .

Kelembagaan pengawas Pemilu baru muncul pada pelaksanaan Pemilu

1982, dengan nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak

Pemilu). Pada saat itu sudah mulai muncul ketidakpercayaan terhadap

pelaksanaan Pemilu yang dimulai dikooptasi oleh kekuatan rezim

penguasa. Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982 dilatari oleh

protes-protes atas perdebatan dan manipulasi penghitungan suara yang

58
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 Pasal 95 tentang Pemilihan Umum

49
50

dilakukan oleh para petugas pemilu pada Pemilu 1971. Karena pemerintah dan

DPR yang mendukung Golkar dan ABRI. Akhirnya muncullah, perbaiki

undang-undang yang mendukung peningkatan kualitas Pemilu 1982. Demi

persetujuan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk meminta wakil peserta

pemilu ke dalam kepanitiaan Pemilu. Selain itu, pemerintah juga

memperbanyak badan baru yang akan terlibat dalam pemilihan umum untuk

mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU).

Pada era reformasi, persetujuan pembentukan komisi kebebasan dan

kebebasan dari kooptasi kepemimpinan semakin kuat. Untuk mendirikan

sebuah lembaga penyelenggara Pemilu yang ditunjuk independen Komisi

Pemilihan Umum (KPU). Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi

campur tangan penguasa dalam pelaksanaan Pemilu mengingat penyelenggara

Pemilu sebelumnya, yaitu LPU, merupakan bagian dari Kementerian Dalam

Negeri (sebelumnya Departemen Dalam Negeri). Di sisi lain lembaga

pengawas pemilu juga mengubah nomenklatur dari Panwaslak Pemilu menjadi

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu).

Pengawas Pemilu baru dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2003. Menurut Undang-Undang ini dalam pelaksanaan pengawasan

Pemilu menyusun sebuah lembaga adhoc terlepas dari struktur KPU yang

terdiri dari Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi,

Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten / Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu

Kecamatan.
51

Berdasarkan Perpres nomor 68 tahun 2018 yang ditandatangani per

tanggal 16 Agustus Panwaslu tingkat kota / kabupaten menjadi Bawaslu tingkat

kota / kabupaten lalu, tentang kedudukan, tugas, fungsi, wewenang, organisasi

dan tata kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Sekretariat Badan Pengawas Umum Provinsi dan Sekretariat Badan Pengawas

Pemilihan Umum Kabupaten / Kota. Tanpa kabupaten terkecuali Kota Baru

yang sebelumnya Panwaslu Kabupaten Kotabaru berubah menjadi Bawaslu

Kabupaten Kota Baru.

B. Visi dan Misi BAWASLU

1. Visi

Visi dari Bawaslu adalah terwujudnya Bawaslu sebagai lembaga

pengawal terpercaya dalam penyelenggaraan pemilu demokratis,

bermartabat, dan berkualitas59.

2. Misi

a. Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat,

mandiri dan solid.

b. Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien.

c. Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan

yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi.

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan peserta Pemilu, serta

meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan Pemilu

partisipatif.

59
http://kotabaru.bawaslu.go.id/?page_id=26# diakses pada 14 Mei 2020
52

e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat atas resolusi perbaikan

pengawasan dan penindakan, serta menyelesaikan persetujuan cepat,

akurat dan transparan.

f. Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan Pemilu

bagi orang dalam negeri maupun pihak luar negeri60.

60
http://kotabaru.bawaslu.go.id/?page_id=26# diakses pada 14 Mei 2020
53
C. Struktur Organisasi Bawaslu Kota Jambi

61
Pimpinan BAWASLU Kota Jambi
1. ARI JUNIARMAN, S.H,
M.H Ketua
Korsek
(Koordiv. PENINDAKAN
Firdaus, Staf PNS
PELANGGARAN)
S.E
2. H.M. IBNU ARAFAH, Ubaidillah, S.KOM
S.S ANGGOTA
(Koordiv. Pengawasan,
Humas dan Hubal) Div. Penyelesaian Sengketa
Div. Pengawasan, Humas Div. Hukum Data dan
3. HASBULLAH, S.Ag, dan Hubal Informasi Staf :
Div. SDM dan Organisasi
Div. Hukum dan
M.Pd ANGGOTA
Penindakan Staf : Staf :
(Koordiv. SDM dan Staf : 1. Muchlis, S.Sos
Pelanggaran 2. Desgita Dwi
ORGANISASI) 1. Adfalludin, S.IP 1. Leha Wati, S.H
Purdini, S.E
Staf : 2. Azimuddin Asrari, 1. Junita Apriani, S.Sos 2. Ahmad Mufty
4. JOHAN WAHYUDI,
S.IP 2. Syamidang, S.E Alamsyah, S.Pd
SH.I ANGGOTA 1. Randa Wahyu 3. Suaidi 3. Ari Suhardi, S.Pd
(Koordiv. Hukum, Data Pratama, S.H 4. Wina Rianti, S.Sy
dan Informasi) 2. Fahmi
Nasrullah
5. AHMAD SHOLIHIN
Razak, S.H,
S.Pd.I ANGGOTA
M.H
(Koordiv. Penyelesaian
3. Prayogi, S.E
Sengketa)

Panwascam

Alam Barajo Dn. Sipin Dn. Teluk Jambi Jbi Timur Jelutung Kota Baru Paal Merah Pasar Pelayangan Telanaipura

61
Dokumentasi Struktur Organisasi di Kantor Bawaslu Kota Jambi
3054

D. Tugas, Wewenang dan Kewajiban BAWASLU

Tugas, wewenang, dan kewajiban pengawas pemilu tingkat berdasarkan

amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

adalah sebagai berikut62:

1. Tugas, wewenang, dan kewajiban BAWASLU dalam Pasal 101 adalah:

a. Penindakan di wilayah kabupaten / kota terhadap

1) Penghancurkan Pemilu; dan

2) Sput proses Pemilu.

b. Pemukiman di Kabupaten / Kota, yang terdiri atas:

1) Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan

daftar pemilih tetap.

2) Pencalonan yang terkait dengan persyaratan dan tata cara pencalonan

anggota DPRD kabupaten / kota.

3) Penetapan calon anggota DPRD kabupaten / kota.

4) Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye.

5) Pengadaan logistik pemilu dan pendistribusiannya.

6) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil pemilu.

7) Pemantauan proses penghitungan suara di wilayah pendataan.

8) Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat

hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK.

9) Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten / Kota

dari seluruh kecamatan.

62
http://kotabaru.bawaslu.go.id/?page_id=26# diakses pada 14 Mei 2020
55
31

10) Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu

lanjutan, dan Pemilu susulan; danproses penetapan hasil Pemilu

anggota DPRD kabupaten / kota;

c. Menghindari praktik politik uang di wilayah kabupaten / kota.

d. Terkait netralitas semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan kampanye

yang disetujui dalam Undang-Undang ini.

e. Keputusan penyelesaian putusan / keputusan di wilayah kabupaten / kota,

yang terdiri atas:

1) Putusan DKPP.

2) Putusan pengadilan tentang memutuskan dan sengketa Pemilu.

3) Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota.

4) Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten / Kota; dan

5) Keputusan pejabat yang membahas tentang menentang netralitas

semua pihak yang diundang ikut serta dalam kegiatan promosi yang

disetujui di dalam Undang-Undang ini;

f. Mengatur, mengelola, dan merawat arsip yang mengatur penyusutannya

sesuai jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

g. Melaksanakan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten /

kota.

h. Pemantauan Pemilu di wilayah kabupaten / kota; dan


56
32

i. Melakukan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Tugas, wewenang, dan kewajiban BAWASLU dalam Pasal 102 adalah:

a. Dalam proses menentang Pemilu dan menentang proses Pemilu yang

disetujui dalam Pasal 101 huruf a, Bawaslu Kabupaten / Kota merebut:

1) Membahas dan memetakan potensi melanggar Pemilu di wilayah

kabupaten / kota.

2) Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, membantah, dan

mendukung penyelenggaraan pemilu di wilayah kabupaten / kota.

3) Melakukan koordinasi dengan pemerintah dan pemerintah daerah

terkait; dan

4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di

wilayah kabupaten / kota.

b. Dalam melakukan penindakan membatalkan pemilu yang diajukan dalam

Pasal 101 huruf a, Bawaslu Kabupaten / Kota memenangkan:

1) Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kabupaten / kota kepada

Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi atas dugaan mengganti kode etik

penyelenggara pemilu dan / atau mendugaan tindak pidana Pemilu di

wilayah kabupaten / kota.

2) Menginvestigasi informasi awal atas dugaan melanggar Pemilu di

wilayah kabupaten / kota.

3) Memeriksa dan mengkaji dugaan membatalkan Pemilu di wilayah

kabupaten / kota.
57
33

4) Memeriksa, mengkaji, dan memutus dibatalkan administrasi Pemilu;

dan

5) Melakukan tindak lanjut pemantauan atas keputusan Pemilu di

kabupaten / kota untuk Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.

c. Dalam melakukan proses penindakan sengketa, Pasal 101 huruf a,

Bawaslu Kabupaten / Kota setuju:

1) Menerima permohonan penyelesaian proses Pemilu di wilayah

kabupaten / kota.

2) Proses resmi Pemilu di wilayah kabupaten / kota

3) Melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa di wilayah

kabupaten/ kota.

4) Melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah

kabupaten/kota menyetujui mediasi belum menyelesaikan proses

Pemilu; dan

5) Proses Pemilu di wilayah kabupaten / kota.

3. Tugas, wewenang, dan kewajiban BAWASLU dalam Pasal 103 adalah:

a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang terkait dengan dugaan

menentang terhadap peraturan perundang-undangan yang diminta tentang

Pemilu.

b. Memeriksa dan mengkaji melampaui Pemilu di kabupaten / kota serta

menerima pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak yang

mengatur dalam Undang-Undang ini.


58
34

c. Menerima, membaca, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus

proses penyelesaian sengketa di kabupaten / kota.

d. Informasi mengenai kabupaten di kabupaten / kota terhadap netralitas

semua peserta yang ikut serta dalam kegiatan kampanye yang disetujui

dalam Undang-Undang ini.

e. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan mengambil Panwaslu

Kecamatan setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi

mempertanggung jawabkan Panwaslu Kecamatan berhalangan sementara

guna dikenai sanksi atau sesuai lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

f. Meminta bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pihak terkait dalam proses

penggantian dan penindakan membatalkan proses Pemilu dan proses

Pemilu di wilayah kabupaten / kota.

g. Membuat Panwaslu Kecamatan dan mengangkat serta memberhentikan

anggota Panwaslu Kecamatan dengan memperhatikan masukan Bawaslu

Provinsi; dan

h. Melakukan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

4. Tugas, wewenang, dan kewajiban BAWASLU dalam Pasal 104 adalah:

a. Bagaimana BAWASLU bisa adil dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya.

b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

pengawas Pemilu pada tingkat di bawahnya.


59
35

c. Menyerahkan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu Provinsi sesuai

dengan tatrapan Pemilu dan / atau sesuai kebutuhan.

d. Menyampaikan temuan dan melaporkan kepada Bawaslu Provinsi terkait

dengan dugaan menentang yang dilakukan oleh KPU Kabupaten / Kota

yang menggantikan terganggunya penyelenggaraan pembentukan Pemilu

ditingkat kabupaten / kota.

e. Rapat pemutakhiran dan pemeliharaan data yang dilakukan oleh KPU

Kabupaten / Kota dengan memperhatikan data kependudukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Mengembangkan pengawasan Pemilu partisipatif; dan

g. Bertindak sesuai dengan ketentuan peraturan undangan-undangan.

E. Tugas dan Fungsi setiap Devisi

1. Devisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

a. Menerima temuan dan laporan dugaan pelanggaran pemilihan/pemilu.

b. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran.

c. Merekomendasikan hasil kajian dugaan pelanggaran pemilihan/pemilu

kepada instansi terkait.

d. Mengkoordinir, mensupervisi, membimbing, memantau, dan

mengevaluasi divisi HPP Panwaslu Kecamatan.

e. Menyampaikan laporan periodik terkait temuan dan laporan dugaan

pelanggaran kepada Bawaslu provinsi.


60
36

2. Devisi Pengawas Humas dan Hubal

a. Mengkoordinir pengawasan melekat dari tingkat kota jambi sampai ke

jajaran bawah (PTPS).

b. Melakukan kegiatan pencegahan pelanggaran pemilihan/pemilu.

c. Melakukan pengawasan pada setiap tahapan penyelenggaraan

Pemilihan/Pemilu.

d. Memberikan pembinaan, mensuvervisi, memantau dan mengevaluasi

devisi PHL panwaslu kecamatan.

e. Menyampaikan informasi dugaan pelanggaran pemilihan/pemilu.

f. Melakukan koordinasi dengan instansi atau mitra kerja tingkat Kota

Jambi.

g. Mensosialisasi pengwasan partisipatif kepada masyarakat.

3. Devisi SDM dan Organisasi

a. Mengkoordinir manajemen administrasi (surat-menyurat, database,

pengarsipan).

b. Pengembangan SDM pengawas Pemilu.

c. Pembinaan SDM pengawas Pemilu.

d. Rekrutmen pengawas ditinggat jajaran bawah.

e. Mengetahui program dan Aanggaran serta menyampaikan ke jajarannya.

4. Devisi Hukum Data dan Informasi

a. Mensosialisasikan perbawaslu terkait regulasi dll.

b. Menginventalisir dokumen-dokumen terkait temuan dan laporan dugaan

pelanggaran pemilihan/pemilu.
61
37

5. Divisi Penyelesaian Sengketa

a. Menerima, memeriksa, memediasi, mengadjudikasi dan memutus

penyelesaian sengketa proses pemilu di wilayah kota jambi.


38

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Kinerja Bawaslu dalam Pemilu di Kec. Alam Barajo

Bawaslu adalah suatu badan yang mempunyai tugas pokok dalam

melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu, yang

meliputi pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden, serta pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Bawaslu

merupakan suatu badan yang bersifat tetap, dengan masa tugas anggotanya

selama 5 (lima) tahun, dihitung sejak pengucapan sumpah/janji jabatan. Dalam

pasal 22 E ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang berbunyi:

“Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan


Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”.

Bawaslu atau Panwaslu adalah lembaga yang dibentuk sebelum tahapan

pertama pemilu, yaitu pada tahapan pendaftaran pemilih yang dimulai dan

dibubarkan setelah calon yang terpilih dalam pemilu telah dilantik. Lembaga

pengawas pemilu adalah khas Indonesia, di mana Panwaslu dibentuk untuk

mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu, menerima pengaduan, serta

menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi dan pelanggaran pidana

pemilu63.

63
Saleh, Hukum Acara Sidang Etik Penyelenggara Pemilu, Sinar Grafika, Jakarta, 2017,
hlm. 34

62
6339

Menurut Ketua Bawaslu Republik Indonesia, Muhammad, Kinerja

Bawaslu dianggap sukses apabila memenuhi tiga syarat: (1) Bawaslu mampu

membangun rasa kepercayaan masyarakat, KPU dan Pengawas Pemilu harus

netral. Penyelenggara Pemilu terutama pengawas Pemilu harus senantiasa

mampu menjaga kepercayaan masyarakat. (2) Bawaslu mampu menghadirkan

suasana nyaman, teduh, dan bahagia bagi masyarakat saat Pemilu. Pemilih

yang cerdas juga jadi penentu kesuksesan Pemilu. Pemilih yang cerdas tidak

akan tergoda dengan sesuatu yang bersifat matrealistik, karena pemilih yang

cerdas mampu menentukan pilihan dengan mempelajari rekam jejak pasangan

calon yang akan dipilih. Jangan hanya karena uang Rp. 50.000,- membuat

harga diri tergadaikan dan merasa was-was serta tidak nyaman antara merasa

berdosa atau kepikiran dengan ultimatum dari paslon apabila ia tidak menang.

(3) Netralitas birokrasi dianggap penting dan harus menjadi kesadaran

bersama. Birokrasi harusnya memberikan pendidikan politik yang baik, sikap

yang tidak memihak terhadap satu golongan tertentu, tidak terpengaruh dari

kepentingan partai politik, dan tidak bertindak diskriminatif saat menjalankan

fungsinya.64

“Sebenarnya, Bawaslu atau Panwaslu sama halnya sebagaimana KPU,


sama-sama memiliki wilayah kerja yang tersebar di seluruh wilayah
NKRI termasuk ke daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan,
kelurahan, hingga ke pedesaan serta terdapat juga yang bertugas di luar
wilayah NKRI yang bertujuan untuk mengakomodasi hak politik warga
negara yang berada di luar Indonesia. Bawaslu sendiri mempunyai 13
tugas, yakni menyusun standar tata laksana pengawasan
penyelenggaraan Pemilu di setiap tingkatan, melakukan pencegahan
dan penindakan terhadap pelanggaran Pemilu dan sengketa proses

64
https://www.bawaslu.go.id/id/berita/tiga-syarat-pilkada-sukses-versi-ketua-bawaslu,
diakses pada 28 Juli 2020
6440

Pemilu, mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu, mengawasi


pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu, mencegah terjadinya
praktik politik uang, mengawasi netralitas aparatur sipil negara,
netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota
Kepolisian Republik Indonesia, mengawasi pelaksanaan
putusan/keputusan, menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik
penyelenggara Pemilu kepada DKPP, menyampaikan dugaan tindak
pidana Pemilu kepada Gakkumdu, mengelola, memelihara, dan
merawat arsip serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal
retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
mengevaluasi pengawasan Pemilu, mengawasi pelaksanaan Peraturan
KPU dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.65

Dari penjelasan yang disampaikan oleh bapak Ari Juniarman, maka

dapat dilihat bahwa Bawaslu kota Jambi dalam pelaksanaan Pemilu serentak

pada tanggal 17 April 2019 di Kec. Alam Barajo Bawaslu telah bekerja

semaksimal mungkin demi tercapainya pemilu yang LUBERJURDIL. Hal itu

dapat dilihat dari kerja sama Bawaslu dibantu dengan Dinas terkait seperti

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perhubungan, Dinas

Lingkungan Hidup, BPPRD, PUPR Kota Jambi yang menertibkan Alat Peraga

Kampanye (APK) peserta pemilu 2019 yang masih terpasang. Selain itu

Bawaslu juga melaksanakan patrol kampanye juga menghindari terjadinya

praktek pemberian uang pada masa kampanye66.

B. Strategi Bawaslu dalam Meningkatkan Kinerja Panwaslu

Strategi merupakan suatu pendekatan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan serta eksekusi dalam aktivitas yang

65
Wawancara, Ari Juniarman (Ketua Bawaslu Kota Jambi), 04 Mei 2019
66
Wawancara, Ari Juniarman (Ketua Bawaslu Kota Jambi), 04 Mei 2019
67
41

memiliki kurun waktu tertentu. Bawaslu juga memiliki strategi yang digunakan

guna meningkatkan kinerja Panwaslu.

Menurut bapak Ari Juniarman, SH., M.H selaku Ketua Bawaslu di

kantor Bawaslu Kota Jambi mengenai kinerja Bawaslu, beliau mengatakan:

“Jauh sebelum pemilu diadakan Bawaslu sudah memberikan


pemahaman kepada Panwascam mengenai aturan apa yang harus
dipatuhi, dasar-dasar hukum seperti apa, dan juga yang pasti kinerja
yang harus dilakukan nantinya. Antara Bawaslu dengan Panwaslu itu
harus mempunyai pemahaman, kemampuan, dan keterampilan yang
sama mengenai regulasi, tugas, dan lain-lain. Panwascam sendiri
mempunyai tiga tugas pokok, (1) Melakukan pencegahan dan
penindakan di wilayah kecamatan terhadap pelanggaran Pemilu, (2)
Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah
kecamatan, dan (3) Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah
kecamatan. Bawaslu juga mengadakan pertemuan rutin setiap
minggunya yakni setiap hari Jumat pukul 14.00 WIB dengan para
anggota dengan tujuan untuk mentransfer ilmu-ilmu, mengevaluasi
kegiatan yang dilakukan dan juga untuk koordinasi67”.

Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

yang dilakukan oleh Bawaslu dan Panwaslu bukanlah pekerjaan yang bisa

dilakukan oleh semua orang, karena orang yang berkecimpung di pekerjaan

tersebut harus mempunyai pemahaman, kemampuan dan keterampilan khusus.

Antara Bawaslu dan Panwaslu tidak boleh ada tumpang tindih mengenai

regulasi, tugas dan lain sebagainya guna tercapainya tujuan dari didirikannya

kedua lembaga tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 105 Tentang

Pemilu kinerja Bawaslu sebenarnya jika kita telusuri lebih dalam lagi masih

banyak seperti mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta

67
Wawancara, Ari Juniarman (Ketua Bawaslu Kota Jambi), 04 Mei 2019
66
42

dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini di

wilayah kecamatan, mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah

kecamatan, yang terdiri atas:

1. Putusan DKPP.

2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu.

3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten /

Kota.

4. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.

5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas semua pihak

yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur

dalam Undang-undang ini.

6. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

7. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kecamatan.

8. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah kecamatan; dan

9. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

C. Kendala yang Dihadapi Bawaslu

Keberadaan KPU dan Bawaslu sebagai satu kesatuan fungsi

penyelenggaraan Pemilu dapat diartikan bahwa keberhasilan penyelenggaraan

Pemilu tidak saja akan ditentukan oleh kemampuan KPU dalam melaksanakan
43
67

semua tahap Pemilu, tetapi juga oleh Bawaslu. Melalui tugas pengawasan dari

Bawaslu, diharapkan Pemilu bisa terlaksana dengan baik dan sesuai dengan

asasnya, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil. Masing-

masing tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh kedua lembaga ini

menunjukkan dua hal yang saling melengkapi dan saling menguatkan demi

terselenggaranya Pemilu yang berkualitas.

Namun ada beberapa kendala yang dialami oleh anggota Bawaslau Kec.

Alam Barajo, seperti pernyataan dari bapak Ari Juniarman, SH., M.H selaku

Ketua Bawaslu di kantor Bawaslu Kota Jambi, beliau mengatakan:

”Kendala yang dialami oleh Bawaslu pada umumnya yaitu adanya


perbedaan persepsi antara Bawaslu dengan penegak hukum utamanya
dalam hal-hal pembuktian pelanggaran pemilu. Misalnya ketika Panwas
menilai bukti pelanggaran sudah cukup, ternyata menurut penyidik
Polri belum cukup. Padahal sesuai UU Pemilu pengawas cukup hanya
dengan bukti permulaan bisa ditindaklanjuti polisi. Tapi, untuk Bawaslu
Kec. Alam Barajo ini kendala yang sangat dirasakan adalah wilayah
cakupannya yang sangat luas sehingga Pengawas Pemilihan Lapangan
(PPL) kewalahan dalam melakukan coklit (pencocokan dan
penelitian)”68.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Ari Juniarman selaku ketua

Bawaslu Kota Jambi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kendala yang

dialami Bawaslu untuk Kec. Alam Barajo adalah cakupan daerah yang sangat

luas dan juga untuk Kec. Alam Barajo ini masih tergolong sangat baru

sehingga membuat kewalahan disaat proses pencoklitan.

68
Wawancara, Ari Juniarman (Ketua Bawaslu Kota Jambi), 04 Mei 2019
68
44

Tabel 4.1
Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan di Kota Jambi Tahun 2019

Jumlah Penduduk Kepadatan


Luas Daerah
No Kecamatan (Jiwa) (Jiwa/ km²)
(km²)

1 Kota Baru 36.11 75.384 2.088

2 Alam Barajo 41.67 97.184 2.332

3 Jambi Selatan 11.41 61.743 5.411

4 Paal Merah 27.13 89.835 3.311

5 Jelutung 7.92 63.369 8.001

6 Pasar Jambi 4.02 12.532 3.117

7 Telanaipura 22.51 50.482 2.243

8 Danau Sipin 7.88 48.228 6.120

9 Danau Teluk 15.70 12.083 770

10 Pelayangan 15.29 13.585 888

11 Jambi Timur 15.94 66.709 4.185

Jumlah 205.38 591 134 2.878

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi

Selanjutnya ditambahkan pula oleh Bapak Rosi Gunawan selaku Ketua

Panwaslu Alam Barajo mengenai hambatan Bawaslu saat pilkada:

“Untuk pemilihan tanggal 17 April 2019 lalu ada kendala seperti hak data
pilih. Untuk pemilihan Presiden, hak pilih tersebut dapat diurus dengan
surat keterangan pindah pilih bagi DPT yang berada di Kota Jambi namun
69
45

ber KTP Kabupaten Batanghari. Namun untuk pemilihan DRPD dan DPR
provinsi, pengawas TPS dan KPPS kewalahan karena sedikit bingung
dalam membedakan dimana harus meletakkan surat pilih dikarenakan
pilpres dan pilkada dilakukan secara serentak sehingga banyaknya salah
masuk kotak suara”69.

Masih menurut Bapat Rosi Gunawan, ia mengatakan bahwa selain

hambatan mengenai data pilih ada juga kendala dalam pencoklitan seperti saat

PPDP melakukan pencoklitan ada beberapa warga yang sedang tidak dirumah,

apalagi di Kota Jambi ini banyak warga yang masih ngontrak, namun saat ada

pencoklitan mereka tidak dirumah dan saat pemilihan mereka datang. Kendala

selanjutnya mengenai data kematian; masih banyak dari masyarakat yang tidak

langsung menerbitkan data kematian keluarganya bahkan bertahun-tahun,

sehingga data keluarga yang meninggal tadi masih terdaftar di Dukcapil70.

Kendala lainnya yang ditemui adalah warga yang pindah rumah tapi tidak

melapor ke RT setempat atau minta datanya dimasukkan namun data di RT

tempat tinggal lama masih terdaftar, sehingga terjadi double data.

Selain itu faktor penghambat Bawaslu dalam melakukan pencegahan

pelanggaran Pilkada Kota Jambi pada 17 April 2019 lalu menurut bapak

Ahmad Muffy Alamsyah selaku anggota/kordiv bagian hukum data dan

laporan,beliau mengatakan:

“Adanya anggapan untuk menang pemilukada bisa dilakukan dengan


segala cara pemilihan umum secara langsung berpotensi menimbulkan
moneypolitik. Kegiatan money politik dapat melemahkan mental
bangsa71.

69
Wawancara, Rosi Gunawan (Ketua Panwaslu Alam Barajo), 26 Juni 2020
70
Wawancara, Rosi Gunawan (Ketua Panwaslu Alam Barajo), 26 Juni 2020
71
Wawancara, Ahmad Muffy. A (anggota/kordiv bagian hukum data dan laporan), 11
Juni 2020
46
70

Menurut ibu Leha Wati, selaku devisi hukum, data dan informasi yang

mengatakan bahwa:

“Suara-suara yang dapat dibeli tersebut mengindikasikan ketidak


jujuran dan malah melemahkan pemerintahan. Karena pasangan calon
yang membeli suara saat pemilihan akan berusaha sekeras mungkin
akan mengembalikan uang yang mereka keluarkan dengan berbagai
cara. Karena uang tersebut kemungkinan pinjaman dari partai yang
mengusung mereka.Ini lah yang menyebabkan korupsi terhadap
anggaran APBD.”72

Money politic sangat berdampak pada demokrasi, khususnya di

Indonesia berarti prinsip-prinsip demokrasi telah tercemari dalam praktik

politik uang. Suara hati nurani seseorang dalam bentuk aspirasi yang murni

dapat dibeli demi kepentingan. Selain itu pasangan calon yang terpilih akan

berusaha keras untuk mengembalikan uang yang di keluarkan pada masa

kampanye.

Menurut Ari Juniarman, Ketua Bawaslu Kota Jambi mengatakan:

“Masyarakat tidak mampu berpikir jauh, apakah kepala daerah akan


mampu mewujudkan harapan rakyat diatas permasalahan yang terjadi.
Terkait hal tersebut, apapun keputusannya kiranya rakyat hanya
berharap akan terlahir pemimpin yang benar-benar memperhatikan
rakyat, berjuang mewujudkan kemandirian daerah, mampu memperluas
lapangan pekerjaan dan lain sebagainya.” 73

Masyarakat awam pada umumnya masih banyak yang kurang

memahami arti pentingnya demokrasi. Sehingga untuk mewujudkan demokrasi

yang jujur dan adil dalam Pilkada akan sulit jika masyarakat masih terpaku

pada money politic. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan politik di

72
Wawancara, Leha Wati (Devisi hukum, data, dan Informasi), 11 Juni 2020
73
Wawancara, Ari Juniarman (Ketua Bawaslu Kota Jambi), 04 Mei 2019
4771

kalangan masyarakat melalui partai politik demi mewujudkan harapan rakyat

melalui pemimpin yang dipilih secara demokratis, jujur dan adil.


48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya

maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut berdasarkan Pemilu

serentak pada 17 April 2019 lalu:

1. Kinerja Bawaslu dalam pelaksanaan Pemilu Bawaslu Kota Jambi telah baik

karena sudah menjalankan semua tugas, salah satunya mengawasi persiapan

penyelenggaraan Pemilu yang dibuktikan dengan bekerja sama dengan

Dinas terkait seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas

Perhubungan, Dinas Lingkungan Hidup, BPPRD, PUPR Kota Jambi yang

menertibkan Alat Peraga Kampanye (APK) peserta pemilu 2019 yang masih

terpasang. Selain itu Bawaslu juga melaksanakan patroli kampanye guns

menghindari terjadinya praktek pemberian uang pada masa kampanye.

2. Strategi yang digunakan Bawaslu untuk meningkatkan kinerja Panwaslu

adalah dengan memberikan pemahaman kepada Panwascam mengenai

aturan-aturan, dasar hukum, dan kinerja yang harus dilakukan, apa yang

harus dipatuhi, dasar-dasar hukum yang digunakan, dan kinerja apa seperti

apa yang harus dilakukan.

3. Kendala Bawaslu saat Pemilu serentak 17 April 2019 lalu adalah: (1)

Perbedaan persepsi antara Bawaslu dengan penegak hukum utamanya dalam

hal-hal pembuktian pelanggaran pemilu. (2) Hak data pilih ganda (3)

72
73
49

Wilayah cakupan yang sangat luas sehingga Pengawas Pemilihan Lapangan

(PPL) kewalahan dalam melakukan coklit (pencocokan dan penelitian).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan

saran berupa:

1. Idealnya antara Bawaslu dengan penegak hukum harus sejalan dalam

menegakkan keadilan demi tercapinya pemilu yang LUBERJURDIL.

Bawaslu harus lebih sigap lagi mengantisipasi paslon dan sebagainya dalam

kampanye yang tidak akbar, artiannya yang melakukan kampanye ke dalam

desa-desa atau RT-RT setempat yang kurang pengawasan. Karena terkadang

paslon itu melakukan kampanye pribadi diluar yang telah dijadwalkan

Bawaslu.

2. Bawaslu harus lebih aktif dalam mengedukasi paslon untuk tidak melakukan

kampanye di luar jadwal dan tidak melakukan kampanye hitam dengan

memberikan edukasi terkait aturan dan ketentuan bagi pelanggaran

kampanye serta mengedukasi masyarakat untuk ikut aktif mengawasi

tahapan pemilu serta melaporkan segala kegiatan yang bertentangan dengan

ketentuan pemilu.

3. Baik Bawaslu maupun penegak hukum harus saling bekerja sama dalam

memberantas pelanggaran Pemilu sehingga nantinya benar-benar terpilih

pemimpin yang murni pilihan rakyat yang mampu bertanggung jawab.

Bawaslu memberikan rekomendasi kepada KPU untuk bersurat kepada

Disdukcapil agar aktif mensosialisasikan hal-hal terkait kependudukan yang


5074

kemudian dapat digunakan sebagai dasar data pemilih. Sebelum melakukan

pencoklitan hendaknya PPL memetakan wilayah mana yang hendak di

coklit terlebih dahulu atau membagi wilayah tugas sehingga saat mendata

tidak memakan waktu yang lama.


51

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan terjemahan

Buku

Abdullah Rozali.Mewujudkan Pemilu Yang Lebih Berkualitas. 2009. Jakarta;

RajaGrafindo Persada.

A.F Stoner, James dan Edward Freeman (eds). (1996). Manajemen Jilid I, terj.

Alexander

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Amirudin. (2016). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: PratamaIlmu

Depdikbud. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dessler, Gary. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.

Gibson, Ivancevich, Donnelly. (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses.

Jakarta: Bina Rupa Aksara

Griffin. (2004). Manajemen, alih bahasa Gina Gania. Jakarta: Erlangga

Hadi Sutopo Ariesto dan Adrianus Arief. (2010). Terampil Mengelola Data

Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup.

Handoko, T., Hani. (1998). Manajemen dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta,

Liberty.

Harahap, Sofyan Syafri. (2001). Budgeting Penganggaran: Perencanaan Lengkap

Untuk Membantu Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Kedua, PT Indah

Karya (Persero) Raja Grafindo Persada, Jakarta.

75
5276

Harsono. (2008). Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

International Institute for Democracy and Electroral Assistence (International

IDEA) 2002.

Johnson, G. and Scholes, K. (2016). Exploring Corporate Strategy-Text and

Cases. Hemel Hempstead: Prentice-Hall

J. Salusu. (2006). Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Non Profit. Grasindo. Jakarta.

L. Revers, William et, Al. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta:

Kecana Prenada Media Grup

Mahsun, Mohamad. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik : Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta.

Mathis, R.L. & J.H. Jackson. (2006). Human Resource Management: Manajemen

Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.

Pasolong, Harbani. (2010). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Robbins SP, dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Salim Peter dan Yeni Salim. (1995). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.

Jakarta: Modern Press.

Santoso Topo. (2006). Tindak Pidana Pemilu. Jakarta: Sinar Grafika.

Siagian, Sondang P. (1990). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Simbolon, Maringan Masry. (2004). Dasar-dasar dan Administrasi Manajemen,

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sindoro. (1996). Jakarta: PT Prahallindo.


5377

Singarimbun Masri dan Sofian effendi. (1989). Metode penelitian survey.

Jakarta: LPES.

Soemantri Sri, dkk. (1993). Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik

Indonesia: 30 Tahun Kembali ke Undang-Undang dasar 1945, cet. 1.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Mix Methods. Bandung:

Alfabeta.

Suhrizal, Pemilukada, Regulasi, Dinamika dan konsep mendatang. Jakarta: Raja

wali Press.

Supardi. (2014). Kinerja Guru. Jakarta: Grafindo

Terry, George R. (1994). Principles of Management. Publishers: A.I.T.B.S

Tim Penyusun. (2014) Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi), cet ke-2 (Jambi :

Syariah Press, dan Fakultas Syariah UIN STS Jambi

Waluyo, Bambang. (2002). Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: sinar

Grafika.

Wibowo. (2011). Manajemen Kerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Winardi. (2015). Manajemen Prilaku Organisasi, Edisi Revisi. Jakarta: Prenada

Media Group

Jurnal/Artikel

Abdullah, Hamzah & Mulyono (2013). Faktor yang berhubungan dengan kinerja

perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, 2 (I),

18-26
5478

Farid Muhajir. (2005). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017Guritno

Bambang dan Waridin. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku

Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja, JRBI.Vol

1. No 1.

Modul Bawaslu RI, 2014

Muhajir Farid. (2009). Eksistensi Panitia Pengawas Pemilu (panwaslu) Dalam

Pemilihan Umum Kepala daerah (pilkada) Serentak (studi Kasus kota

depok tahun 2015)

Rajab Achmadudin, (2016). Tinjauan Hukum Eksistensi dari Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2015 setelah 25 kali Pengujian Undang-Undang di

Mahkamah Konstitusi Pada tahun 2015. Jurnal Hukum & Pembangunan

Tahun ke-47 no.3 Juli-September 2016

Wawancara

Ahmad Muffy. A (anggota/kordiv bagian hukum data dan laporan), 11 Juni 2020

Gunawan, Rosi, (Ketua Panwaslu Alam Barajo), 26 Juni 2020

Juniarman, Ari, SH., M.H (Ketua Bawaslu), 04 Mei 2020

Wati, Leha (Devisi hukum, data, dan Informasi), 11 Juni 2020

Lainnya

M. Nashihun Ulwan, “Teknik Pengambilan Sampel Dengan Metode Purposive

Sampling,” Internet, diakses melalui alamat http:www.portal-

statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-dengan

metode.html?m=1, diakses pada tanggal 09 Mei 2020 pada pukul 17.15

WIB.
5579

https://www.bawaslu.go.id/id/berita/tiga-syarat-pilkada-sukses-versi-ketua-

bawaslu, diakses pada 28 Juli 2020


56

LAMPIRAN

Wawancara dengan ketua Panwaslu


BapakRozi Gunawan, S.Pd

Wawancara dengan salah seorang staf Bawaslu

80
81
57

Wawancara dengan Ketua Bawaslu Bapak Ari Juniarman, SH.,


M.H

Anda mungkin juga menyukai