i
PENYUSUN
Tim Satuan Tugas (Satgas) Medical Education and Profession
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 2
PENYUNTING
Ivana Beatrice Alberta
Isra Sabrina
Melati Ariena Putri Ramadhani
Azed Adinegara Saalino
ii
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL ISMKI INDONESIA
Assalamualaikum, wrwb
Salam sejahtera
Om swasiastu, namo budaya
Irwanda, S.Ked
Sekretaris Jenderal ISMKI 2017/2018
iii
SAMBUTAN SEKRETARIS WILAYAH ISMKI WILAYAH 2
Apresiasi setinggi-tingginya saya berikan kepada Tim Satgas MEP ISMKI Wilayah 2
2017/2018. Karena selama lebih dari setengah bulan lamanya, tim satgas telah mendedikasikan
semua jiwa, raga, waktu, dan tenaga hingga terselesaikannya kajian terbaru mengenai Dokter
Layanan Primer ini. Waktu berbulan-bulan lamanya, kini tidak sia-sia. Segala bentuk
pengorbanan telah ditorehkan di dalam naskah kajian ini, semata-mata untuk kita semua:
Mahasiswa Kedokteran Indonesia.
Seorang Mahasiswa Kedokteran merupakan calon Dokter yang memiliki kewajiban untuk
belajar menjadi dokter yang profesional. Proses pembelajaran menjadi seorang dokter tidak
semudah hanya menjalani hari demi hari. Ada banyak rintangan dan halangan, yang semuanya
terbentuk oleh sistem pendidikan kedokteran. Rintangan dan halangan ini adalah jalan kita
menempa diri menjadi Dokter yang kelak bertanggungjawab terhadap pasiennya.
Namun sayangnya, rintangan dan halangan yang terlahir dari sistem pendidikan
kedokteran tidak selalu bersuara merdu. Ada kalanya terjadi perubahan dan pembentukan sistem
baru yang seringkali terdengar nyaring sehingga menimbulkan keresahan bagi mereka yang
berhubungan langsung dengan pemangku kebijakan, maupun bagi mereka yang akan menjalani
sistem tersebut.
Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi kita: Mahasiswa Kedokteran Indonesia untuk
memahami sistem pendidikan kedokteran yang akan kita jalani. Karena proses pembelajaran
untuk menjadi seorang dokter di suatu negeri tidak hanya berdampak bagi para pelaku utama. Ini
bukan hanya tentang mahasiswa kedokteran, pemangku kebijakan, dan yang menjalani kebijakan.
Namun ini juga tentang Kita, tentang Masa Depan Kesehatan Indonesia, tentang Masa Depan
Profesi Dokter Indonesia.
Bagaimana mungkin kita menentukan arah jika tidak mengenal jalan yang akan kita langkahi?
Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!
Mochammad Rivaldi
Sekretaris Wilayah
ISMKI Wilayah 2 2017/2018
iv
SAMBUTAN SEKRETARIS BIDANG MEP ISMKI WILAYAH 2
Bermula dari munculnya prodi DLP, pro-kontra kebijakan dan sikap lembaga
terkait, serta implementasi prodi DLP di FK UNPAD, Satgas MEP ISMKI Wilayah 2
tergerak untuk membuat sebuah kajian, tidak untuk menyatakan suatu sikap namun lebih
terkonsentrasi pada peningkatan dan pencerdasan masyarakat khususnya
mahasiswa FK terhadap informasi terbaru salah satu isu pendidikan kedokteran ini.
Kajian tentang DLP kedua dari ISMKI ini juga lahir akibat keprihatinan akan
adanya berbagai gejolak dan perpecahan di kalangan mahasiswa kedokteran di Indonesia,
yang sayangnya banyak didasari oleh informasi-informasi yang tidak tepat maupun tidak
utuh. Selain dari pengamatan subjektif berbagai pihak, hal ini didukung oleh hasil survei
mengenai tingkat pemahaman mahasiswa kedokteran terhadap DLP.
Sangat ironis apabila mahasiswa kedokteran yang seharusnya berkolaborasi demi
memajukan taraf kesehatan masyarakat justru berkonflik atas isu yang fakta-fakta
maupun relevansinya terhadap kepentingan mahasiswa kedokteran masih banyak
disalahpahami. Oleh karena itu, kajian ini dibuat dengan tujuan agar dapat menjadi
rujukan informasi yang terpercaya. Harapan kami, apapun sikap yang diambil pembaca—
baik setuju, tidak setuju, ataupun tidak acuh karena merasa masalah ini sebenarnya
tidaklah terlalu penting, sikap tersebut didasari oleh informasi yang terpercaya dan
seimbang.
Akhir kata, terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan
berkontribusi dalam pembuatan kajian ini, terutama pada setiap anggota Satgas MEP
ISMKI Wilayah 2 yang telah menyusun dengan baik kajian DLP ini. Terima kasih kepada
tim penyunting atas sumbangsih yang sangat berharga dalam proses penyusunan kajian.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada informasi yang termuat maupun adanya
kata-kata yang kurang berkenan. Koreksi dan kritik saran yang membangun sangat kami
harapkan dan kami terima dengan tangan terbuka. Semoga kajian ini bermanfaat bagi
seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia. Hidup Mahasiswa Kedokteran!
v
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KORESPONDENSI .................................................................................................. ii
SAMBUTAN SEKJEN ISMKI ................................................................................ iii
SAMBUTAN SEKWIL ISMKI WILAYAH 2 ........................................................ iv
SAMBUTAN SEKBID MEP ISMKI WILAYAH 2 ................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
2.1. Landasan Hukum Prodi DLP .......................................................................... 2
2.2. Legalitas Prodi DLP ........................................................................................ 2
2.3. Persyaratan Pembukaan Prodi Pendidikan Dokter Spesialis Baru (PPDS) .... 3
2.4. Pendirian Prodi DLP ....................................................................................... 4
2.5. Sistem Pendidikan DLP ................................................................................... 7
2.6. Prospek Kerja Output Lulusan DLP ................................................................ 18
2.7. Integrasi DLP dan JKN .................................................................................. 18
2.8. Sengketa Keprofesian ...................................................................................... 19
2.9. Peminat Prodi DLP .......................................................................................... 21
vi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Skema alur pendirian prodi DLP ................................................................ 5
vii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Modul DLP Pendidikan Reguler ................................................................... 12
Tabel 4. Estimasi Jumlah Dokter Saat ini yang Berminat menjadi DLP .................... 21
viii
DAFTAR SINGKATAN
Pemakaian
Singkatan Kepanjangan pertama kali
pada halaman
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 1
JKN Jaminan Kesehatan Nasional 1
UU Undang-Undang 1
Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 1
DLP Dokter Layanan Primer 1
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 1
MK Mahkamah Konstitusi 2
IDI Ikatan Dokter Indonesia 2
PDUI Perhimpunan Dokter Umum Indonesia 2
IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia 2
SKDI Standar Kompetensi Dokter Indonesia 3
Pedoman Program Pengembangan Keprofesian
P2KB 3
Berkelanjutan
PP Peraturan Pemerintah 3
KKI Konsil Kedokteran Indonesia 3
PPDS Prodi Pendidikan Dokter Spesialis Baru 3
IPDS Institusi Pendidikan Dokter Spesialis 3
MKKI Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia 4
Dirjen Dikti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 4
Pendidikan Tinggi Perguruan Tinggi Negeri-
PTN-BH 4
Berbadan Hukum
FK Fakultas Kedokteran 4
KKNI Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia 7
WFME World Federation of Medical Education 7
BME Basic Medical Education 8
ix
PGME Postgraduate Medical Education 8
CPD Continuing Professional Development 8
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 9
EBM Evidence Based Medicine 10
EPAs Entrustable Professional Activities 10
STR Surat Tanda Registrasi 17
SIP Surat Ijin Praktik 17
UHC Universal Health Coverage 18
WHO World Health Organization 19
x
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun arah kebijakan dan strategi Kemenkes RI didasarkan pada arah kebijakan
dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-20191, yaitu:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 1 ayat 9: Dokter adalah dokter, dokter layanan primer, dokter spesialis-
subspesialis lulusan pendidikan dokter, baik di dalam maupun di luar negeri,
yang diakui oleh Pemerintah.
Pasal 7 ayat 5: Pendidikan Profesi terdiri atas:
a. Program profesi dokter dan profesi dokter gigi; dan
b. Program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter
gigi spesialis-subspesialis.
Pasal 8 ayat 3: Program dokter layanan primer merupakan kelanjutan dari
program profesi dokter dan program internship yang setara dengan program
dokter spesialis.
Dari ketiga pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa DLP merupakan salah
satu profesi yang termasuk dalam term “dokter”, diakui oleh pemerintah, dan
setara dengan program dokter spesialis.
2
(IAKMI) serta beberapa universitas di Indonesia melakukan banding kepada MK
terhadap UU No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran yang menjadi
dasar hukum kebijakan pendirian prodi DLP. Secara garis besar, poin banding
yang disampaikan oleh lembaga dan universitas tersebut antara lain adalah
program DLP dinilai mubazir dan tidak tepat sasaran, telah adanya pengetahuan
tentang kedokteran keluarga dan pelayanan kesehatan primer di Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012 dan berbagai Pedoman Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB), kerancuan batas wewenang
dan potensi konfik horizontal profesi, serta belum adanya peraturan teknis yang
mengatur mengenai DLP.
Namun MK telah menolak seluruh gugatan terhadap UU No. 20 Tahun
2013 tentang Pendidikan Kedokteran melalui putusan MK No.122/PUU-XII/2014
dengan alasan MK memandang keberadaan DLP justru menjamin hak warga
negara untuk mendapat layanan kesehatan yang lebih baik dan tidak bertentangan
dengan UUD 1945. Dengan demikian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Kedokteran tetaplah menjadi dasar hukum yang sah dari kebijakan pendirian
prodi DLP.
Meskipun demikian, pelaksanaan suatu UU memerlukan Peraturan
Pemerintah (PP) sebagai turunan dari UU untuk mengatur lebih lanjut
pelaksanaan UU tersebut. Namun PP yang mengatur tentang DLP belum terbit
hingga saat ini.3
3
3. Cabang disiplin ilmu baru dapat diusulkan setelah ada organisasi profesi
terkait yang disahkan oleh IDI dan membentuk kolegium cabang ilmu tertentu.
4. Organisasi profesi yang sudah disahkan IDI dan Kolegium atau IPDS dapat
mengusulkan calon cabang disiplin ilmu baru dengan mengajukan naskah
akademik yang disetujui Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) ke
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dengan salinan ke KKI.
4
Gambar 1. Skema alur pendirian prodi DLP6
5
6. IPDS calon prodi cabang disiplin ilmu baru mempersiapkan kelengkapan
penyelenggaraan PPDS cabang disiplin ilmu baru yang meliputi:
1. Universitas Andalas
2. Univesitas Sriwijaya
3. Universitas Lampung
4. Universitas Indonesia
5. Universitas Tarumanagara
6. Universitas Atma Jaya
7. Universitas Padjajaran
8. Universitas Diponegoro
9. Universitas Gadjah Mada
6
10. Universitas Sebelas Maret
11. Universitas Airlangga
12. Universitas Udayana
13. Universitas Hasanuddin
14. Universitas Islam Indonesia
15. Universitas Brawijaya
16. Universitas Yarsi
17. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7
Gambar 2. Skala KKNI dari berbagai jenjang pendidikan7
8
kebijakan DLP, maka juga mencakup DLP. CPD adalah pendidikan kedokteran
non-gelar seperti seminar dan kursus untuk menjaga keilmuan dokter agar terus
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam praktiknya.11
9
3. Manajemen fasilitas layanan kesehatan (manajemen SDM, fasilitas,
informasi, dan dana).
4. Komunikasi holistik dan komprehensif dan cakap budaya.
5. Pengelolaan kesehatan berpusat pada individu dan keluarga (konsep dan
wawasan, prinsip dan pelayanan dokter keluarga, pengaruh keluarga,
komunitas dan lingkungan, tugas dan fungsi dokter keluarga dalam
pelayanan primer).
6. Pengelolaan kesehatan berorientasi dari individu dan keluarga
disambungkan ke komunitas masyarakat.
7. Kepemimpinan dengan kompetensi umum, kompetensi dasar, dan
kompetensi maju.
10
penting yang berkaitan dengan kompetensi, dan memberikan gambaran situasi
kompetensi dan tahapannya pada konteks klinis).
2. Secara konsisten mampu membudayakan ‘hidup sehat’ untuk menurunkan
risiko masalah kesehatan komunitas dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
3. Secara konsisten mampu meningkatkan mutu FKTP secara rutin dan
berkesinambungan dalam pengelolaan rujukan berjenjang (systematic
referral) yang peduli mutu (quality of care) dan peduli biaya (cost effective)
berbasis sistem informasi kesehatan, rekam medis elektronik dan kerjasama
tim.
11
2.5.2.1. Modul DLP Pendidikan Reguler6 (Tabel 1)
Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pelayanan yang berpusat pada
Masalah kesehatan ibu dan Masalah kesehatan dan kesejahteraan
pasien dan berfokus pada
kesehatan reproduksi di layanan anak di layanan primer (blok 2 modul
keluarga dasar (blok 1 modul 1)
primer (blok 2 modul 1) (2 SKS) 2) (3 SKS)
Tahap Semester (1 SKS)
pengayaan 1 Kolaborasi interprofesional di
Pelayanan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada keluarga
layanan primer dasar (blok 5)
BLOK 8: EVIDENCE BASED MEDICINE (1 SKS)
Pelayanan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada keluarga dasar (blok 5 modul 3) (1 SKS)
12
Kesehatan
Kesehatan
pedesaan dan Evaluasi program dan intervensi
perkotaan (blok Diagnosis komunitas modul dasar
DTPK (blok 6 kesehatan masyarakat modul dasar
6 modul 1) (2 (blok 3 modul 1) (2 SKS)
modul 2) (2 (blok 4 modul 1) (2 SKS)
SKS)
SKS)
Tahap Semester Pelayanan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada keluarga dasar (blok 1 modul 5) (1 SKS)
magang 4
Kolaborasi interprofesional di layanan primer intermedia (blok 5 modul 5) (1 SKS)
Ujian
Proses penyusunan tugas akhir proposal Proses penyusunan tugas akhir
(1 SKS)
Program jaminan mutu di Evaluasi program dan intervensi
Diagnosis komunitas modul lanjut
fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan masyarakat modul lanjut
Tahap Semester (blok 3 modul 2) (2 SKS)
tingkat pertama (blok 7) (2 SKS) (blok 4 modul 1) (2 SKS)
praktik 5
Proses penyusunan tugas akhir
Ujian
Tahap Semester tugas
Proses penyusunan tugas akhir dan kelengkapan portfolio Ujian board
praktik 6 akhir (4
SKS)
13
2.5.2.2. Modul DLP Pendidikan Transisi6 (Tabel 2)
Minggu
Modul
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Patient centered
and family TM WPB TM WPB TM WPB
focused
Ketrampilan
SL RS WPB TM WPB TM WPB TM WPB TM
klinis
UJIAN NASIONAL
UJIAN LOKAL
Diagnosis
TM WPB TM WPB TM WPB
komunitas
Program
planning and TM WPB TM WPB TM
evaluation
Interprofesional
TM WPB TM WPB TM WPB TM WPB TM WPB TM
collaboration
Keterangan :
TM : Tatap Muka
WPB : Work Place-Based
SL : Skills Lab
14
BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
15
2.5.3. Penambahan Kompetensi DLP dari Kompetensi Dokter Umum6 (Tabel 3)
16
Syarat mahasiswa :
o Dokter
o Fresh graduate atau lulus dokter sesudah Juni 2011
o Lulus tes
o Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP)
2. Pendidikan Transisi
Lama studi : 24 minggu
Jumlah satuan kredit : 10 SKS
Syarat mahasiswa :
o Dokter
o Sudah berpraktik di layanan primer lebih dari 5 tahun sebelum Juni
2011
o Sudah dinilai capaian rekognisi pembelajaran yang lalu
o Lulus tes
o Memiliki STR dan SIP
17
Ujian board (nasional dan internasional).
Proyek yang dibangun di tingkat keluarga dan/atau komunitas.
18
bidang pelayanan kesehatan primer juga direkomendasikan oleh World Health
Organization (WHO) untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Penyusunan kebijakan DLP melibatkan berbagai stakeholder antara lain:
1. Kolegium sebagai penentu standar kualifikasi profesi.
2. Institusi pendidikan kedokteran sebagai pelaksana pendidikan.
3. Kemenkes sebagai regulator pelayanan kesehatan di masyarakat.
4. Masyarakat sebagai penerima pelayanan dari DLP.
19
- Ketidakharmonisan dapat berimplikasi menimbulkan masalah dalam praktik
layanan dokter dan juga pelaksanaan JKN.
20
membuat kurikulum yang lebih beragam, dengan waktu yang lebih singkat serta biaya
yang lebih terjangkau.
Tabel 4. Estimasi Jumlah Dokter Saat ini yang Berminat menjadi DLP12
Kelompok Jumlah Berminat mengikuti postgraduate (PGME)?
umur dokter PGME PGME DLP PGME DLM Tidak
saat ini Klinis cara lain berminat
<25 5% 4500 90% 4050 10% 450
26 - 33 20% 18000 70% 12600 20% 3600 10% 1800
34 - 40 20% 18000 70% 12600 20% 3600 10% 1800
41 - 55 25% 22500 60% 13500 35% 7875 5% 1125
56 - 65 20% 18000 10% 1800 60% 10800 30% 5400
Berdasarkan tabel estimasi jumlah dokter dari sub-pokja masa transisi DLP
dapat disimpulkan bahwa peminat terbanyak PGME dalam bentuk DLP adalah 70%
dokter dari kelompok usia 34-40 tahun. Pada kelompok dokter usia 56-65 tahun hanya
10% yang berminat mengikuti PGME dalam bentuk DLP. Sedangkan kelompok usia
dokter kurang dari 25 tahun atau fresh graduate (mayoritas mahasiswa) 90% berminat
mengikuti PGME klinis atau pendidikan dokter spesialis dan sisanya tidak berminat
mengikuti PGME.
Selain data tersebut, Satgas MEP ISMKI Wilayah 2 melakukan survei langsung
untuk menilai pengetahuan, pemahaman, dan peminatan terhadap prodi DLP. Survei
dilakukan kepada koas, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa non-FK mulai tanggal
5 Juni 2017 hingga 16 Juni 2017 melalui link google form (https://tiny.cc/surveyDLP)
dengan jumlah responden: 35 orang koas, 225 orang mahasiswa FK, dan 32 orang
mahasiswa non-FK. Dari survei tersebut dapat disimpulkan bahwa: (hasil terlampir)
1. Tingkat pemahaman koas, mahasiswa FK, dan non-FK mengenai DLP yang
mencakup tujuan dan implementasi berdirinya DLP masih kurang.
2. Minat koas dan mahasiswa FK untuk menjadi peserta didik prodi DLP masih
kurang.
3. Pengetahuan koas dan mahasiswa FK terhadap pandangan berbagai stakeholder
terkait kebijakan prodi DLP masih kurang.
21
Adapun dugaan faktor pendorong minat mengikuti DLP adalah12:
Jaminan mendapat kapitasi yang lebih besar
Jaminan dikontrak oleh BPJS untuk mengisi formasi yang tersedia
Adanya beasiswa untuk mengikuti DLP
Ingin memiliki keterampilan klinis yang lebih tinggi
Ingin memiliki status yang setara dengan spesialis
Ingin menjadi pendidik
22
BAB III
PENUTUP
Kebijakan DLP lahir karena adanya pergeseran kebijakan kesehatan nasional yang
berorientasi pada program JKN dan tercapainya jaminan kesehatan semesta (universal health
coverage) di tahun 2019. Pergeseran ini mengakibatkan pergeseran orientasi pelayanan
kesehatan dari yang sebelumnya berfokus di pelayanan sekunder menjadi pelayanan primer.
Oleh karena itu, dirasa perlu adanya dokter yang memiliki kualifikasi lebih di bidang pelayanan
kesehatan primer, yang diberi nama Dokter Layanan Primer.
DLP dibekali dengan berbagai kualifikasi tambahan yang telah termuat di dalam kajian
ini dan memiliki kualifikasi yang setara dengan dokter spesialis dari segi KKNI maupun
standar pendidikan kedokteran dari WFME. Tingkat kualifikasi lebih ini dimaksudkan sebagai
apresiasi agar dokter berminat untuk mendalami ilmu kedokteran keluarga yang menjadi core
competence DLP dan adanya program studi terstruktur ini memungkinkan perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang ilmu kedokteran keluarga. Selain itu, Kemenkes juga berkomitmen
memberikan fasilitas yang memadai untuk menunjang kinerja DLP yang diberi kemampuan
lebih.
Meski demikian, kebijakan DLP menuai pro kontra dari beberapa kalangan, terutama
organisasi profesi. Hal ini disebabkan karena keberadaan DLP dengan nomenklatur dan tingkat
kualifikasinya yang merupakan hal baru sehingga menimbulkan ketidakharmonisan jenis
profesi, ketidakharmonisan kewenangan, dan ketidakharmonisan gelar profesi.
Ketidakharmonisan dari berbagai segi ini menimbulkan kekhawatiran dari organisasi profesi
bahwa adanya DLP akan menyebabkan berbagai konflik horizontal di kalangan dokter yang
bekerja di layanan primer sehingga mengganggu pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu, organisasi profesi merasa bahwa DLP adalah sebuah pemborosan.
Peningkatan kualitas dokter di tingkat primer akan lebih efektif dan efisien dilakukan tidak
melalui program studi seperti halnya pada DLP namun melalui P2KB yang terstruktur, karena
P2KB dapat memuat seluruh materi tambahan yang termuat dalam program studi DLP namun
dapat dijalankan dengan biaya yang lebih murah dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan yang berbeda-beda.
Dengan berbagai gejolak yang terjadi di antara berbagai stakeholder ini, diharapkan
mahasiswa kedokteran dapat bersikap bijak dalam menyikapi isu ini dan tidak terseret ke dalam
23
pusaran arus konflik kepentingan. Besar harapan kami bahwa sikap apapun yang diambil oleh
mahasiswa kedokteran adalah murni berlandaskan kepentingan mahasiswa kedokteran semata
yang didasari dengan pengetahuan dan wawasan yang objektif dari berbagai pihak atau sumber
terpercaya.
24
LAMPIRAN
25
26
27
Infografis hasil survei terhadap mahasiswa klinik FK (KOAS)
28
29
Infografis hasil survei terhadap mahasiswa non-FK
30
31
DAFTAR PUSTAKA
32