Luka Bakar
Disusun oleh
Melvin Andrean
112018161
Pembimbing
dr. Anwar Lewa, Sp.BP, M.Biomed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 8 FEBRUARI 2021 – 17 APRIL 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah RSAU Dr. Esnawan Antariksa periode 8 Februari 2021 – 17 April 2021
Disusun oleh:
Melvin Andrean
112018161
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Anwar Lewa, Sp.BP, M.Biomed
Selaku dokter pembimbing Departemen Bedah Orthopaedi RSAU Dr. Esnawan Antariksa
Penulis
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UKRIDA
LEMBAR PENILAIAN
Nama Penilai
Paraf/Stempel
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar
berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami
luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar
meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.1
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.1
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1 Hal ini disebabkan karena pada luka bakar
terdapat keadaan sebagai berikut : 1. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi, 2. terdapat
banyak jaringan mati, 3. mengeluarkan banyak air, serum dan darah, 4. terbuka untuk waktu
yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma) ,dan 5. memerlukan jaringan untuk
menutup.1
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Di Indonesia, luka bakar masih
merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan
ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar
lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah
plastik, bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar mekanis
antara lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi secara dinamis juga terlibat
dalam mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi lain. Kulit terdiri dari dua lapisan,
epidermis disebelah luar dan dermis disebelah dalam.2
2.1.1 Epidermis
Epidermis terdiri dari banyak lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam
terdiri dari sel- sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel-sel di
lapisan luar mati dan menggepeng. Epidermis tidak mendapatkan pasokan darah langsungr
dan hanya mendapatkan makanan melalui difus nutrien dari jaringan epidermis di bawahnya.
Sel-sel epidermis berikatan erat satu sama lain melalui pada desmosom titik yang
berhubungan dengan intrasel untuk membentuk suatu lapisan pembungkus kohesif yang
kuat. Selama pematangan sel penghasil kreatinin, terjadi akumulasi filamen-filamen keratin
secara progresif yang saling berikatan silang di sitoplasma. Sewaktu sel-sel di bagian luar
mati, yang tertinggal hanya inti kreatinin fibrosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan
menjadi lapisan kreatinisasi protektif-kuat. Skuama pada lapisan keratinisasi paling luar yang
terkelupas atau tanggal akbiat abrasi, secara terus-menerus di ganti melalui pembelahan sel
dilapisan epidermis sebelah dalam. Lapisan kreatinisasinya bersifat kedap udara, cukup kedap
air dan sulit untuk ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini juga berfungsi menahan
lewatnya bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Epidermis
mengandung empat jenis sel : 2,3
Sel kreatinosit
Melanosit
Sel langerhans
Sel granstein
2.1.2 Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elstin (untuk
peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta sejumlah besar pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf khusus.Jaringan penyambung padat berbentuk irregular yg mensupport
epdermis dan berikatan dengan jaringan subkutan ( hipodermis) Tebal : 0,6 mm – 3 mm,pada
wanita lebih tipis dibanding pria.2,3
Pembuluh darah dermis tidak hanya memasok darah kedermis dan epidermis tetapi,
juga berperan penting dalam mengatur suhu. Kaliber pembuluh-pembuluh darah ini,dan
dengan demikian volume darah yang mengalir didalamnya dapat di kontrol untuk mengubah-
ubah tingkat pertukaran panas antara pembuluh permukaan kulit ini dengan lingkungan
eksternal. Reseptor-reseptor di ujung perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi
tekanan,suhu,nyeri,dan masukkan somatosensorik lainnya. Ujung-ujung saraf eferen
didermis mengontrol kaliber pembuluh darah, ereksi rambut,dan sekresi oleh kelenjar
eksokrin. Dermis dibagi menjadi. 2,3
Superficial yang tipis yang dikenal dengan papilary layer, terdapat fibroblast, serat elastin
dan kolagen tipe 3 serta banyak terdapat kapiler.
Dan bagian yang paling tebal yang dikenal dengan reticularlayer,terdapat serat kolagen
tipe 2,terisi matriks ekstrasel yang mengandung dermatan sulfat dan
glikosaminoglikan,sel fibroblas,makrofag,lymfosit dan mast cells.
Metode Berkow
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala
pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:
- Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa.
- Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
First Aid
a. Resusitasi cairan 7
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan perfusi yang adekuat dan seimbang di
seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada
setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi
cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi
intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi
respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan
dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada
waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan
menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.2,4
Cara Parkland yaitu Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 3-4 mL. Separuh dari jumlah
cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada
hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
b. Analgesia
Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan morfin dalam
dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,05-0,1 mg/kg)
c. Test
Dilakukan test X-ray untuk melihat lateral cervical spine, chest, pelvic, dan lainnya
sesuai dengan indikasi.
d. Tubes
Diberikan Naso Gastric Tube jika TBSA > 20% (Dewasa) dan 10% (anak).
Secondary Survey7
Gambar 5. Secondary Survey yang Perlu dilakukan pada Pasien Luka Bakar.7
a. A.M.P.L.E
Untuk mencari ada nya riwayat allergi, Riwayat obat/medikasi, Riwayat penyakit
dahulu, makan terakhir, dan kejadian berhubungan dengan injury.
b. Head to Toe Examination
Dilakukan Pemeriksaan fisik lengkap termasuk dengan pemeriksaan derajat luka dan
luas besar luka bakar.
c. Tetanus Profilaksis
Diberikan tetanus profilaksis sesuai dengan indikasi
d. Dokumentasi dan transfer
e. Support
2. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement)
yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis.
Dasar dari tindakan ini adalah:8
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya
jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama
dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi
edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan
terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari
luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu
yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi –
komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang
melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-
mediator inflamasi.5
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses
angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan
banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi
akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan menghambat
pemulihan graft dan juga eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit. 8
3. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar
pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang
berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh
lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor
autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft.
Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai
donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada luka bakar, kedalam dapat dibagi menjadi 3 secara garis besar yaitu superficial,
mid dermis, dan deep burn. secara luas, dapat diukur menggunakan “Rule of Nine” pada
orang dewasa dan pada anak lebih efektif menggunakan metode formula Berkow.
Penanganan awal luka bakar dimulai dari primary survey (A,B,C,D,E), dilanjutkan dengan
First Aid (F,A,T,T) dan dilanjutkan dengan Secondary survey. metode operasi dapat
dilakukan eskaterotomi pada full thickness burn dan juga dapat dilakukan early excision and
grafting.
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit
Buku Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.
2. Sherwood, Lauralee. Pertahanan Tubuh. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC. 2001.
3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-11. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2006.
4. Grace PA, Borley NR. At a glance Ilmu Bedah. Erlangga: Jakarta; 2007. h.86-7.
5. Noer M.S, Perdanakusuma D.S, Saputro, Rizaliyana S. Emergency management of
major. PT Revka Petra Medika: Surabaya; 2018. h.8-54.
6. Townsend CM, et al. Sabiston Text Book of Surgery. Edisi ke-20. Canada: Elsevier.
2017.
7. Australia and New Zealand Burn Association. Emergency Management of Severe
Burns Course Manual. Albany: Australia and New Zealand Burn Association. 2013.
8. Jaffe BM, Berger DH. In : Schwartz’s Principles of Surgery Volume 2. Edisi ke-8. Ed:
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE. New
York: McGraw Hill Companies Inc. 2007