Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Luka Bakar

Kepaniteraan Klinik Bagian Bedah


RSAU Esnawan Antariksa

Disusun oleh
Melvin Andrean
112018161

Pembimbing
dr. Anwar Lewa, Sp.BP, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 8 FEBRUARI 2021 – 17 APRIL 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi referat dengan judul:


Luka Bakar

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah RSAU Dr. Esnawan Antariksa periode 8 Februari 2021 – 17 April 2021

Disusun oleh:
Melvin Andrean
112018161

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Anwar Lewa, Sp.BP, M.Biomed

Selaku dokter pembimbing Departemen Bedah Orthopaedi RSAU Dr. Esnawan Antariksa

Jakarta, 10 Februari 2021


Pembimbing

dr. Anwar Lewa, Sp.BP, M.Biomed


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Referat dengan judul “Luka Bakar”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Bedah. Dalam
kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr. Anwar
Lewa, Sp.BP, M.Biomed selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar
dalam Kepaniteraan Klinik. Dan kepada para dokter dan staff Ilmu Bedah RSAU Dr.
Esnawan Antariksa, serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah.
Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya.

Jakarta, 10 Februari 2021

Penulis
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UKRIDA
LEMBAR PENILAIAN

Nama Melvin Andrean


NIM 112018161
Tanggal 10 Februari 2021
Judul kasus Luka Bakar
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data          
Analisa masalah          
Penguasaan teori          
Referensi          
Pengambilan keputusan klinis          
Cara penyajian          
Bentuk laporan          
Total  
Nilai %= (Total/35)x100%  
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)
 
Komentar penilai

Nama Penilai
Paraf/Stempel

dr. Anwar Lewa, Sp.BP, M.Biomed

BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar
berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami
luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar
meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.1
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.1
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1 Hal ini disebabkan karena pada luka bakar
terdapat keadaan sebagai berikut : 1. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi, 2. terdapat
banyak jaringan mati, 3. mengeluarkan banyak air, serum dan darah, 4. terbuka untuk waktu
yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma) ,dan 5. memerlukan jaringan untuk
menutup.1
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Di Indonesia, luka bakar masih
merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan
ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar
lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah
plastik, bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar mekanis
antara lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi secara dinamis juga terlibat
dalam mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi lain. Kulit terdiri dari dua lapisan,
epidermis disebelah luar dan dermis disebelah dalam.2

2.1.1 Epidermis
Epidermis terdiri dari banyak lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam
terdiri dari sel- sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel-sel di
lapisan luar mati dan menggepeng. Epidermis tidak mendapatkan pasokan darah langsungr
dan hanya mendapatkan makanan melalui difus nutrien dari jaringan epidermis di bawahnya.
Sel-sel epidermis berikatan erat satu sama lain melalui pada desmosom titik yang
berhubungan dengan intrasel untuk membentuk suatu lapisan pembungkus kohesif yang
kuat. Selama pematangan sel penghasil kreatinin, terjadi akumulasi filamen-filamen keratin
secara progresif yang saling berikatan silang di sitoplasma. Sewaktu sel-sel di bagian luar
mati, yang tertinggal hanya inti kreatinin fibrosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan
menjadi lapisan kreatinisasi protektif-kuat. Skuama pada lapisan keratinisasi paling luar yang
terkelupas atau tanggal akbiat abrasi, secara terus-menerus di ganti melalui pembelahan sel
dilapisan epidermis sebelah dalam. Lapisan kreatinisasinya bersifat kedap udara, cukup kedap
air dan sulit untuk ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini juga berfungsi menahan
lewatnya bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Epidermis
mengandung empat jenis sel : 2,3
 Sel kreatinosit
 Melanosit
 Sel langerhans
 Sel granstein

Lapisan epidermis ada 6, yaitu :2


1. Stratum dysjunctum
2. Stratum corneum
3. Stratum lucidum
4. Stratum granulosum
5. Stratum spinosum
6. Stratum basale

Fungsi epidermis sendiri yaitu :2


 Melindugi dari kekeringan
 Pelindung dari masuknya bakteri
 Melindungi dari toksin
 Menjaga keseimbangan cairan: menghindari kehilangan cairan yang berlebihan
 Neuronsensori dan interaksi sosial

2.1.2 Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elstin (untuk
peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta sejumlah besar pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf khusus.Jaringan penyambung padat berbentuk irregular yg mensupport
epdermis dan berikatan dengan jaringan subkutan ( hipodermis) Tebal : 0,6 mm – 3 mm,pada
wanita lebih tipis dibanding pria.2,3
Pembuluh darah dermis tidak hanya memasok darah kedermis dan epidermis tetapi,
juga berperan penting dalam mengatur suhu. Kaliber pembuluh-pembuluh darah ini,dan
dengan demikian volume darah yang mengalir didalamnya dapat di kontrol untuk mengubah-
ubah tingkat pertukaran panas antara pembuluh permukaan kulit ini dengan lingkungan
eksternal. Reseptor-reseptor di ujung perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi
tekanan,suhu,nyeri,dan masukkan somatosensorik lainnya. Ujung-ujung saraf eferen
didermis mengontrol kaliber pembuluh darah, ereksi rambut,dan sekresi oleh kelenjar
eksokrin. Dermis dibagi menjadi. 2,3
 Superficial yang tipis yang dikenal dengan papilary layer, terdapat fibroblast, serat elastin
dan kolagen tipe 3 serta banyak terdapat kapiler.
 Dan bagian yang paling tebal yang dikenal dengan reticularlayer,terdapat serat kolagen
tipe 2,terisi matriks ekstrasel yang mengandung dermatan sulfat dan
glikosaminoglikan,sel fibroblas,makrofag,lymfosit dan mast cells.

Fungsi dermis sendiri yaitu :


 Melindungi dari trauma dengan elastisitas, daya tahan dan komponennya.
 Menjaga keseimbangan cairan melalui regulasi aliran darah kulit
 Termoregulasi melalui control aliran darah.
 Faktor pertumbuhan dan arah kontak pada replikasi epidermis dan perbaikan dermis.

2.1.3 Hipodermis ( Jaringan Subkutan)


Hipodermis merupakan bagian dalam dari lapisan reticular layer.Jaringan
penyambung jarang terbungkus oleh serabut kolagen, serta banyak mengandung jaringan
lemak terutama bagian perut dan pinggul yg dapat mencapai ketebalan 3 cm →lapisan ini
disebut panniculus adiposus.2,3
Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar dari kelenjar sebasea,yang menghasilkan
sebum, suatu bahan berminyak yang melunakkan dan membuat kulit kedap air, dan kelenjar
keringat, yang mengahsilkan keringat pendingin. Folike rambut mengahsilkan rambut, yang
didistribusi dan fungsinya minimal pada manusia. Selain itu kulit juga mensintetis vitamin D
dengan adanya sinar matahari.2,3

3.2 Definisi dan Etiologi Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.4
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi
menjadi:4,5,6
 Paparan api
o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk
terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan
cedera tambahan berupa cedera kontak.
o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
peralatan masak.
 Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja
atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan
oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai
permukaan cairan.
 Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi
oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.
 Aliran listrik dan petir
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya
luka bakar mencapai kulit bagian dalam.
 Bahan kimia (asam atau basa)
 Radiasi
 Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
 Suhu yang rendah

3.3 Derajat Luka Bakar


Derajat I (superficial) biasanya disebabkan oleh terbakar sinar matahari, cairan panas
dengan vikositas yang rendah, dan paparan pendek. Pada luka bakar derajat ini hanya terjadi
di permukaan kulit yaitu epidermis dengan tingkatan nyerinya dari sedang hingga berat.
Manifestasi klinisnya berupa kulit tampak kemerahan, lembab, melepuh atau mungkin dapat
ditemukan bula, dan nyeri. Penyembuhan berlangsung 3-5 hari.7
Derajat II (Partial Thickness) Luka bakar yang melibatkan semua lapisan dermis dan
sebagian dermis. Manifestasi yang muncul pada kulit berupa kemerahan, 15 terdapat bula,
edema, dan nyeri berat. Luka bakar ini dapat sembuh dalam waktu 7-21 hari. Pada derajat dua
terdapat 2 tipe yaitu : 6,7
a. Derajat II superficial (burn degree superficial) Luka bakar ini biasanya disebabkan
oleh cairan panas, kimia asam atau alkali. Pada derajat II tipe ini hanya mengenai sebagian
atau parsial (papilari) dermis. Gambaran klinis pada kulir berupa kemerahan, terdapat
gelembung.6,7
b. Derajat II dalam (burn degree deep) Luka bakar ini biasanya disebabkan oleh api,
kimia, listrik, cairan panas sengan viskositas tinggi yang mengenai lenih dalam lapisan
dermis yaitu reticular dermis dengan gambaran klinisnya pada kulit tampak putih, kering,
kehilangan lapisan dermis. 6,7
Derajat III pada luka bakar derajat ini terjadi kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang tendong, saraf dan jaringan otot. Manifestasi klinisnya berupa tampilan luka yang
beragam dari warna putih, merah muda hingga merah tua, mungkin ditemukan bulla
berdinding tipis, terdapat nyeri, penyembuhan luka terjadi sangat lambat. 6,7

3.4 Luas Luka Bakar


Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan
dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.7,8 Ada beberapa metode cepat untuk menentukan
luas luka bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya
dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa.
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang
dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai
dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada
orang dewasa.6-8
Gambar 1. Luas luka bakar dalam persentase.6
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-
20 untuk anak.

 Metode Berkow
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala
pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:
- Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa.
- Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Gambar 2. Luas luka bakar dengan Berkow Formula.6


3.5 Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar
1. Luka bakar berat (major burn)8
a. Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak
b. Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
d. Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, tangan, kaki, dan genital/perineum
e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik disertai trauma lain
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)8
a. Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 10-20 % pada anak
c. Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar ringan8
a. Luka bakar derajat II < 15 %
b. Luka bakar derajat II < 10 % pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III < 2 %

3.6 Patofisiologi Luka Bakar


Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal tetapi memiliki
efek sistemik. Perubahan ini khusus terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada
luka bakar yang disebabkan oleh cedera lainnya. Karena efek panas terdapat perubahan
sistemik peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari
kapiler ke ruang interstisial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma
maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah 48 jam
permeabilitias kapiler kembali normal atau membentuk trombus yang menjadikan tidak
adanya aliran sirkulasi darah. Hilangnya plasma merupakan penyebab syok hipovolemik pada
penderita luka bakar. Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luasnya luka bakar.6-8
Peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik tidak terjadi pada luka lainnya.
Hanya terdapat reaksi lokal pada luka karena inflamasi menyebabkan vasodilatasi progresif
resisten dan oedema. Syok hipovolemik yang terjadi pada trauma lain biasanya karena
kehilangan darah dan membutuhkan transfusi segera. Saat terjadi kontak antara sumber panas
dengan kulit, tubuh akan merespon untuk mempertahankan homeostasis dengan adanya
proses kontraksi, retraksi dan koagulasi pembuluh darah.6-8 Ada 3 zona respon lokal akibat
luka bakar yaitu:
a. Zona koagulasi, terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar, yang terbentuk dari
koagulasi protein akibat cedera panas, berlokasi ditengah luka bakar, tempat yang
langsung mengalami kerusakan dan kontak dengan panas.6
b. Zona statis, daerah yang langsung berada diluar disekitar zona koagulasi. di daerah ini
terjadi kerusakan jaringan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan
leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal, yang beresiko terjadinya iskemik
jaringan. Zona ini bisa menjadi nekrosis atau hiperemis, menjadi zona hiperemis jika
resusitasi yang diberikan adekuat, atau menjadi zona koagulasi jika resusitasi yang
diberikan tidak adekuat.6,7
c. Zona hiperemis, daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera sel yang ringan, ikut
mengalami reaksi berupa vasodilatasi dan terjadi peningkatan aliran darah sebagai respon
cedera luka bakar. Zona ini bisa mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi
zona statis.6,7
Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi mikroba serta adanya jaringan
nekrotik dan eksudat menjadi media pendukung pertumbuhan mikroorganisme, sehingga
beresiko untuk menjadi infeksi. semakin luas luka bakar, semakin besar resiko infeksi. Tidak
seperti kebanyakan luka lain, luka bakar biasanya steril pada saat cidera. Panas yang menjadi
agen penyebab membunuh semua mikroorganisme pada permukaan. Setelah minggu pertama
luka bakar cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis luka bakar sebagai penyebab
utama kematian pada luka bakar. Sedangkan luka lain misalnya luka gigitan, luka tusukan,
crush injury dan eskoriasi terkontaminasi pada saat terjadi trauma dan jarang menyebabkan
sepsis secara sistemik.6,7
Gambar 3. Zona pada Luka Bakar.6
3.7 Indikasi Rujuk ke Burn Unit Pasien Luka Bakar
Menurut New Zealand Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat
ke Burn Unit:7

Gambar 4. Rekomendasi Indikasi Rujukan ke Burn Unit.7

3.8 Penatalaksanaan Awal Luka Bakar


Primary Survey7
 Airway, yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap bernafas secara normal.
Trauma bakar faring menyebabkan edema hebat jalan nafas bagian atas, sehingga
memerlukan pembebasan jalan nafas segera dengan cara intubasi, jika intubasi sulit
dilakukan maka diperlukan tindakan trakeostomi.
 Breathing, mengecek kecepatan pernafasan yakni sekitar 20x/ menit. Keracunan CO
ditegakkan bila seseorang berada di lingkungan yang mengandung CO dan biasanya
pada kebakaran diruangan tertutup, pasien dengan keracunan O2 diberikan oksigen
100%
 Circulation, melakukan palpasi pada nadi untuk mengecek pulsasi yang pada orang
normal berkisar antar 60 – 100x/ menit
 Disability
o Periksa kesadaran.
o Periksa ukuran pupil.
 Environment
o Jaga pasien dalam keadaan hangat.

First Aid
a. Resusitasi cairan 7
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan perfusi yang adekuat dan seimbang di
seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada
setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi
cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi
intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi
respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan
dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada
waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan
menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.2,4
Cara Parkland yaitu Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 3-4 mL. Separuh dari jumlah
cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada
hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
b. Analgesia
Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan morfin dalam
dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,05-0,1 mg/kg)
c. Test
Dilakukan test X-ray untuk melihat lateral cervical spine, chest, pelvic, dan lainnya
sesuai dengan indikasi.
d. Tubes
Diberikan Naso Gastric Tube jika TBSA > 20% (Dewasa) dan 10% (anak).
Secondary Survey7

Gambar 5. Secondary Survey yang Perlu dilakukan pada Pasien Luka Bakar.7
a. A.M.P.L.E
Untuk mencari ada nya riwayat allergi, Riwayat obat/medikasi, Riwayat penyakit
dahulu, makan terakhir, dan kejadian berhubungan dengan injury.
b. Head to Toe Examination
Dilakukan Pemeriksaan fisik lengkap termasuk dengan pemeriksaan derajat luka dan
luas besar luka bakar.
c. Tetanus Profilaksis
Diberikan tetanus profilaksis sesuai dengan indikasi
d. Dokumentasi dan transfer
e. Support

3.9 Perawatan Luka Awal dari Luka Bakar


Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah stop burning process dan cooling,
baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.6-8
 Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning. 7
 Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar –
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi – Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia – Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. 7
 Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi. 6-7
 Elevasi : untuk mengurangi proses edema. 7

3.10 Perawatan Luka Bakar


Pada luka bakar epidermal, dengan hiperemis dan tanpa blistering. Tidak perlu
diberikan dressing khusus. Walaupun nyeri, biasanya hanya diberikan krim pelembab. Pada
dermal burn (partial-deep dermal burn) blistering harus dihilangkan dan diberikan dressing
seperti silicone, hydro-colloid, silver dressing, dan film. Pada infected wound, yaitu adanya
kontaminasi ketika terjadinya luka atau karena dressing tidak memiliki anti bakteri dapat
diberikan silver dressing dan dicover menggunakan bandage atau adhesive dressing.7
Gambar 6. Pemilihan Dressing Sesuai Kondisi.7

3.11 Terapi Pembedahan pada Luka Bakar


1. Eskaterotomi
Dilakukan jika adanya full thickness burn. Hal ini diakibatkan karena ketika full
thickness burn, eschar yang terbentuk akan kehilangan flexibilitas. Akibatnya edema yang
terjadi pada proses luka bakar akan terbendung dan tidak kemana-mana. Hal tersebut dapat
mengakibatkan adanya hambatan vaskulasirasi ke daerah ekstremitas distal. Maka dari itu
dilakukan insisi sampai dengan subcutaneus fat untuk merelease eschar tersebut agar tidak
terhambat perfusi ke bagian distal.7
Gambar 7. Rekomendasi Tempat Insisi Eschaterotomy.7

2. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement)
yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis.
Dasar dari tindakan ini adalah:8
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya
jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama
dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi
edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan
terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari
luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu
yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi –
komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang
melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-
mediator inflamasi.5
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses
angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan
banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi
akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan menghambat
pemulihan graft dan juga eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit. 8
3. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar
pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang
berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh
lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor
autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft.
Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai
donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin.

3.12 Manajemen lainnya


1. Nutrisi
Pada orang dengan luka bakar, terjadinya respon hipermetabolik akibat dari stress.
Maka dari itu, diberikan nutrisi untuk menyeimbangkan respon tersebut yaitu makanan tinggi
karbohidrat (7 gr/kgbb), tinggi protein (2 gr/kgbb), low fat, dan vitamin C (1000mg/hari).8

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada luka bakar, kedalam dapat dibagi menjadi 3 secara garis besar yaitu superficial,
mid dermis, dan deep burn. secara luas, dapat diukur menggunakan “Rule of Nine” pada
orang dewasa dan pada anak lebih efektif menggunakan metode formula Berkow.
Penanganan awal luka bakar dimulai dari primary survey (A,B,C,D,E), dilanjutkan dengan
First Aid (F,A,T,T) dan dilanjutkan dengan Secondary survey. metode operasi dapat
dilakukan eskaterotomi pada full thickness burn dan juga dapat dilakukan early excision and
grafting.

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit
Buku Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.
2. Sherwood, Lauralee. Pertahanan Tubuh. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC. 2001.
3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-11. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2006.
4. Grace PA, Borley NR. At a glance Ilmu Bedah. Erlangga: Jakarta; 2007. h.86-7.
5. Noer M.S, Perdanakusuma D.S, Saputro, Rizaliyana S. Emergency management of
major. PT Revka Petra Medika: Surabaya; 2018. h.8-54.

6. Townsend CM, et al. Sabiston Text Book of Surgery. Edisi ke-20. Canada: Elsevier.
2017.
7. Australia and New Zealand Burn Association. Emergency Management of Severe
Burns Course Manual. Albany: Australia and New Zealand Burn Association. 2013.
8. Jaffe BM, Berger DH. In : Schwartz’s Principles of Surgery Volume 2. Edisi ke-8. Ed:
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE. New
York: McGraw Hill Companies Inc. 2007

Anda mungkin juga menyukai