DOSEN PEMBIMBING :
Eko Ari Bowo., S,km m.kk
Disusun Oleh :
NAMA : USWATUN MAHMUDAH
NIM : 2102013250
KELAS : 3B KEPERAWATAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “RUANGAN ICU ATAU
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF” sesuai waktu yang ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan mengikuti proses belajar mengajar Mata Kuliah
K3 “Keselamatan Pasien Dan Kerja” sesuai waktu yang ditentukan., Prodi S1 Ilmu Keperawatan,
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Selama penyusunan, penulis mendapat banyak pengaruh dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Bapak Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan
2. Bapak Arifal Aris, S.Kep ., Ns., M.Kes. Selaku Dekan Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
3. Ibu Suratmi S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Kaprodi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Lamongan
4. Bapak Dr. Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns,M.Si Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Komunikasi Keperwatan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat di terima serta
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang berfokus pada
kebutuhan klinis pasien dengan kurangnya memperhatikan kebutuhan keluarga (Fateel dan
O’Neill, 2015). ICU merupakan tempat perawatan pasien kritis, gawat, atau yang mempunyai
risiko tinggi kejadian kegawatan dengan sifat yang reversible (Peni, 2014). Pasien yang dirawat di
ICU pada umumnya dalam keadaan mengancam jiwa (Aro et al., 2012) dan terpasang alat-alat
medis dengan menunjang kebutuhan hidup untuk fungsi-fungsi vitalnya seperti airway (fungsi
jalan napas), breathing (fungsi pernapasan), circulation (fungsi sirkulasi), brain (fungsi otak), dan
fungsi organ lainnya (Anggani, Setyarini, dan Sutono, 2015). Dengan kondisi tersebut pasien
memiliki kebutuhan selama dirawat di ICU, diantaranya: kenyamanan fisik, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan dihormati sebagai individu yang unik, dukungan emoisonal, kebutuhan informasi
(semisal tentang asuhan keperawatan pasien), kebutuhan tentang keprivasian, kebutuhan
keterlibatan keluarga dan teman, dan kebutuhan keterlibatan dalam pengambilan keputusan, agar
kebutuhan pasien tetap terpenuhi maka perlunya dukungan orang lain selama pemulihannya (Aro
et al., 2012).
Keluarga diperlukan untuk memberikan dukungan pada pasien di ICU karena memiliki
hubungan emosional; atau telah diakui sebagai sistem yang terkait antara satu sama lain dan
menandakan terdapat perubahan dari praktikyang berpusat pada penyakit ke praktik yang secara
holistik merangkul pasien (Maina et al., n.d., 2018). Keluarga berperan penting sebagai support
system dalam proses penyembuhan pasien (Ningsih, 2017). Dukungan peran yang dapat diberikan
keluarga yaitu dengan kehadiran aktif atau kedekatan dengan pasien, sebagai pelindung bagi
pasien, sebagai pengambil keputusan, sebagai fasilitator, dan dapat memberikan informasi kepada
tenaga kesehatan (Fateel dan O’Neill, 2015). Sebanyak 24,4% dari 164 pasien tidak bisa
mengambil keputusan terkait pengobatan dan perawatan mereka selama di ICU, 39,6% dari mereka
belum berpartisipasi penuh karena mempertimbangkan kemampuan mereka, dan semakin buruk
kondisi pasien maka semakin sulit untuk mengambil keputusan pengobatan (Aro et al., 2012).
Didukung dengan penelitian meta analisis di Departement of Anesthesiology and Critical
1
Care Medicine, George Washington University oleh Andrew A. Kamer (2014) yang melibatkan
sejumlah 33.148 pasien, kematian di rumah sakit didapat sebesar 13,7% dan kematian di ICU lebih
tinggi mencapai 36,5% (Suryadilaga, Arifin, Ismail, 2015).
Penelitian Maina et al., n.d., (2018) menemukan bahwa belum sepenuhnya keluarga pasien
melakukan perannya, hanya 57,7% keluarga terlibat dalam aktivitas meningkatkan kesehatan
pasien dengan mengetahui informasi secara general dari tim kesehatan. Disertakan juga lima alasan
keluarga pasien untuk tidak berkontribusi penuh diantaranya dikarenakan kurangnya pengetahuan
tentang bagaimana dan waktu yang tepat dalam keikutsertaan dalam perawatan pasien (23,1%),
tidak mengetahui bagaimana cara perawatan pasien (21,2%), ketidakmampuan dalam finansial
(19,2%), tidak berpengaruh jika keluarga turut berkontribusi (17,3%), dan trauma emosial (9,6%).
Staf ICU merasa tidak seharusnya keluarga terlibat dalam perawatan pasien karena dapat
berpengaruh negatif terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, dapat terjadinya kecelakaan,
menambah penderitaan keluarga, dan posisi keluarga lebih dominan dari tenaga kesehatan yang
merawat pasien (Anggani et al., 2015).
Salah satu yang menjadi penyulit keluarga melakukan perannya di ICU karena terkait
kebijkan rumah sakit terhadap waktu kunjung yang kurang memadai (Anggani et al., 2015). Survey
yang dilakukan Gonzalez (2004) dalam Khaleghparast, Joolaee, Maleki, Peyrovi, Ghanbari, dan
Bahwani (2016) di Iran terdapat 35% pengunjung lebih prefer terhadap jam kunjung yang hanya
sekali dalam sehari, pertimbangan ini sesuai dengan salah satu pembatasan pengunjung pasien
karena tidak menginginkan adanya kunjungan saat dilakukannya pemeriksaan. Penelitian tersebut
juga menyatakan bahwa kunjungan pasien dengan kunjungan terbuka (open visiting hours)
memberikan rasa nyaman, memberikan perlindungan dan kepuasan bagi pasien dan kelaurganya,
serta meningkatkan komunikasi mereka dengan tenaga kesehatan.
Garrouste-Orgeas et al. (2016) menyatakan tiap rumah sakit memiliki kebijakan waktu
kunjung pasien yang berbeda, misalnya seperti di French, hanya 23,9% rumah sakit yang
menerapkan waktu kunjungan terbuka bagi pasien (on 24-h-day). Sama halnya dengan French,
negara Itali pun membatasi sekali waktu kunjung pasien sebelum meningkatkan aksesibilitas
keluarga dengan pasien. Suatu hal yang berbeda diterapkan di Brazil, 99% ICU dengan jam
kunjung fleksibel; sesuai dengan situasi. Di Indonesia, perawat di perawatan intensif merubah
kebijakan kunjungan keluarga ketika kondisi pasien memburuk (96,7%), ketika keluarga komplain
2
akan jam kunjung yang terbatas (93,3%), dan ketika pasien memiliki kebutuhan emosional (76,7%)
(Anggani et al., 2015).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah PKU Yogyakarta
kepada beberapa keluarga yang menunggu anggota keluarga yang sakit di ICU mengatakan
bingung terhadap peran apa yang dapat dilakukan oleh keluarga karena kebijakan baru perOktober
2018 terkait jam kunjung pasien yang hanya diberi waktu 1x1 jam dalam satu hari pada pukul
16.00-17.00 WIB kecuali pada hari libur yang diberi kesempatan 2x1 jam dalam sehari yaitu pada
pukul 10.00-11.00 dan 16.00-17.00 WIB. Keluarga juga mengatakan cemas dan khawatir terhadap
kondisi anggota keluarga yang dirawat di ICU. Didukung dengan menggali informasi kepada
perawat ICU, biasanya keluarga hanya mendoakan dan sedikit melakukan komunikasi kepada
anggota keluarga pasien, serta kebutuhan dasar pasien sudah diberikan oleh perawat dan akan
melibatkan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar pasien apabila kondisi pasien sudah stabil.
Perawat sebagai tenaga profesional kesehatan memiliki kesempatan yang sangat besar
untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan dalam meningkatkan
kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien (Gaeeni et al., 2014). Perawat memiliki peranan
penting untuk memfasilitasi hubungan pasien dengan keluarga dan perawat dapat melibatkan
keluarga dalam menentukan asuhan keperawatan pasien dan dapat mengurangi kecemasan,
depresi, dan kesedihan pasien (Zali et al. 2017). Dukungan keluarga sangat berpengaruh pada
peningkatan kesehatan pasien. Pengambilan keputusan dan pemberian dukungan keluarga terhadap
pasien akan membutuhkan waktu yang lama ketika keuarga dalam kondisi cemas dan stres,
sehingga secara tidak langsung kecemasan dapat berpindah pada pasien dan secara lebih spesifik
dukungan keluarga berpengaruh dalam penurunan mortalitas, meningkatkan kesembuhan pasien,
dan fungsi kognitif, fisik, dan fungsi emosional (Widiati dan Ernawati, 2017).
Berdasarkan uraian tersebut, adanya keterbatasan jam kunjung pasien dan keterlibatan
keluarga yang tidak relevan yang masih menjadi perdebatan. Hasil penelitian sebelumnya lebih
banyak meneliti aspek keluarga berorientasi sebagai peserta pasif (sebagai penerima perawatan)
daripada sebagai peserta aktif pemberian asuhan keperawatan pasien, beberapa memandang bahwa
keluarga merupakan subjek yang rentang sehingga termasuk dalam lingkup perawatan (yaitu
sebagai pasien) tetapi sangat jarang sebagai individu untuk bermitra dengan tenaga profesional
perawatan kesehatan (Olding et al. 2016). Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk
mengeksplor bagaimana peran keluarga selama proses hospitalisasi anggota keluarga di ICU.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ICU
2. Apa saja yang ada diruang ICU
3. Apa kegunaan ruang ICU dan alat-alat yang terdapat diruangan ICU
C. Tujuan
1. Memahami pengertian ICU
2. Mengetahui apa saja yag ada dalam ruangan ICU
3. Mengetahui kegunaan ruang ICU dan alat-alat yang ada diruangan ICU
D. Manfaat
Dapat menambah wawasan seorang perawat ketika menangani pasien di ruang ICU, agar terhindar
dari kesalahan yang dapat merugikan pasien yang berada dalam ruangan ICU. Dan untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik untuk pasien.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Intensive Care Unit
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri (instalasi
di bawah direktur pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus dengan
tujuan untuk terapi pasien - pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit - penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
Pelayanan ICU, saat ini, tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga
meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi/gagal organ.
Kelompok pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Perawatan,
ataupun kiriman dari Rumah Sakit lain. Ilmu yang diaplikasikan dalam pelayanan ICU, pada
dekade terakhir ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga telah menjadi cabang ilmu
kedokteran tersendiri yaitu “Intensive Care Medicine”. Meskipun pada umumnya ICU hanya
terdiri dari beberapa tempat tidur, tetapi sumber daya tenaga (dokter dan perawat terlatih) yang
dibutuhkan sangat spesifik dan jumlahnya pada saat ini di Indonesia sangat terbatas.
Intesive Care mempunyai 2 fungsi utama: yang pertama adalah untuk melakukan
perawatan pada pasien - pasien hawat darurat dengan potensi “reversible life threatening organ
dysfunction”, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital pada pasien - pasien yang akan
menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi
vital.
Beberapa komponen ICU yang spesifik yaitu:
1. Pasien yang dirawat dalam keadaan kritis
4. Pelayanan dilakukan oleh staf yang professional dan berpengalaman dan mampu
mempergunakan peralatan yang canggih dan mahal.
5
Ruang lingkup pelayanan di ICU meliputi hal - hal sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit - penyakit akut yang mengancam nyawa
dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik problema dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit atau iatrogenik
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung pada
alat/mesin dan orang lain.
6
yang terorganisir dengan bagian - bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada dalam organisasi
rumah sakit. Bidang kerja pelayanan intensive care meliputi: pengelolaan pasien, administrasi unit,
pendidikan, dan penelitian. Kebutuhan dari masing - masing bidang akan bergantung dari tingkat
pelayanan tiap unit. a. Pengelolaan pasien langsung
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh intesivist dengan melaksanakan
pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis, menjadi ketua tim dari berbagai pendapat
konsultan atau dokter yang ikut merawat pasien. Cara kerja demikian mencegah pengelolaan yang
terkotak - kotak dan menghasilkan pendekatan yang terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
b. Administrasi unit
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang menjamin pelayanan
yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini diperlukan partisipasi dari
intensivist pada aktivitas manajemen.
2) Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar.
7
c) Ruang isolasi pasien.
g) Pantri.
k) Parkir troli.
Memasukkan udara ke dalam paru-paru dengan cara membuat tekanan sekeliling dan negatif.
Dahulu banyak digunakan pada pasien, dan digunakan pada pasien neuromuskuler dengan fungsi
paru normal
Memberikan tekanan positif ke dalam paru pasien titik udara berdasarkan perbedaan
tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah tekanan dalam rongga thorax dan positif saat
inspirasi dan negatif saat ekspresi sistem ini banyak digunakan.
Ventilasi mekanik ventilator adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dan juga merupakan mesin bantu
nafas yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenenasi.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator,
menyediakan up batere, namun batere tidak didesain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator
adalah suatu metode penunjang atau bantuan hidup (life support). Maksudnya adalah jika ventilator
berhenti bekerja maka pasien akan meninggal titik Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi
seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator
berhenti bekerja dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
9
5. Menjamin O ke jaringan adekuat
2. Insufiensi Jantung
3. Disfungsi neurologis
4. Tindakan operasi
Mesin suction ini mempunyai kapasitas tabung lebih besar yang masing-masing 5 liter,
menampung total cairan 5 liter dengan keunggulan daya hisap yang kuat dan kapasitas yang cukup
besar, suction tipe ini banyak digunakan di ruang ICU, ruang operasi, emergency, dan ruang lain
terutama pada pasien yang banyak mengeluarkan sekret yang banyak, seperti stroke pasien
kecelakaan lalu lintas pasien pasca operasi.
5. Defibrilator
Defibrilator adalah stimulator detak jantung yang menggunakan listrik dengan tegangan
tinggi untuk memulihkan korban serangan jantung. External defibrillator otomatis (automatic
external defibrillator) dapat digunakan dengan cara di implan atau ditanam dalam tubuh ataupun
dapat juga digunakan sebagai alat eksternal biasa. Sekarang telah menjadi perangkat integral dalam
komunitas medis dan masyarakat.
Pasien monitor adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis
pasien titik dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara real-time, sehingga dapat diketahui
kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga.
Pada dasarnya kedua jenis tempat tidur tersebut mempunyai fungsi yang sama, hanya sistem
pemakaiannya yang berbeda.
10
1. Tempat tidur manual dilengkapi dengan engkol putaran yang berfungsi untuk
mengatur posisi naik turun panel atau crank lazimnya tempat tidur manual memiliki 1
hingga 4 engkol putaran sesuai dengan banyaknya panas yang dapat dirubah pasiennya
8.Syringe Pump
Syiringe Pump adalah suatu contoh alat medis yang berfungsi untuk menginjeksikan cairan
obat ke tubuh pasien dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Syringe Pump jika digunakan untuk
pasien yang membutuhkan pengobatan extra dari jenis obat atau cairan obat yang lebih tinggi
dosisnya dan terkadang harus dilakukan secara berkelanjutan.
9.Infusion Pump
Infusion Pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah cairan atau obat yang masukkan
ke dalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui Vena. Nama lain infusion Pump adalah
alat infus
Komponen alat
1. Alarm control
2. Pump sistem
3. Sensor tetesan
6. Display Systems
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri (instalasi di
bawah direktur pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus dengan tujuan
untuk terapi pasien - pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit - penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
SARAN
Demikan yang dapat saya sampaikan pembahasan ini, kami menyadari bahwa ada banyak
kelemahan dan kekurangan dalam hal yang kami sampaikan di makalah ini karena keterbatasan
tentang referensi
Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar saya dapat menyempurnakan makalah
ini, dan agar pembaca mendapatkan informasi yang lengkap
12
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2010). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di
Rumah Sakit. Jakarat: Depkes RI.
Derektorat Keperawatan Dan Keteknisian Medik, Derektorat Jendral Pelayanan Medik,
Departemen Kesehatan RI. (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. (2011) . Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Depkes
13
DAFTAR RISIKO DI RUMAH SAKIT X
Unit Kerja/Area ICU
Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi
pencapaian tujuan yang ingin dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berda sarkan
Keterangan hasil analisis risiko. Analisis risiko dilakukan dengan menghitung asumsi probabilitas kejadian (PELUANG) , besaran dampak (AKIBAT) dan
asumsi frekuensi terjadi (FREKUENSI) serta score/tingkat risiko adalah hasil perkalian P x F x A.
Penilaian Risiko
Unit Kriteria
No. Risiko Dampak Keterangan
kerja/Area P F A NR Risiko
Contoh
Resiko ruangan Menghambat Sangat Perlu pengaturan suhu ruangan agar Petugas harus selalu mengontrol suhu
3 ICU 4 3 3 70
lembab pemeriksaan pasien tinggi stabil ruangan di ICU
14
Peluang ( P ) Pajanan ( F) Konsekuensi ( Nilai Risiko (NR) Di buat oleh :
K)
10 - Hampir pasti 10- Terus menerus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi UMAR SYAHID
3 - Tidak biasa namun dapat terjadi 3 - Kadang- 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial 3A Keperawatan
kadang
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak sering 7 - Serius 20-69 - Menengah Disetujui oleh :
0 - Tidak
terpapar
Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi
pencapaian tujuan yang ingin dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berda sarkan
Keterangan hasil analisis risiko. Analisis risiko dilakukan dengan menghitung asumsi probabilitas kejadian (PELUANG) , besaran dampak (AKIBAT) dan
asumsi frekuensi terjadi (FREKUENSI) serta score/tingkat risiko adalah hasil perkalian P x F x A.
Penilaian Risiko
Unit Kriteria
No. Risiko Dampak Keterangan
kerja/Area P F A NR Risiko
Contoh
15
Salah identifikasi Kesalahan Mengganti dan mencatat ulang sesuai
2 ICU 3 1 3 20 Menengah Mereview ulang dan mencatat sesuai SOP
pasien identifikasi prosedur SOP
Alat medis cepat Segera memasang pendingin ruangan Tetap mengontrol suhu ruangan yang
Mengganggu
5 ICU rusak karena daya 6 3 3 24 Menengah atau cukup guna memaksimalkan penggunaan
pemeriksaan pasien
listrik yang kurang AC alat medis
10 - Hampir pasti 10- Terus menerus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi UMAR SYAHID
3 - Tidak biasa namun dapat terjadi 3 - Kadang- 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial 3A Keperawatan
kadang
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak sering 7 - Serius 20-69 - Menengah Disetujui oleh :
0 - Tidak
terpapar
16