Asa
Kini dan Masa Depan
Waspadai Raibnya
Pendidikan Subspesialis
10
15
lang tahun PAPDI ke-54 yang jatuh pada 16 November 2011 lalu sangat istimewa. Pasalnya, pada ulang tahun ini
pengurus PB PAPDI mendapat kado dari sesepuh dan para mantan Ketua Umum PB PAPDI. Para tokoh PAPDI ini
meluangkan waktu hadir pada acara sarasehan dan diskusi dalam rangka ulang tahun PAPDI yang diselenggarakan
pada 20 November 2011, di Hotel Boroburur.
Sarasehan tersebut mengangkat tema PAPDI: Merajut Asa - Kini dan Masa Depan. Pada kesempatan itu, Ketua
Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP banyak menerima asupan dari para sesepuh.
Mereka yang hadir adalah para mantan Ketua Umum PB PAPDI, yaitu Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr.
Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM, Prof. DR. Dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP dan Prof. Dr. A. Aziz
Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sedangkan Dr. Achmad Dachlan, SpPD, mantan Ketua Umum PB PAPDI periode 1975 - 1978,
dan 1978-1981 berhalangan hadir. Di samping itu, hadir pula mantan pengurus lain yang turut membesarkan PAPDI
diantaranya Prof. DR. Dr. Jose Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. Dr.
Herdiman T. Pohan, SpPD, K-PTI, FINASIM, dan Prof. Dr. H.A.M. Akil, SpPD, K-GEH, FINASIM. Acara ini menjadi sangat
istimewa para sesepuh PAPDI hadir di tengah-tengah kita, ujar Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP saat membuka acara.
Dr. Aru mengatakan PAPDI berkembang seperti saat ini tak bisa dipisahkan dari proses perjalanan sebelumnya. Para
Ketua Umum PB PAPDI sebelumnya telah meletakan anak tangga untuk mencapai puncaknya. Begitu pula saya, meletakkan anak tangga untuk pengurusan selanjutnya, katanya. Namun dalam menapaki anak tangga, ada kalanya berhenti sejenak untuk merenung dan mengevaluasi apa yang telah dicapai.
Pada sarasehan ini, Dr. Aru mengajak jajaran pengurus menarik napas berkontempelasi atas pencapaian pencapaian selama kepengurusannya. Telah banyak perubahan yang dilakukan sehingga PAPDI menjadi besar seperti saat ini.
Saya kagum dan memberi apresiasi kepada Dr. Aru dan pengurus lain, ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH,
FINASIM yang juga diikuti oleh keempat mantan ketua dan sesepuh lain. (HI)
Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr.
Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali,
Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Nanggroe Aceh Darussalam, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan
Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya
Yustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: pb_papdi@indo.net.id; Website: www.pbpapdi.org
SEKAPUR SIRIH
umpa lagi dan salam sejahtera para Teman Sejawat yang budiman. Kami dari tim redaksi Halo Internis
menyapa kembali para pembaca dengan berita hasil sarasehan dalam rangka HUT PAPDI yang berisi
ungkapan, uraian, serta nasehat petuah dari mantan Ketua Umum PB PAPDI periode awal hingga
sekarang. Yang mengandung asa ke depan dalam rangka mengembangkan, membesarkan, dan membangun PAPDI, sebagai wadah organisasi profesi yang tidak saja sebagai alat mensejahterakan anggota
tetapi juga memperjuangkan aspirasi anggota di arena pelayanan kesehatan di Tanah Air. Serta membantu meningkatkan mutu profesi Penyakit Dalam guna menjawab kebutuhan masyarakat yang makin
tinggi. Hal ini dinarasikan oleh sejawat Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.
Selain itu masalah Pendidikan Subspesialisasi menjadi arena pertarungan kepentingan pihak tertentu yang menafikan pendidikan Sp 2 cukup oleh Kolegium Ilmu Penyakit Dalam. Masalahnya pengakuan Konsil Kedokteran Indonesia dalam mengeluarkan STR tergantung dari ijazah resmi oleh institusi pendidikan, bukan berdasarkan surat keterangan selesai pendidikan oleh Kolegium Ilmu Penyakit
Dalam. Sehinga dikhawatirkan dalam arena CAFTA dan WTO 1 Januari 2015 nanti Indonesia dianggap
tidak mempunyai Konsultan Spesialis dan ini akan menjadi lahan praktek dokter asing masuk
Indonesia. Hal ini sudah diperjuangkan melalui UU Pendidikan Kedokteran oleh Sejawat Pengurus
Besar PAPDI di komisi 10 DPR bersama-sama teman-teman Kolegium lain yang dirugikan oleh adanya
aturan itu.
Berita lain yaitu mengenai perjuangan kita meraih kesempatan menjadi tuan rumah WICIM 2016 di
Bali nanti, juga berita-berita lain yang merupakan kontribusi Sejawat daerah. Ada juga ulasan sejawat
Dr. Bambang Subagyo, SpPD, MM, FINASIM tentang informed consent yang dapat dipakai sebagai
acuan pelayanan di tempat kerja kita masing-masing.
Selamat membaca
J
BIDANG
HUMAS
PUBLIKASI
DAN
MEDIA
OM INTERNIZ
Warna jas boleh sama,
sumpah dokter boleh sama, kok
tentang Pendidikan Sp2 ribut ya...?
SOROT UTAMA
PB PAPDI:
Lima Tahun
yang Menentukan
Juli 2006 di kota Palembang, DR. Dr. Aru W.
Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang baru
saja terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI periode 2006-2009 mengaku was-was menerima jabatan ini. Pasalnya, dia paham benar, begitu banyak hal
yang harus dibereskan dalam menakhodai gerbong organisasi ahli penyakit dalam untuk melalui waktu ke depan. Ini merupakan tanggung jawab yang tidak bisa
saya elakkan, katanya, seperti dikutip HI edisi 15 pada saat itu.
FOTO-FOTO: DOK. HI
Dr. Ceresna selaku juru bicara PB PAPDI pada saat bidding tuan rumah
WCIM 2016 di WCIM 2010, Australia.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
d. Tahun 2008 : Mengikuti World Congress of Internal Medicine 2008 di Buenoes Aires, Argentina. Bidding pertama menjadi tuan rumah
WCIM 2014 tidak diterima dengan alasan keamanan negara dan fasilitas yang kurang.
e. Tahun 2010 : Mengikuti WCIM 2010 di Melbourne, Australia. Dan bidding kedua untuk
menjadi tuan rumah WCIM. Berhasil diterima
menjadi tuan rumah WCIM 2016, di Bali, Indonesia.
Tahun 2009: Islah PAPDI-PERKI, menandatangani
kesepakatan untuk saling menghargai.
Tahun 2009: Dr. Aru terpilih kembali secara aklamasi pada KOPAPDI XIV, Jakarta.
Tahun 2011: Menempati kantor baru di Gedung
ICB Bumiputera, Cikini
Tahun 2011: Mengikuti Philiphine College of Physicians (PCP), Manila dan mengaktifkan kembali
Asean Federation of Internal Medicine (AFIM) dalam rangka harmonisasi Asean.
Tahun 2011: Konferensi Kerja PAPDI XII di Batam
Tahun 2011: Peluncuran buku panduan Emergency in Internal Medicine (EIMED) PAPDI.
PENGUMUMAN
Halo Internis edisi mendatang membuka rubrik
baru, yaitu :
O Pojok Tanya Jawab. Rubrik ini ditujukan bagi
sejawat yang ingin berkonsultasi tentang kasuskasus yang ditemui di tempat praktik sejawat
O Surat Pembaca. Kami menerima masukan berupa kritik, saran serta tanggapan lain seputar
tabloid ini. Disamping itu, kami juga menerima
opini seputar hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran.
Kirimkan pertanyaan, kritik, saran, tanggapan,
atau opini Anda ke:
Kantor PB PAPDI
Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B,
Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng,
Jakarta 10350.
Telp. (021) 2300818;
Fax. (021) 2300688, 2300755
Website: www.pbpapdi.org
E-mail: pb_papdi@indo.net.id
SOROT UTAMA
Ketua Umum PB PAPDI, Dr. Aru W. Sudoyo (tengah) bersama mantan ketua PB PAPDI. (kiri-kanan) Prof. Samsuridjal Djauzi, Prof. Slamet Suyono, Prof. Sjaifoellah Noer
dan Prof. Aziz Rani.
di Amerika ini bangga melihat PAPDI diakui dan aktif di dunia international. Ke
depan, ia berharap PAPDI dapat menelurkan penelitian-penelitian yang mempunyai hak paten dan anggota PAPDI
ada yang mendapat penghargaan international.Kalau mungkin dapat Nobel,
kata mantan pengurus yang selalu
mendapat peran sebagai sekretaris ini.
Hal senada juga disampai Prof. Dr.
Slamet Suyono, SpPD, K-EMD,
FINASIM yang berbicara setelah Prof.
Sjaifoellah pada acara itu. Prof. Slamet, begitu ia disapa, mengatakan
gembira berada ditengah-tengah pengurus PB PAPDI. Ia memberikan apresiasi kepada Dr. Aru beserta pengurus
lain. Ia setuju PAPDI kini telah auditable dan memiliki NPWP. Ia mengingatkan meski sudah berkembang, dalam
perjalanannya PAPDI mesti merujuk pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/RT) PAPDI. Ia pun berharap Dr. Aru dapat menyelesaikan
SOROT UTAMA
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
SOROT UTAMA
dalam Menentukan
Sistem Kesehatan
di daerah, rentan dengan sistem rekrutmen yang belum jelas lantaran lemahnya regulasi. Saya beberapa kali mendapatkan mahasiswa tubel yang mereka
tidak mengenal daerah yang mengutusnya. Bahkan ada yang baru satu bulan
di daerah tersebut langsung dapat tubel, sementara dokter yang sudah lama
praktik disana belum mendapatkan kesempatan. Ini baru yang di penyakit dalam RSCM/FKUI, hal yang sama juga
terjadi di tempat lain. Seleksi mahasiswa tubel mesti dibenahi dengan ketat
untuk menghindari ada
penyelewengan. Sehingga niat mulia pemerintah saat mencanangkan program ini dapat
tercapai tujuannya, kata Dr. Sally yang juga
salah satu tim penerimaan mahasiswa tubel di
Departemen Ilmu PenyaDelegasi Indonesia di Nossal Institute, Australia. Tampak diantaranya Dr. Sally A. Nasution, Wasekjen PB
kit Dalam RSCM/FKUI.
Dr. Sally A. Nasu
PAPDI (ketiga dari kiri), dan Ketua Umum PB IDI, Dr. Priyo Sidipratomo, SpRad (paling kanan).
Tak jarang kebijakan
maldistribution tion mempresentasikan
dokter spesialis
ecangkir kopi Phoenam menanti di
peran strategis perhimpunan dokter
yang dibuat sulit diaplikadi Indonesia.
Makassar, Sulawesi Selatan. Tuan
dalam menentukan arah sistem kesependidikan kedokteran yang sama
sikan atau kontraproduktif. Pasalrumah Pertemuan Ilmiah Nasional
hatan. Para sejawat dari organisasi prosehingga mudah beradaptanya, regulasi yang terkait tenaga
Perhimpunan Dokter Spesialis Pefesi mendapat paparan bagaimana
si dengan sistem penmedis sering diputuskan senyakit Dalam Indonesia ke-9, PAPDI caketerlibatan organisasi profesi kedokterdidikan di Austrapihak tanpa melibatkan
bang Sulawesi Selatan menyuguhkan
an disana terhadap kebijakan keselia, jelas Dr.
organisasi kedokteran
kopi dengan cita rasa tinggi ini bagi sehatan di negeri Kangguru ini. Seperti
Sally.
yang memiliki angjawat penyuka kopi. Bila ke Makassar
diketahui Australia sendiri adalah salah
Kendala
gota tersebar di berbelum lengkap rasanya bila tidak mesatu negara yang memiliki sistem kesemal distribusi
bagai daerah. Di
nyempatkan ke kedai kopi Phoenam.
hatan yang baik. Di sana organisasi projuga terjadi di
Indonesia organisaAlih-alih menyeruput kopi campuran
fesi memiliki andil besar dalam menenIndonesia. Dr.
si profesi belum
robusta dan arabica ini, Dr. Sally Aman
tukan kebijakan pelayanan kesehatan.
Sally, setelah
optimal dilibatkan
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM berteMisalnya: ada beberapa aspek dasar,
Dr. Ian Fraser,
dalam mengambil
patan dengan PIN IX di Makassar malah
seperti jumlah dokter, distribusi, penmempresentakebijakan pemerintah
bertolak ke Melbourne, Australia. Wakil
dapatan, dan kompotensi dokter diatur
sikan distribusi
dalam sistem kesehatSekretaris Jenderal PB PAPDI ini menjaoleh pemerintah bersama dengan kodokter spesialis dean. Banyak kebijakan
di delegasi PAPDI mengikuti workshop
legium.
ngan fokus tentu saja
yang tidak sejalan dengan
Perhimpunan Profesi Kedokteran Keseinstitusi kedokteran. Ada dua isu
hatan Dalam Memperkuat Sistem Kesepenting yang menjadi perhatian yaitu
hatan yang Berkeadilan yang diselengmal distribusi dan soal pendapatan dokgarakan pada 12 14 Oktober 2011 di
ter. ungkap Dr. Sally
Melbourne, Australia.Saya mendapat
Dari workshop Health Care Professional Association (HCPAs) and Their
tugas dari PB mesti ke Melbourne. MoRole in Achieving MDGs yang diselenghon maaf kepada tuan rumah PIN, tidak
garakan di Dhaka, Bangladesh, pada
bisa datang ke Makassar. Padahal kopi
2008 dijelaskan bahwa organisasi proPhoenam sudah menanti disana. Ujar
fesi belum memberikan kontribusi yang
Dr. Sally kepada Prof. Dr. H. AM. Akil,
optimal terhadap peningkatan sistem
SpPD, K-GEH, FINASIM saat sarasehan
pelayanan kesehatan secara global, terPB PAPDI.
utama yang berkaitan dengan pencapaiDr. Sally hadir atas undangan Pusat
an MDGs. Penyebabnya adalah perbeManagemen Pelayanan Kesehatan Fadaan fokus perhatian organisasi profekultas Kedokteran Universitas Gajah
Dr. Ian Fraser dari Royal Australia College of Physicians mempresentasikan bagaimana mengatasi maldistribusi
si, pengelola organisasi profesi, dan kuMada (PMPK FK UGM) dan Nossal Insdokter di Australia.
rangnya integrasi antar-profesi dalam
titute, Melbourne University. Selain
sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu,
Hal lain yang menarik, lanjut Dr. Sally,
PAPDI, ada tiga perhimpunan dokter
dokter spesialis penyakit dalam di Indoworkshop tersebut merekomendasikan
paparan dari CEO Rural Doctors Assospesialis lain yang diundang pada acanesia. Kondisinya sangat berbeda demeningkatkan keterlibatan organisasi
ciation of Australia Dr. jenny Jhonson
ra itu, yaitu IDAI, POGI, dan IDSAI.
ngan di Australia. Pemerintah Australia
profesi dalam pencapaian MDGs.
dan Dr. Ian Fraser dari Royal Australia
Dan peserta lainnya adalah dari induk
telah sukses mengatasi persoalan terLalonde dan Peron (2006) dalam maCollege of Physicians mengenai bagaikedokteran IDI, Konsil Kedokteran Insebut dengan memberi apresiasi berukalahnya menyatakan bahwa organisasi
mana mengatasi ketimpangan soal disdonesia (KKI) dan Kementerian Kesepa kesejahteraan bagi dokter yang beprofesi kebidanan dan kandungan di Katribusi dokter di sana. Persoalan mal
hatan. Nossal Institute adalah pusat
kerja di pedesaan. Sementara di Indonedistribution dokter juga menjadi kendala
nada memberikan peran yang sangat
kajian kesehatan masyarakat yang basia, penyebaran dokter yang tidak meradi Australia. Dokter-dokter yang merubesar dalam perbaikan kesehatan renyak berkontribusi terhadap sistem
ta bahkan banyak daerah yang belum
pakan warga Australia enggan di temproduksi di negara berkembang. Kepekesehatan di Australia. Lembaga ini
tersentuh dokter yang telah terjadi lama
patkan dipedesaan. Padahal, pemerinmimpinan dari organisasi ini menjadi
melakukan kerjasama dengan lembaga
hingga kini belum ada jalan keluarnya.
tah telah menjamin dokter tersebut bemotor penggerak sistem pelayanan keserupa di beberapa negara termasuk
Program dokter Pegawai Tidak Tetap
serta keluarganya akan menerima pensehatan. Kedua peneliti tersebut meIndonesia. Sebelumnya, Nossal Insti(PTT) yang diharapkan dapat menjembadapatan yang sangat pantas. Untuk menyebutkan langka-langkah yang mesti
tute telah menjalin kerjasama dengan
tani kendala ini tidak berhasil dikarenangisi tenaga medis pada rural doctor pedilakukan organisasi profesi, diantaraPMPK FK UGM membuat kajian dengan
kan statusnya yang semula diwajibkan
merintah mendatangkan dokter asing
nya penguatan pengelolaan organisasi,
fokus pada sistem kesehatan di Inbagi calon dokter, kini menjadi sukarela
yang umumnya dari negara-negara compeningkatan kapasitas teknis anggota,
donesia.
sifatnya. Sedangkan program tugas bemonwealth. Dokter-dokter dari negara
dan peningkatan kredibilitas serta kemiPada acara itu, menurut Konsultan
lajar (tubel) yang baru-baru ini digulirkan
persemakmuran Inggris memiliki sistem
traan. (HI)
Kardiovakular ini, banyak membahas
pemerintah untuk mengisi tenaga medis
SOROT UTAMA
DOK. PAPDI
Waspadai Raibnya
Pendidikan Subspesialis
Ada upaya
penghapusan program
pendidikan subspesialis. Ini
berarti menutup pengembangan ilmu kedokteran.
Dampaknya, masyarakat tidak
mendapatkan jenjang
pelayanan kesehatan tersier dari dokter konsultan.
Hilangkan Pendidikan
Subspesialis, UU
Dikdok Inkonsisten
Profesi dokter berbeda dengan profesi lain. Profesi ini bekerja sarat dengan
regulasi dan undang-undang. Semestinya antara undang-undang yang satu dengan yang lain saling sinergis. Tapi tidak
pada UU Dikdok tentang pendidikan subspesialis. Dari undang-undang yang
ada, semuanya memuat peran dan pentingnya pendidikan konsultan. Oleh karena itu pendidikan subspesialis mutlak diperlukan, kata mantan Ketua Kolegium
Ilmu Penyakit Dalam Prof.Dr. Zubairi
Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM.
Prof. Zubairi mengatakan dalam sistem Kesehatan Nasional (SKN 2009)
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan diselenggarakan secara berjenjang mulai dari pelayanan primer, sekunder dan tersier. Setiap jenjang pelayanan
ini dipegang oleh tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya. Kalau mengacu SKN maka
pendidikan subspesialis memang diperlukan dan harus ada, ungkapnya
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003) lebih menguatkan peran konsultan dalam
institusi pendidikan. UU itu menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan maka pendidikan pada satu strata harus dilaksanakan oleh pendidik satu
strata di atasnya. Jadi, calon dokter spesialis dididik oleh dokter konsultan. Dengan demikian pendidikan dokter subspesialis harus dilaksanakan secara formal dan terstruktur.
Sedangkan dalam Undang-Undang
Praktik Kedokteran (UU PK) tahun 2004
menegaskan legalitas pendidikan subspesialis. Di UU PK dijelaskan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan diperlukan STR untuk mendapatkan Surat Izin
Praktik (SIP). Untuk mendapatkan STR diperlukan surat pernyataan dari profesi
dan ijazah dari perguruan tinggi (PT).
Dengan demikian pendidikan subspesialis juga harus memiliki ijazah dari PT.
Oleh karenanya, Ketua Senat Akademik FKUI ini menegaskan dari ketiga hukum tersebut maka pendidikan subspesialis harus diselenggarakan oleh institusi pendidikan secara formal dan terstruktur. Nah, aneh bila UU Dikdok tanpa
pendidik subspesialis. Atau kalau UU ini
dipaksakan maka harus melakukan yudisial review terhadap UU yang lebih dulu
ada. Ehmm (HI)
SOROT UTAMA
DOK. PAPDI
Pendidikan Subspesialis
Mesti Diformalkan
dan Terstruktur
Prof.Dr. Bambang Supriyanto, SpA(K), DR.Dr.Zulkifli Amin, SpPD, K-P, DR.Dr.Iman Subekti, SpPD,K-EMD, Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM, Prof.Dr. Zubairi
Djoerban, SpPD, K-HOM, DR.Dr.Siti Setiati, SpPD, K-Ger, DR.Dr. Sukman T. Putra, SpA dan DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH
Institusional Base VS
Hospital Base
Sesuai dengan Keputusan Majelis
Wali Amanat UI tahun 2009 yang menyatakan Universitas Indonesia mem-
beri gelar profesi untuk jenjang pertama, kedua (spesialis) dan ketiga (subspesialis). Maka, Dr. Ratna, mengatakan FKUI telah menyelenggarakan pendidikan subspesialis dan telah menghasilkan 350 konsultan dari 12 departemen. Ini artinya FKUI sebagai institusi sudah menyelenggarakan pendidikan Sp2 tanpa adanya kendala-kendala
yang signifikan dan mereka yang lulus
diterima dimasyarakat dan telah membaktikan dirinya dengan baik. Pendidikan subspesialis sudah direncanakan, bukannya tiba-tiba ada. Ini merupakan kebutuhan untuk menjawab tantangan saat ini. Perkembangan subspesialistik tak bisa ditahan-tahan lagi.
Hal ini juga terjadi diseluruh dunia,
ujarnya.
Namun, tambah Dr. Ratna, mesti
ada yang dapat menjamin mutu kompetensi seorang konsultan. Oleh karena itu, pendidikan subspesialis harus
diselenggarakan secara formal oleh
institusi pendidikan yang memiliki kualifikasi standar bukan non formal.
Meneropong
Perseteruan
Subspesialis
Tarik ulur pembahasan jenjang pendidikan subspesialis cukup alot. Sewaktu-waktu pasal tersebut bisa hilang
timbul. UU inisiatif Dewan ini melibatkan Dikti, IDI, KKI dan Komisi X. sementara Panja DPR dengan suara bulat
menyatakan setuju dimasukan pasal
jenjang pendidikan subspesialis. Dari
kami, Panja DPR seluruhnya setuju dimasukan pembahasan tentang jenjang
pendidikan subspesialis, kata Ketua
Komisi X Prof. Dr. Mahyuddin NS,
SpOG(K).
Rapat dengar pendapat umum RUU Dikdok, FKUI bersama Komisi X DPR dan panja pemerintah di ruang sidang
komisi X, Senayan.
SOROT UTAMA
UU Pendidikan Kedokteran
10
PROFIL
tinitas sehari-hari.
Dengan disiplin itu pula
ia menjalankan aktivitasnya yang lain, yaitu sebagai
Manager PIU Pembangunan University
Hospital Universitas Andalas Padang.
Project ini merupakan bagian dari project pemerintah di bawah supervisi
DIKTI yang pada saat yang sama diamanatkan kepada FKUI, FK
UNS, dan FK Unand.
"Sekarang sedang dalam tahap pre desain," ujarnya. Prof
Acang menggambarkan
nantinya desain harus
mampu mengakomodasi kebutuhan
baik untuk pendidikan maupun penelitian disamping untuk pelayanan.
Prof. Acang mengatakan ia tidak kuasa menolak ketika diminta oleh Rektor
Unand untuk menjalankan amanat sebagai Manager PIU dalam membangun university hospital untuk mengembangkan
pendidikan dan penelitian di Unand. Padahal saat itu, Prof Acang sudah hampir
memasuki usia pensiun. Menurutnya,
untuk urusan pendidikan, ia akan selalu
menyediakan waktu dan tenaganya.
Motivasi untuk mengembangkan
pendidikan pula yang mendorongnya
memasuki departemen penyakit dalam
ketika ia lulus dari Unand tahun 1973.
Saat itu, Unand masih sangat kekurangan staf pengajar dan bidang ilmu
penyakit dalam menarik minatnya.
"Begitu lulus, saya langsung mengikuti
pendidikan," ujarnya. Selama 8 tahun
ia menjalani pendidikan penyakit dalam
tidak hanya di Padang, melainkan juga
di Jakarta. "Saya menjalani pendidikan
di sub-bagian jantung, metabolikendokrin dan ginjal di FKUI," katanya.
Usai menyelesaikan pendidikan penyakit dalam, Prof Acang menjalani
pendidikan di bidang penyakit tropik
infeksi. Namun bidang hematologi saat
itu urgent membutuhkan staf, sehingga
PROFIL
tuk sekolah maupun pekerjaan rumah.
Sang ayah pun tak kalah keras dalam
mendidik anak yang menekankan agar
bekerja giat, berbuat yang terbaik bukan
semata hanya mengharapkan sesuatu.
Meski keluarganya tidak kekurangan dalam sisi materi, sang ayah tidak mentolerir jika anaknya hidup berleha-leha.
Prof . Acang menjalankan apa yang
ditanamkan kedua orang tuanya. Tak
heran jika Prof. Acang dipercaya untuk
menduduki berbagai jabatan. Namun ia
menekankan, ia tidak pernah mengharapkan suatu kedudukan. Bahkan ketika ia diminta untuk menjadi Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RS
Dr. M. Djamil Padang pada 1999, ia
sempat menolak. Namun karena direktur periode sebelumnya juga turut meminta Prof. Acang membantu, ia pun
tak kuasa menolak.
Disiplin dan kerja keras pula yang ia
terapkan pada kedua anaknya, Ikhsan
Perdana, Bc. Hon. Music Engineer dan
Fikrian Hadi, S.T. Tidak seperti dirinya
yang diminta untuk menekuni dunia
medis, Prof. Acang membebaskan puteranya untuk memilih bidang yang
disukai. Dan, tak satupun yang terjun
di dunia medis.
Putera kedua Prof Acang telah lulus
dari ITB. Dan yang unik, putera pertama justru memilih melanjutkan sekolah
musik di Malaysia dan kini menjadi
komposer musik di Kuala Lumpur.
Meski awalnya kaget karena putera
pertamanya menggeluti hobi bermusiknya, Prof. Acang dan istri tidak mampu
berbuat apa-apa. Sampai suatu ketika,
ia dan istri diundang ke Malaysia untuk
menonton pertunjukan anaknya. Ternyata, istrinya sedemikian terpukau
mendengar hasil karya anaknya. Usai
pertunjukan, istrinya menangis sambil
berkata, "Mama rela Pa, mama sekarang rela ia memilih musik."
Sebenarnya, tak heran jika jiwa seni
begitu lekat pada puteranya. Prof.
Acang sewaktu muda, adalah seorang
pemusik. Ia di Sumatera Barat bahkan
kecil kemungkinan ia akan selalu kembali ke kampung halaman, termasuk untuk melestarikan pusaka adat," ujarnya.
Meski demikian, ia tak akan memaksakan adat Siti Nurbaya pada kedua puteranya yang belum menikah.
"Sekarang sudah bukan jamannya,"
ujarnya. Tapi, perkawinan orang tua pada jaman dahulu, meski dijodohkan,
banyak yang masih langgeng. "Mungkin
karena kami tidak banyak menuntut
apa-apa dan saling menerima pasangan kami," ujar Prof. Acang. "Istri saya
misalnya, menerima saya dengan kesibukan saya, dan saya sepenuh hati
menjaga kepercayaan yang diberikan
oleh istri saya."
Prof Acang kini tengah membuat
PAPDI
Merchandise
PAPDI Store menyediakan pernak-pernik
dengan berlogokan PAPDI. Merchandise
ini untuk mensosialisasikan logo PAPDI
sebagai suatu merek yang telah dipatenkan, di kalangan sejawat, terutama internis. Dengan begitu
semoga PAPDI lebih
dekat lagi di hati
anggotanya.
Untuk pemesanan
Workshop: Nutrisi
No.
Cabang
Tanggal
No.
Cabang
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Sumatera Utara
Makassar
Pekanbaru
Denpasar
Palembang
Padang
Jakarta Raya
Semarang
Jawa Barat
Surabaya
Malang
Solo
Banten
Bekasi
Pontianak
10 Maret
Tbc
Tbc
Tbc
17 Maret
24 Maret
31 Maret
7 April
14 April
21 April
19 Mei
15 Sept.
29 Sept.
13 Oktober
20 Oktober
1
2
3
Bogor
Sumatera Barat
Kupang
31 Maret 1 April
26 27 Mei
20 21 Oktober
Cabang
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
Jakarta
Medan
Bandung
Solo
Palu
Banjarmasin
Bandarlampung
Pekanbaru
10 Maret
14 April
5 Mei
9 Juni
16 Juni
7 Juli
15 Sept
6 Okt
11
Cabang
Tanggal
1
2
3
4
5
Surabaya
Denpasar
Makasar
Palembang
Pekanbaru
5 Mei
14 April
17 Maret
9 Juni
14 Juli
Cabang
Tanggal
1
2
3
4
5
Jakarta
Surabaya
Medan
Bali
Pontianak
3 Maret
18 Maret
28 April
9 Juni
19 Mei
Cabang
Tanggal
1
2
3
Surabaya
Sumatera Utara
Yogyakarta
21 April
5 Mei
2 Juni
12
KABAR PAPDI
Bangkitkan Sense Of
Emergency Internis
dah dipahami. Dengan begitu, diharapkan dapat membantu internis mengingat kembali materi-materi kegawatdaruratan yang pernah diperoleh saat
menjadi residen. EIMED PAPDI ini dibagi menjadi tiga jilid. Pada jilid pertama,
mengenai EIMED dasar dan kegawatdaruratan penyakit dalam ditinjau dari
gejala-gejala yang dirasakan pasien pada waktu datang ke unit gawat darurat.
Jilid kedua mengenai kegawatdaruratan ditinjau dari pendekatan penyakit,
dan jilid ketiga membahas prosedur
dan tindakan dalam kegawatdaruratan
penyakit dalam.
Serupa dengan ACLS atau ATLS, tapi EIMED dirancang sebagai panduan
untuk mempelajari kegawatdaruratan
penyakit dalam. Layaknya suatu buku,
EIMED PAPDI mengacu pada standar
prosedur emergensi
nan ideal, namun aplikasinya dapat diterapkan untuk kondisi di Indonesia.
Untuk lebih memahami penerapan
kegawatdaruratan, PB PAPDI mengadakan kursus kegawatdaruratan selama tiga hari. Kursus ini terdiri dari
empat modul yang akan mengulas
berbagai kasus kegawatdaruratan yang
kompleks bersama para pakar dibidangnya. Kita akan mendiskusikan kasuskasus yang rumit. Dan kita akan membuka wawasan internis bagaimana
menangani kegawatdaruratan pada
prehospital. Bukan hal yang tidak
mungkin internis turun dalam prehospital atau bencana, ujar Dr. Bambang.
Berkaitan dengan pelatihan EIMED,
Dr. Bambang mengatakan PAPDI sementara akan menyelenggarakan Training of
Tranee (TOT) EIMED, pada 17-19 Februari 2012.Buku EIMED jilid pertama
sudah terbit Oktober 2011 lalu. Jilid pertama terdiri dari 50 bab yang ditulis oleh
50 pakar. Sementara jilid kedua dan
ketiga masih dalam proses penulisan.
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, PAPDI akan selalu memperbaharui isinya. Dan PAPDI terbuka atas saran atau kritik untuk kesempurnaan buku ini. Dengan begitu, diharapkan internis memiliki kompetensi yang lebih baik
dalam menangani kasus-kasus emergensi yang mengancam keselamatan
jiwa pasien di negeri ini. (HI)
FOTO-FOTO: DOK. HI
emergensi, kata Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, FINASIM, salah satu
editor EIMED PAPDI.
Buku Emergency in Internal Medicine
(EIMED) PAPDI bukan sekadar memperkaya khazanah literatur kedokteran
di Indonesia, namun juga menjawab
kebutuhan para dokter, terutama internis dalam menghadapi kasus-kasus
kegawatdaruratan medik. Berbeda dengan referensi kegawatdaruratan lain,
EIMED PAPDI adalah buah karya 50
pakar-pakar ahli penyakit dalam di Indonesia. Kasus-kasus kegawatdarurat-
DOK. HI
Penyakit Dalam
etelah sukses meluncurkan buku
EIMED (Emergency in Internal Medicine) PAPDI, PB PAPDI melanjutkan program kegawatdaruratan penyakit dalam ini dengan mengadakan
workshop Pelatihan Narasumber EIMED PAPDI pada 17-19 Februari 2012
di Hotel Harris, Jakarta. Pelatihan ini diikuti oleh para tutor dari seluruh cabang
PAPDI di Indonesia. Pada acara ini sengaja kita memilih sejawat dari tiap-tiap
cabang yang ada, agar nantinya bisa
membantu workshop ke daerah-daerah, ujar Koordinator EIMED Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R.
Program ini, lanjut Dr. Bambang,
akan dilanjutkan dengan penerbitan buku jilid dua dan tiga yang disertai dengan pelatihan EIMED bagi internis dan
dokter umum. EIMED menjadi standar
kegawatdarurutan ilmu penyakit dalam.
Kelebihan EIMED materinya telah disesuaikan dengan kondisi dan kasus-kasus yang sering terjadi di Indonesia, katanya
Dr. Haerani Rasyid, SpPD, KGH, FINASIM, dari PAPDI Cabang Makassar, Sulawesi Selatan
EIMED ini penting
sekali karena kasus-kasus emergensi penyakit dalam cukup besar,
sekitar 40 persen.
Seorang internis harus meningkatkan kompetensi ini, sehingga kasus-kasus emergensi penyakit
dalam dapat ditangani oleh internis, bukan bidang lain bukan kompetensinya.
Workshop seperti ini bermafaat sekali
sebaiknya dapat dilakukan berkala, minimal 2 kali setahun.
karena kasus-kasus
emergensi di rumah
sakit yang merupakan kompetensi penyakit dalam besar
sekali. EIMED ini semoga bisa dilakukan di daerah-daerah, sehingga internis
di daerah dapat meningkatkan kemampuannya di bidang ini. EIMED yang pertama di dunia.
pusat pendidikan karena materinya cukup up to date dan dibuat oleh ahlinya.
EIMED dapat setara dengan ACLS, jadi
dokter umum dapat mengambil workshop ini.
KABAR PAPDI
PIN IX Makassar:
Meng-update Ilmu
di Kota Angin Mamiri
DOK. HI
PIN menyuguhkan
tema-tema menarik
yang diulas secara holistik. Bagi para sejawat terutama sejawat
di daerah, tema ini
menjadi daya tarik
sehingga dapat diaplikasikan di kamar
praktik.
Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC memberi sambutan
pada pembukaan PIN IX di Makassar.
Suasana salah satu sessi ilmiah pada PIN IX Makassar. Tampak Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R,
FINASIM sebagai pembicara.
Salah satu work shop pada PIN IX Makassar, Dr. Dono Antono, SpPD,
K-KV, FINASIM sebagai narasumber.
PAPDI Peduli
KLB Hepatitis A
Kasus hepatitis A yang merebak di
beberapa daerah membuat resah
masyarakat. Pada waktu bersamaan beberapa daerah di Jawa Barat
seperti Bandung, Depok, Tasikmalaya,
dan Bogor telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A.
Kondisi ini menjadi perhatian PB
PAPDI. Untuk itu, PB PAPDI bersama
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia
(PPHI) berbagi informasi dalam Konferensi Pers seputar Hepatitis A, di Kantor PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera,
Cikini. Hadir sebagai narasumber Ketua Umum PPHI DR. Dr. Rino A. Gani,
SpPD, K-GEH, FINASIM yang didampingi Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI
dapat diaplikasikan ketika praktik. Dengan begitu ia dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Tema yang menarik membuat acara
yang berlangsung tiga hari ini setiap sesinya selalu dipadati peserta. Beberapa
tema workshop yang menarik perhatian
peserta diantaranya: resusitasi jantung
paru (RJP), strategi pemakaian obat anti
hipertensi pada hipertensi emergensi,
penanganan DHF berat, terapi insulin,
pemasangan akses vena & permasalahannya, terapi non operatif pada hemoroid, penatalaksanaan perioperative pasien penyakit dalam, endoskopi saluran
cerna: teknik dan interpretasinya dan
lain-lain.
Pada PIN IX ini juga dikenalkan program baru PB PAPDI yaitu Emergency in
Internal Medicine (EIMED) PAPDI. Program ini diawali dengan meluncurkan
buku panduan EIMED PAPDI. Menurut
Koodinator EIMED PAPDI, Dr. Bambang
Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM buku ini
berisi kasus-kasus kegawatdaruratan
dalam Ilmu Penyakit Dalam. Buku ini terdiri dari tiga jilid, dan selanjutkan akan
diadakan workshop kegawatdaruratan
penyakit dalam bagi internis. Selain untuk internis, PB PAPDI juga merancang
program EIMED untuk dokter umum.
Di samping memperoleh ilmu dan
keahlian yang memang dibutuhkan dalam praktik, Kota Makassar menawarkan beberapa tempat wisata alam nan
indah. Tak ayal, sebagian peserta me-
DOK. HI
13
PB PAPDI bersama PPHI menggelar Konferensi Pers tentang Hepatitis A di Kantor PB PAPDI, Gedung ICB
Bumiputera, Cikini, Jakarta. Hadir sebagai narasumber Ketua Umum PPHI DR. Dr. Rino A.Gani, SpPD, K-GEH,
FINASIM dan sebagai moderator Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.
titis A termasuk jenis yang akut (berlangsung kurang dari 6 bulan). Sedangkan hepatitis B dan C biasanya hepatitis kronik (lebih dari 6 bulan)," katanya.
Untuk pengobatan infeksi virus hepatitis A dapat dilakukan secara suportif. Karena menurut Dr. Rino, tidak ada
obat untuk membunuh virus tersebut
secara langsung dan memang tidak
14
INFO MEDIS
DOK. HI
An Up Date on Sepsis
Kegiatan Ilmiah
Pada forus tersebut ada tiga sesi, yaitu plenary session, palarel session dan clinical trials. Dalam plenary
session dibahas tentang definisi dan paradigma baru
Sepsis. Kriteria Sepsis yang dicetuskan oleh Riger
PNPK HIV/AIDS:
KABAR PAPDI
DOK. HI
INFO MEDIS
15
rus dilakukan tindakan medis itu, apa komplikasi/risiko yang akan dihadapi pasien, bila tidak dilakukan tindakan medis, apakah ada alternatif tindakan medis diluar tindakan medis yang direncanakan, bagaimana tindakan medis tadi akan dilakukan, seberapa besar peluang keberhasilannya, dan lain-lain.
Pasien/keluarganya harus mendapat informasi tentang masalah masalah tersebut dengan sejelas-jelasnya. Bila diperlukan, pasien boleh melakukan klarifikasi
dan mencari second opinion pada dokter lain.
Klarifikasi menjadi penting, karena dengan adanya
klarifikasi pasien akan memperoleh pencerahan dari
masalahnya. Artinya pasien/keluarganya benar-benar
akan memahami alasan dokter merencanakan tindakan tersebut. Jadi pasien yang informed, ditambah dengan klarifikasi, akan semakin meningkat pemahamannya, sehingga akan menjadi pasien yang tercerahkan (enlightened).
Selain itu dokter juga harus melakukan klarifikasi
pada pasien. Harus dinilai apakah persepsi pasien/keluarga terhadap tindakan medis yang direncanakan
oleh dokter, telah sesuai dengan persepsi yang diharapkan oleh dokter. Bila ternyata belum ada kesamaan
persepsi antara dokter dan pasien, dokter jangan segan mengulangi lagi langkah yang sudah dilakukan.
Tujuan dari klarifikasi agar pasien/keluarga benarbenar telah dapat memahami: mengapa, untuk apa, dan bagaimana tindakan medis yang direncanakan oleh
dokter tadi. Jadi untuk memperoleh
informed consent harus ada clarification, yang dilakukan baik oleh dokter,
maupun oleh pasien.
Lima C untuk
Informed consent:
Communication
Condition
Competent
Clarification
Concent
Kedua, hal lain yang sangat penting, sehingga harus diperhatikan oleh dokter, ialah dokter harus memahami bagaimana kondisi klinis pasien dan terutama
kompetensi dari pasien, pada saat dokter akan memberikan informasi tersebut. Jika yang dihadapi dokter, adalah pasien dewasa yang sadar dan kompeten, maka informed consent harus terjadi antara dokter dan pasiennya. Artinya informasinya harus diberikan oleh dokter,
dan consent-nya harus diberikan oleh pasien nya sendiri. Tetapi untuk pasien anak-anak, atau pasien dewasa
yang tidak kompeten secara hukum, maka hukum
mengharuskan consent diberikan oleh pihak ketiga,
yaitu: orang tua, wali, atau orang yang dikuasakan, dan
lain-lain, tentu saja setelah mereka memperoleh informasi yang cukup dari dokter
Apakah yang dimaksudkan dengan pasien yang kompeten? Dalam llmu hukum yang dimaksudkan dengan
individu yang tidak kompeten, adalah mereka yang karena sesuatu hal, dianggap tidak mampu bertindak sebagai subyek hukum. Tidak sah untuk bertindak mewakili
dirinya sendiri, termasuk memberikan persetujuan pada
informed consent. Adapun yang termasuk pada orangorang yang tidak kompeten menurut hukum, diantaranya adalah: mereka yang belum dewasa, penderita keterbelakangan mental, tidak sadar, pikun, gila dan sebagainya. Pada pasien yang tidak sadar, tetapi memerlukan tindakan darurat untuk menyelamatkan jiwanya,
untuk sementara informed consent dapat ditinggalkan.
Tindakan penyelamatan jiwa harus didahulukan, tetapi
informed consent tetap harus dilakukan, yaitu nanti
pada saat pasien tadi telah sadar, dan mampu menerima informasi
Jadi pemahanan dokter pada kondisi klinis pasien
dan kompetensi pasien sangat penting, karena menentukan kualitas dan sahnya suatu informed consent
Mengingat kondisi pasien dan kompetensinya, adalah
dua hal yang kadang-kadang sulit dipisahkan. Maka
penilaian patients condition dan competent sebaik nya
dilakukan sekali jalan dalam satu langkah
Ketiga,
selain memberikan informasi kepada pasien, dokter juga harus mau memberikan penjelasan
(clarification ). Minimal pasien harus tahu mengapa ha-
16
SOSOK
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC
Terus Bergerak
Filosofinya seperti
orang berenang, jika
berhenti maka akan
tenggelam. Namun
semuanya harus punya
arah, goal, dan sasaran
bergerak.
"Kita tidak boleh menutup mata terhadap perkembangan yang terjadi. Visi
kita tidak boleh satu titik. Tidak boleh
hanya fokus pada satu pandangan,"
ujarnya tentang berbagai riset yang
dilakukannya.
Untuk memperdalam bidang jantung
termasuk sel punca, Prof. Idrus menimba ilmu ke manca negara dan juga tentunya kepada ahli sel punca yang juga
ahli penyakit jantung, Prof. DR. Dr. T.
Santoso, SpPD, KKV, FACC, FESC. "Beliau memang mempersiapkan penerus
di bidang stem sel," ujar Koordinator
Terapi Sel Punca pada Penyakit Jantung FKUI/RSCM ini.
Dengan tekun, Prof. Idrus terus
memperkaya ilmu pengetahuannya di
bidang medis terutama jantung. Ia
Prof. Idrus dan istri, saat pengukuhan sebagai Guru Besar FKUI.
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC.
KABAR CABANG
17
Hotel Grand Senyiur, Balikpapan, tempat bakal berlangsungnya acara PIN X PAPDI.
dan ketrampilan tambahan dalam rangka peningkatan pelayanan secara holistik kepada pasien, kata Ketua Pelaksana PIN Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC
Pada 2012 ini pengurus pusat telah
menetapkan PAPDI cabang Kalimantan
Timur menjadi tuan rumah PIN X. Panitia
yang terdiri dari pengurus pusat dan cabang akan menggelar acara di Hotel
Grand Senyiur, Balikpapan, Kalimantan
Timur, 28 Juni 1 Juli 2012. Dengan
mengusung tema Update in Diagnostic
Procedures and Treatment in Internal
Medicine diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi Internis untuk mempelajari kasus-kasus yang kerap dijumpai disaat praktik. Ditambah lagi dengan
kemasan yang menarik, berupa kuliah
umum, temu ahli dan workshop, memudahkan peserta untuk berinteraksi lebih
jauh dengan para pembicara yang pakar
dibidangnya. PIN diminati para dokter,
terutama internis. PIN X ini diperkirakan
lebih banyak pesertanya, karena bertepatan dengan libur sekolah. Para dokter
dapat membawa keluarga sembari menikmati tempat wisata di Kalimantan Timur. Panitia optimis dapat menyukseskan acara ini, kata Ketua PAPDI cabang
Kalimantan Timur Dr. Carta Agrawanto
Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.
Dr. Carta menambahkan pada PIN di
Balikpapan nanti akan ada acara baru,
yaitu pelatihan Emergency In Internal
Medicine (EIMED). Pelatihan EIMED diselenggarakan selama tiga hari dengan
membahas tema-tema kegawatdaruratan dalam Penyakit Dalam. Para peserta
Selamat Berkongres
Sumatera Utara bahwa internis di Indonesia tak kalah dibanding negeri tetangga. Ada sebagian masyarakat disini yang mempercayai soal kesehatannya untuk berobat ke Malaysia, padahal kita juga memiliki skill yang cukup,
kata Prof. Harun, menyayangkan.
Seperti biasa, KOPAPDI selalu ramai
dihadiri oleh internis. Begitu pula pada
Danau Toba.
KOPAPDI XV di Medan nanti. Para sejawat akan tumpah ruah di empat hotel
bintang lima yaitu Hotel JW Marriot
International, Hotel Grand Aston, Hotel
Aryaduta International, dan Hotel Santika yang berdekatan. Berbagai acara
telah dikemas panitia dengan apik,
seperti sidang organisasi yang menjadi
agenda utama kongres, simposium
ilmiah, workshop, konvokasi, gala dinner, bakti sosial dan olah raga.
Rencananya, kongres akan dibuka
oleh Kementerian Kesehatan Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih sekaligus
memberi orasi pada plenary lecture. Sementara, Gubernur Sumatera Utara
akan bersama peserta kongres pada
malam keakraban. Dan yang memberi
orasi memorial lecture pada konvokasi
adalah Ketua PMI Yusuf Kalla yang juga
mantan wakil Presiden RI. Di samping
undangan dari institusi pemerintah dan
tokoh nasional, nuasa kongres lebih
terasa mendunia dengan diundangnya
18
KABAR CABANG
PIT XV 2011:
DOK. HI
KABAR PAPDI
Pembicara PAPDI Forum Haji Direktur Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Drs. H.A. Kartono,
DR.Dr.Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, DR.Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG, Dr. Nina Kemalasari, SpPD, K-Ger
dengan moderator Dr. Alvin Harahap, SpPD
lar misal meningitis serta ISPA, ungkap Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana,
SpPD, FINASIM, Humas PB PAPDI.
Untuk mengurangi angka kesakitan
selama haji, jemaah haji hendaknya
mempersiapkan kesehatan sebaikbaiknya dan membekali diri dengan beberapa informasi kesehatan. Guna
membantu masyarakat terutama je-
periode 2009-2012, Dr. Tony Suhartono, SpPD, K-EMD, FINASIM acara ilmiah tahunan PAPDI Cabang Semarang
ini menjadi sarana bagi dokter, baik internis, dokter umum dan spesialis lain
untuk melakukan penyegaran dan menambah pengetahuan seputar ilmu penyakit dalam. Kegiatan ilmiah ini dimaksudkan untuk penyegaran bagi para dokter agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
lebih professional, katanya.
PIT XV lebih menarik perhatian peserta karena menghadirkan para pembicara dari berbagai pusat pendidikan
Kedokteran di Indonesia dan beberapa
pembicara asing. Mereka memaparkan
berbagai perkembangan penyakit jantung dan penyakit sistemik. Event ini
terdiri dari delapan topik workshop
yang diadakan pada hari pertama, 7
Oktober, kemudian dilanjutkan 12 topik
symposium. Lebih dari 500 peserta
antusias mengikuti acara yang berlangsung selama tiga hari itu. Para peserta diberi asupan kasus-kasus jantung
agar dapat menangani pasien-pasien
jantung lebih baik lagi, ujarnya.
Di samping acara ilmiah, pada kesempatan itu juga diadakan malam halal bil halal dan rapat PAPDI Cabang Semarang beserta anggotanya. Sessi ini
bersifat internal untuk konsolidasi anggota dan mempererat silaturahmi para
internis lulusan FK Undip yang hadir
dari berbagai daerah. (HI)
No Tanggal
Nama Kegiatan
Tempat
Sekretariat / Pendaftaran
10-18 Maret
KPPIK
9-11 Maret
Hotel Pulman,
Jakarta
PDUI
Telp.: 081382916195, CP : Ade
10-11 Maret
Divisi Psikosomatik
Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Telp.: 021-31930956/ 90616075
Fax : 021-3142108 CP: Murti
24 Maret
TB Day
GD A Lt. 8
Divisi Pulmonologi
Dept Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Telp.: 021-3149704 Fax : 021-31902461
CP: Indah, Dr. Ibnu, Samsul, Supri
30-31 Maret
Ikatan Keseminatan
Kardioserebrovaskular Indonesia
Divisi Kardiologi FKUI/RSCM
d/a Dept. Ilmu Penyakit Dalam
Telp.: 021-31934636 Fax : 021-3161467
CP : Ella / Mumun
6-8 April
19-22 April
27-29 April
5-6 Mei
Simposium Jakarta
Endocrinology Meeting (JEM)
10 10-13 Mei
Jakarta
11 26-27 Mei
Jakarta
12 2-3 Juni
Divisi Geriatri
d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
Telp.: 021-31900275 Fax : 021-3146633
CP : Cici / Indah
13 14 - 16 Juni
Banda Aceh
Balikpapan Kaltim
OBITUARI
unia kedokteran Indonesia berduka. Di penghujung 2011, salah satu tokoh pendidikan kedokteran dan perintis geriatri telah kembali ke Sang
Khalik pada 27 Desember 2011 lalu. Ia meninggal
dunia di usia 81 tahun karena sakit yang dirasakan
beberapa tahun ini.
Ia adalah Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, KGer, FINASIM, salah satu arsitek kurikulum pendidikan kedokteran Indonesia. Pria kelahiran Purwakarta,
7 Mei 1930 silam ini telah memberi kontribusi yang
besar dalam pendidikan kedokteran di negeri ini.
Pandangannya, pendidikan kedokteran mesti mengedepankan pendekatan holistik dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Supartondo amat
risau jika pasien mendapat pelayanan terkotak-kotak.
Bahkan ia berani menentang pendekatan pelayanan
kesehatan berdasarkan organ-organ tubuh, apalagi
jika hal tersebut terjadi pada pasien usia lanjut.
Pelayanan Yang
Berkesinambungan
Ia sangat akrab dengan pasien.
Bahkan ia memahami apa yang dirasakan
pasien. Pola laku pasien menjadi bahan renungan yang akhirnya menjadi suatu pemikiran yang disampaikan dalam bentuk perkuliahan. Salah satu yang
menjadi perhatiannya dalam melayani pasien adalah
pelayanan yang berkesinambungan. Sejak di rumah
sakit dan akhirnya rawat jalan, pasien harus mendapatkan pengelolaan yang lengkap. Ruang pelayanan
tidak terbatas di rumah sakit dan poliklinik, kunjungan
ke rumah pasien menjadi salah satu materi kuliah
yang diajarkan pada mahasiswa. Ia mengatakan pendidikan kedokteran harus bisa menghasilkan lulusan
yang melayani.
Di mata teman-temannya, ia adalah sosok konsisten, satu kata dan perbuatan dan bertanggung jawab.
Lulus tingkat pertama, ia dipercaya sebagai asisten
Prof. Kostermans, Guru Besar dalam bidang kimia
untuk membantu para mahasiswa FKUI dalam praktikum kimia. Dan ia pun sangat aktif di Senat Mahasiswa; pernah menjadi Wakil Ketua Senat Mahasiswa
FKUI.
Lulus menjadi dokter pada 1959, ia melanjutkan
pendidikan spesialis penyakit dalam. Pada 1964 ia
menyandang gelar internis. Selanjutnya, pada 1970
Berdedikasi Tinggi
Bagi Dr. Rd. Marcel, dan juga Dr. Rr. Christina Lani
Simadibrata Kolopaking dan Dr. Rd. Paulus Simadibrata Kolopaking, SpPD kepergian ayah meninggalkan
kesedihan yang mendalam. Sosok ayah adalah inspirator dalam mengarungi hidup. Sifatnya yang pekerja
keras dan sangat disiplin dengan waktu menjadi
teladan bagi mereka. Tak heran, ketiga anaknya
mengikuti jejaknya menjadi dokter. Padahal, diakui Dr.
Marcel, ayah tidak pernah memaksa anak-anaknya
untuk menjadi dokter. Ia memberi kebebasan memilih
19
20
PB PAPDI
PB PAPDI
l e n g g a r a k a n
Scientific Meeting on
Thrombolytic Agent
pada, 17 Desember
2011 di Hotel Borobudur, Jakar ta Pusat.
Acara ini terselenggara
atas kerjasama antara
Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), Ikatan Keseminatan Kardioserebrovaskular Indonesia (IKKI) dan PT Dexa Medica. Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
pada pembukaan acara tersebut mengatakan acara ini memiliki nilai historis karena baru pertama kalinya ada acara khusus yang diselenggarakan oleh dua sub-spesialis penyakit dalam dengan mengambil suatu masalah bersama. Diharapkan hal
ini bisa ditindaklanjuti.
DOK. PAPDI
PB PAPDI menye-
Indonesia (PP PDPI) pada 17 Januari 2012 di Kantor PB PAPDI Gedung ICB
Bumiputera, Cikini Jakarta. Kunjungan ini dalam rangka silaturahmi dari pengurus
baru PP PDPI periode 2011-2014. Hadir dalam pertemuan itu dari PB PAPDI adalah
Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Wakil
Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, Ketua Bidang
Organisasi Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM, Dr. Anna Uyainah
Nazir, SpPD,K-P, Mars dan Dr. Ceva W. Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC perwakilan
dari PERPARI. Sedangkan dari PP PDPI Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas,
SpP(K), Mars, Bendahara Umum Dr. Temmasonge R. Pakki, SpP(K), Ketua Bidang
Profesi Dr. Budhi Antariksa, SpP (K), dan Dr. Erlina B, SpP(K) sebagai Ketua Bidang
International PP PDPI.
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
ALBUM PAPDI
but. Pada sesi pertama menghadirkan pembicara, yaitu, DR. Dr. Lugyanti
Acara ini melibatkan pembicara dari masing-masing organisasi profesi terse-
Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM, Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM
dan DR. Raymond R. Tjandrawinata, MS, MBA, FCB, Ph.D. Sessi ini bertambah
menarik dengan dipandu DR. Dr. Djumhana Atmakusuma, Sp.PD, K-HOM dan Dr.
Ika Prasetya W, SpPD, K-KV, FINASIM. Presentasi selanjutnya menyajikan beberapa
kasus penyakit yang disajikan oleh Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD dan Dr. Rachmat
Hamonangan, SpPD. Diskusi ini lebih hidup dengan dua moderator, Prof. DR. Dr. A.
Harryanto Reksodiputro, SpPD, K-HOM, FINASIM dan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FASPIC.
Ketua Umum PB PAPDI, DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
Hotel Kapuas, pada 26 November 2011 lalu. Prosesi pelantikan berlangsung khidmat yang ditandai dengan penyematan PIN oleh Ketua Umum PB PAPDI kepada
Ketua PAPDI Cab. Kalimantan Barat Dr. B.A. Marbun, SpPD, FINASIM, Sekretaris Dr,
Yustar Mulyadi, SpPD, FINASIM dan dilanjutkan keseluruh anggota PAPDI Cab.
Kalimantan Barat. Pelantikan ini disaksikan perwakilan IDI Wilayah Kalimantan
Barat.
Di akhir prosesi
pelantikan
PAPDI Cabang Kalimantan Barat, para
pengurus berkesempatan foto bersama.
Tampak Ketua Umum
PB PAPDI DR, Dr. Aru
W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP
beser ta Sekretaris
Jenderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes, FACP, Wakil
Sekretaris Jenderal Dr. Sally A.Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Ketua PAPDI Cab.
Kalimantan Barat Dr. B.A. Marbun, SpPD, FINASIM, Sekretaris Dr, Yustar Mulyadi,
SpPD, FINASIM dan seluruh anggota PAPDI Cabang Kalimantan Barat.
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
DOK. PAPDI
Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP,
menerima cindera mata dari Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas, SpP(K),
Mars.
ta. Tampak Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
Foto bersama pengurus antara pengurus PB PAPDI dan PAPDI Cabang Yogyakar-
FINASIM, FACP beserta Sekretaris Jenderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH,
FINASIM, MKes, FACP, Wakil Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV,
FINASIM, Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM,
Sekretaris Dr, R.Bowo Pramono, SpPD,K-EMD, FINASIM dan seluruh anggota PAPDI
Cab. Yogyakarta. Acara ini bersamaan dengan Roadshow PAPDI.