PERKINews
www.perkijaya.com
PERKINews
Majalah Semijurnal Kardiovaskular
Redaksi PERKINews
Penanggung Jawab/Pemimpin Umum dr. Dolly RD Kaunang, SpJP, SpKP (Ex Officio Ketua Perki Jaya) Pemimpin Redaksi dr. Dolly RD Kaunang, SpJP, SpKP Wakil Pemimpin Redaksi dr. Indriwanto S. Atmosudigdo, SpJP Redaksi dr. Daniel PL Tobing, SpJP dr. Isman Firdaus, SpJP dr. Adrianus Kosasih, SpJP dr. Henry Pakpahan, SpJP dr. Rita Zahara, SpJP Staf Redaksi Nani Syuaib, AM.d Penerbit Pengurus Cabang Perki DKI Jakarta Alamat Redaksi Sekretariat PERKI JAYA National Cardiovascular Center Harapan Kita, Wisma Harapan Kita Bidakara 2nd Floor, Jl. Letjen. S. Parman Kav. 87, Jakarta 11420 Phone & Fax : (021) 5608239 E-mail : perkinews@yahoo.co.id, website : www.perkijaya.com
Laporan Utama_hal. 12
ERKI JAYA segera menggelar special event , yakni Jakarta Cardiovascular Summit (JCS) 2012, yang akan diselenggarakan di Ritz Carlton Hotel Jakarta, 26 -27 Mei mendatang. Perhelatan ini boleh dikatakan istimewa, karena selain JCS 2012 ini merupakan event besar berskala nasional yang pertama kalinya diselenggarakan PERKI JAYA, juga pada event ini digelar tiga agenda besar yang berkaitan dengan Scientific, gathering (silaturrahmi) dan suksesi.
konten
EDITORIAL PERKINews Media Komunikasi Terintegrasi 6 PROFIL UTAMA Bambang B. Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAPSC, FAsCC Menguak Lanscape dan Anatomi Gagal Jantung 7 LAPORAN UTAMA Jelang Jakarta Cardiovascular Summit 2012 Perki Jaya Gelar Event Akbar 12 MEDICAL REVIEW dr. Rita Zahara, SpJP Hipertensi Pulmoner pada Bedah Jantung LAPORAN KHUSUS Paradigma Baru Langkag Strategis Perki Benahi Regulasi 18 24 dr. Muhamad Toyibi, SpJP: Kepengurusan Perki Jaya Dinilai Sukses PERKI Butuh Figur yang Punya Pressure Power 28 INFO TEKNOLOGI dr. Adolf Amahorseja, SpJP Biomekanik Sistem Kardiovaskuler ETIKA MEDIS Benahi EQ Tanamkan Kejujuran dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP, FIHA Hidup Bersahaja Ala dr. Ann 30 38 41
46
50 52 54 56
Menyediakan ruang untuk para pembaca untuk menyumbangkan tulisan baik itu artikel, berita, kolom, dan sebagainya untuk dimuat di majalah PERKINews. Tulisan yang dimuat tetap selaras dengan visi dan misi majalah PERKINews, sehingga kami dari redaksi berhak untuk melakukan pengeditan seandainya dianggap perlu. Naskah dikirim via e-mail ke alamat perkinews@ yahoo.co.id. untuk informasi hubungi Redaksi PERKINews telepon: 021-5608239, Untuk setiap tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang pantas dari Redaksi. Selamat berkarya.
PERKINews
editorial
PERKINews
hadapan Anda. Tidak seperti media sebelumnya yang hanya berformat tabloid. Kini, PERKINews wajah baru. Performance baru, lebih genuine, dan berani pajang dalam format MAJALAH dengan genre semi jurnal.
Profil Utama
Bambang Budi Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAPSC, FAsCC
eberadaan Klinik Gagal Jantung RS. Harapan Kita ini boleh dikatakan achievement yang
Terpilihnya dr. Bambang begitu panggilan akrabnya sebagai panglima yang memimpin Klinik Gagal Jantung RS. Harapan Kita ini pun dianggap sebagai suatu pilihan tepat. Prestasinya sebagai kardiolog, periset dan lecturer handal sudah dikenal dan diakui nasional maupun intenasional. Beberapa prestasi penting yang diraih dokter yang dikenal ramah
ini diantaranya, Meraih FKUI Award 2010/2011 untuk karegori Best Modul, dan tahun berikutnya (2012) dr. Bambang kembali mendapat Penghargaan Ilmiah dari UI atas Keanggotannya pada Journal Internasional Cardiovascular Disease Prevention and Control. Karenanya wajar saja namanya masuk dalam 100 Best Medical Achivers in Indonesia.
membanggakan, karena berangkat dari background research yang cukup panjang. Tidak bisa dipungkiri, salah satu tokoh penting yang menjadi motornya adalah, kardiolog senior, Bambang Budi Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAPSC, FAsCC.
Profil Utama
ketiga, kematian di rumah sakit masih sangat tinggi, yakni rata-rata 6,7%, masih jauh lebih tinggi dibanding Amerika Serikat yang hanya 3,8%, Singapura yang hanya 2,0%, dan Thailand hanya mencapai 5,5%, bahkan lebih dibanding kawasan Asia Pasific yang hanya 6,1%. Research tersebut juga mencatat bahwa gagal jantung yang terbanyak karena hipertensi, jantung koroner, diabetes dan pasca serangan jantung. Selain itu profil pasien gagal jantung Indonesia umumnya adalah mereka dengan
dr. Bambang sedang memberikan bimbingan pada anak didiknya.
riwayat perokok dan bekas perokok sebanyak 50%. Kemudian pasien gagal jantung yang pompanya lemah (kurang dari 40%) pun cukup banyak, yakni mencapai 62,7%. Selain itu mereka rata-rata asam uratnya tinggi, dan menderita cardio renal syndrome. Pemakai ventilator di Indonesia pun jauh lebih tinggi dibanding Amerika Serikat. Namun sayangnya sejak penelitian itu, hanya
Bagaimana sebenarnya gambaran gagal jantung di Indonesia? Kepada PERKINews, dr. Bambang yang juga tim dokter kepresiden RI itu, mengemukakan bahwa untuk mengetahui gambaran gagal Jantung di Indonesia setidaknya bisa mulai dicermati dari data the Acute Decompensated Heart Failure National Registry (ADHERE) tahun 2006. Pada proyek research ADHERE berskala internasional ini khusus meneliti usia diatas 18 tahun. Sayangnya dari Indonesia hanya 5 rumah sakit yang ikut, diantaranya RS Harapan kita. Diketahui jumlah rumah sakit di Indonesia yang mencapai 1246. Dimana 49,8% merupakan rumah sakit swasta, dan 50,2% milik pemerintah. Dari semua rumah sakit, sangat sedikit rumah sakit yang ada di daerah luar Jawa, lebih banyak terkonsentrasi di Jawa, yang mencapai 50%. Berdasarkan jumlah tempat tidur (bed) di rumah sakit pun sangat sedikit, yakni 1 bed untuk 1628 penduduk. Temuan penelitian itu setidaknya
mencatat beberapa temuan penting, yakni :Pertama, masa rawat inap pasien gagal jantung di Indonesia tergolong tinggi, yakni mencapai rata-rata 7,1 hari. Hal ini jauh sekali perbandinganya dengan Amerika Serikat, yang pasien gagal jantungnya rata-rata hanya dirawat inap 4,1hari. Kedua, penderita gagal jantung umumnya datang terlambat. Dan
Profil Utama
RS Harapan Kita saja yang ikut. Akhirnya hingga kini tidak ada yang mau ikut. Meski sejak 2010 invitation diselenggarakan online melalui website PERKI, tetap saja rumah sakit lainnya tidak ada yang berpartisipasi. Namun show must going on. Menapak tahun 2007, bersama kolega, seniornya maupun dengan para kardiolog muda, dr. Bambang tak patah arang untuk terus melanjutkan research. Dijelaskannya, salah satu hasil penelitian tersebut yang menjadi catatan penting adalah penyebab kematian terbanyak karena pasien tidak patuh berobat (non complain), pompanya sangat lemah dan akibat mengidap diabetes. (Sumber: Amran es. dan Siswanto) Penelitian lainnya yang menguatkan adalah penelitian oleh Trimawartinah, bahwa terdapat faktor yang menyebab-kan penderita gagal jantung balokbalik masuk ke rumah sakit; hal ini ni dikarenakan: Tidak ak punya asuransi, umur (makin tua makin sering masuk), uk), gagal ginjal, ADF kurang 20%, tidak k patuh berobat, riwayat wayat hipertensi, merokok, ok, dan functional class ss rendah. Mencermati hasil penelitian dalam rentang Namun menurut Namu dr.Bambang, yang dr.Ba menyelesaikan meny pendidikan doktoralnya pend tentang Gagal Jantung, tent lebih menekankan lebi pada pencegahan pad di level masyarakat menjadi jauh lebih m penting, kalau tidak p kita dapat yang k berat-berat terus. b
(drh/vea/dk)
2006 2010 mengindikasikan setiap tahunnya terjadi peningkatan penderita gagal jantung.Bisa dicermati dari angka kematian (mortalitas) di RS Harapan Kita, dimana dari tahun 2006 hingga 2008 saja mortalitas karena gagal jantung saja berkisar antar 6% sampai 12%. Tidak hanya angka mortalitas saja yang menjadi fokus perhatian, namun mengamati data hasil penelitian tahun 2008 2010 terjadi pula peningkatan penyebab gagal jantung. Meski pasien gagal jantung dengan riwayat merokok dan pernah merokok menurun 10%, dari 50% pada tahun 2006 menjadi 40% pada tahun 2010,
namun ditemukan peningkatan penyebab gagal jantung lainnya. Merujuk data tahun 2006 penyebab gagal jantung akibat diabetes hanya 31%, meningkat tahun 2010 menjadi 36%. Kemudian penyebab rawat lagi karena tidak patuh minum obat meningkat mencapai 68%, uncontrol hypertension juga naik mencapai 30%. Tak kalah pentingnya lagi, jelas dr. Bambang, dari seluruh pasien gagal jantung yang masuk ada gradasinya. Ternyata 80% type-nya bolak-balik masuk rumah sakit, 90%. Diantaranya terkena hipertensi. Kesimpulan research terhadap pasien gagal jantung yang gaga konsisten selama rentang s 2006 20 tersebut, secara 2010 umum dijelaskan bahwa RS dije Harapan Kita selaku rumah sakit rujukan nasional ruju semakin lama semakin banyak melayani penderita m gagal jantung berat. ja Menyikapi hal tersebut, Menyik dibutuhkan tim spesialis dibutu yang lebih baik. le
Profil Utama
ehadiran Klinik Gagal Jantung di RS. Harapan Kita sejak tahun 2010 lalu, menjadi jawaban dari upaya memberikan pelayanan medis yang komperhensif bagi penderita gagal jantung. Namun tak banyak yang tahu, tokoh penting terwujudnya Klinik Gagal Jantung RS. Harapan Kita
ini adalah Bambang Budi Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAPSC, FAsCC. Klinik Gagal Jantung RS. Harapan Kita bukan saja mempertegas peran RS. Harapan Kita sebagai pusat rujukan jantung nasional atau National Cardiovascular Center (NCVC), namun juga merupakan refleksi keberhasilan
10
Laporan Utama
Jelang Jakarta Cardiovascular Summit 2012
12
Laporan Utama
erhelatan JCS 2012 ini berangkat dari background pemahaman pada jajaran Kepengurusan PERKI
begitu banyak, diantaranya seminar, simposium sehari, hingga event workshop EKG dan ACLS. Namun event Jakarta Cardiovaskular Summit 2012 ini bisa dikatakan cukup besar, karena selama ini event besar yang bisa menampung seluruh anggota PERKI JAYA ini belum ada. Sebelumnya pun PERKI JAYA belum pernah menggelar perhelatan sebesar ini. Oleh karenanya, jajaran Kepengurusan PERKI JAYA punya ide untuk melakukan acara ini. JCS 2012 ini menurut dr. Daniel, bukan
formatnya workshop. Nah sekarang dalam bentuk event yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, kita berkumpul tahun 2011 lalu. Akhirnya kita memutuskan melakukan Jakarta Cardiovascular Summit 2012 yang akan dilakukan tanggal 26 27 Mei. Meski PERKI JAYA dianggap sebagai barometer, namun diakui dr. Daniel, PERKI JAYA cukup tertinggal, karena PERKI cabang lain sudah kesekian kalinya mengadakan kegiatan seperti ini. Namun memang kadiolog di pusat
JAYA Periode 2010 - 2012, yang sejak awal dilantik punya komitmen besar untuk mengembangkan PERKI JAYA agar kedepan lebih maju. Demikian dikemukakan Sekjen PERKI JAYA, dr. Daniel PL Tobing, SpJP, FIHA kepada Perki News, medio maret lalu. Sebagai suatu organisasi profesi bagi para kardiolog Jakarta, PERKI JAYA
istilahnya harus punya peranan untuk anggota-anggota kita, tidak hanya sebagai suatu organisasi. Tapi punya andil apa sih yang bisa kita berikan untuk anggota kita, ungkap dr. Daniel yang pada event ini membidangi scientific. Selama ini, lanjutnya, kegiatan yang dilakukan PERKI JAYA sudah
hanya sebagai ajang untuk meng-up date pengetahuan bagi kardiolog Jakarta, tapi juga merupakan ajang gathering yang dirasakan akhir-akhir ini agak kurang dilakukan oleh sesama kardiolog. Sebenarnya dulu sewaktu masa kepengurusan dr. Hananto, itu juga sudah dipikirkan juga, namun
(Jakarta) jumlah kardiolognya masih paling banyak. Namun PERKI cabang lainnya dinila juga sudah cukup maju, namun kita berupaya lebih maju lagi supaya menjadi barometer, ungkap dr. Daniel sumringah. Menariknya lagi, topik utama yang diangkat pada JCS 2012 ini adalah adalah gagal jantung atau heart attack
13
Laporan Utama
failure. Kenapa tema Gagal Jantung? Perimbangannya jelas, karena masalah attack heart failure ini merupakan kasus yang terbesar - Selain jantung koroner - yang menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit. Intinya, selain jantung koroner, terbanyak kasus bolak-balik ke rumah sakit paling besar adalah gagal jantung. Mengingat betapa pentingnya event ini sebagai persembahan jajaran Kepengurusan PERKI JAYA bagi sejawatnya sesama kardiolog di Jakarta, karena itu sejak setahun lalu team work yang solit sudah pun terbentuk. Ketua panitia dipercayakan kepada dr. Pradana Tedjasukmana, SpJP, FIHA, yang didampingi dr. Frits RW Suling, SpJP (K), FIHA, sedangkan sekretaris panitianya adalah dr. Adrianus Kosasih, SpJP, FIHA.
Sejauh ini dr. Daniel menilai secara umum persiapan-persiapan yang dilaksanakan sudah cukup memadai. Susunan Jadwal hingga materi-materi untuk JCS 2012 pun sudah siap. Harapannya hal ini bisa dilakukan tahun-tahun berikutnya, sehingga PERKI JAYA bisa lebih berperan bagi anggotanya. Semula prinsipnya JCS 2012 ini memang lebih memprioritaskan bagi anggota PERKI JAYA, namun panitia tidak membatasi pesertanya dari Jakarta saja, namun dari luar Jakarta pun dipersilakan untuk ikut serta. Tentu saja kesempatan ini selain untuk memberi kesempatan kepada kolega kardiolog dari luar Jakarta, dan memberi kesempatan kepada dokterdokter umum yang merasa perlu dan bermanfaat.
Mengingat event ini tidak sekadar kegiatan ilmiah semata, tapi juga ada gathering. Karena itu support dari para mitra maupun stakeholder menjadi suatu keniscayaan. Namun ini menurut dr. Daniel, hal itu tidaklah mudah, karena menyadari mereka juga banyak kegiatan dan panitia bisa memaklumi itu. Karena ini untuk pertama kali, yang boleh dikatakan baru, kita akui ini cukup sulit, namun okelah, sejauh ini animonya cukup, bahwa kita cukup dibantu dan di-support oleh para mitra kita untuk kesuksesan penyelenggara itu. Termasuk oleh Perki Pusat. Saya kira sejauh ini kita cukup bisa melangkah dan tinggal menunggu nanti, dan kita Optimis, imbuh dr. Daniel. (drh/vea/dk)
14
Laporan Utama
Workshop (Pre-Congress), Friday, May 25, 2012 Ritz Carlton Hotel
Workshop on Acute Coronary Syndrome
Jam 07.30-08.30 08.30-09.00 09.00-09.30 09.30-10.00 10.00-10.15 10.15-10.45 10.45-11.15 11.15-11.45 11.45-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 Jam 07.30-08.30 08.30-09.00 09.00-09.30 09.30-10.00 10.00-10.15 10.15-10.45 10.45-11.15 11.15-11.45 11.45-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 Topik REGISTRASI dan PRE TEST Acute Coronary Syndrome (ACS) : Definition, Pathophysiology and Diagnosis ECG on Acute Coronary Syndrome ACS-STEMI Treatment Coffee Break ACS-Non STEMI Treatment Referral System of STEMI Patiens Review Lunch and Friday Praying CASE DISCUSSION POST TEST dan CLOSING Topik REGISTRASI dan PRETEST Acute Heart Failure (AHF) : Definition and Pathophysiology AHF : Diagnosis and Hemodynamic Profile AHF : Diagnosis and Treatment of ADHF in Emergency Coffe Break AHF : Diagnosis and Treatment of Acute Pulmonary Edema and Hypertensive Crisis AHF : Diagnosis and Treatment of Cardiogenic Shock AHF : Diagnosis and Treatment of Acute Right Heart Failure Lunch and Friday Praying CASE DISCUSSION POST TEST and CLOSING
15
Laporan Utama
Session 3: HF with Preserved Ejection Fraction : an under-emphasized problem? DISCUSSION Symposium 4 13.30 - 14.45 REVASCULARISATION IN SEVERE HEART FAILURE Session 1: The Role of Revascularisation in Heart Failure. Session 2: Heart Failure : who should underwent PCI? Session 3: Heart Failure : who should underwent CABG? CASE STUDIES 16.00 18.00 Member Meeting Dinner and Gathering 19.00 22.00 Dinner and Gathering Sunday, May 27, 2012 08.00 08.30 Breakfast Symposium Symposium 5 08.30 - 09.45 ACUTE CARDIAC CARE IN HEART FAILURE Session 1 : Current Treatment of Cardiogenic Shock Session 2: Acute Pulmonary Edema in Pregnancy Session 3: Inotropic and Vasopressor in ICCU : Tips & Tricks DISCUSSION 09.45 - 10.00 Coffee Break Symposium 6 10.00 - 11.15 HEART FAILURE IN ELDERLY Session 1: Heart Failure in the Elderly : whats the difference? Session 2: Heart Failure and the Brain : a wake-up call. Session 3: Cardiac Rehabilitation in HF : from theory to practice. DISCUSSION Symposium 7 11.15 - 12.30 ATRIAL FIBRILLATION AND HEART FAILURE Session 1: Stroke prevention in Heart Failure : The Role of New Anticoagulan Session 2: Revised Guidelines for Atrial Fibrillation Session 3: Arrhytmia & Heart Failure : The Role of ICD & CRT/D CASE STUDIES Lunch Symposium Advance in Antiplatelet therapy and hypertension Management 12.30 - 13.00 Symposium Session 1: Evolving Antiplatelet therapy : Standard treatment and NEW Agents Session 2: Treat Hypertension to Protect the Heart 13.00 - 14.00 Lunch CLOSING (Doorprize)
SEMINAR AWAM
Hotel Ritz Carlton, 26 & 27 Mei 2012 TEMA : Hindari Serangan Jantung Sejak Dini Pukul Acara 08.00 09.30 Pendaftaran & Pemeriksaan (GDS, Kolesterol, Tekanan Darah) 09.30 09.45 Coffee Break 09.45 10.00 Pembukaan 10.00 10.30 Kenali faktor risiko 10.30 - 11.00 Serangan Jantung : Apa yang perlu diwaspadai ? 11.00 11.30 Olah raga & kesehatan Jantung 11.30 11.45 Presentasi hasil lab 11.45 12.30 Talkshow & Diskusi 12.30 13.30 Penutup & Lunch
16
Medical Review
prosedur dan datanya diambil saat pasien sadar. Data tersebut di dapat dari cateterisasi jantung kanan atau dari echocardiography. Saat induksi anestesi, tejadi penurunan tekanan sistemik dan tekanan pulmonal. Akibatnya penggunaan tekanan arteri pulmoner sistolik (SPAP) dalam mendiagnosis PHT seringkali membuat
H
18
penilaian derajat keparahan menjadi pulmonal pada bedah jantung akan semakin meningkat. lebih rendah. Rasio MAP:MPAP (nilai normal > 4) telah diteliti dapat menjadi prediktor kuat untuk menilai derajat keparahan PHT, dan abnormalitas dari fungsi sistolik dan diastolik. Rasio MAP:MPAP yang diukur dengan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE) diamati tidak mengalami perubahan pada pasien yang akan menjalani bedah jantung
ipertensi pulmoner (Pulmonary hypertension (PHT)) adalah suatu faktor prognostik yang
penting pada bedah jantung karena berhubungan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Dengan peningkatan usia populasi dan berhubungan dengan makin parahnya penyakit, prevalensi hipertensi
Medical Review
Tabel 1. Berbagai parameter hemodinamik untuk mendiagnosis hipertensi pulmoner
Parameter Hemodinamik Tekanan sistolik arteri pulmoner (SPAP) Tekanan rerata arteri pulmoner (MPAP) Nilai normal 15-30 mmHg 9-16 mmHg Nilai abnormal >30 atau 40 mmHg Sedang: >18 mmHg Signifikan: >25 mmHg Exercise-induced: >30 mmHg Ringan: >125 dyn-s-cm-5 Sedang: >200-300 dyn-s-cm-5 Berat: >600 dyn-s-cm-5
Tahanan vaskuler paru terindeks (PVRI) = (MPAP-PAOP) x 80/CI Indeks tahanan vaskuler paru terhadap tahanan vaskuler sistemik (PVRI/SVRI) x 100% Gradien trans-pulmoner (MPAP-PAOP) Indeks tahanan paru rerata terhadap tahanan sistemik rerata (MPAP/ MAP) x 100% Indeks tahanan sistemik rerata terhadap tahanan paru rerata (MPAP/ MAP) x 100%
>4
CO: Cardiac Output; CI: Cardiac Index; PAOP: Pulmonary Artery Occlusion Pressure dan telah diberi anestesi umum sebelum dilakukan cardiopulmonary bypass. Komplikasi hemodinamik, seperti kematian paska bedah, kebutuhan IABP, henti jantung dan kebutuhan obat vasoaktif selama lebih dari 24 jam setelah bedah jantung dapat diperkirakan juga menggunakan rasio MAP:MPAP. PHT diklasifikasikan menjadi kapiler, pra kapiler, dan paska kapiler tergantung di bagian mana hal tersebut terjadi. Simposium dunia mengenai PHT mengklasifikasikan menjadi 5 kelompok: pulmonary arterial hypertension, sekunder dari penyakit jantung kiri, sekunder dari penyakit paru dan/atau hipoksia, sekunder dari penyakit trombotik atau embolik, atau lain-lainnya. Pada bedah jantung, hipertensi pulmoner yang disebabkan berasal dari jantung dan terlokalisir pada kapiler paru-paru, sehingga pada umumnya termasuk dalam tipe paska kapiler, atau sekunder dari penyakit jantung kiri. Pemeriksaan arteri pulmoner menggunakan kateter akan menemukan bahwa tekanan diastolik arteri pulmoner akan sama dengan tekanan oklusi arteri pulmoner (PAOP). ischemia reperfusion injury selama operasi dapat mencetuskan pelepasan radikal bebas, endothelin, serta penghambatan pelepasan nitric oxide dan turunan prostasiklin. Kejadian selama operasi lainnya seperti sindrom reperfusi pulmoner, dan kebutuhan transfusi darah juga dapat mencetuskan PHT. Mitral PPM berat ditemukan dapat menyebabkan PHT residual dan tiga kali lipat angka kematian paska operasi. Terdapat 6 faktor penting penyebab hipertensi pulmonal pada bedah jantung 1. Disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri dan penyakit katub sebelum atau sesudah operasi. Aortic PPM yang menyebabkan penurunan aliran koroner juga berpengaruh setelah operasi 2. Saat bedah jantung terjadi
19
Medical Review
respon inflamasi sistemik yang besar, sindrome reperfusi pulmanal dan kebutuhan untuk transfusi sehingga mencetuskan pulmonal hipertensi. Mekanisme utama kerusakan paru saat CPB adalah keluarnya citokine melalui produksi endotoxin, aktivasi komplemen dan iskemik reperfusi injuri. Mekanisme ini melepaskan radikal bebas, endotelin dan derivat prostasiklin dengan menghambat nitrit oxide. Nitric oxide dan prostasiklin adalah vasodilator endogen, sedangkan endothelin-1 adalah vasokonstriktor. Keduanya dihasilkan oleh endotel vaskuler 3. paru dan memiliki peran dalam mengatur tahanan vaskuler paru. Serotonin dan reseptor transport nya mengatur tonus pembuluh paru. Ketidakseimbangan molekul tersebut berkontribusi pada vasokonstriksi dan remodelling vaskuler. Pemakaian protamin. Protamin dapat memberikan efek samping berupa vasokonstriksi pulmoner, pengaktifan komplemen, sampai perburukan hemodinamik seperti pertubasi minor atau kolaps kardiovaskuler. Ketidak seimbangan vasokonstriktor dan vasodilator yang menyebabkan penurunan pelepasan nitric oxide 4. dari pembuluh darah pulmoner dapat menyebabkan hipotensi sistemik, reaksi anafilaksis dan katastrofik PHT. Apabila perbandingan antara effective orifice area (EOA) dari katup aorta dengan ukuran tubuh terlalu kecil, maka akan meningkatkan angka kematian intraoperative dan angka kematian jangka panjang. Kondisi ini seringkali dikenal dengan istilah mitral/aortic patient-prosthesismismatch (PPM). Mitral PPM. Dilaporkan prevalensi mitral PPM sedan 69% (>0.9cm2/m2 dan <= 1.2cm2/m2) dan mitral PPM berat 9% (<0.9cm2/m2).
Eksaserbasi
afterload ventrikuler
20
Medical Review
ventrikel kanan juga memiliki penyakit DM dan renal, membutuhkan bantuan inotropik dan mekanikal setelah operasi, berada di ICU lebih lama, dan perkiraan kelangsungan hidup jangka pendek dan jangka panjang yang rendah.
arteri sistemik dan tahanan vaskuler sistemik. Riset juga membuktikan bahwa enoximone dapat menurunkan MPAP dan tahanan vaskuler paru jika dibandingkan dengan NTG dan dobutamin. Sedangkan milrinone ditemukan tak hanya mempunyai efek serupa dengan dobutamin dalam menurunkan tahanan vaskuler paru dan meningkatkan indeks kardiak, tetapi obat ini juga dapat menurunkan PAOP dan tahanan vaskuler sistemik. Dari sisi nonfarmakologi, IABP dapat membantu dalam pemulihan disfungsi ventrikel kiri. Koreksi disfungsi katup prostetik juga dapat memperbaiki keadaan. Memperbaiki keadaan hipoksia, hiperkapnea, surgical thrombo-embolectomy, drainase toraks pada pasien dengan peninggian tekanan intratorasik dapat mengontrol kejadian hipertensi pulmoner. Penanganan potensial untuk
21
Medical Review
Kesulitan penyapihan CPB
Evaluasi Ventrikel Medikal
Visual
Pressure waveform
Gradien Tanpa gradien
TEE perfusi ventrikel kanan Kemungkinan iskemik Disfungsi sistolik ventrikel kanan Iskemik kontraktilitas ventrikel kanan RV afterload
Penilaian 2-dimensi
Surgikal
>25 mmHg
Slope aspect
Inhalasi Nitric Oxide / Prostasiklin / Milrinon Optimalkan PaO2 PaCO2 Intravena Milrinon
Gambar 2. Disfungsi ventrikel kanan setelah CPB dan penanganannya. (RCA: right coronary artery; RVOT: right ventricular outflow tract; TEE: transesophageal echocardiography) disfungsi ventrikel kanan lainnya adalah pulmonary artery balloon pump, RV assist device atau cavopulmonary diversion. Pencegahan hipertensi pulmoner Mencegah sindrom reperfusi pulmoner saat ini merupakan cara yang paling potensial untuk mencegah hipertensi pulmoner. Pada model hewan, prostasiklin dan milrinon inhalasi ditemukan dapat menghambat disfungsi endotel yang terjadi Pemilihan tipe dan ukuran katup aorta prostetik memegang peranan penting. Maka dari itu, angka kejadian PHT dapat diturunkan dengan pemilihan penggunaan prosthesis dengan performa yang baik dan bagus, atau perluasan aortic root agar bisa pada saat CPB. Prostasiklin dapat mengurangi kebutuhan bantuan obatobat vasoaktif. Sedangkan milrinon dapat menurunkan kemungkinan untuk re-inisiasi CPB. ditempatkan prostesis yang lebih besar. Strategi alternatif lainnya dapat memperpanjang durasi operasi dan waktu CPB. Untuk masalah mitral, walaupun tidak bisa dilakukan pada semua pasien, cara yang terbaik adalah dengan memperbaikinya, daripada menggantinya.***
Judul Asli: Pulmonary Hypertension in Cardiac Surgery. current cardiology reviews, 2010,6,1-14
Klik !!
www.perkijaya.com
Laporan Khusus
Paradigma Baru
S
24
pressure pembuat kebijakan (policy maker). Paradigma baru ini tersebut dikemukakan Ketua Divisi Pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia, dr. Muhammad Toyibi, SpJP, saat memulai perbincangan dengan PerkiNEWS beberapa hari yang lalu.
Lebih jauh lagi, dr. Toyibi - begitu dokter ahli jantung senior ini akrab di sapa - mengemukakan, PERKI sebagai political body, sebagai bagian dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), punya satu peluang untuk menekan pembikin kebijakan (policy maker) di
mengambil langkah yang lebih startegis dan memiliki peran yang lebih jelas dalam meng-approach dan mem-
Laporan Khusus
negeri ini, dalam hal ini adalah DPR dan Pemerintah. Langkah ini diperlukan supaya UU dan Peraturan lainnya yang hendak diterapkan sebagai turunan dari undang-undang, itu semuanya harus dilihat atau diperjuangkan menjadi suatu produk perundangan yang adil, tegasnya. Tidak hanya UU, tapi setiap peraturan yang menyangkut kardiovaskuler, institusi yang maju adalah PERKI. Namun sebagai representasi untuk berhadapan dengan pihak mana pun termasuk dengan pemerintah, DPR, masyarakat awam,yang berhadapan adalah IDI. Namun kasus-kasus kardiovaskuler selain bisa lewat IDI, juga bisa langsung dengan PERKI. misalnya peraturan daerah tentang rumah sakityang menyangkut tenaga kesehatan. Diharapkan PERKI JAYA berperan dalam mengurai wewenangwewenang dokter yang ada di rumah sakit itu secara jelas. Mengambil contoh aturan penanganan rumah sakit dalam haltriage,yang erat kaitannya dengan kebijakan masing-masing rumah sakit. Untuk mengubahnya, PERKI JAYA perlu mengapproachdireksi dan komite medik rumah sakit terkait tentang triage itu, supaya mereka punya pandangan. Bila langkah tersebut dirasa kurang tepat, atau dianggap terlalu menonjolkan diri, PERKI JAYA bisa bersama dengan IDI. Tapi hal-hal seperti itu yang perlu diselesaikan untuk saat ini. Format regulasi di rumah sakit itulah yang dinamakan medical staff by law dan juga hospital by law. Kalau itu bisa digarap PERKI JAYA, nanti itu akan terurai overlap yang kadang-kadang sekarang menjadi keluhan, jelas dr. Toyibi meyakinkan. Regulasi selama ini menurutnya Kalau misalnya ada pasien yang chest pain (nyeri dada) siapa yang perlu di-reform kembali, karena, yang sifatnya kegawatan yang mengancam (life threatening) harus dinomorsatukan.Dengan demikian, kalau nomor satu siapa yang boleh menangani duluan, tentu saja tidak bisa kita pakai suatu triage umum. Harus ada triage yang lebih khusus. Konkritnya, kalau ada orang yang nyeri jantung, langsung ditangani dokter jantung sampai dibuktikan tidak.Kalau tidak ya alhamdulillah. Namun kalau benar, berarti penanganan tepat, karena sudah langsung dengan dokter yang berkompeten, terang dr. Toyibi. Langkah strategis yang ditawarkan dr. Toyibi ini pun sangat applicable, dan bisa diterapkan sesegera mungkin. Bisa dimulai dari rumah sakit umum yang ada di Jakarta. RSU Cengkareng misalnya, dilihat benar aturannya, bagaimana hospital by law-nya, aturanaturan di komite medik, dan triage bagi pasien.
25
Laporan Khusus
menangani? Apakah itu kardiologis, dokter penyakit dalam atau siapa?Mengingat masing-masing rumah sakit triage-nya berbeda-beda, namun mereka tidak punya panduan. Tergantung siapa yang dominan di situ.Jadi ini harus dijelaskan, harus didudukkan masalahnya. Kerancuan seperti ini mungkin sekali terjadi di rumah sakit.Kasus di RSU Fatmawati, misalnya, termasuk kecolongan juga.Pasien dengan keluhan chest pain, yang menangani bukan dokter ahli jantung dan pembuluh darah. Alhasil tidak Caranya pun gampang, tunjuk dengan kasus khusus. Kasus kematian seorang selebriti misalnya. Dicari kenapa bisa wafat. Diurut, di-flashback, ternyata ada yang tidak betul, yang seharusnya ditangani langsung oleh ahli jantung dan pembuluh darah, ternyata ini tidak. Jadi gampang approach-nya, tutur dr. Toyibi optimis. Mengaca dari keberhasilan negaranegara maju, yang tak lepas dari pressure perusahaan asuransi. Karenanya sangat strategis pula dalam rangka untuk menertibkan, supaya masyarakat ditangani oleh dokter yang kompeten. Approach kepada pihak asuransi di Jakarta pun sekarang relatif mudah ditempuh, terutama ASKES, karena rata-rata di Jakarta asuransinya ASKES. Karenanya, diharapkan PERKI JAYA approach dulu dengan ASKES tentang triage-nya. Apalagi menurut dr. Toyibi, sekarang ASKES mulai bagus. Obat-obat tertentu untuk pengobatan indikasi jantung, tidak bisa keluar tanpa resep dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Langkah strategis ini diharapkan juga mendapat support dari PERKI PUSAT.Namun harus konkrit dulu, PERKI JAYA yang memulainya sebagai
tertolong! Triage yang benar baru beberapa rumah sakit saja. Hal seperti inilah yang harus dilakukan PERKI JAYA, dengan cara melihat masalahnya di mana, kemudian approach kepada komite medik supaya membikin dalam triage penanganan pasien lebih profesional karena ditangani oleh dokter yang kompeten. Approach pemerintah daerah pun diyakini dr. Toyibi bisa bisa berlangsung efektif. Kepada Pemda perlu segera disampaikan, dalam hal ini kepada dinas kesehatan, yang intinya langkah-langkah strategis ini dibicarakan kepada pihak asuransi. Asuransi akan menanggung hal itu, kalau klien tertanggungnya masuk asuransi. Kalaupasien itu misalnya nyeri dada, yang seharusnya ditangani dokter ahli jantung, namun ternyata tidak, maka tidak dipenuhi claim-nya. Perlu disampaikan ke pihak asuransi, bahwa kalau ingin efisien, pasien Anda,claim-nya tidak terlalu tinggi, harus ikuti suatu triage. Biaya yang Anda keluarkan akan lebih efektif karena ditangani dokter yang ahli. Otomatis rumah sakit akan mengikuti, kalau tidak, claim-nya tidak akan diganti.
barometer. Kalau PERKI JAYA sukses, ini akan menjadi model untuk daerah lain. Tidak mudah, memang, namun bagaimana pun juga ini suatu effort, suatu perjuangan. Apa yang disampaikannya ini berkaitan dengan kiprahnya selaku anggota Konsil Kedokteran Indonesia. Dalam hal ini, masyarakat dalam bahasa undang-undang, dan pasien dalam bahasa dokter, terlindung dari praktek yang tidak kompeten. Prinsipnya itu, tandas dr. Toyibi meyakinkan. (drh/vea/dk)
26
Laporan Khusus
erhelatan besar yang akan digelar PERKI JAYA, yakni Jakarta Cardiovascular Summit (JCS) 2012 yang akan digelar di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, 26 27 Mei mendatang, disambut antusias oleh dr.Muhammad
Toyibi, mantan Sekjen Pengurus Pusat Perki. Moment istimewa ini diharapkan tidak hanya representasi keberhasilan kepengurusan PERKI JAYA saat ini, bahkan diharapkan pada event ini PERKI JAYA sukses pula menggelar suksesi. Selama ini, diakuinya, memang kurang mengikuti perkembangan PERKI JAYA.Namun apa yang telah diupayakan PERKI JAYA dalam menggelar event akbar seperti halnya Jakarta Cardiovascular Summit 2012
ini, dinilainya merupakan suatu terobosan yang sangat bagus karena pada kepengurusan terdahulu, baru sebatas semacam Malam Klinik. Dia berharap pada event tersebut konten ilmiahnya pun lebih diutamakan. Kalaupun ada produk terkait, hanya kebetulan terkait saja. Bukan semata-mata karena produk itu maka diadakan suatu acara. Dia berharap pada event Jakarta Cardiovascular Summit 2012 ini cukup representatif untuk menggulirkan tema triage, sebagai kajian scientific yang bersifat pelayanan.Hal ini akan realistis juga digulirkan dalam scientific event seperti Jakarta Cardiovascular Summit mendatang.Tetap scientific, namun perlu pula scientific dari sisi pelayanan. Misalnya, triage dari sudut
28
Laporan Khusus
pandang penanganan dan pelayanan. Sejauh ini ada reference-nya, jelas dr. Toyibi. Keberhasilan kepengurusan sekarang ini, yang sukses menerbitkan Majalah PerkiNEWS dan perkijaya.com sebagai web site resmi PERKI JAYA, dimana kedua media ini terintegrasi, ditanggapi positif pula oleh dr. Toyibi. Menurutnya PerkiNEWS sebagai majalah yang mengusung genre majalah semi-jurnal, dinilainya sudah sangat tepat, karena bukan hanya Termasuk dalam konteks seperti yang saya katakan tadi, kalau ada permasalahan, benar-benar tim PERKI JAYA segera turun, berbicara dengan direksinya, dengan komite medisnya, sehingga teman kita yang di RS Fatmawati misalnya, bisa menyatakan Apalagi seiring dengan diselenggarakannya Jakarta Cardiovascular Summit, PERKI JAYA juga menggelar suksesi kepengurusan. Momen pilkada PERKI JAYA inilah, waktu yang tepat untuk memilih orang yang bisa mempunyai kemampuan organisasi.Dia berharap PERKI JAYA kedepan bisa memberikan pelayanan kepada anggotanya lebih konkrit lagi. Dicontohkannya, anggota PERKI JAYA, misalnya kalau pesan tiket akan diprioritaskan mendapatkannya. misalnya pasien sudah diinformasikan hak-haknya, ditulis.Sehingga dokter tidak bisa seenaknya. Dokter pun tahu betul apa yang menjadi hak pasien. Artinya hak pasien menjadi kewajiban dokter.
Rapat Pengurus Perki Jaya. Kesamaan visi dan misi adalah kunci utama untuk mencapai tujuan organisasi.
memberikan input atau asupan perkembangan khasanah scientific yang up to date bagi anggota PERKI JAYA khususnya, juga diharapkannya PerkiNEWS dan perkijaya.com memberi wawasan bagi para dokter umum tentang kardiovaskuler secara komprehensif. Sebagai seorang yang pernah berperan dalam kepengurusan PERKI JAYA, dr. Toyibi berharap PERKI Jaya juga lebih maju lagi dalam konteks keanggotaan
oh, saya ini diback-up oleh organisasi profesi saya. Dan saya dibela untuk mendapatkan tempat yang benar. Jadi pasien pun akan mendapatkan pelayanan yang benar. Para dokter yang berkompetensi itu harus juga selalu diperkuat.Untuk itulah peran kolegium, kemudian diperkuat perhimpunan.Intinya, kalau yang menangani kompeten, maka masyarakat terlindung. Sejauh ini regulasi memang sudah cukup baik,
approach dengan pihak policy maker rumah sakit. Melanjutkan keberhasilan yang telah dirintis kepengurusan sekarang ini, tentunya PERKI JAYA, juga PERKI PUSAT membutuhkan figur yang punya pressure power, yang kharsima untuk menjangkau hal yang bersifat politis, demi untuk kepentingan organisasi, anggotanya dan masyarakat umumnya, tandas dr. Toyibi penuh harap. (drh/vea/dk)
29
Info Teknologi
ecara garis besar pendekatan berbasis model memiliki dua aliran, yaitu aliran Windkessel model/lumped model yang diasumsikan bahwa kerja sistem hemodinamik sebagai zero-dimensional system (0-D) dan aliran distributed model yang dikategorikan sebagai onedimensional system (1-D) atau higherdimensional system ( 2-D, 3-D). Pada tulisan ini pembahasan tentang dasar mekanisme kerja sistem hemodinamik akan dibahas melalui pendekatan model Windkessel yang memiliki analogi dengan sistem sirkuit listrik dengan konsep hydraulicelectrical analogue, model ini banyak digunakan untuk mempelajari besar muatan hemodinamik terhadap jantung, curah jantung, besarnya komplain, resisten perifer, impedan karakteristik dan inertansi. Oleh karena model ini adalah lumped model (diskretisasi) yang tidak memiliki dimensi, maka penyelesaian persamaan matematis akan lebih mudah, yaitu dengan mengunakan persamaan ordinarydifferential equation (ODE) yang tidak memperhitungkan perubahan spasial dalam pembuluh darah.
30
Info Teknologi
Meskipun pembuluh darah dalam sistem hemodinamik dibagi dari aspek fungsinya yaitu sebagai cushion vessel dan resistance vessel,3,4 namun rincian pemahamannya masih jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan cushion vessel sebagai pembuluh darah kapasitan juga sedikit banyaknya memiliki properti resistensi, demikian juga resistance vessel memiliki peran kecil sebagai pembuluh darah kapasitan, sehingga secara khusus tidak dapat dibuat batasan tegas peran masing-masing pembuluh darah dalam sistem kardiovaskular. Seperti kutipan dari ilmu sistem dinamik, bahwa tidak mungkin membuat satu batasan tegas (cut off point) secara akurat untuk mendeskripsi sasaran yang esensinya selalu bergerak,5 maka untuk memahami interaksi parameter properti sistem kardiovaskular yang nirdefinitif adalah dengan pendekatan berbasis model (model based approach), yang secara substansial membangun satu bagan dari seluruh sistem hemodinamik sebagai satu sistem yang terintegritas berdasarkan logic reasoning. Logic reasoning adalah memahami realitas melalui proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik dalam bentuk formal (deduksi) maupun informal (induksi) untuk tujuan mendeskripsi, analisa, optimalisasi dan pengontrolan realitas tersebut 6 Untuk awal pemodelan sistem kardiovaskular terlebih dahulu harus dibuat satu identifikasi sistemik dari sistem yang akan diteliti.7
beberapa tuntutan pokok penting yang harus dipenuhi agar model yang dipilih dapat mempresentasikan satu sistem dinamis dengan akurasi pengukuran yang tinggi serta dapat dipahami sistematikanya. Tujuan pembuatan pendekatan berbasis model bukan untuk menggantikan sistem riil yang ada, melainkan sebuah asumsi sementara dari satu realitas dengan tujuan menstimulasi hal-hal yang belum terungkap agar kita bisa lebih memahami sistematis realitas itu sendiri sedangkan format pemodelan yang diteliti dapat berkembang kearah yang lebih baik.11 Meskipun beberapa objektivitas kriteria dapat diformulasikan dan diaplikasikan pada sebuah model, perlu dicatat bahwa tidak ada satupun model yang terbaik sekalipun tidak memiliki limitasi, dan ini sebuah konsekwensi yang timbul bila dilakukan abstraksi suatu realitas, dimana semua model akan mengalami deviasi.
31
Info Teknologi
Sebagaimana peran aorta dan pembuluh darah besar sebagai reservoir yang menyimpan enersi potensial pada saat sistolik yang kemudian dialirkan keperifer pada fase diastolik, dalam kapasitasnya dapat diperlakukan sebagai zero-dimensional system ( 0-D ) yang mana perubahan tekanan dan volume merupakan fungsi hanya terhadap waktu.14 Dengan alasan-alasan tersebut diatas Otto Frank melakukan kuantitasi konsep windkessel berdasarkan konversi massa dalam domain waktu, dimana jumlah aliran darah sistim arteri (Qin) sama dengan aliran yang ditampung (Qstored) ditambah dengan jumlah aliran darah yang keluar (Qout) dari sistem arteri.15 Model 2-elemen Windkessel banyak digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menghitung besar keseluruhan afterload dititik awal pembuluh darah, dalam hal ini proksimal aorta, tetapi tidak dapat mendekripsikan aliran distal sistim elemen kapasitor dan resisten.16 Kekurangan penyelesaian pada sistim ini adalah pemisahan conduit artery (C) dengan Resistensi perifer (R) yang tidak mungkin dapat dilakukan, oleh karena pembuluh konduit yang
dominan memiliki properti elastisitas juga memiliki efek resistensi seperti halnya pembuluh darah kecil dan arteriolar, demikian juga sebaliknya dengan pembuluh darah kecil dan arteriol juga memiliki kapasitasnya sebagai pembuluh darah konduit. Namun pemisahan R dan C untuk pengukuran jumlah stroke volume hanya diberlakukan untuk model Frank (two-elemen Windkessel)17 Pengukuran komplain C dengan mengunakan model dua-elemen Windkessel juga dihadapi kendala eksperimental oleh karena sangat sulit melakukan studi dimana volume darah yang diberikan kedalam sistem arteri tidak disertai kehilangan sejumlah volume keperifer pembuluh darah. Sehingga mengakibatkan munculnya beberapa metode pengukuran komplain pembuluh darah seperti decay time method, the area method dan pulse pressure method yang akan dibahas pada kesempatan berikutnya18
komponen resisten dan atau induktor serta menambahkan efek gelombang pantulan agar diperoleh pola kurva tekanan darah yang riil sesuai besarnya aliran darah sebagai input, tetapi tidak dapat menjelaskan dasar fisiologi penempatan elemen tersebut.19. Wetterer tahun 1956, kembali mengingatkan adanya perbedaaan antara pola gelombang tekanan sistolik yang dihasilkan model dua-elemen Windkessel dengan gelombang sistolik sebenarnya, tetapi tidak menjelaskan penyebab perbedaan tersebut.20 Pada masa itu, secara teknis hambatan utama dalam mengembangkan model 2-elemen Windkessel terkendala pada pengukuran manual simultan tekanan dan aliran darah, tetapi yang paling utama adalah setiap upaya modifikasi model Windkessel harus didasari pengetahuan a-priori dan makna fisiologis elemen yang ditambahkan.8,9,10,21 Westerhof dkk melanjutkan penelitian Landes, yang didukung oleh fasilitas komputasi FFT, menemukan faktor penyebab yang menjadi kendala model dua-elemen Windkessel, terutama dapat dilihat pada Input Impedance (Zin), dimana pada frekuensi sedang dan tinggi modulus impedans turun mendatar dan sudut fasa mencapai
32
Info Teknologi
900 tanpa dapat disimpulkan makna informasinya. Sedangkan dengan mengunakan metode yang sama pada pengukuran langsung aorta, modulus impedan turun pada frekwensi sedang (2-Hz), kemudian berfluktuasi konstan pada frekuensi tinggi, demikian juga halnya pada sudut fasa berfluktuasi sekitar 00, dan disebut dengan impedan karakteristik.22 Untuk mengatasi keterbatasan modulus impedan frekwensi sedang dan tinggi, maka Westerhof melengkapi dengan menambah elemen resistor secara serial pada rangkaian 2-elemen Windkessel yang disebut impedan karakteristik (characteristc impedance, Zc), yang juga kadang-kadang disebut model Westerkessel. Impedan karakteristik ini tidak lain adalah input impedans tanpa gelombang pantulan. karakteristik impedan juga mempunyai peran sebagai inersia lokal dan komplain lokal. 23,24 Dasar ditemukannya impedans karakteristik diperoleh dari transmision line model distribusi dan merupakan perantara lumped/Windkessel dengan model distribusi.23,25 Dengan model 3-elemen Windkessel maka pola gelombang tekanan aorta secara umum sama dengan aslinya dibandingkan dengan model dua-elemen windkessel. Impedans karakteristik yang diletakkan secara serial dengan blok kapasitor (C) dan resisten (R) memiliki dimensi yang sama dengan resistor (tahanan), tetapi impedans karakteristik bukan suatu resistensi seperti halnya resistensi R pembuluh darah perifer, tetapi hanya dapat diinterpretasikan dalam bentuk fenomena osilator, Artinya, impedans pada frekuensi tinggi dengan sudut fasa nol.26 Kelemahan pengunaan impedans karakteristik sebagai resistor terjadi pada frekwensi rendah impedans input, meskipun besar resistor tersebut hanya 5-7% dari seluruh pembuluh darah akan memberi dampak kecil pada modulus impedan input, namun tidak dapat diabaikan begitu saja oleh karena peran impedan karakteristik dalam hal ini juga berperan sebagai dapat dipahami oleh karena pada saat diastolik, peran dari impedan karakteristik hilang, sehingga 3-elemen Windkessel akan berubah menjadi 2-elemen Windkessel.28 Berbeda dengan tekanan pada fase sistolik, meskipun tekanan sistolik dan diastolik akurat, namun bentuk kurva tekanan pada 2-elemen Windkessel
inersia lokal dan komplain lokal.27 Untuk menguatkan bukti peran impedan karakteristik yang diukur dengan domain frekuensi pada 3 elemen Windkessel, maka Wang dkk melakukan penelitian terhadap perbedaan pola tekanan aorta 2 elemen dan 3 elemen Windkesel dengan domain waktu, dan menyimpulkan bahwa pada fase diastolik, dimana katub aorta pada posisi tertutup maka penurunan tekanan secara eksponensial adalah sebesar waktu (tau) yang nilainya sama dengan RC. Hal ini
tidak representatif. Lighthill dalam peneltian terdahulunya menyebut pola tekanan tersebut dengan istilah tekanan ekses, menurut penelitian beliau bahwa tekanan aorta yang diukur adalah tekanan gangguan yang merupakan penjumlahan tekanan tanpa gangguan (tekanan resevoir aorta / Pwk ) dengan tekanan ekses sehingga Peks = Pao - Pwk, Peks tersebut proposionil dengan jumlah aliran Qin, sehingga besar R proksimal = Peks/Qin dalam domain waktu yang secara kuantitatif sama besarnya dengan impedan karakteristik.29.
33
Info Teknologi
Meskipun 3-elemen Windkessel lebih mencerminkan pola tekanan sistolik, tetapi untuk kasus hipertensi, tidak dapat mempresentasikan detail gelombang aorta seperti infliction point dan augmentation .30 Oleh karena, itu untuk meneliti pola gelombang hipertensi, maka tidak dianjurkan mengunakan model windkessel, dimana model tersebut tidak dapat mendeskripsikan detail frekuensi tinggi seperti infliction point dan augmantation. putih dan juga kelemahan dari model ini adalah seperti telah disinggung sebelumnya tidak dapat dilakukan approximation nilai elemen-elemen yang terdapat dalam model tersebut meskipun memberikan sinyal output yang realistik. 8,9,10 Apabila digunakan parameter C yang diperoleh dari model 4-elemen Windkessel pada model 3-elemen Windkessel, akan mengakibatkan modulus impedan pada frekwensi sangat rendah dan rendah lebih besar dibandingkan impedan karakteristik (Zc). Hal ini dibuktikan oleh Westerhof dkk, yang mencoba meidentifikasi kelemahan model 3-elemen Windkessel dengan mencari lokasi terjadinya deviasi spektrum frekuensi dengan membandingkan impedan input (Zin) tekanan dan aliran darah terhadap nilai Zin yang diperoleh dengan derivasi analisa Fourier, ternyata perbedaan modulus impedan cukup signifikan masing-masing pada frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang.32 Burattini dan Gnudi adalah peneliti pertama yang memberikan jalan keluar dengan menambahkan elemen ke empat berdasarkan pengetahuan a-priori pada model distribusi (distributed model) yang disebut induktor. Induktor ini merupakan sumasi dari seluruh inersia pembuluh darah (total arterial inertances), berbeda dengan impedan karakteristik yang merepresentasikan inersia dan komplain lokal daerah paling proksimal yaitu aorta.33 Pengukuran inertan pada model Windkessel diperoleh dari eksperimen model distribusi sistem sirkulasi dan diukur berdasarkan derivasi fisik dengan rumusan kalkulasi segment arteri yang tapering (Li).34 Secara ringkas dapat dijelaskan fungsi ke empat elemen sebagai berikut:35 Untuk tekanan dan aliran rata-rata (0 Hz), transmisi gelombang tidak penting oleh karena hanya pembuluh arteriolar dan arteri kecil sebagai pembuluh resisten R yang berperan. Pada frekwensi sangat rendah dibawah frekwensi harmonik pertama (dibawah frekwensi denyut jantung ), panjang gelombang tekanan lebih besar dibandingkan dengan panjang pembuluh darah, sehingga seluruh inersia massa (elemen L) dalam seluruh arteri mendapat percepatan secara serentak (simultan) sepanjang pembuluh darah. Selanjutnya pengendalian modulus impedan bertahap dialihkan
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa peran impedan karakteristik (Zc) pada model 3-elemen windkessel ditujukan untuk mengatasi keterbatasan impedan input pada spektrum frekwensi sedang dan tinggi agar dapat memberikan kontur tekanan dan aliran darah yang lebih realistik, namun model ini berdampak pada perubahan nilai fisiologis parameter Zc dan C, dimana C mengalami overestimation dan Zc terjadi underestimation,23,31 sehingga model 3 elemen windkessel tidak memenuhi syarat pendekatan deduksiyang menekankan pada pengetahuan a priori model kotak
www.p
! Klikja!ya.com i
erk
34 34
Info Teknologi
kekapasitor (elemen C) yang tampak pada penurunan modulus impedan. Kapasitor tersebut terpusat pada pembuluh konduit, bahkan Stergiopolus menghitung bahwa 65 % komplain terdapat pada aorta (aorta asenden, desenden dan torakalis ).36 Apabila dilakukan pemasangan serial kedua elemen tersebut akan menghasilkan model yang sama dengan 3 elemen windkessel, dimana L secara seri dengan Zc selalu akan memberi modulus impedan yang lebih besar dibandingkan dengan Zc.37Burattini melakukan percobaan beberapa model lumped untuk sistem arteri perifer dengan membuat rangkaian paralel resistensi perifer ( R ) dengan serial komplain ( C ) dan resistor ( Zc ). Rangkaian tersebut ternyata memberi impedan input yang sama besar dengan 3 elemen Windkessel. Meskipun rangkaian tersebut mempresentasikan sebagian dari properti pembuluh darah, namun penemuan ini tidak dapat dikategorikan sebagai pengembangan 3-elemen Windkessel dan juga nilai viskoelastisitas terhadap gelombang pantul lebih kecil.38
sistem kardiovaskular mempersatukan konsep dinamika sirkulasi global dan lokal dalam satu bagan, yang disebut dengan multi-scale modelling. 40 Pendekatan dengan model ini lebih merepresentasikan sistem kardiovaskular yang terdiri dari beberapa model scale yang masingmasing memiliki karakteristik matematis berbeda, misalnya model 0D dapat berpasangan dengan model 1D, 2D dan atau 3D untuk merepresentasikan sistem kardiovaskular lebih lengkap.41 Salah satu contohnya, Pontrelli melakukan coupling model 1D pada transmisi gelombang tekanan menjadi dua kompartemen 0D yang merepresentasikan komponenkomponen kehulu dan kehilir seksi 1D. Mekanismenya adalah sebagai berikut, model hulu sebagai model 0D mengalirkan darah sebagai inlet dan tekanan aliran hilir sebagai outlet dan ini menjadi boundary condition untuk model 1D, selanjutnya model 1D dihilir sebagai tekanan kemudian di hulu menjadi aliran sebagai boundary
condition untuk model 0D.42 Untuk penelitian sistem vaskular berdimensi 2-D dan 3-D, lebih menekankan pada variasi aliran lokal pada silender aksisimetris seperti pola aliran dalam jantung misalnya efek venturi pada katub mitral pada kasus kardiomiopati hipertropi tipe obstruktif, aliran sekitar katub jantung, daerah bifurkasi pembuluh darah atau daerah-daerah dimana terjadi aliran pemisahan atau aliran vortices.43 Diversifikasi pemodelan akhir-akhir ini makin berkembang dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dibidang tersebut serta dilibatkannya disiplin ilmu yang terkait dengan matematikal modelling, engenering fisika dan tehnik komputerisasi, sehingga pemodelan sistem kardiovaskular sudah berkembang menjadi monokompartemen yang secara prinsip, mendeskripsi seluruh jaringan pembuluh darah menjadi satu blok kombinasi RLC dan multikompartemen, yaitu dengan membuat sejumlah partisi atau kompartemen
35
Info Teknologi
Interpretasi Modulus Impedan Dengan Bantuan Windkessel Sebagai Deskripsi Windkessel Cara interpretasi domain frekuensi Keseluruhan Sistem Arteri modulus impedan sistem arteri
berkaitan dengan jenis segmen pembuluh darah.44
48
Model Windkessel dapat dimaknai dengan apa yang disebut Physiome, yang artinya upaya untuk mengembangkan model-model biophisikal yang mekanistik dalam satu bingkai yang tunduk pada fundamental mekanikal dan prinsip-prisip fisiokimia.45 Representasi sistem kardiovaskular berdasarkan domain frekuensi didasari linearisasi persamaan terkait dengan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan akselerasi konvektif yang nonlinear, atau yang berhubungan dengan spasial, seperti misalnya gelombang tekanan atau gelombang pantulan. Persamaan-persamaan yang sederhana ini dapat diselesaikan berdasarkan domain frekuensi dengan mengunakan analisa Fourier atau transformasi Laplace. 46
dengan domain waktu model Windkessel adalah sebagai berikut : tekanan dan aliran rata-rata dan pada frekwensi sangat rendah, frekwensi < 0,2 HR (denyut jantung ), maka distal arteri perifer sebagai pembuluh darah dengan properti resisten akan menentukan besarnya impedan input. Untuk frekwensi intermedial, 0,2 HR< frekwensi < 3 HR, maka pembuluh darah yang lebih proksimal mulai berperan dalam menentukan besarnya impedan input, dimana komplain total arteri merupakan determinan utama. Dan untuk frekwensi sangat tinggi > 3 HR, maka satu-satunya tempat yang menentukan impedan adalah aorta yang dikenal sebagai impedan karakteristik, atau dapat diartikan sama dengan impedan input tanpa gelombang refleksi, dimana pada frekwensi sangat tinggi gelombanggelombang pantul dari berbagai tempat kembali meman secara random dan gelombang-gelombang demikian akan saling meniadakan (destructive wave).
pembuluh darah pada model Windkessel adalah komplain total arteri. Model Windkessel hanya dapat menjelaskan perubahan tekanan dan aliran pada entrance, dan untuk mendeskripsi tekanan distal harus dikembangkan ketaraf model distribusi dalam skala dimensi tinggi. Khusus untuk model 4-elemen Windkessel aplikasi dalam klinis tidak digunakan dalam skala luas bahkan sudah ditinggalkan, oleh karena dalam prakteknya sangat sulit untuk mengukur nilai inertansia/induktor. Nilai induktor ditentukan oleh massa tubuh, makin besar massa tubuh makin kecil nilai induktor, demikian juga sebaliknya. Seperti telah disinggung pada awal tulisan ini, bahwa meskipun cukup banyak keterbatasan pendekatan berbasis model dalam sistem kardiovaskular, namun telah memberikan kontribusi besar kepada kita khususnya bidang kardiologi untuk memahami dan mempelajari kerja hemodinamik baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Beberapa kontribusi penting yang telah disumbangkan dengan pendekatan berbasis model (model-based approach) antara lain pemahaman mekanisme kerja Ventricle Assist Device (VAD), penilaian kerja jantung pada post operasi hypoplastic left ventricle, dampak perubahan gravitasi terhadap sistem kardiovaskular penerbang pesawat tempur dan astronot, dampak stent pada viskoelastisitas pembuluh darah dan perubahan tekanan dan alirannya, heart lung machine, efek protese katub jantung pada pola aliran darah dan masih banyak lagi yang lain. Referensi/footnote ada di redaksi
Untuk ekstensi hemodinamik dalam skala lebih besar, dimana sifat nonlinear tidak dapat diabaikan, maka penyelesaian domain waktu akan lebih tepat, seperti misalnya pada studi-studi kardiovaskular yang membutuhkan analisa ruang (spasial) aliran radial dalam pembuluh darah dengan perumusan Navier-Stokes dan peran viskoelastisitas pembuluh darah.47 Kegunaan model ini secara subjektif mengambarkan kuantitas besar afterload ventrikel dalam konteks memprediksi besar isi sekuncup, stroke work dan tekanan sistolik dan diastolik aorta. Sehingga manfaatnya juga dapat diperluas untuk mempelajari simulasi kardiovaskular dalam beberapa keadaan fisiologis maupun patologis.
Limitasi Windkessel
Oleh karena model Windkessel adalah bentuk diskretisasi sistem arteri tanpa dimensi, maka gelombang transmisi dan pergerakan gelombang refleksi tidak dapat diteliti, demikian juga halnya dengan distribusi aliran darah serta perubahannya juga tidak dapat direpresentasikan. Perubahan pada komplain aorta tanpa perubahan komplain pembuluh darah lain juga tidak dapat dipelajari oleh karena pengukuran komplain
36
Etika Medis
P
38
sifat atau tidak saya tidak tahu bagaimana musti diutarakan, membawa pengaruh pada sikap kita, orang-orang yang menangani tugasnya sebagai dokter jantung, terang dr. Ann dengan prihatin. Bagi dr. Ann, peran lingkungan sangat berpengaruh terhadap attitude. Tidak lepas dari kultur dan lingkungan yang positif. Guru dan atasan-atasan seperti dr. Ranti, dr. Iwan Santoso,
dr. Sukaman, dr. Lutfi Usman, dr. Tagor, dr. Asikin Hanafiah, semuanya memberikan kami contoh yang sangat positif. Tanpa mereka banyak bicara, dr. Ann dan rekannya sudah memahami bagaimana mestinya bersikap. Terutama bagaimana menghadapi pasien. Seringkali sekarang ini dokter kurang berempati, sehingga tidak bisa menempatkan diri, bagaimana
Ann begitu sapaan akrabnya menimbulkan konsekuensi terjadinya perubahan lingkungan (environment)
dan culture, pada akhirnya mengubah attitude dari koleganya sesama dokter jantung, yang umumnya notabene mereka anak didiknya. Perubahan ini juga kalau dibilang
Etika Medis
seharusnya bersikap dihadapkan dengan keadaan si pasien. Dalam hal bagaimana attitude terhadap pasien ini, pada pelbagai kesempatan dr. Ann selalu menyatakan: bila seandainya pasien yang dihadapan kita adalah diri sendiri atau keluarga sendiri, bagaimana rasanya kalau attitude kita itu kurang luwes, tidak prihatin dengan keadaan pasiennya? Jadi, nomor satu kita harus ikut prihatin. Apalagi jantung, kita tidak bisa mengatakan Bapak-Ibu sakit jantung, harus dioperasi, kalau umpama tidak dilakukan dalam waktu lama, akan menyebabkan kematian! Dan itu sangat tidak manusiawi. Terus terang, sekarang dokter sangat kurang memperhatikan hal itu, terang dr. Ann meyakinkan. Kedua, menurut dr. Ann, jangan sekali-sekali memberikan keterangan yang menyesatkan. Pasien jadi malah takut. Kita mesti tahu bagimana ekonomi si pasien tersebut. Jangan sekali-sekali -terutama di bidang jantung- melakukan pemeriksaan yang sangat mahal. Kalau tidak diperlukan, hilang kan hal itu terhadap pasien yang ke lihatannya sudah berat di dalam kehidupan sehari-harinya. Itu penting sekali. Penting juga untuk disadari, tegas dr. Ann, jangan korupsilah. Jangan orang yang tidak perlu diperiksa denga nalat yang bertele-tele, yang harganya mahal dimana seharusnya tidak perlu. Itu tidak benar. Jadi, kita itu senang sekali, bila berbuat baik kepada sesama orang, berbuat bagus, membantu orang dan lain sebagainya. Itu membuat kehidupan kita nyaman.
Salah satu sesi Diskusi Etik. Kegiatan diskusi sebagai upaya untuk menyamakan persepsi etika yang menjadi acuan organisasi Perki.
Mengenai relasi antar sesama dokter, diingatkannya, betapa sudah lama kita lupa dengan sumpah Socrates. Mestinya kita sesama dokter, meskipun benci sama dia, kita itu saudara. Saudara tidak bisa benci sampai ke akar-akarnnya. Kalau sama saudara kan kita tidak mau sampai gontok-gontokan, benci-bencian. Itu jangan sampai terjadi. Mungkin saja orang berbuat tidak enakan sama kita, namun kita harus berbesar hati. Pelan-pelan menyadari dokter itu, bahwa apa yang dilakukannya tidak benar.
pengagungan terhadap Intelligence Quotient (IQ). Ironisnya lagi EQ kurang diperhatikan, bahkan semakin tumpul. Karena ada hal-hal yang harus diutarakan, yang dulu hanya bisa diutarakan seperti sewajarnya, seutuhnya. Juga ada pertarungan dalam penghasilan maaf saya mesti mengutarakan itu. Sehingga sejalan dengan itu EQ juga semakin melorot. Saya benar-benar prihatin pada saat sekarang, tuturnya gundah. Kondisi ini bagi dr. Ann, disadarinya salah-satunya ya juga disebabkan orang-orang tua seperti dirinya. Namun apa daya dr. Ann tidak bisa bekerja sendiri. Yang harus diperhatikan adalah petama-tama, seperti yang dilakukannya, adalah menyalahkan diri sendiri dulu. Harus mengaca pada diri sendiri, untuk menyatakan, apakah saya sendiri sudah member contoh. Bila kita kasih
EQ Tentukan Attitude
Pesatnya pertumbuhan Ilmu kedokteran, khususnya kardiovaskuler, terlebih dengan dukungan kemajuan teknologi saat ini sangat memudahkan mempelajari sesuatu. Tetapi pada suatu periode, imbuh dr. Ann, terjadi
39
Etika Medis
contoh, kenapa masih begini, berarti kita kurang menunjukkan sikap yang baik itu terhadap pasien. Tidak hanya prihatin, dr. Ann pun beru paya mengambil langkah terobosan. Bahkan pernah dr.Ann meng-approach orang penting di UI. Diusulkannya agar dosen atau guru besar yang mau pension diminta setidaknya menggelar presentasi mengenai how to behavior, how to ack, how to attitude must be, sebagai presentasi terakhir good bye presentation atas karyanya selama ini. Jadi di kedokteran kurang diingatkan, terutama di bidang jantung. Kita terbuai dengan penelitian, terbuai dengan kemajuan ilmu, terbuai dengan IQ dan melupakan untuk meningkatkan EQ kita. Saya selalu menyatakan tentang ini, tandas dr. Ann serius. Lantas bagaimana membenahinya? Tahap awal, lanjut dr. Ann, bisa dimulai
saat penerimaan assistant, yang saat seleksi sudah memperhatikan bagaimana phycologis factor-nya. Penting sekali mendapatkan bibit yang terbaik, terutama EQ-nya. Terutama yang sudah siap hendak terjun ke masyarakat, harus dibekali benarbenar EQ yang mantap. Perhatikan terhadap EQ bukan hanya terhadap dokter dan pasien, tapi juga antar sesama dokter jantung. Itu yang merupakan tugas yang tua-tua seperti saya. Fokus terkadap pembenahan EQ sama pentingya dengan upaya untuk terus meng-upgrade penelitian dan pelatihan. Bukankah kita selalu up-grade pengetahuan. Selalu ikut berbagai kongres baik dalam maupun luar negeri. Saya pun juga harus ikuti itu!
kejujuran, sehingga perselisihan tidak muncul. Bersikap jujur, kadang-kadang tidak mudah. Kita merasa kita akan dipersalahkan, padahal sakitnya hanya sebentar. Kejujuran bagi dr. Ann merupakan landasan utama dalam menegakkan etika, karena dengan kejujuran itu kita bisa meraih sangat banyak pencapaian, danbisa menghindari banyak kesakitan. Diingatkannya, basic tugas seorang dokter adalah membantu orang. Bila dokter hidup berdasarkan apa yang diaamalkan, dia tidak bakalan melarat, kecualai kalau kita memang mau hidup semewah-mewahnya. Dari pada kita tidak jujur, dan berlarut-larut, pada akhirnya kita semua punya agama. Agama Amenyatakan begitu, agama B juga menyatakan begitu. Maka Kita semua sama, agama itu basisnya. (drh/vea/dk)
Bersikap Jujur
Etika tidak lepas dari moral. Moral yang baik harus berlandaskan
40
Etika Medis
Dr.Arieska Ann Soenarta,Sp.JP,FIHA
menyadari contoh itu lebih penting dari pada banyak bicara, kenang dr. Ann.
Selalu Belajar
Selaras dengan itu, sebagai dokter yang harus tetap selalu belajar, diusianya yang tergolong sepuh, dr. Ann pun mengemban prinsip dokter pada umumnya, bahwa Life as you will die tomorrow, learn as will as you life forever. Saya sudah sepuh sekarang masih belajar lho. dan saya mau orang-orang juga begitu. Itu memang kewajiban kita kalalu mau terus pegang pasien harus terus belajar, harus up-date. tidak fair kalau kita member suatu keterngan yang tidak up to date lagi. Untuk itu kita harus banyak belajar, terang cardiolog yang pada tahun 1983 mendalami Echocardiography di Belanda itu optimis. Peran besar keluarga, menjadi penopang utama keberhasilannya.
kesederhanaannya dalam menjalani kehidupannya tak lepas dari sikap phylosofy bahwa bagaimana kita membuat kita punya kehidupan make aliving, apakah itu mau beli makanan, mau beli mobil, atau mau santai sangat sangat tergantung apa yang didapati atau by what we get. Jadi kalau kita dapat segini, jadi living kita segini. Kalau lebih banyak bisa lebih meningkat lagi. Intinya kita hidup denan apa yang kita dapat. Namun, lanjutnya jangan lupa, but we make life by what we give, terang dr. Ann. Karena selaku dokter yang diberi anugerah oleh Tuhan berupa kemampuan untuk menolong orang, maka tugas utama jadi dokter adalah membantu sesama manusia. Hal itulah harus kita hagai. Banyak orang yang ingin menolong, akan tetapi tidak diberi kemampuan itu. Jadi kita dokter harus berbahagia bisa berbuat banyak membantu sesama. Sikap hidup sederhananya, diakui dr. Ann tak lepas dari etika dan sikap hidup bersahaja yang dicontohkan para senior dan gurunya. Sebagai ilustrasi, dicobanya merefleksikan bagaimana saat akhir dekade 60-an, ia bersama dengan dua koleganya yakni dr. Sjukri Karim, SpJP, MD, dan dr. Ajip Singgil, SpJP mereka tidak mengeluh walau tidak memiliki kendaraan pribadi. Bolak-balik dari rumah ke rumah sakit hanya naik kenderaan umum, oplet, kalau dekat-dekat rumah becak. Dan tidak dirasakan kebutuhan itu. Kita udah seperti saudara bertiga aja, saya tau kita dari keluarga yang bukan pop atau punya well to do, jadi kami juga tidak terlalu shock mengenai bagaimana mencari uang. Yang kita pikirkan bagaimana mendapatkan ilmu. Kami pun lihat guru-guru yang sangat kami hormati itu, juga hidupnya sederhana. Jadi waktu itu saya
Terutama dr. Ann bersyukur dianugerahi seorang suami yang sangat baik dan selalu mendukungnya. Suami tercinta, Kolonel (Purn) AU dr. Yosef Soenarta, yang juga dokter spesialis bedah, menurutnya super sabar. Sembari terus belajar mengikuti perkembangan ilmu kardiologi, saat senggangnya, dr. Ann masih menyempatkan waktu menekuni hobbynya berkebun. Sesekali di kediamannya yang asri di kawasan Kelapa Gading itu, dr. Ann memainkan piano bersama keluarga. Merdunya alunan denting piano yang dimainkannya, seolah menegaskan kehidupannya yang bersahaja itu begitu bahagia. Indah nian.! (vea/dk)
41
Info Medik
Emergency Medical System Kegawatdaruratan Kardiovaskular di Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya
(Jakarta Emergency Medical System Networking)
dr. Irmalita, SpJP, dr. Isman Firdaus, SpJP, dr. Surya Dharma, SpJP
Prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah (Penyakit Kardiovaskular) di Indonesia terus meningkat kekerapannya, bahkan kini masih merupakan penyebab kematian utama. Dari studi di Eropa, diketahui bahwa kematian pada pasien yang mengalami Sindrom Koroner Akut (SKA) 30% terjadi sebelum pasien tiba di CVCU/ICCU.
D
42
i Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) setiap bulan 3 4 pasien datang ke Unit Gawat Darurat dalam kondisi jantung sudah tidak berdenyut lagi (death on arrival). Oleh sebab itu, tata laksana yang tepat dan rujukan yang cepat, merupakan hal yang harus diupayakan, agar lebih banyak otot jantung yang bisa diselamatkan dan kematian dapat dihindari.
Data dari Jakarta Acute Coronary Syndrome (JAC) Registry 2010 pada pasien-pasien infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction=STEMI) yang datang ke RSJPDHK membuktikan bahwa, kematian pasien yang segera ditolong dengan tindakan balonisasi dan pemasangan ring/stent segera atau lebih dikenal dengan primary percutaneous coronary intervention (PPCI) dan yang mendapat terapi
trombolitik lebih rendah dibanding yang hanya mendapa tobat-obatan standar saja (5.3% dan 6.2% vs 13.3%). Atas dasar itu, upaya PPCI di RSJPDHK semakin gencar dilakukan, terlebih-lebih setelah Kementerian Kesehatan RI menyediakan stent gratis bantuan social untuk pasien tak mampu. Kecepatan merupakan kunci utama, maka target door to balloon (sejak pasien masuk UGD hingga PPCI dilakukan) <90 menit
Info Medik
Rumah Sakit Jantung Pusat Harapan Kita. Menjadi Pusat Pendidikan dan pengembangan pengobatan jantung di Indonesia.
selalu diupayakan. Namun lebih dari separuh pasien tersebut diatas ternyata tidak menjalani PPCI dengan berbagai alasan, utamanya karena telah melewati the golden period (onset dari awal serangan sudah >12 jam) Analisis data JAC registry juga memperlihatkan bahwa sebagian besar pasien datang langsung dari rumah, menggunakan kendaraan pribadi, taxi atau ambulans. Hanya 3.7% saja yang dirujuk oleh dokter dari pelayanan primer. Disini jelas bahwa, peran dokter keluarga masih belum terlihat. Sudah barang tentu selama perjalanan pasien tidak mendapat perawatan yang layak. Padahal lalu lintas di Jakarta demikian padat, inilah yang menyebabkan kenapa pasien sering meninggal dalam perjalanan. Data dari JAC registry juga menunjukkan bahwa pada pasien serangan jantung akut (STEMI) ternyata kebanyakan (59%) pasien tidak mendapat terapi trombolitik atau PPCI. Dan 80% dari kelompok
tersebut berasal dari rujukan antar RS (interhospital referral). Untuk itu harus segera dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi proporsi kelompok pasien diatas, dan RSJPDHK berkewajiban untuk membuat Sistem Jejaring Pelayanan Kegawat-daruratan Kardiovaskular di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (JABODETABEK) untuk meningkatkan kualitas pelayanan kegawat-daruratan jantung dan pembuluh darah bagi masyarakat.
dan RSUD CENGKARENG - Jakarta Barat. Disamping itu, terdapat pula 46 Puskesmas Kecamatan, termasuk di Kepulauan Seribu. RSUP dan RSUD tersebut diatas telah memiliki sekurang-kurangnya 1 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dan beberapa tenaga non-dokter yang terlatih. Peralatan pelayanan untuk penyakit kardiovaskular pun sudah cukup memadai. Tiga RSUP tersebut diatas juga sudah dilengkapi dengan angiografi sehingga mampu melakukan PCI/PPCI. Ambulans yang digunakan untuk merujuk pasien umumnya milik masing-masing rumah sakit, disamping ambulans 118 yang dikelola oleh Pemda DKI. Hambatan utama dalam melaksanakan pengobatan dan tindakan intervensi dini adalah pemahaman masyarakat tentang serangan jantung yang masih rendah, transportasi yang kurang (lalu lintas, ketersediaan kendaraan serta geografis), pembiayaan serta diagnosis dan tatalaksana awal yang terlambat
43
Info Medik
oleh dokter. Untuk itu, di kota metropolitan seperti DKI Jakarta, selain sosialisasi tentang pentingnya pertolongan medis yang cepat (termasuk diagnosis dan tatalaksana awal), juga perlu diupayakan mendekatkan pelayanan medis yang memadai kepada masyarakat/pasien (bringing the treatment to the patient), serta ketersediaan sistim transportasi pasien yang aman dan cepat. Keberadaan rumah sakit-rumah sakit milik Pemerintah yang disebutkan diatas, sangat menunjang upaya ini. Tentu saja partisipasi rumah sakit swasta juga diharapkan, terutama kepeduliannya untuk merawat pasien tak mampu. Secara keseluruhan saat ini ada 27 buah laboratorium kateterisasi di rumah sakit-rumah sakit wilayah Jabodetabek, lima di antaranya berada di RSJPDHK. Beberapa rumah
sakit di DKI Jakarta lainnya yang memiliki laboratorium kateterisasi ini, sebenarnya mampu melakukan PCI, namun tidak semuanya siap untuk melakukan PPCI. RSJPDHK juga mempunyai jaringan telekardiologi yang mampu menangkap EKG dari seluruh layanan puskesmas di wilayah Jabodetabek. Dengan memperbaiki layanan reperfusi di jejaring DKI maka diharapkan layanan kegawatan kardiovaskular lainnya dapat ditingkatkan. Kegawatan kardiovaskular lainnya seperti gagal jantung akut, krisis hipertensi, aritmia, dan trombosis vaskular dapat ditanggulangi dengan baik melalui sistem ini. Agar pelayanan kegawat-daruratan kardiovaskular dapat ditingkatkan layaknya layanan medis di kota-kota metropolitan negara maju, dipandang
perlu untuk membuat program Emergency Medical System yang terpadu, teritegrasi dan melibatkan semua stake holder dan rumah sakit pemerintah di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Penyelamatan jiwa yang tertolong dari kegawatan kardiovaskular dengan layanan yang optimal akan meningkatkan kualitas hidup rakyat Jakarta dan akan berdampak pula pada peningkatan produksifitasnya.
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan kegawat-daruratan kardiovaskular pada masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga semakin banyak pasien infark miokard akut yang dapat diselamatkan, yang akhirnya menurunkan angka mortalitas PJK di DKI Jakarta.
44
Info Medik
Tujuan Khusus
1. Melakukan kesepakatan untuk bergabung dalam sistem jejaring Emergency Medical System untuk kegawat-daruratan kardiovaskular. Merancang upaya untuk memperpendek waktu sejak awal serangan jantung hingga dilakukan tindakan PPCI atau trombolitik. Membangun sistem komunikasi untuk penentuan diagnosis dan pilihan terapi (PPCI atau trombolitik) yang tepat dan cepat. Melakukan pemetaan ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana. Melakukan pemetaan ketersediaan dan kebutuhan SDM. Mensosialisasikan standar peralatan dan SDM pelayanan kardiovaskular. Melakukan pelatihan kegawat daruratan jantung dan pembuluh darah bagi staf EMS (termasuk perawat dan dokter RS serta perawat ambulans 118).
2.
3.
4.
RS Cipto Mangunkusumo
5. 6.
7.
Emergency Medical SystemKardiovaskular Adalah suatu sistem pelayanan kegawat-daruratan yang bersifat terpadu, responsif, dan cepat sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Sistem komunikasi yang dibuat adalah dengan menggunakan Call Center. Pasien, pelayanan kesehatan primer, dan sekunder dengan pelayanan terbatas dapat menghubungi call center. Call center akan melakukan triase
kegawatan kardiovaskular dengan mentransmit EKG ke no fax/heart line untuk verifikasi EKG apakah STEMI atau non STEMI. Respon time verifikasi harus kurang dari 10 menit yang dilanjutkan dengan tindak lanjut tata laksana. Pasien STEMI dengan onset kurang dari 12 jam harus segera di rujuk ke pusat reperfusi (reperfusion center) setelah mendapat pertolongan pertama. Pusat reperfusi yang dimaksud adalah RS yang dapat memberikan pelayanan fibrinolitik atau primary PCI. RS yang mampu memberikan pelayanan primary PCI dalam 24 jam selanjutnya akan disebut sebagai RS dengan predikat PCI Capable Hospital. RS yang tidak dapat memberikan pelayanan primary PCI dalam 24 jam selanjutnya disebut sebagai RS dengan predikan non-PCI Capable Hospital. RS non PCI Capable harus memberikan terapi reperfusi berupa fibrinolitik. Jika terjadi kegagalan fibrinolitik maka RS harus merujuk segera ke RS PCI capable.***
45
Medical Review
ebelum era operasi jantung pada kelainan jantung bawaan hanya 20 % penderita kelainan jantung bawaan yang dapat hidup sampai usia dewasa, dan sebagian besar yang mempunyai kelainan jantung bawaan ringan. Dengan berkembanganya bedah jantung terutama pada kelainan jantung bawaan, kemajuan ilmu penyakit jantung anak, perawatan pasca operasi dan terakhir kemajuan kateterisasi intervensi dapat memperbaiki prognosis dari kelainan jantung bawaan. Di Canada diestimasikan terdapat peningkatan Adult congenital heart diseasse dari 94000 pada tahun 1996 menjadi 124000 pasien pada tahun 2006, dan di Inggris pempunyai prediksi 1600 kasus pertahun dengan asumsi penduduk 50 juta jiwa. Tidak semua penderita itu perlu penanganan spesialis, hanya 20 25 % adalah penderita yang kompleks
pemeriksaan dari spesialis. Ada beberapa akronim untuk penderita penyakit jantung bawaan yang mencapai usai dewasa . 1. Fungsi ventrikel Pengukuran yang akurat untuk performa ventrikel sangatlah penting baik pada saat sebelum operasi, perioperasi, pasca operasi dan pada pemantauan selanjutnya. Kelainan geometri dari ventrikel akibat dari operasi, kronik hipoksemia dan perubahan aliran darah membuat kesulitan dalam menganalisa hasil tersebut baik itu untuk fungsi LV dan RV. Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan echo doppler, MRI, radionuclide studies dan invasive. 2. Aritmia dan alat pacu Aritmia adalah penyebab utama pada penderita dengan ACDH dirawat di rumah sakit dan ini meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Faktor predisposisi untuk terjadinya aritmia termasuk latar belakang penyakit jantung bawaannya, misalnya atrial isomerism , perubahan hemodinamik yang merupakan bagian dari perjalanan penyakit (pembesaran ruang jantung, fibrosis miokard ). Aritmia supra ventrikel lebih
dimana memerlukan penanganan atau pemantauan spesialis sepanjang hidup dan intervensi atau operasi selanjutnya, 35 40 % yang memerlukan konsultasi saja dan sekitar 40 % tidak atau sedikit Negara
Akronim GUCH CACH BACH ACHD WACTH PACH Grown-up congenital heart disease Canadian adult congenital hearts Boston adult congenital heart Adult congenital heart disease Working group for adult and teenager With congenital heart disease Pacific adult congenital heart
UK, Eropa, Jepang Kanada Boston, USA USA Switzerland Pacific (Vancouver)
46
Medical Review
sering dari aritmia ventrikel. Disfungsi dari SA node lebih sering pada pasca atrial surgery (Mustard / senning, Fontan, dan ASD clossure) dan supraventricular tachycardia (intra atrial reentry tachycardia atau atrial flutter ) akan lebih sering pada pemantauan jangka panjang. Atrial flutter masih merupakan masalah utama pada penderita pasca total koreksi pada Tertralogi of Fallot. Aritmia ventrkel paling banyak dijumpai pada stenosis aorta dan pasca total koreksi pada TOF. QRS yang melebar didapat pada ventrikel kanan yang dilatasi dan regurgitasi pulmonal pada pemantauan pasca operasi TOF . Pengobatan secara medikamentosa dengan mengunakan antiaritmia standard tidak mempunyai hasil yang maksimal dan penggunaan amiodaran lebih efektif meskipun efek samping masih merupakan masalah tersendiri. Ablasi kateter dan pendekatan operasi semakin banyak dilakukan meskipun angka keberhasilan lebih rendah dibanding pada struktur jantung yang normal. Pacu jantung pada penderita ACDH lebih sulit karena terbatasnya akses menuju jantung yang disebabkan kelainan dari anatomi jantung sendiri. 3. Sianosis pada ACDH Pirau dari kanan ke kiri dan hipoksemia mempunyai dampak pada hematologi dan beberapa organ. a. Masalah hematologi Meningkatnya sel darah merah adalah suatu
respon kompensasi untuk memperbaiki transport oksigen. Sel darah putih biasanya normal dan platelet biasanya normal atau cenderung rendah. Dengan meningkatnya sel darah merah dengan konsekwensi meningkatnya viskositas maka meningkat juga resiko untuk terkena stroke. Pengobatan plebotomi dilakukan bila Hb > 20 gr/dl dan Ht . 65 % dengan gejala hyperviscosity syndrome .Tindakan plebotomi dapat merangsang sumsum tulang untuk lebih memproduksi sel darah merah , sehingga disarankan tidak lebih 2 3 kali pertahun. b. Hemostasis Menurunnya jumlah dan fungsi dari platelet secara bersamaan dengan defisiensi faktor pembekuan dapat menyebabkan perdarahan spontan atau perioperatif. Penggunakan antikoagulan
harus hati hati karena bila Ht diatas 60% pengukuran efek antikoagulan tidak akurat. c. Fungsi ginjal pada sianosis yang kronis, glomerulus ginjal abnormal ditandai dengan hiperseluler dan kongesti membuat menurunnya glomerulus filtrasi dan meningkatnya creatinin level, protein uria. d. Kulit Jerawat bukan hanya kosmetik tetapi potensial menjadi endokarditis dan sepsis. 4. Pulmonary vascular disease Sejak kemajuan dalam mendiagnosis dini dan operasi pada bayi dapat menurunkan angka penderita penyakit jantung bawaan pada remaja dan dewasa dengan penyakit pembuluh darah paru. Beberapa penderita dengan sindroma eisenmenger dapat hidup hingga dewasa meskipun tolerasi aktifitas yang menurun dan
47
Medical Review
VSD, stenosis katup puilmonal dan small PDA. 6. Kehamilan dan ACDH Sebagian besar penderita dengan ACDH mempunyai tolerasi yang cukup untuk hamil. Konsultasi prakehamilan dan evaluasi kesehatan sangat penting termasuk pemeriksaan fisik, status hemodinamik (biasanya dengan echocardiography), kapasitas fungsional dengan menggunakan tredmil test. Penderita ACDH dapat dikatagorikan sebagai resiko tinggi adalah yang berhubungan dengan sindrom eisenmenger dengan kematian ibu > 50 % (biasanya setelah persalinan). Resiko tinggi pada ACDH termasuk : 1. Aorta stenosis yang signifikan (mean gradient > 40 mmHg, valve area < 0.7 cm 2 ) 2. Coartasio yang bermakna 3. Stenosis mitral yang bermakna 4. Prostetic valve mekanikal 5. Pulmonary hypertension 6. Marfans syndrome 7. Cyanotic heart disease Penyakit jantung bawaan biru merupakan resiko yang bermakna untuk janin dan berhubungan dengan derajat hipoksia pada kehamilan. Berat lahir rendah dan prematur sangat umum pada kehamilan dengan sianosis dan apabila kadar oksigen saturasi arteri < 85% maka hanya 12 % Beberapa point yang penting adalah : 1. Konsultasi sebelum kehamilan pada penderita dengan PJB, tentang resiko bagi bayi dan ibunya 2. Penutupan atrial septal defect diindikasikan bila sudah terjadi atrium kanan dan ventrikel kanan yang membesar baik dengan keluhan maupun tidak 3. Kontrol seumur hidup pada ahli penyakit jantung pada penderita dengan kelainan katup aorta 4. Semua kasus dengan Tetralogy of Fallot sebaiknya kontrol teratur kepada ahli penyakit jantung untuk mengevaluasi hasil koreksi. kerhamilan itu berjalan dengan baik.
peningkatan sianosis yang progresif. Yang penting pencegahan adalah komplikasi pada paru dan otak. Pada large European collaborative study dimana mean usia kematian pada sindrom eisenmenger dan kelainan jantung bawaan yang simpel adalah 32.5 tahun dibanding 25.8 tahun dengan kelainan jantung bawaan kompleks. Penderita dengan sindrome eisenmenger mempunyai resiko untuk kehamilan, dehidrasi, cardiac dan non cardiac surgery, anastesi umum, anemia,infeksi, IV line dan obat obat vasodilatasi. Hampir 50 % mengalami kejadian fatal pada kehamilan dan biasanya meninggal setelah persalinan. 5. Infective Endokarditis Sebagian besar penderita dengan ACDH mempunyai resiko untuk infektive endokarditis seumur hidup, tetapi tidak semua. Menurut laporan infektive endokarditis tidak terdapat pada ASD, TAPVD dan sangat jarang pada pasca koreksi
Daftar Pustaka
European Society of Cardiology. The Task Force on the management of Grown Up Congenital Heart Disease. Guidelines. European heart Journal (2003) 24,10351084. 32ND Bethesda Conference: Care of the Adult With Congenital Heart Disease. JACC 2001, vol 37, 5, 1161-1198. C Wren and JJ OSullivan. Survival with congenital heart disease and need for follow up in adult life. Heart 2001;85;438-443. British Cardiac Society. Grown-up congenital heart ( GUCH) disease:current need and provision of service for adolescents and adults with congenital heart disease in UK. Heart 2002.88(suppl I)101-114 ACC/AHA 2008 Guidelines for the Management of Adults With Congenital Heart Disease, A Report of the American College of Cardiology/ American Heart Association,Task Force on Practice Guidelines, Circulation. 2008;118:0-0
48
Lifestyle
enar, anggapan selama ini bahwa, makan tanpa garam terasa hambar. Takheran, hamper semua
produk makanan, terutama makanan/ minuman dalam kemasan, serta makanan cepat saji, kadar garamnya relatif tinggi. Garam dapur adalah sumber utama sodium/natrium dalam makanan sehari-hari. Sodium sendiri merupakan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh. Fungsinya antara lain diperlukan untuk menjaga volume cairan tubuh, pengaturan tekanan darah dan memungkinkan saraf dan otot
50
Lifestyle
sodium yang keluar melalui keringat dan lainnya. Sebagian besar asupan sodium berasal dari makanan. Gaya hidup masa kini membuat masyarakat sering terpapar dan sulit menghindari konsumsi makanan-jadi dalam kemasan dan makanan siap saji. Makanan jenis ini sering kali memiliki kadar sodium tinggi dan sering kali juga tanpa sepengetahuan yang memakan. Karena itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga asupan sodium agar tidak berlebih sangat diperlukan. Semangkuk mie kari memiliki kadar sodium 2500mg per penyajian, jumlah yang sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sodium harian. Sodium-free Very low sodium Low sodium Reduced sodium Light in sodium Kurang dari 5 mg sodium per penyajian 35 mg sodium atau kurang per penyajian 140 mg sodium atau kurang per penyajian Kandungan sodium dikurangi 25% per penyajian disbanding standar Kandungan sodium dikurangi 50% per penyajian disbanding standar Berikut adalah istilah yang sering tercantum dalam kemasan makanan yang berhubungan dengan kandungan sodium: memilih makanan dengan kadar sodium yang rendah. Ingat bahwa sumber sodium bukan hanya garam dapur (sodium/ natriumchlorida), karena itu pada label nutrisi carilah semua kata yang mengandung kata sodium atau natrium atau soda seperti monosodium glutamat (MSG), baking soda, baking powder, disodium phosphate, sodium benzoat, sodium citrate dan sodium nitrate. Batasi konsumsi makanan olahan Makanan olahan, seperti makanan kalengan, camilan dalam kemasan, saus, dan lain-lain seringkali memiliki kandungan sodium yang tinggi. Hindari jika memungkinkan atau kurangi porsinya. Bilas dulu sayuran dan 1/2 sendok the garam = 1.200 mg sodium 3/4 sendok the garam = 1.800 mg sodium 1 sendok the garam = 2.300 mg sodium 1 sendok teh baking soda = 1.000 mg sodium
kacang-kacangan kaleng jika akan Pilihlah daging, buah dan sayuran segar Sebisa mungkin masaklah sendiri bahan-bahan makanan segar. Gunakan garam dapur seminimal mungkin, gunakan rempahrempah untuk menambah rasa, sebaiknya bukan menggunakan MSG. Berikut panduan jumlah sodium yang ada dalam garam dapur yang digunakan: 1/4 sendok the garam = 600 mg sodium
Sumber : American Heart Association Nutrition Center, WHO: Sodium Asupan Around The World, 2006 WHO: Reducing Salt Asupan in Population, 2006
diolah untuk mengurangi kadar garam. Minta juru masak mengurangi garam dapur dan tanpa penggunaan MSG bila makan di restoran/di luar rumah
51
KELAKAR
Keluarga Kardiovaskular Perki pada acara Syukuran kelulusan dokter spesialis jantung.
Tim Sepakbola Perki Jaya dengan Coach Mantan Striker Nasional Ricky Jakob.
52
Album
Kegiatan Diskusi Etik Perki Jaya dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2012 di Hotel Morrisey Jakarta.
54
Album
55
P2KB
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Perki
1. 2. 3. c. Disetujui Diperbaiki dan dilengkapi Ditolak Evaluasi Borang Penilaian Diri Tugas Anggota 1. Mempunyai buku Pedoman dan Petunjuk Teknis P2KB PERKI serta buku log dan borang penilaian diri P2KB PERKI dari Komisi P2KB. 2. Mengikuti P2KB dengan memperhatikan proporsi muatan wajib untuk kompetensi sebagai dokter spesialis ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah 3. Menyimpan dokumen (sertifikat, surat tugas, bukti kehadiran, sinopsis jurnal dll) dan mengisikannya ke buku log. 4. Setiap tahun mengisi dan mengirim borang penilaian diri, buku log, serta dokumennya kepada Tim P2KB. 5. Setiap tahun mengecek akumulasi pencapaian SKP diri pada data base PERKI dan menginformasikan bila ada dokumen yang belum masuk kepada Tim P2KB. 6. Untuk mendapatkan rekomendasi, setiap anggota akan dimintakan biaya sesuai kebutuhan. Tugas Tim P2KB 1. Menerima laporan dokumenasi kegiatan anggota P2KB di wilayahnya setiap tahun. 2. Memeriksa dan verifikasi dokumen P2KB ( borang penilaian diri, buku log, serta dokumen bukti) anggota sepanjang tahun serta memasukkan ke dalam data base. 3. Kalau ada data isian anggota yang tidak benar atau diragukan kebenarannya, atau ada teguran dari komisi etik, dicatat dalam formulir hasil verifikasi. Tidak boleh mencoret dokumen anggota P2KB. 4. Mengirim borang penilaian diri anggota setiap tahun ke Komisi P2KB disertai fotokopi dokumen yang dinilai tidak benar atau diragukan kebenarannya paling lambat 1 bulan setelah dokumen tersebut diterima. Tugas Komisi P2KB 1. Menerima borang penilaian diri anggota tiap tahun berserta dokumen yang dinilai tidak benar atau diragukan kebenarannya dari Tim P2KB. 2. Memeriksa dan menilai kembali jumlah SKP dalam borang penilaian diri anggota termasuk mengkonversi SKP IDI atau organisasi non PERKI. 3. Setiap 5 tahun membuat rekomendasi kepada Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah paling lambat 1 bulan setelah menerima dokumen, dengan kemungkinan hasil sebagai berikut : a. Telah memnuhi nilai SKP sehingga LAYAK mendapat rekomendasi untuk memperoleh sertifikat kompetensi
b.
56
P2KB
b. Belum memenuhi nilai SKP dan dianjurkan untuk menambah nilainya dengan mengikuti kegiatan P2KB yang dianjurkan. PERHITUNGAN SKP MENURUT JENIS KEGIATAN A. Kegiatan pembelajaran
Jenis Kegiatan 1. Pendidikan lanjutan non-degree di dalam / luar negeri a. < 1 bulan b. 1 3 bulan c. 4 6 bulan d. 6 12 bulan 2. Pendidikan lanjutan degree di dalam / luar negeri a. < 2 tahun b. 2 tahun 3. Pelatihan / penataran / lokakarya / workshop a. minimal 8 jam b. 8-16 jam c. 16 jam 4. Keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah a. KONKER PERKI b. Simposium / seminar / pertemuan ilmiah (minimum 6 jam) : - regional ( 3 hari ) - nasional ASMIHA - Internasional ( 3 hari ) c. Siang klinik / malam klinik d. Journal club e. Mandiri PKB melalui internet / jurnal (termasuk self Assessment) SKP maksimum DN 10 15 20 25 DN 30 40 DN 10 12 14 LN 20 25 30 35 LN 20 60 LN 14 16 8 Sertifikat Ijazah Sertifikat Dokumen
d.
Organisasi Komisi P2KB Sehubungan dengan tugas komisi P2KB yang meliput tugas akreditasi, evaluasi dan administrasi, dibetuk sub komisi dengan tugas sebagai berikut : 1. Sub Komisi Akreditasi a. Menerima permohonan akreditasi penyelenggaraan P2KB b. Memeriksa kebenaran dokumen penyelenggara P2KB c. Menilai dan menentukan nilai SKP kegiatan tersebut d. Memberikan keputusan hasil akreditasi dan meneruskannya ke BP2KB IDI Pusat / wilayah 2. Sub Komisi Evaluasi a. Menerima borang penilaian diri anggota yang telah diisi setiap tahun disertai fotokopi dokumen yang dinilai tidak benar atau diragukan kebenarannya dari Tim P2KB. b. Memeriksa dan menilai kembali jumlah SKP dalam borang penilaian diri anggota, termasuk mengkonversi SKP IDI atau organisasi non PERKI. c. Membuat rekomendasi kepada Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah paling lambat 1 bulan setelah menerima dokumen. 3. Sub Komisi Akreditasi a. Menggandakan buku Pedoman dan Petunjuk Teknis P2KB PERKI, buku log dan borang penilaian diri P2KB PERKI dan form yang diperlukanm dan mengirimkan ke Tim P2KB. b. Melaksanakan administrasi dokumen2 yang masuk dan meneruskan ke subkomisi yang bersangkutan. c. Menerima biaya akreditasi dari penyelenggara P2KB d. Melaksanakan administrasi keuangan komisi P2KB dan mempertanggung jawabkannya setiap tahun ke Ketua Komisi P2KB yang akan mempertanggung jawabkannya kepada PP PERKI.
Sertifikat
B. Kegiatan Profesional
Jenis Kegiatan 1. Diagnostik dan pengobatan sederhana a. < 1000 pasien / thn b. 1000 1500 pasien / tahun c. > 1500 pasien / tahun 2. Intervensi diagnostik (laboratorium khusus) a. < 100 /tahun b. 100 300 / tahun c. > 300 / thn 3. Intervensi terapeutik a. < 30 / tahun b. 30 60 / tahun c. > 60 / tahun 4. Pertemuan ilmiah Penyaji makalah nasional Penyaji makalah lokal Penyaji makalah internasional Pelatih workshop lokal Pelatih workshop nasional Pelatih workshop internasional Moderator lokal Moderator nasional Moderator internasional Penyaji journal club Moderator journal club Panitia Ilmiah local Panitia Ilmiah nasional Panitia Ilmiah internasional SKP maksimum 8 / tahun 10 / tahun 15 / tahun Dokumen Fotokopi SIP Buku log
Lampiran 1 PEDOMAN PERHITUNGAN SKP P2KB PERKI Kebutuhan SKP tiap 5 tahun Agar jenis kegiatan P2KB merata, jumlah SKP yang harus dikumpulkan dalam 5 tahun menurut ranah kegiatannya adalah sebagai berikut :
RANAH KEGIATAN A. Pembelajaran B. Profesional C. Pengabdian masyarakat D. Pengabdian profesi E. Publikasi Ilmiah F. Pengembangan Ilmu 50-75 50-75 Minimum 5 Minimum 5 Tanpa maksimum Tanpa maksimum SKP
57
P2KB
C. Kegiatan pengabdian masyarakat
Jenis Kegiatan 1. Panitia dalam organisasi penyuluhan 2. Penyuluhan langsung 3. Wawancara / penyuluhan a. Media elektronik b. Media cetak 4. Kerja social 5. Tim bencana a. Nasional b. Internasional SKP maksimum/ kegiatan 2 3 dokumen Surat keputusan Buku log Buku log Fotokopi bukti
1 1 5
5 10
a. b. c. d.
Penulis seluruh buku Penulis bab dalam buku Editor buku Editor bab
20 10 10 5 5/10/3
13 8 5 3 3/5/1
Fotokopi bukti
15 10
3. Monograf / video pendidikan / leaflet yang disebarluaskan 4. Dokumentasi : a. Tesis a.1. Penulis a.2. Pembimbing b. Disertasi b.1. Penulis b.2. Pembimbing 5. Prosiding a. Penulis (per makalah) b. Editor (per prosiding) SK Penunjukan
5 3 10 6 3 3
Fotokopi bukti
10 5 3 5 8
3. Panitia kegiatan ilmiah ( per kali ) a. Lokal b. Nasional c. Regional / International 4. Juri Kegiatan ilmiah KONKER / PIT / Kongres lain (per kali) a. Nasional b. Regional / internasional 5. Kepenguruan pusat dalam organisasi IDI ( per periode) a. Pengurus inti b. Anggota pengurus 6. Kepengurusan cabang dalam organisasi IDI ( per periode ) a. Pengurus inti b. Anggota pengurus 7. Keanggotaan dalam organisasi PERKI (per periode) a. Cabang b. Kelompok studi (2 SKP/ kelompok studi ) 8. Keanggotaan dalam organisasi IDI yang lain ( per periode ) a. IDI cabang b. Perhimpunan lain /seminat 9. Kegiatan Rapat organisasi a. KONAS b. KONKER / RAKER / Lokakarya
2 3
10 5
3.
Lokal : - Strata 1 - Strata 2 - Strata 3 b. Nasional : - Strata 1 - Strata 2 - Strata 3 4. Membuat soal ujian (ujian tulis, OSCE) yang terpakai (per kali ) Membimbing (per orang) a. Tutorial b. Tesis/S2 c. Disertasi/S3 (dalam & luar negeri)
5.
1 10 20 10
3 2
Daftar Hadir
58