Anda di halaman 1dari 18

TEORI DAN HIPOTESIS

DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah: Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu: Dr. Usman, M.Ag

Oleh:

Tri Pariyatun, S.Pd.I


1420411160
PAI-D (Mandiri)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Tujuan penelitian
adalah menemukan atau mengembangkan teori. Teori membuat manusia mempunyai ilmu
pengetahuan. Tanpa teori, tidak ada ilmu pengetahuan di dunia ini, karena tidak pernah ada
kegiatan pengumpulan dan pembuktian. Melalui penelitian, teori mendorong ilmu mencapai
kemjauan secara berkesinambungan. Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian
maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting
yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan
utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai
piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui
teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau
tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan
pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis
disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama peneliti
pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis
yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-
jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan
hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis
agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai hakikat teori dan hipotesis dalam
sebuah penelitian sehingga mengurangi kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
Teori Penelitian
1. Apa pengertian teori penelitian?
2. Apa peran dan kriteria teori penelitian?
3. Apa sumber dan langkah-langkah pendiskripsian teori penelitian?
Hipotesis Penelitian
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa manfaat dan karakteristik hipotesis penelitian?
3. Apa jenis-jenis hipotesis?
4. Apa bentuk rumusan hipotesis?
5. Bagaimana cara merumuskan hipotesis?
6. Bagaimana cara menguji hipotesis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Penelitian
Setiap kali melakukan penelitian, peneliti harus terlebih dahulu mengkaji teori yang
relevan dengan masalah penelitian. Untuk dapat melakukan pengkajian teori sebagai landasan
landasan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus memahami konse-konsep dasar tentang teori.
1. Pengertian Teori
Suatu penelitian perlu mengkaji teori dan menjadikannya landasan agar penelitian yang
dilakukan tidak sekedar coba-coba. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.1[1] Teori merupakan pokok penyataan mengenai sebab-akibat atau adanaya
hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam
masayarakat. Oleh sebab itu, pada setiap penelitian teori-teori wajib diperlukan untuk
mendukung hipotesis yang dibuat.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi,
dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu
untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (predicton), pengendalian (control) suatu
gejala.2[2] Menurut Suryabrata, dalam memilih teori harus memperhatikan prinsip kemutakhiran
(recency) dan relevansi (relevance). Kecuali penelitian historis, penelitian perlu menghindarkan
menggunakan bacaan yang sudah lama, karena sumber yang lama mungkin memuat teori dan
konsep yang sudah tidak berlaku lagi yang kebenarannya sudah dibantah oleh teori yang lebih
baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian. Prinsip relevansi maksudnya adalah bahwa
sumber teori haruslah relevan atauterkait dengan masalah yang sedang digarap. Apabila suatu
penelitian hendak menyelidiki tentang sikap remaja terhadap tata tertib sekolah , maka haruslah
dilakukan kajian teori tentang sikap, remaja, dan tata tertib sekolah, sebagai dasar pijkan
penelian tersebut.3[3]
Jadi, untuk melakukan penelitian harus dilakukan dengan melihat bangunan yang lebih
dulu dibuat oleh generasi pendahulu atau orang lain. Sehingga teori merupakan bangunan atas
fakta-fakta yang sudah diketahui sebelumnya. Atas dasar pondasi teori tersebut, seorang peneliti
berpartisipasi menyususn pengetahuan di atasnya. Dapat disimpulkan bahwa teori merupakan
informasi yang diberikan oleh para pendahulu untuk menjadi panduan dalam memahami realitas,
baik fisik maupun sosial. Dengan demikian, teori menempatkan dua fungsi yaitu menjadi sumber
bagi hipotesis dan memberikan petunjuk dalam mengumpulkan data.
2. Peran dan Kriteria Teori
Teori merupakan alat dari ilmu (tool of science). Sebagai alat dari ilmu, landasan teori
memiliki beberapa manfaat, yaitu:4[4]
a) Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang diteliti
b) Mengetahui hasil-hasil penelitian yang berhubungan yang sudah pernah dilaksnaaan.
c) Memperjelas masalah penelitian.
d) Meramalkan fakta atau memprediksi fakta.
Adapunn peranan fakta, antara lain: alasan untuk menolak teori yang ada; menyebabkan
lahirnya teori baru; memberi dorongan untuk mempertajam atau memperhalus rumusan teori
yang ada. Kegunaan suatu teori ilmiah dijadikan acuan dalam riset ilmiah harus memenuhi enam
kriteria. Keenam kriteria itu adalah sebagai berikut:5[5]
a) Inklusif. Suatu teori yang dijadikan acuan dalam riset ilmiah harus sesuai dengan jumlah dan
jenis fenomena yang dikaji dalam riset itu.
b) Konsisten. Konsisten suatu menentukan apakah teori itu dapat menjelaskan temuan-temuan baru
tanpa mengubah asumsi-asumsi yang mendasarinya.
c) Akurat. Akurat suatu teori adalah derajat ketepatan teori itu untuk digunakan dalam menjelaskan
suatu fenomena dan membuat prediksi.
d) Relevan. Relevansi suatu teori tergantung pada kedekatan hubungan antara teori itu dengan
informasi atau data yang dikumpulkan.
e) Berbuah atau fruitfulness. Keberbuahan suatu teroi menunjukkan pada produktivitas teori itu
dalam merangsang ide-ide baru untuk riset-riset di masa yang akan datang.
f) Sederhana. Kesederhanaan teori terkait dengan derajat kedalaman teori itu dalam menjelaskan
suatu fenomena dengan hanya membutuhkan sedikit keterangan.
3. Sumber dan Langkah-langkah Pendiskripsian Teori
Pustaka yang merupakan sumber-sumber teori dapat diperoleh dari dua sumber utama,
yaitu:
a) Laporan-laporan penelitian (abstrak, jurnal ilmiah, tesis, disertasi, dan laporan penelitian
lainnya)
b) Buku-buku teks
Dalam menyusun landasasan teori adalah membaca buku dan lapiran hasil penelitian.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:6[6]
a) Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
b) Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian,
Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.
c) Lihat daftar isi setiap buku, dan pillih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan
diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan,
teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisi,
kesimpulan dan saran yang diberikan.
d) Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu
sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
e) Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukanlah analisa,
renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang
dibaca.
f) Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan
bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk
mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
B. Hipotesis Penelitian
Dalam kegiatan penelitian, hipotesis biasanya disusun setelah peneliti mengkaji beberapa
teori terkait dengan variable-variabel yang dikaji. Hasil penelaahan berbagi teori inilah yang
kemudian dapat membantu peneliti merumuskan hipotesis penelitian. Selanjutnya akan
dipaparkan hal-hal yang terkait dengan hipotesis dalam penelitian.
1. Pengertian Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dankerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak
setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif
sering tidak merumuskan hipotesis. Hipotesis menjadi dugaan berdasarkan keterngan teori yang
sementara diterima sebagai kebenaran sambil menunggu pengujian menggunakan data empiris.
Hipotesis berasal dari kata hypo (di bawah, lemah) dan thesa (kebenaran). Dari kedua
akar katanya dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah kebenaran yang lemah.7[7] Kebenaran
hipotesis dikatakan lemah karena kebenarannya baru teruji pada tingkat teori. Untuk menjadi
kebenaran yang kuat, hipotesis masih harus diuji menggunakan data-data yang dikumpulkan.
Kebenaran yang lemah akan meningkat menjadi thesa apabila berdasarkan hasil uji
menggunakan data yang dikumpulkan memberi kesimpulan mendukung hipotesis. Sebaliknya,
bila hipotesis teruji melalui data-data yang dikumpulkan maka hipotesis tidak dapat lagi diterima
sebagai kebenaran.
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atas masalah penelitian. Kita mengemukakan
sebelumnya bahwa untuk sampai pada kesimpulan tersebut, harus dijalin pola pemikiran
sehingga kesimpulan tersebut benar-benar logis. Dengan kata, lain hipotesis tersebut merupakan
prediksi hasil penelitian yang akan dilakukan. Ia dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
bersifat sementara, akrena masih perlu diuji dengan data penelitian yang akan ditemukan
nantinya.8[8]
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban yang empirik dengan data.9[9]
Suryanbrata memberikan beberapa definisi tentang hipotesis:10[10] (1) hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara
empiris, (2) hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritus yang diperoleh
dari penelaahan kepustakaan, (3) hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling tinggi kebenarannya, (4) hipotesis merupakan pernyataan
mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sempel
penelitian atau hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui
statistik sampel.

2. Manfaat dan Karakteristik Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam suatu penelitian sangat penting untuk memandu penelitian. Manfaatnya
dapat dirinci sebagai berikut:
a) Memberikan tujuan yang tegas bagi peneliti
b) Membantu dalam menentukan arah yang harus ditempuh, dalam pembatasan ruang lingkup
penelitian dengan memilih fakta-fakta yang relevan.
c) Menghindarkan sesuatu penelitian yang tidak terarah dan tidak bertujuan dan pengumpulan data
yang mungkin ternyata tidak ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.11[11]
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan suatu fenomena keagamaan tertentu yang
terjadi di masyarakat. Karena itu, penelitian deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Kalaupun ada
hipotesis dalam penelitian deskripsi, sifatnya hanya pertanyaan penelitian, tidak perlu
dirumuskan dalam sebuah hipotesis secara eksplisit.
Menurut Sugiyono, hipotesis yang baik memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya:12[12]
a) Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada
berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
b) Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran
c) Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
3. Jenis-Jenis Hipotesis
Ditinjau dari operasinya rumusan untuk ketiga jenis hipotesis tersebut kita kenal dua jenis
rumusan yaitu:
a) Hipotesi Nol
Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidakadanya hubungan anatara
variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”. Dalam contoh-contoh di atas ketiga
rumuusan hipotesis nol dimaksud adalah:13[13]
(1) Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
(2) Tidak ada hubungan sebab-akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan kelancaran
berusaha. Tidak ada saling pengaruh antara tingkat kekayaan dengan keberhasilan berusaha.
(3) Tidak ada hubungan sebab-akibat antara banyaknya makanan dengan tingkat kekenyangan.
Tidak ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyanga. Banyak makan tidak
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
b) Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini di tuliskan dengan “Ha”. Untuk hipotesis
alternatif sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam yaittu: “hipotesis terarah” (directional
hypothesis) dan “hipotesis tidak terarah” (non directional hypotesis).14[14] Berikut ini contoh
dari hipotesis alternatif:
(1) Untuk hubungan dua variable sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non directional)
- Ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
(2) Ha terarah (directional)
- Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran berusaha
- Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan
Ha tidak terarah (non directional)
- Ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan berusaha
- Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan
(3) Ha terarah (directional)
- Banyak makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan
- Banyak makan mempengaruhi terhadap kekenyangan

Ha tidak terarah (non directional)


- Ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan.
4. Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis
Pendapat lain mengenai pengklasifikasian atau jenis-jenis hipotesis diungkapkan oleh
Sugiyono. Ia menyatakan bahwa menurut tingkat eksplanasi yang akan duji, maka rumusan
hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif (pada suatu
sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif dan hubungan.
a) Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel
mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh, bila rumusan masalah
penelitian sebagai berikut ini, maka hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan adalah
hipotesis deskriptif.15[15]
(1) Seberapa tinggi daya tahan lampu merk X?
(2) Seberapa tinggi produktivitas padi di kabupaten Klaten?
(3) Berapa lama daya tahan lampu merk A dan B?
(4) Severapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X?
Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut:
(1) Daya tahan lampu merk X = 800 jam
(2) Produktivitas padi di Kabupaten Klaten 8 ton/ha.
(3) Daya tahan lampu merk A=450 jam dan merk B=600 jam.
(4) Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70% dari yang diharapkan.
Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol dengan hipotesis alternatif
selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat dibuat
keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya diterima. Hipotesis statistik
dinyatakan melalui simbol-simbol.
Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara hipotesis nol
(Ho) dan alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasankan itumaka dapat dibuat keputusan yang
tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.
Berikut ini diberikan contoh berbagai pernyataan yang dapat dirumuskan hipotesis
deskriptif statistiknya:16[16]
(a) Suatu perusahaan minuman harus mengikuti ketentuan, bahwa salah satu unsur kimia hanya
boleh dicampurkan paling banyak 1%. (paling banyak berarti lebih kecil atau sama dengan: £).
Dengan demikian rumusan hipotesisnya adalah:
(lebih kecil atau sama dengan)
(lebih besar)
Dapat dibaca: hipotesis nol untuk parameter populasi berbentuk proporrsi (1% : proporsi) lebih
kecil atau sama dengan 1%, dan hipotesis alternatifnya, untuk populasi yang berbentuk proporsi
lebih besar dari 1%.
(1) Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang dibimbing di lembaga itu, paling sedikit
90% dapat diterima di perguruan tinggi negeri. Rumusan hipotesis statistik adalah:
(2) Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk A = 450 jam dan B = 600 jam.
Hipotesis statistiknya adalah:
Lampu A: Lampu B:
Ho : 450 jam Ho : 600 jam
Ha : 450 jam Ha : 600 jam
Harga dapat diganti dengan nilai rata-rata sampel, simpangan baku dan varians. Hipotesis
pertama dan kedua diuji dengan uji satu satu pihak (one tail) dan ketiga dengan dua pihak (two
tail).

b) Hipotesis Komparatif
Menurut Sugiyono hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan
nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Contoh rumusan masalah
komparatif dan hipotesisnya:17[17]
(1) Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan B?
(2) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai golongan I, II dan III?
Adapun rumusan hipotesis adalah:
(a) Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B
Daya tahan lampu merk B paling kecil sana dengan lampu merk A
Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A
Hipotesis statistiknya adalah:
-
Rumusan uji hipotesis dua pihak
Ho : 2
Ha : 2
-
Rumusan hipotesis uji pihak kiri
Ho : 2
Ha : 2
-
Rumusan hipotesis pihak kanan
Ho : 2
Ha : 2
(b) Tidak terdapat perbedaan (persamaan) produktivitas kerja antara golongan I, II, III.
-
- (salah satu berbeda sudah merupakan Ha)
Dalam hal ini harga m (mu) dapat merupakan rata-rata sampel, simpangan baku, varians dan
proporsi.
c) Hipotesis Hubungan (Asosiatif)
Sugiyono menyatakan bahwa hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang
menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh rumusan
masalahnya adalah “Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja?”.
Rumus dan hipotesis nolnya adalah:18[18] Tidak ada hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan efktivitas kerja.
Hipotesis statistiknya adalah:
Dapat dibaca: hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan (nol = tidak ada
hubungan) antara gaya kepempinan dengan efektivitas kerja dalam populasi. Hipotesis
alternatifnya menunjukkan ada hubungan (tidak sama dengan nol, mungkin lebih besar dari nol
atau lebih kecil dari nol).
5. Merumuskan Hipotesis
Cara merumuskan merumuskan hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut:
rumuskan hipotesis penelitian, hipotesis operasional, dan hipotesis statistik.
Hipotesis penelitian ialah hipotesis yang kita buat yang dinyatakan dalam bentuk kalimat
dan didasarkan pada asumsi:19[19]
Contoh 1: Hipotesis asosiatif
Rumusan Masalah:
 Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai?
Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai.
Hipotesis operasional ialah mendefinisikan hipotesis secara operasional variabel-variabel
yang ada di dalamnya agar dapat diopperasionalkan. Misalnya “gaya kepemimpinan”
dioperasionalkan sebagai cara memberikan isntruksi terhadap bawahan. Kinerja pegawai
dioperasionalkan sebagai cara memberikan instruksi terhadap bawahan. Kinerja pegawai
dioperasionalkan sebagai tinggi rendahnya pemasukan perusahaan. Hipotesis operasional
dijadikan menjadi dua , yaitu hipotesis 0 yang bersifat netral dan hipotesis 1 yang bersifat tidak
netral.20[20]
Dengan demikian, bunyi hipotesis operasionalnya:
H0 : Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-
rendahnya pemasukan perusahaan
H1 : Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-rendahnya
pemasukan perusahaan.
Hipotesis statistik ialah hipotesis operasional yang diterjemahkan ke dalam bentuk angka-
angka statistik sesuai alat ukur yang dipilih oleh peneliti. Dalam contoh ini asumsi kenaikan
pemasukan sebesar 30% sehingga hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:21[21]
H0: 0,3
H1: 0,3
Contoh 2: Hipotesis deskriptif
Rumusan masalahnya:
 Seberapa besar penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa?
 Hipotesis penelitian:
 Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa nkurang dari standar
Hipotesa operasional berbunyi:
H0 = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa sama dengan standar
H1 = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa tidak sama dengan standar.
Hipotesis statistik
 H0:
 H1
Diasumsikan bahwa standar sama dengan 80% penguasaan Bahasa Inggrisnya
Contoh 3: Hipotesis komparatif
Rumusan masalahnya:
 Bagaimana sikap mahasiswa di Bandung terhadap penyalahgunaan narkoba dibandingkan denan
sikap mahasiswa di Yogyakarta?
Hipotesis penelitian:
 Ada perbedaan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa di Bandung dan
mahasiswa di Yogyakarta
Hipotesis operasional
H0 = Tidak ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa di
bandung dan mahasiswa di Yogyakarta.
H1 = Ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa di Bandung
dan mahasiswa di Yogyakarta.
Hipotesis statistik:
H0
H1
Cara menentukan hipotesis yang baik sesuai dengan pendapat Borg dan Gall hipotesi
dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat buah kriteria:22[22]
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumuusan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih variabel.
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar
teoritik dan hasil penemuan terdahulu
3. Hipotesis harus dapat diuji
4. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat, artinya bahwa hipotesis tidak
boleh menggunakan hiasan kata atau diberi hiasan kata-katat yang tidak atau kurang bermakna

6. Cara Menguji Hipotesis


Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan membuktikan
H0 atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima maka H0 ditolak. Artinya, ada hubungan antara
cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan peruusahaan.
Dalam membuat hipotesis ada dua jenis kekeliruan yang kadang dibuat oleh penelitian,
yaitu:23[23]
a) Menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Kesalahan ini disebut kesalahan alpha ( )
b) Menerima hipotesis yang seharusnya ditolah. Kesalahan ini disebut keslahan beta ( )
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu
set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dan fenomena. Teori mempunyai
peranan sebagai berikut: (1) Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang diteliti (2)
Mengetahui hasil-hasil penelitian yang berhubungan yang sudah pernah dilaksnaaan (3)
Memperjelas masalah penelitian (4) Meramalkan fakta atau memprediksi fakta. Adapun kriteria
itu adalah sebagai berikut: inklusif, konsisten, akurat, relevan, berbuah atau fruitfulness, dan
sederhana. Sumber-sumber teori dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu: laporan-laporan
penelitian (abstrak, jurnal ilmiah, tesis, disertasi, dan laporan penelitian lainnya) dan buku-buku
teks.

Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang
tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih
sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi
tingkat kebenarannya. Manfaatnya dapat dirinci sebagai berikut: (1) Memberikan tujuan yang
tegas bagi peneliti. (2) Membantu dalam menentukan arah yang harus ditempuh, dalam
pembatasan ruang lingkup penelitian dengan memilih fakta-fakta yang relevan, (3)
Menghindarkan sesuatu penelitian yang tidak terarah dan tidak bertujuan dan pengumpulan data
yang mungkin ternyata tidak ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Hipotesis yang baik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: (1) Merupakan dugaan
terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan
merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. (2) Dinyatakan dalam
kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran. (3) Dapat diuji dengan data
yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

Ditinjau dari operasinya rumusan untuk ketiga jenis hipotesis tersebut kita kenal dua jenis
rumusan yaitu: hipotesi nol dan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja. Sedangkan tiga bentuk
rumusan hipotesis yang dapat disusun sesuai dengan rumusan permasalahan penelitian, yaitu:
hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif.

Cara merumuskan merumuskan hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan
hipotesis penelitian, hipotesis operasional, dan hipotesis statistik. Hipotesis yang sudah
dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan
diterima. Jika H1 diterima maka H0 ditolak. Artinya, ada hubungan antara cara memberikan
instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan peruusahaan. Dalam membuat
hipotesis ada dua jenis kekeliruan yang kadang dibuat oleh penelitian, yaitu:

1. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Kesalahan ini disebut kesalahan alpha ( )
2. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolah. Kesalahan ini disebut keslahan beta ( )

http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/04/teori-dan-hipotesis-dalam-penelitian.html

Anda mungkin juga menyukai