Anda di halaman 1dari 51

DAFTAR ISI

BAB I
Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Prostodonsia menurut Glossary of Prosthodontic Terms edisi ke-9 (2017) adalah
ilmu yang mempelajari diagnosis, rencana perawatan, rehabilitasi, dan pemeliharaan
fungsi dalam rongga mulut, dengan mempertimbangkan kenyamanan, penampilan
atau estetika, dan kondisi kesehatan pasien sehubungan dengan adanya kehilangan
gigi atau defek pada jaringan maksilofasial, dengan cara menggantikan dengan gigi
tiruan cekat, gigi tiruan implan, protesa maksilofasial, ataupun gigi tiruan lepasan
baik gigi tiruan lengkap maupun gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan lepasan,
baik gigi tiruan lengkap maupun gigi tiruan sebagian lepasan, masih merupakan salah
satu alternatif yang banyak diminati karena berbagai pertimbangan, terutama apabila
pasien merupakan kontra indikasi untuk perawatan dengan gigi tiruan implan dan
tidak menghendaki pengurangan gigi untuk perawatan gigi tiruan cekat (Gunadi dkk.,
2013).
Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang
menggantikan sebagian gigi asli yang hilang dan dapat dilepas dan dipasang sendiri
oleh pasien dari mulutnya. Berdasarkan bahannya, gigi tiruan sebagian lepasan
terbuat dari resin akrilik, logam, vulcanite, dan thermoplastic atau valplast (Abu
Bakar, 2012).
Klasifikasi Kennedy adalah klasifikasi yang pertama kali ditemukanoleh dr.
Edward Kennedy pada akhir tahun 1925. Klasifikasi ini bertujuan untuk
menggolongkan dan menggabungkan sebagian lengkung rahang yang tidak
bergigi. (McGarry, 2002)

I.2 Skenario
Perempuan umur 51 tahun datang ke RSGM PSPDG FK UNSRAT dengan
keluhan gigi 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, sakit dan agak goyang. Pasien memiliki

1
riwayat hipertensi, DM yang terkontrol, dan gigi palsu. Dari pemeriksaan klinis
bahwa pasien memakai gigi palsu yang hanya ada enam gigi 13, 12, 11, 21, 22, 23,
terlihat rahang atas sudah tidak bergigi, semuanya di rahang bawah : gigi depan
bawah banyak terdapat kalkulus supra maupun subgingiva pada bagian lingual, warna
gingiva merah dan tidak berdarah, dan pada daerah 35, 36, 37, 38 dan 45, 46, 47, 48
tidak bergigi.

I.3 Terminologi
Berdasarkan scenario yang diberikan, terminology yang ditemukan adalah sebagai
berikut:
1. DM (Diabetes Mellitus):
2. Hipertensi:
3. Kalkulus:
4. Kalkulus subgingiva:
5. Kalkulus supragingiva:
6. Gingiva:
7. Gigi Palsu:
8. Lingual:

I.4 Identifikasi Masalah


Berdasarkan scenario yang diberikan, ditemukan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Perempuan umur 51 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi 34, 33, 32,
31, 41, 42, 43, sakit dan agak goyang.
2. Pasien memiliki riwayat hipertensi, DM yang terkontrol, dan gigi palsu.
3. Pasien memakai gigi palsu yang hanya ada enam gigi 13, 12, 11, 21, 22, 23.
4. Rahang atas sudah tidak bergigi seluruhnya.
5. Gigi anterior rahang bawah sakit dan agak goyang, terdapat banyak kalkulus
supra maupun subgingiva.
6. Rahang bawah bagian posterior sudah tidak bergigi.

2
7. Lingual gingiva berwarna merah dan tidak berdarah.

I.5 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka rumusan masalah yang dapat
ditarik adalah sebagai berikut:
1. Apa diagnose dan prognosis dari kasus ini?
2. Apa yang dimaksud dengan gigi tiruan sebagian lepasan, jenis-jenis dan
komponennya?
3. Bagaimana prinsip dasar perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus
ini?
4. Bagaimana penentuan design perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada
kasus ini?
5. Bagaimana perawatan pendahuluan yang harus diberikan pada kasus ini?
6. Jelaskan teknik mencetak model studi dan model kerja pada kasus ini!
7. Jelaskan bagian alat yang digunakan pada saat survey model dan gunanya
serta prosedur pelaksanaannya!
8. Apa saja yang terjadi pada kasus gigi tiruan sebagian lepasan kompleks
seperti ini dan bagaimana penanganannya?
9. Jelaskan penentuan hubungan rahang pada kasus ini
10. Bagamana pemasangan dan pemeliharaan GTSL pada kasus ini?

BAB II
ANALISIS MASALAH

2.1 Diagnosa dan Prognosis Kasus


2.1.1. Diagnosa
Dalam skenario digambarkan pasien tidak lagi memiliki gigi di rahang atas.
Sedangkan untuk rahang bawah tersisa gigi 34, 33, 32, 31, 41, 42 dan 43 (gigi
anterior). Dari sini terlihat bahwa kondisi rahang bawah pasien diklasifikasikan ke

3
Kennedy Kelas I. Dengan kondisi rahang atas dan rahang bawah yang demikian,
diagnosis untuk pasien ini adalah pasien mengalami Sindroma Kombinasi.
Sindroma Kombinasi merupakan suatu perubahan kerusakan oral yang sering
terlihat pada pasien yang menggunakan gigi tiruan lengkap rahang atas dan gigi
tiruan sebagian rahang bawah dengan perluasan distal. Kondisi ini dibenarkan oleh
beberapa ahli prostodonsia yang juga mendefinisikan sindrom kombinasi sebagai
gejala khas yang terjadi ketika rahang atas yang ompong berlawanan dengan gigi-gigi
anterior rahang bawah yang asli.

Gambar 1. Pasien dengan sindroma kombinasi


Gejala klinis sindroma kombinasi secara umum memuat tujuh karakteristik yang
khas, yaitu:
1. Kehilangan tulang pada bagian anterior dari linggir maksila
2. Tuberositas yang menonjol
3. Hiperplasia papila dari mukosa palatum keras
4. Ekstrusi dari gigi-gigi anterior rahang bawah
5. Kehilangan tulang alveolar dan ketinggian linggir di bawah landasan gigi
tiruan lepasan rahang bawah
6. Gangguan estetik
7. Penurunan tinggi dimensi vertical

Ellsworth Kelly, sebagai orang yang pertama kali menggunakan istilah sindrom
kombinasi menjelaskan terdapat lima tanda atau gejala yang umum terjadi pada
sindrom ini, yaitu:

4
1. Kehilangan tulang dari linggir maksila anterior
2. Pertumbuhan yang berlebih dari tuberositas
3. Hiperplasia papila pada palatum keras
4. Ekstrusi gigi-gigi anterior rahang bawah
5. Kehilangan tulang di bawah landasan gigi tiruan sebagian

Gambar 2. Tanda klinis sindroma kombinasi menurut Ellsworth Kelly

Sedangkan, Saunders et al menjelaskan terdapat enam tanda atau gejala klinis


yang berhubungan dengan sindrom ini, yaitu:
1. Kehilangan dimensi vertikal dari oklusi
2. Perubahan dataran oklusal
3. Reposisi mandibula ke anterior
4. Adaptasi yang buruk dari gigi tiruan
5. Epulis fissuratum
6. Perubahan periodontal

Gambar 3. Tanda klinis sindroma kombinasi menurut Saunders et al

5
Saunders et al tahun 1979 menyatakan bahwa perawatan dasar yang objektif
dalam merawat pasien-pasien sindrom kombinasi adalah untuk mendapatkan dataran
oklusal yang lebih baik yang mana terjadi penekanan oklusal pada regio anterior
rahang atas, baik pada posisi sentrik maupun eksentrik. Beberapa perawatan objektif
khusus yang disebutkan antara lain:

1. Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan dukungan


oklusal yang positif dari gigi-gigi asli dan memiliki penutupan maksimal pada
landasan yang diperluas ke arah distal. Hal ini sebanding dengan pendapat Kelly,
yaitu landasan gigi tiruan sebagian rahang bawah sebaiknya diperluas seluruhnya dan
harus menutupi retromolar pad dan area buccal shelf
2. Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang maksimal
3. Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik dan sesuai
dengan dimensi vertikal
4. Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan fonetik dan
estetik saja
5. Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang

Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan perawatan yang


dapat meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan menggunakan perawatan
objektif yang dikemukakan Saunders et al, yaitu:
1. Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap
2. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dibuat terlebih dahulu
3. Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior rahang atas
4. Melapisi permukaan oklusal gigi artifisial posterior dengan cast gold

2.1.2 Prognosis
Prognosis untuk kasus Sindrom Kombinasi yang menggunakan GTSL dapat
dilihat dari bagaimana kita melakukan perawatan pada pasien.

6
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan munculnya sindrom kombinasi antara lain:

1. Riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi

2. Evaluasi klinis dan radiografis baik jaringan keras maupun lunak yang
berhubungan dengan penggunaan gigi tiruan

3. Gambaran dari beberapa tanda-tanda inflamasi, jika ada

4. Pemeriksaan kemungkinan dari karies pada pasien-pasien pengguna gigi


tiruan, status periodontal, dan kebersihan mulutnya

5. Faktor-faktor yang diperlukan gigi sebagai penyangga (vitalitas gigi,


perubahan morfologi gigi, jumlah akar, dukungan tulang, kegoyangan gigi,
perbandingan mahkota-akar, ada/tidak dan posisi restorasi, posisi gigi di dalam
lengkung, kemampuan retensi dan guide plane)

Perawatan konvensional sindrom kombinasi dapat dilakukan dengan dua cara,


yaitu hanya dengan perawatan prostodontik saja, atau dengan kombinasi perawatan
prostodontik dan bedah pra-prostetik.

2.1.2.1. Perawatan Dasar dari Sindrom Kombinasi


Saunders et al tahun 1979 menyatakan bahwa perawatan dasar yang objektif
dalam merawat pasien-pasien sindrom kombinasi adalah untuk mendapatkan dataran
oklusal yang lebih baik yang mana terjadi penekanan oklusal pada regio anterior
rahang atas, baik pada posisi sentrik maupun eksentrik.1 Beberapa perawatan objektif
khusus yang disebutkan antara lain:

1. Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan dukungan


oklusal yang positif dari gigi-gigi asli dan memiliki penutupan maksimal pada
landasan yang diperluas ke arah distal. Hal ini sebanding dengan pendapat Kelly,
yaitu landasan gigi tiruan sebagian rahang bawah sebaiknya diperluas seluruhnya dan
harus menutupi retromolar pad dan area buccal shelf

7
2. Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang maksimal

3. Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik dan sesuai
dengan dimensi vertikal

4. Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan fonetik dan


estetik saja

5. Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang

Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan perawatan yang


dapat meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan menggunakan perawatan
objektif yang dikemukakan Saunders et al, yaitu:

1. Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap

2. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dibuat terlebih dahulu

3. Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior rahang atas

4. Melapisi permukaan oklusal gigi artifisial posterior dengan cast gold

Agar pasien dapat melakukan gerakan “menggiling” dengan baik, inklinasi cuspal
tidak mungkin sama dengan pasien-pasien lainnya, dan diperlukan teknik pembuatan
khusus untuk bagian oklusal gigi tiruan rahang atas. Lapisan cast gold pada bagian
oklusal dapat digunakan, tetapi harganya mahal dan membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam pembuatannya. Pendekatan lain, yang telah berhasil dilakukan, adalah
mengubah anatomi oklusal gigi tiruan rahang atas dengan menggunakan light-cured
resin komposit, atau amalgam.

8
Gambar 4. Gigi tiruan lengkap rahang atas dengan amalgam pada permukaan
oklusal gigi artifisial posterior

2.1.2.2. Kombinasi Bedah Pra Prostetik dan Prostodontik


Kelly berpendapat bahwa sebelum dilakukan perawatan dengan menggunakan
gigi tiruan, perubahan-perubahan besar yang sudah ada sebaiknya dilakukan
perawatan bedah terlebih dahulu. Kondisi ini termasuk jaringan flabby (hiperplastik),
hiperplasia papila, dan tuberositas yang membesar.

Gigi tiruan lengkap rahang bawah menghasilkan prognosis yang lebih baik pada
pasien sindrom kombinasi dan gigi-gigi asli anterior rahang bawah ada keterlibatan
periodontal. Gigi tiruan dengan penyangga implant menghasilkan retensi, stabilisasi,
fungsi, dan kenyamanan bagi pasien serta lebih stabil saat oklusi. Untuk melakukan
prosedur ini prostodontis harus berkonsultasi dengan ahli bedah mulut. Tahun 2001,
Wennerberg et al melaporkan keberhasilan jangka panjang penggunaan implant di
rahang bawah sebagai penyangga protesa fixed yang berlawanan dengan gigi tiruan
lengkap lepasan rahang atas.

Gambar 5. Penggunaan implant sebagai penyangga gigi tiruan lengkap fixed

Stabilisasi pada rahang atas dapat diperoleh dengan beberapa cara:


1. Retensi dari penyangga

9
2. Penanaman implant
3. Regenerasi jaringan lunak dengan menggunakan resorbable hydroxyapatite
dan vestibuloplasti

Gambar 6. Post pembedahan graft jaringan lunak dengan menggunakan


resorbable hydroxyapatite

Ketika kita sudah membuat rencana perawatan yang sesuai dan kita melakukan
perawatan yang baik pada pasien maka prognosis dari kasus yang kita tangani akan
baik.

2.2 Pengertian, jenis-jenis, dan Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2.2.1. Pengertian GTSL

Gigi tiruan lepasan adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan
didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi, mukosa dan yang dapat dilepas
pasang sendiri oleh pasien (Wagner, 2012, Mendoza, 2012).

Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan adalah untuk mengembalikan fungsi


pengunyahan, estetis, bicara, membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal,
memperbaiki oklusi, serta mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada
agar tetap sehat.

Macam-macam gigi tiruan lepasan yaitu: gigi tiruan lengkap lepasan, gigi tiruan
sebagian lepasan. Gigi tiruan lengkap lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan

10
satu rahang penuh pada rahang atas maupun rahang bawah. Namun, dapat dibuka dan
dipasang kembali oleh pasien.

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah sebuah protesa yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah dan
dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter gigi (Ozkan, 2012). Gigi
tiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia
dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan
gigi.

2.2.2 Jenis-jenis GTSL


Berdasarkan bahan basis yang digunakan, gigi tiruan lepasan dibagi dua yaitu gigi
tiruan lepasan resin akrilik dan gigi tiruan lepasan kerangka logam. Semua jenis gigi
tiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut setiap selesai makan untuk
dibersihkan. Memelihara gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam pada dasarnya
sama dengan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik (Wagner, 2012).

Bahan basis gigi tiruan resin akrilik jenis heat cured, mempunyai kelebihan
estetik yang baik, karena basis dapat didesain sesuai warna normal gingiva, lebih
ringan, dan nyaman digunakan. Namun, bahan tersebut juga mempunyai kekurangan
yaitu menyerap cairan dan mempunyai sifat porus yang merupakan tempat ideal
untuk pengendapan sisa makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan
berkembang biak.

Gambar 7. Gigi tiruan sebagian lepasan acrylic (Barran 2009)

11
Gigi tiruan kerangka logam lebih baik dibandingkan gigi tiruan akrilik, karena
dapat dibuat lebih sempit, lebih tipis, lebih rigid, dan lebih kuat, sehingga dapat
dibuat disain yang tepat. Gigi tiruan kerangka logam mempunyai beberapa
kekurangan seperti, estetik kurang baik karena logam terlihat, dan proses pembuatan
yang rumit serta biaya lebih tinggi.

Gambar 8. Gigi Tiruan kerangka logam

2.2.3 Komponen GTSL


Attachment adalah sebuah connector yang mempunyai dua bagian atau lebih.
Salah satu bagian terhubung dengan sebuah akar, gigi, atau implant sedangkan bagian
yang lain terhubung ke protesa. Pada gigi tiruan dengan attachment retained
removable denture terdapat alat yang meliputi dua bagian yaitu matrix (female) dan
patrix (male). Kedua bagian terpisah tetapi membentuk hubungan yang sangat presisi
sehingga dapat dibuka dan dipasang sendiri oleh pasien (Preat Corporation, 2015).
Pada bagian patrix (male) dihubungkan dengan gigi tiruan sebagian dan pada bagian
matrix (female) merupakan sebagian dari restorasi tuang pada gigi abutment. Ditinjau
dari segi estetik, attachment memiliki estetik yang baik karena tidak ada lengan
cengkram yang terlihat, namun tetap lebih retentif dibandingkan dengan gigi tiruan
kerangka logam konvensional. Pemakaian attachment memiliki kekurangan
diantaranya biaya yang relatif mahal serta teknik pembuatannya yang lebih rumit
dibanding dengan gigi tiruan konvensional (John, 2007).

Attachment coronal diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu: intracoronal


attachment, dan extracoronal attachment (Fatter, 2015).

a. Intracoronal Attachment

12
Pemasangan intracoronal attachment pada bagian dalam mahkota gigi.
Penempatan attachment akan dilakukan untuk menggantikan mahkota gigi secara
penuh ataupun sebagian dari makhkota gigi. Pada umumnya digunakan untuk
menghubungkan unit-unit dalam protesa sebagian tetap, restorasi dengan ekstensi
pada bagian distal ataupun protesa lepasan yang saling berhubungan (Angdi B, 2012)

Gambar 9. Intracoronal Attachment (Angdi B, 2012)

b. Extracoronal Attachment

Extracoronal Attachment adalah attachment yang pada bagian male dan female
hampir seluruhnya berada di luar kontur mahkota gigi, sehingga harus ada ruang yang
cukup dalam gigi tiruan untuk tempat extracoronal attachment, baik ruang vertikal,
buko lingual, dan serviko oklusal (Ceka, 2011).

Gambar 10. Extracoronal Attachment (Angdi B, 2012).

Extracoronal Attachment terdiri dari beberapa komponen, untuk menunjang


keberhasilan suatu restorasi yang akurat. (Gambar 5) (Angdi B, 2012)

1. Female, berfungsi sebagai tempat untuk perlekatan rhein site (Preat


Corporation, 2015).

2. Male(spring pin) berfungsi sebagai penghubung antara protesa dengan female


(Preat Corporation, 2015).

13
3. Cap berfungsi sebagai penghubung dan dapat menstabilkan female dan male.
Letak cap menempel pada male yang akan menjadi penutup female (Preat
Corporation, 2015).

Gambar 11. Komponen extracoronal attachment (Gupta, 2013

2.3 Prinsip Dasar Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Pada Kasus
Tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk memperbaiki fungsi
bicara, pengunyahan, estetika serta memelihara struktur jaringan sisa di dalam mulut.
Pembuatan gigi tiruan bukanlah semata-mata hanya menghasilkan alat yang dapat
memenuhi fungsi diatas, tetapi juga harus dipertimbangkan bagaimana pengaruh
kehadiran gigi tiruan tersebut di dalam rongga mulut, dimana tempat kedudukan dari
gigi tiruan tersebut adalah jaringan hidup.

Gigi tiruan yang berdiri sendiri tidak menimbulkan gerakan, tetapi pergerakan
mandibula akan merubah kondisi gigi tiruan yang semula statis menjadi dinamis
untuk kemudian memberi pengaruh kepada jaringan yang ditempatinya. Organ di
dalam mulut seperti bagian-bagian tubuh lainnya mempunyai batas toleransi terhadap
gaya atau tekanan yang diterima. Mengingat batas toleransi tersebut sukar diketahui
serta berakibat buruk bila terlampaui, maka untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan perlu diketahui dua faktor yang saling mempengaruhi: yaitu faktor
mekanik dan faktor biologi.

Faktor mekanik meliputi gaya yang diterima oleh gigi tiruan dalam keadaan aktif
maupun pasif sedangkan faktor biologi meliputi keadaan umum dan lokal penderita.
Faktor biologi dan faktor mekanik ini nantinya akan berkaitan langsung dalam
penentuan desain gigi tiruan sebagian lepasan.

14
2.3.1 Prinsip-Prinsip Biomekanik
Gigi tiruan sebagian lepasan secara keseluruhan dalam pemenuhan fungsinya
berkaitan erat dengan dua faktor yaitu faktor biologis dan faktor mekanik. Faktor
mekanik meliputi gaya-gaya yang diterima oleh gigi tiruan dan faktor biologi
meliputi keadaan umum dan lokal penderita. Mekanika adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gerak dan keseimbangan. Biologi adalah ilmu yang mempelajari
mengenai kehidupan atau segala sesuatu yang hidup. Panduan kedua hal tersebut
disebut biomekanik dalam kedokteran gigi (dental biomechanic) diartikan sebagai
hubungan antara sifat-sifat biologi struktur rongga mulut dan pengaruh fisik dari
dental restorasi.

2.3.2. Tipe-Tipe Pengungkit Pada GTSL


Pengertian tentang mekanik harus dipertinggi untuk dapatmempertimbangkan
desain GTSL sehingga menyempurnakan pemeliharaan struktur rongga mulut. GTSL
dalam rongga mulut dapat diilustrasikan sebagai aksi dari dua alat sederhana,
pengungkit (lever) dan inclined plane.

Pengungkit adalah batang kaku yang didukung pada beberapa titik sepanjang
batang tersebut.apabila pengungkit menerima beban pada satu titik, perputaran akan
terjadi disekitar jaringan pendukung. dukungn disebut fulcrum dan akan terjadi
pergerakan disekitar fulcrum. Inclined plane adalah alat yang berpengaruh terhadap
kekuatan. kekuatan yang terjadi padai nclined plane didefleksikan atau dapat
menimbulkan pergerakan pada inclined plane

Ada tiga tipe pengungkit yaitu kelas I, kelas II dan kelas III dan masing- masing
tipe pengungkit dapat menambah atau menghilangkan kekuatan pada derajat yang
bereda.

1. Pengungkit Klas I

15
Titik fulcrum berada di tengah, tahanan (resistance) pada salah satu ujung dan
tekanan (effort) pada ujung yang berlawanan. Keadaan ini paling efisien dan mudah
mengendalikan ungkitan.

2. Pengungkit kelas II

Titik fulkrum berada diujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tahanan
berada ditengah

3. Pengungkit kelas III

Titik fulkrum pada salah satu ujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan
tekanan ditengah. Tipe pengungkit ini tidak ditemukan pada GTSL

2.3.3. Gaya Gaya Yang Terjadi Pada GTSL

1.Gaya Vertikal

Gaya yang timbul sewaktu bolus makanan perada di permukaan oklusal gigi
tiruan sebelum dan pada saat berfungsi. Pada gigi tiruan dengan kedua sisi msih
dibatasi dengan gigi asli, gaya vertikal akan disinggahi oleh tahanan oklusal
cangkolan. Dengan cara ini gaya vertikal tadi akan disalurkan ke akar gigi lalu ke
membran periodontal, diterima oleh tulang periodontal sampai akhirnya di terima
oleh tulang alveolar. Pada gigi tiruan berujung bebas sebagian gaya vertikal akan
diterima oleh gigi penyangga, sedangkan sisanya akan diterima oleh jaringan lunak
dibawah basis gigi tiruan.

2. Gaya Lateral

Adalah gaya yang timbul saat rahang bawah dari posisi kontak oklusi keposisi
sentrik ataupun sebaliknya. Gaya ini merupakan gaya yang paling merusak gigi asli
maupun tulang alveolar pada daerah tidak bergigi karena hanya sebagian serat
periodontal ataupun mukosa saja yang menyangga.

3.Gaya Antero Posterior

16
Adalah gaya yang terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan pada posisi
edge to edge atau oklusi sentrik ataupun sebaliknya. Pada pergerakan ini ada
kecenderungan gigi tiruan rahang bawah bergerak kearah posterior dan gigitiruan
rahang atas bergerak keanterior. Gaya lateral dan gaya antero-posterior sebut juga
gaya horizontal dapat disebabkan karena adanya tonjol gigi yang tinggi, pengaruh
letak gigi dalam rahang dan perbedaan kompresibilitas jaringan. Gaya hori2ontal ini
dapat diimbangi dengan menyalurkan gaya lateral sebanyak mungkin kepada gigi
asli, pengurangan sudut tonjol gigi, pengurangan luas permukaan bidang oklusal
elemen gigi dan penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.

4. Gaya Pemindah / Pelepas (dislodging force)

Adalah gaya yang timbul pada saat mastikasi, dimana makanan lengket melekat
pada permukaan oklusal gigi tiruan dan pada saat mulut terbuka, gigi tiruan akan
ditarik kearah oklusal selanjutnya pergerakan otot 4 otot perifer, pergerakan tidak
terkontrol seperti, batuk, bersin dan gaya berat pada gigi tiruan atas termasuk dalam
gaya ini. Gaya pemindah ini dapat dicegah dengan pembuatan cangkolan yang baik,
membuat arah pasang yang tidak sejajar degan vertikal displacement, meningkatkan
factor retensi seperti adhesi, kohesi dan surface tension

2.3.4. Tipe Gerakan Rotasi Fulkrum


Pada gigi tiruan berujung bebas akan terjadi pergerakan rotasi pada saat fungsi
dalam hal ini ada tiga kemungkinan pergerakan rotasi, masing 4 masing rotasi pada
garis fulcrum (fulkrum pertama) rotasi ada sumbu longitudinal (fulkrum kedua) dan
rotasi pada sumbu imaginer yang tegak lurus pusat rahang (fulkrum ketiga)

1. Rotasi pada garis fulkrum (fulkrum pertama)

Terletak pada dataran horizontal yang meluas melalui kedua gigi penyangga pada
setiap sisi dari lengkung rahang dan diistilahkan dengan garis fulkrum. Fulkrum ini
mengatur pergerakan perputaran dari gigi tiruan dalam arah sagittal (gerakan gigi

17
tiruan ini kearah atau mejauhi linggir pendukung) Bila ada gaya oklusal yang
diterima gigi tiruan, maka gigi tiruan akan bergerak kearah jaringan mukosa.
besarnya pergerakan tergantung pada besarnya kompresibilitas mukosa yang
bersangkutan. Garis fulkrum juga merupakan pusat rotasi basis gigi tiruan menjauhi
jaringan mukosa. Pergerakan kemuka dapat ditanggulangi dengan cetakan fungsionil,
ketetapan basis dan kualitas jaringan pendukung yang baik. Pergerakan ke oklusal
dapat ditanggulangi dengan retensi tidak langsung (indirect retainer)

2. Rotasi pada sumbu longitudinal (fulkrum kedua)

Terletak pada dataran sagittal dan meluas melalui tahanan oklusal pada gigi
penyangga dan sepanjang puncak linggir al1eolus pada sisi lengkung rahang.

3.Rotasi pada sumbu imajiner (fulkrum ketiga)

Terletak disekitar garis tengah, sedikit kelingual dari gigi anterior. Garis fulkrum
ini vertical dan mengatur pergerakan dari gigi tiruan dalam arah horizontal atau
gerakan meligkar dari gigitiruan. Oleh karena itu desain dari gigi tiruan harus
sedemikian rupa untuk mengatur dan memperkecil perputaran dari GTSL dalam
hubungannya dengan ketiga fulkfrum tersebut

2.3.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Tekanan Terhadap Gigi


Penyangga
Pada beberapa kasus tertentu seperti gigi tiruan berujung bebas, jumlah tekanan
yang dipindahkan ke gigi penyangga melalui cangkolan tergantung pada beberapa
faktor, yang beberapa diantaranya dapat diatasi oleh ahli prostodonsia.

1. Luas daerah yang tidak bergigi

Makin panjang ruangan yang tidak bergigi, makin panjang pula basis gigi tiruan.
Semakin panjang basis gigi tiruan semakin besar daya ungkit dan oleh karena itu
semakin besar pula kekuatan yang dipindahkan ke gigi penyangga.

18
Basis gigi tiruan yang dimulai sampai kaninus, mempunyai derajat pergerakan
yang lebih besar dan akan memberikan tambahan jumlah tenaga dibandingkan basis
gigi tiruan yang dimulai dari distal premolar dua.

2. Kualitas linggir alveolaris

Bentuk linggir alveolaris mempunyai peran yang besar untuk menghilangkan


beban yang ditimbulkan oleh gigi tiruan sebagian lepasan ketika berfungsi. Linggir
alveolaris yang bentuknya lebar merupakan bentuk yang mampu menyerap tekanan
yang lebih besar daripada linggir yang kecil, tipis, atau berujung tajam. Linggir yang
lebar pada kedua sisi akan memungkinkan untuk digunakannya sayap yang panjang
pada basis gigi tiruan, yang menstabilkan gigi tiruan terhadap kekuatan dari arah
lateral.

3. Jenis mukoperiosteum

Jenis mukoperiosteum mempengaruhi besarnya tekanan yang dipindahkan ke gigi


penyangga. Mukoperiosteum yang sehat tebalnya kira-kira 1 mm, mampu untuk
menahan beban yang lebih besar daripada mukosa yang tipis dan atropi.

Mukosa yang lunak atau flabby, mudah bergerak, memberikan dukungan vertical
yang kecil terhadap gigi tiruan sebagian lepasan dan tidak memberikan kestabilan
gigi tiruan sehingga memungkikan pergeseran yang lebih besar dari basis gigi tiruan
dan mengakibatkan tekanan yang lebih besar kesekitar gigi penyangga.

4. Kualitas cangkolan

Lengan retentif cangkolan yang fleksibel akan memberikan tekanan yang lebih
pada gigi penyangga, tetapi kurang daya tahannya terhadap tekanan lateral yang
destruktif atau merusak. Karena itu bila kelenturan cangkolan bertambah, maka baik
tekanan lateral maupun vertical yang dipindahkan ke linggir akan
bertambah.Berdasarkan hal ini sewaktu dilakukan pemeriksaan harus diputuskan
apakah linggir alveolaris atau gigi penyangga yang membutuhkan perlindungan lebih
baik, maka cangkolan yang tidak begitu lentur dapat digunakan karena gigi akan
mampu menahan tekanan yang lebih besar. Dengan kata lain jika keadaan periodontal

19
pendukungnya lemah, maka cangkolan yang lebih lentur seperti halnya kombinasi
antara lengan retentif dari ka+at harus digunakan sehingga linggir al1eolaris lebih
mampu bertahan terhadap kekuatan lateral yang bekerja pada GTSL

5. Desain Cangkolan

Cangkolan yang didesain sedemikian rupa sehingga berada dalam keadaan pasif
bila telah masuk pada gigi penyangga dalam kedudukan yang sempurna akan
memberikan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan bila berada dalam keadaan
yang tidak pasif. Cangkolan yang seimbang, yang didesain dengan aksi retentif yang
efektif akan dapat mengurangi tekanan yang mengenai gigi sebagaimana ujung
retentifnya melewati kontur terbesar dari gigi. Cangkolan harus didesain sedemikian
rupa sehingga pada waktu pemasangan atau melepas GTSL lengan retentif berkontak
dengan gigi sebelum ujung lengan retentif melalui permukaan terbesar dari gigi
penyangga. Hal ini akan menstabilkan atau menetralkan tekanan pada gigi penyangga
yang akan merupakan penahan paling ujung yang melewati permukaan terbesar dari
gigi.

6. Panjang cangkolan

Makin fleksibel lengan cangkolan makin kurang tekanan yang diberikan terhadap
gigi penyangga. kelenturan ini akan bertambah dengan cara memperpanjang
cangkolan, dengan menggunakan cangkolan bentuk lengkung daripada cangkolan
bentuk lurus pada gigi penyangga

7. Bahan cangkolan

Cangkolan yang terbuat dari logam chromium-cobalt akan memberikan tekanan


yang lebih besar terhadap gigi penyangga dari pada cangkolan yang dibuat dari emas,
karena chromium-cobalt lebih kaku untuk mengimbangi sifat itu. Untuk
mengimbangi sifat itu lengan cangkolan dari bahan chromium-cobalt dibuat lebih
kecil dibandingkan dari emas. demikian juga lengan retentif suatu cangkolan yang
dibuat dari kawat lebih lenting daripada cangkolan yang dituang dan juga

20
memindahkan tekanan lebih sedikit ke gigi penyangga
8. Permukaan gigi penyangga

Permukaan suatu mahkota emas atau tambalan memerlukan ketahanan terhadap


pergeseran yang lebih besar menghadapi pergerakan lengan cangkolan, dari pada
yang dialami enamel gigi.

9. Kualitas oklusi

Kualitas dari tipe oklusi memegang peranan penting dalam gigi tiruan terhadap
gigi penyangga. Ketidakharmonisan oklusi, satu diantara kontak oklusal yang
mengalami penyimpangan diantara gigi yang masih ada, menimbulkan gaya-gaya
horizontal, bila terjadi suatu gaya pengungkit dapat menimbulkan gaya-gaya yang
merusak baik terhadap gigi penyangga maupun linggir alveolaris.

2.4 Penentuan Desain Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Pada Kasus
Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah geligi tiruan. Fungsi
desain GTSL: Sebagai penuntun dari gigi tiruan sebagian lepas (GTSL) yang akan
dibuat Sebagai sarana komunikasi antara dokter gigi dengan tekniker gigi dalam hal
pendelegasian pembuatan gigi tiruan di laboratorium.

Tujuan desain GTSL adalah untuk mendapatkan suatu gigi tiruan dengan Retensi
yang baik Stabilisasi yang baik Pembagian beban kunyah lebih merata antara gigi
penjangkaran dengan jaringan pendukung lainnya

Prinsip dasar desain GTSL adalah memelihara/mempertahankan kesehatan


jaringan pendukung gigi tiruan sebagian lepas dengan memperhatikan:

- Tekanan yang luas (melalui cengkram)

- Mempersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)

21
- Physiologic basing (tekanan fisiologis pada mukosa di bawah basis)

Prinsip pembuatan desain geligi tiruan, baik yang terbuat dari resin akrilik
maupun kerangka logam tidak terlalu berbeda. Dikenal 4 tahap yaitu:

Tahap1 : menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)

Tahap2 : menentukan macam dukungan dari setiap sadel

Tahap3 : menentukan macam penahan

Tahap4 : menentukan macam konektor

Pada dasarnya desain dibuat dengan usaha untuk mengurangi beban,


membagi beban antara gigi dan ridge, membagi beban seluas-luasnya, dan atau
menyebarluaskan beban.
Untuk mengurangi beban dilakukan cara-cara berikut ini :
1. Mengurangi jumlah anasir gigi yang diganti, misalnya seluruh gigi M3
tidak diganti.
2. Memperkecil luas permukaan gigi yang diganti.
3. Memperluas outline saddle : pada rahang bawah tertutupi sampai 1/3
retromolar pad dan pada rahang atas sampai hamular notch

Tahap 1 : menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)

RB Kelas I Kennedy: daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi
yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).

Daerah tak bergigi: berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua sisi.

Indikasi Protesa: Protesa lepasan, dua sisi (bilateral) dengan perluasan basis ke
distal.

22
Gambar 12. Kelas I Klasifikasi Kennedy

Tahap2 : menentukan macam dukungan dari setiap sadel

Pada kasus berujung bebas (free end), geligi tiruan mendapat dukungan
kombinasi antara jaringan dan gigi, karena pada salah satu ujung sadel seperti ini
sudah tidak ada gigi lagi. Semua kasus seperti ini hendaknya diusahakan untuk
mendapat dukungan kombinasi, karena itu gigi penyangga yang masih ada perlu
dipertahankan selama mungkin.

Tahap 3 : menentukan macam penahan

Sebagai penahan langsung: Cengkeram C atau 2 jari dengan sandaran oklusal


pada gigi 34 dan 43, Sebagai penahan tidak langsung: plat akrilik

Tahap 4 : menentukan macam konektor

RA: Konektor “Plat Palatal Penuh” diindikasikan untuk kasus seperti ini.

Pada kebanyakan kasus perluasan distal (termasuk kasus kelas I Kennedy),


kebutuhan dukungan merupakan syarat utama. Dengan memperluas konektor, beban
pada gigi penyangga menjadi kurang. Konektor jenis ini menutupi palatum lebih luas
daripada jenis lainnya. Disini terjadi penyaluran beban fungsional yang merata pada
permukaan yang luas dan membantu stabilitas basis pada waktu berfungsi.

23
RB: Konektor yang terbuat dari akrilik berbentuk plat lingual

Konektor ini diindikasikan pada kasus berujung bebas yang memerlukan retensi
tak langsung. Plat lingual dapat mendistribusikan gaya lateral pada sejumlah gigi asli,
sehingga turut berperan dalam stabilisasi protesa.

Gambar 13. Desain GTSL

Pada kasus GT free end sebagian gaya oklusal akan diterima oleh gigi penyangga
dan sisanya oleh jaringan mukosa di bawah basis protesa.

Gambar 14. Gaya oklusal disalurkan ke gigi penyangga dan mukosa

Gaya oklusal yang diterima elemen pada waktu mastikasi akan diteruskan basis
ke jaringan di bawahnya secara kompresif. Upaya untuk mengurangi gaya oklusal
yang diterima jaringan penyangga yaitu:

• Pengurangan jumlah atau luas permukaan elemen.

• Penyaluran gaya oklusal secara merata pada jaringan pendukung dengan


menggunakan cetakan fungsional atau mukokompresi.

• Distribusi gaya seluas mungkin dengan memperbesar basis/ konektor utama


agar besar gaya per satuan luas menjadi lebih kecil. Perluasan basis rahang bawah
sampai retromolar pad dan rahang atas sampai tuberositas maksila

24
• Penempatan lengan cangkolan sampai ke permukaan mesial, jika cangkolan
berasal dari disal atau harus lebih dari setengah keliling gigi penyangga.

Kontak oklusi antara gigi-gigi dan aktivitas otot-otot di sekitar geligi tiruan pada
saat pengunyahan akan menimbulkan gaya horizontal. Berdasarkan arahnya, gaya
horizontal dapat dibagi menjadi gaya lateral dan gaya antero-posterior.
Gaya lateral timbul pada saat rahang bawah bergerak dari posisi kontak oklusi
eksentrik ke posisi sentrik, atau sebaliknya. Gaya ini merupakan gaya yang paling
merusak gigi asli maupun tulang alveolar pada daerah tak bergigi, karena hanya
sebagian serat periodontal atau mukosa saja yang berfungsi menyangganya.

Gambar 16. Gaya lateral pada RA (A) dan RB (B)

Untuk mencegah kerusakan gigi asli dan resorpsi tulang alveolar berlebih, gaya
lateral harus diimbangi dengan kombinasi dari beberapa cara berikut ini:
 Penyaluran gaya lateral sebanyak mungkin pada gigi asli.
 Pengurangan sudut tonjol gigi.
 Pengurangan luas permukaan bidang oklusal elemen tiruan.
 Pemakaian desain cengkeram bilateral.
 Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.

Gaya anteroposterior terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan ada pada
posisi edge to edge atau oklusi protrusif ke oklusi sentrik dan sebaliknya. Pada
pergerakan ini ada kecenderungan GT rahang bawah bergerak ke arah posterior dan
GT rahang atas ke anterior.

25
Gambar 17. Gaya anteroposterior pada (A) protesa atas dan (B) protesa bawah

Pergerakan semacam ini pada protesa rahang bawah dapat diatasi dengan :
• Penempatan lengan cengkeram sampai ke permukaan mesial, jika cengkeram
berasal dari sandaran distal.
• Penempatan sandaran dan konektor minor di sisi mesial gigi penyangga.
• Perluasan basis sampai retromolar pad.
• Pengurangan sudut tonjol gigi.
• Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis.

Pada rahang atas, pergerakan antero-posterior dapat diatasi dengan :


• Perluasan basis sampai tuber maksilaris.
• Penempatan cengkeram pada gigi posterior atau sandaran dan konektor minor
pada permukaan distal.
• Perluasan konektor utama sampai gigi anterior.
• Pengurangan sudut tonjol gigi.
• Penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis

2.5 Perawatan Pendahuluan pada kasus


Perawatan pendahuluan merupakan tindakan yang dilakukan terhadap gigi,
jaringan lunak maupun keras, dalam mempersiapkan mulut untuk menerima gigi
tiruan.

Langkah-langkah persiapan gigi dan mulut :

1. Penentuan dataran oklusal


2. Pengkonturan kembali permukaan proksimal posterior

26
3. Pengkonturan permukaan anterior
4. Pengkonturan permukaan fasial dan lingual
5. Pembuatan preparasi gigi sandaran
6. Penghalusan preparasi gigi sandaran
7. Penghalusan dan pemolesan seluruh dasar permukaan

Perawatan ini meliputi :

1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah


- Makin lama jarak waktu pembedahan dan pencetakan makin sempurna
penyembuhan
- Pencabutan harus ditentukan dengan teliti
- Penyingkiran sisa akar yang tinggal & gigi impaksi
- Kista dan tumor odontogenik
- Penonjolan tulang
- Bedah periodontal

2. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung


- Menghilangkan kalkulus
- Menghilangkan poket periodontal
- Melakukan splinting terhadap gigi – gigi yang mobiliti
- Memperbaiki tambalan yang tidak baik
- Menghilangkan gangguan oklusal

3. Tindakan Konservasi
- Penambalan
- Pembuatan Inlay

4. Tindakan Ortodontik
- Jika terdapat diastema sentralis maka akan dilakukan perawatan ortodontik
terlebih dahulu.

27
Pada kasus ini akan dilakukan perawatan pendahuluan berupa pencabutan gigi 14,
22, 23, 24, 26, 27 (Ke bagian BM ) serta akan dirujuk ke bagian periodonsia untuk
membersihkan kalkulus paad region gigi 3 dan 4.

2.6 Teknik mencetak model studi dan model kerja pada kasus
2.6.1. Teknik mencetak Rahang Atas
Bahan cetak yg dipakai : irreversible hydrocolloid atau yg dikenal dgn alginat
menggunakan sendok cetak sediaan

- Atur posisi pasien dengan posisi kepala, tulang punggung dalam satu garis
lurus
- Pilih sendok cetak yg bentuk & ukurannya sesuai dgn rahang pasien
- Alginat dicampur dgn air dgn perbandingan volume bubuk alginat dgn air
1:2. Setelah tercampur baik kemudian diletakkan pd sendok cetak yg telah
dipilih.

Gambar 18. Prosedur pencampuran alginate dan peletakan pada sendok cetak

Posisi operator u/ mencetak RA pada sebelah kanan belakang pasien sedangkan


pada RB di sebelah kanan depan pasien.

- Pada saat mencetak RA, masukkan sendok cetak seluruhnya sehingga tepi
posterior menutupi tuber maksilaris dan puncak processus alveolaris dapat
dicetak dgn baik.
- Pada saat mencetak RB, sendok cetak dimasukkan hingga sehingga menutupi
retromolar pad.

28
Gambar 19. Posisi pencetakan rahang bawah

2.6.2. Teknik mencetak rahang bawah


a. Teknik mukokompresi : jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas
tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di bawahnya

b. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.


Pencetakan yang demikian dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai
viskositas yang sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang
dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi
pergerakan dari mukosa

2.7 Bagian alat yang digunakan pada survey model, fungsi, serta
pelaksanaan
Survey merupakan prosedur diagnostik yang dapat menganalisis hubungan
dimensional antara jaringan lunak dan keras dalam mulut. Surveyor adalah
paralelisasi yang digunakan dalam dalam pembangunan lokasi dari protesis dan
menggambarkan kontur dan posisi relatif dari gigi penyangga dan struktur
terkait. Ini adalah alat yang digunakan untuk menentukan pararelismerelatif dari
dua atau lebih permukaan gigi atau bagian lain dari tuangan pada lengkung gigi.
Selain itu juga digunakan untuk preparasi restorasi gigi seperti lepasan dan jembatan
fixed dan dentur dari model gigi dari pasien.

2.7.1. Fungsi Surveyor


Ada beberapa kegunaan dari surveyor adalah:

• Menguji paralelisasi dari preparasi-preparasi gigi.

29
Paralelisasi dari gigi FPD yang dipreparasi dapat dievaluasi dengan surveyor gigi.

• Membuat diagnosa surveying.

Satu kegunaan utama dari surveyor gigi adalah untuk meneliti pembuatan
diagnosa untuk :

a) Membentuk kontur dan jaringan lunak/keras dari gigi ketika dibentuk oleh
RPD,

b) Rencana modifikasi dari gigi dan jaringan lunak/keras untuk RPD,

c) Menguji preparasi yang cukup komplit.

• Pola kontur wax (lilin) untuk mahkota.

Pola wax untuk mahkota dapat dikontur dengan potongan khusus menggunakan
surveyor gigi. Terutama untuk pembentukan mahkota dari gigi penyangga untuk
RPD. Mereka menyebutnya MAHKOTA SURVEYER dan harus dipotong khusus
untuk clasp atau attachment yang digunakan pada RPD

• Kontur Mahkota.

Permukaan mahkota metal dan porselen dapat di kontur untuk mencapaai


pemotongan khusus menggunakan bur pada untuk keamanan handpiece untuk
keamanan pada vertikal spindel dari surveyor gigi. Proses dari pemotongan
permukaan mahkota secara paralel untuk memberi jalan kecil pada penempatan dari
RPD menggunakan bur yang disebut MILLING.G

• Ketika menggunakan alat presision dan semipresision.

Surveyor gigi digunakan untuk meluruskan alat presision dan semipresision.

• Model kerangka RPD pada tuangan utama

Surveyor gigi digunakan untuk menandai batas survey dan undercut pada master
cast prior untuk kerangka outlining RPD.

• Menghalangi master cast

30
Surveyor digunakan untuk menghalangi undesirable undercuts pada master cast
sebagai langkadalam produksi kerangka RPD.

2.7.2. Komponen Surveyor


Surveyor mekanikal terdiri dari tiga bagian utama :

Surveyor, cast holder dan berbagai alat-alat survey.

Surveyor terdiri dari:


1. Platform yang memegang cast duduk.
2. Kolom vertikal yang mendukung lengan lurus.
3. Lengan lurus dari spindle vertikal adalah suspend.
4. Spindle vertikal dengan cekaman pada akhir inferior.
5. Chuck (cekaman) pada akhir inferior dari spindle, dimana berbagai alat-alat
survei dapat dijamin.

Cast holder terdiri dari:


1. Cast clamp sebagai pengaman casp untuk cast holder.
2. Base yang didukung cast clamp dan sandaran pada platform dari surveyor.
3. Ball joint yang desediakan cast clamp untuk merotasi berbagai posisi pada
hubungan dengan base.

Gambar 20. Jenis-jenis surveyor yaitu ney surveyour dan jelenko surveyor.
Jenis surveyor yang banyak dipakai ialah The Ney dan Jalenko. Kedua jenis
surveyor ini mempunyai disain yang sederhana tetapi mencukupi untuk beberapa
keperluan.

31
2.7.2.1. Komponen Ney Surveyor

Gambar 21. Ney Surveyor.

1. Platform Pelat dasar, di atas bagian ini basis dapat digerakkan.


2. Vertical arm Bagian ini mendukung bagian-bagian atas lainnya.
3. Horizontal arm Tempat tergantungnya alat-alat untuk mensurvey.
4. Vertical spindle Tongkat vertikal yang akan berhubungan dengan alat-alat
untuk mensurvey ( surveying tools).
5. Model table Memiliki klem untuk memegang model.
6. Basis meja model Tempat meja model bergerak dengan menggunakan sendi
peluru.
7. Mandrel Tempat untuk menyimpan alat-alat khusus.

Gambar 22. Surveying tools

Surveying tools :
Analyzing rod (A) Untuk menganalisa dan melakukan kesejajaran
Carbon marker (B) Untuk memperoleh garis ketinggian kontur permukaan gigi
sandaran

32
Wax trimmer (C) Untuk membuang kelebihan lilin (misalnya pada restorasi
makhota)
Undercut gaugae (D; E; F) Untuk mengukur kedalaman daerah gerong (undercut)

2.7.3 Langkah-langkah Survei Model


1. Pemiringan model rahang
a. Pemiringan anterior
Tepi anterior dimiringkan ke bawah dan digunakan untuk kasus berujung
bebasyang lebih posterior dari gigi premolar, memberikan arah pemasangan dari
posterior ke anterior, dengan memanfaatkan gerong yang ada pada bagian distal
premolar.
b. Pemiringan posterior
Pada kasus kehilangan banyak gigi anterior, disini gerong mesial dari premolar
danmolar yang dimanfaatkan.Pada kasus kehilangan gigi yang terjadi pada bagian
anterior maupun posterior

Gambar 23. Pemiringan anterior dan posterior

c. Pemiringan lateral

Pada kasus dengan posisi salah satu gigi penyangganya abnormal seperti gigi
molar kiri bawah sangat miring ke lingual serta gerong jaringan tertentu
sepertituberositas yang menonjol.

2. Pengukuran retensi

Dengan mempergunakan alat undercut gauge yang besarnya 0.01-0.03 inci.

3. Pemilihan final arah pemasangan

33
Harus memenuhi empat syarat yaitu aspek bidang bimbing, retensi, hambatan dan
estetik.d. Penutupan bagian model kerjaSetiap gerong yang akan dilewati bagian kaku
kerangka protesa harus ditutupi dengan cara blocking out dengan menggunakan
malam.

4. Rilif bagian model kerja

Rilif dianjurkan untuk keadaan tertentu seperti lereng jaringan yang miring dan
pada semua bagian gingival yang harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya
penekanan berlebihkerangka protesa. Rilif dilakukan dengan pemasangan selapis
tipis malam pada permukaanmodel kerja, diatas malam baru dipasang konektor atau
bagian lain.

Gambar 24. Penutupan (A) dan Rilif (B)

5. Rekaman hubungan model kerja dengan surveyor (recording)

a. Tripoding (tripodization)

Gambar 25. Tripoding

b. Pemberian tanda garis pada tiga sisi berlainan pada model


c. Pemberian tanda goresan pada tiga sisi berlainan pada model
d. Pemasanagn pin yang disemen

34
Gambar 26. Pemberian tanda goresan dan pemasangan pin

2.8 Hal-hal yang terjadi pada kasus gigi tiruan sebagian lepasan kompleks
dan penanganannya

2.9 Penentuan hubungan rahang sesuai kasus


2.9.1. Pengertian & Tujuan penetapan hubungan rahang
Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal.

Dimensi vertikal/relasi vertikal adalah jarak vertikal rahang atas dan rahang
bawah yang dapat memberikan ekspresi normal pada wajah seseorang. Hubungan
vertikal dari rahang bawah dan rahang atas yang ditentukan berdasarkan muskulus
mandibula dan oklusal stop dari gigi.

Relasi vertikal pada pasien yang kehilangan gigi sebagian, adalah merupakan
hubungan antara satu gigi dengan yang lainnya secara vertikal pada saat gigi
beroklusi. Pada penderita yang sudah kehilangan gigi pada satu lengkung rahang
secara praktis sudah kehilangan relasi vertikal, keadaan ini harus ditentukan kembali
dengan berbagai cara agar sama dengan relasi vertikal saat gigi masih lengkap. Untuk
mengetahui apakah relasi vertikal sudah tepat, dapat diketahui dari fonetik dan
estetik. Gigi tiruan harus dapat digunakan penderita dengan baik pada saat
mengunyah, berbicara tanpa kesukaran dan memberikan ekspresi wajah yang normal.

Terdapat 2 macam dimensi vertical yaitu, dimensi vertical fisiologis (DVF)


dan dimensi vertical oklusal (DVO).

Dimensi vertical fisiologis (DVF) adalah jarak antara 2 titik (satu bagian
tengah wajah atau hidung, dan satu lagi pada bagian bawah wajah atau dagu) diukur
ketika mandibula dalam posisi istirahat fisiologis. Posisi istirahat fisiologis diartikan

35
posisi rahang bawah saat otot elevator dan depressor (otot membuka, menutup, dan
memajukan mandibular) dalam keadaan istirahat/fisiologis, tonus seimbang, dan
kondilus dalam kedudukan fileks dalam fosa glenoid. Dimensi vertical oklusi (DVO)
adalah jarak antara 2 titik ketika kontak oklusi. Pada saat DVF, gigi geligi rahang atas
dan bawah tidak berkontak, sedangkan bibir atas dan bawah dalam keadaan berkontal
ringan. Pada saat DVO, gigi-gigi atas dan bawah berkontak maksimum, bibir atas dan
bawah berkontak wajar. Kedua DV ini dipengaruhi oleh perubahan akibat kehilangan
gigi dan jaringan pendukungnya.

Penentuan DVF seringkali sulit dilakukan, sehingga dapat menyebabkan


kesalahan dalam pembuatan gigi tiruan. Untuk mengurangi terjadinya
kesalahan,tindakan pertama adalah memposisikan pasien dalam keadaan rileks. Maka
DVF dinyatakan merupakan titik awal penentuan DVO. Selisih antara dimensi
vertical saat gigi geligi beroklusi dan dimensi vertical saat mandibular dalam keadaan
istirahat disebut freeway space. Range dari freeway space berkisar antara 2-4 mm.

Gambar 27. Dimensi vertical fisiologis

2.9.2. Cara menentukan relasi vertikal


Pembuatan basis gigitiruan dan bite rim
Bahan basis : Shellac Base Plate atau Malam
Bahan oklusal rim : Malam
Guna basis : untuk tempat meletakkan oklusal rim
Guna oklusal rim :
a.Untuk menentukan dataran oklusal dan relasi vertikal dari pebderita
b Untuk tempat penyusunan gigi

36
c. Untuk mengembalikan profil penderita

Dimana basis shellac dipanaskan pada lampu spiritus dan ditekan sampai rata,
kelebihan dibuang dengan pisau/gunting kemudian oklusal rim/malam diletakkan
pada basis tersebut di daerah prosesus alveolaris yang tidak bergigi setinggi dataran
oklusal dan kontak bidang dengan oklusal rim gigi lawannya.

2.9.3 Cara pengukuran relasi vertikal:


1. Relasi vertikal posisi istirahat
a. Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line, yaitu pada
dagu dan di atas bibir/hidung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol
dan kaliper.
b. Pasien disuruh menghiting satu hingga sepuluh serta mempertahankan posisi
rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat tersebut jarak kedua titik
diukur.
c. Kemudian penderita disuruh mengucapkan beberapa kata yang berakhiran “ S
“ dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
d. Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks dilakukan
pengukuran yang ketiga. Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama,
inilah merupakan relasi vertikal posisi istirahat.
2. Relasi vertikal oklusi
Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut penderita.
Oklusal rim rahang atas dimasukkan, kemudian perhatikan kembali bentuk wajah
penderita apakah sudah sesuai dengan ekspresi normal dari penderita. Kemudian
masukkan oklusal rim rahang bawah, pasien disuruh menghentikan rahang atas dan
rahang bawah dalam keadaan sentrik oklusi, ukur kembali jarak antara kedua titik
tersebut, akan berkurang 2-4 mm dari jarak relasi vertikal posisi istirahat. Inilah yang
disebut jarak relasi vertikal oklusi

37
2.9.4 Metode pengukuran dimensi vertikal

Gambar 28. Rumus penghitungan dimensi vertical oklusi

DV biasanya ditentukan dengan berbagai macam parameter wajah karena


tidak adanya metode atau cara yang menentukan secara akurat. Salah satu caranya
yaitu dengan menentukan DV istirahat paada beberapa pasien dan diperkirakan
jaraknya 2-3 mm dari DV istirahat.

Ada beberapa cara untuk mengukur atau menentukan DVO antara lain secara
langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung berarti dilakukan
langsung pada wajah atau mulut pasien. Yang termasuk dalam pengukuran DVO cara
langsung adalah pengukuran wajah, swallowing (penelanan), metode fonetik, metode
taktil dan rumus Hayakawa. Secara langsung :

1. Pengukuran wajah

Pengukuran wajah dapat digunakan untuk mengukur DVO dari pasien yang tidak
bergigi. Pengukuran ini umumnya dilakukan dengan alat ukur jangan sorong.
Goodfriend dan kemudian illis yang mempopulerkan teknik pengukuran DVF bahwa
jarak dari pupil mata ke sudut bibir dalah sama dengan jarak dari dasar hidung ke
ujung dagu. Tiga pengukuran wajah yang dianggap konstan selama hidup, yaitu :
jarak dari tengah pupil mata ke garis yang ditarik dari sudut bibir, jarak dari Glabella
ke subnasion, dan jarak antara sudut mulut ketika bibir istirahat. Dua dari tiga
pengukuran ini akan sama dan terkadang ketiganya akan sama satu sama lain

38
Gambar 29. Metode Willis

Metode yang sering digunakan di klinik adalah metode 2 titik. Pasien dengan
posisi epala tegak dan rileks di dental chair kemudian tetapkan 2 titik pengukuran
pada garis tengahwajah. Satu pada hidung dan satu lagi pada dagu. Titik ini dipilih
pada daerah yang tidak mudah bergerak akibat otot ekspresi. Alat yang digunakan
pada metode pengukuran 2 titik adalah jangkasorong dan Willis bite gange, karena
mempunyai skala yang cocok. Walaupun berdasarkan hasil penelitian Geerts GA, et
al (2004), dinyatakan, bahwa pengukuran dengan jangka lebih akurat daripa dengan
Willis bite gange.
2. Swallowing (Penelanan)
Pada cara ini, pasien diinstruksikan melakukan gerakan menelan dengan rileks
sampai didapat garis dari bibir atas ke ujung dagu yang segaris dengan median wajah.
Posisi pasien dalam keadaan ala-tragul line sejajar dengan lantai. Namun prosedur ini
sangat dipengaruhi temperature wax, kuantitas dan tekanan kunyah.
Instruksikan pasien untuk rileks. Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan
ujung dagu pasien. Intruksikan pasien untuk melakukan gerakan fungsional seperti
menelan atau membasahi bibir. Instruksikan pasien untuk merilekskan bahunya agar
otot supra dan infrahyoid ikut rileks. Ketika pasien telah menelan atau membasahi
bibirnya, maka mandibular akan berada pada posisi istirahat fisiologis sebelum
bergeser ke posisi habitual rest, ukur secepatnya ketika mandibular masih berada
pada posisi istirahat fisiologis.
3. Metode Fonetik
Pengukuran ini berdasarkan closest speaking distance yaitu pada saat
menghasilkan suara ‘ss’ atau ‘sh’, tidak adak kontak antar gigi. Posisi ini digunakan
sebagai panduan memprediksi DVO. Cara lain yang merupakan pengembangan
metode ini adalah dengan pengucapan huruf ‘mmm’ sampai didapat kontak bibir atas
dan bibir bawah dalam keadaan rileks. Penggunaan closest speaking distance adalah
dianggap paling akurat, mudah, dan praktis untuk mendapatkan DVO.
4. Metode Taktil

39
Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu. Instruksikan pasien
untuk membuka mulutnya lebar lebar hingga merasa ada rasa tidak nyaman pada
ototnya. Instruksikan pasien untuk menutup mulutnya secara perlahan dan segera
berhenti ketika merasa ototnya telah rileks dan nyaman kembali. Hitung jarak dari
titik acuan, bandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan metode menelan dan
membasahi bibir, karena metode ini dapat bervariasi antar individu karena persepsi
rileks yang relatif, oleh sebab itu metode ini memerlukan perbandingan.
5. Rumus Hayakawa
Pengukuran DVF secara tidak langsung dapat dengan rumus yang telah
dikemukakan oleh Hayakawa (1999), melalui pengukuran beberapa titik referensi
pada wajah dan tangan, serta disesuaikan dengan jenis kelamin pasien dan profil
wajah pasien. Jika dimasukkan ke dalam rumus Hayakawa maka akan di dapatkan
besar DVF tersebut. Alat yang digunakan adalah alat modifikasi Hayakawa dengan
menggunakan lembaran plastic millimeter dan standar penahan dagu.

2.9.5 Metode Lain Menentukan Hubungan Rahang


1. Ketepatan dari model
Metode ini digunakan bila mempunyai oklusi antara gigi atas dan gigi bawah
yang mempunyai kontak dalam hubungan rahang masih diperoleh/didapat. Cara ini
dengan memperhatikan model kerja dan kemudian malam hubungan rahang difiksasi
dengan kawat.
2. Penentuan hubungan rahang dengan sisa gigi posterior.
Metode ini dengan menggunakan kontak gigi atas dan bawah, hubungan rahang
dibuat dengan menempatkan basis gigitiruan sebagian lepasan.Cara ini dengan
memperhatikan model kerja dan kemudian malam hubungan rahang difiksasi dengan
kawat. Cara penentuan hubungan rahang ini digunakan pada gigitiruan sebagian
lepasan klas III atau klas IV Kennedy.

40
2.9.6. Hubungan Sentrik/Sentric Relation
Hubungan sentrik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara rahang atas dan
rahang bawah dimana kondilus berada pada kedudukan yang tidak tegang dan terletak
paling belakang di
dalam fossa glenoidalis.

Cara menentukan relasi sentrik :


Bila melakukan penentuan hubungan sentrik, sebaiknya bagian atas badan
pasien tegak dan tidak bersandar. Suruh pasien menelan beberapa kali, karena
biasanya pasien dalam keadaan sentrik oklusi. Jika oklusal stop tidak ada, relasi
vertikal ditentukan terlebih dahulu,kemudian relasi sentrik (sama dengan pembuatan
gigitiruan penuh).
Sekurang-kurangnya ketepatan untuk menentukan hubungan rahang harus dengan
memakai malam penentu. Berhasilnya penentuan relasi sentrik atau hubungan sentrik
dengan malam penentu hubungan rahang dipengaruhi oleh konsistensi dari malam
dan ketepatannya sesudah dingin. Malam yang berlebihan yang berkontak pada
permukaan jaringan dapat menyebabkan bergeraknya jaringan lunak.
Akibat-akibat kesalahan dalam =menentukan relasi sentrik/dimensi vertikal
1. Relasi vertikal terlalu tinggi
a. Mulut seolah-olah penuh
b. Adanya prematur kontak pada rahang atas dan rahang bawah (gigi berkontak
sewaktu berbicara).
c. Rasa sakit pada TMJ
d. Tekanan daya kunyah berlebihan
2. Relasi vertikal yang terlalu rendah
a. Sudut mulut turun
b. Telinga berdengung
c. Efisiensi daya kunyah berkurang
d. Pipi/bibir dan lidah sering tergigit
e. Sakit pada TMJ

41
2.9.7. Test Ketepatan Relasi Vertikal Melaui Fonetik
Posisi “S” menunjukkan hubungan gigi depan rahang bawah terhadap gigi depan
rahang atas yang dapat menghasilkan suara “S” sewaktu berbicara. Hal ini merupakan
posisi yang tepat bila jarak antara tepi insisal gigi depan rahang bawah dan rahang
atas kira-kira 1-1,5 mm sewaktu huruf “S” diucapkan. Jika terjadi kontak antara tepi
insisal gigi depan rahang atas dan rahang bawah, menunjukkan relasi vertikal yang
tinggi. Bila jarak ucapan melebihi dari 1-1,5 mm. Kemungkinan tepi insisal gigi
depan rahang bawah berkontak dengan palatum, pada saat pasien dalam relasi sentrik.
Keadaan ini menunjukkan relasi vertikal yang rendah.
Kehilangan gigi bagian belakang akan mempengaruhi pengucapan pada pasien
sewaktu mengucapkan huruf trtentu. Bila huruf “TH” dan “T” tidak jelas diucapkan
oleh pasien,biasanya disebablan karena relasi vertikal yang tinggi. Kontrol fonetik
pada pasien yang kehilaangan gigi bagian belakang dapat dikoreksi dengan
menyebutkan huruf “TH” dan “T”, dimana jarak maksilo mandibula kira-kira 1,5
mm. Keadaan ini juga membantu dalam meneliti kembali jarak relasi vertikal yang
telah ditentukan.
Dalam kasus ini rekaman relasi rahang dibuat seluruhnya pada galengan gigit bila
salah satu rahang hanya mempunyai gigi anterior saja. Untuk kasus dengan diagnosa
sindroma kombinasi digunakan prinsip oklusi linear yang fungsinya untuk
mengurangi beban tekanan pada gigi anterior rahang atas dari gigi asli anterior rahang
bawah.

Pembuatan bite rim dan penentuan relasi vertikal dan relasi horizontal
1. Bite rim RA mengikuti kesejajaran oklusal dengan gigi anterior RB
2. Tinggi biterim RB dibuat sama dengan tinggi gigi anterior rahang bawah
3. Relasi sentrik dicatat pada posisi VDR

42
2.10 Pemasangan dan pemeliharaan gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus
Setelah selesai dipoles, protesa harus direndam dalam air sampai saat
pemasangan, untuk mencegah mengkerutnya resin bila dibiarkan dalam keadaan
kering. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada geligi tiruan bukan kerangka logam.
Sebelum pemasangan, protesa harus diamati dengan cermat di bawah sinar lampu
yang terang. Permukaan berkontak jaringan harus bebas dari gelembung, serta
goresan tajam.
Permukaan kasar dan tepi tajam merupakan sumber terjadinya trauma pada
mukosa. Deteksi permukaan dan tepi semacam ini dapat dilakukan dengan perabaan
jari tangan.
Bagian-bagian lain seperti cengkeram, bar, plat dan sadel begitu juga permukaan
poles geligi tiruan harus diperiksa. Permukaan yang dipoles sempurna akan
meningkatkan toleransi pasien terhadap protesa yang dipakainva dan sekaligus
mengurangi debri sisa makanan. Pada tahap lanjut, hal ini dengan sendirinya
mengurangi pula kemungkinan tertumpuknya deposit plak. Iritasi permukaaan kasar
dan tajam terhadap lidah, pipi atau mukosa juga dapat dihindarkan.
Perjanjian pemasangan hendaknya disiapkan dengan baik, sehingga kegiatan
pasien tidak terganggu. Bila memungkinkan pemasangan hendaknya jangan
dilaksanakan pada akhir minggu, karena pasien harus dikontrol sehari setelah
pemasangan. Mungkin saja geligi tiruan tidak memerlukan penyesuaian lagi, namun
alangkah baiknya bila kesempatan ini tetap diberikan dan disiapkan. Pemasangan
juga sebaiknya disesuaikan dengan jadwal kegiatan penting yang harus dijalani
pasien. Pertimbangan ini penting supaya Pasien tidak terganggu, mengingat protesa,
yang merupakan benda asing, pada hari-hari pertama pemasangan bisa saja
mengganggu kenyamanan si pemakai. Sebelum mampu menyesuaikan diri, bahkan
ada pasien yang tidak ingin tampil di depan publik apalagi menghadiri kegiatan
seperti jamuan makan bersama.

43
2.10.1 Proses Pemasangan Protesa
Setelah melewati tahap pekerjaan kemudian mengambil geligi tiruan dari
rendaman dan akan dicoba kedalam mulut pasien. Kecermatan kerja semacam ini
lebih lagi dituntut untuk geligi tiruan kerangka logam. Ketidak cermatan pada salah
satu tahap pekerjaan akan mengakibatkan kesulitan yang biasanya sulit diatasi.
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengesahan permukaan geligi tiruan.
Pada tahap pengesaha ini harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga hanya bagian
yang perlu saja yang diasah. Bila geligi tiruan masih tetap tidak terpasang karena
adanya hambatan yang tak dapat diatasi, hendaknya protesa tidak dipaksakan untuk
dipasang. Pemaksaan semacan ini hanya akan menyebabkan iritasi dan rasa sakit
pada jaringan lunak dan abrasi pada jaringan gigi. Amati dengan cermat bagian-
bagian yang diperkirakan menghambat dengan bantuan kaca mulut, sehingga bagian
yang menghambat dan menyebabkan prematur kontak dapat dilokalisasi.
Pasta Indikator Tekanan atau Disclosing Wax digunakan bila secara visul
bagian” hambatakn tidak dapat dideteksi. Dengan cara ini bagian yang menghalangi
pemasukan geligi tiruan dapat dideteksi dandibuang dengan pengesahan.
Pada saat pengesahan perlu diperhatian, kontak antara permukaan gigi atau
jaringan dengan protesa jangan sampai menjadi rusak atau hilang. Bila terjadi sampai
terjadi, hal ini akan menyebabkan terjebaknya sisa makanan dan hilangnya efek
resiptokasi yang seharusnya ada.
Pada protesa rahang atas yang meliputi permukaan palatum dan tuberositas,
sering terjadi luka, padahal bentuk tuber ini tidak cembung. Hal ini biasanya terjadi
karena perubahan bentuk resin yang terjadi selama proses polimerisasi, sehingga
bagian sayap bukal melengkung kedalan. Bagian lainya yang sering mengganggu
kenyamanan adalah sayap labial.
Pada protesa rahang bawah, bagian yang sering menyulitan pemasangan dan
pengeluaran adalah daerah lingir retrimilohioid dan bukal gigi premolar.

44
Pada awal pemasangan, umumnya pasien lebih bersikap menolak dari pada
menerima geligi tiruan yang akan dipakainya. Karena geligi tiruan adalah benda asing
yang dimasukan ke dalam mulut.
Setelah geligi tiruan dapat dimasukan kedalam mulut sebagaimana mestinya,
dilakukan pemeriksaan/pengecekan antara lain:
• stabilitas geligi tiruan
• oklusi
• artikulasi
• estetik
• kecekatan/ketepatan.

2.10.2 Cara Pemasangan


Seorang pasien pemula biasanya tidak bisa begitu saja memakai dan melepas
geligi tiruan. Karena itu, setelah semua faktor tersebut diatas selesai diperiksa, pasien
haus diberitahu cara memasang dan melepas protesana.
Pada kasus Kennedy kelas III dengan banyak modifikasi, dimana daerah” tak
bergiginya banyak, serinh menyebabkan kesulitan bagi pasien. Ia sulit memasangnya,
dan tidak jarang begitu ia berhasil memasangnya, kesulitan timbul pula saat
melepasnya.
Melepas geligi tiruan dengan jalan menarik cengkramannya tidaklah
dianjurkann, karena hal ini dapar meyebabkan distrosi lengan cengkrama. Akibatnya,
dalam waktu sigkat lengan ini tidak retentif lagi. Lepaslah geligi tiruan dengan ibu
jari atau telunjuk, melalui tepi bukal sayapnya. Pada desain bilateral,, biasanya
digunakan kedua belah tangan untuk melakukannya. Penggunaan cermin muka akan
sangat membantu pasien pemula. Suatu hal yang penting adalah memberitahu pasien
tentang arah pemasangan dan pengeluaran geligi tiruannya sesuai dengan desain.

2.10.3 Pemeliharaan Gigi Tiruan


Geligi tiruan harus dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan berkala dan disikat
sekurang”nya dua kali sehari dengan sikat halus dan deterjen cair sebagai pembersih.

45
Dalam hal ini, deterjen lebih baik dari pada pasta gigi karena kurang abrasif sehingga
dapat mencegah terjadinya goresan pasa resin. Pembersihan tadi sebaiknya dilakukan
diatas sebuah basin yang sebagian terisi air atau handuk basah, untuk memperkecil
kemungkinan pecahnya geligi tiruan.
Bila digunakan pada malam hari, protesa sebaiknya direndam dalam suatu
tempat berisi air bersih untuk menghindari terjadinya proses pengeringan atau
perubahan bentuk basis resin.
Penggunaan bubuk” untuk geligi tiruan atau jenis adhesif biasanya tidak
dianjurkan untuk geligi tiruan baru. Adhesif sering kali menyebabkan retensi
berlebihan dan gaya” yang ditimbulkan dapat merusak jaringan pendukung.

2.10.4 Faktor-faktor Penting Pasca Pemasangan Geligi Tiruan


Berbagai penelitian menunjukan bahwa pemakaian geligi tiruan lepasan
mempunyai potensi dalam mengakibatkan perubahan” patologik dalam mulut. Tujuan
utama pembuatan geligi tiruan adalah merestorasi apa yang sudah hilang dengan
melestarikang apa yang masih tinggal.

Akibat Pemakaian Protesa:

• bertambahnya akumulasi plak

• meningkatkan frekuensi karies

• memburuknya kebersihan mulut

• imflamasi gingiva

• goyangnya gigi

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pemakai geligi tiruan yaitu sebuah
geligi tiruan bukanlah benda yang sekali dipakai langsung enak dan tidak berubah.
Baik geligi tiruan maupun jaringan mulut si pemakai selalu dan terus mengalami
perubahan, walaupun perubhan tidak dapat dilihat dengan mata begitu saja.
Memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu dalam penggunaanya.

46
a. perubahan pada jaringan lunak

Ketebalan mukosa pada daerah tak begigi berkisar antara 1,1-1,3 mm pada
madibula dan 1,4-2,9 mm pada maksila. Lapisan ini ternyata menjadi lebih tipis lagi
pada pemakain geligi tiruan dibanding mereka yang tidak memakainya. Keratinisasi
jaringan lunak mulut meningkat bila geligi tiruan dilepas secara teratur pada malam
hari. Derajat keratinisasi ini berlangsung dengan perbandingan terbalik dengan
lamanya pemakaian geligi tiruan. Kerarin secara biologik dikenal dengan pelindung
lapisan epitel.

Dalam waktu dua minggu, mukosa yang tertutup plat protesa mengalami
perubahan kimiawi sel pada epitel palatumnya. Hal ini menunjukkan terjadinya
perubahan keratinisasi pada bagian yang tertutup tadi, bila dibandingkan dengan
mukosa yang tak tertutup. Ini disebabkan karena berkurangnya stimulasi mekanis
terhadap mukosa, yang seharusnya terjadi selama proses bicara dan mengunyah.
Kurangnya stimulasi ini juga dapat menyebabkan terjadinya inflamasi dan
menurunnya daya tahan jaringan lunak terhadap infeksi.

b. Perubahan pada Jaringan Keras

Terjadinya inflamasi di samping gangguan sirkulasi, dipengaruhi oleh adanya


tekanan dari basis geligi tiruan kepada jaringan lunak. Tekanan ini akan diteruskan ke
jaringan tulang lingir sisa, yang pada akhirnya akan mengalami resorpsi. Selain
resorpsi, dapat pula terjadi atropi pada tulang lingir sisa; suatu keadaan yang
dianggap merupakan suatu proses yang merugikan. Hal seperti ini bisa terjadi bila ada
pembebanan berlebihan terhadap tulang lingir sisa. Di pihak lain dapat terjadi
"disused atrophy" karena seseorang tak memakai geligi tiruan padahal ia sudah
kehilangan beberapa atau semua giginya. Bila beban yang disalurkan oleh geligi
tiruan kepada jaringan tulang yang mendukungnya masih berada dalam batas
fisiologik dan bisa ditoleransi, hal ini malahan dapat mengurangi proses resorpsi
tulang Penyusutan tulang rahang ternyata terjadi lebih besar pada mereka vang

47
memakai geligi tiruannya terus menerus, dibanding mereka yang hanya memakainya
pada siang hari saja. Beberapa faktor berikut ini akan membantu mencegah timbulnya
kesulitan bagi para pemakai protesa.

1) Rasa Nyaman (comfort)

Geligi tiruan baru akan dirasakan sebagai benda asing dan aneh yang
memenuhi rongga mulut. Hal ini biasanya mempengaruhi bagian-bagian mulutnya.
Pengendalian diri terhadap kehadiran protesa merupakan hasil kerjasama antara lidah,
pipi dan bibir. Penderita perlu diingatkan untuk tidak membiasakan diri mengerak-
gerakkan protesanya dengan bibir/lidah. Bila karena suatu sebab geligi tiruan tidak
digunakan untuk jangka waktu tertentu. biasanya pasien lebih sulit menyesuaikan
dirinya, dibanding dengan reka yang memakai protesanya terus menerus. Pada hari-
hari pertama, pasien akan mengalami hipersalivasi, sampai kelenjar-kelenjar liur
dapat mengantisipasi kehadiran geligi tiruannya. Jaringan mulut akan lebih dapat
menerima adanya geligi tiruan, setelah pemakaian beberapa minggu. Namun, geligi
tiruan bawah selalu lebih mengganggu dari pada protesa atas. Pasien yang berhasil
mengendalikan diri dan memakai geligi tiruannya lebih banyak dari pada melepasnya,
biasanya lebih cepat mengadaptasi protesa yang dipakainya.

2) Bicara (speech)

Untuk dapat berbicara secara normal dengan geligi tiruan, terutama bila
menggantikan hampir semua gigi yang sudah hilang, membutuhkan latihan. Namun,
hal ini bukanlah masalah benar. Beberapa hari atau minggu, hal ini sudah dapat
diatasi. Salah satu cara latihan dapat dilakukan dengan berlatih membaca keras-keras
di depan sebuah cermin. Ulangi berkali-kali setiap kata yang dirasakan sulit
diucapkan. Seorang pemakai geligi tiruan biasanya akan lebih memperhatikan hal-hal
kecil yang menyangkut masalah suara waktu ia berbicara daripada lawan bicaranya.

3) Pengunyahan (mastikasi = mastication).

Sama dengan faktor-faktor lain, seorang pemakai protesa juga membutuhkan


latihan penyesuaian untuk dapat mengunyah, biasanya beberapa hari sampai beberapa

48
minggu, bergantung kepada jumlah serta jenis gigi asli yang hilang. Pada hari-hari
pertama, anjurkanlah mengunyah makanan yang relatif lebih lunak dan dengan
potongan-potongan kecil. Janganlah sekali-kali memakai protesa baru untuk
mengunyah makanan yang alot dan keras, seperti, roti keras, kacang goreng,
rempeyek, steak dsb. Kebiasaan mengunyah pada kedua sisi rahang akan mencegah
terangkatnya geligi tiruan selama fungsi.

4) Pernyesuaian (adjusment)

Walaupun geligi tiruan sudah dibuat sebagaimana mestinya dan cekat dengan
permukaan jaringan sekitarnya, masih tetap terjadi pergerakan di atas jaringan hal ini
menimbulkan rasa sakit, untuk jangka waktu yang bervariasi pada masing-masing
tempat yang berlainan di dalam rongga mulut. Penyesuaian tahap pertama dilakukan
24 jam setelah pemasangan, lalu disusul lagi 48 jam sesudahnya. Hal ini dapat
mencegah terjadinya rasa sakit. Supaya dapat mendeteksi bagian mana yang perlu
diperbaiki, pasien dianjurkan untuk memakai geligi tiruannya sepanjang malam
sebelum kunjungan, sehingga luka-luka dsb masih tetap ada. Dengan demikian,
tempat yang menyebabkan rasa sakit tadi dapat diketahui dengan cepat dan mudah.

5) Kesehatan Mulut dan Pemakaian Geligi Tiruan

Protesa sebaiknya dikeluarkan dari mulut pada malam hari untuk memberi
kesempatan istirahat yang memadai kepada jaringan mulut pendukungnya. Dengan
demikian selama delapan dalam tiap duapuluh empat jamnya, jaringan mulut yang
ditutupi geligi tiruan sempat beristirahat. Salah satu faktor berperan yang dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan pada jaringan mulut, adalah lamanya suatu
protesa dipakai dalam mulut. Karena itu, banyak ahli yang menganjurkan supaya
geligi tiruan dak dipakai sepanjang siang dan malam hari secara terus menerus.
Dengan demikian, selain bisa beristirahat, lidah maupun otot-otot sekitar mulut,
dengan bantuan saliva sempat melakukan pembersihan dan stimulasi terhadap
jaringan yang berada di bawah protesa.

49
Cukup banyak kepustakaan yang menyatakan bahwa pemakaian geligi tiruan
siang malam secara terus menerus tidaklah menguntungkan bagi kesehatan mulut si
pemakai. Memang ada kekecualian, di mana beberapa pasien dapat dan memang
menggunakannya terus menerus, tetapi tidak membawa akibat buruk yang nyata.
Sulitnya tak ada satu metode pun yang dapat meramalkan hal ini. Karena meramalkan
hal ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya, maka lebih bijaksana bagi kita untuk
menganjurkan Suatu hal yang sudah pasti menguntungkan alih-alih menyarankan
perkara yang mungkin cuma suatu kebetulan saja. Jadi, pemakaian protesa secara
terus menerus tanpa akibat buruk, tampaknya hanya merupakan suatu kebetulan
belaka.

6) Kontrol

Seperti halnya dengan pasien dokter gigi biasa, kontrol periodik bagi pemakai
geligi tiruan juga sama pentingnya. Sudah dikemukakan bahwa jaringan mulut
maupun geligi tiruan selalu mengalami perubahan. Setelah pemakaian beberapa
waktu, geligi tiruan pasti mengalami perubahan, begitu pula bagian tertentu dari
jaringan mulut si pemakai. Cengkeram sudah mulai tidak pas lagi letaknya, terjadinya
peradangan gingiva, gigi pendukung mengalami karies, resorpsi lingir sisa, adalah
beberapa contoh yang perlu mendapat perhatian. Hal seperti ini mengakibatkan geligi
tiruan menjadi tidak pas lagi. Protesa dalam keadaan seperti ini dapat mengakibatkan
kerusakan pada jaringan pendukung tanpa penderita tahu bahwa telah terjadi sesuatu
yang salah. Mengingat hal ini, pasien wajib diberitahu mengenai pemeriksaan berkala
bagi mulut dan geligi tiruan yang dipakainya. Pemeriksaan berkala minimal dua kali
dalam setahun perlu dilakukan. Cara ini akan mencegah terjadinya kerusakan lanjut
yang mungkin timbul.

BAB III
PENUTUP

50
III.1 Kesimpulan
Pemakaian gigi tiruan dalam pasien dengan sindroma kombinasi memerlukan
penanganan yang lebih kompleks daripada pasien kehilangan gigi biasa. Untuk itu,
diperlukan pemahaman yang baik mengenai ilmu prostodonsia, terkhususnya
mengenai jenis gigi tiruan sebagian lepasan, prinsip dasar perawatan, penentuan
desain, perawatan pendahuluan, teknik mencetak, bagian alat, hal yang terjadi pada
kasus kompleks, dan penentuan hubungan rahang serta pemasangan dan
pemeliharaan gigi tiruan dalam upaya mengembalikan fungsi gigi geligi pasien.

III.2 Saran
Dokter gigi harus memberikan edukasi khusus pada pasien, terkhususnya pasien
lanjut usia mengenai pemeliharaan gigi tiruan sebagian lepasan serta mengedukasi
mengenai kebiasaan mengunyah agar oklusi dapat kembali seperti semula dan tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut.

51

Anda mungkin juga menyukai