PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan PKL
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di rumah sakit agar
dapat mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman praktis,
untuk membantu apoteker dalam mengelola instalasi farmasi secara
keseluruhan sebagai sarana kesehatan yang antara lain meliputi distribusi
obat, pelayanan resep, dan non resep serta pelayanan KIE yang baik bagi
pasien.
2
1.4 Waktu dan Tempat PKL
1. Waktu PKL
PKL yang dilakukan siswa SMK Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Program Study Farmasi ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli - 22
Agustus 2015.
2. Tempat PKL
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertempat di RS. Bhayangkara
Tk.II H.S Samsoeri Mertojoso Jl. A.Yani 116 Surabaya.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
b. Pembangunan ruang VVIP, ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II
serta ruang kelas III
c. Pembangunan mushola
d. Pembangunan pagar keliling rumah sakit
e. Pembangunan gedung PPT
f. Pembangunan wartel
g. Pembangunan kantin rumah sakit
h. Pembangunan optic
i. Pembangunan foto copy
7. Sejak tanggal 12 Agustus 2001 Rumah Sakit Bhayangkara H.S Samsoeri
Mertojoso telah memiliki apotek untuk melayani kebutuhan kebutuhan
pasien umum berdasarkan : Surat Kadinkes Provinsi Jatim.
8. Terhitung mulai tanggal 30 November 2001 berdasarkan surat keputusan
Kapolri No. Pol: Skep/1549/X/2001 tentang pengesahan nama Rumah
Sakit Bhayangkara Surabaya polda jatim menjadi R.S. Bhayangkara
menjadi H.S Samsoeri Mertojoso dan peningkatan status Rumah Sakit
tingkat III menjadi Rumah Sakit tingkat II.
9. Tanggal 25 Januari 2001 dilakukan peletakan batu pertama dimulainya
pembangunan instalasi rawat jalan R.S Bhayangkara TK. II H.S
Samsoeri Mertojoso oleh bapak kepala polda jatim.
2.2 Lokasi
Lokasi PKL (Praktek Kerja Lapangan) ini yaitu di RS. Bhyangkara TK.II
H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya yang secara geografis bertempat di :
a. Sebelah Timur dibatasi dengan Jl. Ahmad Yani Surabaya
b. Sebelah Barat dibatasi oleh Rumah Dinas PAMEN (Perwira Menengah)
POLDA JATIM (Polisi Daerah Jawa Timur)
c. Sebelah Utara dibatasi oleh MAPOLDA JATIM (Markas Polisi Daerah
Jawa Timur)
d. Sebelah Selatan dibatasi oleh Dinkes Prov. (Dinas Kesehatan Provinsi)
Jawa Timur
5
2.3 Visi
Visi dari instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK. II H.S
Samsoeri Mertojoso :
Instalasi farmasi dengan pelayanan kefarmasian prima dalam upaya
meningkatkan kemasyarakatan polri dan umum.
2.4 Misi
Misi instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri
Mertojoso :
a. Melaksanakan pelayanan kefamasian berorientasi kepada pelayanan
pasien secara prima
b. Menjamin ketersediaan dan kelengkapan perbekalan farmasi yang
bermutu di rumah sakit
c. Melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang akuntable dan
transparan
2.5 Motto
Motto dari instalasi farmasi Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso :
“Pelayanan kefarmasian prima untuk peningkatan kualitas hidup pasien “
2.6 Falsafah
Falsafah instalasi farmasi Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso :
Pelayanan farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri
Mertojoso adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien secara prima, penyediaan
obat yang bermutu, memberikan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat serta farmasi rumah sakit bertanggung
jawab kepada semua perbekalan farmasi secara prima dan yang beredar
dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien.
6
2.7 Tujuan
Tujuan instalasi farmasi Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso :
a. Melaksanakan pelayanan farmasi baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas
yang tersedia
b. Melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedurkefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) mengenai obat
dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan
evaluasi pelayanan
g. Peningkatan metode Tugas Pokok dan Fungsi
7
2.8 Struktur Organisasi RS. Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso
KARUMKIT DEWAN
WAKA PENGAWAS
KOMITE
SUB BAG
WAS INTERN
SUBBID SUBBID
YANMED JANG
DOKPOL MEDUM
Instalasi Instalasi
UR UR UR UR UR JANG UM
YAN MED YAN WAT YAN DAKPOL YAN MED
8
2.9 Susunan Instalasi Farmasi RS. Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri
Mertojoso Surabaya
KARUMKIT
Dr. ARIS BUDIYANTO, Sp THT
KOMBES POL
DEWAN PENGAWAS
WAKARUMKIT
Drg. G. TRI PANGESTI
PEMBINA I
KAMST FARMASI
GHOZALI,Ssi, Apt
AKBP/65030718
ADMIN FARMASI
2.10 Fasilitas
Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
telah memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Unit Rawat Jalan
1. Unit Gawat Darurat 8. Poli Kulit dan Kelamin
2. Poli Umum 9. Poli Mata
3. Poli Gigi 10. Poli Penyakit Paru
4. Poli Bedah 11. Poli Jantung
5. Poli Penyakit Dalam 12. Poli Syaraf
6. Poli Kandungan 13. Poli Psikiatrik
7. Poli Anak 14. Poli THT
9
b. Unit Rawat Inap
1. Perawatan khusus penderita gawat (Intensive Care Unit)
2. Zaal Laki
3. Zaal Wanita
4. Rawat Bedah
5. Ruang Bersalin
6. Zaal Anak
7. Ruang Tahanan
8. Ruan VVIP
9. Ruang VIP
c. Unit Dokpol dan Penunjang Medis
1. Unit Laboratorium
2. Unit Radiologi
a. Rongten
b. CT-Scan
c. Fisioterapi
d. Gizi
e. Ambulance
f. PPT (Pusat Pelayanan Terpadu)
g. Apotek BPJS
h. Apotek Umum
i. Kateterisasi Jantung
d. Unit Penunjang Umum
1. Gudang Obat
2. Dapur Umum
3. Bagian Ranmor
4. Bagian Laundry
10
4. Wartel
5. Kantin
6. Lapangan
7. Parkir
8. Mushola
11
Di apotek RS. Bhayangkara TK. II H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
obat-obatan disusun rapi di rak obat, penyusunannya obat-obatan dan
sediaan farmasi lainnya di apotek RS. Bhayangkara TK. II H.S Samsoeri
Mertojoso, sebgai berikut:
a. Apotek BPJS disusun berdasar farmakologi obat untuk obat tablet,
dan untuk obat injeksi, sirup dan tetes disusun berdasarkan alfabetis.
b. Apotek Umum disusun secara alfabetis. Selain itu dibedakan antara
obat generik dan paten.
Kegiatan pelayanan data resep perhitungan harga obat, pengecekan
harga jual dan beli dilakukan secara sistemis menggunakan komputer
karena fasilitasnya yang modern maka tidak perlu menggunakan buku,
sehingga pelayanannya cepat dan tepat.
12
BAB III
PERBEKALAN SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
INSTALASI FARMASI RS BHAYANGKARA
TK II H.S SAMSOERI MERTOJOSO SURABAYA
Prosedur perencanaan
a. Pencatatan persediaan obat dan alkes habis pakai yang stock nya
habis untuk 14 hari atau kosong di buku defecta.
b. Petugas yang dinas malam merekap catatan dari buku defecta ke
dalam buku laporan pengajuan obat dan alkes habis pakai.
Dalam pengajuan obat dan alkes terdiri dari :
No
Tanggal
Nama Obat
Sisa stock
Jumlah permintaan
Nama Pabrik
Jumlah barang
Keterangan
Dengan ditandatangani koordinator ruangan dan Kepala Intalasi
Farmasi.
c. Koordinator Instalasi pelayanan umum keesokan harinya
mengajukan buku laporan pengajuan obat dan alkes ke petugas
bagian order obat.
Pengadaan : Suatu kegiatan pengadaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II H.S. Samsoeri
13
Mertojoso untuk menjamin kelengkapan dan ketersediaan obat dan
alkes habis pakai. Tujuan perencaan dan pengdaan yaitu
tersedianya obat dan alkes yang siap pakai dalam 24 jam
Prosedur pengadaan
Pemesanan kebutuhan obat dan alkes dilakukan pada tiap
hari kerja berdasarkan permintaan kebutuhan Instalasi Farmasi
yang tertulis di buku defecta. Pengadaan obat dibedakan menjadi
3, yaitu :
a. Pengadaan Obat Umum
b. Pengadaan Obat Psikotropika
c. Pengadaan Obat Narkotika
d. Dari buku Defecta diterbitkan SP (Surat Pemesanan)
ditandatangani oleh kepala Instalsi Farmasi yang memiliki surat
izin Praktek Apoteker dan mengetahui Kepala Rumah Sakit.
e. Surat Pesanan dibagi berdasarkan jenis obatnya, obat dan
alkes habis pakai , obat psikotropik dan obat narkotika.
f. Petugas bagian pemesanan mengkorfirmasi surat pesanan
yang telah dibuat kepada pedagang besar farmasi untuk
melaukukan pesanan obat dan alkes.
14
15
3.3. Administrasi Obat Dan Alkes
Adalah satu kegiatan pencatatan terhadap obat dan alkes habis
pakai di Rumah Sakit Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
untk memudahakan pengawasan terhadap proses keluar masuk obat dan
alkes habis pakai.
Prosedur Administrasi obat dan alkes
a. Setelah menerima Faktur petugas adsministrasi memasukkan data
entry ke komputer yang meliputi :
Nama PBF
Tanggal faktur
Tanggal jatuh tempo
Nama Obat
Diskon
Harga
Jumlah total
Memasukkan stock jumlah obat
b. Petugas adsministrasi mempersiapkan pembayaran faktur yang
akan jatuh tempo
Meliputi :
1. Tanda terima faktur disertai kelengkapan :
Faktur penjulanan
Kwitasi
Faktur pajak
SSP (Surat Setoran Pajak)
SP (Surat Pemesanan)
2. Membuat rekapitulasi nama distributor beserta nominal
tagihan yang ditanda tangani kepala Instalasi Farmasi,
bendahara operasional, satuan pengawas internal, dan
mengtahui kepala rumah sakit.
3. Pengajuan pembayaran obat dilakukan minggu pertama dan
ketiga.
16
3.4 Penghapusan Atau Pemusnahan Obat Dan Alkes Habis Pakai Instalasi
Farmasi
Adalah suatu proses penghapusan obat dan alkes pakai kareana
sudah expired date atau rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Prosedur penghapusan obat dan alkes habis pakai :
1. Obat dan alkes habis pakai yang sudah expired date dikumpulkan,
didata dan disimpan ditempat tertentu.
2. Dari data tersebut dibuat berita acara penghapusan yang
ditandatangani kepala Instalasi Farmasi. Kepala satuan pengawas
intern, bagian keuangan , Kepala Rumah Sakit dan selanjutnya
dilaporkan ke DINKES dan BALAI POM.
Teknis pelaksanaan penghapusan atau pemusnahan obat dan alkes
habis pakai menjadi tanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi.
17
Obat dengan suhu antara 2 − 80 𝐶 ditempatkan di almari es
dengan dikontrol suhunya tiap pergantian shift untuk menjaga
keamanan obat tersebut.
b. Obat narkotika dan psikotropika harus di simpan di almari tersendiri
dan selalu terkunci.
18
Apabila berkas sudah benar akan ditanda tangani kepala urusan
keuangan, kepala SPI (Sistem Pengendalian Intern), diparaf
wakarumkit dan ditanda tangani karumkit.
Setelah semua tanda tangan lengkap oleh pihak keuangan
segera dilakukan pembayaran ke PBF.
Pembayaran dilakukan oleh bagian keuangan
19
Expdate obat maksimal yang dipesan minimal 1 tahun sejak
barang datang.
Instalasi farmasi melakukan stok opname tiap 3 bulan sekali
yaitu bulan ke-3, bulan ke-6, bulan ke-9, bulan ke-12 dan
membuat catatan tentang obat yang expdatenya dekat untuk
segera dikoordinasikan dengan dokter penulis resep.
20
3.9. Pelaporan Obat Dan Alkes Habis Pakai Di Instalasi Farmasi
Adalah suatu kegiatan pelaporan pebekalan farmasi untuk
memonitor transaksi obat dan alkes habis pakai di Instalasi Farmasi.
Prosedur pelaporan
1. Laporan keuangan Instalasi Farmasi pelayanan umun dibuat satu
bulan sekali dengan mengetahui kepala Instalasi Farmasi,
Kasubbag Wasintern dan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara
yang meliputi :
Penerimaan Transaksi tunai dan non tunai
Pengeluaran transaksi obat yang meliputi retur obat dan
pembayaran obat
Laporan hutang dan piutang
Hasil stock opname
21
4. Terwujudnya pelayanan farmasi yang berkualitas, mandiri
serta ditunjang SDM atau Sumber Daya Manusia yang
profesional.
Kebijakan : Penggunaan perbekalan R.S. Bhayangkara Tk.II
H.S. Samsoeri Mertojoso disesuaikan dengan formularium dan
standarisasi perbekalan farmasi.
Prosedur :
1. Pelayanan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh instalasi
farmasi R.S. Bhayangkara Tk.II H.S. Samsoeri Mertojoso.
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
Perencanaan : diajukan oleh Instalasi farmasi.
Pengadaan : dilaksanakan oleh bagian pengadaan.
Penerimaan : dilaksanakan oleh Kepala Gudang Obat /
Alkes Habis Pakai.
Distribusi dan penyerahan : dilaksanakan oleh bagian
distribusi dan penyerahan.
22
3.10.4 Pengawasan Mutu dan Pengendalian Perbekalan Farmasi,
serta Pelayanan Kefarmasian.
Pengawasan mutu perbekalan farmasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pengendalian dan perbekalan farmasi dilaksankan dengan
berpedoman pada motto Instalasi farmasi R.S. Bhayangkara
Tk. II H.S. Samsoeri Mertojoso.
Pelayanan kefarmasian dilaksanakan dengan berpedoman
pada Standart Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
23
b. Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruang atau unit asal resep
2. Persyaratan farmasi meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah obat
c. Stabilitas dan ketersediaan
d. Aturan, cara dan tetknik penggunaan
3. Persyuaratan klinik
a. Ketetapan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping obat
d. Kontra indikasi
e. Efek adiktif
Prosedur
1. Setiap resep yang masuk ke Instalasi Farmasi harus dicek
kelengkapan resep yang menjadi peryaratan administrasi
2. Menyeleksi resep untuk persyaratan administrasi
3. Menyeleksi resep untuk persyaratan klinik
3.10.8 Konseling
Pengertian : merupakan satu proses yang sistematik
untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan : memberikan terapi yang tepat dan efektif.
Kebijakan : memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan,
cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek
samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat
dan penggunaan obat-obat lain.
24
Prosedur :
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang
dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode
”open ended question”.
3. Petugas menanyakan 3 pertanyaan :
a. Apa yang ditanyakan dokter mengenai obat.
b. Bagaimana cara pemakaian.
c. Edfek yang diharapkan dari obat tersebut.
4. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara
penggunaan obat.
5. Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Prosedur :
1. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan
dari kunjungan tersebut kepada pasien.
25
2. Untuk pasien baru dirawat, apoteker harus menanyakan
terapi obat terdahulu.
3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep
untuk menjamin penggunaan obat yang benar.
4. Melakukan pengkajian terhadap pencatatan perawat akan
berguna untuk pemberiaan obat.
5. Apoteker memiliki teknik dan edukasi penggunaan cara
berkomunikasi.
Tujuan
1. Untuk memberikan pelayanan secara prima guna
meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Untuk meminimalkan HUMAN ERROR.
3. Untuk meminimalkan MEDICATION ERROR.
Kebijakan :
Penyelenggaraan pelayanan farmasi penyiapan obat dosis
sehari untuk pasien rawat inap harus ada koordinasi antara dokter,
farmasi dan perawat pada tiap – tiap ruangan.
Prosedur :
1. Mekanisme pelaksanaan :
Petugas farmasi menyiapkan obat untuk penggunaan selama
satu hari (Unit Dose Dispensing) yaitu pada pagi, siang dan malam
26
hari hari berikutnya untuk pasien rawat inap berdasarkan atas intruksi
dokter yang didapat dari rekam medis.
2. Teknis pelaksanaan :
1. Apoteker mencatat intruksi dari rekam medis diruangan untuk
penyiapan obat dan atau alkes habis pakai pasien.
2. Petugas apotek menyiapkan obat dan atau alkes habis pakai
pasien sesuai kebutuhan masing-masing pasien. Waktu
penyiapan obat dilaksakan malam hari yaitu pukul 19.00 –
21.00.
3. Penanggungjawab apotek WAJIB mengecek kembali obat
yang telah disiapkan dan memberikan tanda tangan sebagai
persetujuan. Apoteker mengecek ulang obat – obat yang
sudah disiapkan.
4. Obat diantar ke masing – masing ruangan dan diserahkan ke
perawat untuk diberikan pada pasien sesuai aturan pakai
pada pukul 10.00 – 12.00.
5. Pada pasien baru datang dari UGD dengan indikasi rawat
inap, petugas farmasi menyiapkan obat untuk dosis satu hari
sampai kebutuhan pagi esok harinya.
6. Khusus pada hari sabtu petugas farmasi menyiapkan
kebutuhan obat dan atau alkes habis pakai pasien untuk hari
Sabtu dan Minggu.
7. Bila dokter memberikan rujukan pada malam hari obat akan
dilayani mulai hari berikutnya, kecuali untuk obat cito /
emergency. Apabila ada perubahan terapi, perawat wajib
mengkonfirmasi pada petugas farmasi.
27
B. Sistem Pembayaran
Prosedur Pasien BPJS Rawat Inap
Sistem pembayaran : Yang digunakan sebagai bukti klaim
pada pasien BPJS adalah kartu catatan obat yang dibagi 2
yaitu RM 7A yang berisi obat cairan, injeksi dan oral sesuai
dengan DPHO (Daftar Plavon Harga Obat). Sedangkan RM 7B
berisi Alkes habis pakai dan obat non DPHO.
28
pemeberian obat dengan dosis 1 x sehari harus
mempertimbangkan farmakologi obatnya untuk menentukan
waktu pemberian obatnya.
Pemberian obat-obat dengan dosis terbagi 2 x sehari (2dd1)
Ditentukan waktu minum obatnya adalah :
PAGI pukul 07.00 WIB
MALAM pukul 19.00 WIB
Pemberian obat dengan dosis terbagi 3 x sehari (3dd1)
Ditentukan waktu minum obatnya adalah :
PAGI pukul 07.00 WIB
SIANG pukul 14.00 WIB
MALAM pukul 21.00 WIB
29
Dosis selanjutnya dilakukan penyesuaian waktu
berdasarkan karakteristik obat dan keadaan klinis pasien
yang dibutuskan oleh apoteker jaga.
d) Waktu pemberian obat berdasarkan keadaan klinis pasien
Diabetes melitus
Hipertensi
Penggunaan antibiotik
Diare
Gangguan saluran pencernaan
30
Waktu minumnya adalah ½ jam sebelum makan
31
a. PAGI pukul 07.00 WIB
b. SIANG pukul 14.00 WIB
c. MALAM pukul 21.00 WIB
Catatan : Bila resep dokter masuk pada jam 14.00 WIB maka
antibiotik harus diberikan pada saat jam itu ini diperuntukkan yang
pertama sebagai Loading Dose , dan pukul 21.00 WIB diberikan
lagi untuk yang kedua, selanjutnya mengikuti jadwal sesuai aturan
minum obat yang diminta oleh dokter penulis resep.
5. Pasien Irna yang mendapat obat Anti diare
Kecuali dinyatakan lain, pada umumnya waktu minum obat-
obat antidiare pada pasien IRNA mengikuti aturan yang diminta oleh
dokter pada resep.
a. Untuk aturan minum pada loperamide bila tertulis S 2-1-1 maka
yang dimaksud adalah minum pertama kali langsung 2 tablet,
kemudian untuk dosis selanjutnya adalah 1 tablet.
b. Untukk aturan minum obat antidiare golongan Absorbens (misal
Kaolin+Pektin, Atapulgit) tidak boleh diminum bersamaan dengan
oat lain karena dapat menyerap zat aktif obat lain, maka dari itu
harus ada selang waktu yaitu minimal 2 jam setelah pemberiaan
obat sebelumnya.
32
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hipertensi
4.1.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kelainan/gejala dari gangguan pada
mekanisme regulasi darah. Pada situasi ini terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik atau diastolik. Hipertensi bukanlah penyakit
melainkan kelainan yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
Tekanan darah yang telah disepakati dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Sistolik Diastolik
Klasifikasi
mm/Hg mm/Hg
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat I 140-159 90-99
Hipertensi tingkat II ≥160 ≥100
33
Pasien yang menderita hipertensi, kemungkinan besar juga
dapatmengalami krisis hipertensi. Krisis hipertensi merupakan
suatu kelainan klinis ditandai dengan tekanan darah yang sangat
tinggi yaitu tekanan sistolik >180mmHg atau tekanan distolik >120
mmHg yang kemungkinan dapat menimbulkanatau tanda telah
terjadi kerusakan organ. Selain itu hipertensi dapat mengakibatkan
komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung
koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau
yang disebut “the silent killer” yang merupakan salah satu faktor
resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).
34
Penurunan ekskresi natrium dapat menyebabkan meningkatnya
volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer
sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan dapat
memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres,
kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen
dalam hipertensi.
2. Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi ini hanya 6-8% dari seluruh penderita
hipertensi. Disebabkan oleh penyakit dan penggunaan obat-obat
tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkanhipertensi atau memperberat hipertensi.
Penghentian penggunaan obat tersebutatau mengobati kondisi
komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertamadalam
penanganan hipertensi sekunder.
35
garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah
naik lagi menjadi normal.
Disamping regulasi hormonal tersebut dengan RAAS,
masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang memengaruhi
tekanan darah, yaitu:
a) Jantung
Volume pukulan jantung adalah jumlah darah yang pada
setiap kontraksi dipompa keluar jantung. Semakin besar
volume ini, semakin tinggi tekanan darah. Beberapa zat
misalnya garam dapur (NaCl) dapat mengikat air sehingga
volume darah total meningkat. Sebagai efeknya, tekanan
atas dinding arteri meningkat pula dan jantung harus
memompa lebih keras untuk menyalurkan volume darah
yang bertambah. Hasilnya tekanan darah akan naik.
b) Pembuluh darah
Pembuluh yang dindingnya sudah mengeras karena
endapan kolesterol, lemak, kalsium, fibrin (plaks, atheroma)
sehingga kehilangan elastisitasnya akan mengakibatkan
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dinding yang masih
elastis.
c) Otak
Hipotalamus melepaskan neurohormon antara lain adrenalin
dan noradrenalin yang bersifat vasokontriksi sehingga
tekanan darah naik. Keadaan ini terutama terjadi pada saat
emosi hebat, stress, dan merokok.
36
4.1.4. Faktor Peningkatan Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang memengaruhi meningkatnya
tekanan darah secara reversibel, antara lain:
1) Faktor genetik, bila orang tua memiliki tekanan darah tinggi
maka anakpun memiliki resiko yang sama, dan bahkan resiko
tersebut lebih besar dibanding yang diturunkan oleh gen orang
tua.
2) Usia, semakin bertambahnya usia maka tekanan darah pun
akan semakin meningkat.
3) Garam, ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga
volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan
pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokontriksi
noradrenalin.
4) Kolesterol, pembuluh darah yang dipenuhi dengan kolesterol
akan mengalami penyempitan (atherosklerosis)
mengakibatkan tekanan darah pun meningkat.
5) Obesitas, seseorang yang memiliki berat badan berlebih akan
memiliki peluang yang besar akan terserang hipertensi.
6) Merokok, nikotin dalam rokok bersifat vasokontriksi dan
meningkatkan tekanan darah.
7) Pil antihamil, mengandung hormon wanita estrogen, yang juga
bersifat retensi gram dan air.
8) Stress, dapat meningkatkan tekanan darah sementara akibat
pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormon stress) yang
bersifat vasokontriktif.
9) Kehamilan, kenaikan tekanan darah yang terjadi selama
kehamilan. Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses di
ginjal, bila uterus direganggangkan, terlampau banyak (oleh
janin) dan menerima kurang darah, maka dilepaskannya zat-
zat yang meningkatkan tekanan darah.
10) Kafein, kopi dan teh jika dikonsumsi melebihi batas normal
dalam penyajian akan enyebabkan hipertensi.
37
38
4.1.5. Pencegahan Hipertensi
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan oleh pasien
meskipun hanya menderita hipertensi ringan antara lain :
1) Menguruskan badan. Berat badan berlebih menyebabkan
bertambahnya volume darah darah dan perluasan sistem
sirkulasi.
2) Mengurangi garam dalam diet. Bila kadar natrium difiltrat
glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan
untuk menormalisasi kadar garam dalam darah sehingga
tekanan darah kan turun.
3) Membatasi kolesterol. Hal ini berguna untuk membatasi resiko
atherosclerosis, serta mengkonsumsi serat-serat nabati
sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
4) Berhenti merokok. Nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan
tekanan darah meningkat.
5) Membatasi minum kopi. Pada jangka lama minum terlalu
banyak kopi juga mengakibatkan meningkatnya LDL.
6) Cukup istirahat dan tidur. Hal ini bisa mengurangi stress dan
latihan relaksasi mental sehingga tekanan darah turun.
7) Olahraga / gerak badan. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah karena saraf parasimpatik akan
menjadi lebih aktif daripada sistem simpatik dengan antara
lain kerja vasokonstriksinya.
39
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel sehingga
menyebabkan relaksasi otot polos arterior. Hal ini
menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
a. Dihidropiridin
Efek vasodilatasinya amat kuat. Contoh : nifedipin,
nisoldipin, amlodipin, felodipin, nikardipin, nimodipin,
nitrendipin, dan lercanidipin.
b. Non Dihidropiridin
Menurunkan frekuensi dan daya kontraksi,
memperlambat penyaluran AV (atrioventrikuler).
Contoh obat : verapamil, diltiazem, dan bepridil.
2) Beta Blocker
Reseptor- terdapat dalam 2 jenis, yaitu 1 dan 2.
Reseptor 1 di jantung (juga di SSP dan ginjal). Blokade
reseptor ini mengakibatkan terjadi penurunan curah jantung
dan tekanan darah menurun. Efek sampingnya seperti
tangan dingin dan fatigue. Sedangkan reseptor 2 di
bronchia (juga di dinding pembuluh dan usus). Blokade
reseptor ini menimbulkan penciutan bronchia dan
vasokontriksi perifer agak ringan. Penggunaan beta blocker
yang tidak selektif tidak dianjurkan untuk pasien asma
karena dapat memblok reseptor 2 di bronkus kecuali beta
blocker yang selektif.
Contoh obat beta blocker selektif : bisoprolol,
atenolol, metoprolol, esmolol, betaxolol, celiprolol,
metilpranolol, dan asebutolol.
Contoh obat beta blocker non selektif : propanolol,
pindolol, timolol, alprenolol, carteolol, dan
bevantolol.
40
3) Vasodilator
Berdasarkan penggunaannya vasodilator dapat dibedakan
2 kelompok, yaitu nitrat dan -blocker. Nitrat adalah
vasodilator koroner yang kerjanya sebagai dilator vena
mengurangi preload darah (tekanan darah turun dengan
pesat dan aliran darah vena yang kembali ke jantung),
contohnya ISDN. Sedangkan -blocker adalah zat-zat
yang merintangi reseptor -adrenergik dengan efek
memperlemah daya vasokontriksi noradrenalin terhadap
artiole, contohnya minoksidil, hidralazin, dan dihidralazin.
Vasodilator kerjanya melebarkan pembuluh darah secara
langsung terutama terhadap arteriole sehingga dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Efek sampingnya adalah
pusing, nyeri kepala, muka merah, hidung mampet, debar
jantung dan gangguan lambung-usus. Biasanya efek ini
hanya bersifat sementara.
4) ACE Inhibitor
Mekanisme kerjanya menghambat ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) agar angiotensin I tidak menjadi
angiotensin II. Karena angiotensin II merupakan
vasokontriktor kuat yang ada dalam sirkulasi dan
penghambatan sintesanya pada pasien hipertensi
menyebabkan penurunan resistensi perifer dan tekanan
darah. Efek yang tidak diinginkan yang sering terjadi adalah
batuk kering yang bisa disebabkan oleh peningkatan
bradikinin karena ACE memetabolisme bradikinin. Contoh
obat : captopril, enalapril, lisinopril.
41
sifat yang sama dengan ACE inhibitor tetapi tidak
menyebabkan batuk kering kemungkinan karena obat ini
tidak mencegah degradasi brandikinin. Contoh obat :
losartan, irbesartan, eprosartan, candesartan, olmesartan,
telmisartan dan valsartan.
6) Antagonis Aldosteron
Mekanisme kerjanya yaitu menghambat pembentukan
hormon aldosteron pada ginjal sehingga tidak terjadi
retensi garam dan air. Contoh obat : spironolakton
7) Diuretika
Mekanisme kerjanya, awalnya tekanan darah turun karena
terdapat penurunan volume darah, aliran balik vena dan
curah jantung. Secara bertahap curah jantung kembali
normal, tetapi efek hipotensi masih tetap ada karena pada
saat tersebut resistensi perifer berkurang. Vasodilatasi
yang menimbulkan tampaknya berkaitan dengan
penurunan kadar Na+ dalam tubuh. Salah satu mekanisme
yang mungkin adalah penurunan Na+ di otot polos
menyebabkan penurunan sekunder pada Ca2+ intraseluler
sehingga otot menjadi kurang responsif. Efek samping
yang paling sering terjadi adalah impotensi dan penurunan
libido. Contoh obat : furosemide, HCT dan amilorida.
42
Sedangkan clonidine mengikatkan diri pada reseptor
strepimidazolin-1(Im1) di otak yang akan berefek
menurunkan aktifitas saraf simpatik.
43
Keterangan :
TTS : Tekanan Darah Sistolik
TTD : Tekanan Darah Diastolik
ACE : Angiotensin Converting Enzym
ARB : Angiotensin Reseptor Blocker
CCB : Calsium Channel Blocker
44
Analisa Resep
Resep 1
45
menit. Interval: oral 3 dd 20 mg d.c atau
tablet/kapsul retard maks. 1-2 dd 80 mg. Spray
1,25-3,75 mg (1-3 semprotan.
b. Concor 5 mg
Kandungan : Bisoprolol 5 mg/tab
Indikasi : Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensi lain
Mekanisme kerja : Merupakan antihipertensi golongan beta blocker.
Obat ini bekerja memblok sel β1 yang ada di
jantung. Blokade reseptor ini mengakibatkan
pelemahan daya kontraksi, penurunan frekuensi
jantung dan penurunan volume menitnya.
Sehingga mengakibatkan penurunan kuat
aktifitas adrenalin dan noradrenalin (NA).
Dosis : angina dan hipertensi oral 1 dd 5-10 mg
46
4.2 Diabetes Melitus
4.2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh karena
adanya defisiensi sekresi insulin dan menurunnya sensitifitas reseptor
insulin, sehingga insulin tidak bisa masuk ke dalam sel dan hanya
menumpuk di pembuluh darah.
Macam insulin yang ada di dalam tubuh :
1) Insulin bassal adalah insulin yang selalu ada di dalam tubuh
walaupun jumlahnya sedikit
2) Insulin bolus adalah insulin yang jumlahnya akan naik setelah kita
makan
47
disebabkan karena para penderita diabetes kekurangan cairan
akibat banyak kencing, sehingga otak merespon agar tubuh terus
mengonsumsi air untuk memenuhi kekurangan cairannya.
3) Polifagi
yaitu keadan dimana para penderita diabetes merasa lapar,
karena banyak mengeluarkan cairan. Akibat dari glukosa yang
tidak dapat diserap oleh tubuh, tubuh menjadi lemas dan merasa
membutuhkan energi yang banyak.
4) Penurunan berat badan
PRA-
GULA DARAH NORMAL DIABETES
DIABETES
POST
100-140 mg/dl ≥ 140 mg/dl ≥ 200 mg/dl
PRANDIAL
140-200
BASAL 70-125 mg/dl 125-139 mg/dl
mg/dl
48
4.2.5 Jenis Diabetes Melitus
Klasifikasi dari jenis-jenis diabetes adalah sangat penting untuk
antara lain penentuan pengobatan dan prognosisnya. Untuk klasifikasi
tepat dari jenis-jenis diabetes yang paling sering terjadi pada pasien-
pasien dengan hiperglikemi. Dewasa ini diabetes dapat dibagi dalam 3
tipe, yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel beta pankreas,
sehinggga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel
tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Oelh karena itu, kadar
glukosa darah meningkat diatas 10 mmol/l, yakni nilai ambang
ginjal, sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama
banyak air (glycosuria). Di bawah kadar tersebut, glukosa ditahan
oleh tubuli ginjal.
Prevalensi diabetes melitus menghinggapi orang-orang
dibawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai 10-13 tahun.
Karena penderita senantiasa membutuhkan insulin, maka tipe-1
juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat
bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus yang
menimbulkan reaksi auto-imun berlebihan untuk menanggulangi
virus. Akibatnya, sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi
virus, melainkan juga turut merusak atau memusnahkan sel-sel
langerhans.
Terapi diabetes melitus tipe-1 adalah pemberian insulin seumur
hidup. Berhubung tipe-1 merupakan penyakit auto-imun, maka
imunosupresiva seperti azatrioprin dan siklosporin, dapat
menghambat jalannya penyakit, tetapi hanya untuk sementara.
49
hidupnya makmur, makan terlampau banyak dan kuran gerak
badan lebih besar lagi resikonya.
Prevalensi tipe-2, menurut perkiraan 5-10% dari orang diatas
usia 60 tahun mengidap DM2. Adalah sangat meresahkan bahwa
dewasa ini orang semakin muda dihinggapi penyakit ini. Mulainya
DM2 sangat berangsur-angsur dengan keluhan ringan yang sering
kali tidak dikenali. Tipe-2 bersifat menyesatkan (‘treacheorus’),
karena dalam kebanyakan hal baru menjadi manives dengan
tampilnya gejala stadium lanjut. Bahkan, bila sudah terjadi
komplikasi, misalnya infack jantung atau gangguan penglihatan.
Penyebab DM tipe-2 adalah proses menua, banyak penderita
jenis ini mengalami penyusutan sel-sel beta yang progresif serta
penumpukan amiloid disekitarnya. Sel-sel beta yang tersisa pada
umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang.
Selain itu, kepekaan reseptornya juga menurun. Hipofungsi sel beta
ini bersama resistensi insulin yang meningkat mengakibatkan gula
darah meningkat atau hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan oleh
suatu infeksi virus pada masa muda. Diperkiraan bahwa pada
penderita tanpa overweight, resistensi insulin tidak memegang
peran.
Tipe-2 pada hakekatnya tidak tergantung dari insulin, maka
juga disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan
lazimnya dapat diobati dengan anti diabetika oral.
Anti diaberika oral pada umumnya tidak menimbulkan
kecenderungan acidosis. Antara 70-80% dari semua penderita
diabetes termasuk jenis ini, faktor keturunan memegang peranan
besar. Bila salah satu orang tua menderika kencing manis, maka
kemungkinan diturunkannya penyakit ini ke anak-anaknya adalah 1
: 20%.
Diagnosis dini tipe-2 umumnya baru diagnosa pada stadium
terlambat, padahal diagnose dini penting sekali untuk
menghindakan komlipkais lambat. Maka bila terdapat gejala seperti
50
haus yang hebat dengan sering berkemih dan turunnya berat
badan serta rasa letih, maka sebaiknya segera mengkonsultasi
dokter untuk diperiksa terhadap penyakit gula. Karena lebih dari
separuh penderita diabetes juga menghidap hipertensi, maka
sebaiknya tekanan darah dimonitor secara teratur.
2. Gerak Badan
Bila terdapat resistensi insulin, gerak baan secara teratur
(jalan kaki atau bersepeda, olahraga) dapat menguranginya.
Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel
tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.
3. Berhenti Merokok
Nikotin dapat mempengaruhi secara penyerapan gula oleh
sel.
51
4. Stress Oksidatif
Banyak indikasi menunjukkan bahwa pada penderita
diabetes metabolisme glukosa yang terganggu menimbulkan
kelebihan radikal bebas, yang memegang peran penting
terjadinya komplikasi lambat. Stress oksidatif dapat
menimbulkan kerugian secara kronis pada mata, ginjal,
pembuluh dan sistem syaraf.
1. Pasien Tipe-1
Dengan usia dibawah 40 tahun selalu perlu diobati dengan
insulin, karena sel betanya tidak aktif lagi dan tidak dianjurkan
minum antidiabetika oral. Banyaknya insulin yang dibutuhkan
pertama-tama dipengaruhi oleh susunan makanan, tetapi juga
faktor lain memegang peranan, misalnya stress, penyakit
infeksi,haid dan kehamilan, dalam semua keadaan ini kebutuhan
insulin meningkat, mungkin karena ambang ginjal bagi glukosa
menurun. Sebaiknya diketahui pula bahwa aktivitas tubuh yang
teratur menurunkan kebutuhan insulin, antara lain karena
kepekaan tubuh bagi insulin meningkat.
2. Pasien Tipe-2
Bila tindakan umum (diet, gerak badan dan penurunan berat
badan) tidak atau kurang efektif untuk menormalkan glukosa
darah, perlu digunakan antidiabetika oral.
52
4.2.8 Terapi dari Komplikasi
1. Hipoglikemia
Merupakan komplikasi yang paling lazim terjadi pada terapi
dengan insulin, karena kadar gula darahturun terlalu drastis.
Keadaan berbahaya ini dapat disebabkan oleh overdose obat,
kurang atau tidak makan sesudah injeksi, atau karena absobsi
insulin yang lebih lancar berhubung lokasi injeksi berlainan
ataupun karena kerja fisik berat atau olahraga.
Gejalanya antara lain berkeringat, bergetar, muka pucat dan
jantung berdebar-debar, rasa lapar dan kesemutan sekitar mulut
dan lidah.
“Hipo” ringan sebaiknya diatasi dengan segera memberikan
gula, perasan jeruk, sirup kental atau makanan apapun. “Hipo”
hebat dengan berkurangnya kesadaran atau pinsan adalah
sangat berbahanya, karena bisa mengakibatka kerusakan otak.
Oleh karena itu harus segera diobati dengan injeksi intravena
larutan glukosa 40-50% atau injeksi muskular glukagen 1 mg.
Penderita akan pulih kesadarannya sesudah 10-15 menit.
2. Resistensi Insulin
Komplikasi ini umumnya diakibatkan oleh keadaan
kegemukan. Senyawa thiazolidindion, asam liponat (digunakan
untuk mengatasi kompliksi).
53
dibawa ke otak syaraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor
atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim
ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat
cairan yang bocor mengumpul di fovena, pusat retina yang
menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek
yang lurus di depan mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa
pecah, sehingga darah mengaburkan viterus, materi jernih
seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini
menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan
tidak sampai ke retina.
b. Kerusakan Ginjal
Di ginjal, proses yang sama terjadi terhadap jutaan filter
sangat halus yang disebut glumerulus (jamak: glomeruli). Filter
tersebut dalam kondisi normal terdiri dari pembuluh-pembuluh
darah sangat halus yang secara selektif meloloskan sampah
dari pembuluh darah dan mengumpulkannya di dalam urin,
sementara zat-zat berguna dalam darah seperti protein,
antibodi dan lainnya ditahan untuk dikembalikan ke dalam
aliran darah. Akibat diabetes kronis, pembuluh-pembuluh darah
di glomeruli mengalami kebocoran sehingga meloloskan zat-zat
yang berguna ke dalam urin. Selain itu, sel-sel pembentuk
glomeruli mulai mati. Kondisi ini disebut nefropati diabetik. Bila
berlanjut, kerusakan jutaan glomeruli ini menyebabkan gagal
ginjal. Diabetes adalah salah satu penyebab paling umum
terjadinya gagal ginjal.
54
sementara atau permanen. Kerusakan saraf yang disebabkan
oleh penurunan aliran darah dan kadar gula tinggi tersebut
dapat mempengaruhi saraf di tengkorak (saraf kranial) atau
saraf di kolom tulang belakang dan cabang-cabangnya.
Penderita komplikasi neoropati diabetik lebih mungkin untuk
mengalamicedera kaki. Hal itu karena mereka tidak merasakan
sakit, panas, dingin atau tekanan di kaki akibat matinya sensor
saraf. Bila kaki mereka terluka, mereka tidak menyadarinya
sehingga berkembang menjadi infeksi. Neoropati diabetik
otonom mempengaruhi saraf yang mengatur fungsi organ vital,
termasuk jantung dan lambung.
d. Gastroparesis
Apabila kadar gula darah yang tinggi dan tidak bisa
masuk ke dalam sel sehingga sel yang rusak tidak dapat diganti
dan menimbulkan luka pada lambung.
e. Gangren
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol
respon imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan
terhadap infeksi, seperti infeksi kaki. Infeksi kaki mudah timbul
pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit
gangren. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan
pembusukan pada bagian lukakarena tidak mendapat aliran
darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak
tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak
mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita
diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula
darahnya serta diberi antibiotika.
55
2. Efek Makrovaskuler
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat
diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang
akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-
kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh
darah. Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark
jantugdengan gejala antara lain nyeri dada karena diabetes juga
merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa.
Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau siloent
heart attack.
a) Sulfonilurea
Sulfonilrea diindikasikan pada pasien (terutama pasien
yang mendekati berat badan idealnya) yang dietnya gagal
untuk mengendalikan hiperglikemia, tetapi pada sekitar 30%
kontrol tidak dapat dicapai dengan obat ini. Obat ini
menstimulasi pelepasan insulin dari pulau-pulau pankreas
sehingga pasien harus mempunyai sel β yang berfungsi parsial
agar obat ini bisa berguna.
Resorbsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap,
sebagian besar terikat pada protein antara 90-99%. Plasmanya
berkisar antara 4-5 jam (tolbutamida, glipizida), 6-7 jam
(glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau lebih dari 30
jam (klorpropamida).
Efek sampingnya yang terpenting adalah hipoglikemia
khususnya pada derivat kuat seperti glibenklamida. Agak jarang
56
terjadi gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), sakit
kepala, pusing, rasa tidak nyaman di mulut, juga gangguan kulit
alergi.
Contoh obatnya antara lain tolbutamida, klorpropamda,
glibenklamida, glikazida, glipizida, glikidon, dan glimepirida.
b) Non Sulfonilurea
Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan
sulfonilurea, hanya pengikatan terjadi di tempat lain dan
kerjanya lebih singkat.
Contoh obatnya antara lain repaglinida, nateglinida.
c) Biguanid
Obat golongan biguanid ini bekerja di perifer untuk
meningkatkan sensitivitas insulin. Golongan biguanid jarang
menyebabkan hipoglikemia karena obat ini tidak meningkatkan
pelepasan insulin.
Efek sampingnya adalah mual,muntah, diare, dan sangat
jarang menyebabkan acidosis asam lactat yag fatal dan
angiopati luas terutama pada lansia dan menimbulkan rasa
logam di mulut.
Contoh obatnya yaitu metformin.
d) Thiazolidindion
Glitazon (thiazolidindion), obat baru ini meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin dengan terikat pada reseptor
PPAR-ˠ nukleat dan dengan derepresi, meningkatkan
transkripsi gen-gen tertentu yang sensitive insulin. Obat ini
diberikan dalam kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea.
Glitazon tidak mempunyai keuntungan yang dapat dilihat
diantara terapi-terapi yang lebih lama dan keamanan
penggunaan jangka panjangnya tidak diketahui.
57
Efeknya ialah kadar insulin, glukosa dan asam lemak
bebas dalam darah menurun, begitu pula gluconeogenesis
dalam hati.
Contoh obatnya yaitu rosiglitazon dan pioglitazon.
2. Golongan Insulin
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam
amino yang tersusun dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan
oleh ikatan disulfida. Suatu precursor yang disebut pro insulin,
dihidrolisis dalam granula penyimpanan untuk membentuk insulin
58
dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai Kristal
yang mengandung zink dan insulin.
1. Macam-macam insulin
a) Insulin kerja cepat, sediaan paling baru dan paling
cepat waktu kerjanya. Insulin ini mulai menurunkan
gula darah dalam waktu 5 menit setelah digunakan,
waktu puncak sekitar satu jam dan tidak aktif dalam 3
jam. Disuntikkan sesaat sebelum makan atau sasudah
makan.
Contoh: Novorapit, Apidra
59
e) Insulin premix, atau campuran, disuntikkan satu atau
dua kali sehari 30 menit sebelum makan.
Contohnya: Mixtard
2. Khasiat Fisiologi
a) Efek Karbohidrat
Fungsi utama insulin adalah mengatur utilisasi
glukosa oleh sel sebagai sumber energi antara lain
dengan melancarkan perlintasannya melalui membran
sel dan resorbsinya ke dalam sel-sel oto dan lemak.
Selain itu insulin bekerja hipoglikemis yakni
menurunkan gula darah dengan jalan mengubah
kelebihan glukosa menjadi glikogen di hati dan otot.
Insulin juga menghambat gluconeogenesis
(pembentukan glukosa) dalam hati dengan jalan
merintangi pelarutan glikogen.
b) Efek Lemak
Efek lemak yang terdiri dari stimulasi lipogenesis
menghambat lipolysis (pemecahan, pelarutan lemak)
yakni menstimulir sintesa lemak dari glukosa
pemasukannya ke dalam sel serta merintangi
pengurainya.
60
c) Efek Protein
Menstimulasi sintesa protein dari glukosa.
61
yang ada sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan
namun dapat mengurangi dosis insulin
.
f) Penuntika dilakukan secara subcutan (jaringan di
bawah kulit) dan injeksi intra vena. Pada umumnya
suntikan dengan sudut 90 derajat.
62
Analisa Resep
63
Kandungan : insulin detemir 100 iu/ml
Dosis : sehari 1-2 x 0.2-1 iu/kgBB/hari secara subkutan
b. Novorapid
Novorapid merupakan insulin yang cara kerjanya pendek.
Kandungan : insulin aspart 100 iu/ml
Dosis : 0.5-1 iu/kgBB/hari
c. Acarbose 100
Kandungan : acarbose 50 mg/tab, 100 mg/tab
Indikasi : pengobatan diabetes melitus tipe II
Mekanisme Kerja : obat ini merupakan obat diabetes golongan alpha
glucosidase inhibitor. Mekanisme kerjanya yaitu
merintangi enzim alpha-glukosidase di mukosa
duodenum, sehingga reaksi uraian polisakarida
menjadi monosakarida terhambat. Dengan
demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat,
lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar
gula darah dihindarkan.
Dosis : saat makan suapan pertama 1 tablet
d. Glimepiride 2 mg
Kandungan : Glimepiride 1 mg/tab, 2 mg/tab, 3 mg/ tab, 4
mg/tab
Indikasi : sebagai penunjang diet dan olahraga pada
pengobatan pasien DM tipe II. Dapat dipakai
bersama metformin dan insulin.
Mekanisme kerja : obat ini merupakan antidiabetik oral golongan
sulfonilurea. Sulfonilurea menstimulasi sel-sel
beta dari pulau Langerhans, sehingga sekresi
insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel-
sel beta bagi kadar glukoa-darah diperbesar
64
melalui pengaruhnya atas protein-transpor
glukosa.
Dosis : awal 1 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan
berdasarkan pemeriksaan monitor kadar gula rutin
dengan interval 1-2 minggu. Maks 8 mg/hari.
Semua dosis diminum sehari 1x 30 menit sebelum
makan.
65
4.3 Asam Lambung
4.3.1. Pengertian Lambung
Lambung adalah suatu kantong yang terletak di bawah
sekat rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat
di mana makanan dicerna dan mengolah makanan dengan cara
menghaluskan dan kemudian mengubah menjadi unit unit yang
dapat diserap tubuh menjadi energi.
2. Central
Central atau biasa disebut syaraf dapat menyebabkan
tingginya asam lambung karena tingkat emosi atau
ketegangan yang meningkat.
3. Reseptor Histamin
Histamin dibagi menjadi 2 yaitu :
Histamin 1 : Histamin yang ada di dalam syaraf
sebagai anti alergi.
Histamin 2 : Histamin yang ada di dalam lambung (
meregulasi sekresi asam lambung.
Mekanisme kerja histamin adalah mengeblok reseptor
histamin yang ada dalam sel - sel parietal lambung sekresi
asam lambung terhambat.
66
4. PPI ( Proton Pump Inhibitor )
Proton H+ keluar dari lambung, dan untuk menghambat
keluarnya proton H+ ini maka diberikan obat golongan PPI.
67
3. PPI ( Proton Pump Inhibitor )
Mekanisme kerjanya kontol sekresi asam lambung dengan
menghambat pompa proton H+.
Omeprazole
Kandungan : Omeprazole 20 mg
Dosis : 1 x Sehari 1 cap
Indikasi : Pengobatan jangka pendek pada
tukak usus dan tukak lambung.
4. Sukralfat
Mekanisme kerjanya melindungi mukosa lambung dengan cara
membentuk gel yang sangat lengket dan dapat melekat kuat
pada dasar tukak lambung sehingga dapat menutupi tukak atau
luka pada lambung.
Ulsanic
Kandungan : Sukralfat 500 mg,1000 mg
Indikasi : Ulkus duodenum dan lambung serta
gas tritis kronik
Dosis : 1000mg 3-4 x sehari 1 ,untuk anak –
anak 500mg 3-4 x sehari.Diberikan
pada saat perut kosong 1 jam atau 2
jam setelah makan.
Efek samping : Konstipasi
5. Analog Prostaglandin
Contohnya misoprostol yang mendukung penyembuhan tukak
dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa
lambung dan menurunkan sekresi asam.
Sulfasalazin
Kandungan : Sulfalazin 500mg
Dosis : Sehari 2 – 4 kap
68
Indikasi : Kolitis ulseratif ringan sampai sedang,
kolitis kronis
Efek samping : Mual, anoreksia, pemingkatan suhu
tubuh, eritema dan pruritus, sakit
kepala, gangguan GI, rekasi
hematologi, ssp, ginjal dan kulit.
6. Antibiotik
Untuk membasmi HP ( Hellicobacter pylori ) dalam pengobatan
tukak lambung antibiotik yang digunakan biasanya kombinasi 2
antibiotik ini diperutukkan supaya bisa menghindari resistensi
antibiotik.
Amoxicillin
Kandungan : Amoxiilinn 250, 500mg
Indikasi : Infeksi yang disebakan oeh bakteri.
Kontra indikasi : Hipersensitivitas.
Efek Samping : Gangguan GIT ( Mual,muntah dan
diare )
69
Analisa Resep
Resep 1
70
Dosis :
o Ulkus duodenum: sekali sehari 30 mg selama 4 minggu
o Benign ulkus gaster : sekali sehari 30 mg selama 8 minggu
o Reflux esofagitis : sekali sehari 30 mg selama 4 minggu
b. Sukralfat
Kandungan : sukralfat 500 mg/tab, 500 mg/ 5 ml
Indikasi : gastritis, gastric ulcer dan duodenum ulcer.
Mekanisme kerja : sukralfat hampir tidak terabsorbsi pada saluran
pencernaan, bekerja sebagai non systemic
cytoprotective agent. Sukralfat membentuk kompleks
dengan protein ulcer sebagai lapisan
penghalang/pelindung terhadap difusi asam, pepsin
dan garam empedu.
Dosis : 4 kali sehari sendok takar, sewaktu lambung kosong
(1jam sebelum makan dan sebelum tidur). Bila
disertai nyeri yang hebat dapat diberikan bersama
antasida dengan perbedaan waktu pemberian 1 1/2
(satu setengah) jam sebelum atau sesudah sukralfat.
Penyembuhan dapat terjadi pada minggu pertama
sampai minggu kedua setelah pemberian, tetapi
pengobatan diteruskan selama 4-8 minggu kecuali
bila dites dengan sinar X atau endoscopy telah
benar-benar sembuh.
71
4.4 Anti Diare
4.4.1. Pengertian
Diare adalah keadaan buang- buang air dengan banyak
cairan dan merupakan gejala dari penyakit- penyakit tertentu atau
gangguan lain.
4.4.2. Fisiologi Diare
Dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus),
kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh
enzim- enzim pencernaan. Setelah zat- zat gizi diresorpsi oleh villi
ke dalam darah, sisa chymus yang terdiri dari 90% air dan sisa
makanan yang sukar dicerna, dit, diteruskan ke usus besar (colon).
Bakteri- bakteri yang biasanya selalu berada di sini (flora)
mencerna lagi sisa- sisa (serat- serat) tersebut, sehingga sebagian
besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui
usus besar, Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi
usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagia tinja.
Pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan
sekresi gatah lambung-usus dan motilitas usus meningkat.
Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus
tersebut, sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih
mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai
tinja.
Gejala diare adalah sering buang air besar dengan banyak
cairan kadang- kadang disertai mulas (kejang perut) kadang-
kadang dsertai darah atau lendir.
72
4.4.3. Faktor Penyebab Diare
Faktor penyebab diare antara lain :
1. Asupan makanan
Asupan makanan yang kita konsumsi dapat menyebabkan
diare karena makanan yang kita makan mengandung zat asing,
virus, bakteri, protozoa, terjadi kelainan metabolisme (pengaruh
enzim) dan saluran cerna kita sensitif terhadap makanan yang
kita konsumsi.
4. Stress
Obat antidiare adalah obat- obatan yang digunakan untuk
menanggulangi atau mengobati penyakit diare yang
disebabkan oleh bakteri atau kuman, cacing atau keracunan
makanan. Pemberian obat anti diare dilakukan secara
bertahap.
73
1. Pengganti cairan elektrolit
Mekanisme kerja dari pengganti cairan elektrolit adalah
menggantikan cairan elektrolit yang hilang yang disebabkan
oleh diare tetapi tidak berfungsi untuk menghentikan diare.
Obat dari golongan ini digunakan jika penderita mengalami
diare selama 6 jam dan lebih dari 5 kali dalam waktu yang
berdekatan. Apabila tidak diberi pengganti cairan elektrolit
dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi
untuk orang dewasa diberi obat yang mengandung kalium dan
natrium sedangkan untuk anak- anak lebih utama kita beri zinc.
Orang dewasa tidak perlu di beri zinc karena tubuh sudah
dapat membuat zinc sendiri.
2. Adsorben
Mekanisme kerja dari adsorben adalah menyerap racun
atau toksin bakteri dan hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme
tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Kaolin,
pektin, antapugit dan carbo adsorben merupakan zat yang
termasuk golongan adsorben.
74
Salah satu contoh sediaannya adalah atagip yang
mengandung atapugit koloidal aktif 600 mg, pektin 50 mg.
Indikasinya adalah pengobatan simtomatik pada diare yang
tidak diketahui penyebabnya.
3. Adstringen
Mekanisme kerja dari adstringen adalah menciutkan
selaput lendir usus atau mengurangi sekresi lendir. Jika lendir
terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Tannin adalah zat
yang berkhasiat sebagai adstringensia yang ada pada ekstrak
daun jambu biji. Salah satu sediaannya adalah diapet.
75
sistem imun. Contoh obat patennya adalah lodia yang
mengandung loperamid hcl 2 mg dengan indikasi diare non
spesifik akut dan kronik.
5. Antispasmodik
Mekanisme kerja dari dari antispasmodik adalah
mencegah kejang di usus sehingga tidak timbul rasa mulas.
Contoh obatnya adalah Hiosin N-butil bromida dan atropin
sulfas. Dosis normal dari atropin sulfas adalah 0,25 g jika dosis
dinaikkan hingga sepuluh kali lipat dapat berkhasiat sebagai
antidotum insektisida.
6. Antibiotik
Antibiotik digunakan jika diare disebabkan oleh makanan
mengandung racun. Obat yang digunakan adalah dari golongan
sulfonamida seperti chlortrimoksasol yang digunakan apabiala
mengalami diare selama 3 hari.
76
Analisa Resep
Resep 1
77
Dosis : bayi 2-6 bulan 1/2 tablet dispersible (10 mg zinc)
diberikan sehari selama 10 hari berturut-turut, anak
6 bulan – 5 tahun 1 tab dispersible (20 mg zinc)
diberikan sehari selama 10 hari berturut-turut
bahkan ketika diare telah berhenti.
b. L-bio
Kandungan : rice starch, maltodextrin, lactobacillus acidhophillus,
lactobacillus casei, lactobacillus salivarius,
bifidobacterium infantis, bifidobacterium lactis,
bifidobacterium longum, lactococcus lactis
Indikasi : memelihara kesehatan fungsi pencernaan pada
anak, membantu mengembalikan fungsi normal
pencernaan selama diare, sembelit, dispepsia,
intoleransi laktosa, membantu keseimbangan flora
normal selama mengonsumsi antibiotika,
membantu mengembalikan fungsi normal
pencernaan pada pasien yang mengalami
kemoterapi, tukak peptik, membantu fungsi
fermentasi usus.
Dosis : usia ≥ 12 tahun 3 sachet 1 kali sehari. ≥ 2 tahun
sehari 1 x 2-3 sachet
78
4.5 Anti Emetika
4.5.1. Pengertian
Obat anti mual adalah zat- zat yang berkhasiat menekan rasa
mual. Karena muntah hanya suatu gejala, maka yang penting
dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya
2. Pengaruh penyakit
Seringkali mual muntah hanya merupakan gejala dari
penyakit misalnya kanker lambung.
79
kemudian merangsang pusat muntah melalui chemo reseptor
trigger one (CTZ).
80
Obat ini terbagi atas 3 yakni :
1. Granisteron
Obat jenis ini tersedis dalam bentuk tablet dan sirup
untuk diminum secara oral. Untuk pencegahan mual dan
muntah pada kemoterapi. Granisteron biasanya diminum satu
jam sebelum kemoterapi dijalankan. Dosis kedua diberikan
setelah 12 jam dari dosis pertama. Konsumsi obat ini harus
sesuai dengan resep dokter. Tidak boleh kuang maupun lebih.
2. Ondansentron
Obat ini diperuntukkan untuk mencegah mual dan
muntah yang disebabkan kemoterapi kanker atau setelah
operasi. Ondansentron bekerja dengan memblokade hormon
serotonin yang menyebabkan muntah. Selain itu, obat ini juga
digunakan pada klien pecandu alkohol.Obat ini digunakan
sebelum atau sesudah makan. Obat ini juga dapat diminum
bersama antasida.
Pada kemoterapi obat ini diberikan pada 30 menit
pertama sebelum kemoterapi. Dosis selanjutnya sesuai
anjuran dokter. Biasanya 1 sampai 2 hari setelah kemoterapi
selesai.Pada kasus lain pemberian obatnya pun berbeda.
Hal yang perlu diketahui seorang dokter, perawat atau
pun seorang apoteker sebelum melakukan pemberian obat ini
adalah riwayat penyakit perut atau usus, penyakit hati, dan
alergi. Selain itu, pecandu alkohol sebaiknya mengurangi
konsumsi alkoholnya saat mengkonsumsi obat ini karena
dapat meningkatkan efek sampingnya. Obat ini juga diketahui
dapat mengganggu konsentrasi konsumen dan dapat
berpengaruh pada janin dalam kandungan serta
mempengaruhi ASI pada Ibu produktif menyusui kerena obat
ini disekresikan melalui ASI, salah satunya.
81
3. Tropisetron
Obat jenis ini digunakan pada mual karena kemoterapi
atau muntah pada anak. Indikasi dari obat ini adalah
mencegah mual pasca operasi.
82
berkendara selama mengkonsumsi obat ini dan jangan
mengkonsumsi alkohol bersama obat ini.
c. Golongan Antihistamin
Golongan antihistamin ini juga disebut golongan antagonis
reseptor H1 histamin. Obat ini efektif untuk beberapa kondisi
seperti mabuk perjalanan dan rasa mual di pagi hari pada ibu
hamil. Obat golongan ini digunakan ketika main set seseorang
tentang mual muntah tidak dapat diubah atau tidak berhasil
mengubah main set. Efek samping dari obat golongan ini adalah
mengantuk kemudian pasien akan tengang atau tertidur sehingga
tidak muntah. Obat dari golongan antihistamines diantaranya :
a. Dimenhydramine selain sebagai anti emetik juga
mengatasi vertigo.
b. Pyrathiazine
c. Promethazine pada penderita penyakit jantung atau
kegagalan fungsi hati perlu pengawasan yang ketat
sewaktu minum obat ini atau bila tidak perlu, dianjurkan
untuk tidak meminum obat ini. Selain itu anak-anak juga
dianjurkan tidak meminum obat ini karena dapat
menyebabkan Sindron Reye dan dapat menyebabkan
konvulsi, halusinasi bahkan kematian pada anak. Obat ini
juga menyebabkan kantuk dan tidak dianjurkan pada
BUMIL dan Ibu Menyusui.
d. Betahistine
Betahistin dihidroklorida adalah obat yang sangat
mirip senyawa histamin alami. Betahistine bekerja secara
langsung berikatan dengan reseptor histamin yang terletak
pada dinding aliran darah, termasuk didalam telinga.
Dengan mengaktifkan reseptor ini dapat menyebabkan
vasokontraksi. Dengan peningkatan sirkulasi darah,
83
mengurangi tekanan di telinga. Betahistine fungsi
utamanya sebagai obat penyakit Meniere.
Obat ini membantu menghilangkan tekanan didalam
telinga dan mengurangi frekuensi dan keparahan serangan
mual dan pusing. Betahistine juga mengurangi bunyi
mendenging di telinga (tinitus) dan membantu fungsi
pendengaran menjadi normal.
2. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan
dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan
kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
3. Klorpromazin HCl
Indikas : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
4. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
84
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
5. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada
labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
6. Trifluoperazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
85
Analisa Resep
Resep 1
86
Dosis :
- Pencegahan mual dan muntah setelah operasi :
Dosis pertama 8 mg, tablet diberikan satu jam sebelum
pembiusan dilanjutkan pemberian 2 dosis berikutnya 8 mg tablet
dengan interfal waktu masing-masing 8 jam. Atau 4 mg injeksi i.m.
sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan.
- Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi : dosis awal 8
mg melalui injeksi i.v. secara lambat atau infus selama 15 menit
segera sebelum kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg/jam secara
terus – menerus selama < 24 jam atau 2 injeksi 8 mg secara i.v.
lambat atau infus selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam.
Atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg/ oral sehari 2x
selama < 5 hari
- Mual dan muntah karena radioterapi : 8 mg per oral sehari 3 kali
dimulai 1-2 jam sebelum radioterapi. Anak : 5 mg/ ml secara
injeksi i.v. selama 15 menit segera sebelum kemoterapi, diikuti
dengan 4 mg/ oral tiap 12 jam selama kurang 5 hari. Penderita
dengan gangguan fungsi hati diberikan dosis tunggal harian tidak
boleh > 8 mg
87
4.6. LAKSATIVA
4.6.1 Pengertian Laksativa
Obat pencahar atau laksativa adalah zat- zat yang dapat
menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dan
rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian
menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan
meredakan sembelit.
Seringkali obat pencahar dianggap sebagai obat yang tidak
berbahaya dan dapat digunakan setiap waktu. Penggunaan yang
terlalu sering dari obat- obat ini, pada hakikatnya akan merugikan
kesehatan karena laksativa menimbulkan masalah- masalah sebagai
berikut :
1. Mengganggu absorbsi normal dari bahan- bahan gizi di usus kecil.
Sintesa vitamin K dan B kompleks oleh flora usus besar juga akan
dihambat. Elemen- elemen spura dan mineral- mineral penting,
seperti kalium dan natrium, tidak diserap kembali oleh usus besar,
sehingga keseimbangan air dan elektrolit (Na dan K) maupun
susunan flora usus akan kacau. Akibatnya adalah kemungkinan
timbul kelemahan otot, kejang perut dan diare.
2. Menimbulkan berbagai gangguan saluran cerna misalnya usus
besar berkejang.
3. Menimbulkan ketergantungan, sehingga obat harus diminum terus
menerus terutama laksativa kontak. Dosisnya pun harus terus di
timgkatkan untuk mendapatkan hasil yang sama karena kepekaan
usus telah menurun dan tidak lagi bereaksi terhadap rangsangan
normal. Akibat rangsangan yang kontinyu dan rusaknya saraf-
saraf dinding usus, akhirnya timbul gejala yang lazim disebut usus
malas.
88
4.6.2. Penggolongan Laksativa
Penggolongan obat laksativa antara lain :
1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)
Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang
berasal dari serat alamiah seperti psyllium ataupun serat
buatan sepertu metil selullosa. Keduanya sama efektif dalam
meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup aman digunakan
dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan yang
cukup. Contoh yang lain adalah Magnesium Sulfat / garam
inggris,Natrium fosfat, Agar-agar, Tylose
2. Pelembut tinja/feses
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai
pelembut feses. Obat ini mempunyai efek sebagai surfaktan
yang menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga dapat
meresap dan feses jadi lembek. Obat yang lain adalah Paraffin
cair, gliserin (supositoria)
3. Pencahar stimulan/perangsang
Contoh golongan ini adalah bisacordil, Dankron, Rhei,
Sennae. Senna aman dipakai untuk usia lanjut.Efek obat ini
menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan usus.
4. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative)
Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur
distribusi cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja
seperti spon sehingga tinja mudah melewati usus. Jenis
golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol.
5. Enema
Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi
tinja sehingga bisa keluar. Pemberian ini harus hati – hati pada
usia lanjut karena sering mengakibatkan efek samping.
89
Analisa Resep
Resep 1
Dulcolac tab
Kandungan : bisakodil 10 mg/ suppositoria, 5 mg/ suppositoria
anak, 5 mg/ tab
Indikasi : konstipasi, persiapan prosedur diagnostik terapi
sebelum dan sesudah operasi, mempercepat
defekasi
Mekanisme kerja : obat ini merupakan laksansia kontak populer yang
bekerja langsung terhadap dinding usus besar
(colon) dengan memperkuat peristaltiknya. Tinja
pun menjadi lunak. Di samping penggunaannya
sebagai pencahar umum, juga sering digunakan
untuk mengosongkan usus besar sebelum
pembedahan atau pemeriksaan dengan sinar
rontgen.
90
Dosis : dewasa sehari 1x1 suppositorium atau sehari 1x2
tablet, jika perlu 4 tablet, 4 tahun ke atas sehari 1x1
suppositoria anak atau 1x1 tablet diberikan pada
malam hari sebelum tidur.
91
4.7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
4.7.1. Pengertian
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan
hukum publik yang dibentuk pemerintah dan dikoordinasi langsung
dibawah presiden untuk mengelola jaminan sosial untuk seluruh
masyarakat. BPJS di lembagai oleh Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang dimulai per 1 Januari 2014. BPJS terdiri dari :
I. BPJS Kesehatan
Merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi masyarakat.
Peserta BPJS Keshatan adalah setiap orang termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat enam (6) bulan di Indonesia dan
telah membayar iuran, meliputi :
A. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin
danorang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai
ketentuanperaturan perundang-undangan.
B. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),
terdiridari :
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima
upah, dan termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya :
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan
92
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
upah, dan termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6(enam) bulan.
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya :
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun;
- Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan
hak pensiun;
- Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun yang mendapat hak pensiun;
- Penerima pensiun lain; dan
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun lain yang mendapat hak pensiun.
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang
h. Mampu membayar iuran.
4. Anggota keluarga yang ditanggung :
1. Pekerja Penerima Upah :
● Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak
kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang.
● Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan
anak angkat yang sah, dengan kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyaipenghasilan sendiri
93
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja :
Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang
diinginkan(tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan
yang meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan
mertua
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga
tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.
Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh
pelayanan kesehatan;
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban
serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; dan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan
atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah
fasilitas kesehatan tingkat I;
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan
oleh orang yang tidak berhak;
94
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
IURAN
1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
iuran dibayar oleh Pemerintah
95
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada
Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil,
anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai
pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari
Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen)
dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh
peserta.
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di
BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima
persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4%
(empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol koma
lima persen) dibayar oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang
terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua,
besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji
atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima
upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti
saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta
pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja
adalah sebesar:
a) Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas III.
b) Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas II.
c) Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus
rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas I.
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan,
dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
96
Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas)
tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan
97
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
a) Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan
menunjukkan Kartu Peserta dan menyerahkan surat rujukan
dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / surat perintah
kontrol pasca rawat inap.
b) Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk
mendapatkan pelayanan lanjutan.
c) Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas
Kesehatan tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.
98
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang telah kami laksanakan
selama satu bulan di RS. Bhayangkara Surabaya dapat di simpulkan :
1. Dengan PKL ini semua calon tenaga teknis kefarmasian dapat
menerapkan pengetauhan yang telah di dapatkan
2. Siswa dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya di dalam dunia
kerja
3. Mendapat pengetauhan dan pengalaman tentang manajemen rumah
sakit dan pelayanan kefarmasian
4. Mampu memahami karakter pasien dengan tujuan untuk
memudahkan dalam pelayanan kefarmasian.
5. Siswa dapat mengerti bahwa bekerja di lapangan sangat diperlukan
ketelitian, ketepatan, kecepatan, ketrampilan serta kejujuran dan
tanggung jawab yang besar.
6. Selain itu kami juga dapat mengetahui bahwa pada pengerjaan tugas
ini tidak lepas dari ilmu kefarmasian yang harus dipatuhi dan
diterapkan, sehingga kami dapat mengetahui dan memahami tugas
yang sebenarnya yang nyata dari tenaga kefarmasian.
5.2 Saran
a) Untuk Rumah Sakit
Untuk mewujudkan Indonesia lebih sehat, diharapkan RS.
Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso dapat meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian maupun pelayanan kesehatan lain guna
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat agar
visi dan misi RS. Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso dapat
tercapai.
Selain itu penerapan sikap menyambut pasien 3S (Senyum,
Sapa & Salam) terkadang karyawan masih sering lupa menerapkannya
99
pada saat melayani pasien. Terutama senyum. Maka karyawan harus
lebih memperhaikan sikap senyum, sapa & salam.
Karyawan lebih meng-up grade pengetauhan tentang obat-obat
baru di pasaran.
b. Untuk Sekolah
Sekolah lebih mempersiapkan materi-materi pembekalan PKL
jauh-jauh hari dari waktu pelaksanaan PKL agar siswa lebih siap.
Terutama pengetauhan tentang obat-obat paten / dagang beserta
indikasi dari zat aktifnya.
Memberikan materi tentang UDD (Unit Dose Dispending) di
sekolah.
100
DAFTAR PUSTAKA
Hoan tjaya, tan, Drs. Dan Drs. Kirana rahardja. 2010. Obat - Obat
penting edisi ke enam. Jakarta: PT. Elex Media Komputidon
http://www.dechacare.com/Amoxicillin-P523.html/ diakses pada tanggal
18 Agustus 2015
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO indonesia Volume 47. Jakarta :
PT. ISFI penerbitan
Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. ISO indonesia Volume 48. Jakarta :
PT. ISFI penerbitan
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang tentang kesehatan. Jakarta:
Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang tentang rumah sakit.
Jakarta: Sekretariat Negara
101
DAFTAR LAMPIRAN
102
2. Contoh Surat Pesanan Narkotika
103
3. Contoh Surat Pesanan Psikotropika
104
4. Contoh Kartu Stock
105
5. Contoh Blanko Resep BPJS
106
6. Contoh Blanko Copy Resep
107
7. Contoh Etiket
a. Etiket Obat Luar
c. Etiket ODD
108
d. Tanda Pengambilam Kekurangan Obat
8. Contoh Faktur
109
9. Contoh Insulin
110