Anda di halaman 1dari 110

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di bidang kesehatan merupakan perwujudan dari
pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Dalam masyarakat pembangunan tersebut
diperlukan tindakan yang efektif dan efisien. Antara lain dengan
menyiapkan sarana pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hal yanng sangat diperlukan
saat ini. Tidak hanya dokter, tenaga kesehatan yang termasuk ahli madya
farmasi juga sangat diperlukan.
Hal ini berguna unutuk memberi informasi tentang kesehatan,
khususnya mengenai sediaan farmasi yang sering digunakan, baik itu obat,
obat tradisional, alat kesehatan, maupun kosmetik. Tenaga farmasi dapat
berperan dalam membantu masyarakat untuk melakukan pengobatan
sendiri, mencegah penyalahgunaan obat, menjamin penggunaan obat yang
rasional, memecahkan berbagai persoalan terkait obat serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan obat dan kesehatan melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi. Dalam memberikan pelayanan obat, tenaga farmasi
mempunyai tugas dan kewajiban memberi informasi kepada pasien
mengenai cara penggunaan, aturan pemakaian, efek samping yang
kemungkinan timbul, serta penyimpanan.
Pengelolaan instalasi farmasi oleh ahli madya farmasi di rumah sakit
harus dapat dipahami oleh siswa. Untuk mencapai hal tersebut siswa tidak
saja memerlukan pendidikan yang bersifat teoritis tetapi juga praktis
dengan melihat kondisi nyata yang ada di apotek. Oleh karena itu, kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RS. Bhayangkara Tk.II H.S Samsoeri
Mertojoso Surabaya merupakan sarana untuk mempersiapkan sarana
utama untuk menjadi tenaga tekhnis kefarmasian agar dapat memahami
ruang lingkup rumah sakit, serta gambaran secara langsung tugas dan
peran tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit.

1
1.2 Tujuan PKL
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di rumah sakit agar
dapat mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman praktis,
untuk membantu apoteker dalam mengelola instalasi farmasi secara
keseluruhan sebagai sarana kesehatan yang antara lain meliputi distribusi
obat, pelayanan resep, dan non resep serta pelayanan KIE yang baik bagi
pasien.

1.3 Manfaat PKL


Manfaat dari kegiatan PKL antara lain:
1. Bagi pihak siswa:
a. Siswa mendapatkan sarana untuk mengelola dan mengembangkan
kemampuannya.
b. Siswa mendapatkan tambahan pengetahuan yang lebih nyata.
c. Siswa dapat mengadaptasikan dan mengaplikasikan pengetahuan
dan ketrampilan di bangku sekolah pada dunia kefarmasian nyata.
d. Siswa dapat mengaktualisasikan dirinya dalam mengambil peran di
dunia kerja.
e. Menumbuhkan sikap profesional dalam menjalankan pekerjaannya
sesuai dengan bidangnya.
2. Bagi sekolah
Sekolah dapat memperoleh saran dari siswa yang diharapkan dapat
memperbaiki dan mengembangkan sesuai dengan dunia kerja
kefarmasian yang nyata.
3. Bagi pihak Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Dengan adanya PKL ini, pihak rumah sakit menjadi terbantu dalam
pelayanan apotek, sehingga kegiatan pelayanan dapat berjalan lebih
cepat dibandingkan dengan biasanya.

2
1.4 Waktu dan Tempat PKL
1. Waktu PKL
PKL yang dilakukan siswa SMK Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Program Study Farmasi ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli - 22
Agustus 2015.
2. Tempat PKL
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertempat di RS. Bhayangkara
Tk.II H.S Samsoeri Mertojoso Jl. A.Yani 116 Surabaya.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat R.S Bhayangkara Tk.II H.S Samsoeri Mertojoso


1. Rumah Sakit Bhayangkara pertama kali diresmikan pengoprasiannya
pada tanggal 27 Oktober 1998 dengan fasilitas yang masih sederhana,
yaitu meliputi:
a. Poliklinik Umum e. Rawat Inap
b. Poliklinik Gigi f. Laboratorium Sederhana
c. Poliklinik Spesialis Jiwa g. Alat RO
d. Poliklinik Jantung h. Dokter Jaga 24 jam
2. Berdasarkan Skep Kapolri No. Pol: Skep/262/VI/1989 tanggal 22 Juni
1989 dinyatakan sebagai Rumah Sakit Tingkat IV. Pembangunan rumah
sakit dilaksanakan dengan merenovasi unit bedah yaitu satu OK besar
dan satu OK kecil, pada tanggal 21 Desember 1991 diresmikan
penggunaan kamar operasi Kapolda Jatim.
3. Pada tahun 1994 dengan Skep Kapolri No. Pol: Skep /1549/X/2001
tanggal 30 November 1994 status Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Jatim Surabaya berubah menjadi Rumah Sakit Tingkat III.
4. Tahun 2001 dengan Skep Kapolri No. Pol: Skep/1549/X/2001 tanggal 30
Oktober status Rumah Sakit berubah menjadi Rumah Sakit Tingkat II.
5. Bulan November 2000 s/d Januari 2001
a. Pembangunan gedung otopsi dalam waktu dekat akan di operasikan
dan bekerja sama dengan RSUD Dr. Soetomo.
b. Renovasi ruang-ruang poliklinik spesialis rawat mondok dan
pemasangan dinding keramik.
c. Renovasi OK, RR (Recovery Room) ICU di bangunan depan.
d. Pembangunan 10 (sepuluh) garasi untuk ambulan baru dan lama.
e. Pembangunan 2 (dua) ruang genzet disamping UGD didepan ZAAL
anak.
6. Bulan Oktober 2002 sampai 2004
a. Pemindahan dan renovasi ruang radiologi

4
b. Pembangunan ruang VVIP, ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II
serta ruang kelas III
c. Pembangunan mushola
d. Pembangunan pagar keliling rumah sakit
e. Pembangunan gedung PPT
f. Pembangunan wartel
g. Pembangunan kantin rumah sakit
h. Pembangunan optic
i. Pembangunan foto copy
7. Sejak tanggal 12 Agustus 2001 Rumah Sakit Bhayangkara H.S Samsoeri
Mertojoso telah memiliki apotek untuk melayani kebutuhan kebutuhan
pasien umum berdasarkan : Surat Kadinkes Provinsi Jatim.
8. Terhitung mulai tanggal 30 November 2001 berdasarkan surat keputusan
Kapolri No. Pol: Skep/1549/X/2001 tentang pengesahan nama Rumah
Sakit Bhayangkara Surabaya polda jatim menjadi R.S. Bhayangkara
menjadi H.S Samsoeri Mertojoso dan peningkatan status Rumah Sakit
tingkat III menjadi Rumah Sakit tingkat II.
9. Tanggal 25 Januari 2001 dilakukan peletakan batu pertama dimulainya
pembangunan instalasi rawat jalan R.S Bhayangkara TK. II H.S
Samsoeri Mertojoso oleh bapak kepala polda jatim.

2.2 Lokasi
Lokasi PKL (Praktek Kerja Lapangan) ini yaitu di RS. Bhyangkara TK.II
H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya yang secara geografis bertempat di :
a. Sebelah Timur dibatasi dengan Jl. Ahmad Yani Surabaya
b. Sebelah Barat dibatasi oleh Rumah Dinas PAMEN (Perwira Menengah)
POLDA JATIM (Polisi Daerah Jawa Timur)
c. Sebelah Utara dibatasi oleh MAPOLDA JATIM (Markas Polisi Daerah
Jawa Timur)
d. Sebelah Selatan dibatasi oleh Dinkes Prov. (Dinas Kesehatan Provinsi)
Jawa Timur

5
2.3 Visi
Visi dari instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK. II H.S
Samsoeri Mertojoso :
Instalasi farmasi dengan pelayanan kefarmasian prima dalam upaya
meningkatkan kemasyarakatan polri dan umum.

2.4 Misi
Misi instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri
Mertojoso :
a. Melaksanakan pelayanan kefamasian berorientasi kepada pelayanan
pasien secara prima
b. Menjamin ketersediaan dan kelengkapan perbekalan farmasi yang
bermutu di rumah sakit
c. Melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang akuntable dan
transparan

2.5 Motto
Motto dari instalasi farmasi Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso :
“Pelayanan kefarmasian prima untuk peningkatan kualitas hidup pasien “

2.6 Falsafah
Falsafah instalasi farmasi Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso :
Pelayanan farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri
Mertojoso adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien secara prima, penyediaan
obat yang bermutu, memberikan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat serta farmasi rumah sakit bertanggung
jawab kepada semua perbekalan farmasi secara prima dan yang beredar
dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien.

6
2.7 Tujuan
Tujuan instalasi farmasi Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso :
a. Melaksanakan pelayanan farmasi baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas
yang tersedia
b. Melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedurkefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) mengenai obat
dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan
evaluasi pelayanan
g. Peningkatan metode Tugas Pokok dan Fungsi

7
2.8 Struktur Organisasi RS. Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso

KARUMKIT DEWAN
WAKA PENGAWAS

KOMITE

SUB BAG
WAS INTERN

SUB BAG SUB BAG


UR UR
RENMIN
WAS BIN WAS OPS BIN FUNG
YAN
UR UR UR UR
UR UR
TU REN MIN KEU
SIM & RM DIKLIT

SUBBID SUBBID
YANMED JANG
DOKPOL MEDUM
Instalasi Instalasi

UR UR UR UR UR JANG UM
YAN MED YAN WAT YAN DAKPOL YAN MED

PERKAP 11/2011 TOTAL DSP : 188

8
2.9 Susunan Instalasi Farmasi RS. Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri
Mertojoso Surabaya
KARUMKIT
Dr. ARIS BUDIYANTO, Sp THT
KOMBES POL
DEWAN PENGAWAS
WAKARUMKIT
Drg. G. TRI PANGESTI
PEMBINA I

SUBBAG WASINTERN SUBBAG RENMIN PJS SUBBAG BINFUNG


Dr. RONI SUBAGYO, Sp. KJ RUSTIN HERAWATI PUJI ASMONO, SKM., MKL
AKBP/64040992 AKP/62030129 KOMPOL NRP 72010461

UR WASBIN UR WASOPSYAN URTU UR REN UR MIN UR KEU UR SIM & RM UR DIKLIT


HERRY WAHYONO IDA ERNAWATI, AMK SRI A. H. CH, Bsc JULI EKO S.,.Sos HINDUN J. Drs. DIDIK M. YUNUS M., S.Kep Dr. AGUS S. SpAn,KAKV
KOMPOL/5905O75 KOMPOL/73070705 PENATA PENATA AKP/62020619 PENATA I PENATA PENATA I
3

SUBBIND YANMEDOKPOL SUBBID JANGMEDUM


Dr. EDI SUSANTO, Sp PA PUJI ASMONO, SKM M.KL
AKBP/62121251 AKBP/72010461

UR YANMED UR YANWAT UR YANDOKPOL UR JANGMED UR JANGUM


SUYONO, Amk Rad S.Sos NANI PURWATI Dr. LILIS LESTARI Dr. PETRUS GANI A.A.ANOM SEMARA,S,Sos
AKP/760701024 KOMPOL/72100627 KOMPOL/68040663 PEMBINA KOMPOL/57120099

KAMST FARMASI
GHOZALI,Ssi, Apt
AKBP/65030718

ADMIN FARMASI

APOTEK UMUM APOTEK BPJS

2.10 Fasilitas
Rumah Sakit Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
telah memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Unit Rawat Jalan
1. Unit Gawat Darurat 8. Poli Kulit dan Kelamin
2. Poli Umum 9. Poli Mata
3. Poli Gigi 10. Poli Penyakit Paru
4. Poli Bedah 11. Poli Jantung
5. Poli Penyakit Dalam 12. Poli Syaraf
6. Poli Kandungan 13. Poli Psikiatrik
7. Poli Anak 14. Poli THT

9
b. Unit Rawat Inap
1. Perawatan khusus penderita gawat (Intensive Care Unit)
2. Zaal Laki
3. Zaal Wanita
4. Rawat Bedah
5. Ruang Bersalin
6. Zaal Anak
7. Ruang Tahanan
8. Ruan VVIP
9. Ruang VIP
c. Unit Dokpol dan Penunjang Medis
1. Unit Laboratorium
2. Unit Radiologi
a. Rongten
b. CT-Scan
c. Fisioterapi
d. Gizi
e. Ambulance
f. PPT (Pusat Pelayanan Terpadu)
g. Apotek BPJS
h. Apotek Umum
i. Kateterisasi Jantung
d. Unit Penunjang Umum
1. Gudang Obat
2. Dapur Umum
3. Bagian Ranmor
4. Bagian Laundry

e. Fasilitas Lain yang Dimiliki


1. Kamar Jenazah dan Otopsi
2. Ruang Generator
3. Ruang Pengendali Urusan Dalam

10
4. Wartel
5. Kantin
6. Lapangan
7. Parkir
8. Mushola

2.11 Sarana dan Prasarana


Sarana perlengkapan dan ruangan di dalam apotek meliputi :
a. Komputer, yang berfungsi sebagai pencatatan kegiatan administrasi
apotek seperti harga obat, pengecekan atau persediaan stock obat
karena tidak menggunakan kartu stock dan sebagainya.
b. Lemari pendingin/ refrigerator, yang berfungsi untuk menyimpan
sediaan farmasi yang tidak tahan pada suhu kamar sehingga
penyimpanannya harus di lemari pendingin seperti suppositoria,
ampul injeksi, vial injeksi, insulin, kosmetik tertentu. Standart lemari
pendingin adalah dengan suhu kurang dari 2°C - 8°C
c. Lemari Narkotika dan Psikotropika, untuk menyimpan obat Narkotika
dan Psikotropika tidak boleh diperdagangkan secara bebas tanpa
resep dokter.
d. Rak obat, yang digunakan untuk menyimpan obat bebas maupun
obat keras, sediaan injeksi dan sebagainya.
e. Homogenize (blender), alat yang digunakan untuk mengahaluskan
obat yang akan dijadikan puyer atau dikemas dalam kapsul.
Tujuannnya yaitu untuk mempercepat dalam melayani resep.
f. Telepon, sebagai alat untuk berkomunikasi agar kegiatan dalam
pelayanan resep dapat berlangsung secara lancar, misalnya apabila
obatnya habis maka asisten apoteker dapat menghubungi kamar
obat, dan lain-lain.
g. Televisi (TV), ini hanya sebagai hiburan, apabila petugas apotek
merasa jenuh atau bosan, dapat juga menemani sisten apoteker jika
mendapat shift malam sehingga tidak mengantuk.

11
Di apotek RS. Bhayangkara TK. II H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
obat-obatan disusun rapi di rak obat, penyusunannya obat-obatan dan
sediaan farmasi lainnya di apotek RS. Bhayangkara TK. II H.S Samsoeri
Mertojoso, sebgai berikut:
a. Apotek BPJS disusun berdasar farmakologi obat untuk obat tablet,
dan untuk obat injeksi, sirup dan tetes disusun berdasarkan alfabetis.
b. Apotek Umum disusun secara alfabetis. Selain itu dibedakan antara
obat generik dan paten.
Kegiatan pelayanan data resep perhitungan harga obat, pengecekan
harga jual dan beli dilakukan secara sistemis menggunakan komputer
karena fasilitasnya yang modern maka tidak perlu menggunakan buku,
sehingga pelayanannya cepat dan tepat.

12
BAB III
PERBEKALAN SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
INSTALASI FARMASI RS BHAYANGKARA
TK II H.S SAMSOERI MERTOJOSO SURABAYA

3.1.Pengadaan Dan Perencanaan Perbekalan Farmasi


Perencanaan adalah suatu kegiatan perencanaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II H.S. Samsoeri Mertojoso
untuk menjamin kelengkapan dan ketersediaan obat dan alkes habis
pakai.

Prosedur perencanaan
a. Pencatatan persediaan obat dan alkes habis pakai yang stock nya
habis untuk 14 hari atau kosong di buku defecta.
b. Petugas yang dinas malam merekap catatan dari buku defecta ke
dalam buku laporan pengajuan obat dan alkes habis pakai.
Dalam pengajuan obat dan alkes terdiri dari :
 No
 Tanggal
 Nama Obat
 Sisa stock
 Jumlah permintaan
 Nama Pabrik
 Jumlah barang
 Keterangan
Dengan ditandatangani koordinator ruangan dan Kepala Intalasi
Farmasi.
c. Koordinator Instalasi pelayanan umum keesokan harinya
mengajukan buku laporan pengajuan obat dan alkes ke petugas
bagian order obat.
Pengadaan : Suatu kegiatan pengadaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II H.S. Samsoeri

13
Mertojoso untuk menjamin kelengkapan dan ketersediaan obat dan
alkes habis pakai. Tujuan perencaan dan pengdaan yaitu
tersedianya obat dan alkes yang siap pakai dalam 24 jam

Prosedur pengadaan
Pemesanan kebutuhan obat dan alkes dilakukan pada tiap
hari kerja berdasarkan permintaan kebutuhan Instalasi Farmasi
yang tertulis di buku defecta. Pengadaan obat dibedakan menjadi
3, yaitu :
a. Pengadaan Obat Umum
b. Pengadaan Obat Psikotropika
c. Pengadaan Obat Narkotika
d. Dari buku Defecta diterbitkan SP (Surat Pemesanan)
ditandatangani oleh kepala Instalsi Farmasi yang memiliki surat
izin Praktek Apoteker dan mengetahui Kepala Rumah Sakit.
e. Surat Pesanan dibagi berdasarkan jenis obatnya, obat dan
alkes habis pakai , obat psikotropik dan obat narkotika.
f. Petugas bagian pemesanan mengkorfirmasi surat pesanan
yang telah dibuat kepada pedagang besar farmasi untuk
melaukukan pesanan obat dan alkes.

3.2. Pendistribusian Obat Dan Alkes


Adalah suatu kegiatan pendistribusian obat dan alkes habis pakai di
Rumah Sakit Bhayangkara Tk II H.S Soemsoerim Mertojoso Surabaya
untuk menjamin ketersediaan obat dan alkes habis pakai.
Prosedur Pendistribusian obat dan alkes :
a. Obat dan alkes habis pakai yang diterima didistribusikan ke tempat
pelayanan sesuai permintaan dan faktur yaitu :
 Instalasi Farmasi Pelayanan Umum
 Instalasi Farmasi Pelayanan BPJS

14
15
3.3. Administrasi Obat Dan Alkes
Adalah satu kegiatan pencatatan terhadap obat dan alkes habis
pakai di Rumah Sakit Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
untk memudahakan pengawasan terhadap proses keluar masuk obat dan
alkes habis pakai.
Prosedur Administrasi obat dan alkes
a. Setelah menerima Faktur petugas adsministrasi memasukkan data
entry ke komputer yang meliputi :
 Nama PBF
 Tanggal faktur
 Tanggal jatuh tempo
 Nama Obat
 Diskon
 Harga
 Jumlah total
 Memasukkan stock jumlah obat
b. Petugas adsministrasi mempersiapkan pembayaran faktur yang
akan jatuh tempo
Meliputi :
1. Tanda terima faktur disertai kelengkapan :
 Faktur penjulanan
 Kwitasi
 Faktur pajak
 SSP (Surat Setoran Pajak)
 SP (Surat Pemesanan)
2. Membuat rekapitulasi nama distributor beserta nominal
tagihan yang ditanda tangani kepala Instalasi Farmasi,
bendahara operasional, satuan pengawas internal, dan
mengtahui kepala rumah sakit.
3. Pengajuan pembayaran obat dilakukan minggu pertama dan
ketiga.

16
3.4 Penghapusan Atau Pemusnahan Obat Dan Alkes Habis Pakai Instalasi
Farmasi
Adalah suatu proses penghapusan obat dan alkes pakai kareana
sudah expired date atau rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Prosedur penghapusan obat dan alkes habis pakai :
1. Obat dan alkes habis pakai yang sudah expired date dikumpulkan,
didata dan disimpan ditempat tertentu.
2. Dari data tersebut dibuat berita acara penghapusan yang
ditandatangani kepala Instalasi Farmasi. Kepala satuan pengawas
intern, bagian keuangan , Kepala Rumah Sakit dan selanjutnya
dilaporkan ke DINKES dan BALAI POM.
Teknis pelaksanaan penghapusan atau pemusnahan obat dan alkes
habis pakai menjadi tanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi.

3.5. Penyimpanan Obat Dan Alkes Habis Pakai Di Instalasi Farmasi


Pelayanan Pasien Umum
Adalah suatu kegiatan penyimpanan obat dan alat kesehatan habis
pakai di Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
untuk menjamin kelengkapan dan ketersediaan obat dan alat kesehatan
habis pakai.
Tujuan dari penyimpanan adalah Menjaga keamanan penyimpanan
dan kualitas obat dan alat kesehatan habis pakai yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi
Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan habis pakai
a. Obat dan Alat kesehatan yang sudah diverifikasi petugas piket
Rumah Sakit kemudian ditata oleh petugas jaga malam dengan
memperhatikan tempat obat sesuai dengan perlakuan obat
tersebut, yaitu :
 Obat dengan suhu kamar diloker dengan pembagian sirup,
obat generik, paten dan alat kesehatan habis pakai.

17
 Obat dengan suhu antara 2 − 80 𝐶 ditempatkan di almari es
dengan dikontrol suhunya tiap pergantian shift untuk menjaga
keamanan obat tersebut.
b. Obat narkotika dan psikotropika harus di simpan di almari tersendiri
dan selalu terkunci.

3.6. Pembayaran Obat Dan Alat Kesehatan Habis Pakai Di Instalasi


Farmasi Pelayanan Pasien Umum
Adalah suatu kegiatan untuk mengajukan pembayaran terhadap
obat dan alat kesehatan habis pakai di Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya untuk menjamin kelengkapan dan
ketersediaan obat dan alat kesehatan habis pakai.
Tujuan dari pembayaran adalah terbayarnya obat dan alat
kesehatan habis pakai kepada rekan yang tepat waktu sesuai dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran.
Prosedur Pembayaran :
Pembayaran obat dan Alat kesehatan
 Faktur yang belum jatuh tempo direkap dan disiapkan
persyaratan untuk pembayaran yang meliputi faktur asli dan
fotocopy rangkap 3, kuitansi asli dan fotocopy rangkap 3, faktur
pajak asli dan fotocopy rangkap 3, SSP (Surat Setoran Pajak) ,
PPN dan PPH jika faktur diatas 2 juta, SSP (Surat Setoran
Pajak) dan PPN jika faktur diatas 1 juta.
 Setelah berkas lengkap segera dimintakan tanda tangan Kepala
Instalasi Farmasi.
 Berkas yang ditanda tangani diajukan ke bagian keuangan untuk
diadakan PROSES CHEEK LIST. Jika dalam cheek list di
temukan kekurangan, segera oleh pihak keuangan dikembalikan
ke admin instalasi farmasi untuk dilakukan pembetulan dan jika
sudah diselesaikan di ajukan kembali kebagian keuangan.

18
 Apabila berkas sudah benar akan ditanda tangani kepala urusan
keuangan, kepala SPI (Sistem Pengendalian Intern), diparaf
wakarumkit dan ditanda tangani karumkit.
 Setelah semua tanda tangan lengkap oleh pihak keuangan
segera dilakukan pembayaran ke PBF.
Pembayaran dilakukan oleh bagian keuangan

3.7. Pengendalian Obat Dan Alat Kesehatan Habis Pakai Di Instalasi


Pelayanan Pasien Umum
Suatu kegiatan pengendalian jumlah jenis, merek dagang, obat dan
alat kesehatan habis pakai di instalasi farmasi supaya pendistribusiannya
tepat guna dan tepat daya di Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya.
Tujuan dari pengendalian perbekalan farmasi adalah Terkendalinya
obat dan alat kesehatan habis pakai yang cukup sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Prosedur pengendalian Pengendalian obat dan alat kesehatan
habis pakai :
 Instalasi farmasi menyediakan obat dan alat kesehatan habis
pakai dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Instalasi farmasi menyediakan obat dan alat kesehatan habis
pakai untuk pasien umum meliputi jenis sediaan dan merk
dagang yang berpedoman pada standart formularium obat RS
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso.
 Instalasi farmasi menyediakan obat dan alat kesehatan habis
pakai pasien asuransi meliputi jenis sediaan dan merk dagang
berpedoman pada standart obat asuransi kesehatan yang
bekerja sama dengan RS.Bhayangkara.
 Jumlah obat atau alat kesehatan habis pakai yang dipesan
(pengadaan adalah obat-obat yang diperkirakan habis
digunakan penjualan habis dalam waktu 14 hari).

19
 Expdate obat maksimal yang dipesan minimal 1 tahun sejak
barang datang.
 Instalasi farmasi melakukan stok opname tiap 3 bulan sekali
yaitu bulan ke-3, bulan ke-6, bulan ke-9, bulan ke-12 dan
membuat catatan tentang obat yang expdatenya dekat untuk
segera dikoordinasikan dengan dokter penulis resep.

3.8. Penerimaan Obat Dan Alkes Habis Pakai Instalasi Farmasi


Adalah suatu kegiatan penerimaan obat dan alkes habis pakai di
RS Bhayangkara Tk II H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya untuk menjamin
kelengkapan dan ketersediaan obat dan alkes.
Prosedur peneirmaan barang :
1. Barang yang datang atau diterima adalah barang yang dipesan dan
dilengkapi surat pesanan kemudian cek faktur dengan kelengkapan
nya :
 Nama Instansi dan alamat yang dituju oleh PBF
 Nama dan jumlah obat
 Expire date obat
 Suhu obat Obat untuk obat penerimatertentu harus tetap
terjaga
 Faktur ditandatangani oleh petugas penerima barang dan
untuk obat obat psikotropika narkotika dengan mencantumkan
SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kesehatan)
2. Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan di almari tersendiri
dan selalu terkunci.

20
3.9. Pelaporan Obat Dan Alkes Habis Pakai Di Instalasi Farmasi
Adalah suatu kegiatan pelaporan pebekalan farmasi untuk
memonitor transaksi obat dan alkes habis pakai di Instalasi Farmasi.
Prosedur pelaporan
1. Laporan keuangan Instalasi Farmasi pelayanan umun dibuat satu
bulan sekali dengan mengetahui kepala Instalasi Farmasi,
Kasubbag Wasintern dan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara
yang meliputi :
 Penerimaan Transaksi tunai dan non tunai
 Pengeluaran transaksi obat yang meliputi retur obat dan
pembayaran obat
 Laporan hutang dan piutang
 Hasil stock opname

2. Laporan obat expire date dekat dilakukan tiga bulan sebelumnya


untuk evaluasi dan antisipasi dengan ditanda tangani oleh kepala
Instalasi Farmasi dan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara H.S
Samsoeri Mertojoso Surabaya.

3.10 Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat Dan Alkes

3.10.1 Pedoman Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit


 Pengertian : Suatu pedoman yang digunakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi di R.S. Bhayangkara Tk.
II H.S. Samsoeri Mertojoso.
 Tujuan :
1. Sebagai pedoman dan acuan pelaksanaan pelayanan
2. farmasi di R.S. Bhayangkara Tk. II H.S. Samsoeri
Mertojoso.
3. Meningkatkan pelayanan farmasi yang efektif dan efisien
untuk pasien selama 24 jam.

21
4. Terwujudnya pelayanan farmasi yang berkualitas, mandiri
serta ditunjang SDM atau Sumber Daya Manusia yang
profesional.
 Kebijakan : Penggunaan perbekalan R.S. Bhayangkara Tk.II
H.S. Samsoeri Mertojoso disesuaikan dengan formularium dan
standarisasi perbekalan farmasi.
 Prosedur :
1. Pelayanan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh instalasi
farmasi R.S. Bhayangkara Tk.II H.S. Samsoeri Mertojoso.
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
 Perencanaan : diajukan oleh Instalasi farmasi.
 Pengadaan : dilaksanakan oleh bagian pengadaan.
 Penerimaan : dilaksanakan oleh Kepala Gudang Obat /
Alkes Habis Pakai.
 Distribusi dan penyerahan : dilaksanakan oleh bagian
distribusi dan penyerahan.

3.10.2 Pengelolaan resep dan perbekalan farmasi yang rusak dan


kadaluarsa serta pemusnahannya.
 Penyimpanan resep maximal 3 tahun, selebihnya
dimusnahkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Perbekalan yang kadaluwarsa dan rusak dimusnahkan
instalasi farmasi dan pelaksanaannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

3.10.3 Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan


Setiap unit melaksanakan pencatatan, pelaporan dan
pengarsipkan. Kegiatan masing-masing untuk diteruskan ke
Kepala Instalasi Farmasi dan dibahas pada pertemuan rutin
Instalasi Farmasi.

22
3.10.4 Pengawasan Mutu dan Pengendalian Perbekalan Farmasi,
serta Pelayanan Kefarmasian.
 Pengawasan mutu perbekalan farmasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Pengendalian dan perbekalan farmasi dilaksankan dengan
berpedoman pada motto Instalasi farmasi R.S. Bhayangkara
Tk. II H.S. Samsoeri Mertojoso.
 Pelayanan kefarmasian dilaksanakan dengan berpedoman
pada Standart Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

3.10.5 Pelayanan Farmasi


Pelayanan farmasi mengacu pada sistem 1 pintu sesuai
dengan SK Dirjen Yan Med No. 0428/YanMed/RSK/SK/1998.
Pelayanan satu pintu dilaksanakan secara bertahap, tergantung
dari fasilitas dan anggaran yang ada di Rumah Sakit.

3.10.6 Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)


 Dilaksanakan pada saat pertemuan rutin dan melalui PKMRS
(Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit) R.S.
Bhayangkara Tk.II H.S. Samsoeri Mertojoso.
 Dilaksanakan pada saat penyerahan perbekalan farmasi.

3.10.7 Pengkajian Resep


 Pengertian : Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dimulai dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan
persyaratan klinik baik pasien rawat inap maupan rawat jalan.
 Tujuan : untuk meningkatakan pelayanan kepada pasien
secara tepat dan efektif.
 Kebijakan : dilakukan sosialisasi mengenai pengkajian resep
secara tepat dan efisien.
1. Persyaratan administrasi :
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

23
b. Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruang atau unit asal resep
2. Persyaratan farmasi meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah obat
c. Stabilitas dan ketersediaan
d. Aturan, cara dan tetknik penggunaan
3. Persyuaratan klinik
a. Ketetapan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping obat
d. Kontra indikasi
e. Efek adiktif
 Prosedur
1. Setiap resep yang masuk ke Instalasi Farmasi harus dicek
kelengkapan resep yang menjadi peryaratan administrasi
2. Menyeleksi resep untuk persyaratan administrasi
3. Menyeleksi resep untuk persyaratan klinik

3.10.8 Konseling
 Pengertian : merupakan satu proses yang sistematik
untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan pasien rawat inap.
 Tujuan : memberikan terapi yang tepat dan efektif.
 Kebijakan : memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan,
cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek
samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat
dan penggunaan obat-obat lain.

24
 Prosedur :
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang
dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode
”open ended question”.
3. Petugas menanyakan 3 pertanyaan :
a. Apa yang ditanyakan dokter mengenai obat.
b. Bagaimana cara pemakaian.
c. Edfek yang diharapkan dari obat tersebut.
4. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara
penggunaan obat.
5. Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.

3.10.9 Ronde / Visite pasien


 Pengertian : Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap bersama apoteker
 Tujuan : Mengoptimalkan efektifitas terapi dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.
 Kebijakan :
1. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi
terapetik.
2. Menilai dan mencatat perkembangan kemajuan pasien.
3. Apoteker dan dokter memahami cara berkomunikasi.
4. Apoteker dan dokter memahami teknik edukasi.

 Prosedur :
1. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan
dari kunjungan tersebut kepada pasien.

25
2. Untuk pasien baru dirawat, apoteker harus menanyakan
terapi obat terdahulu.
3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep
untuk menjamin penggunaan obat yang benar.
4. Melakukan pengkajian terhadap pencatatan perawat akan
berguna untuk pemberiaan obat.
5. Apoteker memiliki teknik dan edukasi penggunaan cara
berkomunikasi.

3.11 Kegiatan UDD (Unit Dose Dispensing)

A. Pasien Rawat Inap


Pengertian
Suatu pelayanan farmasi meliputi pemberiaan obat kepada
pasien rawat inap untuk dosis satu hari.

Tujuan
1. Untuk memberikan pelayanan secara prima guna
meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Untuk meminimalkan HUMAN ERROR.
3. Untuk meminimalkan MEDICATION ERROR.

Kebijakan :
Penyelenggaraan pelayanan farmasi penyiapan obat dosis
sehari untuk pasien rawat inap harus ada koordinasi antara dokter,
farmasi dan perawat pada tiap – tiap ruangan.

Prosedur :
1. Mekanisme pelaksanaan :
Petugas farmasi menyiapkan obat untuk penggunaan selama
satu hari (Unit Dose Dispensing) yaitu pada pagi, siang dan malam

26
hari hari berikutnya untuk pasien rawat inap berdasarkan atas intruksi
dokter yang didapat dari rekam medis.

2. Teknis pelaksanaan :
1. Apoteker mencatat intruksi dari rekam medis diruangan untuk
penyiapan obat dan atau alkes habis pakai pasien.
2. Petugas apotek menyiapkan obat dan atau alkes habis pakai
pasien sesuai kebutuhan masing-masing pasien. Waktu
penyiapan obat dilaksakan malam hari yaitu pukul 19.00 –
21.00.
3. Penanggungjawab apotek WAJIB mengecek kembali obat
yang telah disiapkan dan memberikan tanda tangan sebagai
persetujuan. Apoteker mengecek ulang obat – obat yang
sudah disiapkan.
4. Obat diantar ke masing – masing ruangan dan diserahkan ke
perawat untuk diberikan pada pasien sesuai aturan pakai
pada pukul 10.00 – 12.00.
5. Pada pasien baru datang dari UGD dengan indikasi rawat
inap, petugas farmasi menyiapkan obat untuk dosis satu hari
sampai kebutuhan pagi esok harinya.
6. Khusus pada hari sabtu petugas farmasi menyiapkan
kebutuhan obat dan atau alkes habis pakai pasien untuk hari
Sabtu dan Minggu.
7. Bila dokter memberikan rujukan pada malam hari obat akan
dilayani mulai hari berikutnya, kecuali untuk obat cito /
emergency. Apabila ada perubahan terapi, perawat wajib
mengkonfirmasi pada petugas farmasi.

27
B. Sistem Pembayaran
Prosedur Pasien BPJS Rawat Inap
Sistem pembayaran : Yang digunakan sebagai bukti klaim
pada pasien BPJS adalah kartu catatan obat yang dibagi 2
yaitu RM 7A yang berisi obat cairan, injeksi dan oral sesuai
dengan DPHO (Daftar Plavon Harga Obat). Sedangkan RM 7B
berisi Alkes habis pakai dan obat non DPHO.

Prosedur Pasien IKS Rawat Inap


Sistem pembayaran : Yang digunakan sebagai bukti klaim
pada pasien IKS rawat inap adalah kartu catatan obat yang
dibagi menjadi 2 yaitu RM 7A yang berisi obat cairan, injeksi
dan oral sesuai dengan Formularium. Sedangkan RM 7B berisi
Alkes habis pakai paisen dan obat non DPHO.

Prosedur Pasien Umum Rawat Inap


Sistem pembayaran : Diberlakukan sistem DP yang besarnya
ditentukan oleh rumah sakit untuk perawatan 5 hari pertama.
Tagihan atas obat dan atau alkes habis pakai dibuatkan “print
out” harian dan dilampirkan dalam halaman KCO untuk
rekapitulasi tagihan.

C. Waktu Pemberian Obat


1. Pasien Irna
a) Ketentuan waktu pemberian obat pada pasien rawat inap :
 Pemberian obat dengan dosis 1 x sehari (1dd 1) bila tertulis jelas
waktunya, misal :
 S 1 – 0 – 0 (07.00 WIB)
 S 0 – 1 – 0 (14.00 WIB)
 S 0 – 0 – 1 (21.00 WIB)
Tetap harus menyesuaikan antara jadwal diet pasien dengan
waktu minum obat sebelum atau sesudah makan. Untuk

28
pemeberian obat dengan dosis 1 x sehari harus
mempertimbangkan farmakologi obatnya untuk menentukan
waktu pemberian obatnya.
 Pemberian obat-obat dengan dosis terbagi 2 x sehari (2dd1)
Ditentukan waktu minum obatnya adalah :
 PAGI pukul 07.00 WIB
 MALAM pukul 19.00 WIB
 Pemberian obat dengan dosis terbagi 3 x sehari (3dd1)
Ditentukan waktu minum obatnya adalah :
 PAGI pukul 07.00 WIB
 SIANG pukul 14.00 WIB
 MALAM pukul 21.00 WIB

 Pemberian obat dengan dosis terbagi 4 x sehari (4dd1)


Ditentukan waktu minum obatnya adalah :
 PAGI pukul 07.00 WIB
 SIANG pukul 13.00 WIB
 MALAM pukul 19.00 WIB
 DINI HARI pukul 01.00 WIB
b) Waktu pemberian obat
 Pada pagi hari : Bila sebelum makan (04.00 WIB)
Bila sesudah makan (07.00 WIB)
 Pada siang hari : Bila sebelum makan (11.00 WIB)
Bila sesudah makan (14.00 WIB)
 Pada malam hari: Bila sebelum makan (17.00 WIB)
Bila sesudah makan (21.00 WIB)
c) Ketentuan tentang pasien baru atau pasien yang mendapatkan
terapi lanjutan
 Obat yang diberikan pada pasien baru segera setelah
resep masuk untuk satu kali dosis pemberian.

29
 Dosis selanjutnya dilakukan penyesuaian waktu
berdasarkan karakteristik obat dan keadaan klinis pasien
yang dibutuskan oleh apoteker jaga.
d) Waktu pemberian obat berdasarkan keadaan klinis pasien
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penggunaan antibiotik
 Diare
 Gangguan saluran pencernaan

2. Pasien IRNA dengan Diabetes melitus


Pengobatan untuk penderita penyakit diabetes dibagi berdasarkan 3
golongan , yaitu :
a. Obat golongan Sulfonilurea : Gliclazide, Glimepiride, dan
Glibenklamide
Waktu minum adalah ½ jam sebelum makan (1/2 h ac ) dan tidak
boleh diberikan malam hari.
 Maksimal pemberian obat pagi pada jam 04.00 WIB, toleransi
pemberian obat sebelum makan siang ( maksimal jam 11.00
WIB ).
 Bila resep yang berisi obat tersebut masuk ke apotek Irna
diatas jam 11.00 WIB, maka obat diberikan pada pasien
sebelum makam malam dan dosis hari berikutnya pagi sebelum
makan.
b. Obat goongan Biguanide : Metformin
Dosis terbagi diberikan sesuai permintaan dokter pada
aturan minumnya dengan waktu antara 15 – 30 menit sesudah
makan.
c. Obat golongan Alpha glukosidase : Acarbose, Glucobay
Dosis diberikan sesuai dengan permintaan dokter. Biasanya
pada saat makan pada suapan pertama.
d. Obat kombinasi : Glucovance (Glibenklamid dan Metformin)

30
Waktu minumnya adalah ½ jam sebelum makan

3. Pasien Irna dengan Tekanan darah tinggi


Pengobatan untuk penderita penyakit tekanan darah tinggi bisa
meliputi :
a. Golongan diuretik : HCT, Spironolactone, Furosemide
Waktu minumnya adalah pagi hari ( S 1 – 0 – 0 ) kecuali dinyatakan
lain oleh dokter penulis resep.
b. Obat glongan Ca – Antagonis / CCB : Amlodipin, nifedipine,
diltiazem, Adalat oros.
Waktu minum adalah pada malam hari ( S 0 – 0 – 1 ) kecuali
dinyatakan lain oleh dokter penulis resep.
c. Obat golongan beta-blocker : Atenolol, Bisoprolol, Propanolol
Waktu minum umumnya adalah pagi hari ( S 1 – 0 – 0 ) kecuali
dinyatakan lain oleh dokter penulis resep.
d. Obat golongan ACE Inhibitor : Captopril, Lisinopril
Waktu minum umumnya 3 x sehari untuk captopril sebelum makan
dan 1 x sehari pada siang hari untuk lisinopril, kecuali dinyatakan
lain oleh dokter penulis resep.
e. Obat golongan ARB : Losartan, Irbesartan, dan Valsartan
Waktu minumnya adalah siang hari kecuali dinyatakan lain oleh
dokter penulis resep.
f. Obat golongan Antiplatelet : Clopidogrel, Asam Asetilsalicilat
Waktu minumnya adalah siang hari kecuali dinyatakan lain oleh
dokter penulis resep.

4. Pasien Irna yang mendapat Antibiotik


Kecuali dinyatakan lain pada umumnya waktu minum obat
antibiotik mengikuti aturan yang sudah dijadwalkan dan disesuaikan
dengan resep masuk ke apotek IRNA. Ketentuan tersebut berlaku
untuk pemakian obat dengan regimen dosis 2 dd 1 dan 1 dd 1.
Untuk pemakaian 3 dd dijadwalkan :

31
a. PAGI pukul 07.00 WIB
b. SIANG pukul 14.00 WIB
c. MALAM pukul 21.00 WIB
Catatan : Bila resep dokter masuk pada jam 14.00 WIB maka
antibiotik harus diberikan pada saat jam itu ini diperuntukkan yang
pertama sebagai Loading Dose , dan pukul 21.00 WIB diberikan
lagi untuk yang kedua, selanjutnya mengikuti jadwal sesuai aturan
minum obat yang diminta oleh dokter penulis resep.
5. Pasien Irna yang mendapat obat Anti diare
Kecuali dinyatakan lain, pada umumnya waktu minum obat-
obat antidiare pada pasien IRNA mengikuti aturan yang diminta oleh
dokter pada resep.
a. Untuk aturan minum pada loperamide bila tertulis S 2-1-1 maka
yang dimaksud adalah minum pertama kali langsung 2 tablet,
kemudian untuk dosis selanjutnya adalah 1 tablet.
b. Untukk aturan minum obat antidiare golongan Absorbens (misal
Kaolin+Pektin, Atapulgit) tidak boleh diminum bersamaan dengan
oat lain karena dapat menyerap zat aktif obat lain, maka dari itu
harus ada selang waktu yaitu minimal 2 jam setelah pemberiaan
obat sebelumnya.

32
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hipertensi
4.1.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kelainan/gejala dari gangguan pada
mekanisme regulasi darah. Pada situasi ini terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik atau diastolik. Hipertensi bukanlah penyakit
melainkan kelainan yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
Tekanan darah yang telah disepakati dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Sistolik Diastolik
Klasifikasi
mm/Hg mm/Hg
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat I 140-159 90-99
Hipertensi tingkat II ≥160 ≥100

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH


Sistolik Diastolik
Klasifikasi
mm/Hg mm/Hg
Optimal <120 <80
Normotensi <140 <90
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 120-149 <90
Hipertensi perbatasan 120-149 90-94
Hipertensi ringan 140-159 90-99
Hipertensi sedang 160-179 100-109
Hipertensi berat ≥180 ≥110

33
Pasien yang menderita hipertensi, kemungkinan besar juga
dapatmengalami krisis hipertensi. Krisis hipertensi merupakan
suatu kelainan klinis ditandai dengan tekanan darah yang sangat
tinggi yaitu tekanan sistolik >180mmHg atau tekanan distolik >120
mmHg yang kemungkinan dapat menimbulkanatau tanda telah
terjadi kerusakan organ. Selain itu hipertensi dapat mengakibatkan
komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung
koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau
yang disebut “the silent killer” yang merupakan salah satu faktor
resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).

4.1.2. Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua yaitu
hipertensiprimer atau esensial dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi Essensial atau Hipertensi Primer


Sekitar 90% pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi esensial (primer). Penyebab hipertensi esensial ini
masih belum diketahui, tetapi faktorgenetik dan lingkungan
diyakini memegang peranan dalam menyebabkan hipertensi
esensial. Faktor genetik dapat menyebabkan kenaikan aktivitas
dari sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem
sarafsimpatik serta sensitivitas garam terhadap tekanan darah.
Selain faktor genetik, faktor lingkungan yang mempengaruhi
antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas dan gaya hidup yang
tidak sehat serta konsumsi alkohol dan merokok.

Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri


normal merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial.

34
Penurunan ekskresi natrium dapat menyebabkan meningkatnya
volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer
sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan dapat
memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres,
kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen
dalam hipertensi.

2. Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi ini hanya 6-8% dari seluruh penderita
hipertensi. Disebabkan oleh penyakit dan penggunaan obat-obat
tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkanhipertensi atau memperberat hipertensi.
Penghentian penggunaan obat tersebutatau mengobati kondisi
komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertamadalam
penanganan hipertensi sekunder.

4.1.3. Patofisiologi Hipertensi

Dalam regulasi tekanan darah, ginjal memegang peranan


utama pada tingginya tekanan darah, yang berlangsung melalui
suatu sistem khusus, yakni Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
(RAAS). Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang
dan tekan di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena
penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan
melepaskan hormon renin. Dalam plasma renin menghidrolisa
protein angiotensinogen (yang terbentuk di dalam hati) yang
membentuk angiotensin I (AT I). Zat ini diubah oleh enzim ACE
(Angiotensin Converting Enzyme) menjadi zat aktif angiotensin II.
AT II ini antara lain berdaya vasokontriktif kuat dan menstimulasi
sekresi hormon aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi

35
garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah
naik lagi menjadi normal.
Disamping regulasi hormonal tersebut dengan RAAS,
masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang memengaruhi
tekanan darah, yaitu:
a) Jantung
Volume pukulan jantung adalah jumlah darah yang pada
setiap kontraksi dipompa keluar jantung. Semakin besar
volume ini, semakin tinggi tekanan darah. Beberapa zat
misalnya garam dapur (NaCl) dapat mengikat air sehingga
volume darah total meningkat. Sebagai efeknya, tekanan
atas dinding arteri meningkat pula dan jantung harus
memompa lebih keras untuk menyalurkan volume darah
yang bertambah. Hasilnya tekanan darah akan naik.

b) Pembuluh darah
Pembuluh yang dindingnya sudah mengeras karena
endapan kolesterol, lemak, kalsium, fibrin (plaks, atheroma)
sehingga kehilangan elastisitasnya akan mengakibatkan
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dinding yang masih
elastis.

c) Otak
Hipotalamus melepaskan neurohormon antara lain adrenalin
dan noradrenalin yang bersifat vasokontriksi sehingga
tekanan darah naik. Keadaan ini terutama terjadi pada saat
emosi hebat, stress, dan merokok.

36
4.1.4. Faktor Peningkatan Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang memengaruhi meningkatnya
tekanan darah secara reversibel, antara lain:
1) Faktor genetik, bila orang tua memiliki tekanan darah tinggi
maka anakpun memiliki resiko yang sama, dan bahkan resiko
tersebut lebih besar dibanding yang diturunkan oleh gen orang
tua.
2) Usia, semakin bertambahnya usia maka tekanan darah pun
akan semakin meningkat.
3) Garam, ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga
volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan
pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokontriksi
noradrenalin.
4) Kolesterol, pembuluh darah yang dipenuhi dengan kolesterol
akan mengalami penyempitan (atherosklerosis)
mengakibatkan tekanan darah pun meningkat.
5) Obesitas, seseorang yang memiliki berat badan berlebih akan
memiliki peluang yang besar akan terserang hipertensi.
6) Merokok, nikotin dalam rokok bersifat vasokontriksi dan
meningkatkan tekanan darah.
7) Pil antihamil, mengandung hormon wanita estrogen, yang juga
bersifat retensi gram dan air.
8) Stress, dapat meningkatkan tekanan darah sementara akibat
pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormon stress) yang
bersifat vasokontriktif.
9) Kehamilan, kenaikan tekanan darah yang terjadi selama
kehamilan. Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses di
ginjal, bila uterus direganggangkan, terlampau banyak (oleh
janin) dan menerima kurang darah, maka dilepaskannya zat-
zat yang meningkatkan tekanan darah.
10) Kafein, kopi dan teh jika dikonsumsi melebihi batas normal
dalam penyajian akan enyebabkan hipertensi.

37
38
4.1.5. Pencegahan Hipertensi
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan oleh pasien
meskipun hanya menderita hipertensi ringan antara lain :
1) Menguruskan badan. Berat badan berlebih menyebabkan
bertambahnya volume darah darah dan perluasan sistem
sirkulasi.
2) Mengurangi garam dalam diet. Bila kadar natrium difiltrat
glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan
untuk menormalisasi kadar garam dalam darah sehingga
tekanan darah kan turun.
3) Membatasi kolesterol. Hal ini berguna untuk membatasi resiko
atherosclerosis, serta mengkonsumsi serat-serat nabati
sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
4) Berhenti merokok. Nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan
tekanan darah meningkat.
5) Membatasi minum kopi. Pada jangka lama minum terlalu
banyak kopi juga mengakibatkan meningkatnya LDL.
6) Cukup istirahat dan tidur. Hal ini bisa mengurangi stress dan
latihan relaksasi mental sehingga tekanan darah turun.
7) Olahraga / gerak badan. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah karena saraf parasimpatik akan
menjadi lebih aktif daripada sistem simpatik dengan antara
lain kerja vasokonstriksinya.

4.1.6 Penggolongan Obat Hipertensi

1) Ca- Channel Blocker


Masuknya kalsium tambahan kedalam sel menyebabkan
tahanan perifer di jantung meningkat sehinggga kerja
jantung meningkat sehinngga tekanan darah pun
meningkat. Maka mekanisme kerja obat ini dengan

39
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel sehingga
menyebabkan relaksasi otot polos arterior. Hal ini
menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
a. Dihidropiridin
Efek vasodilatasinya amat kuat. Contoh : nifedipin,
nisoldipin, amlodipin, felodipin, nikardipin, nimodipin,
nitrendipin, dan lercanidipin.
b. Non Dihidropiridin
Menurunkan frekuensi dan daya kontraksi,
memperlambat penyaluran AV (atrioventrikuler).
Contoh obat : verapamil, diltiazem, dan bepridil.

2) Beta Blocker
Reseptor- terdapat dalam 2 jenis, yaitu 1 dan 2.
Reseptor 1 di jantung (juga di SSP dan ginjal). Blokade
reseptor ini mengakibatkan terjadi penurunan curah jantung
dan tekanan darah menurun. Efek sampingnya seperti
tangan dingin dan fatigue. Sedangkan reseptor 2 di
bronchia (juga di dinding pembuluh dan usus). Blokade
reseptor ini menimbulkan penciutan bronchia dan
vasokontriksi perifer agak ringan. Penggunaan beta blocker
yang tidak selektif tidak dianjurkan untuk pasien asma
karena dapat memblok reseptor 2 di bronkus kecuali beta
blocker yang selektif.
 Contoh obat beta blocker selektif : bisoprolol,
atenolol, metoprolol, esmolol, betaxolol, celiprolol,
metilpranolol, dan asebutolol.
 Contoh obat beta blocker non selektif : propanolol,
pindolol, timolol, alprenolol, carteolol, dan
bevantolol.

40
3) Vasodilator
Berdasarkan penggunaannya vasodilator dapat dibedakan
2 kelompok, yaitu nitrat dan -blocker. Nitrat adalah
vasodilator koroner yang kerjanya sebagai dilator vena
mengurangi preload darah (tekanan darah turun dengan
pesat dan aliran darah vena yang kembali ke jantung),
contohnya ISDN. Sedangkan -blocker adalah zat-zat
yang merintangi reseptor -adrenergik dengan efek
memperlemah daya vasokontriksi noradrenalin terhadap
artiole, contohnya minoksidil, hidralazin, dan dihidralazin.
Vasodilator kerjanya melebarkan pembuluh darah secara
langsung terutama terhadap arteriole sehingga dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Efek sampingnya adalah
pusing, nyeri kepala, muka merah, hidung mampet, debar
jantung dan gangguan lambung-usus. Biasanya efek ini
hanya bersifat sementara.

4) ACE Inhibitor
Mekanisme kerjanya menghambat ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) agar angiotensin I tidak menjadi
angiotensin II. Karena angiotensin II merupakan
vasokontriktor kuat yang ada dalam sirkulasi dan
penghambatan sintesanya pada pasien hipertensi
menyebabkan penurunan resistensi perifer dan tekanan
darah. Efek yang tidak diinginkan yang sering terjadi adalah
batuk kering yang bisa disebabkan oleh peningkatan
bradikinin karena ACE memetabolisme bradikinin. Contoh
obat : captopril, enalapril, lisinopril.

5) ARB (Angiotensin-II Reseptor Blocker)


Mekanisme kerjanya dengan memblok reseptor
angiostensin I agar tidak menjadi angiostensin II. Memiliki

41
sifat yang sama dengan ACE inhibitor tetapi tidak
menyebabkan batuk kering kemungkinan karena obat ini
tidak mencegah degradasi brandikinin. Contoh obat :
losartan, irbesartan, eprosartan, candesartan, olmesartan,
telmisartan dan valsartan.

6) Antagonis Aldosteron
Mekanisme kerjanya yaitu menghambat pembentukan
hormon aldosteron pada ginjal sehingga tidak terjadi
retensi garam dan air. Contoh obat : spironolakton

7) Diuretika
Mekanisme kerjanya, awalnya tekanan darah turun karena
terdapat penurunan volume darah, aliran balik vena dan
curah jantung. Secara bertahap curah jantung kembali
normal, tetapi efek hipotensi masih tetap ada karena pada
saat tersebut resistensi perifer berkurang. Vasodilatasi
yang menimbulkan tampaknya berkaitan dengan
penurunan kadar Na+ dalam tubuh. Salah satu mekanisme
yang mungkin adalah penurunan Na+ di otot polos
menyebabkan penurunan sekunder pada Ca2+ intraseluler
sehingga otot menjadi kurang responsif. Efek samping
yang paling sering terjadi adalah impotensi dan penurunan
libido. Contoh obat : furosemide, HCT dan amilorida.

8) Obat yang Bekerja Sentral


Pada saat stres otak banyak mengeluarkan mediator atau
neurohormon adrenalin yang bersifat vasokontriksi yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Mekanisme kerjanya yaitu mengahmbat pengeluaran
neurohormon adrenalin dengan cara mengikat diri pada
reseptor 2. Contoh obat : metildopa.

42
Sedangkan clonidine mengikatkan diri pada reseptor
strepimidazolin-1(Im1) di otak yang akan berefek
menurunkan aktifitas saraf simpatik.

4.1.7 Tahapan Pemberian Obat Hipertensi


Algoritma pengobatan hipertensi berdasarkan JNC 7

Pengubahan gaya hidup :


1. Penurunan berat badan
2. Pembatasan asupan alkohol
3. Aktifitas fisik yang teratur
4. Penurunan asupan natrium
5. Mempertahankan asupan K,
Ca dan Mg
6. Pengehentian merokok

Tidak tercapai tekanan darah normal (<140/90)


(<130/80 pada penderita diabetes dan gagal
ginjal kronik.

Pemilihan obat untuk terapi permulaan

Hipertensi tanpa indikasi khusus Hipertensi dengan indikasi khusus

Hipertensi derajat 1 : Hipertensi derajat 2 :


TDS>140-159 mmHg TDS>160 mmHg
TDD>90-99 mmHg TDD>100 mmHg
biasanya diberikan diuretik umumnya diberikan Obat-obatan untuk indikasi khusus :
bisa dipertimbangkan kombinasi dua macam obat anti hipertensi lainnya
pemberian penghambat thiaziddan penghambat (diuretik, ARB, beta blocker, CCB,
ACE, beta blocker, ACE / ARB atau blocker sesuai yang diperlukan)
antagonis Ca atau atau antagonis Ca
kombinasi

Sasaran tekanan darah


tidak tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat


sampai tekanan darah tercapai

43
Keterangan :
TTS : Tekanan Darah Sistolik
TTD : Tekanan Darah Diastolik
ACE : Angiotensin Converting Enzym
ARB : Angiotensin Reseptor Blocker
CCB : Calsium Channel Blocker

44
Analisa Resep
Resep 1

Isi dari resep:


a. ISDN (Isosorbide Dinitrat)
Kandungan : Isosorbide Dinitrat 10 mg/tab, 5 mg/tab
sublingual
Indikasi : pencegahan serangan angina
Mekanisme kerja : obat ini merupakan vasodilator koroner golongan
nitrat dengan khasiat memperlebar arteri jantung
sehingga penyaluran darah ke jantung tidak
terganggu.
Dosis : pada serangan akut atau profilaksis,)sublingual
tablet 5 mg, bila perlu diulang sesudah beberapa

45
menit. Interval: oral 3 dd 20 mg d.c atau
tablet/kapsul retard maks. 1-2 dd 80 mg. Spray
1,25-3,75 mg (1-3 semprotan.
b. Concor 5 mg
Kandungan : Bisoprolol 5 mg/tab
Indikasi : Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensi lain
Mekanisme kerja : Merupakan antihipertensi golongan beta blocker.
Obat ini bekerja memblok sel β1 yang ada di
jantung. Blokade reseptor ini mengakibatkan
pelemahan daya kontraksi, penurunan frekuensi
jantung dan penurunan volume menitnya.
Sehingga mengakibatkan penurunan kuat
aktifitas adrenalin dan noradrenalin (NA).
Dosis : angina dan hipertensi oral 1 dd 5-10 mg

46
4.2 Diabetes Melitus
4.2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh karena
adanya defisiensi sekresi insulin dan menurunnya sensitifitas reseptor
insulin, sehingga insulin tidak bisa masuk ke dalam sel dan hanya
menumpuk di pembuluh darah.
Macam insulin yang ada di dalam tubuh :
1) Insulin bassal adalah insulin yang selalu ada di dalam tubuh
walaupun jumlahnya sedikit
2) Insulin bolus adalah insulin yang jumlahnya akan naik setelah kita
makan

4.2.2 Penyebab Diabetes Melitus


Penyebab diabetes melitus adalah kekurangan hormon insulin
yang disebabkan karena rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar
sel-sel beta di pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin.
Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemi) dan
akhirnya di ekskresikan lewat kemih tanpa digunakan. Salah satu
penyebab DM lainnya yaitu pola hidup yang kurang sehat, seperti
terlalu banyak mengkonsumsi gula dan kurang olahraga.

4.2.3 Gejala Diabetes Melitus


Gejala umum diabetes melitus adalah :
1) Poliuri
yaitu keadaan dimana para penderita diabetes banyak
mengeluarkan urin karena glukosa diekskresikan lewat kemih.
Urin yang dihasilkan banyak mengandung glukosa sehingga
disebut dengan kencing manis.
2) Polidipsi
yaitu keadaan dimana para penderita diabetes merasa sangat
haus sehingga mereka banyak mengkonsumsi air. Hal ini

47
disebabkan karena para penderita diabetes kekurangan cairan
akibat banyak kencing, sehingga otak merespon agar tubuh terus
mengonsumsi air untuk memenuhi kekurangan cairannya.
3) Polifagi
yaitu keadan dimana para penderita diabetes merasa lapar,
karena banyak mengeluarkan cairan. Akibat dari glukosa yang
tidak dapat diserap oleh tubuh, tubuh menjadi lemas dan merasa
membutuhkan energi yang banyak.
4) Penurunan berat badan

4.2.4 Tipe Gula Darah


Gula darah dibagi menjadi 3 :
1) Gula darah acak yaitu gula darah yang diambil sewaktu-waktu
dalam tubuh
2) Gula darah puasa yaitu gula darah yang diambil dari tubuh setelah
8 jam berpuasa
3) Gula darah post prandial yaitu gula darah yang diambil dari tubuh
2 jam setelah makan

PRA-
GULA DARAH NORMAL DIABETES
DIABETES

PUASA 70-110 mg/dl ≥ 100 mg/dl ≥ 126 mg/dl

POST
100-140 mg/dl ≥ 140 mg/dl ≥ 200 mg/dl
PRANDIAL
140-200
BASAL 70-125 mg/dl 125-139 mg/dl
mg/dl

48
4.2.5 Jenis Diabetes Melitus
Klasifikasi dari jenis-jenis diabetes adalah sangat penting untuk
antara lain penentuan pengobatan dan prognosisnya. Untuk klasifikasi
tepat dari jenis-jenis diabetes yang paling sering terjadi pada pasien-
pasien dengan hiperglikemi. Dewasa ini diabetes dapat dibagi dalam 3
tipe, yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel beta pankreas,
sehinggga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel
tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Oelh karena itu, kadar
glukosa darah meningkat diatas 10 mmol/l, yakni nilai ambang
ginjal, sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama
banyak air (glycosuria). Di bawah kadar tersebut, glukosa ditahan
oleh tubuli ginjal.
Prevalensi diabetes melitus menghinggapi orang-orang
dibawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai 10-13 tahun.
Karena penderita senantiasa membutuhkan insulin, maka tipe-1
juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat
bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus yang
menimbulkan reaksi auto-imun berlebihan untuk menanggulangi
virus. Akibatnya, sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi
virus, melainkan juga turut merusak atau memusnahkan sel-sel
langerhans.
Terapi diabetes melitus tipe-1 adalah pemberian insulin seumur
hidup. Berhubung tipe-1 merupakan penyakit auto-imun, maka
imunosupresiva seperti azatrioprin dan siklosporin, dapat
menghambat jalannya penyakit, tetapi hanya untuk sementara.

2) Diabetes Mellitus Tipe-2


Lazimnya mulai diatas 40 tahun dengan insidensi lebih besar
pada orang gemuk, dan pada usia lebih lanjut. Mereka yang

49
hidupnya makmur, makan terlampau banyak dan kuran gerak
badan lebih besar lagi resikonya.
Prevalensi tipe-2, menurut perkiraan 5-10% dari orang diatas
usia 60 tahun mengidap DM2. Adalah sangat meresahkan bahwa
dewasa ini orang semakin muda dihinggapi penyakit ini. Mulainya
DM2 sangat berangsur-angsur dengan keluhan ringan yang sering
kali tidak dikenali. Tipe-2 bersifat menyesatkan (‘treacheorus’),
karena dalam kebanyakan hal baru menjadi manives dengan
tampilnya gejala stadium lanjut. Bahkan, bila sudah terjadi
komplikasi, misalnya infack jantung atau gangguan penglihatan.
Penyebab DM tipe-2 adalah proses menua, banyak penderita
jenis ini mengalami penyusutan sel-sel beta yang progresif serta
penumpukan amiloid disekitarnya. Sel-sel beta yang tersisa pada
umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang.
Selain itu, kepekaan reseptornya juga menurun. Hipofungsi sel beta
ini bersama resistensi insulin yang meningkat mengakibatkan gula
darah meningkat atau hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan oleh
suatu infeksi virus pada masa muda. Diperkiraan bahwa pada
penderita tanpa overweight, resistensi insulin tidak memegang
peran.
Tipe-2 pada hakekatnya tidak tergantung dari insulin, maka
juga disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan
lazimnya dapat diobati dengan anti diabetika oral.
Anti diaberika oral pada umumnya tidak menimbulkan
kecenderungan acidosis. Antara 70-80% dari semua penderita
diabetes termasuk jenis ini, faktor keturunan memegang peranan
besar. Bila salah satu orang tua menderika kencing manis, maka
kemungkinan diturunkannya penyakit ini ke anak-anaknya adalah 1
: 20%.
Diagnosis dini tipe-2 umumnya baru diagnosa pada stadium
terlambat, padahal diagnose dini penting sekali untuk
menghindakan komlipkais lambat. Maka bila terdapat gejala seperti

50
haus yang hebat dengan sering berkemih dan turunnya berat
badan serta rasa letih, maka sebaiknya segera mengkonsultasi
dokter untuk diperiksa terhadap penyakit gula. Karena lebih dari
separuh penderita diabetes juga menghidap hipertensi, maka
sebaiknya tekanan darah dimonitor secara teratur.

3) Gestasional (Diabetes Kehamilan)


Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa
yang ketat adalah penting sekali untuk menurunkan resiko akan
keguguran spontan, cacat-cacat overweight bayi atau kematian
perinatal.

4.2.6 Penanganan Diabetes Melitus Non Farmakologi


Berikut ini adalah penanganan Diabetes Melitus non Farmakologi :
1. Diet
Pokok pangkal penanganan diabetes adalah makan
dengan bijaksana. Semua pasien harus mengawali diet dengan
pembatasan kalori, dan lebih-lebih pada pasien overweight.
Makanan perlu dipilih secara saksama dengan memperhatikan
pembatasan lemak total, lemak trans dan lemak jenuh untuk
mencapai normalitas kadar glukosa lipida darah.

2. Gerak Badan
Bila terdapat resistensi insulin, gerak baan secara teratur
(jalan kaki atau bersepeda, olahraga) dapat menguranginya.
Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel
tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.

3. Berhenti Merokok
Nikotin dapat mempengaruhi secara penyerapan gula oleh
sel.

51
4. Stress Oksidatif
Banyak indikasi menunjukkan bahwa pada penderita
diabetes metabolisme glukosa yang terganggu menimbulkan
kelebihan radikal bebas, yang memegang peran penting
terjadinya komplikasi lambat. Stress oksidatif dapat
menimbulkan kerugian secara kronis pada mata, ginjal,
pembuluh dan sistem syaraf.

4.2.7 Pengobatan Diabetes Melitus

1. Pasien Tipe-1
Dengan usia dibawah 40 tahun selalu perlu diobati dengan
insulin, karena sel betanya tidak aktif lagi dan tidak dianjurkan
minum antidiabetika oral. Banyaknya insulin yang dibutuhkan
pertama-tama dipengaruhi oleh susunan makanan, tetapi juga
faktor lain memegang peranan, misalnya stress, penyakit
infeksi,haid dan kehamilan, dalam semua keadaan ini kebutuhan
insulin meningkat, mungkin karena ambang ginjal bagi glukosa
menurun. Sebaiknya diketahui pula bahwa aktivitas tubuh yang
teratur menurunkan kebutuhan insulin, antara lain karena
kepekaan tubuh bagi insulin meningkat.

2. Pasien Tipe-2
Bila tindakan umum (diet, gerak badan dan penurunan berat
badan) tidak atau kurang efektif untuk menormalkan glukosa
darah, perlu digunakan antidiabetika oral.

52
4.2.8 Terapi dari Komplikasi
1. Hipoglikemia
Merupakan komplikasi yang paling lazim terjadi pada terapi
dengan insulin, karena kadar gula darahturun terlalu drastis.
Keadaan berbahaya ini dapat disebabkan oleh overdose obat,
kurang atau tidak makan sesudah injeksi, atau karena absobsi
insulin yang lebih lancar berhubung lokasi injeksi berlainan
ataupun karena kerja fisik berat atau olahraga.
Gejalanya antara lain berkeringat, bergetar, muka pucat dan
jantung berdebar-debar, rasa lapar dan kesemutan sekitar mulut
dan lidah.
“Hipo” ringan sebaiknya diatasi dengan segera memberikan
gula, perasan jeruk, sirup kental atau makanan apapun. “Hipo”
hebat dengan berkurangnya kesadaran atau pinsan adalah
sangat berbahanya, karena bisa mengakibatka kerusakan otak.
Oleh karena itu harus segera diobati dengan injeksi intravena
larutan glukosa 40-50% atau injeksi muskular glukagen 1 mg.
Penderita akan pulih kesadarannya sesudah 10-15 menit.
2. Resistensi Insulin
Komplikasi ini umumnya diakibatkan oleh keadaan
kegemukan. Senyawa thiazolidindion, asam liponat (digunakan
untuk mengatasi kompliksi).

4.2.9 Komplikasi Diabetes Melitus


1. Efek Mikrovaskuler
a. Retinopati
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata
yang terutama adalah retinopati. Keadaan ini, disebabkan
rusaknyapembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk
kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang
membuat retina bengkak. Retina adalah bagian mata tempat
cahaya difokuskan akan membentuk bayangan yang akan

53
dibawa ke otak syaraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor
atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim
ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat
cairan yang bocor mengumpul di fovena, pusat retina yang
menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek
yang lurus di depan mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa
pecah, sehingga darah mengaburkan viterus, materi jernih
seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini
menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan
tidak sampai ke retina.

b. Kerusakan Ginjal
Di ginjal, proses yang sama terjadi terhadap jutaan filter
sangat halus yang disebut glumerulus (jamak: glomeruli). Filter
tersebut dalam kondisi normal terdiri dari pembuluh-pembuluh
darah sangat halus yang secara selektif meloloskan sampah
dari pembuluh darah dan mengumpulkannya di dalam urin,
sementara zat-zat berguna dalam darah seperti protein,
antibodi dan lainnya ditahan untuk dikembalikan ke dalam
aliran darah. Akibat diabetes kronis, pembuluh-pembuluh darah
di glomeruli mengalami kebocoran sehingga meloloskan zat-zat
yang berguna ke dalam urin. Selain itu, sel-sel pembentuk
glomeruli mulai mati. Kondisi ini disebut nefropati diabetik. Bila
berlanjut, kerusakan jutaan glomeruli ini menyebabkan gagal
ginjal. Diabetes adalah salah satu penyebab paling umum
terjadinya gagal ginjal.

c. Kerusakan Saraf (neuropati)


Neoropati diabetik adalah komplikasi umum dari diabetes.
Sekitar 50% penderita diabetes pada akhirnya
mengembangkan kerusakan saraf. Kerusakan ini dapat bersifat

54
sementara atau permanen. Kerusakan saraf yang disebabkan
oleh penurunan aliran darah dan kadar gula tinggi tersebut
dapat mempengaruhi saraf di tengkorak (saraf kranial) atau
saraf di kolom tulang belakang dan cabang-cabangnya.
Penderita komplikasi neoropati diabetik lebih mungkin untuk
mengalamicedera kaki. Hal itu karena mereka tidak merasakan
sakit, panas, dingin atau tekanan di kaki akibat matinya sensor
saraf. Bila kaki mereka terluka, mereka tidak menyadarinya
sehingga berkembang menjadi infeksi. Neoropati diabetik
otonom mempengaruhi saraf yang mengatur fungsi organ vital,
termasuk jantung dan lambung.

d. Gastroparesis
Apabila kadar gula darah yang tinggi dan tidak bisa
masuk ke dalam sel sehingga sel yang rusak tidak dapat diganti
dan menimbulkan luka pada lambung.

e. Gangren
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol
respon imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan
terhadap infeksi, seperti infeksi kaki. Infeksi kaki mudah timbul
pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit
gangren. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan
pembusukan pada bagian lukakarena tidak mendapat aliran
darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak
tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak
mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita
diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula
darahnya serta diberi antibiotika.

55
2. Efek Makrovaskuler
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat
diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang
akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-
kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh
darah. Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark
jantugdengan gejala antara lain nyeri dada karena diabetes juga
merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa.
Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau siloent
heart attack.

4.2.10 Penanganan Diabetes Melitus


1. Penanganan secara farmakologi
Penanganan diabetes melitus farmakologi menggunakan
antidiabetes oral. Antidiabetika oral dibagi dalam 6 kelompok zat
sebagai berikut :

a) Sulfonilurea
Sulfonilrea diindikasikan pada pasien (terutama pasien
yang mendekati berat badan idealnya) yang dietnya gagal
untuk mengendalikan hiperglikemia, tetapi pada sekitar 30%
kontrol tidak dapat dicapai dengan obat ini. Obat ini
menstimulasi pelepasan insulin dari pulau-pulau pankreas
sehingga pasien harus mempunyai sel β yang berfungsi parsial
agar obat ini bisa berguna.
Resorbsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap,
sebagian besar terikat pada protein antara 90-99%. Plasmanya
berkisar antara 4-5 jam (tolbutamida, glipizida), 6-7 jam
(glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau lebih dari 30
jam (klorpropamida).
Efek sampingnya yang terpenting adalah hipoglikemia
khususnya pada derivat kuat seperti glibenklamida. Agak jarang

56
terjadi gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), sakit
kepala, pusing, rasa tidak nyaman di mulut, juga gangguan kulit
alergi.
Contoh obatnya antara lain tolbutamida, klorpropamda,
glibenklamida, glikazida, glipizida, glikidon, dan glimepirida.

b) Non Sulfonilurea
Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan
sulfonilurea, hanya pengikatan terjadi di tempat lain dan
kerjanya lebih singkat.
Contoh obatnya antara lain repaglinida, nateglinida.

c) Biguanid
Obat golongan biguanid ini bekerja di perifer untuk
meningkatkan sensitivitas insulin. Golongan biguanid jarang
menyebabkan hipoglikemia karena obat ini tidak meningkatkan
pelepasan insulin.
Efek sampingnya adalah mual,muntah, diare, dan sangat
jarang menyebabkan acidosis asam lactat yag fatal dan
angiopati luas terutama pada lansia dan menimbulkan rasa
logam di mulut.
Contoh obatnya yaitu metformin.

d) Thiazolidindion
Glitazon (thiazolidindion), obat baru ini meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin dengan terikat pada reseptor
PPAR-ˠ nukleat dan dengan derepresi, meningkatkan
transkripsi gen-gen tertentu yang sensitive insulin. Obat ini
diberikan dalam kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea.
Glitazon tidak mempunyai keuntungan yang dapat dilihat
diantara terapi-terapi yang lebih lama dan keamanan
penggunaan jangka panjangnya tidak diketahui.

57
Efeknya ialah kadar insulin, glukosa dan asam lemak
bebas dalam darah menurun, begitu pula gluconeogenesis
dalam hati.
Contoh obatnya yaitu rosiglitazon dan pioglitazon.

e) Alpha Glucosidase Inhibitor


Zat-zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi
enzim α-glikosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi
penguraian polisakarida menjadi monosakarida terhambat.
Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorbsinya kedalam darah juga kurang cepat, lebih rendah
dan merata sehingga puncak kadar gula darah dapat
dihindarkan. Efek sampingnya adalah flatulensi.
Contoh obatnya yaitu acarbose.

f) Penghambat DPP-4 (DPP- Blockers)


Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan
penurunan efek hormon incretin. Incretin berperan utama
terhadap produksi insulin di pankreas dan yang terpenting
adalah GLPI dan GIP yaitu glukagon-like peptide dan
glucosedependent insulinotropic polypeptide. Incretin ini
diuraikan oleh suatu enzim kha DPP-4 (dipeptidylpeptidase).
Dengan penghambatan enzim ini, senyawa gliptin mengurangi
pengurangand an inaktivasi incretin, sehingga kadar insulin
akan meningkat.
Contoh obatnya yaitu sitagliptin dan vidagliptin.

2. Golongan Insulin
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam
amino yang tersusun dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan
oleh ikatan disulfida. Suatu precursor yang disebut pro insulin,
dihidrolisis dalam granula penyimpanan untuk membentuk insulin

58
dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai Kristal
yang mengandung zink dan insulin.

1. Macam-macam insulin
a) Insulin kerja cepat, sediaan paling baru dan paling
cepat waktu kerjanya. Insulin ini mulai menurunkan
gula darah dalam waktu 5 menit setelah digunakan,
waktu puncak sekitar satu jam dan tidak aktif dalam 3
jam. Disuntikkan sesaat sebelum makan atau sasudah
makan.
Contoh: Novorapit, Apidra

b) Insulin regular kerja pendek, membutuhkan 30 menit


untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3
jam, dan hilang efeknya setelah 6-8 jam. Insulin jenis
ini disuntikkan 30 menit sebelum makan.
Contohnya: Actrapid

c) Insulin kerja menengah, menurunkan glukosa darah


dalam waktu 1/2 -2 setelah pemberian dan
melanjutkan kerjanya selama 10-12 jam.
Contohnya: Insulatard

d) Insulin kerja panjang, mulai bekerja 6 jam dan


menyediakan kerja insulin intensitas ringan selama 24
jam. Insulin ini diciptakan unruk mengendalikan
secara terus menerus, basal dan hanya membutuhkan
satu kali suntik per hari. Boleh disuntikkan kapan saja,
namun pada waktu yang sama setiap hari.
Contohnya: Lantus

59
e) Insulin premix, atau campuran, disuntikkan satu atau
dua kali sehari 30 menit sebelum makan.
Contohnya: Mixtard

2. Khasiat Fisiologi

Insulin memiliki beberapa efek terhadap metabolisme


ketiga bahan utama dari pangan yaitu karbohidrat, lemak
dan protein. Ketiganya dapat mensuplai energi, tetapi
karbohidrat adalah yang terpenting karena glukosa bisa
menghasilkan energi dengan cepat. Khasiat insulin terhadat
zat-zat gizi adalah:

a) Efek Karbohidrat
Fungsi utama insulin adalah mengatur utilisasi
glukosa oleh sel sebagai sumber energi antara lain
dengan melancarkan perlintasannya melalui membran
sel dan resorbsinya ke dalam sel-sel oto dan lemak.
Selain itu insulin bekerja hipoglikemis yakni
menurunkan gula darah dengan jalan mengubah
kelebihan glukosa menjadi glikogen di hati dan otot.
Insulin juga menghambat gluconeogenesis
(pembentukan glukosa) dalam hati dengan jalan
merintangi pelarutan glikogen.

b) Efek Lemak
Efek lemak yang terdiri dari stimulasi lipogenesis
menghambat lipolysis (pemecahan, pelarutan lemak)
yakni menstimulir sintesa lemak dari glukosa
pemasukannya ke dalam sel serta merintangi
pengurainya.

60
c) Efek Protein
Menstimulasi sintesa protein dari glukosa.

d) Stimulasi faktor pertumbuhan dari dinding arteri, yang


pada keadaan hiperinsulinema.

3. Cara Penyuntikan Insulin

a) Sebelum penyuntikan insulin kedua tangan dan


daerah yang akan disuntik haruslah bersih. Bersihkan
dengan alkohol 70% dengan menggunakan kapas
bersih dan steril.

b) Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol


70%

c) Untuk semua jenis insulin kecuali insulin kerja cepat


harus digulung secara perlahan-lahan dengan kedua
telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan
kembali suspensi (jangan dikocok).

d) Ambilah sejumlah udara yang akan diberikan lalu


suntikkanlah ke dalam vial untuk mencegah terjadiya
ruang vakum dalam vial, hal ini terutama diperlukan
bila akan dipakai campuran insulin.

e) Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa


apakah mengandung gelembung atau tidak. Satu atau
dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan
dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung

61
yang ada sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan
namun dapat mengurangi dosis insulin
.
f) Penuntika dilakukan secara subcutan (jaringan di
bawah kulit) dan injeksi intra vena. Pada umumnya
suntikan dengan sudut 90 derajat.

g) Penuntikan dapat dilakukan pada bagian


perut,pinggang, lengan atas, paha dan pantat.

62
Analisa Resep

Resep 1 (Zenisa Amalia)

Dari resep diatas yang termasuk obat diabetes melitus :


a. Levemir
Levemir merupakan pengganti dari insulin bassal yang ada di dalam
tubuh. Insulin ini bisa disuntikkan kapan saja di dalam tubuh, tetapi yang
lebih utama disuntikkan pada malam hari sebelum tidur. Jika salah
penyuntikkan efeknya adalah hipoglikemi.

63
Kandungan : insulin detemir 100 iu/ml
Dosis : sehari 1-2 x 0.2-1 iu/kgBB/hari secara subkutan
b. Novorapid
Novorapid merupakan insulin yang cara kerjanya pendek.
Kandungan : insulin aspart 100 iu/ml
Dosis : 0.5-1 iu/kgBB/hari

c. Acarbose 100
Kandungan : acarbose 50 mg/tab, 100 mg/tab
Indikasi : pengobatan diabetes melitus tipe II
Mekanisme Kerja : obat ini merupakan obat diabetes golongan alpha
glucosidase inhibitor. Mekanisme kerjanya yaitu
merintangi enzim alpha-glukosidase di mukosa
duodenum, sehingga reaksi uraian polisakarida
menjadi monosakarida terhambat. Dengan
demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat,
lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar
gula darah dihindarkan.
Dosis : saat makan suapan pertama 1 tablet

d. Glimepiride 2 mg
Kandungan : Glimepiride 1 mg/tab, 2 mg/tab, 3 mg/ tab, 4
mg/tab
Indikasi : sebagai penunjang diet dan olahraga pada
pengobatan pasien DM tipe II. Dapat dipakai
bersama metformin dan insulin.
Mekanisme kerja : obat ini merupakan antidiabetik oral golongan
sulfonilurea. Sulfonilurea menstimulasi sel-sel
beta dari pulau Langerhans, sehingga sekresi
insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel-
sel beta bagi kadar glukoa-darah diperbesar

64
melalui pengaruhnya atas protein-transpor
glukosa.
Dosis : awal 1 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan
berdasarkan pemeriksaan monitor kadar gula rutin
dengan interval 1-2 minggu. Maks 8 mg/hari.
Semua dosis diminum sehari 1x 30 menit sebelum
makan.

65
4.3 Asam Lambung
4.3.1. Pengertian Lambung
Lambung adalah suatu kantong yang terletak di bawah
sekat rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat
di mana makanan dicerna dan mengolah makanan dengan cara
menghaluskan dan kemudian mengubah menjadi unit unit yang
dapat diserap tubuh menjadi energi.

4.3.2. Penyebab Sekresi Asam Lambung


Penyebab sekresi asam lambung ada 4 yaitu :
1. Makanan
Makanan bisa mengakibatkan sekresi asam lambung
meningkat karena saat makan proses pencernaan
berlangsung sehingga asam lambung keluar.

2. Central
Central atau biasa disebut syaraf dapat menyebabkan
tingginya asam lambung karena tingkat emosi atau
ketegangan yang meningkat.

3. Reseptor Histamin
Histamin dibagi menjadi 2 yaitu :
 Histamin 1 : Histamin yang ada di dalam syaraf
sebagai anti alergi.
 Histamin 2 : Histamin yang ada di dalam lambung (
meregulasi sekresi asam lambung.
Mekanisme kerja histamin adalah mengeblok reseptor
histamin yang ada dalam sel - sel parietal lambung sekresi
asam lambung terhambat.

66
4. PPI ( Proton Pump Inhibitor )
Proton H+ keluar dari lambung, dan untuk menghambat
keluarnya proton H+ ini maka diberikan obat golongan PPI.

4.3.3. Pengobatan Gangguan Asam Lambung


1. Antasida
Mekanisme kerjannya munurunkan tingkat keasaman lambung
baik sesudah atau sebelum makan.Contoh obat :
 Polysilane
Kandungan : dimetilpolisiloksan 80 mg, Al
hidroksida 200 mg.
Dosis : 3 x Sehari ½ atau 1 tab. Diminum
pada 1 atau 2 jam sebelum tidur dan
setelah makan. Tablet ini dikunyah.
Indikasi : Sebagai terapi tukak lambung.
Efek samping : Dapat menimbulkan batu ginjal

2. H2 Block / H2 Reseptor Antagonist


Mekanisme kerjanya mengurangi sekresi asam dengan cara
memblock reseptor histamin dalam permukaan sel-sel pariental
lambung.
 Simetidin
Kandungan : Simetidin 200 mg
Dosis : 3 x Sehari 1 tab apabila sudah kronis
dosis dapat dinaikkan.
Indikasi : Pengobatan tukak duodenum yang
berkaitan dengan masalah
hiperaciditas.
Kontra indikasi : Tidak digunakan untuk ibu hamil atau
menyusui, karena dapat melintasi
plasenta dan mencapai air susu
sehingga tidak baik untuk bayi.

67
3. PPI ( Proton Pump Inhibitor )
Mekanisme kerjanya kontol sekresi asam lambung dengan
menghambat pompa proton H+.
 Omeprazole
Kandungan : Omeprazole 20 mg
Dosis : 1 x Sehari 1 cap
Indikasi : Pengobatan jangka pendek pada
tukak usus dan tukak lambung.

4. Sukralfat
Mekanisme kerjanya melindungi mukosa lambung dengan cara
membentuk gel yang sangat lengket dan dapat melekat kuat
pada dasar tukak lambung sehingga dapat menutupi tukak atau
luka pada lambung.
 Ulsanic
Kandungan : Sukralfat 500 mg,1000 mg
Indikasi : Ulkus duodenum dan lambung serta
gas tritis kronik
Dosis : 1000mg 3-4 x sehari 1 ,untuk anak –
anak 500mg 3-4 x sehari.Diberikan
pada saat perut kosong 1 jam atau 2
jam setelah makan.
Efek samping : Konstipasi

5. Analog Prostaglandin
Contohnya misoprostol yang mendukung penyembuhan tukak
dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa
lambung dan menurunkan sekresi asam.
 Sulfasalazin
Kandungan : Sulfalazin 500mg
Dosis : Sehari 2 – 4 kap

68
Indikasi : Kolitis ulseratif ringan sampai sedang,
kolitis kronis
Efek samping : Mual, anoreksia, pemingkatan suhu
tubuh, eritema dan pruritus, sakit
kepala, gangguan GI, rekasi
hematologi, ssp, ginjal dan kulit.

6. Antibiotik
Untuk membasmi HP ( Hellicobacter pylori ) dalam pengobatan
tukak lambung antibiotik yang digunakan biasanya kombinasi 2
antibiotik ini diperutukkan supaya bisa menghindari resistensi
antibiotik.
 Amoxicillin
Kandungan : Amoxiilinn 250, 500mg
Indikasi : Infeksi yang disebakan oeh bakteri.
Kontra indikasi : Hipersensitivitas.
Efek Samping : Gangguan GIT ( Mual,muntah dan
diare )

69
Analisa Resep
Resep 1

Obat pada resep yang berhubungan dengan asam lambung :


a. Lansoprazole
Kandungan : lansoprazole 30 mg/caps
Indikasi : ulkus duodenum, benign ulkus gaster, refluk
esofagitis
Mekanisme kerja : lansoprazole adalah inhibitor sekresi asam lambung
yang efektif. Lansoprazole secara efektif
menghambat (H+ atau K+) ATPase (pompa proton)
dari sel parietal mukosa lambung.

70
Dosis :
o Ulkus duodenum: sekali sehari 30 mg selama 4 minggu
o Benign ulkus gaster : sekali sehari 30 mg selama 8 minggu
o Reflux esofagitis : sekali sehari 30 mg selama 4 minggu

b. Sukralfat
Kandungan : sukralfat 500 mg/tab, 500 mg/ 5 ml
Indikasi : gastritis, gastric ulcer dan duodenum ulcer.
Mekanisme kerja : sukralfat hampir tidak terabsorbsi pada saluran
pencernaan, bekerja sebagai non systemic
cytoprotective agent. Sukralfat membentuk kompleks
dengan protein ulcer sebagai lapisan
penghalang/pelindung terhadap difusi asam, pepsin
dan garam empedu.
Dosis : 4 kali sehari sendok takar, sewaktu lambung kosong
(1jam sebelum makan dan sebelum tidur). Bila
disertai nyeri yang hebat dapat diberikan bersama
antasida dengan perbedaan waktu pemberian 1 1/2
(satu setengah) jam sebelum atau sesudah sukralfat.
Penyembuhan dapat terjadi pada minggu pertama
sampai minggu kedua setelah pemberian, tetapi
pengobatan diteruskan selama 4-8 minggu kecuali
bila dites dengan sinar X atau endoscopy telah
benar-benar sembuh.

71
4.4 Anti Diare
4.4.1. Pengertian
Diare adalah keadaan buang- buang air dengan banyak
cairan dan merupakan gejala dari penyakit- penyakit tertentu atau
gangguan lain.
4.4.2. Fisiologi Diare
Dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus),
kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh
enzim- enzim pencernaan. Setelah zat- zat gizi diresorpsi oleh villi
ke dalam darah, sisa chymus yang terdiri dari 90% air dan sisa
makanan yang sukar dicerna, dit, diteruskan ke usus besar (colon).
Bakteri- bakteri yang biasanya selalu berada di sini (flora)
mencerna lagi sisa- sisa (serat- serat) tersebut, sehingga sebagian
besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui
usus besar, Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi
usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagia tinja.
Pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan
sekresi gatah lambung-usus dan motilitas usus meningkat.
Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus
tersebut, sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih
mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai
tinja.
Gejala diare adalah sering buang air besar dengan banyak
cairan kadang- kadang disertai mulas (kejang perut) kadang-
kadang dsertai darah atau lendir.

72
4.4.3. Faktor Penyebab Diare
Faktor penyebab diare antara lain :
1. Asupan makanan
Asupan makanan yang kita konsumsi dapat menyebabkan
diare karena makanan yang kita makan mengandung zat asing,
virus, bakteri, protozoa, terjadi kelainan metabolisme (pengaruh
enzim) dan saluran cerna kita sensitif terhadap makanan yang
kita konsumsi.

2. Pengaruh obat- obatan


Digoksin, kinidin, garam-Mg, litium, sorbitol, beta blokers,
perintang ACE, reserpin, sitostatiska, dan antibiotik spektrum
luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, dan
tetrasiklin) merupakan contoh obat yang dapat menimbulkan
diare baik tanpa kejang perut dan pendarahan adakalanya juga
akibat penyalahgunaan laksatifa dan peyinaran dengan sinar X
(radioterapi).

3. Gejala dari suatu penyakit


Misalnya colitis ulcerosa, p Crohn, Irritable Bowel
Syndrome (IBS), kanker colon, infeksi HIV, disfungsi peristaltik,
dan penyakit penyerang sistem imun.

4. Stress
Obat antidiare adalah obat- obatan yang digunakan untuk
menanggulangi atau mengobati penyakit diare yang
disebabkan oleh bakteri atau kuman, cacing atau keracunan
makanan. Pemberian obat anti diare dilakukan secara
bertahap.

4.4.4. Penggolongan Obat Antidiare


Penggolongan obat antidiare antara lain :

73
1. Pengganti cairan elektrolit
Mekanisme kerja dari pengganti cairan elektrolit adalah
menggantikan cairan elektrolit yang hilang yang disebabkan
oleh diare tetapi tidak berfungsi untuk menghentikan diare.
Obat dari golongan ini digunakan jika penderita mengalami
diare selama 6 jam dan lebih dari 5 kali dalam waktu yang
berdekatan. Apabila tidak diberi pengganti cairan elektrolit
dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi
untuk orang dewasa diberi obat yang mengandung kalium dan
natrium sedangkan untuk anak- anak lebih utama kita beri zinc.
Orang dewasa tidak perlu di beri zinc karena tubuh sudah
dapat membuat zinc sendiri.

Contoh sediaan yang beredar di pasaran adalah oralit


(kimia farma). Oralit mengandung kalium klorida 0,3 g (1,5 g) ,
natrium klorida 0,7 g (3,5), natrium bikarbonat 0,5 g (2,5 g),
glukosa anhidrat 4 g (20 g ) tiap kantong serbuk 200 ml (1000
ml). Inkasinya adalah mencegah dan mengobati dehidrasi pada
waktu mutaber, diare, kolera.

Kita dapat membuat cairan elektrolit sendiri dengan cara


melarutkan satu sendok makan garam ditambah dua sendok
gula kemudian dilarutkan dalam segelas air .

2. Adsorben
Mekanisme kerja dari adsorben adalah menyerap racun
atau toksin bakteri dan hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme
tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Kaolin,
pektin, antapugit dan carbo adsorben merupakan zat yang
termasuk golongan adsorben.

74
Salah satu contoh sediaannya adalah atagip yang
mengandung atapugit koloidal aktif 600 mg, pektin 50 mg.
Indikasinya adalah pengobatan simtomatik pada diare yang
tidak diketahui penyebabnya.

Untuk anak- anak adsorben yang diberikan adalah


dioctahedral smectite, tidak di beri atapulgit karena mukosa
belum siap. Contoh sediaannya adalah smecta

3. Adstringen
Mekanisme kerja dari adstringen adalah menciutkan
selaput lendir usus atau mengurangi sekresi lendir. Jika lendir
terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Tannin adalah zat
yang berkhasiat sebagai adstringensia yang ada pada ekstrak
daun jambu biji. Salah satu sediaannya adalah diapet.

4. Menekan peristaltik usus


Tubuh kita mempunyai mekanisme homeostasis yang
merupakan gerakan konstan dari usus yang apabila ada bakteri
masuk, usus akan bergerak lebih cepat untuk mengeluarkan
racun dari tubuh. Peristaltik usus semakin cepat karena
homeostasis, disfungsi peristaltik (contoh: kanker usus), dan
menurunnya sistem imun (contoh : menurunnya sistem imun
karena HIV).

Contoh obat dari golongan ini adalah loperamid yang


merupakan turunan dari opioid. Obat ini kurang bagus jika
digunakan karena mekanisme kerjanya menghambat atau
menghalangi homeostasis tubuh sehingga diare dapat berhenti
tetapi racun penyebab diare tetap ada di dalam tubuh. Obat
dari golongan ini dapat dipakai ketika penyebab diare diluar
homeostasis contohnya disfungsi peristaltik dan menurunnya

75
sistem imun. Contoh obat patennya adalah lodia yang
mengandung loperamid hcl 2 mg dengan indikasi diare non
spesifik akut dan kronik.

5. Antispasmodik
Mekanisme kerja dari dari antispasmodik adalah
mencegah kejang di usus sehingga tidak timbul rasa mulas.
Contoh obatnya adalah Hiosin N-butil bromida dan atropin
sulfas. Dosis normal dari atropin sulfas adalah 0,25 g jika dosis
dinaikkan hingga sepuluh kali lipat dapat berkhasiat sebagai
antidotum insektisida.

6. Antibiotik
Antibiotik digunakan jika diare disebabkan oleh makanan
mengandung racun. Obat yang digunakan adalah dari golongan
sulfonamida seperti chlortrimoksasol yang digunakan apabiala
mengalami diare selama 3 hari.

7. Intestinal Flora Modifire


Untuk anak – anak diberi Intestinal flora modifire yang
tujuannya membenahi saluran cerna agar siap dengan apa yang
dimakan. Contohnya probiotik (probi, laktobe) di beri obat
tersebut karena di usus terdapat bakteri E. Coli dan ada bakteri
baik, bayi sangat sensitif terhadap bakteri, baik bakteri baik
ataupun jahat.

76
Analisa Resep
Resep 1

Dari resep diatas yang termasuk obat diare adalah :


a. Zinc
Kandungan : zinc sulfate 54,9 setara dengan zinc 20 mg
Indikasi : pengobatan diare pada anak-anak di bawah 5
tahun, diberikan bersama oralit
Mekanisme kerja : menggantikan cairan elektrolit yang hilang yang
disebabkan oleh diare tetapi tidak berfungsi untuk
menghentikan diare. Pada orang dewasa tidak
perlu diberi zinc, karena tubuh bisa memproduksi
zinc sendiri, hanya perlu di beri oralit untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang.

77
Dosis : bayi 2-6 bulan 1/2 tablet dispersible (10 mg zinc)
diberikan sehari selama 10 hari berturut-turut, anak
6 bulan – 5 tahun 1 tab dispersible (20 mg zinc)
diberikan sehari selama 10 hari berturut-turut
bahkan ketika diare telah berhenti.
b. L-bio
Kandungan : rice starch, maltodextrin, lactobacillus acidhophillus,
lactobacillus casei, lactobacillus salivarius,
bifidobacterium infantis, bifidobacterium lactis,
bifidobacterium longum, lactococcus lactis
Indikasi : memelihara kesehatan fungsi pencernaan pada
anak, membantu mengembalikan fungsi normal
pencernaan selama diare, sembelit, dispepsia,
intoleransi laktosa, membantu keseimbangan flora
normal selama mengonsumsi antibiotika,
membantu mengembalikan fungsi normal
pencernaan pada pasien yang mengalami
kemoterapi, tukak peptik, membantu fungsi
fermentasi usus.
Dosis : usia ≥ 12 tahun 3 sachet 1 kali sehari. ≥ 2 tahun
sehari 1 x 2-3 sachet

78
4.5 Anti Emetika
4.5.1. Pengertian
Obat anti mual adalah zat- zat yang berkhasiat menekan rasa
mual. Karena muntah hanya suatu gejala, maka yang penting
dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya

4.5.2. Penyebab Mual dan Muntah


Penyebab mual muntah :
1. Rangsangan fisika dan kimia
Muntah dapat dianggap sebagai suatu cara perlindungan
ilmiah dari tubuh terhadap zat- zat merangsang dan beracun di
dalam makanan. Segera setelah zat- zat tersebut dikeluakan dari
saluran cerna, muntah juga akan berhenti. Rangsangan fisika
misalnya melihat, membau, merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Sedangkan rangsangan kimia misalnya apa
yang kita konsumsi seperti makan , alkohol

2. Pengaruh penyakit
Seringkali mual muntah hanya merupakan gejala dari
penyakit misalnya kanker lambung.

3. Pengaruh obat- obatan


Tidak jarang mual muntah merupakan efek samping yang
tidak nyaman dari obat- obatan, seperti onkolitika/ sitostatika,
obat Parkison, digoksin, dan sebagai akibat radioterapi kanker.

Anti emetika diberikan kepada pasien dengan keluhan


sebagai berikut :
1. Mabuk jalan (motion sickness)
Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut
maupun udara dengan akibat stimulasi berlebihan di labirin yang

79
kemudian merangsang pusat muntah melalui chemo reseptor
trigger one (CTZ).

2. Mabuk kehamilan (morning sickness)


Pada kasus ringan sebaiknya dihindari agar tidak
berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus berat dapat
dipakai golongan antihistamin atau fenotiazin (prometazin) yang
kadang dikombinasikan dengan vitamin B6, penggunaannya
sebaiknya dibawah pengawasan dokter.

3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu,


Seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat
sitostatika.

4.5.3. Penanganan Mual Muntah


Penanganan mual dan muntah antara lain :
1. Mengubah mindset
2. Pemberian obat
Penggolongan obat anti emetika berdasarkan mekanisme
kerjanya bisa dibedakan sebagai berikut :
a. Golongan Antagonis Reseptor 5HT3-
Obat anti emetik ini menghambat reseptor serotonin pada
sistem saraf serebral dan saluran pencernaan. Sehingga obat
golongan ini dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah
setelah operasi dan penggunaan obat sitostatika.
Makanan mengandung rangsangan mual muntah
melewati usus kemudian menempel di 5HT3-, serotonin keluar
kemudian menuju CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) kemudian
ke reseptor mual muntah. Daan obat dari golongan ini bertugas
menghalangi serotonin keluar dari 5HT3- menuju CTZ. Obat ini
paling kuat dan merupakan lini terakhir saat obat lain sudah tidak
mempan, biasanya untuk penyakit kronik.

80
Obat ini terbagi atas 3 yakni :
1. Granisteron
Obat jenis ini tersedis dalam bentuk tablet dan sirup
untuk diminum secara oral. Untuk pencegahan mual dan
muntah pada kemoterapi. Granisteron biasanya diminum satu
jam sebelum kemoterapi dijalankan. Dosis kedua diberikan
setelah 12 jam dari dosis pertama. Konsumsi obat ini harus
sesuai dengan resep dokter. Tidak boleh kuang maupun lebih.

2. Ondansentron
Obat ini diperuntukkan untuk mencegah mual dan
muntah yang disebabkan kemoterapi kanker atau setelah
operasi. Ondansentron bekerja dengan memblokade hormon
serotonin yang menyebabkan muntah. Selain itu, obat ini juga
digunakan pada klien pecandu alkohol.Obat ini digunakan
sebelum atau sesudah makan. Obat ini juga dapat diminum
bersama antasida.
Pada kemoterapi obat ini diberikan pada 30 menit
pertama sebelum kemoterapi. Dosis selanjutnya sesuai
anjuran dokter. Biasanya 1 sampai 2 hari setelah kemoterapi
selesai.Pada kasus lain pemberian obatnya pun berbeda.
Hal yang perlu diketahui seorang dokter, perawat atau
pun seorang apoteker sebelum melakukan pemberian obat ini
adalah riwayat penyakit perut atau usus, penyakit hati, dan
alergi. Selain itu, pecandu alkohol sebaiknya mengurangi
konsumsi alkoholnya saat mengkonsumsi obat ini karena
dapat meningkatkan efek sampingnya. Obat ini juga diketahui
dapat mengganggu konsentrasi konsumen dan dapat
berpengaruh pada janin dalam kandungan serta
mempengaruhi ASI pada Ibu produktif menyusui kerena obat
ini disekresikan melalui ASI, salah satunya.

81
3. Tropisetron
Obat jenis ini digunakan pada mual karena kemoterapi
atau muntah pada anak. Indikasi dari obat ini adalah
mencegah mual pasca operasi.

b. Golongan Antagonis Dopamin


Mekanisme kerjanya adalah memblok rilisnya dopamin ke
CTZ.
Golongan obat ini di otak dan digunakan untuk mengobati
rasa mual dan muntah karena penyakit kanker, sakit akibat
radiasi, obat golongan opiat, obat sitotoksik dan anstesi umum.
Selain dopamin, ada juga obat yang disebut Metoclopramide yang
juga bekerja pada salura pencernaan sebagai prokinetik namun
kurang berguna pada rasa ingin muntah karena sitotoksik dan
anastesi umum.
Yang harus diperhatikan sebelum mengkonsumsi
metoclopramid adalah:
1. Konsultasikan ke dokter mengenai obat resep dan non-
resep yang anda konsumsi yang mengandung amobarbital,
insulin, narkotika, phenobarbital, sedative, transquilizer, dan
vitamin.
2. Kemukakan pada dokter bila anda pernah mengidap atau
masih mengidap tumor adrenal, penyakit kejiwaan,
parkinson, hipertensi, penyakit hati, liver atau ginjal.
3. Kemukakan pada dokter tentang kehamilan maupun
rencana kehamilan dan menyusui anda.
4. Saat anda masa operasi termasuk operasi dentist,
kemukakan pada sentist tersebut mengenai konsumsi
metoclopramid anda.
5. Obat ini menekan saraf sadar anda sehingga dapat
menyebabkan kantuk, jadi usahakan untuk tidak berktivitas

82
berkendara selama mengkonsumsi obat ini dan jangan
mengkonsumsi alkohol bersama obat ini.

c. Golongan Antihistamin
Golongan antihistamin ini juga disebut golongan antagonis
reseptor H1 histamin. Obat ini efektif untuk beberapa kondisi
seperti mabuk perjalanan dan rasa mual di pagi hari pada ibu
hamil. Obat golongan ini digunakan ketika main set seseorang
tentang mual muntah tidak dapat diubah atau tidak berhasil
mengubah main set. Efek samping dari obat golongan ini adalah
mengantuk kemudian pasien akan tengang atau tertidur sehingga
tidak muntah. Obat dari golongan antihistamines diantaranya :
a. Dimenhydramine  selain sebagai anti emetik juga
mengatasi vertigo.
b. Pyrathiazine
c. Promethazine  pada penderita penyakit jantung atau
kegagalan fungsi hati perlu pengawasan yang ketat
sewaktu minum obat ini atau bila tidak perlu, dianjurkan
untuk tidak meminum obat ini. Selain itu anak-anak juga
dianjurkan tidak meminum obat ini karena dapat
menyebabkan Sindron Reye dan dapat menyebabkan
konvulsi, halusinasi bahkan kematian pada anak. Obat ini
juga menyebabkan kantuk dan tidak dianjurkan pada
BUMIL dan Ibu Menyusui.
d. Betahistine
Betahistin dihidroklorida adalah obat yang sangat
mirip senyawa histamin alami. Betahistine bekerja secara
langsung berikatan dengan reseptor histamin yang terletak
pada dinding aliran darah, termasuk didalam telinga.
Dengan mengaktifkan reseptor ini dapat menyebabkan
vasokontraksi. Dengan peningkatan sirkulasi darah,

83
mengurangi tekanan di telinga. Betahistine fungsi
utamanya sebagai obat penyakit Meniere.
Obat ini membantu menghilangkan tekanan didalam
telinga dan mengurangi frekuensi dan keparahan serangan
mual dan pusing. Betahistine juga mengurangi bunyi
mendenging di telinga (tinitus) dan membantu fungsi
pendengaran menjadi normal.

4.5.4. Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping


1. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago,
tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan
serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit
kepala

2. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan
dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan
kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor

3. Klorpromazin HCl
Indikas : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

4. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal

84
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

5. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada
labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

6. Trifluoperazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

85
Analisa Resep
Resep 1

Obat pada resep yang berhubungan dengan mual muntah :


a. Ondansetron
Kandungan : ondansetron 4 mg/2 ml, 8 mg/4 ml
Indikasi : penanggulangan mual dan muntah karena
kemoterapi atau radioterapi dan setelah operasi
Mekanisme kerja : ondansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3
yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam
mencegah maupun mengatasi mual dan muntah
tingkat berat akibat pengobatan dengan sitostatika
dan radioterapi maupun induksi lainnya.

86
Dosis :
- Pencegahan mual dan muntah setelah operasi :
Dosis pertama 8 mg, tablet diberikan satu jam sebelum
pembiusan dilanjutkan pemberian 2 dosis berikutnya 8 mg tablet
dengan interfal waktu masing-masing 8 jam. Atau 4 mg injeksi i.m.
sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan.
- Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi : dosis awal 8
mg melalui injeksi i.v. secara lambat atau infus selama 15 menit
segera sebelum kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg/jam secara
terus – menerus selama < 24 jam atau 2 injeksi 8 mg secara i.v.
lambat atau infus selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam.
Atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg/ oral sehari 2x
selama < 5 hari
- Mual dan muntah karena radioterapi : 8 mg per oral sehari 3 kali
dimulai 1-2 jam sebelum radioterapi. Anak : 5 mg/ ml secara
injeksi i.v. selama 15 menit segera sebelum kemoterapi, diikuti
dengan 4 mg/ oral tiap 12 jam selama kurang 5 hari. Penderita
dengan gangguan fungsi hati diberikan dosis tunggal harian tidak
boleh > 8 mg

87
4.6. LAKSATIVA
4.6.1 Pengertian Laksativa
Obat pencahar atau laksativa adalah zat- zat yang dapat
menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dan
rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian
menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan
meredakan sembelit.
Seringkali obat pencahar dianggap sebagai obat yang tidak
berbahaya dan dapat digunakan setiap waktu. Penggunaan yang
terlalu sering dari obat- obat ini, pada hakikatnya akan merugikan
kesehatan karena laksativa menimbulkan masalah- masalah sebagai
berikut :
1. Mengganggu absorbsi normal dari bahan- bahan gizi di usus kecil.
Sintesa vitamin K dan B kompleks oleh flora usus besar juga akan
dihambat. Elemen- elemen spura dan mineral- mineral penting,
seperti kalium dan natrium, tidak diserap kembali oleh usus besar,
sehingga keseimbangan air dan elektrolit (Na dan K) maupun
susunan flora usus akan kacau. Akibatnya adalah kemungkinan
timbul kelemahan otot, kejang perut dan diare.
2. Menimbulkan berbagai gangguan saluran cerna misalnya usus
besar berkejang.
3. Menimbulkan ketergantungan, sehingga obat harus diminum terus
menerus terutama laksativa kontak. Dosisnya pun harus terus di
timgkatkan untuk mendapatkan hasil yang sama karena kepekaan
usus telah menurun dan tidak lagi bereaksi terhadap rangsangan
normal. Akibat rangsangan yang kontinyu dan rusaknya saraf-
saraf dinding usus, akhirnya timbul gejala yang lazim disebut usus
malas.

88
4.6.2. Penggolongan Laksativa
Penggolongan obat laksativa antara lain :
1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)
Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang
berasal dari serat alamiah seperti psyllium ataupun serat
buatan sepertu metil selullosa. Keduanya sama efektif dalam
meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup aman digunakan
dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan yang
cukup. Contoh yang lain adalah Magnesium Sulfat / garam
inggris,Natrium fosfat, Agar-agar, Tylose

2. Pelembut tinja/feses
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai
pelembut feses. Obat ini mempunyai efek sebagai surfaktan
yang menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga dapat
meresap dan feses jadi lembek. Obat yang lain adalah Paraffin
cair, gliserin (supositoria)
3. Pencahar stimulan/perangsang
Contoh golongan ini adalah bisacordil, Dankron, Rhei,
Sennae. Senna aman dipakai untuk usia lanjut.Efek obat ini
menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan usus.
4. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative)
Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur
distribusi cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja
seperti spon sehingga tinja mudah melewati usus. Jenis
golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol.
5. Enema
Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi
tinja sehingga bisa keluar. Pemberian ini harus hati – hati pada
usia lanjut karena sering mengakibatkan efek samping.

89
Analisa Resep
Resep 1

Dulcolac tab
Kandungan : bisakodil 10 mg/ suppositoria, 5 mg/ suppositoria
anak, 5 mg/ tab
Indikasi : konstipasi, persiapan prosedur diagnostik terapi
sebelum dan sesudah operasi, mempercepat
defekasi
Mekanisme kerja : obat ini merupakan laksansia kontak populer yang
bekerja langsung terhadap dinding usus besar
(colon) dengan memperkuat peristaltiknya. Tinja
pun menjadi lunak. Di samping penggunaannya
sebagai pencahar umum, juga sering digunakan
untuk mengosongkan usus besar sebelum
pembedahan atau pemeriksaan dengan sinar
rontgen.

90
Dosis : dewasa sehari 1x1 suppositorium atau sehari 1x2
tablet, jika perlu 4 tablet, 4 tahun ke atas sehari 1x1
suppositoria anak atau 1x1 tablet diberikan pada
malam hari sebelum tidur.

91
4.7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
4.7.1. Pengertian
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan
hukum publik yang dibentuk pemerintah dan dikoordinasi langsung
dibawah presiden untuk mengelola jaminan sosial untuk seluruh
masyarakat. BPJS di lembagai oleh Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang dimulai per 1 Januari 2014. BPJS terdiri dari :
I. BPJS Kesehatan
Merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi masyarakat.
Peserta BPJS Keshatan adalah setiap orang termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat enam (6) bulan di Indonesia dan
telah membayar iuran, meliputi :
A. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin
danorang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai
ketentuanperaturan perundang-undangan.
B. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),
terdiridari :
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima
upah, dan termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya :
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan

92
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
upah, dan termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6(enam) bulan.
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya :
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun;
- Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan
hak pensiun;
- Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun yang mendapat hak pensiun;
- Penerima pensiun lain; dan
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun lain yang mendapat hak pensiun.
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang
h. Mampu membayar iuran.
4. Anggota keluarga yang ditanggung :
1. Pekerja Penerima Upah :
● Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak
kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang.
● Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan
anak angkat yang sah, dengan kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyaipenghasilan sendiri

93
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja :
Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang
diinginkan(tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan
yang meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan
mertua
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga
tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.

 Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh
pelayanan kesehatan;
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban
serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; dan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan
atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.

 Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah
fasilitas kesehatan tingkat I;
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan
oleh orang yang tidak berhak;

94
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

 Pendaftaran Menjadi Peserta BPJS Kesehatan


Proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan dapat
dilakukan secara kolektif maupun perorangan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
A. Pekerja Penerima Upah Non Pegawai Pemerintah
 Mendaftar ke BPJS Kesehatan
 BPJS Kesehatan melakukan proses registrasi kepersertaan
dan memberikan informasi tentang virtual account untuk
perusahaan
 Perusahaan membayar kebank dengan virtual account
yang sudah diberikan BPJS Kesehatan
 Perusahaan mengkonfirmasikan pembayaran ke BPJS
Kesehatan
 BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS kepada
perusahaan

B. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja


 Mendaftar ke BPJS Kesehatan dengan mengisi formulir
daftar isian peserta dan menunjukkan kartu identitas (KTP,
SIM, KK atau paspor)
 BPJS Kesehatan memberikan informasi tentang virtual
account calon peserta
 Peserta melakukan konfirmasi pembayaran iuran pertam ke
BPJS Kesehatan
 BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS kepasa peserta

 IURAN
1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
iuran dibayar oleh Pemerintah

95
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada
Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil,
anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai
pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari
Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen)
dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh
peserta.
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di
BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima
persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4%
(empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol koma
lima persen) dibayar oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang
terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua,
besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji
atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima
upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti
saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta
pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja
adalah sebesar:
a) Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas III.
b) Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas II.
c) Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus
rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas I.
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan,
dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis

96
Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas)
tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan

 Alur Pelayanan Kesehatan

 Tata Cara Mendapatkan Pelayanan Kesehatan


1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
a) Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang telah bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
b) Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar.
c) Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

97
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
a) Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan
menunjukkan Kartu Peserta dan menyerahkan surat rujukan
dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / surat perintah
kontrol pasca rawat inap.
b) Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk
mendapatkan pelayanan lanjutan.
c) Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas
Kesehatan tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.

3. Pelayanan Kegawat Daruratan (Emergency):


a) Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian,
keparahan dan atau kecacatan, sesuai dengan kemampuan
fasilitas kesehatan.
b) Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat
langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan.
Kriteria kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c) Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
akan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.
d) Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung
oleh Fasiltas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

II. BPJS Ketenagakerjaan


Merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan ketenagakerjaan bagi masyarakat

98
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang telah kami laksanakan
selama satu bulan di RS. Bhayangkara Surabaya dapat di simpulkan :
1. Dengan PKL ini semua calon tenaga teknis kefarmasian dapat
menerapkan pengetauhan yang telah di dapatkan
2. Siswa dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya di dalam dunia
kerja
3. Mendapat pengetauhan dan pengalaman tentang manajemen rumah
sakit dan pelayanan kefarmasian
4. Mampu memahami karakter pasien dengan tujuan untuk
memudahkan dalam pelayanan kefarmasian.
5. Siswa dapat mengerti bahwa bekerja di lapangan sangat diperlukan
ketelitian, ketepatan, kecepatan, ketrampilan serta kejujuran dan
tanggung jawab yang besar.
6. Selain itu kami juga dapat mengetahui bahwa pada pengerjaan tugas
ini tidak lepas dari ilmu kefarmasian yang harus dipatuhi dan
diterapkan, sehingga kami dapat mengetahui dan memahami tugas
yang sebenarnya yang nyata dari tenaga kefarmasian.

5.2 Saran
a) Untuk Rumah Sakit
Untuk mewujudkan Indonesia lebih sehat, diharapkan RS.
Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso dapat meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian maupun pelayanan kesehatan lain guna
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat agar
visi dan misi RS. Bhayangkara TK.II H.S Samsoeri Mertojoso dapat
tercapai.
Selain itu penerapan sikap menyambut pasien 3S (Senyum,
Sapa & Salam) terkadang karyawan masih sering lupa menerapkannya

99
pada saat melayani pasien. Terutama senyum. Maka karyawan harus
lebih memperhaikan sikap senyum, sapa & salam.
Karyawan lebih meng-up grade pengetauhan tentang obat-obat
baru di pasaran.
b. Untuk Sekolah
Sekolah lebih mempersiapkan materi-materi pembekalan PKL
jauh-jauh hari dari waktu pelaksanaan PKL agar siswa lebih siap.
Terutama pengetauhan tentang obat-obat paten / dagang beserta
indikasi dari zat aktifnya.
Memberikan materi tentang UDD (Unit Dose Dispending) di
sekolah.

100
DAFTAR PUSTAKA

Hoan tjaya, tan, Drs. Dan Drs. Kirana rahardja. 2010. Obat - Obat
penting edisi ke enam. Jakarta: PT. Elex Media Komputidon
http://www.dechacare.com/Amoxicillin-P523.html/ diakses pada tanggal
18 Agustus 2015
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO indonesia Volume 47. Jakarta :
PT. ISFI penerbitan
Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. ISO indonesia Volume 48. Jakarta :
PT. ISFI penerbitan
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang tentang kesehatan. Jakarta:
Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang tentang rumah sakit.
Jakarta: Sekretariat Negara

101
DAFTAR LAMPIRAN

1. Contoh Surt Pesanan Obat Biasa

Surat Pesanan untuk


Arsip

Surat Pesanan untuk


Arsip

Surat Pesanan untuk


PBF

102
2. Contoh Surat Pesanan Narkotika

103
3. Contoh Surat Pesanan Psikotropika

104
4. Contoh Kartu Stock

105
5. Contoh Blanko Resep BPJS

106
6. Contoh Blanko Copy Resep

107
7. Contoh Etiket
a. Etiket Obat Luar

b. Etiket Obat Dalam

c. Etiket ODD

108
d. Tanda Pengambilam Kekurangan Obat

8. Contoh Faktur

109
9. Contoh Insulin

110

Anda mungkin juga menyukai