BLOK 8
MEKANISME PENYAKIT, RESPONS FISIOLOGIS SEL, DAN JARINGAN
“ Rongga Mulutku Bau”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
FASILITATOR:
Veronica, drg.,MDSc., Sp.Pros.
NARASUMBER:
Minasari drg., MM,
Prof. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes., SpPMM,
Sri Amelia, dr., MKes.
Bau mulut adalah kondisi yang ditandai dengan aroma napas mulut yang tidak sedap. Kondisi
ini juga dapat disertai dengan mulut kering, rasa tidak enak di mulut, dan warna putih di lidah. Faktor
penyebab dapat berupa jenis makanan yang dikonsumsi, kebersihan mulut yang tidak terjaga,
penyakit yang diderita, atau gaya hidup yang tidak baik. Halitosis merupakan keluhan terbesar pasien
yang datang ke dokter gigi setelah penyakit karies gigi dan penyakit periodontal. Halitosis didiagnosa
dengan penilaian klinis dan pemeriksaan penunjang menggunakan skor organoleptik dan halimeter.
Pasien yang terdiagnosa dengan halitosis kemudian dapat tata laksana halitosis dengan perawatan gigi
dan mulut, pemberian saliva artifisial, serta perawatan bersama multi disiplin.
Penyusun : Minasari drg., MM, Prof. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes.,
SpPMM, Sri Amelia, dr., MKes
Skenario :
Seorang pasien perempuan berusia 45 tahun datang berobat ke dokter gigi dengan keluhan mulut
terasa bau saat berbicara, gusi sering berdarah, gigi geraham terasa ngilu. Pemeriksaan klinis
menunjukkan, gusi pada regio posterior rahang bawah merah, oedema, dan disonde berdarah. Gigi 37
karies mencapai pulpa dan ada pembengkakan pada jaringan periodontal, kemudian pada gigi 41, 42,
43,31, 32 ,33 ditemukan adanya kalkulus dan terdapat mobiliti 3.
Pertanyaan :
1. Sebutkan tanda-tanda radang !
2. Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab terjadinya karies gigi 37? Setelah terjadi karies
pada kasus di atas, bakteri apa saja yang menyebabkan gigi karies dan bakteri dominan
pada kasus diatas, Jelaskan ciri-ciri bakteri-bakteri tersebut?
4. Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab gusi bengkak yang terjadi pada gingiva regio
anterior rahang bawah, dan bakteri yang dominan pada kasus diatas !
6. Jelaskan bakteri paling agresif yang memperparah infeksi dan ciri- ciri bakteri tersebut !
Learning Issue
Imunologi
BAB II
PEMBAHASAN
Radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami
cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi merupakan respons
tubuh terhadap kerusakan jaringan dan mikrosirkulasi, ditandai dengan terjadinya pelepasan
mediator inflamasi juga perpindahan cairan dan leukosit dari darah menuju jaringan
ekstravaskular. Radang merupakan salah satu dari respons utama sistem kekebalan terhadap
infeksi dan iritasi. Peradangan dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan waktu proses yang
merespons penyebab yang merugikan; akut yang terjadi segera setelah cedera dan
berlangsung selama beberapa hari, peradangan kronis yang dapat berlangsung selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun ketika peradangan akut gagal untuk
menyelesaikan, dan subakut yang merupakan periode transformasi dari akut ke kronis yang
berlangsung dari 2 sampai 6 minggu.
a. Kemerahan (rubor)
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami
peradangan. Hal ini disebabkan karena terjadi vasodilatasi local sehingga aliran darah
setempat akan berlebihan.
b. Panas (kalor)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang
disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan
kedaerah normal. Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Fenomena
panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh
tidak dapat kita lihat dan rasakan.
c. Bengkak (tumor)
Adanya kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan terlepasnya cairan terutama larutan
garam dan koloid pada ruang interstitial sehingga terjadi edema atau terjadi pembekuan
cairan dalam ruang interstitial oleh fibrinogen dan protein lainnya yang terlepas dari kapiler
dengan jumlah berlebih.
d. Nyeri (dolor)
Terjadi karena ada kerusakan jaringan akibat mikroorganisme pathogen disebabkan pengaruh
pengeluaran mediator-mediator kimia, yaitu prostaglandin, histamine, bradykinin yang dapat
merangsang saraf perifer di sekitar radang. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang
meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang. Pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat
menimbulkan rasa sakit.
Fungsiolaesa, merupakan gangguan fungsi dari jaringan sebagai konsekuensi dari suatu
proses inflamasi. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar
atau secara refleks akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat
secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan.
2.2. Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab terjadinya karies gigi 37? Setelah terjadi
karies pada kasus di atas, bakteri apa saja yang is menyebabkan gigi karies dan bakteri
dominan pada kasus diatas, Jelaskan ciri-ciri bakteri-bakteri tersebut?
Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang
ditandai oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri dalam
plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk-produk
mikroorganisme, ludah dan bagian bagian yang berasal dari makanan dan email. Pemicu
terjadinya karies gigi adalah bakteri dominan Streptococci yakni spesies Streptococcus
mutans (S. mutans). Spesies bakteri lain yang juga menjadi penyebab karies adalah
Lactobacillus dan Actinomyces. Steptococcus mutans mampu menempel dengan kuat pada
enamel gigi melalui glikokaliksnya. Sel bakteri dari spesies yang sama atau berbeda akan
tertutup pada glikokaliks membentuk suatu lapisan yang disebut plak pada permukaan gigi,
produksi asam yang dapat menyebabkan karies gigi. Langkah pertama yang penting pada
karies adalah pembentukan “plaque” (plak) pada permukaan email yang keras dan
halus. “Plaque” terdiri dari endapan-endapan gelatin dari glukan yang mempunyai berat
molekul besar, dimana bakteri penghasil asam melekat pada email. Polimer-polimer glukan
terutama dihasilkan oleh Streptococcus (Streptococcus mutans, Peptostreptococcus), serta
Actinomyces. Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara jumlah bakteri S.
mutans pada plak gigi dengan prevalensi karies. Langkah kedua yang penting pada
pembentukan karies adalah pembentukan asam (pH < 5) dalam jumlah besar dari karbohidrat
oleh Streptococcus dan Lactobacillus dalam plak. Konsentrasi asam yang tinggi
mengakibatkan demineralisasi email yang berdekatan dan menimbulkan karies.
Streptococcus sendiri merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan susunan khas
yang berbentuk seperti rantai selama masa pertumbuhannya. Bakteri gram positif ini, bersifat
nonmotil (tidak bergerak), anaerob fakultatif serta berbentuk kokus yang sendirian, katalase
negatif, erdiri dari dinding sel dan membran protoplasma. Matriks dinding sel terdiri atas
peptidoglikan rantai silang yang mempunyai komposisi gula amino N-asetil, asam N-
asetilnuramik dan beberapa peptida. Sedangkan struktur antigenik dinding sel S. mutans
terdiri dari antigen protein, polisakarida spesifik dan asam lipotekoat , berbentuk bulat atau
bulat telur dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar
18C – 40C. Streptococcus mutans memiliki beberapa faktor penyebab karies seperti
perlekatan terhadap permukaan enamel, produksi asam metabolit, kapasitas untuk
membangun cadangan glikogen dan kemampuan untuk mensintesis polisakarida ekstraseluler
yang terdapat dalam karies gigi.
2. Ciri-ciri bakteri Lactobacillus acidophilus.
Gram-positif, anaerobik, tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk batang.
pada umumnya berwarna putih, cembung, permukaannya halus, berbentuk bundar
dengan tepi rata.
Sel terlihat seperti huruf V atau Y karena berpasangan
Gram positif yang memiliki dinding sel sebagian besar (90%) terdiri dari lapisan
peptidoglikan serta lipopolisakarida dan lipoprotein, sedangkan lapisan tipis lainnya
adalah asam teikoat yang mengandung unit-unit gliserol atau ribitol.
Habitatnya terdapat pada rongga mulut yang terdapat pada cekung retentif seperti
pada karies pit dan fissure gigi.
3. Actinomyces
Actinomyces merupakan bakteri gram positif anaerob yang berasal dari genus
Actinomycetes. Sebagian besar bakteri ini terdapat pada mulut, khususnya saliva, lidah, dan
gingiva. Actinomyces tidak tahan asam, tidak membentuk spora, tumbuh perlahan
membentuk filamen panjang yang bercabang-cabang, dan non-motile. Bila menjadi bakteri
patogen, di dalam jaringan spesies Actinomyces terdapat filamen bercabang yang dikelilingi
oleh peradangan supuratif, abses, dan fibrosif. Ciri khas dari peradangan ini ditemukan
“Granula Sulfur” dalam nanah/pus. Bila granula sulfur dilakukan hapusan, maka akan tampak
massa filament yang kusut dan mudah putus menjadi bentuk kokus atau batang, bercabang Y
dan V.
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi , ini
menyebabkan gigi berlubang .Mekanisme karies gigi menurut WD.Miller, makanan yang
mengandung karbohidrat,mikroorganisme,pH asam,dan sehingga terbentuk plak pada
permukaan gigi seiring waktu terjadi proses pembentukan karies.Enzim dalam saliva seperti
amylase,maltose,akan mengubah polisakarida menjadi glukosa dan maltose. Glukosa akan
menguraikan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh mikroorganisme terutama Streptococcus sp
dan Lactobacillus sp akan menghasilkan asam susu dan asam laktat, maka pH menurun
sehingga merusak bahan-bahan anorganik dari enamel dan membentuk lubang kecil.
Streptococcus mutans memiliki enzim yang dapat dimanfaatkannya untuk berkembang dan
menimbulkan plak gigi. Sedangkan Lactobacillus sp akan tampak setelah lesi karies
terbentuk.
Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang
peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi karbohidrat menjadi asam
sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler dari
berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme
tersebut bila karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam terus
menerus.
Asam ini akan berdifusi ke dalam enamel, dentin atau sementum yang secara parsial
menghancurkan kristal mineral. Setelah itu mineral yaitu kalsium dan fosfat akan berdifusi
dari gigi dan bila proses terus berlanjut maka akan terjadi kavitas dan menyebabkan gigi
berlubang atau karies gigi.
2.4 Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab gusi bengkak yang terjadi pada gingiva
regio anterior rahang bawah, dan bakteri yang dominan pada kasus diatas !
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi
yaitu jaringan gingiva. Gingivitis disebabkan oleh akumulasi bakteri plak karena kebersihan
mulut yang buruk, kalkulus, iritasi mekanis, dan posisi gigi yang tidak teratur dapat menjadi
faktor pendukung. Bakteri plak dalam jumlah banyak mengganggu hubungan tuan rumah-
parasit dan dapat menyebabkan karies gigi dan penyakit periodontal. Bakteri yang
menyebabkan gingivitis adalah bakteri gram negatif (Porphyromonas gingivalis, Tannerella
forsythia, Treponama denticola, Actinomyces viscosus, Selemonas noxia,
Aggregatibacteractinomycetemcomitans, Fusobacterium nucleatum) dan bakteri gram positif
(Streptococcus sanguinis, Streptococcus mutans, Actinomyces viscosus). Diantara beberapa
bakteri tersebut, Porphyromonas gingivalis dan Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri
yang paling sering ditemukan/dominan pada plak subgingiva dan merupakan bakteri utama
penyebab periodontitis.
Ribka
Infeksi periodontal sering tidak menimbulkan keluhan sehingga tidak terdiagnose dan
diabaikan atau dianggap enteng oleh penderitanya. Infeksi jaringan periodontal merupakan
infeksi lokal oral berasal dari mikroorganisme komensal di oral, berkembang biak karena
didukung faktor lokal yaitu oral hygiene/lingkungan oral buruk ditandai dengan banyaknya
plak dan karang gigi. Periodontis merupakan penyakit yang paling banyak diderita manusia,
tetapi sering penyakit ini tidak terdiagnose karena tidak menimbulkan keluhan. Keparahan
periodontitis berkorelasi positif dengan higiene mulut yang jelek, yaitu adanya timbunan plak
bakterial pada karang gigi subgingival (dalam poket periodontal).
Willy
Dor Maduma
- Sel/substansi sel, dinding bakteri gram negatif mengandung lipopolisakarida (LPS),
lipid dan protein yang menentukan jenis respons host. Selain mencetuskan inflamasi, LPS
dapat menyebabkan nekrosis jaringan;
Cynthia
Angeline
- Menghindar dari pertahanan pejamu, yaitu dengan penghancuran leukosit PMN dan
makropag, menghambat kemotaksis PMN, mendegradasi immunoglobulin, memodulasi
fungsi sitokin, mendegradasi fibrin, dan mengubah fungsi limfosit.
Debora
2.6 Jelaskan bakteri paling agresif yang memperparah infeksi dan ciri- ciri bakteri
tersebut !
Ribka
Fransiska
Faktor virulensi tersebut menentukan kekuatan dari potensi patogenik dan juga kapasitas
relatif dari bakteri yang menyebabkan kerusakan host dan kemampuannya untuk menguasai
tubuh. Faktor virulensi dari bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans diantaranya
adalah lipopolisakarida (endotoksin), leukotoksin (sebagai yang paling penting), kolagenase,
bakteriosin, faktor penghambat kemotaksis, faktor sitotoksik, protein pengikat Fc (Fragment
crystallizable), faktor penghambat fibroblas, faktor imunosupresif serta faktor penghambat
adesif, invasi, dan fungsi dari leukosit PMN. Leukotoksin mempunyai efek destruktif
terhadap neutrofil, monosit, dan limfosit T.
Yulita
Bakteri tersebut telah disimpulkan sebagai penyebab dari periodontitis agresif karena dapat
menembus jaringan ikat gingiva hingga ligament periodontal serta tulang alveolar dan
menghasilkan leukotoksin yang kuat yang akan merusak neutrofil, dimana neutrofil itu
sendiri berfungsi sebagai pertahanan dalam melawan infeksi periodontal.
Yosefin
Sistem imun adalah sistem pertahanan yang berperan pada hal pengenalan, penghancuran,
dan penetralan terhadap benda asing pada tubuh. Sistem imunitas tubuh kita dibagi menjadi
2:
• Innate immunity
Bila tubuh terserang mikroorganisme, mekanisme pertama dan terpenting adalah imunitas
alamiah yaitu fagositosis. Akan tetapi bakteri patogen intraselular relatif resisten terhadap
degradasi dalam sel fagosit mononuklear. Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan
nonspesifik/innate immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang
lebih kompleks dan spesifik.
Aurellia
• Adaptive immunity.
Adaptive immunity atau respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas sel makrofag
yang selanjutnya akan berperan sebagai antigen presenting cell (APC). Sel ini akan
menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel yang dapat dikenali
oleh sel limfosit T penolong (Th atau T helper). Sel Th ini akan teraktivasi dan (selanjutnya
sel Th ini) akan mengaktivasi limfosit lain seperti sel limfosit B atau sel limfosit T sitotoksik.
Sel T sitotoksik ini kemudian berpoliferasi dan mempunyai fungsi efektor untuk
mengeliminasi antigen.
Zetta
Setiap prosesi ini sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung atau melalui
sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini dapat juga berinteraksi secara simultan dengan sel tipe
lain atau dengan komponen komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang menghasilkan
aktivasi fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat lokal
atau sistemik dan akan berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui mekanisme
control.
2.8 Sebutkan ciri-ciri dari bakteri penyebab bau mulut (minimal 3 bakteri)
Debora
Nafas bau secara mendasar disebabkan oleh dua hal, yaitu: fisiologis dan patologis. Bakteri
penyebab halitosis mampu melakukan aktivitas putrefaksi untuk menguraikan protein
(proteolysis), yang berasal dari sel epitel mulut, saliva, sel-sel darah, cairan sulkus gingiva,
dan sisa makanan, menjadi asam amino. Asam amino utama yang mengandung sulfur yakni
cysteine, cystine, methionine, tryptophan dan lysine. Asam amino tersebut memicu
terbentuknya gas-gas penghasil halitosis mengandung sulfur yang disebut volatile sulfur
compounds (VSCs).
Aiysah
Jenis bakteri yang biasanya menyebabkan bau mulut adalah bakteri Gram negatif, yang juga
merupakan penyebab dari berbagai gangguan mulut dan gigi. Jenis bakteri ini meliputi:
Prevotella (Bacteroides) melaninogenica, Treponema denticola, Porphyromonas gingivalis,
Porphyromonas endodontalis, Prevotella intermedia, Bacteroides loescheii,
Enterobacteriaceae, Tannerella forsythenella, Centipacteriaceae, Tannerella forsythenella
corrodens, Fusobacterium nucleatum vincentii, Fusobacterium nucleatum nucleatum,
Fusobacterium nucleatum polymorphum, Fusobacterium periodonticum.
Fellita
Michelle
Syva
Siti
Charlizee
e. Treponema denticola. Treponema denticola adalah bakteri golongan gram negatif yang
mampu melakukan aktivitas putrefaksi untuk menguraikan protein (proteolysis), yang berasal
dari sel epitel mulut, saliva, sel-sel darah, cairan sulkus gingiva, dan sisa makanan, menjadi
asam amino. Asam amino utama yang mengandung sulfur yakni cysteine, cystine,
methionine, tryptophan dan lysine. Asam amino tersebut memicu terbentuknya gas-gas
penghasil halitosis mengandung sulfur yang disebut volatile sulfur compounds (VSCs).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan karies diyakini disebabkan oleh beberapa spesies bakteri gram positif
yang dominan, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan lactobacillus. Lesi
karies bisa terjadi tanpa adanya dugaan patogen. Namun, Streptococcus sanguis merupakan
bakteri yang dapat berkolonisasi di permukaan gigi pada tahap awal pembentukan plak
sehingga menyebabkan bakteri lain termasuk Streptococcus mutans untuk menempel pada
plak tersebut. Gingivitis pada orang dewasa diketahui karena adanya akumulasi biofilm pada
plak di sekitar margin gingiva dan respon peradangan terhadap bakteri. Plak yang tidak
dibersihkan dari lapisan luar gigi akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri disebut sebagai
karang gigi. Bakteri tersebut akan mengeluarkan zat yang bersifat asam sehingga dapat
merusak gingiva. Mikroorganisme spesies yang akan terlihat di jaringan periodontal pada
gingivitis, antara lain: Streptococcus sanguis, Fusobacterium nukleatum, Veillonella spp, S.
milleri, Actinomyces naeslundii, Provotella intermedoa, Kapnositofaga sp.
Penyebab paling mendasar dari halitosis karena adanya lapisan yang menutupi
permukaan bagian belakang lidah atau bakteri yang hidup di lapisan tersebut seperti
Solobacterium moorei, Prevotella melanogenica, Fusobacterium nucleatum, Viellonella
alcalescence dan Klepsiella pneumoniae. Pasien dalam skenario mengalami peradangan,
yaitu periodontitis. Penyakit ini umumnya membuat gusi pasien berdarah, bengkak, dan
menimbulkan bau mulut seperti yang dialami pasien. Dalam kasus penyakit ini, bakteri yang
menjadi penyebabnya umumnya Porphyromonas gingivalis, sedangkan bakteri yang dapat
memperparah kondisi ini adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Selain itu, pasien
juga mengalami karies pada gigi 37 yang dapat disebabkan oleh bakteri Streptocccus mutans,
dengan Lactobacillus sp sebagai bakteri dominan yang terdapat pada lesinya. Masalah yang
dialami pasien terjadi karena reaksi tubuh melawan infeksi dan terpicu akan
ketidakseimbangan flora mulut pasien. Inflamasi yang terjadi, walaupun merupakan bentuk
imunitas, jika terus menerus berlangsung karena faktor patogennya tetap bertahan akan
merusak jaringan gigi dan sekitar
DAFTAR PUSTAKA
3. Punchard NA, Whelan CJ, Adcock I. The Journal of Inflammation. J Inflamm (Lond).
2004 Sep 27;1(1):1.
4. Nasution M. Pengantar Mikrobiologi. Medan: USU Press, 2022: 66-71, 120-123, 192-198.
5. Nasution M. Peranan Mikroorganisme Infeksi Rongga Mulut. Medan: USU Press, 2022:
17 -19.
8. Ratmini K. Bau mulut (Halitosis). Jurnal Kesehatan Gigi 2017; 5(1): 26.
10. AI VS, Ilyina A, EP SC. Etiology and microbiology of periodontal diseases: A review.
African Journal of Microbiology Research 2015; 9(48): 2300-6.
12. Fatmawati DWA. Hubungan biofilm streptococcus mutans terhadap resiko terjadinya
karies gigi. JKG Unej 2011; 8(3): 127-30.
13. Dewi DAP. Identifikasi jenis mikroorganisme pada karies gigi antara anak dan lansia.
Tesis. Lampung: Universitas Lampung 2018: 13-9.
14. Markus H, Harapan I, Raule J. Gambaran karies gigi pada pasien karyawan PT.Freeport
Indonesia berdasarkan karakteristik di rumah sakit Tembaga Pura Kabupaten Mimika
Papua.JIGIM 2020; 3(2): 67