Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MODUL II

INFEKSI PADA RONGGA MULUT KARENA PENYAKIT SISTEMIK

OLEH : KELOMPOK 2

1. ANDI NADWA TENRI SAPADA T (J111 16 004)


2. ANDI KARTIKA (J111 16 005)
3. RASDIANA RASYID (J111 16 006)
4. TAYA (J111 16 033)
5. ANDI ESTY WIJAYANTI SYAH (J111 16 034)
6. FERAWATI (J111 16 314)
7. NURHAYANI SAFITRI (J111 16 315)
8. RIANA NOOR ARMEDINA (J111 16 335)
9. ACHIKA PUSPITA KIFFANDA (J111 16 336)
10. TRI ANUGRAH LESTARI (J111 16 338)
11. MUHAMMAD IHSAN (J111 16 527)
12. NUR RAUDHAH I. BIALANGI (J111 16 528)
13. NUR RAIHANA PUTRI AINUN (J111 16 702)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya,
sertasalam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 2 tutorial 1 sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Tugas kami.

Selama persiapan dan penyusunan referat ini rampung, penulis mengalami kesulitan
dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak
akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.

Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang
melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa
yang akan datang. Saya berharap sekiranya Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin

Makassar, 03 September 2017


Hormat Kami

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Lesi..............................................................................................................................4
2.2 Macam – macam penyakit yang disebabkan penyakit sistemik terhadap
rongga mulut.........................................................................................................................4
2.2.1 Kandidiasis...............................................................................................................4
2.2.2 Atropik glossitis.......................................................................................................5
2.2.3 Angular cheilitis.......................................................................................................5
2.2.4 Stomatitis Uremia....................................................................................................5
2.2.5 Chron’s Disease.......................................................................................................5
2.2.6 Kolitis Ulseratif........................................................................................................5
2.3 Penyebab terjadinya lesi putih yang disebabkan oleh infeksi pada rongga
mulut..................................................................................................................................…6
2.4 Hasil diagnosis...........................................................................................................7
2.4.1 Gambaran Klinis dari kandidiasis............................................................................8
2.5 Infeksi yang menyebabkan terjadinya kandidiasis................................................9
2.6 Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral...................................................................9
2.7 Pemeriksaan penunjang..........................................................................................10
2.8 Kolerasi antara penyakit sistemik dengan infeksi sehingga menyebabkan
lesi pada rongga mulut.......................................................................................................11
2.9 Perawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien..............................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu penyakit mulut atau oral medicine adalah kompetensi khusus di


bidang kedokteran gigi terkait dengan penyakit-penyakit pada daerah oral dan
paraoral. cabang ilmu kedokteran gigi ini mengelola kesehatan pasien secara
menyeluruh meliputi diagnosis dan perawatan yang bersifat non-bedah pada
kelainan jaringan lunak rongga mulut baik primer maupun sekunder di rongga
mulut dan sekitarnya. seperti kita ketahui bahwa rongga mulut merupakan
salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan
penderita, karena timbulnya kelainan dalam rongga mulut dapat menunjukkan
keadaan kesehatan seseorang.
Adapun gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan
tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. sistem imunitas
menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau
berbahaya mikroorganisme seperti parasit, jamur, bakter, virus dan lain-lain.
manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut seringkali merupakan tanda
awal berupa infeksi meliputi infeksi karena jamur (oral candidiasis), infeksi
virus dan infeksi bakteri. kandidiasis mulut sejauh ini merupakan tanda di
dalam mulut yang paling sering dijumpai baik pada penderita penyakit
sistemik dan merupakan tanda dari manifestasi klinis pada penderita
kelompok resiko tinggi. disini dokter gigi merupakan profesi yang
pekerjaannya berhubungan erat dengan gigi dan mulut dan sebagai dokter
gigi harus mengetahui tanda-tanda tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya, yaitu :


1. Jelaskan macam – macam penyakit yang disebabkan penyakit sistemik
terhadap rongga mulut !
2. Jelaskan penyebab terjadinya lesi putih yang disebabkan oleh infeksi
pada rongga mulut !
3. Diagnosa apa yang dpat ditegakkan dari kasus tersebut ?
4. Bagaimana gambaran klinis pada hasil diagnose tersebut ?
5. Infeksi apa yang menyebabkan terjadinya penyakit pada rongga mulut
berdasarkan hasil diagnosa?
6. Bagaimana pemeriksaan ekstra oral dan intra oral pada kasus tersebut?
7. Pemeriksaan penunjang apakah yang diberikan pada pasien?
8. Bagaimana kolerasi antara penyakit sistemik dengan infeksi sehingga
menyebabkan lesi pada rongga mulut?
9. Apa perawatan yang dilakukan terhadap pasien ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui macam – macam penyakit yang disebabkan


penyakit sistemik terhadap rongga mulut !
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya lesi putih yang disebabkan
oleh infeksi pada rongga mulut !
3. Untuk mengetahui diagnosa apa yang dapat ditegakkan dari kasus
tersebut ?
4. Untuk mengetahui bagaimana gambaran klinis pada hasil diagnose
tersebut ?
5. Untuk mengetahui infeksi apa yang menyebabkan terjadinya penyakit
pada rongga mulut berdasarkan hasil diagnosa?
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan ekstra oral dan intra oral
pada kasus tersebut?

2
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang apakah yang diberikan
pada pasien?
8. Untuk mengetahui bagaimana kolerasi antara penyakit sistemik dengan
infeksi sehingga menyebabkan lesi pada rongga mulut?
9. Untuk mengetahui apa perawatan yang dilakukan terhadap pasien ?

Skenario

Seorang laki – laki umur 55 tahun dating ke RSGM UNHAS dengan keluhan
timbulnya lesi putih dan rasa terbakar pada lidah. Pasien selalu merasa haus dan tidak
pernah berobat ke dokter.

Keywords

1. Laki – laki umur 55 tahun.


2. Lesi putih pada lidah.
3. Rasa terbakar pada lidah.
4. Selalu merasa haus.
5. Tidak pernah berobat ke dokter.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lesi

Lesi adalah daerah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh penyakit


atau trauma. Terjadinya lesi dapat membuat atau menimbulgan gangguan
fungsi pada daerah yang terkena lesi. Lesi sendiri dibagi menjadi lesi primer
dan lesi sekunder. Dimana lesi primer ini yang mencakup abses, ulser, dan
tumor sedangkan lesi sekunder yang mencakup krustar dan jaringan parut.1

2.2 Macam – macam penyakit yang disebabkan penyakit sistemik terhadap


rongga mulut

Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut.


Rongga mulut dapat menjadi jendela tubuh kita karena banyak manifestasi
pada rongga mulut yang menyertai penyakit sistemik.2,3

2.2.1 Kandidiasis

Kandidiasis pseudomembran akut mempunyai gambaran klinis


berupa plak putih seperti beludru atau bercak-berck putih,
terlokalisir atau menyebar pada mukosa rongga mulut dan lidah
yang asimtomatik atau dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, gatal
sampai adanya sensasi terbakar. Plak putih mengandung
deskwamasi sel-sel epitel, fibrin, hifa jamur yang dapat diangkat
dengan meninggalkan area eritematus. Kandidiasis tipe
pseudomembra merupakan tipe kandidiasis yang paling umum dan
dapat mudah dikenal dengan pemeriksaan klinis.
Kandidiasis atrofik kronik mempunyai gambaran klinis yang
sangat karakteristik berupa area eritematus pada jaringan yang
tertutup. 3

4
2.2.2 Atropik glossitis

Yaitu hilangnya papila lidah, menyebabkan lidah lunak dan


kemerahan yang menyerupai migratori glossitis. Hal tersebut
mengakibatkan lesi kemerahan, non- indurasi, atropik dan dibatasi
dengan sedikit peninggian pada lidah, pinggir yang nyata dengan
warna yang bermacam-macam dari abu-abu sampai putih.2

2.2.3 Angular cheilitis

Terjadi pada sudut bibir, yang disebabkan karena infeksi


candida albicans menyebabkan kemerahan dan pecah-pecah, serta
rasa ketidaknyamanan.2

2.2.4 Stomatitis Uremia

Cukup jarang, hanya sering ditemui pada gagal ginjal kronik


yang tidak terdiagnosis atau tidak terobati. Kerak atau plak yang
nyeri sebagian besar terdistribusi di mukosa bukal, dasar atau
dorsal lidah, dan pada dasar rongga mulut.2

2.2.5 Chron’s Disease

Penyakit Chron’s digambarkan identik dengan yang terjadi di


mukosa intestinal. Secara histologi, lesi ini mempunyai gambaran
granuloma non-necrotik di submucosa, yang terdiri dari sel raksasa
Langerhan multinuklear, sel epiteloid, limfosit, dan sel plasma.2

2.2.6 Kolitis Ulseratif

Penyakit ini mirip dengan ulser aphtosa, namun lebih jarang


dari Chron’s Disease.2

5
2.3 Penyebab terjadinya lesi putih yang disebabkan oleh infeksi pada
rongga mulut

Lesi putih yang terjadi karena infeksi disebabkan oleh kondisi


hiperglikemia kelainan sekresi insulin yang menyebabkan terjadinya
gangguan mekanisme sistem imunoregulasi pada penderita DM, hal ini
menyebabkan menurunnya daya kemoktasksis, fagositosis dan kemampuan
bakteriosidal sel leukosit sehingga kulit lebih rentan terkena infeksi. Jamur
pada keaadaan normal terdapat pada tubuh manusia,namun pada keaadaan
tertentu, misalnya pada penderita DM pertumbuhannya menjadi berlebihan
sehingga menyebabkan infeksi.4

Glukosa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan


mikroorganisme termasuk candida albicans. Salah satu infeksi yang paling
sering mengenai mukosa mulut penderita diabetes mellitus adalah
candidiasis.5

Candidiasis merupakan lesi putih dengan ciri-ciri bercak putih mungkin


terjadi pada mukosa oral karena trauma, infeksi, penyakit, terkait-imun, atau
neoplasia.5

Bercak putih biasanya tidak nyeri, walaupun ketidaknyamanan dapat


terjadi karena erosi atau ulser, terutama lichen planus.5

Beberapa bercak putih adalah premalignant dan oleh karena itu biopsy
harus dilakukan rutin, kecuali jika tidak ada keraguan untuk mendiagnosis.5

Bercak putih bias terlokalisir atau menyebar dalam rongga mulut.


Bercak putih yang terlokalisir menunjukkan etiologi traumatik atau
neoplastic, sedangkan tipe menyebar menunjukkan kondisi sistemik,
imunologis, atau herediter.5

2.4 Hasil diagnosis

6
Diagnosa yang dapat detegakkan sesuai kasus tersebut yaitu
Kandidiasis. Hasil diagnosa tersebut didapatkan berdarakan hasil
anamnesa. Anamnesanya yaitu, timbulnya lesi putih dan rasa terbakar pada
lidah. Hal ini disebabkan karena adanya kolerasi antara infeksi pada
rongga mulut dan penyakit sistemik, penyakit sistemik yang dimaksud
yaitu Diabetes Melitus. Ditandai pula dengan pasien selalu merasa haus
dan tidak pernah berobat ke dokter. Diabetes Melitus merupakan gangguan
metabolism tubuh yang mengacu pada peningkatan kadar glukosa darah.
Diabetes mellitus mempunyai hubungan yang signifikan dengan beberapa
komplikasi mikro dan makrovaskular dalam tubuh.

Penderita diabetes mellitus dengan gula darah tidak terkontrol


menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri, jamur dan
virus, hal ini disebabkan akibat dari hiperglikemia dan ketoasidosis yang
mengubah fagositosis makrofag dan kemotaksis neutrofil
polimorfonuklear yang mana hal ini dapat meningkatkan penyebab
kerusakan pada jaringan periodontal.6

Penyakit ini disebabkan juga oleh infekai jamur candida albicans


dengan ciri bercak lunak seperti krim berwarna putih yang mengenai area
luas pada mukosa mulut. Usia adalah faktor yang penting dalam
perkembangan kondidosis oral ( kandidasis) karena thrush mengenai 5 %
bayi yang dilahirkan dan 10% individu tua yang debil. 4 Faktor predisposisi
yang berperan adalah,lokal (higiene mulut yang buruk, xerostomia,
kerusakaan mukosa, gigi tiruan, obat kumur antibiotika) dan sistemik
(antibiotik spektrum luas, steroid, obat imnuosupresif, radiasi, infeksi
HIV, keganasan hematologi,neutropenia anemia difisiensi Fe,
imunodefisiensi selular dan kelainan endokrin).7

2.4.1 Gambaran Klinis dari kandidiasis

7
Bentuk yang paling umum pada lesi ini dan ciri khas gambaran
klinisnya adalah bercak putih seperti krim,sedikit menonjol, dapat
diseset. Sifat lesi ini terlokalisasi atau menyeluruh. Sering
ditemukan pada mukosa pipi,palatum molle, lidah dan bibir. Gejala
yang sering timbul Xerostomia, sensaisi terbakar dan gangguan
pengecapan.7
Kandidiasis mulut di klasifikasikan sebagai lesi primer, terdiri
dari lesi secara eksklusif terdapat pada daerah oral atau perioral, dan
lesi sekunder yang merupakan lesi oral dari berbagai penyakit
mukokutan. Kandidiasis primer, meliputi lima varian klinis:
pseudomembranosa, eritematosa, nodular, papillary hyperplasia di
palatum dan lesi yang berkaitan dengan candida (cheilitis angularis,
median rhomboid glossitis, denture stomatitis).7
Kandidiasis pseudomembran akut mempunyai gambaran klinis
berupa plak putih seperti beludru atau bercak-berck putih,
terlokalisir atau menyebar pada mukosa rongga mulut dan lidah
yang asimtomatik atau dapat menimbulkan rasa tidak nyaman,
xerostomia, gangguan pengecapan, gatal sampai adanya sensasi
terbakar. Plak putih mengandung deskwamasi sel-sel epitel, fibrin,
hifa jamur yang dapat diangkat dengan meninggalkan area
eritematus. Kandidiasis tipe pseudomembran merupakan tipe
kandidiasis yang paling umum dan dapat mudah dikenal dengan
pemeriksaan klinis. Sifat lesi ini : terlokalisasi atau menyeluruh,
sering ditemukan pada mukosa pipi, palatum molle, lidah, dan
bibir.7
Kandidiasis atrofik kronik mempunyai gambaran klinis yang
sangat karakteristik berupa area eritematus pada jaringan yang
tertutup. 7

2.5 Infeksi yang menyebabkan terjadinya kandidiasis

8
Kandidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh C. albicans. C.
albicans merupakan flora normal rongga mulut. Prevelansi pada rongga
mulut normal dilaporkan berkisar 33-40%. Peningkatan prevelansi C.
albicans serta perubahan sifat komensional menjadi pathogen terjadi
akibat adanya kesehtan mulut yang buruk, hipoprotema dan kenaikan γ
globulin. Diantara species yang pathogen dari candida adalah 71,7%
C.albicans, 9,8% candida glabrata, 1,7% candida tropicalis. Spesies
candida dapat ditemukan di mulut sekitar 35% subyek normal dalam
jumlah 800 cfu ml-1, sedangkan pada infeksi candida dapat mencapai
10.000 cfu ml-1.8

Kecenderungan keberadaan C. albicans pada penderita diabetes


mellitus, disebabkan kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol.
Makanan yang kaya dengan karbohidrat mempermudah timbulnya C.
albicans dan infeksi c. albicans.8

Kandidiasis oral biasanya merupakan infeksi sekunder yang menyertai


kondisi medis lainnya. Campuran spesies candida dapat ditemukan pada
kandidiasis oral dengan penyebab utamanya C.albicans. Sekitar 85 – 95%
infeksi C. albicans pada rongga mulut tampak sebagai bercak putih pada
gingival, lidah, dan membrane mukosa oral yang jika dikerok
meninggalkan permukaan yang merah dan berdarah. 9

2.6 Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral

a. Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan
secara umum dari pasien, misalnya pembengkakan dimuka dan di leher
dengan cara palpasi.10
Ditandai dengan ketidaknyamanan pasien, berat badan menurun,
penurunan respon imun.11
b. Pemeriksaan intraoral

9
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam
rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan dan jaringan
sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras).10
Ditandai adanya lesi putih pada lidah akibat mikroorganisme,
Permeriksaan secara radiografis juga memperlihatkan adanya resoprsi
tulang alveolar yang cukup besar pada penderita DM dibandingan
dengan penderita non DM .11
Ditandai adanya lesi putih akibat mikroorganisme oportunistik seperti
candida albican yang lebih banyak tumbuh yang berakibat terjadinya
kandidiasis.
Pemeriksaan secara radiografis juga meperlihatkan adanya resorpsi
tulang alveolar yang cukup besar pada penerita DM disbanding pada
penderita non DM. Pada penderita DM terjadi perubahan vaskularisasi
sehingga lebih mudah terjadi periodontitis yang selanjutnya
merupakan faktor etiologi resorpsi tulang alveolar secara patologis.
Resoprpsi tulang secara fisiologis dapat terjadi pada individu sehat,
namun resorpsi yang terjadi pada DM disebabkan karena adanya
gangguan vaskularisasi jaringan periodontal serta gangguan
metabolism mineral.11

2.7 Pemeriksaan penunjang

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa


darah sewaktu > 200 mg/dl, glukosa darah puasa > 126 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan
toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang – kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali
abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lalu atau Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak
diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang mnurun cepat. Ada
perbedaan antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji

10
daignostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM,
sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi
mereka yang tidak beergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun,
berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus
berulang, melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL < = 35 mg/dl, atau
trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostic dilakukan pada mereka yang
positif uji penyaring.12

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar


glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat
diikuti dengan tes tolerasni glukosa oral (TTGO) standar.12

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah dengan melakukan


pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan sitologi dan kultur jaringan,
serta biopsi pada kasus kronis. 7

2.8 Kolerasi antara penyakit sistemik dengan infeksi sehingga


menyebabkan lesi pada rongga mulut

Salah satu penyakit imunokompromais sebagai predisposisi kandidiasis


mulut adalah Diabetes mellitus (DM). Diabetes Mellitus menjadikan
penderitanya rentan terhadap infeksi seperti candida. Selain itu, kandidiasis
mulut sering dijumpai pada penderita DM sebagai dampak dari adanya
penurunan sekresi saliva. Diabetes mellitus merupakan gangguan
metabolisme disebabkan banyak faktor dengan ditandai hiperglikemia
akibat gangguan metabolisme karbohidrat lemak, dan protein.3
Diabetes mellitus adalah suatu ciri penyakit kelainan metabolisme yang
ditandai oleh abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
dengan peningkatan kadar glukosa darah. Glukosa merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme termasuk candida albicans. Salah
satu infeksi yang paling sering mengenai mukosa mulut penderita diabetes
mellitus adalah candidiasis.13

11
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan
metabolism karbohidrat dimana terjadi penurunan sekresi hormon insulin
secara relatif maupun absolute oleh pankreas ke dalam sirkulasi darah dan di
tandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe 1
dan 2 jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
komplikasi pada beberapa organ tubuh berupa diabetic neuropati, nefropati,
kardiopati, angiopati dan makrovaskuler. Diabetes mellitus yang tidak
terkontrol dengan baik akan menimbulkan manifestasi di rongga mulut,
diantaranya adalah: xerostomia, burning mouth syndrome, kandidiasis,
infeksi bakteri, gingivitis, periodontitis dan pembesaran kelenjar saliva.
Secara radiografi penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dapat
ditemukan adanya pelebaran celah ligamen periodontal, resorbsi tulang
alveolar pada rahang atas dan rahang bawah serta adanya mobiliti gigi yang
lama kelamaan akan mengakibatkan kehilangan gigi.14
Kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dapat menekan respons
imun host dan menyebabkan penyembuhan luka yang tidak baik serta
infeksi berulang. Kadar HbA1c normal pada bukan penderita diabetes antara
4% sampai dengan 6%. Beberapa studi menunjukkan bahwa diabetes yang
tidak terkontrol akan mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada
penderita diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang dari 7%. Semakin tinggi
kadar HbA1c maka semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi,
demikian pula sebaliknya.15,16

2.9 Perawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien

Perwatan lesi mulut diawali dengan pembersihan mulut dengan


berkumur larutan perhidrol 3% dan pengusapan dengan kasa basah. Plak
putih di lidah sebagian terangkat dan meninggalkan area kemerahan.
Kandidiasis mulut dirawat dengan pemberian antijamur topical dan
instruksi pemeliharaan kebersihan mulut dengan berkumur larutan
perhidrol 3% dan menyikat lidah. 3

12
Dengan menggunakan bahan polyene topikal seperti amphotericine,
nystatin, dan miconazole yang tersedia dalam berbagai bentuk. Generasi
baru bahan anti fungal triazole, seperti fluconazole, dan itraconazole
sangat efektif untuk 7–15 hari, walaupun infeksi klinis akan kembali jika
dihentikan dan faktor penyebab.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lesi adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh penyakit atau


trauma. Terjadinya lesi dapat membuat atau menimbulkan gangguan
fungsi pada daerah yang terkena lesi. Salah satu penyebab lesi yaitu karena
infeksi.
Infeksi pada rongga mulut merupakan manifestasi dari penyakit
sistemik.
Kandidiasis merupakan infeksi yang terjadi karena adanya jamur
kandida albikan, namun juga dapat disebabkan faktor predisposisi yaitu
lokal dan sistemik, lokal seperti oral higien yang buruk dan sistemik
seperti seperti diabetes melitus . Pada penderita diabetes melitus, terjadi
kerusakan organ pankreas kelainam sekreau insulin yang menyebabkan
gangguang mekanisme sistem imunoregulasi. Gejala yang ditimbulkan
kemudian mengakibatkan terganggunya lingkungan flora normal dalam
rongga mulut yang mengakibatkan mudah terkena infeksi.

3.2 Saran

1. Memberikan bimbingan agar dapat mengetahui secara jelas, tidak


hanya sebatas teori tentang bagaimana memposisikan dan menagani
pasien dalam jenis pemeriksaan.
2. Pembaca diharapakan dapat memahami tentang luka – luka yang
terjadi pada mukosa rongga mulut dan kulit dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Ireland R. Kamus Kedokteran Gigi, Jakarta: EGC ; 2014.


2. Noormaniah FD, dan Tetrawindu AH. Manifestasi penyakit sistemik pada
rongga mulut. Universitas Mataram.
www.academia.edu/.../MANIFESTASI_PENYAKIT_SISTEMIK_PADA_R
ONGGA_... [di akses pada 30 Agustus 2017]
3. Satrya A.E.P, dkk. Kandidiasis mulut sebagai indikator penyakit sistemik
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2012 ; 19(2) : 162-4.
4. Saskia TI, Mutiara H. Infeksi jamur pada penderita diabetes melitus. Majority
Nov 2015 ; 4(8) : 73.
5. A.O. Lewis Michael, Richard C.K. Jordan. Peyakit mulut diagnosa dan
terapi. Jakarta : ECG ; 2012. P.58.
6. Sari B, Idham H, Pahrur R. Hubungan Pengetahuan dengan status kebersihan
gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus di puskesmas rawang jambi.
Jurnal Kedokteran Gigi 1 Jun 2017; 4(1) : 14.
7. Laskaris G.Atlas saku penyakit mulut. Jakarta : ECG ; 2012.
8. Hernawati S. Hubungan kadar glukosa darah dengan pertumbuhan candida
albicans pada penderita diabetes mellitus. Indonesian Journal of Dentistry
2007; 14(2) : 123 – 5.
9. Leepel AL, Rahmat H, Ria P, dkk. Efek penambahan glukosa pada saburoud
dextrose broth terhadap pertumbuhan candida albicans. Indonesian Journal of
Dentistry 2009; 16 (1): 59.
10. Bakar A. Kedokteran gigi klinis.Ed 2th.Yogyakarta : Quantum sinergis
Media ; 2002. Pp. 4,7,24
11. Ermawati T. Periodontitis dan diabetes mellitus. Jurnal Kedokteran Gigi Unej
2012; 9(3) : 153.
12. Fatimah RF. Diabetes mellitus tipe 2. Jurnal Majority Feb 2015; 4(5) : 96 – 8.
13. Greenberg GM. Buket’s oral medicine diagnose and treatment. 11 th ed.
Hamilton : Decker Inc ; 2008.

15
14. Anjar N. 2008. Easy Pediatric. Available from
URL :http://easypediatrics.com/oral-candidiasis.html. Accessed : oktober 28
2010
15. Utama Hendra. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta : Fakultas
kedokteran gigi universitas Indonesia ; 1995. P. 122.
16. Peter F. Fedi, R.Arthur, John Gray L. Silabus Periodonti. Jakarta : EGC ;
2004. P. 23.
17. Michael AOL, Richard CKJ. Penyakit mulut diagnosis & Terapi. Ed 2 th.
Jakarta :EGC ; 2015.p.66

16

Anda mungkin juga menyukai