Anda di halaman 1dari 35

KELOMPOK 3

Ketua : Mutiha Angeline (180600018)

Sekretaris : Janesia (180600093)

Anggota :
Farrel Mohammad (180600098)
Wivi Azkia Antami (180600013) Triska Fitriana (180600099)
Malikah Kautsar Ilmi (180600014) Sonia Ayunita S (180600100)
Ignasius Dimas Hans (180600015) Anirsa Ferdianty S (180600184)
Hafidz Al Khuzairi (180600016) Fitriya Ningrum (180600185)
Lanni Rizkina Hrp (180600017) Rizky Yana Putri (180600186)
Devyn Roberta (180600092) Nadya Arthamevia (180600187)
Angelica Indah Sari (180600094) Mulia Listari (180600188)
Winny (180600095) Preetypal Kaur (180600244)
Christ Angelina (180600096) Prianga A/P M (180600245)
Nama Pemicu :
Kenapa ada benjolan di gusi
ku…
Narasumber :
Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA

Essie Octiara, drg., Sp.KGA

Minasari, drg., MM

Hari/Tanggal:
Selasa, 15 Oktober 2019
Seorang ibu membawa anak perempuan yang berusia 2,5 tahun ke IKGA FKG
USU, datang dengan keluhan gigi anaknya banyak yang berlubang dan ada
benjolan kecil di gusi bagian depan. Dari hasil anamnesis, ibu memberi ASI
dengan frekuensi kapanpun anak mau, dari lahir sampai usia 2 tahun.
Sekarang anak mengonsumsi susu botol 4x sehari. Pemberian susu botol
diberikan pada malam hari sampai anak bangun pada pagi harinya. Anak
juga sering meminum teh manis menggunakan botol. Ibu mengatakan
enggan menyikat gigi anaknya pada malam hari sebelum tidur karena anak
akan menangis bila akan dibersihkan giginya. Ibu hanya membersihkan gigi
anak dengan kassa pada pagi hari, karena anak akan berontak, menangis
keras, dan muntah.

1. Jelaskan jenis karies yang di
derita anak ini !
Jenis karies yang diderita anak adalah baby bottle tooth decay atau
nursing bottle caries yang merupakan bentuk spesifik dari severe
early childhood caries (SECC) yaitu  segala tanda karies pada
permukaan gigi yang halus pada usia di bawah 3 tahun.2

Nursing bottle caries terjadi akibat konsumsi dan cara pemberian


minuman manis pada botol yang tidak tepat.
Karakter
Pola perkembangan, gigi yang pertama
terkena yaitu insisivus maksilaris,
kemudian diikuti molar maksilaris dan
mandibularis, dan karena sifat
perlindungan alami dari lidah, insisivus
mandibularis sering terhindar. Pada
kasus ini dilihat dari gigi anterior
rahang atas yaitu 51,52,53,61,62 dan gigi
posterior rahang bawah yaitu 74,85
terkena karies sedangkan tidak ada
karies pada gigi anterior rahang bawah
yang umumnya menjadi karakteristik
nursing bottle caries.

2. Jelaskan etiologi terjadinya
karies pada anak ini !
1. Host (Gigi desidui)
Gigi desidui cenderung lebih mudah terkena karies dibanding gigi
permanen karena mengandung lebih banyak komponen organik (mineral
nya sedikit) serta komponen enamel nya lebih tipis.

2. Agent (Mikroorganisme)
Terdapat berbagai macam mikroorganisme dalam rongga mulut.
Namun, yang utama menyebabkan karies adalah bakteri Streptococcus
mutans yang melekat pada plak yang telah terbentuk. Bakteri S. mutans
bersifat tahan asam sehingga dapat berkembang karena substrat
mengandung asam.

3. Substrat (susu & makanan dan minuman manis)


Susu mengandung bahan yang menjadi bahan fermentasi
karbohidrat menjadi asam.

4. Waktu
Dibutuhkan waktu untuk terjadinya suatu karies. Yaitu 6– 48 bulan.
Anak tidur dengan dot yang berada tetap
di mulut hingga bangun pagi  Susu akan

menggenang pada gigi anterior rahang

atas sehingga akan memicu terjadinya

karies

Stagnasi  lidah pada pada


gigi insisivus bawah , cairan
susu membasahi gigi bagian
.
atas

3. Jelaskan fungsi gigi &
morfologi anatomi 52,51,61,62
dan peran bakteri terjadinya
karies pada karies tersebut!
FUNGSI GIGI
DESIDUI

• Memberi ruang pada masa periode perkembangan pertumbuhan


gigi permanen

• Mempertahankan oklusi yang baik dalam lengkung gigi

• Mendukung kemampuan pengunyahan dan berbicara

• Estetika dalam pembentukan profil wajah

(Scheid RC, Weiss G. Woelfel’s Dental Anatomy. Eighth edition. China: Williams & Wilkins,
2012:42-53)
MORFOLOGI a. Gigi 51,61 (insisivus sentralis maksila desidui)
GIGI

.
Aspek Labial
Diameter mesiodistal crown gigi Insisivus sentralis desidui terlihat lebih besar dari panjang
servikoinsisalnya. Permukaan labial halus, incisal edge agak lurus. Developmental line pada gigi ini
biasanya tidak terlihat. Radiksnya berbentuk kerucut dengan sisi yang runcing. Panjang radiks gigi Insisivus
sentralis maksila desidui relatif lebih besar dibandingkan panjang crownnya.

Aspek Palatal
Crown gigi memiliki suatu tonjolan yang disebut cingulum, cingulum meluas ke incisal ridge membagi sisi
cekung di permukaan palatal di maksila tepi insisal menjadi mesial dan distal fossa. Radiks menyempit ke
arah palatal, radiks lebih menonjol, sisi labial terlihat lebih datar. Potongan melintang pada bagian servikal
membentuk segitiga, permukaan labial membentuk satu sisi dari segitiga tersebut, permukaan mesial dan
distal membentuk dua sisi lainnya.
Aspek Mesial dan Distal
Permukaan mesial dan distal terlihat sama. Ukuran crown pada sepertiga servikalnya lebih luas dari
pada panjang keseluruhan. Ukuran rata-rata lebar mesiodistal crown lebih kecil 1 mm dari panjang serviko-
insisal. Ukuran crown pendek, tebal di sepertiga tengah dan mengecil di sepertiga insisal. Lengkung garis
servikal maksila semento Aspek Mesial dan Distal enamel (cementoenamel junction) melengkung ke arah
incisal ridge.

Aspek Insisal
Aspek Insisal memperlihatkan perbandingan ukuran mesiodistal dengan ukuran labiopalatalnya. Incisal
edge di bagian paling maksila crown relatif lurus, lebih ke mandibula incisal edge permukaan labial lebih
luas dan halus dibandingkan permukaan palatal. Permukaan palatal runcing ke cingulum. Permukaan mesial
dan distal gigi ini relatif lebar. Permukaan mesial dan distal sepertiga insisal membentuk daerah kontak
(contact area) dengan gigi di sebelahnya.
Ukuran rata-rata gigi Insisivus sentralis
maksila desidui: panjang keseluruhan
16.0 mm, panjang crown 6.0 mm, lebar
mesiodistal terbesar crown 6.5 mm, lebar
labiopalatal terbesar crown 5.0 mm dan
panjang akar 9.5 mm.
b. Gigi 52,62 (insisivus lateralis maksila desidui)
Gigi insisivus lateralis maksila desidui mirip dengan gigi insisivus
sentralis maksila desidui, tetapi ukuran berbeda. Insisivus lateralis
crownnya lebih kecil, panjang serviko-insisal crown gigi insisivus
lateralis maksila desidui lebih besar dari lebar mesiodistalnya.
Sudut disto-insisalnya lebih bulat dibandingkan gigi insisivus
sentralis maksila desidui. Walaupun radiksnya mempunyai bentuk
yang serupa, tapi lebih panjang dibandingkan proporsi crownnya.
Aspek labial, palatal, distal, mesial dan insisal bentuknya hampir
sama dengan insisivus sentralis maksila.
Ukuran rata-rata gigi insisivus lateralis maksila desidui:
panjang gigi keseluruhan 15.8 mm, panjang crown 5.6
mm, lebar mesiodistal terbesar crown 5.1 mm, lebar
labiopalatal terbesar crown 4.0 mm, panjang radiks ±
10,2 mm.
PERANAN
BAKTERI

Peranan bakteri dalam terjadinya karies pada kasus (sukrosa atau


gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu. Bakteri dalam plak menghasilkan asam organik lemah
sebagai produk dari metabolisme karbohidrat. Streptococcus mutans
dan Lactobacillus merupakan bakteri yang kariogenik karena
mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan. Asam ini menyebabkan nilai pH lokal jatuh di bawah nilai
kritis yang mengakibatkan demineralisasi jaringan gigi. Jika difusi
kalsium, fosfat, dan karbonat dari gigi ini dibiarkan berlanjut,
kavitasi pada akhirnya akan terjadi.

4. Jelaskan mengapa kondisi
rongga mulut anak bisa buruk
dilihat dari aspek perilaku orang
tua!
- Frekuensi pemberian ASI dan susu dalam botol yang cukup tinggi yaitu
lebih dari 4 kali dengan durasi yang cukup panjang karena dibawa hingga
tertidur.

- Pengetahuan orangtua mengenai oral hygiene yang kurang


- Anak selalu menangis bila giginya akan dibersihkan
dapat terjadi akibat kurangnya edukasi dari orangtua,
seharusnya anak dapat mulai diajari cara menyikat
giginya.

- Kunjungan ke dokter gigi yang baru dilakukan pada


usia 2,5 tahun padahal ada gigi anak yang telah
mencapai karies dentin dan pulpa, aspek ini dapat
dikaitkan dengan dua hal: kepercayaan orangtua
bahwa perawatan gigi desidui tidak penting karena
akan digantikan oleh gigi permanen, atau faktor
sosioekonomi yang menghambat orangtua melakukan
kunjungan ke dokter gigi.

5. Jelaskan patogenesis
terjadinya dentoalveolar abses
kronis pada regio gigi 51 dan 61.
Dentoalveolar abses adalah kumpulan pus
yang berada pada tulang alveolar sekitar
apeks gigi akibat kematian pulpa.
Dentoalveolar abses dapat terjadi sebagai
akibat masuknya bakteri ke daerah periapical
baik melalui saluran pulpa, jaringan
periodontal, maupun jaringan periokoronal.
Bakteri dapat masuk ke dalam ruang pulpa
melalui dentin, pulpa yang terbuka, foramen
apical, ligament periodontal, dan pembuluh
darah.
Bakteri yang berperan dalam pembentukan abses: Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus memiliki enzim koagulase yang berfungsi
mendeposisi fibrin, sedangkan Streptococcus mutans mempunyai tiga enzim (streptokinase,
streptodornase, hyaluronidase) yang bersifat merusak jembatan antar sel yang terbuat dari
jaringan ikat. Akibatnya jaringan pulpa mati dan menjadi media perkembangbiakan bakteri
yang baik. Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan periapical mengundang respon
inflamasi untuk datang ke jaringan yang terinfeksi. Namun, karena kondisi host (gigi) yang
tidak terlalu baik akan menyebabkan virulensi bakteri cukup tinggi yang akan menciptakan
kondisi abses.

Staphylococcus aureus dengan enzim koagulasenya mampu mendeposisi fibrin di sekitar


wilayah Streptococcus mutans untuk membentuk membrane “pseudomembran” yang terbuat
dari jaringan ikat sebagai membrane abses. Pembentukan pus oleh Staphylococcus aureus
terdiri dari leukosit yang mati, jaringan nekrotik, dan bakteri dalam skala besar.
(Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.)

6. Jelaskan hal-hal yang akan
terjadi bila keadaan tersebut
dibiarkan hingga terjadi
kehilangan gigi !
- Gigi 74 dan 85 anak yang karies menyebabkan anak tidak
bisa mengunyah sehingga pertumbuhan rahang dapat
terganggu karena dengan mengunyah dapat mengaktifkan
osteoblast dalam pembentukan tulang.

- Bila gigi dibiarkan sampai nekrosis sehingga harus dicabut


sebelum waktunya, di mana merupakan kondisi gigi
desidui hilang sebelum gigi permanen penggantinya siap
untuk erupsi memiliki potensi untuk mengacaukan
perkembangan oklusi karena kehilangan ruang,
mengurangi lengkung rahang, dan erupsi gigi permanen
yang premature, tertunda ataupun erupsi ektopik, migrasi
gigi tetangga ke daerah yang kosong (mesial drifting) dan
berkembangnya kebiasaan buruk yaitu lidah akan bergerak
ke ruang kosong sampai saatnya gigi pengganti erupsi.

7. Jelaskan upaya pencegahan
yang dapat dilakukan pada kasus
di atas !
PERAN
ORANGTUA
1. Kunjungan pertama ke dokter gigi haruslah pada usia 6 bulan dan 1 tahun dengan
tujuan mencegah faktor risiko karies, mendukung edukasi keluarga.

2. Anak-anak tidak boleh tertidur dalam keadaan memiliki cairan mengandung bahan
fermentasi karbohidrat. Menyusui sesuai permintaan anak harus dihindari setelah
erupsi gigi pertama, dan anak yang tertidur setelah menyusui harus dibersihkan
giginya sebelum tidur.
3. Orangtua dianjurkan untuk memberikan
cangkir ketika anak berusia sekitar 1 tahun
untuk menghindari penggunaan botol untuk
meminum cairan mengandung bahan
fermentasi karbohidrat.
4. Memulai menjaga kebersihan gigi ketika
erupsi gigi pertama
5. Anggota keluarga dianjurkan menghindari
penggunaan alat makan bersama,
menghembus makanan anak, meletakkan dot
anak dalam mulut kemudian diberikan ke
anak, dan mencium mulut anak. Tujuannya
untuk menghindari infeksi vertical dengan
mikroorganisme.
PERAN
DOKTER
GIGI

Dokter gigi juga berperan besar dalam


pencagahan terjadinya kasus diatas.
Dokter gigi seharusnya mengedukasi
masyarakat, dalam kasus ini khususnya
mengedukasi para Ibu & calon ibu tentang
pentingnya memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak dan risiko jika
menyepelekannya.

Karena pada beberapa lapisan masyarakat


terdapat asumsi bahwa kondisi gigi desidui
kurang penting untuk diperhatikan.
Dalam hal ini, sang ibu pada dasarnya tidak
mengetahu hal hal penting dibalik menjaga
oral hygiene anak.
Terima Kasih !
With Love,

KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai