Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

BLOK 12 MUKOSA DAN PERIODONTAL


PEMICU 2
” GUSI OH GUSI”

Disusun Oleh:
Devita Alamanda
190600079

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan
masyarakat dan umumnya menyebabkan tanggalnya gigi akibat inflamasi dari bakteri yang
menghasilkan kerusakan progresif pada jaringan penunjang gigi. Penyakit periodontal telah dibagi
menjadi 2 kategori utama yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan suatu penyakit
berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan,
kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal. Gingivitis sering terjadi dan bisa timbul kapan saja
setelah timbulnya gigi, yang ditandai dengan gingiva tampak merah. Peradangan pada gusi dapat
terjadi pada satu atau dua gigi, tetapi juga dapat terjadi pada seluruh gigi. Gingiva menjadi mudah
berdarah karena rangsangan yang kecil seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan,
pendarahan pada gusi dapat terjadi kapan saja.

Gigi tiruan lepas merupakan perawatan untuk menggantikan kehilangan gigi. Permukaan
internal basis gigi tiruan yang selalu berkontak dengan mukosa mulut dapat menjadi tempat yang
ideal untuk pembentukan plak gigi tiruan. Salah satu mikroorganisme yang dapat ditemukan pada
plak gigi tiruan adalah jamur Candida albicans. Candida albicans diketahui sebagai
mikroorganisme patogen yang mampu menghasilkan enzim hidrolitik yang bersifat toksik dan
dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis. Denture stomatitis merupakan suatu reaksi
peradangan pada jaringan lunak pendukung gigi tir uan. Berdasarkan klasifikasi Newton terdapat
3 tipe denture stomatitis, yaitu bintik merah (pinpoint hyperemia) yang terlokalisir, eritema difus,
dan hiperplasia papila. Reaksi peradangan ini lebih sering ditemukan pada mukosa pendukung gigi
tiruan rahang atas.

1.2. DESKRIPSI TOPIK

Penyusun : Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K), Martina Amalia, drg.,
Sp.Perio (K)., Nurdiana, drg., Sp.PM
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gusi
berdarah pada saat menyikat gigi sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa
satu bulan yang lalu, pasien telah dilakukan penambalan pada gigi regio depan rahang atas
dan sejak setahun yang lalu telah memakai gigi palsu lepasan, namun tidak pernah dilepas dan
dibersihkan. Pasien melakukan sikat gigi 2 kali sehari, setiap habis mandi. Pemeriksaan intra
oral terlihat ada tambalan pada gigi 13, 12 dan 11 di daerah servikal. Gigi 33,32,31,41,42 dan
43 berjejal, kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa
lepasan. Pemeriksaan secara probing pada gigi 13,12,11, 33,32,31,41,42 dan 43 ada perdarahan
gingiva (BOP +) namun belum ada kehilangan perlekatan. Indeks debris 2,4; Indeks kalkulus
1,9. Pasien memakai protesa lepasan pada gigi 17,16, 26 dan 27.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS


KASUS TERSEBUT

Pada dasarnya, penegakan diagnosis terbagi menjadi beberapa poin penting yang nantinya
akan mengarahkan kita menuju suatu diagnosis yang tepat. Berikut adalah langkah-langkah
penegakan diagnosis :

1. Anamnesis

Tahap ini terbagi menjadi beberapa kelompok:

- Riwayat keluhan utama: merupakan riwayat kronologis perkembangan keluhan pasien,


seperti : apa keluhan dari pasien, apakah ada rasa sakit atau tidak, kapan pertama kali
keluhan tersebut dirasakan
- Riwayat Medis: Pada tahap ini kita memeriksa tentang kondisi kesehatan pasien
sebelumnya untuk menunjang rencana perawatan nantinya. Misalnya apakah pasien
memiliki penyakit sistemik, pernah menjalani operasi atau tidak,obat-obat yang pernah
atau masih dikonsumsi, dan riwayat alergi.
- Riwayat keluarga: Bila dicurigai adanya diagnosis yang melibatkan kondisi herediter ,
tambahkan catatan rinci tentang kesehatan, usia, dan riwayat medis dari orang tua,
kakek-nenek,saudara kandung, dan anak-anak.
- Riwayat social: Untuk mendapatkan gambaran tentang gaya hidup pasien yang
kemungkinan berpengaruh besar pada kesehatan umum dan kesehatan gigi pasien.
Misalnya, kebiasaan berolahraga, berat badan dan tinggi badan ( berkaitan dengan
gangguan makan), diet, mengonsumsi alkohol( berkaitan dengan penyakit
periodontal,kanker mulut, sirosis hati dan risiko pendarahan), kebiasaan merokok(
berkaitan dengan penyakit periodontal , risiko anastesi dan kanker mulut), mengunyah
tembakau dan pinang ( beresiko kanker mulut), kondisi lingkungan rumah/pasangan
(tidak terawat/stres), pekerjaan ( stres fisik/psikologis) dan penggunaan obat-obatan
bebas seperti narkoba (risiko infeksi silang)
2. Pemeriksaan Klinis

a. Pemeriksaan umum : melihat keadaan umum dari pasien seperti mengecek tanda-
tanda vital yang berkaitan dengan suhu badan, tekanan darah, denyut nadi, dan
pernafasan pasien.

b. Pemeriksaan sistemik : termasuk kardiovaskular , gastrointestinal dan sentral nervus

c. Pemeriksaan lokal :

 Pemeriksaan Intra oral :

• Pemeriksaan periodonsium,

Perhatikan warna dan tekstur gingiva. Gingiva yang sehat berwarna merah muda,
kokoh, tipis tepinya, dan berbintik-bintik (stippling) Gingiva yang tidak sehat berwarna
merah , lunak,bengkak, mengkilap, licin dan dapat disertai ulserasi. Gingiva yang tidak
sehat akan berdarah bila terkena tekanan ringan dari sonde atau kemungkinan dapat
terjadi pendarahan spontan. Gunakan probe untuk mengukur kedalaman poket

• Pemeriksaan gigi geligi

- Ada tidaknya karies - Tambalan gigi - Sisa akar - Jumlah gigi - Kehilangan gigi
(edentulous) - Ukuran dan bentuk - Derajat kegoyangan gigi.1

2.2. DIAGNOSIS KASUS TERSEBUT

Berdasarkan scenario, dapat kita ketahui bahwa pasien datang dengan keluhan gusi
berdarah saat menyikat gigi dan pemeriksaan intraoral bahwa BOP (+) tetapi belum ada kehilangan
perlekatan. Maka dari itu, diagnosis kasus tersebut adalah gingivitis. Gingivitis merupakan suatu
inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva. Gambaran klinis
gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin gingiva, pembesaran pembuluh darah
di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada permukaan gingiva dan pendarahan yang
terjadi pada saat dilakukan probing.2
Pada pemeriksaan intraoral, dapat kita ketahui bahwa terdapat kemerahan yang diffuse
pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa lepasan. Sehingga, diagnosis dari kasus tersebut
adalah denture stomatitis. Denture stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara
khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis
gigi tiruan pada permukaan intaglio. Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang
mempunyai etiologi multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies
Candida atau bakteri. Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture
stomatitis. Candida albicans secara patogen tumbuh pada dasar gigi tiruan dan mukosa oral. Hal
ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema. Denture stomatitis menunjukkan pola
gambaran klinis yang berbeda dan kebanyakan terdapat pada rahang atas, khususnya pada bagian
palatum. Berdasarkan klasifikasi Newton terdapat 3 tipe denture stomatitis, yaitu bintik merah
(pinpoint hyperemia) yang terlokalisir, eritema difus, dan hiperplasia papila. Reaksi peradangan
ini lebih sering ditemukan pada mukosa pendukung gigi tiruan rahang atas.3,4

2.3. PERUBAHAN YANG DAPAT TERJADI PADA GINGIVA UNTUK PENYAKIT


TERSEBUT

Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi
pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Perbedaan gambaran klinis gingiva normal dan
gingivitis adalah:5

No Perbedaan Gingiva Normal Gingivitis


1 Warna Warna gingiva normal umumnya Tanda klinis dari peradangan
Gingiva berwarna merah jambu (coral pink) gingiva adalah perubahan warna.
yang diakibatkan oleh adanya suplai Gingiva menjadi memerah ketika
darah dan derajat lapisan keratin vaskularisasi meningkat atau
epitelium serta sel-sel pigmen. derajat keratinisasi epitel
Warna ini bervariasi pada setiap mengalami reduksi atau
orang dan erat hubungannya dengan menghilang.
pigmentasi kutaneous
2 Tekstur Permukaan attached gingiva Tekstur permukaan gingiva ketika
Gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. terjadi peradangan adalah halus,
Bintik- bintik ini biasanya disebut mengkilap dan kaku yang
stippling. Stippling akan terlihat dihasilkan oleh atropi epitel
jelas apabila permukaan gingiva tergantung pada perubahan
dikeringkan. eksudatif atau fibrotik.
Pertumbuhan gingiva secara
berlebih akibat obat dan
hiperkeratosis dengan tekstur kasar
akan menghasilkan permukaan
yang berbentuk nodular pada
gingiva.
3 Kontur Kontur dan ukuran gingiva sangat Peradangan gingiva terjadi resesi
Gingiva bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi ke apikal menyebabkan celah
oleh bentuk dan susunan gigi geligi menjadi lebih lebar dan meluas ke
pada lengkungnya, lokalisasi dan permukaan akar. Penebalan pada
luas area kontak proksimal dan gingiva yang diamati pada gigi
dimensi embrasur (interdental) kaninus ketika resesi telah
gingiva oral maupun vestibular. mencapai mucogingival junction
Interdental papil menutupi bagian disebut sebagai istilah McCall
interdental gingiva sehingga tampak festoon.
lancip.
4 Konsistensi Gingiva melekat erat ke struktur Kondisi kronis maupun akut dapat
Gingiva dibawahnya dan tidak mempunyai menghasilkan perubahan pada
lapisan submukosa sehingga gingiva konsistensi gingiva normal yang
tidak dapat digerakkan dan kenyal. kaku dan tegas. Pada kondisi
gingivitis kronis terjadi perubahan
destruktif atau edema dan reparatif
atau fibrous secara bersamaan serta
konsistensi gingiva ditentukan
berdasarkan kondisi yang dominan.
2.4. ETIOLOGI PENYAKIT TERSEBUT DAN MASING-MASING PERANAN DARI
TIAP-TIAP ETIOLOGI TERSEBUT

Gingivitis disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis
adalah plak. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut. Plak gigi mengalami
perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan bakteri di dalam rongga
mulut. Penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan adalah salah satu
contohnya. Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan
khususnya jamur dan bakteri. Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar
marginal gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora
streptococci menjadi Actinomyces spp. Selama perkembangan gingivitis, mikroflora mengalami
peningkatan pada jumlah spesies. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan
mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium spp. dan
spirochete pada gingiva yang mengalami peradangan

Faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal pada
lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak yang menghalangi
pembersihan plak. Faktor-faktor tersebut adalah restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa
makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik, pesawat orthodonti, susunan
gigi-geligi yang tidak teratur, merokok tembakau dan mikroorganisme. Faktor lokal tersebut
merupakan proses mulainya peradangan gingiva. Selain itu, factor sekunder gingivitis adalah
factor sistemik. Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan,
misalnya:

1) Faktor Genetik

Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary
gingival fibromatosis dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai
peradangan gingiva. Hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang
tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang-kadang menutupi
sebagian besar permukaan atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari
pengangkatan plak secara efektif.

2) Faktor Nutrisional

Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingiva
dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena saling ketergantungan berbagai
elemen diet yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik
pada seorang manusia. Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva
tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin
C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan untuk melindungi diri
dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen.

3) Faktor Hormonal

Perubahan hormon endokrin berlangsung semasa pubertas, kehamilan, menopouse


dan diabetes. Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah
respons terhadap produk-produk plak.6

Denture stomatitis merupakan inflamasi kronik yang terjadi pada mukosa oral pada
daerah yang berkontak langsung dengan basis gigi tiruan. 12 Etiologi denture stomatitis adalah
multifaktorial, etiologi tersebut terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.
Faktor-faktor utama penyebab terjadinya denture stomatitis, yaitu :

1. Faktor yang berasal dari gigi tiruan

Denture stomatitis terjadi akibat dari gigi tiruan yang tidak retentif, adanya trauma dari
pemakaian gigi tiruan, dan pemeliharaan gigi tiruan yang buruk.

2. Faktor infeksi

Gigi tiruan mampu menghasilkan perubahan ekologi yang mempermudah akumulasi


bakteri dan jamur.Bakteri yang berproliferasi adalah spesies bakteri tertentu, seperti
Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Fusobacterium sp, atau bacteroides sp yang telah
diidentifikasi pada pasien dengan denture stomatitis.Candida sp terutama Candida albicans, telah
diidentifikasi terjadi pada sebagian besar pasien denture stomatitis.Walaupun begitu, tidak ada
hubungan langsung antara bakteri dengan etiologi dari denture stomatitis yang dapat dibuktikan.

Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan denture stomatitis, yaitu:

1. Faktor sistemik

Faktor sistemik penyebab denture stomatitis yaitu fisiologis (usia tua), disfungsi endokrin,
defisiensi nutrisi, neoplasma, immunosupresi, dan antibiotic spectrum luas.

2. Faktor lokal

Faktor lokal penyebab denture stomatitis yaitu antimikroba dan kortikosteroid topical
maupun inhalasi, diet tinggi karbohidrat, konsumsi tembakau dan alkohol, hiposalivasi, oral
higiene yang buruk, serta pemakaian gigi tiruan khususnya pada malam hari.3

2.5. PATOGENESIS PENYAKIT TERSEBUT

Terjadinya gingivitis dimulai pada daerah margin gingiva disebabkan invasi bakteri atau
rangsangan endotoksin. Endotoksin dilepas oleh bakteri Gram negatif yang dihancurkan substansi
interseluler epitel sehingga menimbulkan ulserasi pada ulkus. Terjadi dilatasi pada jaringan
pendukung dan permeabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga menyebabkan warna merah
pada jaringan, perdarahan, edema, dan disertai adanya eksudat meningkat, sehingga menyebabkan
warna merah pada jaringan, perdarahan, edema, dan disertai adanya eksudat/

4 tahap terjadinya proses perkembangan penyakit gingivitis :

1) Initial lesion

Tanda-tanda pada fase gingivitis tahap pertama :

a) Eksudasi cairan pada sulkus gingiva

b) Terjadi perubahan pada koronal hampir seluruh epitel junction

c) Vaskulitas pembuluh darah yang memiliki letak lebih rendah dari epitel junctional

d) Peningkatan migrasi leukosit ke epitel junctional dan sulkus gingiva


e) Terdapat protein serum

f) Kehilangan kolagen perivaskuler

2) Early lesion

Tahap early lesion bisa terjadi bila :

a) Deposit plak masih ada

b) Fibroblas mengalami perubahan sitotoksik yang menyebabkan produksi kolagen


mengalami penurunan

c) Jaringan kolagen mengalami kerusakan merupakan jaringan pendukung pada tepi


gingiva

d) Inflamasi terlihat jelas

e) Papilla interdental bengkak dan berwarna merah serta mudah berdarah

f) Perdarahan terjadi saat dilakukan probing

3) Estabilished lesion

Keparahan gingivitis akan berlanjut dalam waktu 2-3 minggu. Perubahan klinis yang
terjadi pada tahap Estabilished lesion :

a) Terdapat rona kebiruan pada gingiva yang merah karena gangguan aliran darah pada
pembuluh darah vena.

b) Gingiva terinflamasi cukup sedang sampai parah.

4) Advanced lesion

Tahap Advanced lesion disebut juga tahap sampai kerusakan jaringan periodontal. Tanda
klinis yang terlihat yaitu :
a) Pada tahap estabilished lesion tidak menunjukan kesembuhan.

b) Perpenjangan lesi pada tulang alveolar dan ligamen periodontal dapat menyebabkan
kehilangan tulang alveolar.

c) Pembentukan poket periodontal

d) Kehilangan serabut kolagen yang semakin banyak.

e) Adanya semua tipe sel inflamasi6

Patogenesis Denture Stomatitis. Gigi tiruan dengan kebersihan yang buruk menunjukkan
tingkat akumulasi plak yang banyak. Candida albicans merupakan salah satu mikroogranisme yang
banyak ditemukan pada plak gigi tiruan dan diketahui sebagai mikroorganisme patogen utama
penyebab denture stomatitis. Candida albicans memiliki kemampuan patogen yaitu dapat
menghasilkan enzim aspartil proteinase yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan reaksi
inflamasi pada mukosa pendukung gigi tiruan. Enzim ini dihasilkan dan diaktivasi pada
lingkungan asam (pH < 4). Penggunaan gigi tiruan secara terus menerus dan tidak dilepas, dapat
menyebabkan keadaan di bawah permukaan basis gigi tiruan bersifat asam. Hal ini dapat
memberikan keuntungan bagi Candida albicans untuk menghasilkan enzim aspartil proteinase dan
menyebabkan reaksi inflamasi.

Permukaan internal basis gigi tiruan (denture fitting surface) merupakan bagian yang
paling banyak ditemukan kolonisasi Candida albicans. Hal ini disebabkan karena permukaan
internal basis gigi tiruan resin akrilik yang kasar sehingga memudahkan Candida albicans untuk
melekat pada permukaan tersebut. Oleh karena itulah pembersihan gigi tiruan yang kurang adekuat
dapat meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhan Candida albicans7

2.6. PROGNOSIS PENYAKIT TERSEBUT!

Gingivitis, jika diidentifikasi dan diobati, dapat dengan mudah diatasi karena kondisinya
dapat disembuhkan pada tahap awal. Namun, gingivitis kronis, jika tidak ditangani, dapat
berkembang menjadi periodontitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan tulang,
menyebabkan kehilangan gigi.8

Prognosis denture stomatitis adalah baik, karena transformasi keganasan belum dilaporkan.
Jika tidak diobati, denture stomatitis dapat menyebabkan nyeri dan hiperplasia papiler inflamasi
palatal dan dapat menyebabkan gigi palsu yang tidak pas di masa mendatang.9

2.7. RENCANA PERAWATAN PENYAKIT TERSEBUT!

Berikut perawatan yang dapat dilakukan pada peradangan gingiva yaitu:

1. Scaling dan Root Planing

Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik
supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa – sisa
kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan permukaan
akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan
kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak
maupun kalkulus dari permukaan gigi.

2. Berkumur dengan obat

Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan kimia yang mampu mematikan
bakteri plak, sehingga hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan pengakuan dari American
Dental Assosiation. Keunggulan obat kumur adalah dapat menyerap ke daerah subgingiva
walaupun hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat kumur tetap paling efektif terhadap plak
supragingival.6

Denture stomatitis adalah inflamasi kronik rongga mulut yang disebabkan karena penetrasi
jamur Kandida ke dalam basis gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik, dan biasanya
asimptomatik. Maka dari itu, perawatan yang disarankan adalah perawatan dengan obat antifungal
secara topikal selama 4 minggu, pembersihan gigi tiruan secara teratur. Metode pembersihan gigi
tiruan yang baik harus didukung dengan praktek pemakai gigi tiruan dalam menjaga kebersihan
gigi tiruan dan rongga mulut, seperti frekuensi pembersihan gigi tiruan secara teratur, melepas gigi
tiruan di malam hari ketika tidur serta membersihkan mukosa pendukung gigi tiruan.7,10
2.8. METODE, INTERVAL DAN WAKTU PENYIKATAN GIGI YANG TEPAT
UNTUK MENJAGA KESEHATAN GINGIVA.

Menghilangkan plak secara mekanik dengan menggunakan sikat gigi merupakan metode
utama yang sering dillakukan agar kondisi kesehatan gigi dan mulut tetap baik. Menyikat gigi
dengan teknik yang benar dapat mengurangi dan mencegah suatu penyakit serius pada rongga
mulut. Frekuensi menyikat gigi adalah 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam
sebelum tidur karena pada waktu tidur air ludah berkurang, sehingga asam yang dihasilkan akan
menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak gigi tentunya menjadi lebih besar.
Menyikat gigi yang tepat paling tidak membutuhkan waktu minimal 2-3 menit.

Teknik menyikat gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan deposit
lunak pada permukaan gigi dan gusi, merupakan tindakan preventif (pencegahan) dalam menuju
keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Salah satu Teknik menyikat gigi adalah
“Roll Technic”, dan merupakan cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien
dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh
mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu
sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala
sikat bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis,
kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah
sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini menghasilkan pemijatan gusi dan juga
diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu
jaringan gingiva. Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin
gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada
permukaan gingiva dan pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing. Gingivitis
disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak.
Faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Gingivitis, jika
diidentifikasi dan diobati, dapat dengan mudah diatasi karena kondisinya dapat disembuhkan.
Rencana perawatan pada radang gingiva adalah scalling, root planning, dan berkumur dengan obat.
Denture stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara khusus pada bagian
palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis gigi tiruan pada
permukaan intaglio. Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang mempunyai etiologi
multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies Candida atau bakteri.
Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture stomatitis. Prognosis denture
stomatitis adalah baik. Perawatan yang disarankan untuk penderita denture stomatitis adalah
perawatan dengan obat antifungal secara topikal selama 4 minggu dan pembersihan gigi tiruan
secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta; 2009. P.6-36, 238, 240
2. Diah, Widodorini T, Nugraheni NE. Perbedaan Angka Kejadian Gingivitis Antara Usia
Pra-Pubertas Dan Pubertas Di Kota Malang. E-Prodenta Journal of Dentistry 2018; 2(1):
108-15
3. Wibisono MA. Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Dalam Ekstrak Daun Sirsak Dan Klorheksidin Terhadap Jumlah Candida albicans. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2017:16-20.
4. Elham E, Taraf, H, de Grandmont P, Gauthier G, de Koninck L, et al. The association of
denture stomatitis and partial removable dental prostheses: a systematic review. Int J
Prosthodont 2012;25:113-9
5. Jannah LL. Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva Antara Prapubertas Di SD Dengan
Pubertas Di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014:10-4.
6. Permatasari M. Perbandingan Efektivitas Flavonoid Dan Tanin Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum sanctum L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas
gingivalis (In Vitro). Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2018.
7. Krisma W, Mozartha M, Purba R. Level of Denture Cleanliness Influences the Presence of
Denture Stomatitis on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Journal of Dentistry Indonesia
2014; 21(2): 44-8
8. Rathee M, Jain P. Gingivitis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/ (19
Februari 2021)
9. Scuibba JJ, et all. Denture Stomatitis. https://emedicine.medscape.com/article/1075994-
overview (19 Februari 2021)
10. Widyaningrum S. Gambaran Oral Kandidiasis Pada Pengguna Gigi Tiruan Lepasan
Berbasis Resin Akrilik Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 2016:19.
11. Saraswati Y. Gambaran Perilaku Menyikat Gigi Terhadap Terjadinya Resesi Gingiva Pada
Ibu-Ibu Pkk RT 02 RW 01 Desa Kebonharjo, Klaten. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, 2019: 10-3.

Anda mungkin juga menyukai