Disusun Oleh:
Devita Alamanda
190600079
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan
masyarakat dan umumnya menyebabkan tanggalnya gigi akibat inflamasi dari bakteri yang
menghasilkan kerusakan progresif pada jaringan penunjang gigi. Penyakit periodontal telah dibagi
menjadi 2 kategori utama yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan suatu penyakit
berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan,
kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal. Gingivitis sering terjadi dan bisa timbul kapan saja
setelah timbulnya gigi, yang ditandai dengan gingiva tampak merah. Peradangan pada gusi dapat
terjadi pada satu atau dua gigi, tetapi juga dapat terjadi pada seluruh gigi. Gingiva menjadi mudah
berdarah karena rangsangan yang kecil seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan,
pendarahan pada gusi dapat terjadi kapan saja.
Gigi tiruan lepas merupakan perawatan untuk menggantikan kehilangan gigi. Permukaan
internal basis gigi tiruan yang selalu berkontak dengan mukosa mulut dapat menjadi tempat yang
ideal untuk pembentukan plak gigi tiruan. Salah satu mikroorganisme yang dapat ditemukan pada
plak gigi tiruan adalah jamur Candida albicans. Candida albicans diketahui sebagai
mikroorganisme patogen yang mampu menghasilkan enzim hidrolitik yang bersifat toksik dan
dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis. Denture stomatitis merupakan suatu reaksi
peradangan pada jaringan lunak pendukung gigi tir uan. Berdasarkan klasifikasi Newton terdapat
3 tipe denture stomatitis, yaitu bintik merah (pinpoint hyperemia) yang terlokalisir, eritema difus,
dan hiperplasia papila. Reaksi peradangan ini lebih sering ditemukan pada mukosa pendukung gigi
tiruan rahang atas.
Penyusun : Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K), Martina Amalia, drg.,
Sp.Perio (K)., Nurdiana, drg., Sp.PM
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gusi
berdarah pada saat menyikat gigi sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa
satu bulan yang lalu, pasien telah dilakukan penambalan pada gigi regio depan rahang atas
dan sejak setahun yang lalu telah memakai gigi palsu lepasan, namun tidak pernah dilepas dan
dibersihkan. Pasien melakukan sikat gigi 2 kali sehari, setiap habis mandi. Pemeriksaan intra
oral terlihat ada tambalan pada gigi 13, 12 dan 11 di daerah servikal. Gigi 33,32,31,41,42 dan
43 berjejal, kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa
lepasan. Pemeriksaan secara probing pada gigi 13,12,11, 33,32,31,41,42 dan 43 ada perdarahan
gingiva (BOP +) namun belum ada kehilangan perlekatan. Indeks debris 2,4; Indeks kalkulus
1,9. Pasien memakai protesa lepasan pada gigi 17,16, 26 dan 27.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, penegakan diagnosis terbagi menjadi beberapa poin penting yang nantinya
akan mengarahkan kita menuju suatu diagnosis yang tepat. Berikut adalah langkah-langkah
penegakan diagnosis :
1. Anamnesis
a. Pemeriksaan umum : melihat keadaan umum dari pasien seperti mengecek tanda-
tanda vital yang berkaitan dengan suhu badan, tekanan darah, denyut nadi, dan
pernafasan pasien.
c. Pemeriksaan lokal :
• Pemeriksaan periodonsium,
Perhatikan warna dan tekstur gingiva. Gingiva yang sehat berwarna merah muda,
kokoh, tipis tepinya, dan berbintik-bintik (stippling) Gingiva yang tidak sehat berwarna
merah , lunak,bengkak, mengkilap, licin dan dapat disertai ulserasi. Gingiva yang tidak
sehat akan berdarah bila terkena tekanan ringan dari sonde atau kemungkinan dapat
terjadi pendarahan spontan. Gunakan probe untuk mengukur kedalaman poket
- Ada tidaknya karies - Tambalan gigi - Sisa akar - Jumlah gigi - Kehilangan gigi
(edentulous) - Ukuran dan bentuk - Derajat kegoyangan gigi.1
Berdasarkan scenario, dapat kita ketahui bahwa pasien datang dengan keluhan gusi
berdarah saat menyikat gigi dan pemeriksaan intraoral bahwa BOP (+) tetapi belum ada kehilangan
perlekatan. Maka dari itu, diagnosis kasus tersebut adalah gingivitis. Gingivitis merupakan suatu
inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva. Gambaran klinis
gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin gingiva, pembesaran pembuluh darah
di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada permukaan gingiva dan pendarahan yang
terjadi pada saat dilakukan probing.2
Pada pemeriksaan intraoral, dapat kita ketahui bahwa terdapat kemerahan yang diffuse
pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa lepasan. Sehingga, diagnosis dari kasus tersebut
adalah denture stomatitis. Denture stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara
khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis
gigi tiruan pada permukaan intaglio. Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang
mempunyai etiologi multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies
Candida atau bakteri. Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture
stomatitis. Candida albicans secara patogen tumbuh pada dasar gigi tiruan dan mukosa oral. Hal
ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema. Denture stomatitis menunjukkan pola
gambaran klinis yang berbeda dan kebanyakan terdapat pada rahang atas, khususnya pada bagian
palatum. Berdasarkan klasifikasi Newton terdapat 3 tipe denture stomatitis, yaitu bintik merah
(pinpoint hyperemia) yang terlokalisir, eritema difus, dan hiperplasia papila. Reaksi peradangan
ini lebih sering ditemukan pada mukosa pendukung gigi tiruan rahang atas.3,4
Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi
pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Perbedaan gambaran klinis gingiva normal dan
gingivitis adalah:5
Gingivitis disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis
adalah plak. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut. Plak gigi mengalami
perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan bakteri di dalam rongga
mulut. Penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan adalah salah satu
contohnya. Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan
khususnya jamur dan bakteri. Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar
marginal gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora
streptococci menjadi Actinomyces spp. Selama perkembangan gingivitis, mikroflora mengalami
peningkatan pada jumlah spesies. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan
mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium spp. dan
spirochete pada gingiva yang mengalami peradangan
Faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal pada
lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak yang menghalangi
pembersihan plak. Faktor-faktor tersebut adalah restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa
makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik, pesawat orthodonti, susunan
gigi-geligi yang tidak teratur, merokok tembakau dan mikroorganisme. Faktor lokal tersebut
merupakan proses mulainya peradangan gingiva. Selain itu, factor sekunder gingivitis adalah
factor sistemik. Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan,
misalnya:
1) Faktor Genetik
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary
gingival fibromatosis dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai
peradangan gingiva. Hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang
tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang-kadang menutupi
sebagian besar permukaan atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari
pengangkatan plak secara efektif.
2) Faktor Nutrisional
Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingiva
dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena saling ketergantungan berbagai
elemen diet yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik
pada seorang manusia. Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva
tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin
C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan untuk melindungi diri
dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen.
3) Faktor Hormonal
Denture stomatitis merupakan inflamasi kronik yang terjadi pada mukosa oral pada
daerah yang berkontak langsung dengan basis gigi tiruan. 12 Etiologi denture stomatitis adalah
multifaktorial, etiologi tersebut terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.
Faktor-faktor utama penyebab terjadinya denture stomatitis, yaitu :
Denture stomatitis terjadi akibat dari gigi tiruan yang tidak retentif, adanya trauma dari
pemakaian gigi tiruan, dan pemeliharaan gigi tiruan yang buruk.
2. Faktor infeksi
1. Faktor sistemik
Faktor sistemik penyebab denture stomatitis yaitu fisiologis (usia tua), disfungsi endokrin,
defisiensi nutrisi, neoplasma, immunosupresi, dan antibiotic spectrum luas.
2. Faktor lokal
Faktor lokal penyebab denture stomatitis yaitu antimikroba dan kortikosteroid topical
maupun inhalasi, diet tinggi karbohidrat, konsumsi tembakau dan alkohol, hiposalivasi, oral
higiene yang buruk, serta pemakaian gigi tiruan khususnya pada malam hari.3
Terjadinya gingivitis dimulai pada daerah margin gingiva disebabkan invasi bakteri atau
rangsangan endotoksin. Endotoksin dilepas oleh bakteri Gram negatif yang dihancurkan substansi
interseluler epitel sehingga menimbulkan ulserasi pada ulkus. Terjadi dilatasi pada jaringan
pendukung dan permeabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga menyebabkan warna merah
pada jaringan, perdarahan, edema, dan disertai adanya eksudat meningkat, sehingga menyebabkan
warna merah pada jaringan, perdarahan, edema, dan disertai adanya eksudat/
1) Initial lesion
c) Vaskulitas pembuluh darah yang memiliki letak lebih rendah dari epitel junctional
2) Early lesion
3) Estabilished lesion
Keparahan gingivitis akan berlanjut dalam waktu 2-3 minggu. Perubahan klinis yang
terjadi pada tahap Estabilished lesion :
a) Terdapat rona kebiruan pada gingiva yang merah karena gangguan aliran darah pada
pembuluh darah vena.
4) Advanced lesion
Tahap Advanced lesion disebut juga tahap sampai kerusakan jaringan periodontal. Tanda
klinis yang terlihat yaitu :
a) Pada tahap estabilished lesion tidak menunjukan kesembuhan.
b) Perpenjangan lesi pada tulang alveolar dan ligamen periodontal dapat menyebabkan
kehilangan tulang alveolar.
Patogenesis Denture Stomatitis. Gigi tiruan dengan kebersihan yang buruk menunjukkan
tingkat akumulasi plak yang banyak. Candida albicans merupakan salah satu mikroogranisme yang
banyak ditemukan pada plak gigi tiruan dan diketahui sebagai mikroorganisme patogen utama
penyebab denture stomatitis. Candida albicans memiliki kemampuan patogen yaitu dapat
menghasilkan enzim aspartil proteinase yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan reaksi
inflamasi pada mukosa pendukung gigi tiruan. Enzim ini dihasilkan dan diaktivasi pada
lingkungan asam (pH < 4). Penggunaan gigi tiruan secara terus menerus dan tidak dilepas, dapat
menyebabkan keadaan di bawah permukaan basis gigi tiruan bersifat asam. Hal ini dapat
memberikan keuntungan bagi Candida albicans untuk menghasilkan enzim aspartil proteinase dan
menyebabkan reaksi inflamasi.
Permukaan internal basis gigi tiruan (denture fitting surface) merupakan bagian yang
paling banyak ditemukan kolonisasi Candida albicans. Hal ini disebabkan karena permukaan
internal basis gigi tiruan resin akrilik yang kasar sehingga memudahkan Candida albicans untuk
melekat pada permukaan tersebut. Oleh karena itulah pembersihan gigi tiruan yang kurang adekuat
dapat meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhan Candida albicans7
Gingivitis, jika diidentifikasi dan diobati, dapat dengan mudah diatasi karena kondisinya
dapat disembuhkan pada tahap awal. Namun, gingivitis kronis, jika tidak ditangani, dapat
berkembang menjadi periodontitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan tulang,
menyebabkan kehilangan gigi.8
Prognosis denture stomatitis adalah baik, karena transformasi keganasan belum dilaporkan.
Jika tidak diobati, denture stomatitis dapat menyebabkan nyeri dan hiperplasia papiler inflamasi
palatal dan dapat menyebabkan gigi palsu yang tidak pas di masa mendatang.9
Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik
supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa – sisa
kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan permukaan
akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan
kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak
maupun kalkulus dari permukaan gigi.
Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan kimia yang mampu mematikan
bakteri plak, sehingga hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan pengakuan dari American
Dental Assosiation. Keunggulan obat kumur adalah dapat menyerap ke daerah subgingiva
walaupun hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat kumur tetap paling efektif terhadap plak
supragingival.6
Denture stomatitis adalah inflamasi kronik rongga mulut yang disebabkan karena penetrasi
jamur Kandida ke dalam basis gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik, dan biasanya
asimptomatik. Maka dari itu, perawatan yang disarankan adalah perawatan dengan obat antifungal
secara topikal selama 4 minggu, pembersihan gigi tiruan secara teratur. Metode pembersihan gigi
tiruan yang baik harus didukung dengan praktek pemakai gigi tiruan dalam menjaga kebersihan
gigi tiruan dan rongga mulut, seperti frekuensi pembersihan gigi tiruan secara teratur, melepas gigi
tiruan di malam hari ketika tidur serta membersihkan mukosa pendukung gigi tiruan.7,10
2.8. METODE, INTERVAL DAN WAKTU PENYIKATAN GIGI YANG TEPAT
UNTUK MENJAGA KESEHATAN GINGIVA.
Menghilangkan plak secara mekanik dengan menggunakan sikat gigi merupakan metode
utama yang sering dillakukan agar kondisi kesehatan gigi dan mulut tetap baik. Menyikat gigi
dengan teknik yang benar dapat mengurangi dan mencegah suatu penyakit serius pada rongga
mulut. Frekuensi menyikat gigi adalah 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam
sebelum tidur karena pada waktu tidur air ludah berkurang, sehingga asam yang dihasilkan akan
menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak gigi tentunya menjadi lebih besar.
Menyikat gigi yang tepat paling tidak membutuhkan waktu minimal 2-3 menit.
Teknik menyikat gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan deposit
lunak pada permukaan gigi dan gusi, merupakan tindakan preventif (pencegahan) dalam menuju
keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Salah satu Teknik menyikat gigi adalah
“Roll Technic”, dan merupakan cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien
dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh
mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu
sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala
sikat bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis,
kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah
sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini menghasilkan pemijatan gusi dan juga
diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu
jaringan gingiva. Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin
gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada
permukaan gingiva dan pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing. Gingivitis
disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak.
Faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Gingivitis, jika
diidentifikasi dan diobati, dapat dengan mudah diatasi karena kondisinya dapat disembuhkan.
Rencana perawatan pada radang gingiva adalah scalling, root planning, dan berkumur dengan obat.
Denture stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara khusus pada bagian
palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis gigi tiruan pada
permukaan intaglio. Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang mempunyai etiologi
multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies Candida atau bakteri.
Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture stomatitis. Prognosis denture
stomatitis adalah baik. Perawatan yang disarankan untuk penderita denture stomatitis adalah
perawatan dengan obat antifungal secara topikal selama 4 minggu dan pembersihan gigi tiruan
secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta; 2009. P.6-36, 238, 240
2. Diah, Widodorini T, Nugraheni NE. Perbedaan Angka Kejadian Gingivitis Antara Usia
Pra-Pubertas Dan Pubertas Di Kota Malang. E-Prodenta Journal of Dentistry 2018; 2(1):
108-15
3. Wibisono MA. Pengaruh Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Dalam Ekstrak Daun Sirsak Dan Klorheksidin Terhadap Jumlah Candida albicans. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2017:16-20.
4. Elham E, Taraf, H, de Grandmont P, Gauthier G, de Koninck L, et al. The association of
denture stomatitis and partial removable dental prostheses: a systematic review. Int J
Prosthodont 2012;25:113-9
5. Jannah LL. Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva Antara Prapubertas Di SD Dengan
Pubertas Di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014:10-4.
6. Permatasari M. Perbandingan Efektivitas Flavonoid Dan Tanin Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum sanctum L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas
gingivalis (In Vitro). Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2018.
7. Krisma W, Mozartha M, Purba R. Level of Denture Cleanliness Influences the Presence of
Denture Stomatitis on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Journal of Dentistry Indonesia
2014; 21(2): 44-8
8. Rathee M, Jain P. Gingivitis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/ (19
Februari 2021)
9. Scuibba JJ, et all. Denture Stomatitis. https://emedicine.medscape.com/article/1075994-
overview (19 Februari 2021)
10. Widyaningrum S. Gambaran Oral Kandidiasis Pada Pengguna Gigi Tiruan Lepasan
Berbasis Resin Akrilik Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 2016:19.
11. Saraswati Y. Gambaran Perilaku Menyikat Gigi Terhadap Terjadinya Resesi Gingiva Pada
Ibu-Ibu Pkk RT 02 RW 01 Desa Kebonharjo, Klaten. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, 2019: 10-3.