Anda di halaman 1dari 13

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gigi

1. Pengertian Gigi

Gigi merupakan salah satu aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur

bervariasi dan banyak fungsi. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek

dan mengunyah makanan (Mutaqqin dkk,2010). Gigi normal terdiri dari tiga

bagian; kepala, leher dan akar. Gigi yang sehat tampak putih, halus,

bercahaya dan berjajar rapi (Potter & Perry,2005). Gigi adalah jaringan tubuh

yang paling keras di bandingkan yang lain strukturnya berlapis – lapis mulai

dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnnya, pulpa yang

berisi pembuluh darah, pembuluh saraf dan bagian lain yang memperkokoh

gigi (Rahmadhan,2010).

2. Fungsi Gigi

Fungsi gigi menurut Rhamadhan, 2010

a. Pengunyahan

Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah di

telan serta meringankan kerja proses pencernaan.

b. Berbicara

Gigi sangat di perlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupin huruf – huruf

tertentu seperti huruf T, V, D dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf – huruf ini

tidak terasa sempurna.

c. Estetik

Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang

rapih dan bersih.


7

3. Bagian – Bagian Gigi

Bagian –bagian gigi antara lain :

a. Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling

keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang.

Bangunan kristalin yang kompleks dan padat ini mengandung

mineral kalsium, fosfat, dan flourida. Emial meliputi seluruh mahkota

gigi. Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat keras dan

melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah.

b. Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin

lebih lunak dari email. Dentin merupakan saluran yang berisi urat,

darah dan limfe.

c. Pulpa dalah bagian yang paling dalam, yang mengandung saraf dan

pembuluh darah, fungsinya adalah berespon terhadap stimulus (panas

dan dingin). Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin

dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik.

d. Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan /

berbatasan langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia

tumbuh.

4. Bentuk dan fungsi gigi

Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto dkk, 2009 antara lain :

a. Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas

dan empat buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan

menggunting makanan.
8

b. Gigi taring, jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua.

Gigi taring terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing,

berfungsi untuk mencabik makanan. Akar gigi taring ini hanya satu.

c. Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas

dan empat buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan

pengganti gigi graham sulung. Letaknya di belakang gigi taring, akar

gigi graham kecil ini semua satu, kecuali yang atas depan, memiliki

dua akar. Gigi graham kecil berfungsi untuk menghaluskan makanan.

d. Gigi geraham besar, jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan

enam buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi

geraham kecil, masing – masing sisi tiga buah permukaannya lebar

dan bertonjol – tonjol, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang di atas

tiga, gigi geraham terakhir, sering kali akarnya bersatu menjadi satu

dan berfungsi untuk menggiling makanan.

5. Tahap Pertumbuhan Gigi

a. Masa usia bayi (0-12 bulan)

Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang padat

dapat diterima mulut pada usia 5 – 6 bulan. Mengunyah dimulai usia 6

– 8 bulan dan pertumbuhan gigi pertama pada bayi muncul sekitar

usia 6- 8 bulan (Potter & Perry, 2005)

b. Masa usia balita (1-3 tahun)

Dua puluh gigi susu telah ada, usia 2 tahun anak mulai menggosok

gigi dan belajar pratik higienis dari orang tua. Anak mulai

mengiginkan menggosok gigi secara mandiri pada usia 2 tahun. akan

tetapi anak tetap membutuhkan pengawasan orang tua.


9

c. Masa usia prasekolah (3 – 5 tahun)

Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah

lengkap. Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk

memelihara gigi primer. kontrol motorik halus pada masa ini sudah

membaik, tetapi anak masih membutuhkan bantuan dan pengawasan

orang tua dalam menggosok gigi (Potter & Perry,2005).

d. Masa usia sekolah (6 – 12 tahun )

Gigi susu di ganti dengan gigi permanen ada pada usia 12 tahun

kecuali geraham kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi

dalam jarak gigi adalah masalah kesehatan yang penting (Potter &

Perry, 2005).

B. Kebiasaan Menggosok Gigi

Kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku membersihkan gigi

yang di lakukan seseorang secara terus menerus. Kandani (2010)

mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah tidakan konsisten yang di

lakukan terus menerus hingga membentuk suatu pola di level pikiran

bawah sadar. Ada kebiasaan baik dan kebiasaan buruk. Sementara itu

menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan

gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri dan plak. Dalam membersihkan gigi,

harus di perhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan

gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang

tepat untuk membersihkan gigi.

Anak usia sekolah perlu menggosok gigi dua sampai tiga kali per hari,

setiap menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flourinasi

(Nield, Stenger, & Kamat, 2007). Kebiasaan menggosok gigi yang baik
10

merupakan cara paling efektif untuk mencegah karies gigi. Menggosok

gigi dapat menghilangkan plak atau deposit bakteri lunak yang melekat

pada gigi yang menyebabkan karies gigi (Wong,2008). Oleh karna itu,

kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi.

Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara

untuk menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara

baik dan benar serta teratur, setelah mengkonsumsi makanan, terutama

makanan yang terbuat dari karbohidrat. Ketika menggosok gigi, sangat

penting menyikat semua permukaan gigi.

1. Metode / Cara Menggosok gigi

Terdapat 3 metode menyikat gigi yaitu :

a. Metode horizontal

Dilakukan dengan cara semua permukaan gigi disikat dengan gerakan

ke kiri dan ke kanan. Permukaan bukal dan lingual disikat dengan

gerakan ke depan dan ke belakang. Metode horizontal terbukti

merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan

oklusal. Metode ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding

dengan metode lain. Metode ini cukup sederhana sehingga dapat

membersihkan plak yang terdapat di sekitar sulkus interdental

dan sekitarnya.

b. Metode Vertical

Dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup

lalu gigi disikat dengan gerakan keatas dan kebawah. Untuk

permukaan gigi belakang gerakan dilakukan dengan keadaan mulut

terbuka. Metode ini sederhana dan dapat membersihkan plak, tetapi


11

tidak dapat menjangkau semua bagian gigi seperti metode horizontal

dengan sempurna sehingga apabila penyikatan tidak benar maka

pembersihan plak tidak maksimal.

c. Metode Roll

Cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi

mengarah ke akar gigi sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi.

Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi

bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Metode

roll mengutamakan gerakan memutar pada permukaan interproksimal

tetapi bagian sulkus tidak terbersihkan secara sempurna. Metode roll

merupakan metode yang danggap dapat membersihkan plak dengan

baik dan dapat menjaga kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat

diterapkan pada anak umur 6-12 tahun.

2. Frekuensi dan Waktu Menggosok Gigi

Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan

mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan

mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi

menggosok gigi juga mempengaruhi kebersihan gigi mulut anak – anak.

Anak usia sekolah perlu menggosok gigi dua sampai tiga kali per hari

selama 2 sampai 3 menit setiap menyikat gigi . Menggosok gigi yang baik

di pagi hari adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur. Menggosok

gigi di malam hari adalah setelah makan atau sebelum tidur malam

(Wong, 2008).
12

C. Karies Gigi

1. Pengertian karies

Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh
asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang
ada dalam saliva (Irma, Intan, 2013). Karies gigi di tandai dengan adanya
lubang pada jaringan. Karies gigi dapat berwarna cokelat atau hitam.
Pembentukan karies di awali dengan kemunculan lesi titik putih atau
diskolorisasi pengapuran putih dari gigi (Potter & Perry,2005;
Hollins,2008). Selanjutnya, lubang gigi dapat meluas dan gigi dapat
berubah warna menjadi kecoklatan dan kehitaman (Potter & Perry,2005).

2. Etiologi karies

Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies:


permukaan gigi (email atau dentin), bakteri Streptococcus muntans dan
lactobacillius acidophilus dua tipe bakteri yang d ketahui mendukung
terjadinya karies, substrat atau makanan (seperti sukrosa), dan waktu.
Setiap individu berbeda terhadap kerentanan tergantung pada bentuk gigi,
kebiasaan kebersihan mulut, dan kapasitas produksi saliva (Hongini,
Aditiawarman, 2012: 40).

3. Patofisiologi karies

Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bakteri akan

mengubah gula dan karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini

ada yang membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut

sebagai plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah

menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada

permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya

mineral dari struktur gigi dinamakan demineralisasi, sedangkan

bertambahnya mineral dari struktur gigi dinamakan remineralisasi.


13

Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses

remineralisasi.

Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada


permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan
menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak
terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak
dibawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif
maka terjadi peradangan pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan
membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2010: 56).

4. Faktor – faktor karies gigi

a. Faktor kerentanan gigi

Gigi sebagai host juga turut mempengaruhi terjadinya karies gigi. Gigi

yang memiliki email yang tidak kuat akan menyebabkan gigi

berlubang. Wong,2008 juga mengungkapkan bahwa karies gigi dapat

di pengaruhi kerentanan gigi, makanan kardiogenik dan kondisi mulut

yang baik. Oleh karena itu, kerentanan gigi terhadap penyakit gigi

turut mempengaruhi terjadinya karies gigi

b. Kebiasaan menggosok gigi

Kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku membersihkan

gigi yang di lakukan seseorang secara terus menerus. Menggosok gigi

adalah membersihkan gigi dari sisa – sisa makanan, bakteri, dan plak.

Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu

yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat

untuk membersihkan gigi dan cara yang tepat untuk membersihkan

gigi.
14

Menggosok gigi yang baik di pagi hari adalah setelah makan pagi dan

sebelum tidur. Menggosok gigi pagi hari dilakukan setelah sarapan

bukan saat mandi pagi, kecuali jika mandi paginya setelah sarapan.

Menggosok gigi pagi setelah sarapan berfungsi untuk menghilangkan

sisa-sisa makanan setelah makan pagi. Menggosok gigi di malam hari

adalah setelah makan atau sebelum tidur malam (Wong, 2008).

Menggosok gigi sebelum tidur malam penting di lakukan karena

interaksi bakteri dan sisa – sisa makanan yang berasal dari makan

malam dapat terjadi ketika tidur malam. Kebiasaan menggosok gigi

yang baik merupakan cara paling efektif untuk mencegah karies gigi

(Wong,2008).

c. Diet makanan

Makanan – makanan karbohidrat yang mengandung gula tambahan

dapat menyebabkan karies gigi. Potter dan Perry (2005)

mengungkapkan bahwa untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang

harus mengurangi asupan karbohidrat terutama kudapan manis di

antara waktu makan. Contoh karbohidrat yang kardiogenik adalah

gula susu yang sengaja di tambahkan ketika proses produksi, gula

yang di gunakan dalam masakan, dan gula tambahan untuk minuman.

Setiap makanan yang mengandung gula tambahan dan lengket bersifat

kardiogenik, seperti sirup,kismis, gula meja yang telah di murnikan,

kue, biskuit, permen, puding, selai, pemanis, sereal sarapan, es krim,

soft drink, dan makanan pencuci mulut (Mulani,2005; Wong,2008).

Makanan – makanan karbohidrat ada yang tidak berbahaya bagi gig.

Contoh makanan fruktosa dalam buah dan gula alami yang terkandung
15

di dalam susu atau laktose. Hal itu di karenakan gula alami

menghasilkan asam organik kecil, sehingga tidak berbahaya bagi gigi.

Modifikasi diet dapat di lakukan untuk mencegah karies gigi.

Modifikasi diet meliputi konsumsi makanan dan minuman rendah

kardiogenik dan mengurangi frekuensi asupan makanan kardiogenik.

Dengan demikian, risiko karies gigi dapat menurun dengan modifikasi

diet kardiogenik.

5. Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi didasarkan pada upaya penambahan resistensi

gigi, mengurangi jumlah organisme dalam mulut. Mengubah diet dan

kebiasaan makan, resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan optimal

florida dan menutup oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai

dengan menghilangkan plak setiap hari dengan menggosok gigi.

Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara :

a. Klorheksidin

Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat

kumur, pasta gigi, permen karet.

b. Silen

Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien beresiko tinggi

karies gigi. Diberikan pada molar pertama permanen diantara usia 6 –

8 tahun, molar kedua permanen antara 11- 12 tahun. bahan silen yang

diginakan dapat berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang

erupsi sempurna.
16

c. Penggunaan flour

Flour telah digunakan secara luas untuk mencegah karies gigi.

Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang

menggandung flour terbukti dapat menurunkan karies.

d. Diet makanan

Untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengubah

kebiasaan makan, mengurangi asupan karbonhidrat, terutama kudapan

manis diantara waktu makan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan

minuman yang mengandung gula pada saat makan berhubungan

dengan peningkatan karies yang besar. Faktor makanan yang

dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi,

konsumsi dari karbonhidrat, retensi dimulut, frekuensi makan.

D. Perkembangan Usia Sekolah

Usia sekolah adalah waktu berlanjutnya maturasi/kematangan karakteristik

fisik, sosial dan psikologis anak (KyleTerri, 2015). Rentang usia sekolah di

mulai dari usia 6 sampa 12 tahun, di mana di mulai dengan masuknya anak ke

lingkungan sekolah. Yang memiliki dampak yang signifikan dalam

perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain (wong,2008).Secara

fisiologis, masa anak – anak di mulai dengan tanggalnya gigi susu pertama

dan di akhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir

(kecuali gigi geraham terakhir. Gigi permanen (sekunder) yang pertama

muncul kira –kira pada usia 6 tahun, di mulai dengan gigi geraham yang

muncul pada usia 6 tahun, yang muncul di belakang gigi geraham primer.

Gigi lainnya muncul dalam urutan yang hampir sama dengan pemunculan

gigi primer (gigi susu) dan di ikuti dengan penanggalan gigi susu. Ketika
17

tumbuhnya gigi graham permanen yang kedua (12 tahun), sebagian besar gigi

permanen telah tumbuh. Pertumbuhan gigi permanen lebih cepat terjadi pada

anak perempuan dari pada anak laki – laki (wong,2008).

Masalah gigi sering terjadi terjadi pada usia sekolah. Masalah gigi yang

paling utama terjadi pada usia sekolah adalah karies gigi. Usia 4 – 8 tahun

merupakan usia yang paling rentan menderita karies primer dan 12 – 18 tahun

untuk gigi permanen. Oleh karena itu, karies gigi menjadi menjadi masalah

gigi yang paling utama terjadi pada anak usia sekolah (wong,2008).

E. Penelitian Terkait

a. Rizki Safira Talibo dkk (2016) dengan berjudul “hubungan frekuensi

konsumsi makanan kardiogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi pada siswa kelas III SDN 1&2 sonuo”. Jenis

penelitian yang digunakan ialah penelitian yang bersifat observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan pengambilan sampel

secara total sampling berjumlah 43 siswa. Alat pengumpulan data

menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan presentase

kejadian karies gigi pada anak dengan perilaku menggosok gigi yang

salah dibandingkan yang benar, dengan didapatkan prevalensi karies gigi

pada anak usia sekolah sebesar (72,5%) sebagian besar sampel pada

penelitian ini menerapkan perilaku menggosok gigi yang salah, yaitu

sebanyak 55,0%. Dengan hasil uji chi square menunjukan nilai p = 0,000

sehingga terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi pada siswa kelas III SDN 1 & 2 Suono.
18

F. Kerangka Teoritis

Gigi
Menggosok gigi
1. Pengertian
1. Kebiasaan menggosok
2. Fungsi
gigi
3. Bagian- bagian
2. Metode / cara
4. Bentuk dan fungsi Perkembangan usia
menggosok gigi
5. Tahapan sekolah
3. Frekuensi dan waktu
pertumbuhan gigi
menggosok gigi

Karies gigi

1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Faktor- faktor
5. Pencegahan

Sumber : Potter & Perry (2005), Wong (2008), Rhamadhan (2010), KyleTerri (2015)

Anda mungkin juga menyukai