Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN PADA PASIEN YANG

AKAN DILAKUKAN OPERASI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP


Prof.DR.R.D KANDOU MANADO
Lussy Sidonya Kambey*, Joy Rattu **, Jimmy Panelewen **

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado


** Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Keselamatan pasien adalah proses yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan membuat
layanan kepada pasien menjadi lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan
belajar dari suatu keadaan atau kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan menerapkan solusi
yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut terjadi kembali. Sampai saat ini masalah
keselamatan pasien Rumah Sakit masih menjadi masalah global, Joint Commission International
(JCI) & World Health Organitation (WHO) melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian
kesalahan pengobatan meskipun, JCI & WHO mengeluarkan “Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions” atau 9 solusi keselamatan pasien, dan dalam Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang 6 sasaran keselamatan pasien. Kenyataannya, permasalahan keselamatan pasien masih
banyak terjadi termasuk di Indonesia (JCI, 2011). Tujuan penelitian ini adalah bagaimana
penerapan sasaran keselamatan pasien pada pasien yang akan dilakukan operasi di Instalasi
Bedah Sentral RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif yang dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral RSUP
Prof.Dr.R.D.Kandou Manado pada bulan Februari – April 2017. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 6 orang dengan teknik pemeriksaan melalui beberapa kegiatan antara lain dengan
triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan Ketepatan identifikasi Pasien dalam penerapan di
Instalasi Bedah Sentral RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado, pasien menggunakan gelang
identitas terdapat nama, tanggal/bulan/tahun lahir, nomor medical record. Peningkatan
komunikasi yang efektif dilakukan oleh TIM Bedah dalam persiapan pembedahan. Peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert), obat –obatan ditatah dalam ruang depo
farmasi. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi telah dilakukan sehari
sebelum operasi yaitu penandaan lokasi operasi (site marking) edukasi prosedur dan tujuan yang
akan dilakukan operasi. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di Instalasi
Bedah Sentral RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado, selain melakukan hand higiene, sebelum
melakukan tindakan pembedahan Tim bedah mencuci tangan bedah dan melakukan prosedur
aseptik dan antiseptik. Pengurangan risiko pasien jatuh, semua pasien saat serah terima masuk
ruang operasi didorong menggunakan brandcart dengan pengaman, saat pasien dimeja operasi
menggunakan pengaman.

Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Instalasi Bedah Sentral

ABSTRACT
Patient safety is a process that is run by an organization that aims to make the service to patients
safer. The process includes risk assessment, risk identification and management of patients,
reporting and analysis of incidents, and the ability to learn from a situation or event, following an
event, and apply the appropriate solutions to reduce the risk of going back. Until now the issue of
patient safety Hospital is still a global problem, the Joint Commission International (JCI) and the
World Health Organitation (WHO) reported some countries there is a 70% incidence of
medication errors though, JCI and WHO issued "Nine Life-Saving Patient Safety Solutions" or 9
of patient safety solutions. In fact, the problem of patient safety is still a lot going on, including in
Indonesia (JCI, 2011). The purpose of this research is how the management of patient safety
standards at the Central Surgical Depatment of RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. This
research was conducted using qualitative methods implemented at the Central Surgical
Department of RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado in February - April 2017. The informants in
this study amounted to 7 people with investigation techniques through several activities, among
others, by triangulation. The results showed accuracy of patient identification in application at
the Central Surgical Department of RSUP.Prof.R.D.Kandou Manado, patients was using bracelet
ID there sucha name, date/ month/year of birth, and medical record number. Enhancement the

41
-5
effektive communication doing by surgical team in preparing the surgery. Enhancement of
medicine safetyneeds to be warn of (high allert), medicine placed in depo pharmacy room.
Assurance of righ-place, righ procedure, and righ-patient surgery must have be done the tay
before operation such as site marking, procedure education and purpose of the operation.
Reduction risk of infection about health survices at central Surgical depertment of
RSUP.Prof.dr.R.D.Kandou Manado, other than do hand hygiene, before surgery operation,
Surgery tim needs to be hand washed and do the procedure of aseptik and antiseptik. Reduction
the risk of patient fall down, all patients when leads to the operation room has to be carry on with
a secure brankart, and when the patien is olready on the operation table it also need to be
secured.

Key Words: Patient Safety, Central Surgical Depatment

PENDAHULUAN dihitung (ekstrapolasi) dari jumlah


Keselamatan pasien di Rumah Sakit pasien rawat inap di rumah sakit di
adalah sistem pelayanan dalam suatu Amerika Serikat sebesar 33,6 juta per
Rumah Sakit yang memberikan asuhan tahun didapat angka kematian pasien
pasien menjadi lebih aman, termasuk di rawat inap akibat KTD tersebut di
dalamnya mengukur risiko, identifikasi seluruh Amerika Serikat berkisar 44.000
dan pengelolaan risiko terhadap pasien, s/d 98.000 per tahun. Sebagai
analisa insiden, kemampuan untuk perbandingan angka kecelakaan lalu
belajar dan insiden ditindaklanjuti serta lintas pada tahun tersebut hanyalah
menerapkan solusi untuk mengurangi 43.458. Kemudian WHO dalam
risiko “Safety is a fundamental principle publikasi tahun 2004 menampilkan
of patient care and a critical component angka KTD di rumah sakit dari berbagai
of hospital quality management” (World negara maju adalah sebesar 3,2% s/d
Alliance for Patient Safety, Forward 16,6% pada pasien rawat inap, berbagai
Programme WHO 2004). publikasi mengutipnya dengan angka
Rumah Sakit adalah institusi yang 10% dan sebagian meninggal.
komplek sehingga kesalahan memang WHO collaborating center for patien
bisa terjadi. Pada tahun 2000 IOM safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
(Institute of Medicine) di Amerika menerbitkan “Nine Life Safing Pasien
Serikat menerbitkan laporan “To Err is Safety Solution” ( sembilan solusi
Human, Buildinga Safer Health System” keselamatan pasien di rumah sakit).
yang memuat 2 penelitian tentang KTD Panduan ini mulai disusun sejak tahun
(Kejadian Tidak Diharapkan / Adverse 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan
Event (AE) pada pasien di Rumah Sakit. lebih dari 100 negara, dengan
Ditemukan angka KTD sebesar 2,9% mengidentifikasi dan mempelajari
dan 3,7% dengan angka kematian 6,6% berbagai masalah keselamatan pasien
dan 13,6%. Dengan data ini kemudian dan salah satunya adalah pencegahan

42
-5
cedera pada pasien yang akan 5) Pengurangan risiko infeksi terkait
menjalankan pembedahan. pelayanan kesehatan; dan
Pelayanan kesehatan merupakan hak 6) Pengurangan risiko pasien jatuh.
setiap orang yang dijamin dalam Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
Undang-Undang Dasar Negara Republik merupakan syarat untuk diterapkan di
Indonesia Tahun 1945 yang harus semua rumah sakit yang diakreditasi
diwujudkan dengan upaya peningkatan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
derajat kesehatan masyarakat yang Penyusunan sasaran ini mengacu kepada
setinggi-tingginya. Rumah Sakit adalah Nine Life-Saving Patient Safety
institusi pelayanan kesehatan bagi Solutions dari World Health
masyarakat dengan karateristik Organization (WHO) dalam Sutanto
tersendiri yang dipengaruhi oleh (2014) Patient Safety (2007) yang
perkembangan ilmu pengetahuan digunakan juga oleh Komite
kesehatan, kemajuan teknologi, dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
kehidupan sosial ekonomi masyarakat PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint
yang harus tetap mampu meningkatkan Commission International (JCI).
pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar Ketepatan Identifikasi Pasien

terwujud derajat kesehatan yang Kesalahan karena keliru dalam

setinggi-tingginya (Anonim, 2009). mengidentifikasi pasien dapat terjadi di


hampir semua aspek/tahapan diagnosis
Sasaran Keselamatan Pasien dan pengobatan. Kesalahan identifikasi
Dalam Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ pasien bisa terjadi pada pasien yang
VIII/ 2011 menyatakan bahwa setiap dalam keadaan terbius/tersedasi,
Rumah rumah sakit wajib mengalami disorientasi, tidak sadar,
mengupayakan pemenuhan Sasaran bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di
Keselamatan Pasien. Sasaran rumah sakit, adanya kelainan sensori,
Keselamatan Pasien meliputi atau akibat situasi lain. Maksud sasaran
tercapainya hal-hal sebagai berikut : ini adalah untuk melakukan dua kali
1) Ketepatan identifikasi pasien; pengecekan yaitu: pertama, untuk
2) Peningkatan komunikasi yang identifikasi pasien sebagai individu yang
efektif; akan menerima pelayanan atau
3) Peningkatan keamanan obat yang pengobatan; dan kedua, untuk
perlu diwaspadai; kesesuaian pelayanan atau pengobatan
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat- terhadap individu tersebut. Kebijakan
prosedur, tepat-pasien operasi; dan/atau prosedur yang secara

43
-5
kolaboratif dikembangkan untuk mudah terjadi kesalahan kebanyakan
memperbaiki proses identifikasi, terjadi pada saat perintah diberikan
khususnya pada proses untuk secara lisan atau melalui telepon.
mengidentifikasi pasien ketika Komunikasi yang mudah terjadi
pemberian obat, darah, atau produk kesalahan yang lain adalah pelaporan
darah; pengambilan darah dan spesimen kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
lain untuk pemeriksaan klinis; atau melaporkan hasil laboratorium klinik
pemberian pengobatan atau tindakan cito melalui telepon ke unit pelayanan.
lain. Kebijakan dan/atau prosedur Rumah sakit secara kolaboratif
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengembangkan suatu kebijakan dan/
mengidentifikasi seorang pasien, seperti atau prosedur untuk perintah lisan dan
nama pasien, nomor rekam medis, telepon termasuk: mencatat
tanggal lahir, gelang identitas pasien (memasukkan ke komputer) perintah
dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor yang lengkap atau hasil pemeriksaan
kamar pasien atau lokasi tidak bisa oleh penerima perintah; kemudian
digunakan untuk identifikasi. Kebijakan penerima perintah membacakan kembali
dan/ atau prosedur juga menjelaskan (read back) perintah atau hasil
penggunaan dua identitas berbeda di pemeriksaan; dan mengkonfirmasi
lokasi yang berbeda di rumah sakit, bahwa apa yang sudah dituliskan dan
seperti di pelayanan rawat jalan, unit dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
gawat darurat, atau ruang operasi dan/atau prosedur pengidentifikasian
termasuk identifikasi pada pasien koma juga menjelaskan bahwa diperbolehkan
tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif tidak melakukan pembacaan kembali
digunakan untuk mengembangkan (read back) bila tidak memungkinkan
kebijakan dan/atau prosedur agar dapat seperti di kamar operasi dan situasi
memastikan semua kemungkinan situasi gawat
untuk dapat diidentifikasi.
Peningkatan keamanan obat-obatan
Peningkatan Komunikasi Efektif yang perlu di waspadai
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, Bila obat-obatan menjadi bagian dari
akurat, lengkap, jelas, dan yang rencana pengobatan pasien, manajemen
dipahami oleh pasien, akan mengurangi harus berperan secara kritis untuk
kesalahan, dan menghasilkan memastikan keselamatan pasien. Obat-
peningkatan keselamatan pasien. obatan yang perlu diwaspadai (high-
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, alert medications) adalah obat yang
lisan, atau tertulis. Komunikasi yang sering menyebabkan terjadi

44
-5
kesalahan/kesalahan serius (sentinel mengidentifikasi area mana saja yang
event), obat yang berisiko tinggi membutuhkan elektrolit konsentrat,
menyebabkan dampak yang tidak seperti di IGD atau kamar operasi, serta
diinginkan (adverse outcome) seperti pemberian label secara benar pada
obat-obat yang terlihat mirip dan elektrolit dan bagaimana
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa penyimpanannya di area tersebut,
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look sehingga membatasi akses, untuk
Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan mencegah pemberian yang tidak
yang sering disebutkan dalam isu sengaja/kurang hati-hati.
keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja Tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
(misalnya, kalium klorida 2 meq/ml atau pasien operasi
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-
klorida lebih pekat dari 0.9%, dan pasien pada operasi, adalah sesuatu yang
magnesium sulfat =50% atau lebih mengkhawatirkan dan tidak jarang
pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
perawat tidak mendapatkan orientasi adalah akibat dari komunikasi yang
dengan baik di unit pelayanan pasien, tidak efektif atau yang tidak adekuat
atau bila perawat kontrak tidak antara anggota tim bedah, kurang/tidak
diorientasikan terlebih dahulu sebelum melibatkan pasien di dalam penandaan
ditugaskan, atau pada keadaan gawat lokasi (site marking), dan tidak ada
darurat. prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Cara yang paling efektif untuk Di samping itu, asesmen pasien yang
mengurangi atau mengeliminasi tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
kejadian tersebut adalah dengan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
meningkatkan proses pengelolaan obat- mendukung komunikasi terbuka antar
obat yang perlu diwaspadai termasuk anggota tim bedah, permasalahan yang
memindahkan elektrolit konsentrat dari berhubungan dengan tulisan tangan yang
unit pelayanan pasien ke farmasi. tidak terbaca (illegible handwritting)
Rumah sakit secara kolaboratif dan pemakaian singkatan adalah faktor-
mengembangkan suatu kebijakan faktor kontribusi yang sering terjadi.
dan/atau prosedur untuk membuat daftar Rumah sakit perlu untuk secara
obat-obat yang perlu diwaspadai kolaboratif mengembangkan suatu
berdasarkan data yang ada di rumah kebijakan dan/atau prosedur yang efektif
sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga di dalam mengeliminasi masalah yang

45
-5
mengkhawatirkan ini. Digunakan juga aliran darah (blood stream infections)
praktek berbasis bukti, seperti yang dan pneumonia (sering kali dihubungkan
digambarkan di Surgical Safety dengan ventilasi mekanis). Pusat dari
Checklist dari WHO Patient Safety eliminasi infeksi ini maupun infeksi-
(2009), juga di The Joint Commission’s infeksi lain adalah cuci tangan (hand
Universal Protocol for Preventing hygiene) yang tepat. Pedoman hand
Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO,
Person Surgery. Penandaan lokasi dan berbagai organisasi nasional dan
operasi perlu melibatkan pasien dan internasional. Rumah sakit mempunyai
dilakukan atas satu pada tanda yang proses kolaboratif untuk
dapat dikenali. Tanda itu harus mengembangkan kebijakan dan/ atau
digunakan secara konsisten di rumah prosedur yang menyesuaikan atau
sakit dan harus dibuat oleh mengadopsi petunjuk hand hygiene yang
operator/orang yang akan melakukan diterima secara umum dan untuk
tindakan, dilaksanakan saat pasien implementasi petunjuk itu di rumah
terjaga dan sadar jika memungkinkan, sakit.
dan harus terlihat sampai saat akan
disayat. Penandaan lokasi operasi Pengurangan risiko jatuh
dilakukan pada semua kasus termasuk Jumlah kasus jatuh cukup bermakna
sisi (laterality), multipel struktur (jari sebagai penyebab cedera bagi pasien
tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level rawat inap. Dalam konteks
(tulang belakang). populasi/masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang disediakan, dan
Pengurangan risiko infeksi fasilitasnya, rumah sakit perlu
Pencegahan dan pengendalian infeksi mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
merupakan tantangan terbesar dalam mengambil tindakan untuk mengurangi
tatanan pelayanan kesehatan, dan risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi
peningkatan biaya untuk mengatasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
infeksi yang berhubungan dengan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya
pelayanan kesehatan merupakan jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
keprihatinan besar bagi pasien maupun berjalan yang digunakan oleh pasien.
para profesional pelayanan kesehatan. Program tersebut harus diterapkan
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua rumah sakit.
bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada

46
-5
METODE Peningkatan Komunikasi efektif
Penelitian ini dilakukan dengan Hasil penelitian menunjukan Instalasi
menggunakan metode kwalitatif yang bedah sentral tidak menggunakan
bertujuan untuk menganalisa penerapan komunikasi elektonik, lisan atau tulisan
keselamatan pasien di Instalasi bedah (SBAR) melalui telepone, perintah yang
sentral RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou lengkap diterima oleh penerima di catat
Manado.Penelitian ini dilakukan di dan dibaca kembali (read bac) apa yang
RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. disampaikan. Situasi dan kondisi tidak
Waktu pelaksanaan penelitian memungkinkan bagi operator dan atau
dilaksanakan pada bulan Februari – asisten untuk menggunakan telepon, bila
Maret 2017. Pengumpulan data ada yang penting untuk operator maka
dilakukan dengan cara wawancara diperbolehkan tidak membaca lagi atau
mendalam kepada 6 informan yaitu mengeja lagi apa yang disampaikan oleh
Kepala Instalasi Bedah Sentral, Dokter penerima. Sesuai Permenkes
Spesialis Bedah, Dokter umum (PPDS), 1691/Menkes/Per/VIII/2011.
Perawat pelaksana dan Pasien dan Komunikasi yang dilakukan adalah
observasi pada dokumen yang komunikasi langsung dengan pasien,
digunakan. Pemilihan sampel komunikasi yang digunakan bukan
berdasarkan prinsip kesesuaian dan komunikasi melalui telepon, tetapi
kecukupan. komunikasi langsung yaitu dengan
pasien sebelum pembedahan melakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN sign in. Melakukan komunikasi
Ketepatan identifikasi pasien langsung dengan tim bedah operator dan
Hasil penelitian terkait identifikasi Anestesiolog, perawat instrumen dan
pasien, menunjukan baik, dari semua asisten sebelum insisi melalui Time out,
informan memberi pernyataan yang sampai selesai operasi melakukan
sama semua pasien yang masuk kamar komunikasi melalui sign out.
operasi menggunakan 3 identitas Nama Komunikasi keadaan pasien antar
pasien, tanggal/bulan/tahun lahir dan opertor, penata dan anestesiolog. Untuk
nomor medical pada gelang identitas pemerikasaan penunjang, laboratorium,
paisen dengan barcode walaupun pada hasil foto, USG dan pemeriksaan lain
kenyataan barcode tertera beberapa sudah lengkap dalam berkas pasien dan
identitas, untuk pria warna biru muda sebelum operasi tidak bisa dilakukan
dan untuk wanita menggunakan warna operasi tanpa ada hasil pemeriksaan
pink penunjang. Komunikasi di Instalasi

47
-5
Bedah sentral ternyata komunikasi yang benar obat, benar dosis, benar waktu,
dilakukan bukan komunikasi melalui benar cara/route pemberian, benar
telepone, tetapi komunikasi langsung. dokumntasi dan benar pengkajian.
Hasil penelitian pada SPO Peningkatan
komunikasi Efektif yang ada di RSUP Tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
tidak dicantumkan komunikasi melalui pasien operasi
elektronik sedangkan yang dimaksud Hasil penelitian semua informan (5
SBAR saat komunikasi melalui telepon Informan ), menunjukan hasil yang baik
jadi peneliti memberi nilai SPO masih dimana semua informan telah
kurang jelas. Bila Permenkes memberi melakukan upaya untuk meningkatkan
pernyataan kecuali dikamar operasi, ketepatan lokasi, prosedur operasi dan
maka SPO RSUP Kandou juga harus pasien operasi, sebelum dilakukan
cantumkan jelas. operasi ke pasien antara lain melakukan
pengecekan terkait identitas pasien,
Peningkatan keamanan obat yang mengecek ketepatan prosedur dan
perlu di waspadai lokasi operasi serta melakukan beberapa
Hasil penelitian sudah sesuai karena pemeriksaanrutin rutin.
dalam Instalasi bedah Sentral ada Bagi pasien yang akan dilakukan
tersedia Depo farmasi khusus untuk operasi, sehari sebelumnya telah
pasien pembedahan Instalsi bedah dilakukan asesmen pra bedah, antara
dengan 2 tenaga farmasi dan depo lain penandaan lokasi operasi terhadap
tersebut memiliki daftar obat High Allert pasien, informasi kembali prosedur
dan disendirikan ditatah rapih, disimpan operasi dan benar tepat pasien, asesmen
dalam dilemari khusus dan apabila pra anestesi, Persetujuan tindakan
dibutuhkan dilakukan 2 kali pengecekan. Kedokteran, Pada saat di konsul di IBS
Untuk pemberian obat terhadap pasien untuk penjadwalan operasi, berkas
yang memberikan adalah perawat bukan pasien harus lengkap dan bila berkas
dokter, tetapi kadang dokter yang tidak lengkap, maka berkas akan
berikan, tergantung situasi dan kondisi dikembalikan untuk dilengkapi kembali.
dan obat yang diberikan kepada pasien
hanya sebatas antibiotika profilaksis, Pengurangan Risiko Infeksi
obat-obat yang lain diberikan oleh Hasil penelitian menunjukan semua
penata anestesi sesuai prosedur. informan telah melakukan upaya
Menerapkan 8 benar dalam menunjang penerapan tindakan pengurangan resiko
keselamatan pasien yaitu benar pasien, infeksi dengan Hasilnya menunjukan

48
-5
sangat baik, karena kepedulian yang baik, walaupun asesmen resiko jatuh
sangat tinggi untuk mencegah infeksi. telah dilakukan diruangan tetapi
Instalasi Bedah Sentral mempunyai pemntauan selama pasien di kamar
peraturan-peraturan tertentu dalam operasi menunjukan kepedulian yang
upaya Pengurangan Resiko Infeksi antra tinggi bagi petugas.
lain Pembagian area kamar bedah, Waktu pasien masuk Instalasi
Semua yang masuk IBS harus Bedah Sentral, melakukan serah terima,
menggunakan pakaian khusus kamar pasiien dipindahkan dari brancart
operasi, bagi tim operasi harus ruangan inap ke brancart Instalasi Bedah
menggunakan jas steril dan sarung sentral langsung dengan pengaman kiri
tangan steril, pasien sebelum insici dan kanan. Pada saat masuk ruang
dilakukan didesinfeksi area operasi operasi dianestesi pasien difixasi pada
kemudian melakukan proses drapping. bagian lengan dan kaki dengan tali
Selama tindakan pembedahan pengikat khusus sampai selesai operasi
berlangsung menjaga kesteriliteit dan pasien dalam keadaan sadar
Instrumen dan area operasi jangan pengikat tersebut dibuka. Sebelum
terkontaminasi, setelah selesai operasi pasien pindah ruang rawat inap, pasien
luka ditutup dengan gaas steril. Selain ke Recovery room terpasang pengaman
itu mengikuti buku panduan hand pada samping kiri/kanan brancart.
higiene dari WHO dengan menerapkan 5 Jumlah kasus jatuh cukup
moment 6 langkah dan cuci tangan bermakna sebagai penyebab cedera
Bedah.Pengurangan resiko infeksi untuk pasien rawat inap. Dalam konteks
Instalasi Bedah Sentral ternyata belum populasi/masyarakat yang
cukup kalau hanya mengikuti panduan dilayani, pelayanan yang diberikan, dan
hand higiene dari WHO. Selain itu fasilitasnya, rumah sakit perlu
Instalasi Bedah sentral sebelum mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
melakukan tindakan pembedahan mengambil tindakan untuk mengurangi
mencuci tangan bedah pada air yang risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi
mengalir dengan menggunakan bahan bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
desinfectan. telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya
jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
Pengurangan risiko jatuh berjalan yang digunakan oleh pasien.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Program tersebut harus diterapkan di
pengurangan risiko jatuh di instalasi rumah.
bedah sentral telah dilakukan dengan

49
-5
KESIMPULAN 5. Kepastian tepat-lokasi, tepat-
1. Ketepatan iIdentifikasi pasien di Prosedur, tepat-pasien operasi di
Instalasi Bedah Sentral Instalasi Bedah Sentral RSUP
RSUP.Prof.R.D.Kandou Manado Prof.R.D.Kandou Manado, sehari
sangat baik, setiap pasien yang sebelum dilakukan tindakan
masuk kamar operasi selalu pembedahan dilakukan asessmen pra
diidentifikasi dengan 3 identitas operasi, pasien diberi edukasi lokasi
pasien (nama, tanggl/bulan/tahun operasi, ketersediaan inplan dan
lahir, no.med.rec) yang terdapat pada dilakukan penandaan lokasi operasi
gelang identitas warna biru untuk dengan tanda OK, prosedur operasi
laki-laki dan warna pink untuk melakukan ( sign in, Time out, sign
perempuan. out )
2. PeningkatanPeningkatan komunikasi 6. Pengurangan risiko infeksi terkait
efektif di Instalasi Bedah sentral pelayanan kesehatan di Instalasi
RSUP Prof.R.D.Kandou Manado, Bedah Sentral RSUP
tidak menggunakan komunikasi Prof.R.D.Kandou Manado, selain
SBAR tetapi komunikasi langsung semua petugas yang masuk harus
dengan dokter sebagai memahami pembagian area kamar
operator/DPJP, karena operator ada bedah, dalam kegiatan pembedahan
ditempat dan hasil pemeriksaan semua melakukan tehnik aseptik dan
penunjang sudah dalam berkas pasien antiseptik, sebelum melakukan
3. Peningkatan keamanan obat yang tindakan pembedahan mencuci
perlu diwaspadai (High-Alert) Di tangan bedah dibawah air mengalir
Instalasi Bedah Sentral RSUP dan tidak lepas dari program WHO
Prof.R.D.Kandou Manado menerapkan hand higiene dari 5
mempunyai ruang depo farmasi moment dan 6 langkah.
khusus yang melayani pasien 7. Pengurangan risiko pasien jatuh di
pembedahan, dan obat- RSUP Prof.R.D.Kandou Manado,
4. obat high allert disimpan dalam pengkajian awal tidak dilakukan di
lemari khusus dan ditatah sendiri, IBS, tetapi pengkajian resiko jatuh,
bila dibutuhkan akan diberikan oleh dari ruang rawat inap dilanjutkan ke
petugas depo dan 2 kali mengecek, IBS dan dipantau. Semua pasien
kesesuaian lebel dan gelang identitas didorang dengan brancard dilayani
pasien. dengan memberikan pengaman pada
sisi kiri dan sisi kanan diatas meja

50
-5
operasi selalu menggunakan _________. 2008b. Panduan Nasional
pengaman pada lengan dan kaki Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dengan tali pengikat khusus (Patient Safety), Jakarta
_________. 2008c. Pedoman Pelaporan
SARAN Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
1. Seluruh Petugas dan mahasiswa yang (Patient Safety Incident Report).
masuk Instalasi Bedah sentral harus Komite Keselamatan Pasien
memahami peraturan yang berlaku Rumah Sakit
dan menerapkan keselamatan pasien. _________. 2005. Keputusan
2. Lakukan sign in, time out dan sign Menteri Kesehatan Republik
out semua pasien yang akan Indonesia. No.
dilakukan operasi. 496/MENKES/SK/IV/2005.Tenta
ng.Pedoman Audit Medis Di
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit. Jakarta:
Anonimous.2016. Profil Rumah Sakit Kementerian Kesehatan
Umum Pusat Prof.Dr. R.D.
Kandou Manado
_________, 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2014 tanggal 18
Agustus 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit.
Jakarta : Kementerian Kesehatan
_________, 2012a. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 012 Tahun 2012 tanggal
15 Maret 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit. Jakarta :
Kementrian Kesehatan
_________. 2008a. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia.Nomor 129/ Menkes/II
/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.

51
-5

Anda mungkin juga menyukai