Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI

FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG GELATIK RSUD

DR.H ABDUL MOELEOK PROVINSI LAMPUNG

OLEH :

FATMAWATI

1724033

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2020
PROPOSALKARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

EKSTREMITAS ATAS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI

AKUT DIRUANG GLATIK RSUD Dr H ABDUL MOELOEK PROVINSI

LAMPUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat

mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

pada Akademi Keperawatan Panca Bhakti Bandar Lampung

Oleh

FATMAWATI

NIM: 1724033

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2020
PERNYATAAN ORISINALITAS KTI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fatmawati

NIM : 1724033

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Fraktur

Ekstremitas Atas dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di

Ruang Gelatik RSUD Dr.H Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam proposal ini

merupakan hasil pemikiran saya sendiri, bukan pengutipan tulisan dari hasil karya

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil kutipan

pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut.

Bandar Lampung, Januari 2020

Fatmawati
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal karya tulis ilmiah ini telah di setujui untuk dipertahankan pada Seminar

Proposal dengan :

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Fraktur

Ekstremitas Atas Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di

Ruang Gelatik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung


Pada :
Nama : Fatmawati
NIM 1724033

Bandar Lampung, …………………..2020

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Pujiarto, M.Kep., Sp.Kep.MB Nandita Wana Putri,S.Pd. M.Hum

NRP. 010200011 NRP.0102O1653

MOTTO

“ Dua Musuh Terbesar Kesuksesan Adalah Penundaan dan Alasan ”


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan

Anak Talasemia dengan Masalah Keperawatan Risiko Infeksi di Ruang Alamanda

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk melakukan penyusunan karya tulis ilmiah yang sesungguhnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan mendapatkan bantuan, arahan, dukungan

dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini

penulis mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang besar kepada ::

1) Hj. Risneni, S.SiT, M.Kes selaku ketua yayasan Pendidikan Panca Bhakti

Bandar Lampung

2) Ns. Anton Surya Prasetya, M.Kep., Sp.Kep.J selaku direktur Akademi

Keperawatan Panca Bhakti Bandar Lampung.

3) Ns. Pujiarto, M.Kep., S.Kep.,MB selaku pembimbing 1 yang telah senantiasa

selalu membimbing dengan sabar dan telah memberikan motivasi dalam

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini

4) Nandita Wana Putri,S.pd. M,Hum selaku pembimbing 2 yang telah senantiasa

selalu membimbing dengan sabar dan telah memberikan motivasi dalam

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini

5) Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Panca Bhakti Bandar

Lampung yang telah memberikan ilmu dengan tulus dan ikhlas


6) Teruntuk yang tercinta dan tersayang, mak,bapak,ginda dan adek yang selalu

memberikan dukungan dan semangat serta doa restu sehingga saya dapat

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini

7) Teruntuk sahabat ku vina,dika,annisa,amel,tata,sri,yunita,indah,ira,nurul dan

lili yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan proposal karya

tulis ilmiah ini

8) Dan teruntuk teman-teman angkatan 24 yang tidak bisa saya sebutkan satu-

persatu, terima kasih untuk kebersamaan nya selama 3 tahun ini.

Semoga proposal karya tulis ilmiah ini memberi manfaat bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang dapat

menyempurnakan proposal karya tulis ilmiah ini.

Penulis

Fatmawati
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DEPAN........................................................................i

HALAMAN JUDUL DALAM.......................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................v

DAFTAR TABEL...........................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Batasan Masalah......................................................................................5

1.3 Rumusan Masalah....................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................6

1.4.1 Tujuan Umum..........................................................................................6

1.4.2 Tujuan Khusus.........................................................................................6

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................7

1.5.1 Manfaat teoritis........................................................................................7

1.5.2 Manfaat praktis........................................................................................7


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur Ektremitas Atas............................................................................8

2.1.1Pengertian Fraktur....................................................................................8

2.1.2Jenis Fraktur Ektemitas.............................................................................8

2.1.3Manifestasi Klinis.....................................................................................11

2.1.4Penatalaksanaan Kedaruratan...................................................................12

2.1.5Patway Fraktur..........................................................................................14

2.1.6Komplikasi Fraktur...................................................................................15

2.2 Nyeri.........................................................................................................15

2.2.1Definisi Nyeri...........................................................................................15

2.2.2Penyebab...................................................................................................16

2.2.3Jenis-jenis Nyeri.......................................................................................16

2.2.4Tipe Nyeri.................................................................................................17

2.2.5Respon Nyeri............................................................................................18

2.2.6Tanda dan Gejala......................................................................................19

2.3 Asuhan Keperawatan Nyeri Post Operasi Fraktur Ektremitas Atas.........20

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.......................................................................................24

3.2 Batasan Istilah............................................................................................25

3.3 Subyek Penelitian......................................................................................25

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................26

3.5 Jadwal Penelitian.......................................................................................26


3.6 Pengumpulan Data.....................................................................................27

3.7 Uji Keabsahan Data...................................................................................28

3.8 Analisa Data...............................................................................................29

3.9 Etik Penelitian............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Intervensi Keperawatan Fraktur dengan Masalah Nyeri...................21


DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Patway fraktur..............................................................................14


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur merupakan penyakit yang sering terjadi karena

kecelakaan salah satu insiden kecelakaan yang memiliki

prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur sekitar 46,5% dari

insidensi kecelakaan yang terjadi. Fraktur atau patah tulang

merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan /atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat

berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Daniel et al,

2016).

Fraktur telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di

pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi

penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas baik di

Negara maju maupun Negara berkembang (Geulis, 2013) . WHO

mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,5 juta orang

meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat

kecelakaan lalu lintas. Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3

juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta, merupakan

terbesar di Asia Tenggara. Menurut Depkes fraktur atau patah

1
tulang pada tahun 2013 memiliki prosentase 5,8% . Di Jawa timur

proporsi patah tulang menduduki urutan 15 tertinggi setelah

provinsi D.IYogyakarta dengan prosentase 6,0% (Perdana, 2013).

Beberapa factor terjadinya peningkatan jumlah kasus penyakit

muskulos keletal terutama fraktur adalah kecelakaan lalulintas

sebanyak 666 pasien (52%), 384 pasien (30%) terjadi akibat

kecelakaan kerja / olahraga dan 230 pasien (18%) akibat

kekerasan rumah tangga (Geulis, 2013).

Kota Bandar Lampung tingkat kecelakaan lalulintas pada

pengguna sepeda motor inisering terjadi, data yang diproleh dari

rekammedik RSAM tahun 2011 angka kasus yang disebabkan

oleh kecelakaan lalulintas yang menimbulkan cidera sebanyak

298 orang, dan 148 dari kasus tersebut adalah kasus fraktur

pada femur. Fraktur lebih sering terjadi karena trauma pada

kelompok usia muda, sekitar umur 45 tahun kebawah dan sering

terjadi pada laki-laki dari pada perempuan baik fraktur karena

olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan

kendaraan. Sedangkan, angka kejadian fraktur karena

osteoporosis berdasarkan jenis kelamin yakni 4:1 antara wanita

dengan pria (Noor, 2014).


Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagiatas trauma

langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma

langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita

terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor

Langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak

langsung yaitu titik

Tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh

terpeleset di kamar mandi. Trauma ringanya itu keadaan yang

dapat menyebabkan fraktur bila tulang

Itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur

patologis (Sjamsu hidayat danWim de Jong, 2010).

Penanganan pada pasien fraktur bias dilakukan dengan

beberapa prosedur salah satunya adalah pembedahan yang

merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada

daerah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires,

rods, plates dan protesa pada tulang yang patah. Proses

pembedahan selalu

Menggunakan anestesi untuk menghambat konduksi saraf

secara langsung sehingga menjadi metode pengontrol nyeri

(Kneale,2011). Namun, setelah dilakukan tindakan pembedahan

dan efek anestesi hilang keluhan yang pasti dirasakan oleh

pasien pasca pembedahan adalah nyeri (Irawati et al, 2016).


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alas an utama

seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama

banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik

atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang

disbanding suatu penyakit manapun ( Smeltzer & Bare, 2013).

Nyeri juga menjadi salahsatu tanda pada komplikasi yang berat

pada fraktur ekstremitas atas yaitu distrofi refleks simpatik

(Sjamsu hidajat, 2010). Melihat

Banyaknya komplikas yang disebabkan oleh nyeri maka nyeri

harus segera diatasi. Nyeri dapat diatasi dengan dua cara yaitu

dengan agen farmakologis yang bertujuan untuk menghambat

sinyal nyeri pada beberapa titik sepanjang perjalanan nyeri dan

dengan terapi komplementer yang tidak menggunakan agen

farmakologis. Pemberian anal gesik untuk mengatas nyeri

dengan menggunakan obat sebagai berikut non narkotik dan

obat anti inflamasi non steroid (NSAID), analgesik narkotik atau

opiat, obat tamabahan (adjuvan). Sedangkan, terapinon

Farma kologis atau terapi komplementer yang diantaranya

adalah bimbingan antisipasi, therapies / panas, distraksi,

relaksasi, TENS, imajinasi terbimbing, akupuntur, hypnosis,


umpan balik biologis, masase juga efektif sebagai tambahan

metode control nyeri (Kneale, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irawati dkk (2016)

yang menyatakan bahwa Sebagian besar pasien fraktur selalu

dilakukan tindakan pembedahan. gejala yang timbul akibat dari

tindakan pembedahan adalah nyeri. Nyeri dapat memperlambat

aktivitas dan mengganggu kenyamanan klien. Untuk

menurunkan nyeri dan menghindari komplikasi dari nyeri maka

diberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur

ekstremitas atas dengan nyeri akut. Dengan menunjukkan hasil

setelah dilakukan asuhan keperawatan adalah kemampuan klien

dalam manajemen nyeri dan penurunan skala nyeri. Skala kedua

klien yang awalnya skala 5 menjadi skala 3. Selain itu, kualitas

nyeri klien 1 yang awalnya panas dan cenut-cenut menjadi

cenut-cenut saja, namun pada penggunaan teknik relaksasi

progresif klien 1 lebih merasakan hasilnya dibandingkan dengan

klien 2.

Peran perawat dalam menangani masalah nyeri adalah

memberikan asuhan keperawatan dengan manajemen nyeri

untuk mengurangi atau meredakan nyeri (Andarmoyo, 2013).

Maka dari itu perawat mencoba memberikan asuhan


keperawatan mulai dari melakukan pengkajian pada klien post

operasi fraktur ektremitas atas dengan masalah keperawatan

nyeri akut, menentukan diagnose keparawatan, melakukan

intervensi (perencanaan) keperawatan, melakukan implementasi

keperawatan dan terakhi rmelakukan evaluasi hasil dari asuhan

keperawatan yang diberikan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada

pasien post operasi fraktur ekstremitas atas dengan masalah

keperawatan nyeri akut di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul

Moeleok Provinsi Lampung.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan dari uraian permasalah diatas penulis membatasai

masalah pada Asuhan Keperawatan pada pasien postoperasi

frakturekstremitas atas dengan masalah keperawatan nyeri akut

di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul Moeleok Provinsi Lampung.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu tentang bagaiman post operasi fraktur


ekstremitas atas dengan masalah keperawatan nyeri akut di

ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul Moeleok Provinsi Lampung.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien post

operasi fraktur ekstremitas atas dengan masalah keperawatan

nyeri akut di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul Moeleok Provinsi

Lampung.

1.4.2 TujuanKhusus

1) Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien

postoperasi fraktur ekstremitas atas dengan masalah

keperawatan nyeri akut di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul

Moeleok Provinsi Lampung.

2) Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan berdasarkan diagnose yang

ditemukan pada pasien postoperasi fraktur ekstremitas atas dengan

masalah keperawatan nyeri akut di ruang gelatik RSUD Dr.H

Abdul Moeleok Provinsi Lampung.

3) Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien postoperasi

fraktur ekstremitas atas dengan masalah keperawatan nyeri


akut di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul Moeleok Provinsi

Lampung.

4) Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada post operasi

fraktur ekstremitas atas dengan masalah keperawatan nyeri

akut di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul Moeleok Provinsi

Lampung.

5) Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada

pasien postoperasi fraktur ekstremitas atas dengan masalah

keperawatan nyeri akut di ruang gelatik RSUD Dr.H Abdul

Moeleok Provinsi Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan positif bagi

penelitian berikutnya yang ada hubungannya post operasi fraktur ektremitas atas

dengan masalah nyeri akut.

1.5.2 Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh antara lain:

1) Perawat

Sebagai referensi dan pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami post operasi fraktur ektremitas atas

dengan masalah nyeri akut.

2) Rumah Sakit
Sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami post operasi fraktur ektremitas atas dengan masalah nyeri akut.

3) Institusi Pendidikan

Sebagai sumber pengetahuan dan sumber bacaan bagi institusi pendidikan yang

kemudian hari dapat diaplikasian di lahan praktik khususnya klien yang

mengalami post operasi fraktur ektremitas atas dengan masalah nyeri akut.

4) Klien

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek penanganan

post operasi fraktur ektremitas atas dengan masalah nyeri akut.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Fraktur Ektremitas Atas

2.1.1 Pengertian Fraktur

Menurut Smeltzer dan Bare (2013) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang

dan diten- tukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres

yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh

pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan

kontraksi otot ekstrem. Meskipun mlang patah, jaringan sekitarnya juga akan

terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,

dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah.
Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur

atau akibat fragmen tulang.

2.1.2 Jenis Fraktur Ektemitas

Menurut Smeltzer dan Bare (2013) fraktur terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Fraktur ektremitas atas

a) Fraktur Kolum Humeri

Fraktur humerus proksimal dapat terjadi pada kolum anatomikum maupun kolum

sirurgikum humeri.Kolum anatomikum humeri terletak tepat di bawah kaput

humeri.

b) Fraktur Batang Humerus


8
Fraktur batang humerus paling sering disebabkan oleh (1) trauma langsung yang

mengakibatkan fraktur transversal, oblik, atau kominutif, atau (2) gaya memutar

tak langsung yang menghasilkan fraktur spiral. Saraf dan pembuluh darah

tfrakhialis dapat mengalami cedera pada fraktur ini.Lumpuh pergelangan tangan

merupakan petunjuk adanya cedera saraf radialis.

c) Fraktur pada Siku

Fraktur humerus distal akibat kecelakaan bermotor, jatuh dengan siku menumpu

(dengan posisi ekstensi atau fleksi), atau hantaman langsung.Fraktur ini dapat

mengakibatkan kerusakan saraf akibat cedera pada saraf medianus, radialis, atau

ulnaris.

d) Fraktur Radius dan Ulna


Fraktur Kaput Radii.Fraktur kaput radii sering terjadi dan biasanya terjadi akibat

jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi.Bila terkumpul banyak darah

dalam sendi siku (hemartrosis), harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan

memungkinkan gerakan awal.Imobilisasi untuk fraktur tanpa pergeseran ini

dilakukan dengan pembebatan.

e) Fraktur Pergelangan Tangan

Fraktur radius distal (fraktur colies) merupakan fraktur yang sering terjadi dan

biasanya terjadi akibat jatuh pada tangan dorsifleksi terbuka. Fraktur ini sering

terjadi pada anak-anak dan wanita tua dengan tulang osteoporosis dan jaringan

tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat jatuh.

f) Fraktur Tangan

Trauma tangan sering memerlukan pembedahan struksi ekstensif.Tujuan

penanganan adalah selak ngembalikan fungsi maksimal tangan.

g) Fraktur Pelvis

Fraktur pelvis dapat disebabkan karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,

atau cedera remuk. Gejala umum meliputi ekimosis; nyeri tekan pada simfisis

pubis, spina iliaka anterior, krista iliaka, sakrum, atau koksigius; pembeng- kakan

lokal; dan ketidakmampuan melakukan pembe- banan berat badan tanpa rasa

tidak nyaman.

2) Fraktur ektremitas bawah

a) Fraktur Femur
Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat.Bila bagian kaput, fcoium, atau

trokhanterik femur yang terkena, terjadilah fraktur pinggul.Fraktur juga dapat

terjadi pada batang femur dan di daerah lutut (fraktur suprakondiler dan

kondiler).

b) Fraktur Pinggul

Ada insidensi tinggi fraktur pinggul pada lansia, yang tulangnya biasanya sudah

rapuh karena osteoporosis (terutama wanita) dan yang cenderung sering jatuh.

Kelemahan otot kwadrisep, kerapuhan umum akibat usia, dan keadaan yang

mengakibatkan penurunan perfusi arteri ke otak (serangan iskemi transien,

anemia, emboli, dan penyakit kardiovaskuler, efek obat) berperan dalam insidensi

terjadinya jatuh

c) Fraktur Batang Femur

Diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang femur pada orang dewasa.

Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan

kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari kstinggian.Biasanya, klien ini

mengalami trauma multipel yang menyertainya.

d) Fraktur Tibia dan Fibula

Fraktur bawah lutut paling sering adalah fraktur tibia (dan fibula) yang terjadi

akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, atau gerakan

memuntir yang keras. Fraktur tibia dan fibula sering terjadi dalam kaitan satu

sama lain. Klien datang dengan nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, dan
edema berat.Sering kali fraktur.ini melibatkan kerusakan jaringan-lunak berat

karena jaringan subkutis di daerah ini sangat tipis.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Smaeltzer dan Bare (2013) manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,

hilangnya deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal,

dan perubahan warna.

1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan

antar fragmen tulang.

2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen

pada fraktur atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat

maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal.Ekstermitas tak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.

3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang

sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan

bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu

sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).


4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya

derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan

antara fragmen saw dengan lainnya. (Uji krepitus dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.)

5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda ini bisa barn terjadi setelah beberapa jam atau hari

setelah cedera.

2.1.4 Penatalaksanaan Kedaruratan

Menurut Smaeltzer dan Bare (2013) penatalaksanaan segera setelah cedera, pasien

berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur, dan berusaha

berjalan dengan tungkai yang patah. Maka bila dicurigai adanya fraktur, penting

untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien dipindahkan.Bila

pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat

dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga di atas dan di bawah tempat

patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.Gerakan fragmen patahan

tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih

lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan

menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur.Pembidaian yang

memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen

tulang.Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.Jangan sekali-kali melakukan

reduksi fraktur, bahkan bila ada ffagmen tulang yartg keluar melalui

luka.Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di atas.

Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan

bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang.Imobilisasi

tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua

tungkai bersama, dengan ekstremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi

ekstremitas yang cedera. Pada cedera ekstremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke

dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal

cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap.Pakaian dilepaskan

dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi

cedera.Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera.Ekstremitas

sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih

lanjut.

2.1.5 Patway Fraktur


Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung


tulang kerusakan pada jaringan dan tulang menembus otot kulit
pembuluh darah

Ketidakstabilan posisi fraktur,


digerakan

Hematoma pada daerah


Fragmen tulang yang patah Gangguan integritas Kulit
fraktur
menusuk organ sekitar

Aliran darah ke daerah distal


Gangguan rasa nyaman nyeri Kuman mudah masuk
berkurang atau terhambat

Resiko tinggi infeksi


(warna jaringan pucat, nadi
Sindroma kompartemen
lemah, cyanosis, kesemutan)
keterbatasan aktifitas

Kerusakan neuromuskuler

Deficit perawatan diri


Gangguan fungsi organ

Gangguan mobilitas fisik

Sumber : Smeltzer dan Bare (2013)

2.1.6 Komplikasi Fraktur

Menurut Smeltzer dan Bare(2013) komplikasi fraktur terbagi menjadi dua yaitu:

1) Komplikasi Awal

Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam

beberapa jam setelah cedera; emboli kmak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau
lebih; dan smdrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas

permanen jika tidak ditangani segera. Kom- piikasi awal lainnya yang

berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli, (emboli paru), yang

dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera; dan koagulopati

intravaskuler diseminata (KID).

2) Komplikasi Lambat

Penyatuan Terlambat atau Tidak Ada Penyatuan terlambat terjadi bila

penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal untuk jenis dan tempat

fraktur tertentu.Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi

sistemik dan distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.Pada akhirnya fraktur

menyembuh.

2.2 Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

Menurut SDKI (2016) pengalaman sesnsori atau emosional yang berhubungan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadakatau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan.

Nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, berbeda antara satu orang dengan

orang lain dan dapat juga berbeda pada orang yang sama diwaktu berbeda.

Definisi klien tentang nyeri adalah apapun yang dikatakan klien tentang nyeri

yang dirasakan nya, ada kapan pun klien mengatakan keberadaannya. Sangat

penting bagi perawat untuk mengadopsi definisi klien mengenai nyeri dan
mempercayai apa yang klien katakan. Perawat cendrung mempercayai klien hanya

jika mereka mempercayai bentuk fisik penyebab rasa nyeri ( Smeltzer& Bare,

2013)

2.2.2 Penyebab

Terdapat beberapa penyebab nyeri menurut SDKI (2016) diantaranya ialah:

1) Agen pencedera fisiologis (seperti, infeksi, iskemia, neoplasma)

2) Agen pencedera kimiawi (seperti, terbakar, bahan kimia iritan)

3) Agen pencedera fisik (seperti, abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

2.2.3 Jenis-jenis Nyeri

Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui:

1) Nyeri Akut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba pada dan umumnya keterkaitan dengan

cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cedera

telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar

terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari hal serupa yang secara

potensial menimbulkan nyeri. Kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada

penyakit sematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan adanya

penyembuhan nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya

kurang dari satu tahun. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai

nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa bulan.

2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepajang suatu

periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang

diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera

spesifik. Nyeri kronik dapat dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan

dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak

memberikan respond terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.

Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak

berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronik biasanya menjadi masalah dengan

sendirinya (Smeltzer & Bare, 2013).

2.2.4 Tipe Nyeri

1) Nyeri fisik

Nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan atau kelainan organ.

2) Nyeri Perifer

a) Superfisial pain (nyeri pada kulit) , mukosa terasa tajam atau seperti ditusuk,

akibat rangsangan fisik, mekanik, kimia.

b) Deep pain ( nyeri dalam )

Nyeri pada daerah vicera, sendi pleura, peritoneum.

c) Refered (menjalar)

1. Kejang otot didaerah lain.

2. Nyeridirasakanpadadaerahyangjauhdarisumberrangsangan.

3. Sering terjadi pada deep pain

d) Nyeri sentral
Akibat rangsangan pada tulang belakang, batang otak dan thalamus.

e) Nyeri psikologis

Keluhan nyeri tanpa adanya kerusakan pada organ tempat dan tingkat

keparahan berubah (rekayasa). Contoh neurosis traumatik.

2.2.5 Respon Nyeri

Menurut Wong (2009) terdapat beberapa respon nyeri diantaranya adalah :

1) Respon nyeri berdasarkan tingkatan

a) Tidak nyeri

b) Nyeri ringan

Rata-rata denyut meningkat, rata-rata denyut menurun, tak bergerak, takut,

tekanan darah sistolik meningkat, tekanan darah sistolik menurun, gelisah.

c) Nyeri sedang

Rata-rata pernapasan meningkat, singkop, bagian tubuh bergeseran, depresi,

diaforesis, muntah, meringis, marah, tonus otot meningkat, panas, kulit kering,

resah, putus asa.

d) Nyeri berat

Muka pucat, frustasi, menggeliat kuat, difusi biji mata, penyempitan biji mata,

monoton lambat, sangat tegang, perasaan sedang dihukum, merintih, menangis.

2) Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup :

a) Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur)


b) Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)

c) Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan

jari & tangan)

d) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,

menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitas

menghilangkan nyeri)

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri

Menurut Riyadi dan Harmoko (2016), beberapa faktor yang mempengaruhi

respon nyeri diantaranya adalah : usia, jenis kelamin,mekanisme pertahanan diri,

ansietas (kecemasan), dukungan orang-orang terdekat, lingkungan.

Anak : kesulitan mengemukakan perasaan nyeri

Dewasa : tidak melaporkan nyeri dengan alasan : sesuatu yang harus dialami

dalam kehidupan,mengingkari,takut,tidak perlu dikemukakan.

2.2.6 Tanda dan Gejala

Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala nyeri dibagi dalam dua bagian yaitu:

1) Tanda gejala mayor

Subjektif (mengeluh nyeri)

Objektif (tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur)

2) Tanda gejala minor

Subjektif (tidak ada)


Objektif (tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan

berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri

dan diaphoresis)

2.3 Asuhan Keperawatan Nyeri Post Operasi Fraktur Ektremitas Atas

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk

itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga

dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a) Anamnesa

b) Pemeriksaan fisik

c) Pemeriksaan diagnostik

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan pada masalah nyeri

akut, menurut Smeltzer dan Bare (2013) yaitu:

a) Nyeri berhubungan dengan fraktur

b) Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan kerusakan neuvaskuler,

tekanan dan desuse

c) Kurang perawatan disi yang berhubungan dengan hilangnya kemampuan

menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari


3) Intervensi (perencanaan)

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinisuntuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan (SIKI, 2018).

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Fraktur dengan Masalah Nyeri

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri Setelah dilakukan Observasi :


Definisi : tindakan keperawatan
Pengalaman sesnsori atau diharapkan klien 1. Identifikasi lokasi,
emosional yang menunjukkan jalan napas karakteristik, durasi, frekuensi,
berhubungan dengan bersih dengan kriteria kuaiitas, intensitas nyeri
kerusakan jaringan actual hasil sebagai berikut : 2. Identifikasi skala nyeri
atau fungsional, dengan 1. Mampu mengontrol 3. Identifikasi respons nyeri non
onset mendadakatau lambat nyeri verbal
dan berintensitas ringan 2. Mampu melakukan 4. Identifikasi faktor yang
hingga berat yang mobilitas fisik memperberat dan memperingan
berlangsung kurang dari 3 3. Pola tidur membaik nyeri
bulan. 4. Penyembuhan luka 5. Identifikasi pengetahuan dan
berangsur membaik keyaninan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terbadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri
pada kuaiitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Sumber: SDKI (2016), SLKI (2019), SIKI (2018)

4) Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke

status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Potter & Perry, 2011).

5) Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan

klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Adapun ukuran

pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:

a) Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditetapkan.

b) Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari

kriteria hasil yang telah ditetapkan.

c) Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan

sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan

atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah

dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan (Potter & Perry, 2011).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Case Study yaitu meneliti suatu permasalahan melalui

studi kasus yang terdiri dari unit tunggal.Studi kasus adalah salah satu pendekatan

kualitatif yang mempelajari fenomena khusus yang terjadi saat ini dalam suatu
sistem yang terbatasi (bounded-system) oleh waktu dan tempat, meski batas-batas

antara fenomena dan sistem tersebut tidak sepenuhnya jelas. Tujuan dari

pendekatan studi kasus ini untuk memberikan gambaran/deskripsi terhadap

fenomena yang diteliti dari partisipan. Jenis pendekatan studi kasus dalam

penelitian yaitu menggunakan studi kasus multiple. Studi kasus multipel yaitu

studi kasus yang mempelajari lebih dari satu kasus dengan karakteristik yang

sama. Masing-masing kasus akan dibandingkan satu sama lainnya (Afiyanti dan

Rachmawati, 2014).

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memahami masalah asuhan

keperawatan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas atas

dengan masalah keperawatan nyeri akut di ruangGelatik.RSUD

Dr.H Abdul Moeleok Provinsi Lampung.

3.2 Batasan Istilah


24
Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan

trauma tidak langsung. Penanganan pada pasien fraktur bisa dilakukan dengan

beberapa prosedur salah satunya adalah pembedahan yang merupakan tindakan

pembedahan dengan melakukan insisi pada daerah fraktur, kemudian melakukan


implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah. Proses

pembedahan selalumenggunakan anestesi untuk menghambat konduksi saraf

secara langsung sehingga menjadi metode pengontrol nyeri.

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama

seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama

banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik

atau pengobatan.

3.3 Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah menggunakan sampel homogen yaitu

minimal pada 2 klien atau (2 kasus) dengan masalah keperawatan yang sama.

Masalah keperawatan dan diagnosis tersebut yaitu pada pasien post operasi

fraktur ekstremitas atas dengan masalah keperawatan nyeri akut dengan kriteria

inklusi sebagai berikut:

1) Klien yang bersedia menjadi subjek peneliti dengan menandatangani

informed consent.

2) Klien post operasi fraktur ektremitas atas yang memiliki masalah nyeri akut

3) Responden yang memiliki kesadaran penuh

4) Jenis kelamin yang sama dengan masalah keperawatan yang sama, yaitu post

operasi fraktur ekstremitas atas dengan nyeri akut.

5) Responden memiliki syarat berusia antara 21 – 49 tahun.


Sedangkan kriteria ekslusi partisipan dalam penelitian ini adalah klien yang tidak

kooperatif, klien yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penyusunan karya ilmiah ini lokasi yang digunakan pada pemberian asuhan

keperawatan yaitu di ruangGelatikRSUD Dr.H.Abdul MoeloekProvinsi Lampung.

3.5 Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sosialisasi
1 Karya Tulis                                        
Ilmiah
Pembuatan
2                                        
Proposal
Ujian
3                                        
Proposal
Persiapan
4 Pengambilan                                        
Data
Pengambilan
5                                        
Data
6 Ujian Hasil                                        

3.6 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah metode

wawancara yang berisi hasil anamnesis tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dll. Sumber

data diperoleh dari klien, keluarga dan perawat lainnya. Observasi dan

pemeriksaan fisik dilakukan dengan pendekatan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi,

Auskultasi) pada sistem tubuh klien dan pendokumentasian data dari hasil

pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.


Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumentasi). Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip

(catatan terstruktur). Cara pengumpulan data dapat dilakukan melalui beberapa

tahap, yaitu:

1) Peneliti mengajukan permohonan izin melakukan penelitian dari institusi

Akademi Keperawatan Panca Bhakti Bandar Lampung

2) Peneliti mengajukan surat permohonan kepada Direktur RSUD Dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung untuk melakukan penelitian

3) Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi

4) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang akan

dilakukan terhadap responden

5) Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan

responden untuk terlibat dalam penelitian

6) Setelah klien bersedia menjadi responden peneliti memberikan inform consent

sebagai bentuk persetujuan responden

7) Kemudian peneliti melakukan wawancara selama 10 menit untuk mendapatkan

informasi tentang karakteristik responden dan masalahnya.

8) Setelah itu peneliti memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan format

pengkajian keperawatan medikal bedah (KMB)

9) Asuhan keperawatan ini dilakukan selama satu 3 x 24 jam (3 hari)

10) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari maka dilakukan evaluasi

secera keseluruhan satu minggu sesudahnya.


3.7 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang

diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas yang tinggi.

Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji

keabsahan data dilakukan dengan :

1) Memperpanjang waktu dalam membina hubungan partisipan-peneliti

Peneliti harus terlibat langsung dalam berbagai kegiatan atau situasi kehidupan

ada partisipannya.

2) Membuat rekam jejak (audit track)

Rekam jejak adalah catatan terperinci menyangkut keputusan-keputusan yang

dibuat peneliti sebelum maupun sepanjang penelitian dilakukan, termasuk

deskripsi tentang proses penelitian tersebut

3) Melakukan member check/feedback partisipan

Member check adalah peneliti mencocokkan pemahaman dan interpretasi data

yang dihasilkan kepada pemahaman para partisipannya.

4) Membuat deskripsi padat (thick description)

Deskripsi padat berisi uraian hasil penelitian yang dideskripsikan secara lengkap,

jelas, dan padat oleh para peneliti berkenaan dengan proses yang terjadi dan

dialami peneliti, konteks peristiwa, dan para individu yang terlibat pada penelitian

ini.

5) Sumber informasi tambahan dengan melakukan triagulasi

Memperkenankan peneliti mengeksplorasi fenomena yang diteliti lebih mendalam

dengan cara melakukan berbagai variasi metode atau cara dalam memperoleh data
untuk meningkatkan pemahaman dan penjelasan yang komprehensif dari data

yang dihasilkan.

3.8 Analisa Data

Analisadata dilakukan dengan mengemukakan fakta,selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan

dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1) Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil Wawancara, Observasi, Dokumen (WOD) Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip

(catatan terstruktur).

2) Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan

satu dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan dengan nilai

normal.

3) Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas klien.


4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandikan dengan hasil-

hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan

dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan dengan data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

3.9 Etik Penelitian

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus ini adalah sebagai berikut :

1) Prinsip beneficence

Prinsip etika penelitian benefience menekankan pada kewajiban penelitian untuk

meminimalkan bahaya yang timbul dan memaksimalkan manfaat dan penelitian.

Prinsip etika penelitian benefience meliputi freedom from harm anddiscomfort

dan protectio from exploitation (Polit & Beck, 2012). Prinsip etika freedom from

harmanddiscomfort diupayakan dengan cara peneliti menjamin kenyamanan

responden dengan mencegah timbulnya perasaan takut dari kemungkinan risiko

yang akan muncul akibat proses penelitian. Pada penelitian ini, sebelum dilakukan

proses pengambilan data peneliti menjelaskan secara terbuka tentang tujuan

penelitian dan proses yang akan dijalani selama penelitian. Responden diberi

kesempatan menentukan tempat untuk melakukan proses wawancara guna

menciptakan perasaan aman dan nyaman sehingga responden dapat berbicara

secara terbuka.

Prinsip etika penelitian beneficence yang kedua yaitu protection from exploitation.

Peneliti melindungi partisipan dari hal yang merugikan dan memastikan tidak
melakukan ekspoitasi (Polit dan Beck, 2012). Pada proses pengambilan data

peneliti berusaha menghindari pertanyaan yang memungkinkan timbulnya

perasaan tidak nyaman atau menstimulus munculnya perubahan secara emosional

saat wawancara (membahayakan secara emosi). Partisipan tidak akan mengalami

kekerasan fisik. Peneliti menempatkan partisipan bukan sebagai objek penelitian,

peneliti berusaha bersikap terbuka dan memposisikan partisipan sebagai teman

sejawat.

2) Prinsip Menghargai Martabat Manusia (Respect Human For Dignity)

Prinsip etika ini dipenuhi oleh peneliti dengan cara memberikan hak untuk

menentukan pilihan sendiri (self determination) dan hak mendapatkan penjelasan

secara lengkap (full disclosure) sebelum peneliti menetapkan calon partisipan.

Peneliti memenuhi hak partisipan dalam menentukan pilihan melalui penjelasan

bahwa peneliti ini bersifat suka rela dan tidak ada paksaan. Untuk itu, peneliti

memberikan penjelasan secara lisan sebelum wawancara dilakukan dan peneliti

tidak keberatan jika dalam proses wawancara responden memutuskan untuk

menghentikan keterlibatannya. Peneliti memberikan penjelasan agar partisipan

mengerti manfaat dan hak kerugian berpatisipan dalam penelitian. Hak untuk

menentukan pilihan dan hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap merupakan

dua elemen utama yang menjadi dasar dilakukannya informed consent.

3) Prinsip Keadilan (Justice)

Prinsip penelitian justice meliputi fair treatment dan privacy. Fair treatmen

adalah peneliti tidak melakukan deskriminasi dalam memilih responden selama


prosedur pengumpulan data. Pada penelitian ini prinsip keadilan dipenuhi dengan

sikap peneliti yang memperlakukan semua responden secara adil dengan tidak

membeda-bedakan dan memberikan hak yang sama pada setiap responden.

Peneliti harus mengenali adat istiadat, budaya dan aturan yang berlaku di tempat

penelitian (Polit dan Beck, 2012). Hal ini dapat dilakukan dengan memenuhi

semua hak dari partisipan dengan tidak membeda-bedakan partisipan, seperti

semua partisipan diberikan hak untuk diberikan pengetahuan mengenai post

operasi fraktur ektremitas atas yang berkaitan dengan masalah nyeri akut dan cara

penanganannya dengan diberikan informasi saat pengkajian berlangsung.

Hak anonymity dipenuhi peneliti dengan tidak menuliskan nama partisipan pada

data, namun hanya menuliskan kode. Peneliti juga memberikan jaminan bahwa

informasi yang diberikan tidak diberikan kepada orang lain atau orang-orang yang

mengenal partisipan, tidak ada orang yang dapat mengakses data kecuali peneliti.

Data yang dalam bentuk file digital disimpan dalam media penyimpanan dengan

memberikan password yang hanya diketahui oleh peneliti. Data dalam bentuk

hard disimpan ditempat yang aman dalam loker yang terkunci dan dimusnahkan

setelah 5-10 tahun jika tidak digunakan lagi. Jaminan hak anonymity dan

confidentiality membuat partisipan lebih terbuka dan nyaman dalam menguraikan

pengalamannya.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. dan Rachmawati, N.I. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam


riset keperawatan, edisi 1, Rajawali Pers, Jakarta

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta :


Ar-Ruzz Media.

Daniel. Warjiman.S.Munawaroh. 2016. Gambaran Konsep Diri Pasien Post Op


Fraktur Ekstremitas Di Ruang Rawat Inap Tahun 2015. Jurnal
Keperawatan. Vol.1 Edisi.1 Juni 2016.

Geulis, Sushe. 2013. Diakses melalui https://www.scribd.com>mobile>doc pada


tanggal 25 Desember 2019
Irawati.I., R.P.Priyanti., H.Maryati. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Ekstremitas Atas Dengan Nyeri Akut Di Paviliun Asoka
Rsud Jombang. Jurnal Keperawatan Stikes Jombang.

Kneale, Julia. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2. Jakarta: EGC.

Noor, Zairin 2014. Buku Ajar Patofisiologi dan Peran Atom Mineral dalam
Manajemen Terapi. Jakarta: Salemba Medika.

Perdana, Arif Dian. 2013. Diakses melalui https://www.scribd.com>mobile>doc


diakses Pada 27 Desember 2019

Polit, D F., & Beck, C.T. (2012). Essentials of Nursing Research: Methods,
appraisal, and utilization (6th ed). Philadelphia: Lippincot Williams &
Walkims.

Potter & Perry, Anne G. (2010). Fundamental of Nursing: Fundamental


Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2011). Fundamental Of Nursing. USA : Mosby Inc.

Riyadi.S., Harmoko. (2016). Standard Operating Procedure dalam praktik Klinik


Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

SDKI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan.PPNI.

SIKI. (2018). Definisi dan Tindakan Keperawatan. PPNI

Sjamsuhidajat, R & Jong, D.W. (2010),Buku ajar Ilmu Bedah (edisi 2). Jakarta:
EGC.

SLKI. (2019). Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan. PPNI

Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
(Edisi 8) Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. (2009). Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai