Anda di halaman 1dari 10

STASE KEPERAWATAN JIWA

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI
DI WISMA GATOT KACA
RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SESI 3

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

HENING SUCAHYA
193203012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI
WISMA GATOT KACA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Disusun Oleh :

HENING SUCAHYA
193203012

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Rahayu Iskandar, M. Kep) (Nur fauzin, S. Kep., Ns)

i
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULUS PERSEPSI: HALUSINASI

A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Persepsi: Halusinasi
B. Latar Belakang
1. Bagaimana pasien gangguan Jiwa
Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik,
mental, dan sosial, bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Hal ini
berarti seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya
dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis, maupun sosial.
Kesehatan harus dilihat secara menyeluruh sehingga kesehatan jiwa
merupakan bagian dari kesehatan yang tidak dapat dipisahkan (Struart &
Laraia, 2015)
Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang masih
sangat penting untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita tidak
mempunyai kemampuan untuk menilai realitas yang ada. Gejala dan tanda
yang ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan
kognitif, gangguan proses pikir, gangguan kesadaran, gangguan emosi,
kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh ( Nasir, 2011).
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan
yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
demensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk, jumlah kasus gangguan jiwa
terus bertambah yang berdampak pada penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
1.000 penduduk.
2. Mengapa perlu terapi aktivitas kelompok
Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu
diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya halusinasi
dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan
sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin
jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Atas dasar tersebut,
maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien
dengan halusinasi dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang
sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK
klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang
lain.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan dalam mempersepsikan stimulasi
yang dilakukan sehingga dapat mengontrol halusinasinya.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu memperkenalkan diri
b. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Pasien dapat mengenal isi halusinasi
d. Pasien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
e. Pasien dapat mengenal situasi terjadinya halusinasi
f. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi
g. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan
h. Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan

D. Seleksi Pasien
1. Kondisi pasien kooperatif, yang memiliki indikasi sebagai berikut:
a. Pasien yang mengalami halusinasi yang telah melakukan interaksi
interpersonal
2. Jenis masalah keperawatan sesuai dengan indikasi TAK
a. Halusinasi
3. Jumlah anggota TAK (antara 4-6 orang)
a. Tn. A
b. Tn. H
c. Tn. W
d. Tn, F
4. Kesediaan pasien mengikuti TAK
Bina hubungan saling percaya dilanjutkan dengan kontrak waktu pasien,
menjelaskan manfaat dan tujuan mengikuti TAK dan menanyakan
kesediaan pasien mengikuti TAK.
5. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum TAK
Proses penentuan pasien dilakukan melalui observasi dapat
menggambarkan masalah keperawatan yang dijadikan sebagai care
problem untuk TAK
E. Jadwal kegiatan
1. Tempat Pelaksanaan: Bangsal Gatotkaca rumah sakit jiwa
Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu dan lama pelaksanaan
a. Hari/Tanggal :
b. Waktu : Pukul 16.00 s/d 16.30
c. Lamanya pelaksanaan
1) Perkenalan : 2 menit
2) Pengarahan : 3 menit
3) Tahap kerja : 10 Menit
4) Diskusi bersama : 10 menit
5) Penutup : 5 menit
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
G. Media dan Alat
1. ATK
2. Kertas penilaian
3. Kertas HVS
H. Pengorganisasian
1. Leader
a. Susunan Pelaksaaan
1) Sesi 3 : Hening Sucahya
b. Uraian tugas pelaksanaan
1) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
2) Merencanakan, mengontrol, dan menganjurkan jalannya terapi
3) Membuka acara
4) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
5) Memimpin acara diskusi
2. Fasilitator
a. Susunan Pelaksaaan
1) Sesi 2 : sinta mardenti P
b. Uraian tugas pelaksanaan
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2) Memberikan stimulasi dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif dalam mengikuti jalannya TAK
3. Observer
a. Susunan pelaksanaan
1) Sesi 2 : adis indri astuti
b. Uraian tugas pelaksanaan
1) Mencatat serta mengamati respon pasien (dicatat pada format yang
tersedia)
2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutup.

I. Setting Tempat
Ruang Makan Wisma Gatotkaca

Keterangan:
: Leader : Fasilitator
: Pasien

: Observer : Meja

J. Program Antisipasi dan Tata Tertib


1. Tata tertib
a. Leader memimpin jalannya kegiatan
b. Semua keputusan ada dibawah kendali leader
c. Pasien datang minimal 5 menit sebelum TAK dimulai
d. Klien tidak boleh meninggalkan tempat sebelum TAK selesai
e. Jika pasien ingin meninggalkan kegiatan harus izin dengan terapis atau
leader
f. Berpakaian rapi dan bersih
g. Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatam TAK
h. Fasilitator dan observer bekerja sesuai fungsinya dan membantu
jalannya pelaksanaan TAK
2. Program Antisipasi TAK
a. Anjurkan kepada terapis agar adapat menjaga perasaan anggota
kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
b. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu
kepada peserta.
c. Bila ada peserta yang tidak mentaati tata tertib, diperingakan. Jika tidak
bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran
d. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila
tidak bisa, dan dikeluarkan dari kelompok.
K. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi, yaitu halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik : Salam dari terapis
b. Evaluasi dan validitasi : Menanyakan perasaan pasien saat ini
c. Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu: mengenal halusinasi dan
menghardik
2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:
a) Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
menerima izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Pasien tidak boleh makan dan minum selama kegiatan
d) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Selanjutnya sesi 3 dengan melakukan kegiatan salah satunya
mempunyai jadwal kegiatan harian, terapis meminta pasien untuk
menjelaskan kegiatan yang sudah dilakukan lalu dimasukan ke dalam
jadwal harian. Kemudian kegiatan diisi dengan menggambar
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan kepada peserta setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian kepada peserta atas partisipasinya dalam
mengikuti TAK
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan pasien menggunakan cara yang telah di pelajari untuk
menstimulasi persepsi
2) Menganjurkan pasien secara teratur cara yang telah dipelajari
3) Memasukan ke jadwal kegiatan harian pasien
5. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain yaitu bercakap-cakap
dengan temannya.
L. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Peserta TAK cukup kooperatif dalam mengikuti kegiatan
b. Peserta TAK mampu mengikuti kegiatan kegiatan sampai selesai tanpa
izin
c. Satu peserta tidak bisa mengikuti TAK karena harus pulang.
d. Peserta TAK senang menggambar dan menulis kegiatan yang telah
dilakukan.

2. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dilihat dari formulir penilaian setiap sesinya.
a. Tn. A
1) Klien mampu menuliskan kegiatan yang dilakukan selama satu hari
ini.
2) Klien menggambar pemandangan kota Samarinda.

b. Tn. W
1) Klien mampu menuliskan kegiatan yang dilakukan selama satu hari
ini.
2) Klien menggambar pemandangan orang memancing di sungai yang
mengambarkan bahwa kesukaan nya adalah memancing.
c. Tn. H
1) Klien mampu menuliskan kegiatan yang dilakukan selama satu hari
ini.
2) Klien menggambar spiderman yang merupakan tokoh fiksi
kegemarannya.
Sesi 3 : TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakuakan kegiatan
Nama klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan kegiatan yang


biasa dilakukan
2 Memperagakan kegiatan yang
biasa dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan
harian
4 Menyebutkan dua cara
mengontrol halusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada koom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu,
situasi, dan peasaan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentaso kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:
halusinasi sesi 3: klien mampu memperagakan kegiatan harian dan menyusun
jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Abdul, & Muhith. (2011). Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika

Struart, G.W & Sunddeen, S.J. (2007). Buku Saku Keperawatan jiwa.
Jakarta:EGC.

Kemenkes RI (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Keliat, B.A & Pawirowiyono K. (2014). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC


JADWAL KEGIATAN HARIAN
RSJ GRHASIA YOGYAKARTA
Nama : M : Mandiri
Tanggal lahir : B : Bantuan
Alamat : T : Total
Ruang : GATOT KACA
NO TANGGAL JAM KEGIATAN M B T

Anda mungkin juga menyukai