Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN ANTARA NYERI DAN KECEMASAN

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PASIEN PASCA OPERASI

SECTIO CAESAREA

ELISABET ALERBITU

12114201170184

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2022

i
SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN ANTARA NYERI DAN KECEMASAN

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PASIEN PASCA OPERASI

SECTIO CAESAREA

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

keperawatan

Oleh:

ELISABET ALERBITU

NPM : 12114201170184

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022

ii
MOTTO

1 KORINTUS 10 : 13

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami

ialah pencobaan-pencobaan biasa

yang tidak melebihi kekuatan manusia.

sebab ALLAH Setia dan karena itu ia tidak akan membiarkan

kamu dicobai dan melampaui kekuatanmu.

Pada waktu kamu dicobai ia akan

memberikan kepadamu jalan keluar

sehingga kamu dapat menanggungnya”

LEMBAR PERSETUJUAN

1
Kami menyatakan menerima dan menyetujui skripsi ini yang disusun oleh Nama

Elisabet Alerbitu, NPM: 12114201170184

Ambon, 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. S. Embuai, S.kep, M. Kep Dr. Z. Rehena., M. Kes

NIDN:1229098901 NIDN: 1208025301

Menyetujui Mengetahui

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Keperawatan

B. Talarima, S.KM., M.Kes Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep

NIDN: 1207098501 NIDN: 1223038001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

kasih dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan proposal sebagai syarat untuk

penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan dengan judul

“Studi Literatur Hubungan nyeri dan kecemasan terhadap kualitas tidur

pada pasien pasca operasi sectio caesarea

Penulis menyadari sungguh bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

pengembangan penulis di waktu yang akan datang.

Dalam penyusunan proposal ini, telah banyak pihak yang turut membantu

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Kristen IndonesiaMaluku.

2. B. Talarima. SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku.

3. Ns. Sinthia. R. Maelissa, S.Kep., M.kep selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

4. Ns. S. Embuai, S.Kep., M.kep selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan , arahan dan motivasi bagi penulis mulai dari penyusunan proposal

hingga penyelesaian proposal ini.

5. Dr. Z.Rehena.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

arahan dan motivasi bagi penulis mulai dari penyusunan proposal hingga

penyelesaian proposal ini.

3
6. Dosen Fakultas Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah

membimbing dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama proses

perkuliahan di program studi keperawatan.

7. Keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa sehingga

menjadi motivasi antara lain mama, basudara dan orang terkasih Amazaman

tanody bagi penulis untuk menyelesaikan studi dengan baik.

8. Teman-teman seperjuangan Fakultas Kesehatan Program Studi Ilmu

Keperawatan angkatan 2017

Penulis selama ini, namun tidak sempat penulis sebutkan namanya, penulis

banyak mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan Yesus memberkati kita

semua..

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan dalam penulisan ini.

Ambon, 2022

Elisabet Alerbitu

4
ABSTRAK

Elisabet Alerbitu ”Hubunganantara nyeri dan kecemasan , terhadap


kualitas tidur pada pasien operasi secto caesarea”. (dibimbing oleh :
S.Embuai dan Z.Rehena )

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinnding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta di atas 500 grdan jalan alternative untuk menyambut

seorang bayi melalui operasi.Pada umumnya setelah melakukan operasi Dampak

yang sering terjadi adalah nyeri, kecemasanterhadap kualitas tidur dari pada

pasien pasca operasi sectio caeserea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan nyeri,kecemasan dengan kualitas tidur pasien pascah

operasi secto caesarea Dalam penelitian ini menggunakan Metode Systematic

Review. Yakni data yang dikumpulkan melalui jurnal-jurnal penelitian

sebelumnya mengenaihubungan nyeri, kecemasan dengan kualitas tidur pasien

pascah operasi secto caesarea Menunjukan terdapat hubungan

antaranyeri,kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien pascah operasi sectio

caesarea

dari data analisa yang di peroleh bahwa sangat penting hubungan antara nyeri,

kecemasan, terhadap kualitas tidur pada pasien pasca operasi sectio caeserea.

pelayanan kesehatan diharapkan melibatkan peran aktif keluarga dan lingkungan

untuk mengatasi status nurisi, intensitas nyeri dan kualitas tidurdengan tepat

sehingga pasien dapat menanganinya

Kata kunci: Nyeri, Kecemasani, Kualitas Tidur Pada Pasien Pasca Operasi SC

5
ABSTRAK

Elisabet Alerbitu ”Hubungan antara nyeri dan kecemasan, terhadap


kualitas tidur pada pasien operasi secto caesarea”. (dibimbing
oleh :S.Embuai dan Z.Rehena )

Sectio caesarea is an artificial birth, where the fetus is born through an incision

in the abdomen and uterine wall with the condition that the uterus is intact and

above 500 grams and is an alternative to welcome a baby through surgery. In

general, after surgery the impact that often occurs is pain, anxiety on the quality of

sleep of postoperative sectio caesarea patients The purpose of this study was to

determine the relationship between pain, anxiety and sleep quality of

postoperative caesarean section patients Method: In this study using the method

Systematic Review. Namely, data collected through previous research journals

regarding pain, anxiety, sleep quality of post-cesarean section patients Shows a

relationship between pain, anxiety and sleep quality in postoperative sectio

caesarea patients Conclusion: from the analysis of the data obtained that the

relationship between pain, anxiety, sleep quality is very important in postoperative

caesarean section patients. Health services are expected to involve the active role

of the family and the environment to address nutritional status, pain intensity and

proper sleep quality so that they can handle it.

Keywords: Pain, Anxiety, Sleep Quality In Postoperative SC . Patients

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................V

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................Vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................Vii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang....................................................................................................1

B. RumusanMasalah...............................................................................................4

C. TujuanPenelitian................................................................................................4

D. ManfaatPenelitian..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum Pasca Operasi SC.....................................................................6

B. Tinjauan umum status nyeri ............................................................................11

C. Tinjauan umum Intensitas kecemasan.............................................................12

D. Tinjauan umum kualitas tidur..........................................................................15

E. Karangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................18

A. Desain Penelitian..............................................................................................19

B. Tahapan Systematic review...............................................................................20

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling............................................................21

7
D. Variabel Penelitian............................................................................................22

E. Analisa Data......................................................................................................23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil ..................................................................................................................53

B. Pembahasan.......................................................................................................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................73

B. Saran................................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

LAMPIRAN...........................................................................................................26

8
DAFTAR TABEL

A. Tabel Nyeri.......................................................................................................27

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar.1.1 Kerangka Konsep Penelitian………………………………........… 28

Gambar.2.1 PRISMA Tahap Systematic Review…………………………..........29

10
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK. Pembimbing……………………………………………......… 29

Lampiran 2 Pencarian pada Situs Google Scholar……………………………....30

11
BAB 1

PENDAHALUAN

A. Latar belakang

Persalinan merupakan proses alami yang sangat penting bagi seorang ibu

dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah

cukup bulan (37-42 minggu). Terdapat dua metode persalinan, yaitu

persalinan lewat vagina yang dikenal dengan persalinan alami dan persalinan

Caesar atau Sectio Caesarea (SC) (Cunningham et al., 2018).

Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk

melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.

Persalinan dengan metode SC dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari

sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada

janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun

janin (Cunningham et al., 2018).

Pada tahun 2015, diperkirakan 303.000 wanita meninggal selama

kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (95%) terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, dan hampir dua pertiga

(65%) terjadi di Wilayah Afrika (World Health Organisation, 2019).

Menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata operasi

Sectio Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Data WHO Global Survey on Maternal

and Perinatal Health 2011 menunjukkan 46,1% dari seluruh kelahiran melalui

SC. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang disusun oleh Peel dan

12
Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat

janin 14%, Plasenta previa 11%, pernah SC 11%, kelainan letak janin 10%,

pre eklampsia dan hipertensi 7%. Di China salah satu negara dengan SC

meningkat drastis dari 3,4% pada tahun 1988 menjadi 39,3% pada tahun

(World Health Organisation, 2019). Menurut RISKESDAS tahun 2018,

jumlah persalinan dengan metode SC pada perempuan usia 10-54 tahun di

Indonesia mencapai 17,6% dari keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula

beberapa gangguan/komplikasi persalinan pada perempuan usia 10-54 tahun

di Indonesia mencapai 23,2% dengan rincian posisi janin melintang/sunsang

sebesar 3,1%, perdarahan sebesar 2,4%, kejang sebesar 0,2%, ketuban pecah

dini sebesar 5,6%, partus lama sebesar 4,3%, lilitan tali pusat sebesar 2,9%,

plasenta previa sebesar 0,7%, plasenta tertinggal sebesar 0,8%, dan lain-

lainnya sebesar 4,6% (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

Menurut SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2017,

menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan dengan tindakan SC sebanyak

17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal ini membuktikan

terdapat peningkatan angka persalinan SC dengan indikasi KPD, sebesar

13,6% disebabkan oleh faktor lain diantaranya yakni kelainan letak pada janin,

PEB, dan riwayat SC (KEMENKES et al., 2018).

Menurut Widianti 2020 bahwa masalah yang sering terjadi pada pasien

yang mengalami operasi adalah kualitas tidur , padahal tidur memberikan

waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem tubuh yang sangat dibutuhkan

13
oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi.Tidur merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia untuk Mencapai kualitas tidur yang baik penting

bagi kesehatan, sama halnya dengan sembuh dari penyakit Pasien yang sedang

sakit sering kali membutuhkan tidur dan istirahat yang lebih banyak dari pada

pasien yang sehat dan biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk

mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat Lingkungan rumah sakit atau

fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas pemberi layanan sering kali

membuat pasien sulit tidur (Potter & Perry, 2010).

Kualitas tidur berkaitan dengan jenis atau tipe tidur REM dan NREM.

Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk dapat tetap tidur

dan bangun dengan jumlah tidur REM dan tidur NREM yang sesuai.

Sedangkan yang 3 dimaksud kualitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur

individu, diantara keduanya mempertahankan kualitas tidur lebih baik dari

pada sekedar mencapai jumlah atau banyaknya jam tidur. Kualitas tidur yang

baik akan ditandai antara lain dengan tidur yang tenang, merasa sangat segar

saat bangun tidur di pagi hari dan individu merasa penuh semangat untuk

melakukan aktivitas hidup lainnya Selain itu kualitas dan kuantitas tidur juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dapat menunjukkan adanya

kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah tidur sesuai dengan

kebutuhannya. Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur antara lain

penyakit, dan kelelahan, cemas,psikologis, obat, status nutrisi, intensitas

nyeri, lingkungan, dan motivasi,(Extrada, Erik. 2013).

Persalinan secara sectio caesarea juga sering mengalami rasa nyeri akibat

14
insisi abdomen Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung pada

fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri

Keluhan ini sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan poses

penyembuhannya tidak sempurna. Dampak nyeri yang perlu di tanyakan

adalah hal-hal yang spesifik seperti pengaruhnya terhadap kualitas tidur, dan

aktifitas keseharian.

Berdarsarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukanpenilitiandengandengan judul ‘studi literatur hubungan

nyeri,kemasan dengan kualita tidur pada pasien sectio caeserea

B. Rumusan Masalah

Masalah pada penilitian ini adalah “apakah ada hubungan nyeri dan

kecemasan terhadapkualitas tidur pada pasien pasca operasi sectio

caeserea?

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan umum

Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nyeri

dan kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien pasca operasi sectio

caesarea

2. Tujuan khusus

a) Untuk mengetahui hubungan nyeri dengan kualitas tidur pada pasien

pasca operasi sectio caesarea

b) Untuk mengatahui hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pasien

pasca operasi sectio caesarea

15
D. Manfaat Penilaian

1. Manfaat teoritis

Memberikan informasi pada pengetahuan dalam bidang keperawatan

dan kebidanan yang dapat bermanfaat dan juga memberi wawasan bagi

pasien atau masyrakat mengenai hubungan nyeri dan kecemasan dengan

kualitas tidur sectio caesarea

2. Manfaat praktis

a) Bagi pasien

Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai hubungan nyeri dan kecemasba terhadap kualitas tidur

sectio caesarea

Bagi perawat

b) Sebagai konstribusi untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan

seorang perawat

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sectio Caesarea (SC)

1. Pengertian

Operasi Caesar atau sering disebut seksio sesarea adalah

melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding

rahim (uterus). Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat

badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih

utuh. (Jitowiyono, 2017)

Seksio sesarea adalah suatu proses persalinan buatan yang

dilakukan melalui pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding

perut dan dinding rahim ibu, dengan syarat rahim harus keadaan utuh,

serta janin memiliki bobot badan diatas 500 gram. Jika bobot janin

dibawah 500 gram, maka tidak perlu dilakukan tindakan persalinan seksio

sesarea. (Solehati, 2017)

2. Etiologi

a. Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua

disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvic (disproporsi

janin/panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,

17
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada

primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu

preeclampsia- eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang diserti

penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista

ovarium, mioma uteri dan sebagainya)

b. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan

janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan

persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Solehati, 2017)

3. Patofisiologi

Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan

persalinan normal tidak memungkinkan akhirnya harus dilakukan SC.

(Solehati, 2017)

4. Komplikasi

1. Infeksipuerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis

dan sebagainya.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-

cabangarteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.

18
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme

paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.

4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya

parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya bisa

terjadi rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak

ditemukan sesudah sesarea klasik.(Solehati,2017)

5. Penatalaksanaan

1) Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea

a) Persiapan Kamar Operasi

- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai.

- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain

operasi.

b) Persiapan Pasien

- Pasien telah dijelaskan prosedur operasi

- Informed consent telah ditnda tangani oleh keluarga pasien.

- Perawat member support kepada pasien

- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di

cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic)

- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk

mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh pasien.

- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)

- Pemeriksan USG

- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

19
2) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea

a) Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rat dapat disuntik 75 mg

Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan

untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara

serupa 10 mg morfin.

- Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang

diberikan adalah 50 mg.

- Wanita dengan ukurn besar, dosis yang lebih tepat adalah

100 mg Meperidin.

- Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya

diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat

narkotik.

b) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan

darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan

fundus harus diperiksa.

c) Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti

sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama

berikutnya, meskipun demikian jika output urine jauh di bawah 30

ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling lambat pada hari

kedua.

20
d) Vesika Urinarius dan Usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada

keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum

terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua

bising usus masih lemah dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.

e) Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan

perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2

kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.

f) Perawatan luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang

alternative ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara

normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah

pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat

mandi tanpa membahayakan luka insisi.

g) Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi

hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat

kehilangan darah yang tidak biasa atu keadaan lain yang menunjukkan

hipovolemia.

h) Perawatan payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yng

21
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,

biasanya mengurangi rasa sakit.

i) Memulangkan pasien dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila

diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima

post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk

perawatan bayinya dengan bantuan orang

B. Tinjauan Umum Nyeri

1. Definisi nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian

tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan

rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

perasaan takut dan mual. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang

tidak menyenangkan, bersifat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang

berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya

(Neila & Sarah, 2017).

Nyeri merupakan pengalaman atau masalah kesehatan yang tidak

menyenangkan untuk seseorang, dimana setiap rasa nyeri yang dirasakan

seseorang pasti berbeda. Ketidaknyamanan terhadap nyeri yang menjadikan

sebuah alasan sesorang untuk meminta pertolongan tenaga medis untuk bisa

22
segera mengatasi nyeri yang dirasakannya.

2. Faktor Predisposisi Nyeri

Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi presepsi dan reaksi

masing-masing individu terhadap nyeri (Prasetyo, 2010), diantaranya :

1) Usia

Usia merupakan variabel yang paling penting dalam

mempengaruhi nyeri pada individu.

2) Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan

dalam berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang

mengganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan

tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi

yang sama ketika merasakan nyeri.

3) Kebudayaan

Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap

individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba

mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri.

4) Makna nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri

dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

5) Lokasi dan tingkat keparahan nyeri

Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa

23
jadi merupakan nyeri yang berat.

6) Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi

persepsi nyeri.

7) Anxietas (kecemasan)

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas

yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri,

akan tetapi nyeri juga akan menimbulkan ansietas.

8) Keletihan

Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi

nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.

9) Pengalaman sebelumnya

Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan

mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai

pengalaman tentang nyeri.

3. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan

berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya

serangan (Bauldoff, Gerene, Karen & Priscilla, 2016).

1) Nyeri berdasarkan tempatnya:

a) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa.

b) Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh yang

24
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

c) Referedpain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh

di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

d) Centralpain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada

sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus.

2) Nyeri berdasarkan sifatnya:

a) Incedental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

b) Steadypain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta

dirasakan dalam waktu yang lama.

c) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit,

lalu menghilang, kemudian timbul lagi

3) Nyeri berdasarkan berat ringannya:

a) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah

b) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

c) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

25
Tabel 2.1 Klasifikasi Nyeri (Sumber :

(Bauldoff, Gerene, Karen & Priscilla, 2016).

Nyeri akut Nyeri kronis


4) N
Memperingatkan klien terhadap Memberikan alasan pada klien
yer i
adanya cedera / masalah. untuk mencari informasi

berkaitan dengan perawatan

dirinya

Durasi & Durasi lama (6 bulan / lebih),

Intensitas:durasi dari beberapa ringan sampai berat (terus

detik samapai 6 bulan berat menerus)

(mendadak)

Respon otonom: frekuensi Jantung tidak terdapat respon

meningkat,tekanandarah otonom volume vital sign

meningkat,dilatasi dalam batas normal

meningkat,tegangan otot

meningkat

Respon Depresi, keputusasaan, mudah

Psikologis: Anxietas tersinggung dan menarik diri

26
berdasarkan waktu lamamnya serangan :

a) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat

dan berakhirkurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri

diketahui dengan jelas.

b) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.

Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-

bulan bahkan bertahun-tahun.

4. Alat Ukur Nyeri

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan

mempermudah di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan

diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang

cocok, dan memudahkan dalam mengevaluasi respon klien terhadap

terapi yang diberikan (Prasetyo, 2010). Perlu dilakukan dalam mengkaji

pasien selama nyeri akut yang pertama mengkaji perasaan klien (respon

psikologis yang muncul) kemudian menetapkan respon fisiologis klien

terhadap nyeri dan lokasi nyeri dan mengkaji tingkat keparahan dan

kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan

saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri),

sebaiknya mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum

mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Dalam

mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa komponen yang

harus diperhatikan :

27
1) Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T)

a) Faktor pencetus ( P : Provocate)

Mengakaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri

pada klien, dalam hal ini juga dapat melakukan observasi

bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera. Menanyakan

pada klien perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan

nyeri.

b) Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang

diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan

nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut,

berpindah- pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dimana

tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan

kualitas nyeri yang dirasakan.

c) Lokasi (R: Region)

Untuk mengakji lokasi nyeri maka meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian/daerah dirasakan tidak nyaman

oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka

perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dan

titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila

nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

d) Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan

28
karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien

diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai

nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Skala nyeri numerik (0-

10)

e) Durasi (T: Time)

Menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,

durasi, danrangkaiian nyeri. Menanyakan “Kapan nyeri mulai

dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”

2) Respon perilaku

Respon perilaku klien terhadap nyeri dapat mencakup penyataan

verbal, vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan

orang lain, ataupun perubahan respon terhadap lingkungan. Individu

yang mengalami nyeri akut dapat menangis, merintih, merengut,

tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal, atau menarik diri.

3) Respon afektif

Respon ini bervariasi sesuai situasi, derajat, durasi, interpretasi,

dan faktor lain. Perawat perlu mengeksplor perasaan ansietas, takut,

kelelahan, depresi, dan kegagalan klien (Kozier, Erb, Berman, &

Snyder, 2010).

4) Pengaruh nyeri terhadap kehidupan kita

Klien yang setiap hari merasakan nyeri akan mengalami

gangguan dalam kegiatan sehari-harinya. Pengkajian pada

29
perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan sehari-hari, sehingga

perawat mengetahui sejauh mana ia dapat membantu aktivitas

yang dilakukan oleh pasien

C. Tinjauan Umum Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang

yang penuh dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan

khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan

berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu

suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan

rangsangan fisiologis (Muyasaroh et al. 2020). Menurut American

Psychological Association (APA) dalam (Muyasaroh et al. 2020),

kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang

stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu

merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang,

naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya

Menurut Kholil Lur Rochman dalam (Sari 2020), kecemasan

merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi

suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu

tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

30
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety

atau kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak

menyenangkan, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya

kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh

gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas

otonomik. (Suwanto 2015).

2.Tingkatan Kecemasan

Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu,

Menurut Peplau, dalam (Muyasaroh et al. 2020) mengidentifikasi empat

tingkatan kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Kecemasan ini dapat memotivasi belajar menghasilkan

pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain:

persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus

internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif

serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai

dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital

dan pupil normal.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

31
melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering

nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah,

konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi

menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada

apa yang menjadi perhatiaannya.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,

individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala

dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat kurang, berfokus

pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat

berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat

belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit

kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi,

hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.

Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian

terfokus pada dirinya.

d. Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan

32
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,

kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan

dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi

kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari

tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

3. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan

sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa - peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya

serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah dalam (Muyasaroh et al.

2020) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan,

diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara

berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini

disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan

pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan

kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap

lingkungannya.

b. Emosi Yang Ditekan

33
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu

menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam

hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah

atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab - Sebab Fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi

seperti misalnya kehamilan semasa remaja dan sewaktu terkena

suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-

perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan.

Menurut (Patotisuro Lumban Gaol) dalam (Muyasaroh et al. 2020),

kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata

dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari

masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru

dihadapi.

4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk dalam (Ifdil and Anissa 2016) ada

beberapa tanda-tanda kecemasan, yaitu :

a. Tanda-T anda Fisik Kecemasan,

Tanda fisik kecemasan diantaranya yaitu : kegelisahan,

kegugupan,, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar,

sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada

34
pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan

yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa

kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang

berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari

atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau

mati rasa, sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher atau

punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan

yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual,

panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, dan

merasa sensitif atau “mudah marah”.

b. Tanda-Tanda Behavioral Kecemasan,

Tanda-tanda behavorial kecemasan diantaranya yaitu : perilaku

menghindar, perilaku melekat dan dependen, dan perilaku terguncang.

c. Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan

Tanda-tanda kognitif kecemasan diantaranya : khawatir tentang

sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap

sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang

mengerikan akan segera terjadi (tanpa ada penjelasan yang jelas), terpaku

pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan,

merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit

atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol,

ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa

dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa

35
dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan

tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang

hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus

bisa kabur dari keramaian (kalau tidak pasti akan pingsan), pikiran terasa

bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-

pikiran terganggu, berpikir akan segera mati (meskipun dokter tidak

menemukan sesuatu yang salah secara medis), khawatir akan ditinggal

sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Menurut Dadang Hawari dalam (Ifdil and Anissa 2016),

mengemukakan gejala kecemasan diantaranya yaitu :

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam

panggung)

d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

e. Tidak mudah mengalah

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir

berlebihan terhadap penyakit

h. Mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah yang kecil

(dramatisasi)

i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu

j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang

36
k. Apabila sedang emosi sering kali bertindak histeris.

5. Dampak Kecemasan

Ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan yang tidak beralasan pada

akhirnya menghadirkan kecemasan, dan kecemasan ini tentu akan

berdampak pada perubahan perilaku seperti, menarik diri dari lingkungan,

sulit fokus dalam beraktivitas, susah makan, mudah tersinggung,

rendahnya pengendalian emosi amarah, sensitive, tidak logis, susah tidur.

(Jarnawi 2020).

Menurut Yustinus dalam (Arifiati and Wahyuni 2019), membagi

beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom Suasana Hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan

akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu

sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami

kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat

menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom Kognitif

Simtom kognitif yaitu kecemasan dapat menyebabkan

kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal yang

tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak

memperhatikan masalah yang ada, sehingga individu sering tidak

bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya akan menjadi lebih

merasa cemas.

37
c. Simtom Motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa

tidak tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan

tujuan, misalnya jari kaki mengetuk- ngetuk, dan sangat kaget

terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor

merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada

individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa

saja yang dirasanya mengancam

D. Tinjauan Umum Kualitas Tidur

1. Defenisi kualitas tidur

Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan

tidur dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur

seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan -

keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis bangun tidur. Kebutuhan

tidur yang cukup ditentukan oleh faktor kedalaman tidur ( kualitas tidur).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas yaitu fisiologis,

psikologis,lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis berdampak

dengan penurunan aktivitas sehari - hari, rasa lemah, lelah, daya tahan

tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda- tanda vital sedangkan dari faktor

psikologis berdampak depresi cemas,dan sulit untuk konsentrasi ( Potter &

Perry,2008).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian tidur

38
adalah salah satu kebutuhan manusia dalam keadaan tidak sadar, tenang,

santai atau kondisi beristirahat yang nyaman untuk memulihkan kondisi

anggota tubuh dan pikiran yang segar dimana individu dapat dibangunkan

dengan stimulus dengan kualitas tidur yang memuaskan.

2. Fisiologi tidur

Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu

dimedula,tepatnya di RAS (retikular aetivating system) dan BSR ( bullbar

synehronizing region). RAS terdiri dari neuron- neuron di medula

oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahankan

status bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-

perubahan fisiologis dalam tubuh terjadi selama tidur (Atoilah & Kusnadi,

2013). menurut Haswita & Reni (2017) ada dua teori tentang tidur :

a Pasif: RAS diotak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidak

aktif.

b Aktif : (diterima sekarang) Suatu bagian diotak yang menyebabkan

tidur dihambat oleh bagian lain.

RAS & BSR adalah fikiran aktif kemudian menekan pusat otak

secara bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan

menerima sensory input ( pendengaran, penglihatan, penghiduan, nyeri,

dan perabaan) Rangsangan sensory mempertahankan seseorang untuk

bangun dan waspada, selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari

korteks serebral. Perubahan Fisiologi Selama Tidur :

39
a Penurunan tekanan darah dan nadi

b Dilatasi pembuluh darah perifer

c Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastro

intestinal

d Relaksasi otot-otot rangka

e Basal Metabolism Rate (BMR ) menurun 10-30%

3. Fungsi dan tujuan tidur

Fungsi tidur tidak secara jelas tidak diketahui,akan tetapi diyakini

bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional, kesehatan, mengurangi stres dan paru,kardiovaskuler,

endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat

diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum

terdapat dua efek fisiologis dari tidur,yang pertama ,efek dari sistem saraf

yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan

diantara berbagai susunan saraf dan yang kedua efek pada struktur tubuh

dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena

selama tidur terjadi penurunan (Hawita & Reni, 2017).

Menurut Elang dan Engkus (2013) Fungsi tidur yaitu :

a Restorative ; selama tidur sesorang akan mengulang (review)

kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses menyusun

kembali, menyimpan dan menggunakannya untuk masa depan.

b Tingkah laku ; tidur juga diyakini dapat menjaga keseimbangan

40
mental dan emosional serta kesehatan.

4. Tahap-tahap tidur

Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu : Pergerakan mata yang

tidak cepat NREM ( Non Rapid Eye Movement) dan Pergerakan mata

yang cepat REM (Rapid Eye Movement ). Selain NREM seseorang yang

tidur mengalami kemajuan melalui 4 tahap yang memerlukan waktu kira -

kira 90 menit selama siklus tidur.Sedangkan, Tidur tahapan REM

merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum tidur

berakhir.kondisi dari memori pemulihan psikologis terjadi pada waktu

ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan

siklus tidur yang berbeda (Haswita & Reni,2017).

a. Tahapan siklus tidur NREM

Masa NREM ini dibagi menjadi 4 tahap yang memerlukan waktu 90

menit siklus tidur dan masing - masing tahap ditandai dengan

gelombang otak.

a Tahap I :

Seseorang baru saja terlena,seluruh otot menjadi lemas,

kelopak mata menutupi mata, kedua bola mata bergerak bolak

- balik kedua samping, pada EEG didapatkan penurunan

Voltasi gelombang Alpha, dapat dibangunkan dengan mudah,

berlangsung selama + 5 menit dan frekuensi nadi dan

pernafasan menurun.

41
b Tahap II :

Kedua bola mata mulai berhenti bergerak, suhu tubuh

menurun, berlangsung selama 10-15 menit, pada EEG timbul

gelombang Theta, gelombang ini disebut “Sleep Spindless”

c TAHAP III :

Keadaan fisik lemah lunglai, EEG hanya terlihat

gelombang deltha, tanpa sleep spindles, sulit untuk

dibangunkan

d TAHAP IV :

Keadaan fisik lemah lunglai, EEG hanya terlihat

gelombang deltha tanpa sleep spindles, dapat terjadi mimpi,

denyut jantung dan pernapasan menurun 20%- 30 % otot- otot

rileks, jarang bergerak dan sangat susah dibangunkan dan

memulihkan keadaan tubuh. (Elang & Engkus, 2013).

e Faktor-faktor mempengaruhi kualitas tidur

Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas dapat

menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh

jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya (Haswita & Reni, 2017).

a. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan istirahat seseorang. Banyak

penyakit yang mengharuskan untuk istirahat dan tidur,misalnya

penyakit yang disebabkan infeksi (infeksi limpa) akan membutuhkan

42
lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga

keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

b. Gangguan pada endokrin

Hyperthyroid sulit tidur dengan cepat dan Hypothyroid menganggu

pada tidur pada tahap IV.

c. Obat- obatan

Obat - obatan juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa

jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur antara lain :

Diuretik Menyebabkan insomnia, Anti depresan Menyupresi

REM,Hubungan kualitas tidur dengan sectio caesarea

6. Hubungan nyeri dan cemas dengan kualitas tidur sectio caesarea

Kaitan kualitas tidur sectio caesarea dilihat dari Masa nifas

berkaitan dengan gangguan pola tidur, tiga hari pertama setelah

melahirkan merupakan hari yang sulit bagi ibu karena persalinan dan

kesulitan beristirahat. Penyebab kesulitan tidur diantaranya nyeri

perineum, rasa tidak nyaman di kandung kemih, serta gangguan bayi

sehingga dapat mempengaruhi daya ingat dan kemampuan psikomotor.

Pola tidur akan kembali normal dalam 2-3 minggu setelah persalinan

(Marmi, 2014). Ketidaknyamanan secara fisik dapat mengganggu tidur ibu

pasca persalinan. Kelelahan psikologis yang berhubungan dengan cemas

atau depresi juga dapat di alami ibu (Lowdermilk, Perry, & Cashion,

2013).

43
Tidur merupakan perubahan kesadaran dimana persepsi dan reaksi

individu terhadap lingkungan menurun. Aktivitas fisik yang minimal,

tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh dan

penurunan respon stimulus terhadap eksternal merupakan karakteristik

tidur (Riyadi & Widuri, 2015). Waktu yang kita gunakan untuk tidur

hampir sepertiga dari waktu kita. Banyak orang yang meyakini bahwa

tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian

beraktivitas, mengurangi stress, dan kecemasan serta meningkatkan

kemampuan dan konsentrasi saat akan melakukan aktivitas sehari-hari

(Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015).

E. Kerangka konsep

Hubungan antara variable – variable tersebut dapat digambarkan dengan

kerangka konsep berikut ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

nyeri
Kualitas tidur
sectio caesarea

kecemasan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

KETERANGAN :

44
: Variabel Independen

: Hubungan

: Variabel Dependen

BAB III

45
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan

menggunakan metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi

literatureyang bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dengan

mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data-

data yang sudah ada dengan metode pencarian yang eksplisit dan

melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode

ini adalah untuk membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari

penelitian yang menjadi subjek topik yang dicari serta memahami

bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan

bagi penelitian baru.

B. Tahapan Systematic Review

1. Identifikasi pertanyaan Penelitian

Identifikasi pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang akan

digunakan sebagai dasar melakukan review, sebagai acuan untuk

merumuskan pertanyaan penelitian kita dapat menggunakan “PICO”

(Population in Question, Intervention of Interest, Comparator and

Outcome).

a. (P) Populasi

46
Populasi dalam penelitian ini adalah jurnal nasional yang

berkaitan dengan hubungan nyeri dan kecemasan dengan

kualitas tidur pada pasca operasi caesarea

b. (I) Intervensi

Tidak ada intervensi

c. (C) Comparator

Tidak ada pembanding

d. (O) Outcome

Mengindentivikasi hubungan hubungan nyeri dan kecemasan

dengan kualitas tidur pada pasca operasi sectio caesarea

2. Menyusun protokol

Merupakan detail perencanan yang dipersiapkan secara matang, yang

mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur , kriteria

untuk menilai kualitas (kriteria ikulasi dan ekslusi), skala penelitian

yang akan dilakukan. Untuk menyusun protocol review kita

menggunakan metode PRISMA (preferred reporting ltems for

Systematic reviews and mete Analyses).

a. Pencarian data

pada pencarian sumber data memakai Google Scholar, yang

sifatnya resmi, yang disesuaikan dengan judul penelitian, abstrak

dan kata kunci yang digunakan untuk mencari artikel ‘ kata kunci

47
ini dapat disesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah

dibuat sebelumnya.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemeliharan data (artikel

penilitian ) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang

sesuai dengan topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang teliti.

c. Penelitian kualitas ( Kelayakan) Data

Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan teks lengkap (full teks) dengan memenuhi

kriteria yang ditentukan (kriteria inkulasi dan ekslusi)

d. Hasil pencarian data

Prisma tahapan systematic review

Study litertur hubungan nyeri dan kecemasan dengan kualitas tidur

pasien pasca operasi sectio ceasarea

48
Gambar 3.1 diagram PRISMA tahapan systematic review

Pencarian pada situs


(google scholar)

Hasil jurnal secara keseluruhan


(n=1380)

Screening Screening

(n=1210) a. Rentang waktu 5 tahun terakhir dari januari


2016-2021
b. Jurnal menggunakan bahasa indonesia

Jurnal yang dapat diakses full teks


(google scholar =(170)

Kriteria inklusi :

a. Jurnal yang berkaitan dengan hubungan nyeri


dan kecemasan dengan kualitas tidur pada
pasien pasca operasi sectio caeserea

Jurnal akhir yang


sesuai dengan
criteria inklusi
(n= 10)

49
3. Menyusun Stategi pencarian

Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protocol yang telah dibuat

dan menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data

serta dapat melibatkan orang lain untuk memenuhi review

4. Ekstraksi Data

Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protocol telah dilakukan

dengan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara manual

dengan membuat formolir yang berisi tentang ; tipe artikel, nama

jurnal atau konferensi,tahun judul,kata kunci, metode penelitian dan

lain – lain.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik

1. Pulasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

oleh peneliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah jurnal nasional yang berkaitan dengan judul penelitian

“hubungan nyeri dan kecmasan dengan kualitas tidur pada pasien

sectio caesarea

2. Sampel

Sampel teridiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagi

subjek penelitian melalui sampling (uraikan pertimbangan ditetapkan

jumbalah sampel). Sebagai contoh sampel dalam penelitian ini

50
berjumlah 10 artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan judul

penelitain hubungan nyeri dan kecemasan dengan kualitas tidur pada

pasien sectio caesarea

Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara – cara yang di gunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari

keseluruhan subjek penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini

mengunakan teknik purvosipe sampling, yaitu suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesaui dengan

yang dikehendaki peneliti ( tujuan dan maslah dalam penelitain),

sehingga sampel dapat mewakili karateristik populasi yang telah

diketahui sebelumnya. Berdasrakan karakteristik populasi yang telah

diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan ekslusi. kriteria inkulasi

adalah semua aspek yang baru ada dalam sebuah penelitian yang akan

kita review dan kriteria hubungan yang dapat menyebakan sebuah

penelitian menjadi tidak layak untuk riview

a. Kriteria inkulasi

1) Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan

Hubungan nyeri dan kecemasan dengan kualitas tidur

pada pasien pasca operasi sectio caesarea

2) Artikel penelitian diterbikan dalam rentang waktu 5

tahun

3) Tipe artikel penelitian (research artikel)

51
4) Artikel penelitian yang dapat diaskes dengan secara

penuh

b. Kriteria Eksklusi :

1) Artikel penilitian nasional dan internasional yang tidak

berkaitan dengan faktor –faktor yang mempengaruhi

kualitas tidur pada pasien sectio caesarea

2) Artikel penelitian diterbitkan telah lebih dari 5 tahun

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi 2, yaitu :

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas (Independen) hubungan nyeri dan kecemasan

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel Terikat (Dependen) dalam penelitian ini adalah kualitas tidur

pada pasien sectio caesarea

E. Analisa Data

Setelah melewati tahap protocol sampai pada exstrasi data, maka analisis

data dilakukan dengan menghubungkan semua data yang telah memenuhi

kriteria inkulasi mengunakan teknik secara deskratif untuk memberikan

gambaran sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

52
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil

Hasil penelitian adalah suatu proses penelitian yang diteliti berdasarkan judul yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan

suatu penelitian berdasarkan fakta yang ada. Berikut ini adalah tabel hasil penelitian dengan menggunakan Literature Review.

Tabel 4.1

Hasil Literature Review

Jumlah
Judul Tah Desain Metode Teknik
No Lokasi Tujuan Responde Hasil
Penelitian un Penelitian Pengukuran Analisis
n

1 hubungan 2017 di RS Untuk Menggunak 42 teknik Analisis Terdapat hubungan yang

intensitas nyeri TK II mengetahui an responden accidental data bermakna antara intensitas nyeri

dengan Dustira hubungan pendekatan sampling. menggunak dengan kualitas tidur pada pasien

53
kualitas tidur Cimahi intensitas nyeri cross an uji Chi- pasca bedah sesar. Pelayanan

pada pasien dengan kualitas sectional. Square. kesehatan diharapkan melibatkan

bedah sesar tidur pada ibu peran aktif keluarga untuk

pasca bedah sesar mengatasi penanganan nyeri

pasien pasca bedah sesar,

sehingga pasien memiliki kualitas

tidur baik.

2 Hubungan 2020 Di Mengetahui cross 40 Hasil uji teknik Disarankan untuk tenaga

Intensitas RSUD Hubungan Intensi sectional responden statistik pengambil kesehatan melakukan melakukan

Nyeri Luka Koja tas Nyeri Luka pearson chi – an penyuluhan intensitas nyeri luka

Sectio Sectio Caesarea square totalsampl sectio caesarea dengan kualitas

Caesarea Dengan Kualitas ing. tidur pada pasien post sectio

Dengan Tidur Pada Pasien caesarea dengan cara

Kualitas Tidur Post Sectio memberikan edukasi kepada

54
Pada Pasien Caesarea masarakat terutama kepada

Post Sectio keluarga yang akan melakukan

Caesarea sectio caesarea agar bisa

mengantisipasi terjadinya

ganguan kualitas tidur akibat

nyeri luka sectio caesarea.

3 Hubungan 2017 DI Untuk non- 60 pendekatan analisis Kecemasan responden dengan

kecemasan RSKIA mengetahui experimenta responden kuantitatif Chisquar kategori ringan sebanyak 33 orang

dengan SADEW karakteristik l dengan dengan (55%), dan berat sebanyak 27

kualitas tidur A responden, rancangan metode orang (45%). Kualitas tidur

dengan pasien SLEMA kecemasan cross analitik dengan kategori baik sebanyak 36

pre operasi N pasien, kualitas sectional korelasional. orang (60%) dan buruk sebanyak

sectio caesarea tidur, dan 24 orang (40%). Hasil uji Chi-

55
hubungan square antara kecemasan dengan

kecemasan kualitas tidur diperoleh nilai

dengan kualitas p=0,026 (p

tidur pasien pre Dan terdapat hubungan

operasi sectio kecemasan dengan kualitas tidur

caesarea pasien pre operasi sectio caesarea

4 Hubungan 2017 DI Tujuan dari Jenis 78 pendekatan teknik Hasil penelitian menunjukkan

tingkat nyeri RUANG penelitian ini penelitian responden Cross pengambila bahwa sebanyak (41,0%)

dan tingkat KEBIDA adalah untuk ini adalah Sectional n responden memiliki tingkat nyeri

kecemasan NAN Mengetahui Deskriptif Study totalsamplin berat dan

pada pasien RUMAH Hubungan Nyeri Analitik g sebanyak (42,3%) responden

post operasi SAKIT Dengan Tingkat memiliki tingkat kecemasan berat.

sectio caesarae BHAYA Kecemasan Pada Berdasarkan uji statistik, p

NGKAR Pasien Pasca nilai < 0,05 artinya ada hubungan

56
A Operasi caesarea yang signifikan antara tingkat

PADAN nyeri dengan kecemasan

G level (p = 0,02) di Ruang Bidan

RS Bhayangkara Padang 2017.

Berdasarkan hasil penelitian ini

juga disarankan kepada petugas

kesehatan untuk selalu

memberikan dukungan dan

motivasi kepada setiap pasien post

op sectio caesarea yang dia bisa

melalui rasa sakit dan kecemasan

yang dia rasakan setelah operasi

diadakan.

5 Hubungan 2017 . RS untuk mengetahui Desain 49 Instrumen uji Hasil univariat menunjukkan

57
tingkat nyeri MUHHA hubungan nyeri penelitian Responde penelitian Spearman. median skor nyeri 6,0, median

pada pasien MAD dengan kualitas menggunak n terdiri dari skor kecemasan adalah 12,0 dan

post operasi DIYAH tidur pasien post an metode kuesioner median skor kualitas tidur

sectio caesarea PALAN sectio cesarea deskriptif Richards adalah59,0. Hasil analisis bivariat

dengan GKARA korelasional Campbell didapat hubungan antara nyeri

gangguan YA Sleep dengan kualitas tidur (p = 0,020

kebutuhan Questionnare dan r = -0,462), sedangkan antara

ridur (RCSQ) kecemasan dengan kualitas tidur

untuk juga didapat hubungan (p = 0,000

mengukur dan r = -0,676). Berdasarkan hasil

kualitas tidur, penelitian, disarankan perawat

Numeric sebagai sumber asuhan

Rating Scale keperawatan untuk

(NRS) untuk memperhatikan aspek

58
mengukur kenyamanan dan kecemasan serta

skala nyeri rumah sakit mampu memberikan

fasilitas pelayanan untuk

mengatasi gangguan tidur pasien.

6 Dampak 2019 di ruang Untuk mengukur desain 43 teknik uji chi- hubungan signifikan (p < 0.05)

kecemasan rawat tingkat hubungan penelitian responden aksidental square antara tingkat kecemasan dengan

terhadap inap kecemasan analitik sampling. pemenuhan pola istirahat tidur

pemenuhan RSUD dengan dengan pada pasien pre operasi diruang

pola istirahat Kota pemenuhan pola pendekatan rawat inap RSUD Kota Langsa,

tidur pada Langsa istirahat tidur cross dengan nilai p= 0.001.

pasien pre- pada pasien pre- sectional. Kesimpulan: Kecemasan pasien

operasi operasi rawat inap berdampak signifikan

terhadap pemenuhan pola istirahat

tidur pada pasien pre-operasi

59
7 Hubungan 2021 RS untuk mengetahui desain 76 teknik uji statistik Hasil analisis uji univariat bahwa

tingkat UMMI Hubungan penelitian responden Accidental chi-Square lebih dari setengah

kecemasan KOTA Tingkat analitik Sampling. responden memilki

skala nyeri BENGK Kecemasan dengan mengalami kecemasan sedang-

post operasi ULU Dengan pendekatan berat,

sectio caesarea Skala Nyeri Post cross sebagian dari responden

Operasi Sectio sectional mengalami nyeri post sectio

Caesaria caesaria sedang. Hasil analisis

bivariat Ada

Hubungan Tingkat Kecemasan

Dengan Skala Nyeri

Post Operasi Sectio Caesaria Di

Ruang Kebidanan RSUD RS

UMMI Tahun 2021 (p value =

60
0,011). Kepada pihak RS UMMI

Kota Bengkulu diharapkan dapat

meningkatkan pelayanan

yang ada terutama pada

penanganan nyeri pada pasien

post operasi SC.

8 Hubungan 2018 Di RS. Penelitian ini Penelitian 55 metode Uji statistik Mayoritas responden berusia 20-

Kecemasan Myria bertujuan untuk ini responden pengambilan 30 tahun (36 responden =

Sebelum Kota mengetahui menggunak sampel yang 65,5%); mayoritas responden

Operasi Palemba hubungan an metode diusulkan memiliki riwayat SC untuk

Dengan Nyeri ng. kecemasan pra kuantitatif pertama kalinya (35

Pasca Operasi operasi dengan dengan responden = 63,6%); walikota

Pada Ibu nyeri pasca menggunak atas responden yang mengalami

61
Sectio operasi pada ibu an metode pra operasi tinggi

Caesarea sectio caesarea analitik kecemasan (51 = 92,7%);

dengan sedangkan mayoritas responden

desain mengalami nyeri pasca operasi

penampang yang berat (32 = 58,2%). Hasil uji

Tau Kendal diperoleh p value

0,015

yang menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara

pra operasi

kecemasan dan nyeri pasca

operasi caesar dengan, diperoleh r

hitung 0,330

yang menunjukkan lemahnya

62
tingkat kedekatan antara

independen dan dependen

variabel, sedangkan arahnya

menuju positif sehingga semakin

tinggi kecemasan preoperatif

maka nyeri pascaoperasi semakin

dirasakan.

Saran : Diharapkan perawat dapat

meningkatkan informasi

mengenai

hubungan kecemasan pra operasi

dengan nyeri pasca operasi dan

bagaimana

mengatasi atau mengurangi nyeri

63
yang dirasakan baik pra operasi

maupun pasca operasi SC.

9 Hubungan 2019 DI untuk mengetahui survey 50 Total Uji Chi- Hasil Penelitian yang dilakukan

tingkat RUMAH Ada Hubungan analitik responden Population Square Menggunkan Uji Chi-Square di

kecemasan SAKIT Tingkat dengan dapatkan nilai p = 0,008 < 0,05

dengan UMUM Kecemasan pendekatan yang berarti Ada Hubungan

kualitas tidur SUNDA dengan Kualitas Cross Tingkat Kecemasan dengan

preoperasi RI Tidur Pada Pasien Sectional Kualitas Tidur Pada Pasien Pre

MEDAN Pre Operasi yaitu operasi Kesimpulan dari

pengumpula

n data yang

diperoleh

dalam

waktu yang

64
bersamaan

satu kali

pada saat

pembagian

koesioner.

10 Hubungan 2020 DI Penelitian ini jenis 19 Teknik menggunak Hasil penelitian menunjukkan

dukungan RSUD bertujuan untuk penelitianny responden pengambilan an bahwa ad (p= 0,000 berarti <

keluarga LAMAD mengetahui a adalah sampel Wilcoxon 0,05). Berdasarkan analisis

dengan tingkat DUKEL hubungan penelitian adalah Signed tersebut dapat disimpulkan bahwa

kecemasan LENG dukungan kuantitatif purposive Rank Test. ada hubungan

pasien sectio keluarga dengan dengan sampling. antara dukungan keluarga dengan

caesarea tingkat menggunak tingkat kecemasan pada pasien

kecemasan pra an cross preoperasi sectio caesarea.

operasi sectio studi

65
caesar bagian.

Pengumpula

n data

dilakukan

melalui

kuesioner.

66
B. Pembahasan

1. Hubungan nyeri terhadap kualitas pada pasien sectio caesarea

Operasi Caesar atau sering disebut seksio sesarea adalah

melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan

dinding rahim (uterus). Seksio sesaria adalah suatu persalinan

buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding

perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh

serta berat janin diatas 500 gram. (Jitowiyono, 2017) hal yang

sering terjadi ketika melakukan tindakan sectio caesarea adalah

nyeri dan kecemasan sehingga menyebabkan terjadinya kualitas

tidur yang tidak baik pada pasien SC

Kualitas tidur berkaitan dengan jenis atau tipe tidur REM dan

NREM. Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk

dapat tetap tidur dan bangun dengan jumlah tidur REM dan tidur

NREM yang sesuai. Sedangkan yang 3 dimaksud kualitas tidur

adalah keseluruhan waktu tidur individu, diantara keduanya

mempertahankan kualitas tidur lebih baik dari pada sekedar

mencapai jumlah atau banyaknya jam tidur. Kualitas tidur yang

baik akan ditandai antara lain dengan tidur yang tenang, merasa

sangat segar saat bangun tidur di pagi hari dan individu merasa

penuh semangat untuk melakukan aktivitas hidup lainnya Selain itu

67
kualitas dan kuantitas tidur juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yang dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur

dan memperoleh jumlah tidur sesuai dengan kebutuhannya. Faktor

yang dapat mempengaruhi kualitas tidur antara lain penyakit, dan

kelelahan, cemas,psikologis, obat, status nutrisi, intensitas nyeri,

lingkungan, dan motivasi,(Extrada, Erik. 2013).

Berdasarkan hasil penilitian Hevy Amalia Noviyanti, Marlin

Sutrisnadan , Eny menyatakan bahwa ada hubungan intensitas

nyeri dengan kualitas tidur pada ibu pasca bedah sesar. di RS TK II

Dustira Cimahi 2017. Hal ini dibuktikan dengan hasil Analisis data

menggunakan uji Chi-Square.Hasil penelitian

menunjukanIntensitas nyeri yang tertinggi terjadi pada klien pasca

bedah sesar yaitu intensitas nyeri hebat dengan 22 responden

(52,4%) dan tidak nyaman terdapat 20 responden (47,6%). Lebih

dari setengah responden mengalami kualitas tidur yang buruk yaitu

28 responden (66,7%). Ada hubungan antara intensitas nyeri

dengan kualitas tidur pada pasien pasca bedah sesar.DiskusiFaktor

yang memengaruhi kualitas tidur pasien adalah sakit yang

disebabkan oleh nyeri. Nyeri pasien setelah seksio sesaria karena

terputusnya kontinuitas jaringan (trauma pembedahan) sehingga

terjadi gangguan kualitas tidur Semakin berat nyeri, maka semakin

terganggu kualitas tidur pasien.makaTerdapat hubungan yang

68
bermakna antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien

pasca bedah sesar.

Sedangakan hasil penilitian dariKartinidan Yulia Agustina”

sama halnya Hubungan Intensitas Nyeri Luka Sectio Caesarea

Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSU

KOJA 2020 Metode yang digunakan adalahcross

sectional.Sampelpada penelitian ini sebanyak 40 responden dengan

teknik pengambilan totalsampling. Hasil uji statistik pearson chi –

square diperoleh nilai ρ 0,001 atau ρ < α (0,05) kesimpulannya Ho

ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan yang

bermakna (significant) antara intensitas nyeri luka sectio caesarea

dengan kualitas tidur pada pasien post sectio caesarea.

2. Hubungan kecemasan terhadap kualitas pada pasien sectio

caesarea

Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang

yang penuh dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut

dan khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi.

Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa

Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk

menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (Muyasaroh

et al. 2020). Menurut American Psychological Association (APA)

dalam (Muyasaroh et al. 2020), kecemasan merupakan keadaan

69
emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh

perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa khawatir

dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan

darah, dan lain sebagainya

Menurut Kholil Lur Rochman dalam (Sari 2020), kecemasan

merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental

yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan

yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan

yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis

dan psikologis. Anxiety atau kecemasan merupakan pengalaman

yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, menakutkan dan

mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman

bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik

tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik. (Suwanto 2015)

Kebutuhan istirahat dan tidur sama pentingnya dengan nutrisi

yang baik dan latihan yang adekuat. Tidak tepatnya istirahat dan

tidur menyebabkan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi

dalam diri seseorang yang akan berpengaruh dalam tindakan

anestesi. Beberapa faktor akan mempengaruhi kebutuhan tidur salah

satunya kecemasan.

Hasil penilitian dariKalifa nurhamad,harmila dan budhy dan

ermawan hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pasien pre

70
operasi sectio caesarea di RSKIA Sadewa Sleman 2017Metode

yang di pakai Penelitian ini merupakan penelitian non-experimental

dengan rancangan cross sectional dan juga Penelitian dilakukan

pada bulan Mei-Juni 2017. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien

pre operasi sectio caesarea di RSKIA Sadewa Sleman. Jumlah

subjek penelitian sebesar 60 orang yang diambil dengan cara

consecutive samplin. Analisis statistik yang digunakan adalah

analisis Chi- square sehingga menunjukan Kecemasan responden

dengan kategori ringan sebanyak 33 orang (55%), dan berat

sebanyak 27 orang (45%). Kualitas tidur dengan kategori baik

sebanyak 36 orang (60%) dan buruk sebanyak 24 orang (40%). Hasil

uji Chi-square antara kecemasan dengan kualitas tidur diperoleh

nilai p=0,026 (p<0,05) dan OR=3,3sehingga Terdapat hubungan

antara kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien pre operasi

sectio caesarea

71
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis sytematic dan pembahasan dalam menjawab

tujuan penilitian ini yaitu :

1. Ada hubungan yang signifan antara nyeri terhadap kualitas tidur pasien

sectio caesarea

2. Ada hubungan yang signifan antara kecemasan terhadap kualitas tidur

pasien sectio caesarea

B. Saran

Berdasarkan penemuan-penemuan maslah dalam penilitian ini, maka

penulis memberikan saran

1. Bagi perawat

Hasil penilitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan

khususnya perawat dan bidan untuk lebih mengoptimalkan kinerja dalam

peran dalam memberikan intervensi guna untuk pasien dapat

mengendalikan atau mengontrol nyeri dan kecemasan sendiri pada pasien

sectio caesarea

2. Bagi penulis

Hasil penilitian ini dapat memberikan informasi yang signifan

mengenai pentingnya mengintervensikan rasa nyeri dan kecemasan

dalam mengontrol kondisi pasien sectio caesarea.

72
Daftar pustaka

Agustina, Y. (2021). Hubungan Intensitas Nyeri Luka Sectio Caesarea Dengan

Kualitas Tidur Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di RSUD Koja Tahun

2020. RESIK, 13(1).

Diny, V. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan

Pada Pasien PreOperative Di RS Mitra Husada Pringsewu. Jurnal

Kesehatan, 8(1), 108-113.

Esta, F. A. (2017). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya

Persalinan Sectio Caesarea Di RSUD Rantauprapat. Politeknik Kesehatan

Kemenkes Medan.

info DATIN, No ISSN 244-7659, Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI Tahun 2018.

https://www.google.com/search?

q=infodatin+2018;&aqs=chrome.69i5j013j69i602.10314j0j&sourceid+chr

ome=ie=UTF-8#

milla, F. (2016). Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan angka kejadian

Sectio Caesarea di RSUD Liun. Ejournal Keperawatan, Volume 2, No.1.

Melanie, R., & Jamaludin, W. (2018). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan

Kualitas Tidur pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea. Prosiding PIN-

LITAMAS1, 1(1), 122-131.

73
RI, K. (2018, AGUSTUS 25). Info DATIN. Retrieved Desember 27, 2019, from

Pusat Data dan Informasi KEMENTERIAN KESEHATAN RI:

https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/18101500001/infodatin-

tuberkulosis-2018.html

Fauzi, Kalifa Nurahmad. Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pasien

Pre Operasi Sectio Caesarea Di Rskia Sadewa Sleman. Diss. Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta, 2019.

Humaira, G. S. (2018). Hubungan Antara Ansietas Dengan Kualitas Tidur Pada

Ibu Hamil Primigravida Trimester Iii. Skripsi-2018.

Kasad, K., Azwarni, A., & Hayani, N. (2019). Dampak Kecemasan Terhadap

Pemenuhan Pola Istirahat Tidur Pada Pasien Pre-Operasi Di Ruang Rawat

Inap Rsud Kota Langsa. Jurnal Sago Gizi Dan Kesehatan, 1(1), 85-91.

Noviyanti, H. A., Sutrisna, M., & Kusmiran, E. (2020). Hubungan Intensitas

Nyeri Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Pasca Bedah Sesar. Jurnal

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Jppni), 4(2), 59-66.

Nora, R. (2018). Hubungan Tingkat Nyeri Dengan Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Post Op Sectio Caesarea Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Bhayangkara Padang Tahun 2017. Menara Ilmu, 12(9).

Ningsih, D. A., & Maryati, S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Di Rumkit Tk Iv 02.0. 01

Zainul Arifin Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah Kesehatan Ar-Rum

Salatiga, 4(2), 35-41.

74
Rangkuti, W. F. S., Akhmad, A. N., & Hari, M. (2021). Dukungan Keluarga

Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio

Caesarea. Jurnal Keperawatan Jiwa (Jkj): Persatuan Perawat Nasional

Indonesia, 9(2), 419-428.

Retnowati, Y. (2018). Hubungan Kecemasan Pre-Operasi Dengan Nyeri Post-

Operasi Pada Ibu Sectio Caesarea Di Rs. Myria Kota

Palembang (Doctoral Dissertation, Universitas Katolik Musi Charitas).

Schneider, H., Marschalek, J., & Husslein, P. (2016). Sectio Caesarea. In Die

Geburtshilfe (Pp. 865-882). Springer, Berlin, Heidelberg.

Sari, D. P., Rufaida, Z., & Lestari, S. W. P. (2018). Nyeri Persalinan. E-Book

Penerbit Stikes Majapahit, 1-30.

Pratiwi, W. I., & Rahayuningsih, F. B. (2016). Upaya Peningkatan Istirahat Tidur

Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Rsu Assalam Gemolong (Doctoral

Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Prijatni, I., Umami, R., & Na, M. C. (2018). Perbedaan Nyeri Pada Pasien Post

Sectio Caesarea Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Guided Imagery. Jurnal

Informasi Kesehatan Indonesia (Jiki), 4(1), 20-25.

Umami, D. A., Rahmawati, D. T., Iswari, I., & Syafrie, I. R. (2021). Hubungan

Tingkat Kecemasan Dengan Skala Nyeri Post Operasi Sectio Caesaria Di

Ruang Kebidanan Di Rs Ummi Kota Bengkulu. Journal Of

Midwifery, 9(2), 38-47.

75
Wati, G. (2017). Hubungan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Sectio Cesarea

Dengan Gangguan Kebutuhan Tidur Di Rs Muhammadiyah Palangka

Raya (Doctoral Dissertation, Faculty Of Agriculture Merdeka University

Surabaya).

Yusmaidi. (2017). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Ansietas Pada

Pasien Pra Operasi Di Bangsal Bedah Rs Pertamina Bintang Amin. Jurnal

Medika Malahayati, 3(3), 121-127.

76
77
78
79

Anda mungkin juga menyukai