Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan memapaparkan hasil dan pembahasan laporan

kasus mengenai Asuhan Keperawatan pada dua responden, ibu post Sectio

Caesarea dengan fokus studi kebutuhan mobilisasi dini di RSUD Dr. Soewondo

Kabupaten Kendal. Pada asuhan keperawatan kedua klien di lakukan di ruang

nifas Mawar RSUD Dr. Soewondo Kabupaten Kendal. Asuhan keperawatan

dilakukan masing-masing selama 3 hari, pada Ny. L pada tanggal 12 Februari- 14

Februari 2019 . sedangkan pada Ny. D pada tanggal 17 Februari-19 Februari

2019.

A. HASIL

1. PENGKAJIAN

Pasien 1

Berdasarkan pengkajian yang di lakukan pada Ny. L pada tanggal

12 Februari 2019 pukul 13:00 WIB di ruang Mawar RSUD Dr. Soewondo

Kabupaten Kendal. Di peroleh data pasien bernama Ny. L berusia 26

tahun dan bertempat tinggal di Tamangede, klien beragama islam,

pendidikan terakhir SMA, dan sekarang bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Keluhan utama yang di rasakan klien yaitu klien mengatakan kaki

masih berat untuk bergerak dan terasa kesemutan.

Riwayat keperawatan sekarang, klien hamil selama 39 minggu,

belum pernah memiliki anak. Ini merupakan kehamilan pertama dan klien

41
42

belum pernah abortus. Klien mengatakan alasan di lakukan operasi caesar

adalah karena klien menderita myopi 9 (ka/ki), tindakan operasi

menggunakan anastesi spinal 3,5 cc Bupivacaine, jenis sayatan profunda

(segmen bawah rahim). Operasi berlangsung 60 menit, bayi di lahirkan

dengan jenis kelamin perempuan dengan BB:3,19 kg PB:47 cm LK:33 cm

LD:33 cm dengan nilai apgar scor 8-9-10 yaitu warna kulit normal, nadi

kuat, gerakakan aktif dan menanggis kuat.

Pasien mengeluh kakinya terasa berat untuk di gerakkan dan terasa

nyeri pada daerah post operasi ketika tubuh di gerakkan, merubah posisi,

nyeri cekot-cekot, di daerah luka post OP Caesarea dengan skala 5 (0-10).

Dan nyeri muncul ketika untuk bergerak. Klien mengatakan rajin

memeriksakan kandungan selama kehamilan. Dan melakukan aktivitas

seperti biasa. Setelah melahirkan kaki masih terasa berat untuk aktivitas,

untuk berpindah posisi, membolak-balikakan badan. Pasien tampak

bedrest total, hasil pengkajian tingkat mobilisasi klien berada pada tingkat

4 dengan kategori klien tergantung total.

Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan hasil keadaan umum lemah,

kesadaran komposmentis, GCS: 15 (E4M6V5) TD:120/80 mmHg N:80

x/menit S:36 C RR:22 x/menit. Hasil inspeksi abdomen diperoleh luka

post operasi longitudinal 10 cm yang masih tertutup, tampak pengeluaran

pervagina lochea rubra kurang lebih 30 cc, auskultasi peristaltik

16x/menit, palpasi abdomen TFU 2 jari di bawah pusat. Kekuatan otot

klien ektremitas atas kanan/kiri 4/4 yaitu dapat bergerak dan dapat
43

melawan hambatan yang ringan, sedangkan pada ekstremitas bawah ka/ki

2/2 yaitu dapat menggerakkan otot bagian yang lemah sesuai perintah tapi

bila diberi tahanan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.

Pasien 2

Hasil pengkajian pada klien ke 2, yaitu Ny. D yang dilakukan pada

tanggal 18-20 Februari 2019 pukul 14:00 WIB di ruang Mawar RSUD Dr

Soewondo Kendal, diperoleh data klien bernama Ny. D berusia 22 tahun,

tinggal di Gempolsewu beragama islam, pendidikan terakhir SMA, dan

sekarang bekerja sebagai karyawan swasta. Keluhan utama yang

dirasakan klien yaitu kaki terasa kaku saat di gerakkan, klien menjadi

enggan untuk merubah posisi karena nyeri akan timbul saat bergerak dan

takut jahitan akan lepas.

Riwayat keperawatan sekarang, klien mengatakan umur

kehamilanya 38 minggu, ini merupakan kehamilan pertama, belum pernah

mengalami abortus. Klien jarang memeriksakan kandunganya dengan

karena sibuk bekerja. Alasan dilakukan letak janin melintang dengan usia

kehamilan 38 minggu, tindakkan operasi dengan teknik sayatan segmen

bawah sepanjang 10cm, dengan anastesi spinal 3,5 cc Bupivacaine.

Operasi berlangsung 60 menit tanpa penyulit, bayi lahir dengan jenis

kelamin laki-laki dengan BB: 3,50 kg PB:46 cm LK:32cm LD:32 cm

dengan apgar score 8-9-10 yaitu warna kulit normal, nadi kuat,

pergerakan aktif dan menanggis kuat.


44

Pasien mengatakan nyeri seperti di iris-iris di daerah bekas sayatan

operasi Caesar dengan skala nyeri 6, nyeri muncul ketika bergerak dan

hilang saat istirahat. Sehingga klien engan untuk melakukan pergerakan,

selama hamil klien beraktifitas seperti biasa sebagai ibu rumah tangga dan

seorang karyawan. Tingkat mobilisasi pasien setelah melahirkan masih

bedrest total, kaki masih terasa berat dan kaku untuk di gerakkan dan kien

enggan merubah posisi karena nyeri yang timbul dan khawatir jahitan

akan lepas. Klien berada pada tinggkat 4 dengan kategori bergantung total

dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan post

section caesarea.

Hasil pemeriksaan umum di ketahui keadaan umum pasien lemah,

GCS = 15 E4M6V5, yaitu membuka mata spontan, orientasi baik dan

bergerak sesuai perintah TD: 140/80 mmHg N: 86 x/menit S: 37,5 C

RR:18 x/menit. Hasil inspeksi abdomen terdapat luka post operasi

longitudinal 10 cm yang masih tertutup terletak di bawah segmen Rahim,

tampak pengeluaran pervaginam lochea >30cc, auskultasi peristaltic 8

x/menit, palpasi abdomen TFU 2 jari di bawah pusar. Kekuatan otot

pasien di ekstremitas atas ka/ki 4/4 yaitu dapat bergerak dan melawan

hambatan yang ringan, sedangkan pada ekstremitas bawah ka/ki 2/2 yaitu

dapat menggerakkan otot bagian yang lemah sesuai perintah tapi bila di

beri tahanan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.


45

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada data hasil pengkajian diatas melalui wawancara,

observasi dan pemeriksaan fisik, penulis melakukan analisis data untuk

merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan prioritas dan

kondisi klinis kedua klien. Penulis merumuskan masalah keperawatan

Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan

Otot post section caesarea, karena di dapatkan hasil bahwa data subjektif

pada kedua klien mengatakan kakinya masih terasa berat ketika di

gerakkan dan nyeri pada area post operasi saat tubuh di gerakkan. Data

objektif klien tampak bedrest di tempat tidur, tampak enggan merubah

posisi, setelah operasi Caesar dalam memenuhi kebutuhan ADL di bantu

oleh suami dan keluarga, klien belum bisa melakukan mobilisasi,

kesulitan dalam membolak-balikan posisi, aktivitas/mobilisasi kategori 4,

klien tergantung total dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam

melakukan perawatan luka post operasi Caesare. Kekuatan otot klien

ekstremitas atas ka/ki 4/4 yaitu dapat bergerak dan dapat melawan

hambatan yang ringan, sedangkan pada ekstremitas bawah ka/ki 2/2 yaitu

dapat menggerakkan otot bagian yang lemah sesuai perintah tapi bila di

beri tahanan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.


46

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan diharapkan oleh penulis untuk kedua klien berdasarkan

prioritas masalah yang ada, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan klien dapat menunjukkan tingkat mobilisasi dini

optimal dengan kriteria hasil, klien tidak merasa kesemutan pada kaki,

klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari peningkatan

mobilisasi dini secara bertahap serta kaitanya seperti involusi uteri baik,

intensitas nyeri berkurang, mampu memverbalisasikan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah, serta melakuakn

aktivitas secara mandiri.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien

antara lain kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, kaji kekuatan otot

dan rentang gerak klien (ROM), memonitor vital sign sebelum dan

sesudah latihan dan lihat repon klien pada saat latihan, monitor hal terkait

mobilisasi (pengeluaran lochea, intensitas nyeri, tinggi fundus uteri, dan

luka jahitan bekas insisi pembedahan). Ajarkan pasien tentang teknik

ambulasi dini, ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi pasif di tempat

tidur 6 jam post Caesarea, melakukan posisi miring kanan/kiri setelah 10-

12jam post Operasi, melakukan latihan duduk 24 jam setelah operasi, dan

melakukan latihan berjalan setelah 2 hari post operasi Caesarea. Dan

melakukan aktivitas setelah 3 hari post section caesarea dan latih pasien

dalam pemenuhan kebutuhan ADL’s secara mandiri sesuai kemampuan.


47

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Table 1.2 Tahapan mobilisasi pada ke dua klien

Ny. L Ny. D
Operasi 12 Februari 2019 Operasi 18 Februari
pukul 11:00 WIB 2019 pukul 10:10 WIB
Hari per 1
- Mengkaji Mengatakan kaki terasa Mengatakan kedua kaki
kemampuan berat dan kesemutan, masih terasa kaku,
mobilisasi sulit di gerakkan, susah enggan melakukan
melakukan perubahan mobilisasi karena takut
posisi, mampu jahitan akan lepas, nyeri
menggerakkan skala 6 sehingga
ekstremitas atas namun membuat klien enggan
tidak dapat menggeser melakukan mobilisasi
ekstremitas bawah
- Mengkaji Kekuatan otot klien Kekuatan otot klien
kemampuan 4 4 4 4
otot 2 2 2 2
- Monitor hal Lochea rubra volume Lochea rubra volume
terkait ±40cc , TFU 2 jari di ±30cc, TFU 2 jari
mobilisasi bawah pusat dibawah pusat
(lochea, TFU)
- Mengajarkan Klien tampak Klien tampak
tahapan menggerakkan lengan, menggerakkan lengan,
mobilisasi 6 jari tangan, jari tangan,
jam post menggerakkan menggerakkan
caesarea (ROM pergelangan kaki, pergelangan kaki,
aktif dan pasif) mrnrkuk kaki dengan mrnrkuk kaki dengan
bantuan, menggeser kaki bantuan, menggeser kaki
ke kanan dan kiri, klien ke kanan dan kiri, klien
tampak melakukan ROM tampak melakukan ROM
pasif pada ekstremitas pasif pada ekstremitas
atas dengan maksimal atas dengan maksimal
(adduksi,abduksi,fleksi, (adduksi,abduksi,fleksi,
estensi, dan rotasi) estensi, dan rotasi)
- Mengajarkan Klien tampak melakukan Klien tampak miring
tahapan miring kanan kiri secara kanan dan kiri dengan
mobilisasi 10 mandiri, klien tampak bantuan, klien tampak
48

jam post menggeser badannya. menggeser badan.


(posisi miring
kanan/kiri)
Hari ke 2
- Mengajarkan Klien tampak melakukan Klien tampak melakukan
tahapan posisi duduk di tempat posisi duduk dengan
mobilisasi 24 tidur. Kedua kaki sudah bantuan, setelah
jam (latihan bisa di gerakkan, klien mendapat support
duduk) mampu miring kanan kiri keluarga
Hari ke 3
- Mengajarkan Klien mampu berjalan ke Klien tampak mampu
tahapan kamar mandi secara berjalan ke kamar
mobilisasi hari mandiri, kekuatan otot : mandi, kekuatan otot :
ke 3 (latihan 5 5 5 5
berjalan) 4 4 4 4

Pada kedua klien hari pertama penulis mengajarkan tahapan

mobilisasi dini 6 jam post operasi Caesarea yaitu melakukan ROM pasif

dan aktif , Ny. L dimulai 12 Februari 2019 pukul 17:00 WIB dan Ny. D

pada 18 Februari 2019 pukul 16:10 WIB. Kedua klien tampak

menggerakkan lengan tangan, jari tangan, menggerakkan pergelangan

kaki, menekuk kaki dengan bantuan, menggeser kaki ke kanan kiri,

melakukan adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, dan rotasi pada ekstremitas.

Tindakan selanjutnya penulis mengajarkan tahapan mobilisasi 10-

12 jam post operasi Caesarea yaitu melakukan tirah baring, pada Ny. L

pukul 20:55 WIB dan Ny. D pukul 20:00 WIB, di dapati respon kedua

klien yaitu Ny. L mampu melakukan miring kanan/kiri dengan mandiri,


49

sedangkan Ny. D membutuhkan motivasi dukungan dari keluarga untuk

melakukan mobilisasi dan dengan sedikit bantuan.

Selanjutnya penulis mengajarkan tahapan mobilisasi 24 jam post

operasi caesarea yaitu latihan duduk, kedua klien tampak mampu

melakukan posisi duduk dengan sedikit bantuan, respon pasien

mengatakan kaki sudah bisa di gerakkan dan juga nyeri berkurang pada

Ny. L (nyeri skala 4) dan Ny. D (nyeri skala 5). Pengeluaran lochea pada

kedua klien juga lancar ±30 cc, lochea rubra berisi darah berbau amis,

TFU kedua klien 2 jari di bawah pusat.

Pada hari ketiga mengajarkan tahap mobilisasi latihan berjalan

pada Ny. L pukul 11:15 WIB dan Ny. D pukul 10:00 WIB, respon kedua

klien tampak melakukan latihan berjalan dengan sedikit bantuan,

kemudian pada saat evaluasi sore hari pukul 15:00 WIB kedua klien sudah

mampu berjalan ke kamar mandi secara mandiri, kedua klien pada hari

ketiga tampak sudah mampu melakukan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene mandi, makan dan berpakaian secara mandiri. Nyeri yang di

rasakan kedua klien berkurang Ny. L skala nyeri menjadi 3 dan Ny. D

skala nyeri 4.
50

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi yang diperoleh dari Ny. L dan Ny. D selama masing-

masing 3x 24 jam secara rinci dapat dilihat di table dibawah ini.

Table 1.3 hasil evaluasi Ny. L dan Ny. D selama 3 hari

Evaluasi Ny. L Ny. D


Hari 1 S: S:
Klien mengatakan sudah Klien mengatakan takut
dapat menggerakan kakinya melakukan mobilisasi
O: O:
- klien tampak - Klien tampak
menggerakan ujung kaki, menggerakan ujung jari,
menggerakan menggerakan pergelangan
pergelangan kaki, kaki, menekuk kaki,
menekuk kaki, menggeser kaki ke kanan
menggeser kaki ke kanan kiri
kiri. - Klien tampak miring
- Klien tampak miring kanan dan kiri
kanan dan kiri secara - Kekuatan otot ekstremitas
mandiri, menggeser atas 5/5 yaitu dapat
badanya bergerak bebas,
- Pengeluaran lochea rubra, ekstremitas bawah 3/3
berisi sisa plasenta, darah yaitu dapat menggerakan
berbau amis darah, otot tetapi minimal
volume±40 cc - Tampak pengeluaran
- Kekuatan otot lochea rubra, berisi sisa
ekstremitas atas 5/5 yaitu plasenta, darah berbau
bergerak bebas, amis, volume ±30 cc
ekstremitas bawah 3/3 - TFU 2 jari di bawah pusat
yaitu dapat - Intensitas nyeri : skala 6
menggerakkan otot tetapi - TD: 120/90 mmHg
minimal HR ; 72x/menit
- TFU 2 jari dibawah pusat RR : 18 x/menit
- Intensitas nyeri : 5 T ; 36
- Intensitas nyeri : skala 5
- TD : 120/82 mmHg
HR : 88 x/menit
51

RR : 20 x/menit
T : 37 º
A: Masalah belum teratasi A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi P : Lanjutkan intervensi

Hari ke 2 S: S:
Klien mengatakan sudah Klien mengatakan takut
mampu miring kanan/kiri untuk posisi duduk karena
dan posisi duduk secara khawatir jahitan akan lepas
mandiri
O; O:
- Klien tampak posisi - Klien tampak mampu
duduk miring kanan kiri secara
- Tampak pengeluaran mandiri
lochea rubra, berisi darah, - Klien tampak posisi
berbau amis darah, duduk dengan diberi
volume ±30 cc motivasi oleh keluarga
- TFU 2 jari di bawah dan perawat
pusat - Tampak pengeluaran
- Kekuatan otot lochea rubra berisi darah,
ekstremitas atas 5/5 yaitu berbau amis darah,
dapat bergerak bebas, volume ± 30 cc.
ekstremitas bawah 3/3 - TFU 2 jari di bawah pusat
yaitu dapat menggerakan - Kekuatan otot ekstremitas
otot dan mampu melawan atas 5/5 yaitu dapat
hambatan ringan bergerak bebas,
- Intensitas nyeri ; 4 ekstremitas bawah 3/3
- TD : 110/80 mmHg yaitu dapat menggerakan
HR : 80 x/menit otot dan mampu melawan
RR : 20 x/menit hambatan ringan
T : 36 º - Intensitas nyeri 5
- TFU 2jari di bawah pusat
- TD : 140/96 mmHg
HR : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37 º

A: Masalah belum teratasi A ; Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi P: Lanjutkan intervensi
52

Hari ke 3 S: S:
Klien mengatakan sudah Klien mengatakan sudah
berjalan ke kamar mandi mampu berjalan secara
secara mandiri mandiri
O: O:
- Klien tampak turun dari - Klien tampak turun
tempat tidur tempat tidur
- Klien tampak berjalan ke - Klien tampak berjalan ke
kamar mandi secara kamar mandi secara
mandiri tanpa bantuan mandiri
- Kebutuhan ADLs sudah di - ADLs sudah di lakukan
lakukan secara mandiri secara mandiri
- Pengeluaran lochea rubra, - Pengeluaran lochea rubra,
darah merah kecoklatan, darah warna merah
amis darah, volume ± 20 kecoklatan, bau amis
cc darah, volume ± 20 cc
- TFU 2 jari di bawah pusat - TFU 2 jari di bawah pusat
- Kekuatan otot ekstremitas - Kekuatan otot ekstremitas
dan bawah 5/5 yaitu dapat atas dan bawah 5/5 yaitu
bergerak bebas. dapat bergerak bebas
- Intensitas nyeri 3 - Intensitas nyeri 4
- Jahitan melekat, tidak - Jahitan melekat, tidak
kemerahan, tidak ada kemerahan, tidak ada
darah, tidak ada pus darah, tidak ada pus.
- TD ; 110/70 mmHg - TD : 129/80 mmHg
HR : 78 x/menit HR : 80x/menit
RR : 20 x.menit RR : 18 x/menit
T : 37,5 º T : 36 º
A : masalah teratasi A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi P : Hentikan intervensi
- Anjurkan cukup nutrisi - Anjurkan cukup nutrisi
1. Karbohidrat (nasi, 1. Karbohidrat (nasi,
roti, jagung, umbi- roti, jagung, umbi-
umbian) umbian)
2. Protein (telur, 2. Protein (telur,
daging, ikan) daging, ikan)
3. Lemak (susu, 3. Lemak (susu, minyak
minyak kelapa) kelapa)
4. Vitamin (buah- 4. Vitamin (buah-
buahan) buahan)
53

5. Air putih 5. Air putih

B. PEMBAHASAN

Penulis akan menguraikan pembahasan tentang hasil pengkajian

sampai dengan evaluasi pada Ny. L dan Ny. D yang dilakukan selama masing-

masing 3 hari.

1. Pengkajian

Pada proses pengkajian keperawatan melalui wawancara,

observasi, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. L dan Ny. D

didapatkan hasil bahwa pada kedua pasien dalam kemampuan mobilisasi

sama yaitu kedua klien mengatakan kaki masih terasa berat untuk

digerakkan dan kesulitan dalam merubah posisi, tidak dapat membolak-

balikakan badan, klien tampak bedrest total, hasil pengkajian tingkat

mobilisasi klien berada pada tingkat 4 dengan kategori klien tergantung

total dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

section caesarea. Kekuata ootot ekstremitas atas 4/4 yaitu dapat bergerak

dan dapat melawan hambatan ringan, sedangkan pada ekstremitas bawah

ka/ki 2/2 yaitu dapat menggerakkan otot bagian yang lemah sesuai

perintah tapi bila diberi tahanan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.

Menurut Mochtar, Rustam (2015) bahwa pada post Sectio

Caesarea dengan anastesi spinal dapat mengakibatkan penurunan kekuatan

otot pada daerah ekstremitas bawah selama kurang lebih 5-6 jam post
54

operasi, efek dari obat anastesi yang masih bekerja didalam system

peredaran darah bagian tubuh inferior, maka dari itu pada klien post Sectio

Caesarea dapat turun tempat tidur 24 jam post operasi, dan selama post

operasi posisi kepala harus lebih tinggi dari kaki untuk mencegah

terjadinya komplikasi dari efek anastesi.

Salah satu dari efek anasesi spinal dapat mengakibatkan keadaan

kaku dan sulit digerakkan pada ekstremitaa bawah namun berlangsung

tidak begitu lama. Pada umumnya ibu post section caesarea enggan

melakuakan pergerakan badan dan merubah posisi karena nyeri pada luka

sayatan yang terdapat pada perutnya, luka sayatan post section caesarea

pada kedua pasien sama dengan posisi longitudinal panjang ±10 cm dan

tertutup kasa kering.

Pada bekas luka post operasi mengalami pembentukan jaringan

parut, jaringan parut inilah yang dapat menyebabkan perlengketan pada

organ lain dalam panggul, dimana jaringan parut dapat menempel dan

menarik organ-organ tersebut, sehingga menimbulakan nyeri jika terjadi

regangan pada jaringan luka saat bergerak dan beraktivitas (Nurhayati,

Estri 2011). Menurut Ni Made Dwi, dkk (2013), bahwa nyeri yang

dirasakan ibu post section caesarea, dapat mengakibatkan terlambatnya

proses mobilisasi sesuai dengan tahapan yang ada.

Pada kedua klien didapatkan hasil bahwa penyebab nyeri adalah

luka post operasi, nyeri seperti diiris-iris, didaerah luka post operasi

section Caesarea, tetapi pada skala yang dirasakan berbeda, pada Ny. L
55

skala nyeri 5 (0-10) sedangkan pada Ny. D skala nyeri 6 (0-10). Nyeri

merupakan sesuatu yang objektif, sehingga hanya orang yang

merasakannya yang paling akurat dan tepat (Andarmoyo, 2013)

Pada pengkajian selanjutnya, kedua klien di dapatkan bahwa

lochea yang di keluarkan sama yaitu lochea rubra, berwarna merah darah,

berbau amis dan volume ±30 cc, TFU 2 jari dibawah pusat, sesuai dengan

yang disebutkan Dewi (2011), bahwa diperlukan pengkajian terkait

mobilisasi seperti pengeluaran lochea dan tinggi fundus uteri untuk

melihat perkembangan moilisasi dini dapat dilakukan dengan benar dan

tepat, pengeluaran lochea lancar semakin harinya merupakan salah satu

indicator bahwa mobilisasi post section Caesarea berjalan dengan benar.

Terdapat perbedaan data pada pengkajian, yaitu terkait usia kedua

klien. Data menunjukan bahwa Ny.L 26 tahun dan Ny. D 22 tahun.

Menurut Perry dan Potter (2009), orang yang usianya lebih dewasa

mempunyai kecenderungan mampu menahan nyeri dan menganggap

mobilisasi merupakan sesuatu yang harus mereka lakukan pasca operasi,

dan pada status emosional orang dewasa lebih terkontrol dan mampu

mengendalikan nyeri sehingga dapat melakukan mobilisasi dan aktivitas

pasca melahirkan.

2. Diagnose keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan pada Ny. L dan Ny.

D penulis merumuskan masalah keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik.

Menurut NANDA internasional (2015), definisi hambatan mobilitas fisik


56

adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian pada pergerakan fisik yang

bermanfaat dari tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan

terarah. Rumusan diagnose keperawatan pada kedua klien sama, yaitu

pada kedua klien dirumuskan adalah penurunan kekuatan otot post Sectio

Caesarea dengan batasan karakteristik menurut NANDA International

(2015), yaitu keterbatasan rentang gerak , penurunan kekuatan otot, sulit

merubah posisi, dan penurunan kemampuan motorik, hal tersebut sesuai

dengan kondisi kedua klien kekuatan ekstremitas bawah ka/ki 2/2 yaitu

dapat menggerakkan otot bagian yang lemah sesuai perintah tapi bila di

beri tahanan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak. mampu melakukan

pergerakan fleksi, ekstensi, namun tidak mampu melakukan abduksi,

adduksi, dan rotasi, sulit merubah posisi, menggeser kedua kaki karena

kedua kaki masih kaku dan mengalami penurunan gerakan motorik seperti

menggerakkan kedua jari kaki.

3. Intervensi keperawatan

Untuk mengatasi masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik

behubungan dengan penurunan kekuatan otot, maka dari itu penulis

menyusun rencana keperawatan sesuai dengan Nursing Outcome

Clasification(NOC) dan Nursing Intervention Clasification (NIC).

Pada kedua klien sama-sama dilakukan rencana keperawatan antara

lain kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dini sesuai tahapan, monitor

vital sign sebelum dan sesudah latihan, monitor hal terkait mobilisasi
57

(pengeluaran lochea, intensitas nyeri, tinggi fundus uteri, dan luka jahitan

bekas insisi pembedahan).

Intervensi yang disusun yaitu pada kedua klien di lakukan

pengkajian kekuatan otot dan rentang gerak secara periodic melalui

pergerakan ROM, yang bertujuan untuk memperlancar peredaran darah

pada ekstremitas bawah sehingga menngurangi kekakuan dan kesemutan

pada daerah ekstremitas bawah akibat efek samping dari anastesi

(Mochtar, 2015) dan rencana terkait berikan pendidikan kesehatan

mobilisasi dini dan berikan motivasi serta support untuk memulai

pergerakakan, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada

klien tentang pengertian, manfaat, dampak tidak dilakukan, tahapan

mobilisasi dini (Marfush, 2011).

4. Implementasi keperawatan

Berdasarkan rencana tindakan keperawatan diatas, penulis

melakukan tindakan kepada Ny. L dan Ny. D selama masing-masing 3

hari. Tindakan pertama yaitu mengajarkan klien untuk mobilisasi dini

sesuai tahapan. Saat ini sudah banyak tenaga kesehatan yang

menganjurkan ibu setelah melahirkan dengan section caesarea agar segera

melakukan pergerakan pada anggota tubuhnya sesuai dengan tahapan

mobilisasi post section caesarea, karena hal ini dapat bermanfaat dalam

proses pemulihan post section caesarea dan terhindar dari komplikasi pada

ibu masa nifas (Hidayat, 2014).


58

Menurut Kasdu (2008), bahwa pada ibu post section caesarea

memiliki tahapan dalam melakukan mobilisasi dini guna proses pemulihan

pasca operasi dan tidak mengalami komplikasi pada masa nifas.

Kemampuan mobilisasi dini ibu post partum Sectio Caesarea diklakukan

sesuai dengan tahapan yang ada, yaitu 6jam post Caesarea, mobilisasi

yang dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakan ujung

jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mangangkat tumit, menegangkan

otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 10-12 jam post

section Caesarea, melakuakan posisi miring kanan dan kiri yang dapat di

lakukan secara mandiri, setelah 24 jam post Sectio Caesarea melakukan

tahapan berikutnya yaitu posisi duduk. Hari ke 2, belajar berjalan dengan

bantuan kemudian berjalan dengan minimal bantuan. Hari 3-5 ibu harus

sudah mampu berjalan mandiri, dan melakukan aktivitas secara mandiri.

Berikut ini adalah table rincian respon kemampuan mobilisasi

sesuai tahapan yang ditunjukkan oleh Ny. L dan Ny. D

Table 1.4 kemampuan mobilisasi Ny. L dan Ny. D sesuai tahapan.

Respon Ny. L Ny. D


Hari pertama - Klien tampak - Klien tampak
menggerakan ujung jari, menggerakkan ujung
pergelangan kaki, jari, menggerakan
menekuk kaki, pergelangan kaki,
menggeser kaki kearah menekuk kaki,
kanan-kiri menggeser kaki kea rah
- Tampak mirirng kanan kanan dan kiri
dan kiri secara mandiri, - Klien tampak miring
menggeser badanya kanan dan kiri dengan
bantuan
59

Hari kedua - Klien tampak posisi - Klien tampak mampu


duduk di tempat tidur melakukan posisi miring
kanan dan kiri secara
mandiri
- Klien tampak melakukan
posisi duduk di tempat
tidur
Hari ketiga - Klien tampak duduk di - Klien tampak posisi
tepi tempat tidur dan duduk di tepi tempat
turun ke bawah tidur
- Klien tampak belajar - Klien tampak turun dari
berjalan di bantu tempat tidur dan
suaminya memulai belajar berjalan
- Klien tampak berjalan ke di bantu suaminya
kamar mandi secara - klien tampak berjalan
mandiri tanpa bantuan kekamar mandi secara
suaminya mandiri

Dari table di atas, di dapatkan respon klien berbeda, pada nyonya L

cenderung lebih cepat dan berani dalam melakukan mobilisasi dini, Menurut

Perry dan Potter (2009) seperti di atas, orang yang usianya lebih dewasa

mempunyai kecenderungan mampu menahan nyeri dan menganggap mobilisasi

merupakan sesuatu yang harus mereka lakukan pasca operasi, dan pada status

emosional orang dewasa lebih terkontrol dan mampu mengendalikan nyeri

sehingga dapat melakukan mobilisasi dan aktivitas pasca melahirkan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya adalah memonitor hal

terkait mobilisasi dini yaitu pengeluaran lochea, TFU dan intensitas nyeri.

Indikasi mobilisasi di katakana baik dan benar adalah salah satunya dapat dilihat

dari salah satu proses involusi uteri, intensitas nyeri, dan penyembuhan luka.
60

Mobilisasi yang di lakukan dengan benar dan tepat dapat memperlancar sirkulasi

darah di dalam tubuh sehingga mempengaruhi proses penyembuhan luka dan

mengurangi intensitas nyeri, serta dapat mempercepat proses kembalinya rahim

seperti semula dengan memperlancar pengeluara lochea. (Prawiroharjo, 2010).

Table 1.5 respon TFU, Lochea, Nyeri dan Luka selama 3 hari pada Ny. L

dan Ny. D.

Ny. L Ny. D
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2 Hari 3
TFU 2 jari di 2 jari di 2 jari di 2 jari di 2 jari di 2 jari di
bawah bawah bawah bawah bawah bawah
pusat pusat pusat pusat pusat pusat
Lochea Rubra, Rubra, Rubra, Rubra, Rubra, Rubra,
40cc 30cc 20cc 30cc 30cc 20cc
Nyeri 5 4 3 melekat, 6 5 3 melekat,
tidak tidak
terdapat terdapat
kemerahan, kemerahan,
tidak tidak
teraba teraba
panas. panas.

Berdasarkan rincian respon diatas, hasil pengamatan TFU pada kedua

klien selama 3 hari sama yaitu 2 jari dibawah pusat. Intensias nyeri pada kedua

klien sama-sama mengalami penurunan 1 tingkat skala, mobilisasi dapat

bermanfaat dalam melancarkan sirkulasi darah yang cukup oksigen di dalam

tubuh, sehingga akan terjadi proses relaksasi pada serabut nyeri yang dapat

mengakibatkan nyeri pada luka post operasi berkurang (Prasetyo, 2010). Jahitan

pada ke dua klien sama yaitu melekat tidak terdapat kemerahan dan tidak teraba
61

panas, sirkulasi darah yang baik membantu memenuhi kebutuhan nutrisi sel dalam

darah sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan pada Lukas bekas

pembedahan. Aktivitas fisik seperti mobilisasi dini dan keseimbangan nitrogen

dalam tubuh akan baik karena oksigen dalam darah tercukupi dan sirkulasi

menjadi lancar sehingga proses penyembuhan luka menjadi cepat.

Pada data pengeluaran lochea, Ny. L yang cenderung lebih berani

melakukan mobilisasi dini jumlah lochea cenderung menurun, dari hari pertama

ke hari ketiga volumenya menjadi sedikit. Sedangkan pada Ny.D yang sedikit

terlambat melakukan mobilisasi dini, jumlah lochea yang keluar dari hari pertama

hingga hari ketiga cenderung volumenya sama. Menurut Purwanti, Etna dkk

(2013), salah satu indikasi berhasilnya proses mobilisasi dilihat dari pengeluaran

lochea. Pengeluaran lochea berkaitan dengan aktivitas fisik yang memerlukan

oksigen cukup banyak, yang dipengaruhu oleh aliran darah yang kuat. Mobilisasi

yang dilakukan terlambat, akan mengakibatkan proses pengeluaran sisa plasenta

menjadi terlambat.

5. Evaluasi

Pada evaluasi yang dilakukan oleh penulis menggunakan evaluasi SOAP

(Subjectif, Objectif, Assasement, and Planning), hal ini memudahkan penulis

dalam mengevaluasi hasil implementasi yang sudah dilakukan. Tidak terdapat

perbedaan yang berarti terhadap kedua klien yang telah dilakukan tindakan

keperawatan selama masing-masing 3 hari.


62

Dari data perkembangan kedua klien di dapatkan hasil yang sama pada

kekuatan ekstremitas atas 5/5 dan ekstremitas bawah 5/5 yaitu dapat bergerak

bebas mampu menahan benda dan dapat melawan hambatan, rentang gerak bebas

yaitu mampu melakukan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi dengan

maksimal. Menunjukan bahwa penurunan kekuatan otot pada pasien post

Caesarea dengan anastesi spinal berlangsung selama 24 jam, dikarenakan efek

dari obat anastesi yang masih bekerja diperedaran darah (Mochtar, 2015).

Mobilisasi dapat memperlancar peredaran darah yang dapat mempercepat

pemulihan dari efek anastesi spinal pada ekstremitas bawah (Hamilton, 2010).

Hasil perkembangan yang sama juga di di dapat bahwa pada kedua klien

saat evaluasi luka post operasi sama-sama tidak mengalami kemerahan, tidak

teraba panas, dan tidak mengalami pembengkakan, serta jahitan melekat.

Mobilisasi dapta mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa

nyeri. Sirkulasi darah yang baik membantu memenuhi kebutuhan nutrisi sel dalam

darah sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan pada luka bekas pembedahan.

Aktivitas fisik seperti mobilisasi dini dan keseimbangan nitrogen dalam tubuh

akan baik karena oksigen dalam darah tercukupi, dan sirkulasi menjadi lancar

sehingga proses penyembuhan luka pembedahan cepat (Hamilton, 2010)

Dari data kedua klien di dapatkan bahwa penyebab nyeri adalah luka post

operasi, seperti di iris-iris, akan tetapai skala yang di rasakan pada Ny. L dan Ny.

D berbeda, pada Ny. L skala nyeri 3 (0-10), sedangkan pada Ny. D skala nyeri 4

(0-10). Nyeri merupakan sesuatu yang objektif, sehingga hanya orang ynag

merasakanya dan yang paling tepat dan akurat (Andarmoyo, 2013). Nyeri adalah
63

persepsi masing-masing individu yang hanya individu itu sendiri yang dapat

menunjukan seberapa berat nyeri yang di alami (Muttaqin, 2009).

Pada saat evaluasi juga didapatkan data yang menunjukkan bawha TFU

kedua klien turun 2 jari dibawah pusat sesuai dengan dengan pendapat (Myles,

2009)bahwa otot perut dan otot dasar panggul merupakan otot penyokong uterus.

Tanpa otot tersebut maka otot uterus akan lemah serta memberikan manfaat

mengembalikan tonus otot-otot dasar panggul sehingga akan mengembalikan

tonus otot yang baik selama masa nifas, Latihan otot perut dan otot dasar panggul

dapat meningkatkan sirkulasi arah sehingga akan meningkatkan oksigen ke

jaringan yaitu jaringan di endometrium, sehingga involusi uteri akan berjalan

dengan baik.

Untuk hasil perkembangan pada kemampuan mobilisasi saat evaluasi pada

kedua klien sama, keduanya mampu berjalan menuju kamar mandi secara mandiri

hanya pada Ny. D latihan yang di perlukan sedikit lebih lama dari Ny. L, namun

saat di evaluasi beberapa jam setelah latihan pertama berjalan, keduanya mampu

melakukan pemenuhan kebutuhan personal hygiene ke kamar mandi secara

mandiri tanpa bantuan.

Perbedaan hasil perkembangan yaitu, pada pengeluaran lochea pada Ny. L

terjadi penurunan dari 40cc 30cc 20cc, sedangkan pada Ny. D pengeluaran loche

cenderung sama 30cc, 30cc, 20cc. Lochea merupakan salah satu indikasi

keberhasilan dari mobilisasi dini (Purwanti, etna dkk 2013). Salah satu manfaat

dilakukanya mobilisasi dini adalah mempercepat involusi uteri, melakukan


64

mobilisasi post partum dapat memperlancar pengeluaran darah dan sisa plasenta,

kontraksi uterus baik sehingga proses kembalinya Rahim kebentuk semula

berjalan dengan baik, hal ini di sebabkan involusi uteri di pengaruhi oleh aktivitas

fisik yang dilakukan, baik aktivitas karena kontraksi hormone, maupun ion

kalsium (Dewi, 2011). Terbukti bahwa pada Ny. L yang lebih berani dalam

melakukan mobilisasi pengeluaran lochea lancar dibanding Ny. D yang kurang

mampu dan berani dalam melakukan mobiliasi.

Anda mungkin juga menyukai