Anda di halaman 1dari 37

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Indrasari Rengat yang terletak

di aJl.Lintas Timur Sumatera Rengat di Desa Pematang Reba Kecamatan

Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu yang terakreditasi C dengan luas

wilayah 42.606 m2 dan luas bangunan 4.650 m2.

RSUD Indrasari Rengat memiliki instalasi Rawat Inap yang terdiri

dari Irna Interna, Irna Bedah, Irna VIP, Irna perinatologi, Irna Anak, Irna

Kebidanan, dan Irna ICU dengan kapasitas tempat tidur keseluruhan

rawat inap RSUD Indrasari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Sebanyak

154 tempat tidur.

Pada penlitian Studi Kasus ini penulis melakukan penelitian di

Instalasi Rawat Inap Bedah ruangan kelas 2 perempuan dan ruangan kelas

3 laki-laki. Studi kasus ini melibatkan 2 klien sebagai subjek penelitian

yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu klien 1 (Ny.K)

dan klien 2 (Tn.R).

4.1.2 Interpretasi Hasil Studi Kasus

1. Data Asuhan Keperawatan

Pengelolaan pada subjek Ny.K dilakukan pada tanggal 6 juni dan

Tn.R dilakukan pada tanggal 7 juni 2022 pasca operasi appendiktomi

hari pertama.
1) Pengkajian

I. Identitas Diri Klien

Tabel 4.1 Identitas diri Klien I dan II

Ny.K Tn.R
Nama : Ny.K Nama : Tn.R
Umur : 50 Tahun Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Talang Sei.Limau, Alamat : Dusun Kota Medan,
Rakit Kulim kelayang, Indragiri Hulu
Status : Menikah Status : Belum menikah
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Melayu Suku : Melayu
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Pelajar
Tanggal MRS : 3 juni 2022 Tanggal MRS : 4 Juni 2022
Diagnosa medis : Post Operasi Diagnosa medis : Post Operasi
Appendiktomi Appendiktomi
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur dari kedua klien berbeda

dimana Tn.R jauh lebih muda dibandingkan dengan Ny.K serta

keduanya sama-sama mengalami post operasi appendiktomi.

II. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit pada klien I dan II

No Ny.K Tn.R
1. Ruangan Akasia Mahoni
2. Keluhan Utama Ny.K Tn.R mengatakan nyeri pada area
mengatakan luka post operasi appendiktomi
nyei pada area diperut kanan bawah, nyeri
luka post bertambah jika bnyak gerak, pasien
operasi mengatakan merasa mual pasca
appendiktomi beberapa jam operasi.
di perut kanan
bawah. Pasien
mengatakan
Nyeri
bertambah saat
bergerak
3. Riwayat Penyakit P : Nyeri post P : Nyeri post operasi Appendiktomi
Sekarang operasi Q : seperti ditusuk tusuk
Appendiktomi R : perut kanan bawah
Q : seperti S : Skala 6
ditusuk tusuk T : hilang timbul dan tiba tiba
R : perut kanan
bawah
S : Skala 7
T : Terus
Menerus
4. Riwayat Penyakit Tidak ada Pasien mengatakan mengalami hal
Dahulu riwayat yang sama 7 bulan yang lalu.
penyakit
dahulu
6. Catatan penanganan Pasien baru Pasien baru masuk ke RSUD
kasus masuk ke Indrasari rengat melalui IGD rujukan
RSUD dari klinik alda tanggal 4 Juni 2022
Indrasari pukul 19.50 Pasien mengeluh nyeri
rengat melalui perut kanan bawah, setelah
IGD rujukan dilakukan observasi dan dikonsulkan
dari klinik alda kepada dokter spesialis bedah baru
tanggal 3 Juni terdeteksi appendisitis akut lalu di
2022.pasien pindah ruangan RRI bedah dan
mengeluh nyeri direncanakan operasi tanggal 6 juni
perut kanan 2022.
bawah sejak 1
minggu yang
lalu, dan ada
benjolan
diperut, setalah
di observasi
dan
dikonsulkan
kepada dokter
spesialis bedah
terdeteksi
appendisitis
dan
direncanakan
akan operasi
tanggal 6 juni
2022.
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kedua klien sama-sama mengeluh nyeri post

operasi appendiktomi pada perut kanan bawah dengan skala nyeri yang berbeda

yaitu pada klien I lebih dibandingkan dengan klien II

III. Pengkajian keperawatan

Tabel 4.3 Hasil Pengkajian Fokus Klien I dan Klien II

No Ny.K Tn.R
1. Aktivitas sebelum sakit Ny.K dilakukan Aktivitas sebelum sakit yaitu
secara mandiri semua dan aktif sebagai seorang remaja dewasa
melakukan kegiatan rumah tangga, yang aktif pergaulan dan
setelah sakit klien kesulitan untuk melakukan semua aktivitas secara
beraktivitas dan bergerak karena luka mandiri. Setelah sakit klien
post operasi pada perut kanan bawah kesulitan untuk beraktifitas dan
terasa nyeri saat digerakkan, sehingga bergerak bebas karena luka pada
aktivasnya harus dibantu oleh anak dan perut kanan bawah terasa nyeri
keluarganya. saat digerakkan, sehingga
aktivitasnya dibantu oleh ibunya
dan saudaranya.
2. Pola eliminasi pada klien I sebelum sakit Pola eliminasi pada klien II
untuk BAK dalam sehari 3-4 x/hari, sebelum sakit untuk BAK dalam
setelah sakit BAK pasien terpasang sehari 3-4 x/hari, setelah sakit
kateter dan berjumlah 500 ml/hari BAK pasien terpasang kateter dan
Untuk BAB sebelum sakit 1x/hari berjumlah 450 ml/hari
setelah sakit belum ada BAB Untuk BAB sebelum sakit 1x/hari
setelah sakit belum ada BAB
3. Untuk pola istirahat-tidur klien sebelum Untuk pola istirahat-tidur klien
sakit tidak ada masalah, di Rumah sakit sebelum sakit tidak ada masalah,
klien mengatakan mudah untuk tidur 3-4 di Rumah sakit klien mengatakan
x/hari mudah untuk tidur 3-4 x/hari
4. Pola nutrisi pada klien I mengatakan Pola nutrisi pada klien I
sebelum sakit makan 3x/hari, setelah mengatakan sebelum sakit makan
sakit klien tidak selera makan dan mual 3x/hari, setelah sakit klien tidak
pasca operasi. selera makan dan mual pasca
operasi.
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kedua klien mengalami nyeri pada perut

bagian kanan bawah setelah post operasi appendiktomi sehingga menyebabkan

aktivitas, nutrisi, dan istirahat tidur terganggu. Kedua klien juga mengalami

nyeri yang mengakibatkan aktivitas menjadi terbatas

IV. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan fisik pada klien I dan klien II

No Klien I Klien II
1. Keluhan Nyeri pasca luka operasi appendiktomi Nyeri pasca
yang luka operasi
dirasakan appendiktomi
saat ini
2. Kesadaran Composmentis Composmentis
3. Tanda-tanda TD : 120/80 mmHg TD : 110/70
vital P : 22 x/m mmHg
N : 89 x/m P : 20 x/m
S : 36,5 N :80 x/m
BB/TB : 50 kg/155 cm S : 36,4
BB/TB : 50
kg/168 cm
4. Kepala Rambut bersih, hitam dan lurus, sudah Rambut lurus
(meliputi tumbuh uban, penglihatan mata baik, dan bersih,
rambut,mata, sklera tidak ikterik,konjungtiva tidak penglihatan
telinga,hidun anemis, pupil isokor, pendengaran kurang baik,sklera
g/sinus,mulut baik, tidak ada benjolan dan tidak ada tidak ikterik,
) serumen, hidung simetris, bersih, gigi konjungtiva
bersih, mukosa bibir kering, dapat tidak anemis,
berbicara dengan baik pupil isokor,
pendengaran
baik, tidak ada
benjolan dan
bersih, hidung
bersih dan
simetris, gigi
bersih, mukosa
bibir lembab,
dapat berbicara
dengan baik
5. Leher Bentuk leher simetris, warna merata, tidak Bentuk leher
ada benjolan, tidak ada tumor, dan tidak simetris, warna
ada kelenjer thyroid, tidak ada merata, tidak
pembengakkan kelenjer thyroid. ada benjolan,
tidak ada
tumor, dan
tidak ada
kelenjer
thyroid, tidak
ada
pembengakkan
kelenjer
thyroid.
6. Thorax Dada, tidak ada pembengkakan, tidak ada Dada, tidak ada
nyeri tekan ataupun benjolan, paru-paru pembengkakan,
vesikuler,bunyi normal, pernapasan teratur tidak ada nyeri
tekan ataupun
benjolan, paru-
paru
vesikuler,bunyi
normal,
pernapasan
teratur
7. Abdomen I : terdapat luka post operasi appendiktomi I : terdapat luka
diperut kanan bawah. post operasi
A : bising usus 10 x/menit appendiktomi
P : ada nyeri tekan diperut kanan
P : Tympani bawah.
A : bising usus
10 x/menit
P : ada nyeri
tekan
P : Tympani
8. Ekstremitas Atas : terpasang selang infus RL 500 ml Atas :
pada tangan kanan 20 tpm terpasang
Bawah : terpasang kateter ukuran 18, selang infus RL
aliran lancar, warna urine kuning pekat 500 ml pada
kiri kanan 20
tpm
Bawah :
terpasang
kateter ukuran
18, aliran
lancar, warna
urine kuning
bersih
9. Neurologis Tingkat kesadaran compos mentis, klien Tingkat
masih memberikan respon saat ditanya, kesadaran
klien hanya mengeluh sakit pada luka post compos mentis,
operasi appendiktomi. klien masih
memberikan
respon saat
ditanya, klien
hanya
mengeluh sakit
pada luka post
operasi
appendiktomi.
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pemeriksaan fisik kedua klien sebagian

besar normal, hanya pada perut kanan bawah mengalami cidera fisik (prosedur

pasca pembedahan)

V. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1) Klien 1

Dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 3 juni,

Hemoglobin kurang dari batas normal 10.5 g/dL dan Hematokrit juga

kurang dari batas normal 30.5% nilai normal 36-34%, ureum juga kurang

dari batas normal 10 mg/dL nilai normal 19-49, natrium juga kurang dari

batas normal 134 mEq/L nilai normal 136-145, serta kalium juga kurang

dari bats normal 3.0 mEq/L nilai normal 3.3-5.1. Klien dioperasi pada
tanggal 6 juni 2022 pukul 09.45-11.50. saat pengkajian post operasi pada

tanggal 6 januari 2022 pukul 13.30 keluhan utama klien adalah nyeri pada

luka post operasi, didaerah perut kanan bawah, nyeri terasa tertusuk-tusuk,

skala 7 dan dirasakan terus menerus.

Program terapi yang diberikan pada tanggal 6 Juni 2022 sampai

tanggal 8 Juni 2022 yaitu cairan parental RL dengan 20 TPM, injeksi

gracef 3x1 gr per 8 jam melalui intravena, injeksi paramol 3x1 melalui

intravena injeksi ronazole 3x1 melalui intravena.

2) Klien II

Dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 4 juni 2022

leukosit lebih dari batas normal 17,58 (10^3/ul) nilai normal 4-10, dan

pemeriksaan koagulasi PT lebih dari batas normal 16.2 Detik nilai normal

11-16.

Progran terapi klien pada tanggal 7 juni 2022 sampai dengan 9 juni

2022 yaitu cairan parental RL 20 TPM, injeksi fusmomisin 3x1 per 8 jam

melalui intravena, ranitidin 3x1 per 8 jam melalui intarvena, injeksi

ketorolac 3x1 per 8 jam melalui intavena.

3) Analisa Data

Tabel 4.5 Hasil Analisa data pada klien I dan Klien II

No Ny.K Tn.R Penyebab Masalah


1. DS : Klien DS : klien Agens cedera Nyeri akut
mengatakan mengatakan nyeri fisik
nyeri pada luka pada luka post
post operasi operasi
appendiktomi appendiktomi
terasa tertusuk- terasa tertusuk-
tusuk pada tusuk pada bagian
baguian perut kanan bawah
sebelah kanan dengan skala 6 dan
bawah dnegan terasa hilang
skala nyeri 7 timbul.
dan terasa terus DO : klien
menurus menunjukkan
DO : klien ekspresi meringis
menunjukan dan menahan nyeri,
ekspresi terdapat perban
meringis dan pada luka post
teriak karna operasi pada
nyeri teras bagian kanan
akuat, terdapat bawah.
perban pada TD : 140/70
luka post mmHg
operasi pada N : 78 x/menit
bagian kanan RR : 23 x/menit
bawah. S : 37,4 ºC
TD : 135/90
mmHg
N : 82x/menit
RR : 22x/menit
S : 38,0 ºC
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa data subjektif dan data objetif

yang didapat oleh kedua klien memperkuat peneliti untuk mengambil

diagnosa nyeri akut pada klien post operasi appendiktomi.

4) Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.6 Diagnosis Keperawatan pada Klien I dan Klien II


NO. Klien I Klien II

1. Nyeri akut berhubungan Nyeri akut berhubungan

dengan agens cedera fisik dengan agens cedera fisik

(prosedur operasi) (prosedur operasi)

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jedua klien mengalami masalah

keperawatan yang sama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agnes

cedera fisik (prosedur pembedahan)

5) Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.7 Intervensi keperawatan pada Klien I dan klien II

Intervensi Keperawatan
Ny.K Dx : nyeri akut berhubungan dengan agnes cedera fisik, tujuan
Tn.R intervensi yang dilakukan adalah setelah dilakukan tindkan
keperawatan 3x24 jam diharapkan masalah klien teratasi
dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakannyeri terkontrol atau berkurang menjadi
skala 2 bahkan 1
- Klien tampaks rileks dan tidak menahan nyeri
- Klien mampu menggunakan tindakan pengurang nyeri tanpa
analgetik
Intervensi :
1. Kaji nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus).
2. Observasi petunjuk nonverbal dan memonitor tanda-tanda
vital
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi distraksi, nafas
dalam, kompres hangat)
4. Dukung untuk mobilisasi serta istirahat tidur yang adekuat
5. Kolaborasi dengan dokter jika tindakan kurang berhasil
dalam pemberian teknik nonfarmakologi, yaitu dengan
pemberian analgetik.
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa intervensi keperawatan yang

dilakukan kedua klien adalah sama supaya mudah untuk melihat

respon kedua klien apabila berbeda.

6) Implementasi Keperawatan

Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan klien 1 (6 Juni 2022) dan klien

II (7 juni 2022) (hari pertama)

No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Melakukan DS : klien mengatakan DS : klien
pengkajian nyeri nyeri pada luka post mengatakan nyeri
secara operasi pada luka post
komprehensif P : luka post operasi operasi
PQRST Q : terasa tertusuk- P : luka post operasi
tusuk Q : terasa tertusuk-
R : pada bagian perut tusuk
kanan bawah R : pada bagian
S : skala 7 perut kanan bawah
T : terasa terus S : skala nyeri 6
menerus T : hilang timbul

DO: klien DO : klien


menunjukkan ekspresi menunjukan
meringis beberapa jam ekspresi meringis
pasca operasi menahan nyeri,
menahan nyeri, terdapat luka post
terdapat luka pada operasi pada bagian
post operasi pada
bagian perut bagian perut kanan bawah
kanan bawah.
2. Observasi petunjuk DS : - DS: -
nonverbal dan DO: ekspresi wajah DO : Ekspresi wajah
memonitor tanda- klien tampak meringis klien tampak
tanda vital nyeri meringis kesakitan
TD : 135/90 mmHg TD : 140/70 mmHg
N : 82x/menit N : 78 x/menit
RR : 22x/menit RR : 23 x/menit
S : 38,0 ºC S : 37,4 ºC

3. Ajarkan teknik DS : klien mengatakan DS : klien


nonfarmakologi mengerti bagaimana mengatakan
(relaksasi distraksi, cara melakukan nafas mengerti bagaimana
nafas dalam, dalam dan kompres cara melakukan
kompres hangat) hangat nafas dalam dan
kompres hangat
DO : klien dan
keluarga tampak DO : klien dan
kooperatif dan dapat keluarga tampak
mempraktikkannya kooperatif dan dapat
mempraktikkannya
4. Dukung istirahat DS : klien mengatakan DS : klien
tidur yang adekuat bersedia untuk mengatakan bersedia
istirahat dan tidur untuk istirahat dan
yang cukup tidur yang cukup

DO : klien terlihat DO : klien terlihat


beusaha untuk tidur beusaha untuk tidur
dengan
mendengarkan
murrotal alquran di
youtube
5. Kolaborasi DS : klien mengatakan DS : klien
pemberian bersedia menerima mengatakan bersedia
analgetik injeksi obat menerima injeksi
obat
DO : obat masuk
melalui intravena DO : obat masuk
tidak ada tanda gejala melalui intravena
alergi tidak ada tanda
gejala alergi
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pada hari pertama, kedua klien

masih terlihat lemah dan menahan nyeri, skla nyeri yang dirasakan

klien masih dalam kategori nyeri berat, kedua klien bersedia untuk di

ajari dan dilatih teknik nafas dalam serta kedua klien mampu untuk

melakukan nafas dalam.

Tabel 4.9 Hasil implementasi keperawatan klien I (7 juni 2022) dan

klien II (8 juni 2022) (hari kedua)

No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Melakukan DS : klien mengatakan DS : klien
pengkajian nyeri nyeri pada luka post mengatakan nyeri
secara operasi pada luka post
komprehensif P : luka post operasi operasi
PQRST Q : terasa tertusuk- P : luka post operasi
tusuk Q : terasa tertusuk-
R : pada bagian perut tusuk
kanan bawah R : pada bagian
S : skala 5 perut kanan bawah
T : hilang timbul S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
DO: Ekspresi wajah
klien tampak meringis DO : ekspresi wajah
saat nyeri terjadi, klien tampak
terdapat luka post meringis saat nyeri
operasi pada perut terjadi, terdapat luka
bagian kanan bawah post operasi pada
perut bagian kanan
bawah
2. Observasi petunjuk DS : - DS: -
nonverbal dan DO: ekspresi wajah DO : Ekspresi wajah
memonitor tanda- klien tampak meringis klien tampak
tanda vital saat nyeri meringis kesakitan
TD : 125/90 mmHg TD : 130/80 mmHg
N : 86x/menit N : 80 x/menit
RR : 22x/menit RR : 21 x/menit
S : 37,6 ºC S : 37,4 ºC
3. Ajarkan teknik DS : klien mengatakan DS : klien
nonfarmakologi menggunakan nafas mengatakan
(relaksasi distraksi, dilam jika nyeri mengerti bagaimana
nafas dalam, muncul cara melakukan
kompres hangat) nafas dalam dan
DO : klien tampak kompres hangat
tidak bisa
berkonsentrasi karena DO : klien
nyeri nya, tetapi bisa melakukan nafas
melakukan nafas dalam dengan benar
dalam dengan benar.
4. Dukung istirahat DS : klien mengatakan DS : klien
tidur yang adekuat bersedia untuk mengatakan bersedia
istirahat dan tidur untuk istirahat dan
yang cukup tidur yang cukup

DO : klien terlihat DO : klien terlihat


beusaha untuk tidur beusaha untuk tidur
dengan
mendengarkan
murrotal alquran di
youtube
5. Kolaborasi DS : klien mengatakan DS : klien
pemberian bersedia menerima mengatakan bersedia
analgetik injeksi obat menerima injeksi
obat
DO : obat masuk
melalui intravena DO : obat masuk
tidak ada tanda gejala melalui intravena
alergi tidak ada tanda
gejala alergi
Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa klien I sulit untuk berkonsentrasi

untuk melakukan teknik nafas dalam sedangkan pada klien II mampu

mengurangi nyeri dengan nafas dalam.

Tabel 4.10 Hasil implementasi keperawatan klien I (8 Juni 2022) dan

klien II (9 juni 2022) (hari ketiga)

No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Melakukan DS : klien mengatakan DS : klien
pengkajian nyeri rasa nyeri tidak kuat mengatakan
secara seperti hari mengatakan sudah
komprehensif sebelumnya, klien tidak nyeri seperti
PQRST mengatakan tidurnya hari sebelumnya,
nyenyak dan bisa klien mengatakan
bermobilisasi bertahap tidurnya nyenyak
P : luka post operasi dan bisa
Q : terasa tertusuk- bermobilisasi
tusuk bertahap
R : pada bagian perut P : luka post operasi
kanan bawah Q : terasa tertusuk-
S : skala 3 tusuk
T : hilang timbul R : pada bagian
perut kanan bawah
DO: Ekspresi wajah S : skala nyeri 2
tampak meringis saat T : hilang timbul
masih nyeri terjadi,
klien tampak bisa DO : Ekspresi wajah
miring kanan dan kiri, klien tampak lebih
terdapat luka post nyaman, klien
operasi pada bagian tampak bisa miring
kanan bawah. kanan dan kiri,
terdapat luka post
operasi pada bagian
perut kanan bawah
2. Observasi petunjuk DS : - DS: -
nonverbal dan DO: ekspresi wajah DO : Ekspresi wajah
memonitor tanda- klien tampak meringis tampak lebih tenang
tanda vital saat nyeri TD : 120/80 mmHg
TD : 120/80 mmHg N : 83x/menit
N : 80x/menit RR : 20 x/menit
RR : 22x/menit S : 36,2 ºC
S : 36,4ºC
3. Ajarkan teknik DS : klien mengatakan DS : klien
nonfarmakologi menggunakan nafas menggunakan nafas
(relaksasi distraksi, dalam tetapi masih dalam jika nyeri
nafas dalam, sering terjadi nyeri muncul
kompres hangat)
DO : klien tampak DO : klien
berusaha melakukan nafas
berkonsentrasi untuk dalam dengan benar
melakukan teknik
nafas dalam
4. Dukung istirahat DS : klien mengatakan DS : klien
tidur yang adekuat bersedia untuk mengatakan bersedia
istirahat dan tidur untuk istirahat dan
yang cukup tidur yang cukup

DO : klien terlihat DO : klien terlihat


beusaha untuk tidur beusaha untuk tidur
dengan
mendengarkan
murrotal alquran di
youtube
5. Kolaborasi DS : klien mengatakan DS : klien
pemberian bersedia menerima mengatakan bersedia
analgetik injeksi obat menerima injeksi
obat
DO : obat masuk DO : obat masuk
melalui intravena melalui intravena
tidak ada tanda gejala tidak ada tanda
alergi gejala alergi
Pada tabel 4.10 hari ketiga kedua klien dilakukan implementasi

keperawatan, dapat dilihat bahwa klien 1 masih merasakan nyeri

yang kemungkinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

sedangkan pada klien II sudah tidak nyeri lagi


Tabel 4.11 hasil implementasi keperawatan klien I (9 Juni 2022)

dan klien II (10 juni 2022) (hari keempat)

Tabel 4.12 hasil implementasi keperawatan klien I (10 Juni 2022)

dan klien II (11 juni 2022) (hari kelima)

Tabel 4.13 hasil implementasi keperawatan klien I (11 Juni 2022)

dan klien II (12 juni 2022) (hari terakhir)

7) Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.15 Hasil evaluasi formatif pada klien I dan klien II

Hari Ke 1 Hari Ke 1
Senin, 6 Juni 2022 pukul 13.00 Selasa, 7 Juni 2022 pukul 13.00
Ny.K Tn.R
S: S:
Klien mengeluh nyeri pada luka post Klien mengeluh nyeri pada luka
operasi appendiktomi perut kanan post operasi appendiktomi perut
bawah, nyeri bergerak dan nyeri kanan bawah, nyeri bertambah saat
hilang saat tidak bergerak, saat klien bergerak dan nyeri hilang sat tidak
tidur atau relaksasi bergerak, saat klien tidur atau
- P : luka post operasi relaksasi
- Q : terasa tertusuk-tusuk - P : luka post operasi
- R : pada bagian perut kanan bawah - Q : terasa tertusuk-tusuk
- S : skala 7 - R : pada bagian perut kanan
- T : hilang timbul bawah
O: - S : skala nyeri 6
- Terdapat luka jahit pada perut kanan - T : hilang timbul
bawah O:
- Ekspresi wajah klien tampak - Terdapat luka jahit pada perut
meringis kesakitan kanan bawah
- Klien mampu melakukan relaksasi - Ekspresi wajah klien tampak
nafas dalam secara mandiri meringis saat nyeri
- Setelah diberikan obat nyeri - Klien mampu melakukan
berkurang relaksasi nafas dalam secara
- TD : 135/90 mmHg mandiri, dan distraksi dengan
- N : 82x/menit mendengarkan murrotal alquran
- RR : 22x/menit - Setelah diberikan obat nyeri
- S : 38,0 ºC berkurang
A : masalah nyeri akut belum - TD : 140/70 mmHg
teratasi - N : 78 x/menit
P : lanjutkan intervensi - RR : 23 x/menit
- S : 37,4 ºC
A : masalah nyeri akut belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

Hari Ke 2 Hari Ke 2
Selasa 7 Juni 2022 pukul 09.00 Rabu, 8 Juni 2022 pukul 09.30
Ny.K Tn.R
S: S:
Klien mengatakan nyeri sudah Klien mengatakn nyeri sudah
berkurang, nyeri terasa jika berkurang. Nyeri timbul jika bergerak
bergerak dan nyeri hilang saat dan nyeri hilang saat tidak bergerak
tidak bergerak. Saat tidur atau - P : luka post operasi
relaksasi - Q : terasa tertusuk-tusuk
- P : luka post operasi - R : pada bagian perut kanan bawah
- Q : terasa tertusuk-tusuk - S : skala nyeri 4
- R : lokasi nyeri pada bagian perut - T : hilang timbul
kanan bawah O:
- S : skala 5 - Terdapat luka jahit pada perut
- T : nyeri hilang timbul kanan bawah
O: - Ekspresi wajah klien tampak
- Terdapat luka jahit pada perut meringis saat nyeri
kanan bawah - Klien mampu melakukan relaksasi
- Ekspresi wajah klien tampak nafas dalam secara mandiri, dan
meringis saat nyeri distraksi dengan mendengarkan
- Klien mampu melakukan murrotal alquran
relaksasi nafas dalam secara - Setelah diberikan obat nyeri
mandiri berkurang
- Setelah diberikan obat nyeri - TD : 130/80 mmHg
berkurang - N : 80 x/menit
- TD : 125/90 mmHg - RR : 21 x/menit
- N : 86x/menit - S : 37,4 ºC
- RR : 22x/menit A : masalah nyeri akut belum
- S : 37,6 ºC teratasi
A : masalah nyeri akut belum P : lanjutkan intervensi
teratasi
P : lanjutkan intervensi

Hari Ke 3 Hari Ke 3
Rabu , 8 Juni 2022 pukul 10.00 Kamis, 9 Juni 2022 pukul 10.30
Ny.K Tn.R
S: S:
Klien mengatakan luka post Klien mengatakan luka post operasi
operasi sudah tidak nyeri lagi sudah tidak nyeri lagi seperti
seperti sebelumnya, klien sebelumnya, klien mnegtakan bisa
mnegtakan bisa tidur nyenyak dan tidur nyenyak dan bisa bermobilisasi
bisa bermobilisasi
- P : luka post operasi - P : luka post operasi
- Q : terasa tertusuk-tusuk - Q : terasa tertusuk-tusuk
- R : pada bagian perut kanan - R : pada bagian perut kanan bawah
bawah - S : skala nyeri 2
- S : skala 3 - T : hilang timbul
- T : hilang timbul O:
O: - Terdapat luka jahit pada perut
- Terdapat luka jahit pada perut kanan bawah
kanan bawah - Klien tampak bisa miring kanan kiri
- Klien tampak bisa miring kanan - Ekspresi wajah klien tampak
kiri t meringis saat nyeri
- Ekspresi wajah klien tampak - Klien mampu melakukan relaksasi
meringis kesakitan nafas dalam secara mandiri, dan
- Klien mampu melakukan distraksi dengan mendengarkan
relaksasi nafas dalam secara murrotal alquran
mandiri - Setelah diberikan obat nyeri
- Setelah diberikan obat nyeri berkurang
berkurang - TD : 120/80 mmHg
- TD : 120/80 mmHg - N : 83 x/menit
- N : 80x/menit - RR : 20 x/menit
- RR : 22x/menit - S : 36,2 ºC
- S : 36,4 ºC A : masalah nyeri akut belum
A : masalah nyeri akut belum teratasi
teratasi P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi

4.2 Pembahasan

Pada sub bab ini membahas tentang hasil laporan kasus asuhag keperawatan

nyeri post operasi Appendiktomi pada Ny.K dan Tn.R tanggal 6-11 Juni 2022 di

RRI bedah RSUD Indrasari Rengat. Asuhan keperawatan ini mencakup lima

tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan

1) Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan datadan keluhan utama. Klien pertama

adalah seorang perempuan bernama Ny.K dan klien kedua adalah seorang

remaja laki-laki bernama Tn.R. keduanya sama-sama mengeluh nyeri post

operasi Appendiktomi. Laparotomi adalah prosedur yang membuat irisan

vertikal maupun horizontal besar pada dinding perut ke dalam rongga perut,

tindakan laparatomi di lakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat

pada area abdomen, bila penderita merasakan nyeri perut hebat dan gejala-

gejala lain dari masalah internal yang serius dan kemungkinan penyebabnya

tidak terlihat seperti usus buntu, tukak peptik yang berlubang atau kondisi

ginekologi perlu dilakukan operasi untuk menemukan dan mengoreksinya

sebelum terjadi kerusakan lebih lanjut. Sejumlah operasi yang membuang

usus buntu berawal dari laparatomi.

Pada pasien post operasi mengalami nyeri akut akibat adanya trauma

jaringan yang disebabkan oleh reseksi dan hilangnya efek anastesi. Nyeri

akut merupakan pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan (PPNI, 2017). Nyeri seringkali dikaitkan dengan kerusakan pada tubuh

yang merupakan peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat aktual

maupun potensial. Sesuai dengan kasus Ny.K dan Tn.R dimana klien

merasakan nyeri di area luka post operasi perut kanan bawah, nyeri

bertambah ketika digerakkan dan hilang ketika tidur atau relaksasi.

Kemudian di temukan perbedaan skala nyeri klien pengkajian Ny.L dengan


skala nyeri 7 dan Tn.R dengan skala 6. Menurut Potter dan Herry (2010)

menyatakan bahwa ada banyak instrumen pengukur nyeri salah satunya

penilaian nyeri menggunakan skala penilaian Numerical Rating Scale (NRS)

lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini,

pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.digambarkan skala

numerik yaitu, 0: tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6:nyeri sedang, 7-9:nyeri

berat, 10: nyeri sangat berat. Menurut skala tersebut Ny.K berada di kriteria

nyeri berat, dan Tn.R kriteria nyeri sedang.Skala ini efektif untuk digunakan

saat mengkaji intesitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.

Pengkajian fokus klien sesuai dengan masalah keperawatan nyeri akut

dilihat dari ekspresi nyeri dilihat dari kedua klien sama-sama mengalami

nyeri akut yang diakibatkan dari pembedahan karena trauma langsung yang

dialami oleh kedua klien. Menurut Potter dan Perry (2010) karena tidak

adanya kosakata yang lazim atau spesifik dalam penggunaan secara umum,

kata-kata yang dipilih klien untuk menggambarkan nyeri sangat bervariasi.

Kemungkinan klien akan menggambarkan nyeri sebagai sesuatu yang 63

terasa berat, berdenyut, tajam, atau tumpul. Skala atau intensitas nyeri yang

dirasakan oleh kedua klien berbeda. Klien I (Ny. K) mengatakan nyeri terus

menerus sedangkan pada klien II (Tn. R) mengatakan nyeri hilang timbul.

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) tanda dan gejala nyeri akut yang muncul

data subyektif seperti nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan

bawah, mual,muntah, kembung, tidak nafsu makan, demam, tungkai kanan

tidak dapat diluruskan , diare atau konstipasi, data obyektif seperti nyeri
tekan di titik Mc Burney, spasme otot, takikardi, takipnea, pucat, gelisah,

bising usus berkurang atau tidak ada, demam 38-38,5°c. Dalam penggunaan

skala angka dapat dikatakan bahwa klien I yang berumur 50 tahun

mengalami nyeri berat sedangkan pada klien II yang berumur 20 tahun

mengalami nyeri sedang. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan

nyeri. Menurut Smeltzer dan Bare (2013), pengaruh usia pada persepsi nyeri

dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Namun, cara anak-anak

berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan orang yang berusia lebih

dewasa.

2) Diagnosis Keperawatan

Dari data pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa klien memiliki

masalah keperawatan yaitu nyeri akut. Fokus diagnosa keperawatan yang

diambil yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi). Nyeri adalah bentuk suatu rasa sensorik ketidaknyamanan yang

bersifat subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkiatan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (International

Association For The Study Of Pain, IASP) (Andarmoyo, 2013).

Hal ini sama dengan konsep teori yaitu gangguan yang sering dialami

pada pasien post operasi appendiktomi adalah nyeri, penyebab terjadinya

nyeri setelah tindakan post operasi appendiktomi merupakan hal yang

memang sering terjadi. Nyeri post operasi termasuk ke dalam kategori nyeri
akut dengan karakteristik memiliki awitan yang cepat, mendadak dan

berlangsung dalam waktu yang singkat (Nur Intan dkk, 2014).

Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat akan mengakibatakan nyeri

bertambah dan menyebabkan kecemasan yang dapat disebabkan oleh faktor

yang mengganggu dasar manusia. Dalam diagnosa keperawatan SDKI

(2017) batasan karakteristik penegakan diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) antara lain: mengeluh nyeri,

tampak meringis, bersikap protektif seperti menghindari nyeri), gelisah,

frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas

berubah, nafsu makan berubah, serta menarik diri. Sesuai dengan data pada

kedua klien menunjukkan bahwa kedua klien mengeluhkan nyeri dengan

skala 7 pada Ny.K dan skala nyeri 6 pada Tn.R. lalu pada ekspresi wajah

terlihat menahan nyeri, vital sign yang mengalami meningkatkan yaitu Ny.K

tekanan darah 135/90 mmHg, Nadi 82x/menit, RR 22x/menit, S 38,0 ºC, dan

Tn.R Tekanan darah 140/70 mmHg, Nadi 78 x/menit, RR : 23 x/menit, S :

37,4 ºC.

3) Intervensi Keperawatan

Tujuan yang dibuat mengatasi masalah nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi appendiktomi adalah setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan selama 1x24 diharapkan kriteria hasil: mampu mengontrol

nyeri dengan menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

melaporkan nyeri berkurang dengan skala nyeri menjadi 2-3 dengan

menggunakan manajemen nyeri, tana vital dalam btas normal meliputi


tekanan darah sistolik 90-120 mmHg, tekanan darah diastol 60-80 mmHg,

nadi 60-100x/menit, suhu 36,5-37,5oC dan menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang.

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan

klien adalah mengkaji karakteristik nyeri serta respon verbal dan nonverbal

yang muncul pada klien. Pengkajian ini dilakukan setiap harinya untuk

mengetahui perkembangan nyeri yang dirasakan klien. Hasil pada setiap

pengkajian didapatkan data bahwa setiap harinya skala nyeri klien menurun

dan tanda gejala nyeri perlahan-lahan berkurang.

Menurut PPNI (2017) dalam SIKI untuk diagnosa nyeri akut, tindakan

yang pertama melakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi,

karakteristik, dan faktor pencetus). Karakteristik nyeri dapat dilihat

berdasarkan metode PQRST, perlunya dilakukan pengkajian ini selain untuk

mengetahui nyeri akut, hal ini juga penting dalam tindakan keperawatan

yang tepat diberikan kepada klien untuk mengatasi masalah nyeri akut.

Tindakan kedua yaitu mengobservasi respon nyeri non verbal adanya

ketidaknyamanan. Menurut Asmadi (2012) reaksi terhadap nyeri merupakan

respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, 68 cemas,

meringis, menangis dan menjerit. Didapatkan ekspresi wajah klien tampak

meringis menahan nyeri.

Tindakan yang ketiga yaitu memposisikan klien senyaman klien dan

nafas dalam dapat memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang

singkat dalam mengatasi nyeri. Hasil yang didapat klien mampu menerapkan
teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi (pengalihan berbincang-bincang

dengan keluarga yang menungguinya) yang tepat. Teknik distraksi yang

dilakukan adalah distraksi terbimbing yaitu membayangkan hal-hal yang

menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta

bernagsur-angsur membebaskan diri dari perhatian nyerinya, klien mulai

mengalami efek rileks dari imajinasi terbimbing saat pertama kali mereka

mencobanya. Dan distraksi mendengarkan murrotal alquran dari handohone.

Nyeri mereda dapat berlanjut selama berjam-jam imajinasi digunakan

(Smeltzer 2013).

Tindakan keempat yang dilakukan yaitu penanganan nyeri dengan

pemberian obat kepada klien melalui intervensi farmakologis dilakukan

dalam kolaborasi dengan dokter yang diberikan melalui intravena.

4) Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan kepada Ny.K dan Tn.R adalah sama

dengan hal berikut : monitor nyeri metode PQRST, mengobsrvasi respon

nonverbal klien, ajarkan tentang teknik non farmakologi relaksasi distraksi,

anjrkan istirahat/memposisikan senyaman mungkin, Kolaborasi pemberian

obat analgetik.

Berdasarkan hal tersebut tindakan yang dilakukan adalah untuk

mengatasi masalah nyeri akut pada klien yang melakukan teknik relaksasi

(nafas dalam). Pada tanggal 6 juni 2022 dengan klien I yaitu mengatakan

nyeri berat luka post operasi pada perut kanan bawah skala 7 nyeri

bertambah saat bergerak, nyeri hilang saat tidak bergerak dan waktu tidur.
Sedangkan pada tanggal 7 juni 2022 klien II mengatakan nyeri sedang pada

perut kanan bawah dengan sklaa 6 nyeri bertambah saat bergerak, nyeri

hilang saat tidak bergerak atau tidur. Berdasarkan data diatas terdapat

perbedaan nyeri pada klien I lebih besar dibandingkan dengan klien II. Hal

tersebut sesuai dengan skala penilaian numerik Numerical Rating Scale

(NRS) pada bab 2.

Selanjutnya mengobservasi nyeri dan memposisikan nyaman,

memberikan posisi yang nyaman kepada klien. Posisi yang diinginkan oleh

klien I sendiri yaitu posisi terlentang atau supinasi dengan kepala

tertinggikan dengan satu bantal, maka didapatkan respon klien merasa lebih

baik. Hal ini terlihat dari ekspresi wajah klien tanggal 6 Juni 2022 ekspresi

wajah tampak meringis kesakitan, dan klien tampak tegang tekanan darah

135/90 mmHg, Nadi 82x/menit, RR 22x/menit, S 38,0 ºC. pada klien II

posisi yang nyaman merupakan posisi yang diingkan sendiri yaitu posisi

terlentang atau supinasi dan tanpa batal. Respon klien setelah diberikan

tindakan tersebut meraa lebih baik. Hal ini terlihat dari ekspresi wajah klien

tanggal 9 juni 2022 ekspresi wajah meringis jika nyeri timbul, dan tekanan

darah naik Tekanan darah 140/70 mmHg, Nadi 78 x/menit, RR : 23 x/menit,

S : 37,4 ºC.

Tindakan selanjutnya yaitu mengajarkann teknik relaksasi nafas dalam

dan distraksi. Hasil dan tindkaan tersebut, pada hari pertama tanggal 6 juni

2022 kien I mau melakukan teknik relaksasi nafas dalam, sedangkan pada

klien II pada hari pertama tanggal 7 juni 2022 klien mau melakukan teknik
nafas dalam. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa klien I dan klien II

ingin mengurangi rasa nyeri yang mengganggu dirinya. Tindakan

selanjutnya yang dilakukan adalah kolaborasi pemberian analgetik untuk

klien I dan II.

Hari kedua klien I tanggal 7 juni 2022 mengatakan nyeri pada area

luka post operasi appendiktomi, ekspresi wajah klien tampak meringis saat

terasa nyeri, nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada

perut kanan bawah skala nyeri turun menjasi skala 5 dan nyeri yang

dirasakan terus menerus. Klien II pada tanggal 8 juni 2022 mengatakan nyeri

pada area luka post operasi appendiktomi, eksoresi wajah klien tampak

meringis saat terasa nyeri, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, lokasi

nyeri yaitu pada perut kanan bawah dengan skala nyeri 4 dan nyeri yang

dirasakan hilang timbul.

Rencana selanjutnya mengobservasi respon nonverbal nyeri dan

memposisikan nyaman kepada klien. Posisi yang diingkan oleh klien I

adalah semi fowler. Tanggal 7 juni 2022 ekspresi wajah tampak meringis

hanya saat nyeri , tekanan darah 125/90 mmH, nadi 86x/menit, RR

22x/menit, suhu 37,6 ºC. pada klien II tanggal 8 juni 2022 masih pada posisi

supinal dikarenakan takut bergerak, ekspresi wajah tampak meringis nyeri

dan tegang, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 21 x/menit,

Suhu 37,4 ºC.

Tindakan selanjutnya yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

dan distraksi. Hasil dari tindakan tersebut pada hari kedua tanggal 7 juni
2022 klien 1 dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam/ sedangkan klien

II hari kedua tanggal 8 juni 2022dari tindakan tersebut didapatkan hasil klien

dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam, mengatakan nyeri berkurang,

hanya kurang fokus. Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah kolaborasi

pemberian analgetik untuk klien I dan II.

Pada hari ketiga tanggal 8 juni 2022, klien I mengatakan nyeri pada

area luka post operasi appendiktomi, nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk,

lokasi nyeru pada perut kanan bawah dengan skala 3 dan nyeri yang

dirasakan hilang timbul. Sedangkan pada hari ketiga tanggal 9 juni 2022,

klien II mengatakan nyeri pada area luka post operasi appendiktomi, nyeri

yang dirasakan tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada perut kanan bawah

dengan skala nyeri 2 dan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

Rencana selanjutnya tanggal 8 juni 2022 mengobservasi nyeri dan

memposisikan nyaman, memberikan posisi yang nyaman kepada klien.

Posisi yang diinginkan oleh klien I adalah semi fowler. Ekspresi wajah klien

sudah bisa tersenyum, tekanan darah 120/mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 22

x/menit, Suhu 36,6oC. sedangkan tanggal 9 juni 2022 klien II di hari ketiga

ekspresi wajah klien meringis ketika nyeri datang, tekanan darah 120/80

mmHg, Nadi 83 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,2 ºC.

Tindakan selanjutnya yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

dan distraksi serta kompres hangat. Hasil dari tindkaan tersebut pada hari

ketiga tanggal 8 juni 2022 klien I dapat melakukan teknik relaksasi nafas

dalam, distraksi, serta kompres hangat, responnya nyeri semakin berkurang


setelah dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam dengan rilek,mengatakan

nyeri berkurang setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam skala menjadi

3. Sedangkan klien II hari ketiga tanggal 9 juni 2022 dari tindakan tersebut

didapatkan hasil klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam serta

distraksi yang dipilih, klien mengatakan nyeri berkurang, responnya nyeri

berkurang setelah dilakkan teknik nafas dalam serta distraksi yang dipilih

(mendengarkan musik murrotal alquran) skala nyeri menjadi 2. Tindakan

selanjutnya yang dilakukan adalah kolaborasi pemberian analgetik untuk

klien I dan II.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa klien I lebih cepat

melakukan ambulasi dini dibandingkan dengan klien II. Ambulasi dini

merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca

operasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien

turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan

alat sesuai kondisi pasien.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa klien I dan II bisa

mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam serta distraksi. Nyeri

merupakan respon emosional yang tidak menyenangkan dari individu yang

menggambarkan adanya gangguan maupun kerusakan jaringan, yang

membuat respo individu berbeda. (Potter & Perry, 2010). Nafas dalam

merupakan cara untuk mengurangi rasa nyeri pasien pasca operasi. Potter

dan Perry (2010) menyatakan bahwa ketika teknik relaksasi nafas dalam dan

distraksi ini dilakukan akan mengakibatkan perubahan fisiologi dan perilaku,


ketika teknik relaksasi nafas dalam dilakukan secara tepat pada klien

sehingga dapat merasakan sensasi lepasnya ketidaknyamanan dan stress

dengan menegangkan otot dan kemudian merelaksasikan, saat klien

mencapai relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas

berkurang, distraksi merupakan pengalihan perhatian ke hal yang lain,

dimana akan menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri dan meningkatkan

toleransi terhadap nyeri, secara bertahap klien akan merasakan penurunan

rasa nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik. Smeltzer dan Bare (2013)

menyatakan bahwa tujuan dari tindakan ini menghambat transmisi rasa sakit

ke susunan saraf pusat dan perifer dengan meniru kerja dari enkefalin dan

endorfin. Enkefalin dan endorfin merupakan substansi dalam tubuh yang

mempunyai fungsi sebagai inhibitor atau penghambat transmisi nyeri.

Apabila tubuh mengeluarkan substansi-substansi ini maka efeknya nyeri

menjadi reda.

5) Evaluasi Keperawatan

Setelah beberapa intervensi dilakukan selama 3 hari, penulis akan

mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan tindakan sesuai dengan kriteri

hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Evaluasi yang dilakukan pada Ny.K tanggal 6-8 juni 2022 klien

mengatakan nyeri pada area luka post operasi appendiktomi pada perut

kanan bawah berkurang, nyeri hanya terasa saat bergerak atau menggeser
dan nyeri hilang saat tidak bergerak, saat klien tidur atau relaksasi, nyeri

yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada peru kanan

bawah dengan skala nyeri 3, nyeri hilang timbul dengan durasi tidak

menentu. Ekspresi wajah meringis saat nyeri. Dari data yang didapatkan

menunjukkan bahwa masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera

fisik (prosedur operasi) teratasi sebagian sehingga masih melanjutkan

intervensi.

Evaluasi yang dilakukan pada Tn.R tanggal 7-9 Juni 2022 klien

mengatakan nyeri pada area luka post operasi appendiktomi pada perut

kanan bawah berkurang, nyeri hanya terasa saat bergerak atau menggeser

dan nyeri hilang saat tidak bergerak, saat tidur atau relaksasi, nyeri yang

dirasakan seperti tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada perut kanan bawah

skala nyeri 2, nyeri hilang timbul dengan durasi sebentar tidak menentu.

Ekspresi wajah klien tampak tersenyum. Dari tada yang didapatkan

menunjukkan bahwa masalah nyeri akut klien teratasi sebagaian dan masih

melanjutkan intervensi.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian terhadap kedua pasien tersebut didapatkan

bahwa kedua klien mengalami diagnosa post operasi appendiktomi dengan

fokus studi nyeri akut.

2) Diagnosis keperawatan

Berdasarkan data subjektif dan subjektif dapat disimpulkan bahwa kedua

klien mengalami masalah keperawatan nyeriakut berhubungan dengan agen

pencedera fisik (prosedur pembedahan).

3) Intervensi keperawatan

Dalam mengatasi masalah keperawatan nyeri Setelah dilakukan 6x24 jam

nyeri berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun,

meringis menurun, tidak bersikap protektif, tidak gelisah, kesulitan tidur menurun,

frekuensi nadi membaik, melaporkan nyeri terkontrol menggunakan teknik non


farmakologi, kemampuan mengenali onset nyeri meningkat, melaporkan nyeri

berkurang menjadi 2-3 menggunakan manajemen nyeri, tanda vital dalam batas

normal meliputi tekanan darah sistolik 90-120 mmHg, tekanan darah diastol 60-80

mmHg, nadi 60-100 x/menit, suhu 36,5 oC-37,50OC dan menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

4) Tindakan Keperawatan

Tindakan yang dilakukan pada Ny.M dan Tn.R adalah memonitor nyeri

metode PQRST, mengobservasi respon nonverbal, mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam dan distraksi, memberikan posisi yang nyaman, dan

kolaborasi pemberian analgetik melalui intravena.

5) Evaluasi keperawatan

Pada evaluasi di hari ketiga kedua klien didapatkan hasil masalah Ny.K

teratasi dengan hasil skala nyeri menjadi 3, sedangkan pada Tn.R masalah

teratasi sebagaian dengan hasil skala nyeri menjadi 2.

B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1) Praktisi keperawatan

Bagi praktisi keperawatan yang menangani klien dengan post

Apendiktomi, penatalaksanaan post Apendiktomi yang ditekankan adalah


mengajarkan tindakan non farmakologis relaksasi nafas dalam, distraksi,

kompres hangat untuk mengatasi masalah nyeri klien.

2) Bagi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu sumber untuk mengatasi masalah nyeri akut klien

khususnya pada klien post Apendiktomi.

3) Bagi penulis selanjutnya

Bagi penulis selanjutnya diharapkan mampu menemukan faktor lain

yang menyebabkan timbulnya nyeri pada klien dengan post Apendiktomi

sehingga masalah keperawatan nyeri post Apendiktomi dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai