Anda di halaman 1dari 41

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Study Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

berkedudukan di jalan Prabu Rangkasari Dasan Cermen – Mataram

merupakan Rumah Sakit rujukan dari berbagai kabupaten yang ada di

Provinsi NTB. Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB memiliki

berbagai sarana dan pra sarana yang lengkap, salah satunya yang ada di

ruang gili trawangan. Ruang Gili trawangan yang merupakan ruang

perawatan khusus bagi masalah gangguan sistem urologi, bedah saraf,

umum, onkologi dan bedah plastik. Gili Terawangan mempunyai sembilan

ruangan yang terbagi dalam 6 ruang perawatan, satu ruang jaga perawat,

satu ruang obat dan satu ruang kepala ruangan.

4.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Pasien

Kasus pada penelitian ini yang bertempat di ruang Gili Terawangan

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB pasien atas nama Ny “S”

pasien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB pada tanggal 2

juli 2019 dan pasien dikaji pada tanggal 4 juli 2019 pasien di diagnosa

post op Laparatomi pada kasus Kolelitiasis hari pertama.

55
55
56

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Tanggal pengkajian : 4 juli 2019

Jam Pengkajian : 17.00 Wita

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan

IDENTITAS KLIEN KASUS


a. Identitas klien
Ny “S”
Nama 53 tahun
Perempuan
Umur Batujai, 01-07-1966
Batu jai, Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah
Jenis kelamin
Sasak/Indonesia
Tempat, tanggal/lahir
006735
Alamat SD
Petani
Islam
Suku/bangsa Menikah
-
No.RM Batu Empedu

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Status

Rujukan

Dx. Medis

b. Keluhan utama Nyeri perut kuadran kanan atas

c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli Dalam Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi NTB pada tanggal 17 Mei 2019,
dengan keluhan nyeri perut kuadran kanan atas,
kepala belakang terasa berat, pusing, mual-mual,
dan sakit perut yang tiba-tiba datang, yang sudah
dirasakan pasien sekitar 2 tahun yang lalu. Dari
keluhan tersebut pasien melakukan pemeriksaan
lengkap seperti (USG, Rongten dan Foto thorax)
dan ditemukan pasien positif mengidap batu
57

empedu pasien direncanakan operasi oleh dokter


pada tanggal 4 Juli 2019 karena operasinya
tinggal 2 bulan lagi pasien memutuskan untuk
pulang. Pada tanggal 2 Juli pasien datang kembali
ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
NTB dengan keluhan yang sama nyeri perut
kuadran kanan atas, kepala belakang terasa berat,
pusing, mual-mual, dan sakit perut yang tiba-tiba
datang, yang sudah dirasakan pasien sekitar 2
tahun yang lalu. hasil TTV TD:160/100 N:
80x/menit S:37,40C RR : 23 x/menit. Dari IGD
pasien di pindahkan ke ruang Gili Terawangan
untuk rawat inap persiapan operasi tanggal 4 Juli
2019 Dari ruang rawat inap Gili terawangan pada
tanggal 4 juli 2019, pasien masuk ke kamar
operasi jam 09.00 wita dan keluar dari kamar
operasi jam 11.10 wita. Saat pengkajian post op
pada hari kamis 4 juli 2019 jam 17.00 wita di
dapatkan data pasien mengeluh nyeri pada luka
post operasinya
P : nyeri dibagian luka bekas operasi
Q : pasien mengatakan kualitas nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk benda tajam.
R : pasien mengatakan nyeri yang di rasakan
hanya dibagian perut kanan atas bekas
operasi.
S : pasien mengatakan skala nyeri 7 dengan
intensitas skala nyeri 1-10.
T : pasien mengatakn nyeri terasa berat saat
bergerak dan nyeri sedikit berkurang saat
istirahat dan setelah diberikan obat anti nyeri.
pasien tampak lemas, tampak meringis kesakitan
tampak adanya sayatan luka bekas operasi .
tampak kemerahan di kulit sekitar luka bekas
operasi dan bengkak.
Keadaan umum :Apatis E4 V5 M4
TD : 120/80 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,5 0C
RR : 24 x/menit

d.Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan pernah menderita penyakit


seperti nyeri perut kuadran kanan atas, kepala
belakang terasa berat, pusing,mua-mual, dan sakit
perut yang tiba-tiba datang yang sudah dirasakan
sekitar 2 tahun yang lalu dan ada riwayat
hipertensi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan memiliki penyakit keturunan
seperti hipertensi.

2. GENOGRAM
58

Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan

simbol-simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting, dan

dinamika keluarga dalam beberapa generasi

keterangan:
: Laki-laki : garis perkawinan
: Perempuan : tinggal serumah
:laki- : Laki meninggal : garis keturunan
:pere : Perempuan meninggal : pasien

Penjelasan:
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakak laki-laki pasien sudah
lama menikah, sedangkan kedua orang tua pasien sudah meninggal dunia. Saat pasien
berumur 40 tahun ibu pasien meninggal dunia dan saat pasien berumur 47 tahun ayah
pasien meninggal dunia. Pasien menikah dengan suaminya yang dimana suaminya
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara kedua orang tua dan kakak pertama
suaminya sudah meninggal dunia, sedangkan kakak perempuan nomor dua dari
suaminya sudah menikah. Pasien dan suaminya memiliki empat orang anak dua laki-
laki dan dua perempuan, anak pertama,kedua dan ketigan sudah menikah, sekarang
pasien tinggal bersama dengan suami dan anaknya nomor empat.

3. Pola pengkajian menurut Gordon

a. Pola Manajmen Kesehatan-Persepsi Kesehatan

1) Sebelum sakit
59

Pasien dan keluarga mengetahui bahwa sehat adalah hal yang

sangat penting dalam kehidupan, jika pasien dan keluarga yang sakit

maka pasien dan keluarganya segera membeli obat di warung terdekat

sesuai dengan kriteria sakitnya.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan sangat menyesal karena sebelumnya tidak

pernah memeriksa kesehatannya secara lengkap dan baru menyadari

bahwa pemeriksaan kesehatan itu sangat penting karena dengan

pemeriksaan kesehatan kita bisa tahu penyakit yang dialami dan bisa

mencegah parahnya penyakit tersebut. Dan harapan pasien jika nanti

sudah sembuh akan memperhatian kesehatannya.

b. Pola Metabolik Nutrisi

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit BB 65 dengan TB 134 cm, Hb

12.00, nafsu makannya baik pasien makan 3x sehari , jenis makanan

biasannya nasi dengan lauk pauk buah sayu-sayuran, minum air putih 7-

8 gelas sehari ( 1 gelas= 200 cc).

2) Saat sakit

Pasien mengatakan Pasien mengatakan saat sakit BB menurun dari

65 menjadi 60 kg, TB 134 cm, IMT= 33,5 termasuk dalam kategori

gemu, Hb 11.0 (< Normal ), bibir tampak kering, sejak sakit nafsu

makannya kurang, pasien makan 3x/hari dan selalu merasa kenyang,

setelah makan 2-3 sendok makan yang disediakan rumah sakit dengan
60

jenis makanan yang lunak seperti bubur, minum air putih 2-5 gelas,

kurang lebih 750 ml/hari.

c. Pola Eliminasi

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan BAK 2 –5 kali sehari terutama pada malam

hari, dengan warna kencing kuning , bau khas dan BAB biasanya satu

kali dalam satu hari dengan konsistensi padat,warna kuning, dan bau

khas.

2) Saat sakit

Pasien memakai pampers, pasien BAK hanya 2 kali warna kencing

kuning, bau khas, tidak ada keluhan saat BAK dan belum BAB setelah

operasi.

d. Pola Aktivitas Latihan

1) Sebelum sakit

Pasien mengaatakan beraktivitas di rumah dengan mandiriseperti

makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, berpindah, pasien dapat

melakukan aktivitas secara mandiri tanpa di bantu.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti

biasanya karena sedang dalam keadaan sakit, pasien merasa sedih

karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

Kekuatan otot pasien 3 dapat menggerakkan otot dengan tahanan

minimal misalnya: pasien Dapat menggerakkan tangan.


61

a. Rom pasif : Pasien koperatif, Pasien mampu melakukan Rom pasif

dengan cara di bantu

b. Rom aktif : pasien kopertif, pasien mampu melakukan rom pasif

dengan mandiri tanpa di bantu oleh perawat.

c. miring kiri miring kanan : pasien koperatif, pasien mampu dua jam

miring kiri dua jam miring kanan untuk dengan dibantu oleh perawat

d. Duduk dan berdiri disamping tempat tidur : Pasien Koperatif dan

mampu duduk dan berdiri disamping tempat tidur dengan cara

dibantu oleh perawat

e. Berjalan : Paien koperatif dan mampu berjalan dengan cara dibantu

oleh perawat.

Keterangan 0: Mandiri 1: Alat bantu 2: Di bantu 3: Di bantu 4:Tergantung


orang lain orang lain total
dan alat
Aktivitas 
Mandi 
Berpakaian 
Eliminsi 
Mobilisasi 
ditempat tidur
Berpindah 
Makan 

e. Pola Istirahat – Tidur

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan dapat tidur siang dari jam 13.00 wita sampai

dengan jam 15.00 wita dan pada malam hari pasien tidur jam 22.00 wita

sampai jam 07.00 wita dan tidak ada gangguan dalam tidur.
62

2) Saat sakit

Pasien mengatakan tidurnya terganggu dan kurang nyenyak karena

merasa nyeri di bagian bekas luka, lama tidur kira-kira 3-4 jam sehari,

pasien tidur malam jam 22.00 wita dan terbangun 02.50 wita karena rasa

nyeri yang tiba-tiba datang.

f. Pola Persepsi- Kongnitif

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada tubuhnya, seperti mata

(pengelihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman) perasa dan

peraba. pasien dapat menerima dan mensyukuri segala bentuk dari

tubuhnya.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada tubuhnya kecuali rasa

nyeri pada luka bekas operasi. Dan pasien tetap bersyukur karena

penyakitnya dapat ditangani walaupun dengan jalur operasi.

g. Pola Konsep Diri-Atau Persepsi Diri

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan Pasien bekerja sebagai petani dan berperan sebagai ibu

rumah tangga, pasien mempunyai sifat sangat percaya diri pasien menyukai

semua bagian dari anggota tubuhnya selama ini tidak ada masalah dengan

fisiknya atau psikologisnya

2) Saat sakit
63

Pasien mengatakan mulai merasa terganggu dengan keadaannya

yang sekarang dan kurang percaya diri karena perutnya terlihat tidak

mulus lagi ada bekas jahitan pasca operasi, dan pasien tidak dapat

menjalankan pekerjaannya sebagai petani dan menjadi ibu rumah tangga

di karenakan pasien harus menjalani pengobatan di rumah sakit pasien

cemas dengan kondisinya karena pergerakannya yang terbatas akibat

nyeri yang dirasakan tetapi setelah beberapa kali di jelaskan pasien

mulai menerima penyakitnya saat ini dan bersemangat menjalani

pengobatan.

h. Pola Hubungan Peran

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan dirinya sebagai ibu rumah tangga, pasien

bekerja sebagai petani untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan dengan seperti ini, peranannya sebagai ibu

rumah tangga terganggu, dalam hal mengasuh anaknya dan pasien tidak

bisa bekerja seperti biasanya guna mencari rizki tambahan untuk

keluarganya.

i. Pola Reproduksi- Seksualitas

1) Sebelum sakit
64

Pasien mengatakan hubungan dengan Suaminya tidak ada masalah,

dan pasien melakukan hubungan suami istri sesuai dengan pemahaman

yang dimiliki dan tidak ada masalah pada seksualitasnya.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan selama sakit dan berada di rumah sakit pasien

tidak pernah melakukan hubungan suami istri dikarenakan kondisi

pasien yang sedang sakit dan sekarang pasien tidak menggunakan KB

karena pasien sudah Menopause dengan umurnya 53 tahun.

j. Pola Toleransi Terhadap Stress-Koping

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan apabila ada masalah dalam keluarganya pasien

sering berdiskusi dengan suami dan anggota keluarga yang lain.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan hanya bisa berbaring di tempat tidur karena

kondisinya yang sedang sakit dan pasien tidak bisa ikut campur

memecahkan masalah dalam keluarganya jika terdapat masalah saat ini

dan pasien hanya berfokus pada pengobatan penyakitnya.

k. Pola Keyakinan - Nilai

1) Sebelum sakit

Pasien beragama islam, pasien taat melakukan ibadah, sholat berjamaah

selalu di musholla samping rumahnya dan pasien juga sering mengikuti

kegiatan keagamaan lainya seperti mengaji.

2) Saat sakit
65

Pasien beragama islam dan paasien merasa terhalang melakukan

ibadahnya karena dalam keadaan sakit, pasien percaya bahwa apa yang

dialami saat ini adalah merupakan ujian dari Allah dan pasien menerima

dengan sabar dan ikhlas.

4. Keadaan Post operasi

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran :Apatis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5 °Celcius

Respirasi : 24x/menit

d. GCS : E4 V5 M4

e. Akral : Hangat

f. BB sebelum sakit : 65 kg

g. BB saat sakit : 60 kg

h. Tinggi badan :134 cm

i. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

a. Rambut

a) Inspeksi :Bentuk kepala bulat, terlihat bersih, rambut warna hitam

tidak terlihat adanya lesi atau ketombe.


66

b) Palpasi :Teraba lembut, tidak ada nyeri tekan kepala, rambut tidak

mudah rontok, tidak ada benjolan.

b. Wajah

a) Inspeksi :Tampak bersih, ekspresi wajah menahan nyeridan terlihat

tegang

b) Palpasi :Tekstur wajah halus, tidak ada nyeri tekan

2. Mata

a. Inspeksi :Simetris tampak bersih konjungtiva tidak anemis.

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

3. Telinga

a. Inspeksi :Simetris kiri kanan, tidak ada kelainan pada telinga,

tidak ada kemerahan atau cairan yang keluar dari telinga.

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan/ benjolan

4. Hidung

a. Inspeksi :Bentuk simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada

lesi/luka, tidak ada pernafasancuping hidung.

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

5. Bibir

a. Inspeksi :Terlihat kering, simetris kiri kanan, warna bibir tampak

berwarna merah

6. Leher

a. Inspeksi :Terlihat bersih, warna kulit sama dengan kulit yang lain,

tidak terlihat adanya hiperpigmentasi


67

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya pembesaran

kelenjar tiroid.

7. Paru-paru

a. Inspeksi : Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak

ada penggunaan otot bantu nafas.

b. Palpasi : Tidak ada benjolan

c. Perkusi : Suara nafas sonor

d. Auskultasi : Suara auskultasi paru Vesikular, tidak ada suara nafas

tambahan

8. Jantung

a. Inspeksi :Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada Ictus Cordis

tidak tampak

b. Palpasi :Tidak ada tanda-tanda pembesaran otot jantung.

c. Perkusi :Suara perkusi jantung redup.

d. Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1/S1 (Lub) dan 1/S1 (dub),

tidak ada bunyi jantung tambahan

9. Abdomen

a. Inspeksi :Terlihat adanya luka bekas operasi pada perut kuadran

kanan atas panjang jahitan kira-kira 4 cm luka terlihat masih basah

ada kemerahan disekitar luka dan bengkak.

b. Auskultasi : Terdengar bising usus 9x per menit

c. Perkusi : Tidak ada pembesaran hati, tidak ada cairan atau massa

padat.
68

d. Palpasi : Adanya nyeri tekan sekitar luka bekas operasi

10.Ekstrmitas atas

a. Inspeksi :Kulit bersih, tidak terlihat adanya pembengkakan pada

ekstrimitas atas, kekuatan otot 3, tidak ada bekas lesi/luka terpasang

infus RL drip ketorolac 30 mg 20 tetes/ menit di tang kiri

b. Palpasi :Tidak ada pembengkakan/nyeri tekan

CRT kurang dari 2 detik

11.Ekstrimitas bawah

a. Inspeksi :Keadaan kulit bersih, , kekuatan otot 3 dapat

menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya: Dapat

menggerakkan jari-jari tangan.

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan/ pembengkakan, CRT kurang dari 2

detik, akral teraba sedikit dingin.

4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


a. Hasil pemeriksaan laboratorium
1). Nama Pasien : Ny“S”
2). Pemeriksaan laboratorium : 3 juli 2019
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan penunjang
KASUS
Jenis Hasil Satuan Nilai normal
Pemeriksaan
Hemogolobin 11.0 g/dl 12.0 – 16.0
Leukosit 9.500 uL 4000.10.000
Trombosit 487000 uL 35.0 – 50.0
Elktrosit 5.21 Juta/uL 150.000 – 400.000
MCV 60.2 Fl 80.0 -100.0
69

MCH 16.4 Pg 26.0 -34.0


MCHC 27.2 g/dl 32.4 – 36.0
RDW-SD 16.7 Fl 35.0 – 47.0
PDW 17.4 Fl 9.0 – 13.0
MPV 5.0 Fl 7.2 – 11. 1
PCT 0.24 % 0.15 – 0.40

HITUNG JENIS
Basofil 0.6 % 0.0 – 1.0
Eosinofil 2.8 % 1.0 – 26.0
Neutrofil 74.0 % 50.0 -70.0
Limfosit 13.5 % 20.0 – 40.0
Monosit 8.7 % 2.0 -8.0
Basofil 0.08 10,3/uL 0.00 – 0.10
Eosinofile# 0.37 10,3/uL 0.00 -0.40
Nutrofil# 9.93 10,3/uL 1.50 – 7.00
Limfosit# 1.80 10,3/uL 1.00 – 3.70
Monosit# 1.15 10,3/uL 0.00 – 0.70

Pemeriksaan penunjang 17 mei 2019


1. Rontgen
Hasil Rontgen : kolelitiasis tampak ada echo batu ukuran 0,61 di galblader
2. USG
Hasil USG : Dinding tidak menebal. Mukosa regular, tampak beberapa
echo batu dengan diameter 0,61 cm.
3. Po. Thorax
Hasil po. Thorax : multive gallbladder, cor besar normal, puleo: tak
tampak lapitrat, gallstones.

5. TERAPI
Tabel 4.3 Terapi Obat
KASUS
Obat Dosis Rute Jam Pemberian
1. Infus RL 20 tetes/menit IV 13.45
makro
2. Inj. Ketorolac 1 ampul/ 12 jam IV 08.00 Wita
20.00 Wita
3. Cefotaxim 1 gram / 12 jam IV 08.00 Wita
20.00 Wita

B. Diagnosa Keperawatan
70

1. Analisa Data
Tabel 4.4 Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1 Data subyektif: Pembedahan Nyeri Akut

1) P : Pasien mengatakan 71
nyeri dibagian luka Terputusnya Inkontinuitas
bekas operasi jaringan
2) Q :Pasien mengatakan
kualitas nyeri yang
dirasakan seperti Agen cidera fisik
tertusuk benda tajam.
3) R :Pasien mengatakan
nyeri yang di rasakan
Hal yang merangsang
hanya dibagian perut
pengeluaran histamine dan
kuadran kanan atas
prostaglandin
bekas operasi.
4) S :Pasien mengatakan
skala nyeri 7 dengan
N Etiologi Problem
O Symptom

1) intensitas skala nyeri 1-


10.
2) T :Pasien mengatakan
nyeri terasa berat saat
bergerak dan nyeri
sedikit berkurang saat
istirahat dan setelah
diberikan obat anti
nyeri.
Data obyektif
1) Pasien tampak
meringis kesakitan
2) Keadaan umum :
Composmentis E4 V5
M4
TD : 120/80 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36,50C
RR : 24 x/menit

2. Luka insisi Resiko


Data Subyektif : infeksi

1) Pasien mengatakan Luka insisi terbentuknya stoma


nyeri di bagian luka
bekas operasi
Adanya peningkatan leukosit

Data Obyektif :
1). Pasien tampak
meringis
2). Tampak adanya
sayatan luka bekas
operasi
3).Tampak kemerahan di
kulit sekitar luka bekas
operasi
4).Tampak bengkak di
sekitar luka bekas
operasi
5).Keadaan umum :
Composmentis E4 V5
M4
TD : 120/80 mmhg
N : 80 x/menit
72

2. Rumusan Diagnosa
1) Nyeri Akut berhubungan dengan Terputusnya Inkontinuitas jaringan di
tandai dengan pasien mengatakan nyeri dibagian luka bekas operasi,
pasien mengatakan kualitas nyeri yang dirasakan seperti tertusuk benda
tajam,. Pasien juga mengatakan nyeri yang di rasakan hanya dibagian
perut kanan bawah bekas operasi dengan skala nyeri 7 dengan intensitas
skala nyeri 1-10, pasien mengatakan nyeri terasa berat saat bergerak dan
nyeri sedikit berkurang saat istirahat dan setelah diberikan obat anti nyeri,
Pasien tampak meringis kesakitan Keadaan umum :Composmentis E4 V5
M4 TD : 120/80 mmhg N : 80 x/menit S : 36,50C RR : 24 x/menit.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi di tandai dengan
pasien tampak lemas, tampak meringis kesakitan, tampak adanya sayatan
luka bekas operasi sekitar kurang lebih 4 cm. tampak kemerahan di kulit
sekitar luka bekas operasi, tempak bengkak di sekitar luka bekas operasi
Keadaan umum :Composmentis E4 V5 M4 TD : 120/80mmhg N : 80
x/menit S : 36,50C RR : 24 x/menit leukosit : 9.500
3) Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka post op di tandai
dengan pasien tampak lemas, tampak meringis kesakitan, tampak adanya
sayatan luka bekas operasi sekitar kurang lebih 4 cm. tampak kemerahan
di kulit sekitar luka bekas operasi, tempak bengkak di sekitar luka bekas
operasi Keadaan umum :Composmentis E4 V5 M4 TD : 120/80mmhg N
: 80 x/menit S : 36,50C RR : 24 x/menit.

C. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Intervensi Rasional


Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria
Hasil)
1 Nyeri Akut 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan nyeri secara tingkatan nyeri
Terputusnya komprehensif yang di alami
Inkontinuitas jaringan termasuk durasi, pasien
73

di tandai dengan karakteristik, lokasi,


pasien mengatakan frekuensi, kualitas
nyeri dibagian luka dan faktor
bekas operasi presivitasi.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 2. Ajarkan tehnik 2. Untuk mengurangi
3x24 jam diharapka non farmakologi nyeri yang
nyeri berkurang seperti nafas dirasakan pasien
dengan dalam
Kriteria Hasil :
3. Monitoring TTV 3. Untuk mengetahui
1.pasien tidak TTV pasien
merasakan nyeri
lagi. 4. Berikan obat 4. Untuk meredakan
2.Skala nyeri analgesik sesuai rasa nyeri pasien
berkurang. anjuran dokter
4.TAnda-tanda vital 5. Agar pasien bugar
dalam rentan normal. 5. Anjurkan pasien setelah istirahat
istirahat yang cukup

No Diagnosa Rasional
Keperawatan Intervensi
(Tujuan dan Kriteria
Hasil)

6. Kontrol lingkungan 6.Mengurangi nyeri


yang dapat pasien
memepengaruhi
nyeri seperti
kebisingan
pengunjung

2 Resiko infeksi 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan infeksi tanda-tanda infeksi
adanya luka insisi 2. pertahankan 2. Mencegah
ditandai dengan luka perawatan luka penyebaran
pasien tampak dengan teknik membatasi
kemerahan di kulit aseptik. pertumbuhan
sekitar luka bekas bakteri
operasi, tempak
kemerahan bengkak 3. Berikan obat 3. Untuk mecegah
Setelah dilakukan antibiotic sesuai infeksi pada luka
tindakan keperawatan anjuran dokter Pasien
3x24 jam diharapkan
tidak ada tanda tanda 4. Cuci tangan sebelum 4. Menurunkan resiko
infeksi pada pasien
74

Kriteria Hasil : Intervensi Rasional

1.Klien bebas dari 5. Meminimalkan


tanda dan gejala 5. dan sesudah tindakan penyebaran kuman
infeksi. keperawatan dari luar
2.Menunjukkan 6. Instruksikan kepada
kemampuan untuk pengunjung untuk
mencegah timbulnya mencuci tangan saat
infeksi. berkunjung dan
3.Jumlah leukosit setelah berkunjung
dalam batas normal. meninggalkan pasien 6. untuk mempertahankan
4.Menunjukkan 6. Latih Rom pasif flesibilitasi mobilisasi
perilaku hidup sehat. seperti: sendi dan
Fleksibilitas, mengembalikan kontrol
ektensi, abduksi, motorik
adduksi, rotasi,
pronasi, suoinasi,
inversi, dan eversi
setiap gerakan
dilakukan tiga
kali dengan
frekuensi dua
kali sehari 7. untuk mempertahankan
flesibilitasi mobilisasi sendi
7. Latih Rom Aktif dan mengembalikan kontrol
sesuai kemampuan motorik
setelah diarahkan
rom pasif Rasional
NO
Diagnosa Intervensi
Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria
Hasil)

8.untuk mencegah terjadinya


8. Latih tirah baring dekubitus
(ganti posisi miring
kiri, miring kanan)
setiap dua jam sekali 9.untuk mempercepat
mobilisasi
9. Latih untuk duduk 10.melancarkan peredaran
darah dan membantu
10.Latihambulasi penyembuhan luka dan
(Latihan gerak mengembalikan mobilisasi
dengan tongkat, pasien
tripotwalker)

3. Kerusakan Integritas 1. Mencegah


Kulit berhubungan penyebara kuman.
dengan luka post op di 2. Peredaran darah
tandai dengan pasien 1. Jaga kebersihan kulit lancar.
tampak lemas, tampak agar tetap bersih dan
meringis kesakitan, kering.
2. Mobilisasi pasien
75

tampak adanya sayatan (ubah posisi pasien 3. Mengetahui adanya


luka bekas operasi tiap 2 jam sekali). tanda inflamasi.
sekitar kurang lebih 4 3. Monitor kulit akan 4. Latihan gerak.
cm. tampak kemerahan adanya kemerahan.
di kulit sekitar luka
bekas operasi, tempak 4. Monitor aktivitas dan 5. Keluarga dapat
bengkak di sekitar luka mobilisasi pasien. membantu pasien
bekas operasi Keadaan 5. Lakukan perawatan dalam perawatan
umum :Composmentis luka dengan teknik luka.
E4 V5 M4 TD : steril. 6. Mencegah
120/80mmhg N : 80 perparahan luka
x/menit S : 36,50C 6. Cegah kontaminasi 7. Mengurangi nyeri
RR : 24 x/menit. feses dan urin pasien
Dengan Kriteria Hasil: 7. Berikan posisi yang
1.Integritas kulit yang mengurangi tenganan 8. Untuk mengetahui
mampu di pertahankan pada luka frekuensi luka
2.perfusi jaringan baik 8. Observasi luka :
3.Mampu melindungi lokasi, dimensi,
kulit dan kelembapan granulasi, jaringan
kulit nekrotik, tanda-tanda
4.menunjukan proses infeksi lokal, formasi 9. Untuk pasien
penyembuhan luka traktus. nyaman
9. Anjurkan pasien
menggunakan
pakaian yang longgar 10. Untuk
10. pemberian diet mempercepat
TKTP, vitamin. penyembuhan luka.

D. Implementasi keperawatan
Nama pasien : Ny “S”

Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan

Hari/tgl Jam No. Implementasi Respon Hasil Paraf


Dx

kamis, 4 Juli 17.20 1,2,3 1. Monitor TTV: 1. TTV: Bayu


2019
Wita Tekanan darah TD: 120/80 mmHg

Nadi Nadi: 80x/menit

Suhu Suhu: 36.5ºC

Respirasi Respirasi: 24 x/menit

17.25 1 2. Melakukan 2. Pasien mengatakan Bayu


pengkajian nyeri masih merasakan nyeri
Wita
P: Nyeri di bagian luka
76

bekas operasi.

Q: nyeri masih seperti


tertusuk tusuk

R: nyeri hanya di bagian


luka operasi

S: skala nyeri 7

T:pasien mengatakan
nyeri terasa saat
pasien bergerak
dan pasien tampak
3. Memberikan obat
meringis kesakitan
injeksi
Bayu
Ketorolac 1 ampul/
12 jam

3. Pasien mengatakan
4.memberikan obat injeksi nyerinya berkurang
cefotaxim1 gram/12 jam setelah di injeksi

5. mengkaji tanda-tanda
infeksi

17.40 1
6.mengajarkan Rom pasif
Wita selama 20 menit 4. pasien tampak nyaman

5. luka pasien tampak


bengkak dan
kemerahansekitar luka

6. pasien koperatif setelah


diajarkan rom pasif

Hari/Tgl 17.50 2,3

Wita
Kamis, 4 Juli
2019
18.00 2,3
wit

18.10
wita 2
77

Jam NO. Implementasi Respon Hasil Paraf


Jum’at, 5 juli
2019 DX

7.Mencegah luka 7. Luka tidak terkontaminasi


18.15 2,3 terkontaminasi oleh oleh feses maupun urine Bayu
feses dan urine Karena pasien
Wita menggunakan pampers
8. Memonitor kulit akan 8.Adanya kemerahan di
adanya kemerahan sekitar luka bekas operasi

9.menganjurkan pasien 9.Untuk mengurangi tekanan


18.18 2,3 memakai pakaian yang pada luka
longgar
Wita
10.Memberikan makanan 10. Pasien sedikit bertenaga
sesuai diit yaitu bubur Bayu

18.20 1,2,3 1. Monitor TTV: 1. TTV:


Tekanan darah TD: 120/80 mmHg
Wita
Nadi Nadi: 75x/menit

Suhu Suhu: 36.0ºC

Respirasi Respirasi: 24 x/menit


18.25 1,2,3
2. Pasien mengatakan
Wita 2..Melakukan pengkajian Nyerinya sedikit
nyeri berkurang
P : Nyeri di bagian luka
bekas operasi
08.30 1,2,3 Bayu
Q: nyeri seperti nyut
Wita nyutan
R: nyeri hanya di bagian
bekas luka
S:dengan skala Nyeri 4
Hari/ Tgl T : masih dirasakan saat
bergerak dan tampak
sedikit meringis Bayu
Jum’at 5 Juli kesakitan
2019

08.40 1 3.menganjurkan pasien 3.Pasien tampak tenang dan


istirahat yang cukup nyaman
Wita

4.Memeberikan obat 4.Pasien mengatakan


analgesik sesuai anjuran nyerinya berkurang
dokter Ketorolac 1 seteleah di injeksi skala
ampul/ 12 jam nyeri 4
78

5.Mengajarkan tehnik non


farmakologi seperti nafas 5.Pasien tampak koperatif
dalam untuk mengurangi dan mau melakukan
nyeri teknik nafas dalam setelah
diajarkan oleh perawat

Implementasi
Respon Hasil

6. merawat luka dan 6. luka pasien tampak


mengganti perban bengkakberkurang,
kemerahan berkurang,
kerapatan jahitan bagus,
ada sekitar 4 jahitan dan
tampak perban bersih
setelah dirawat luka.
7. menganjurkan Rom 7. Pasien mengatakan
aktif selama 15 menit mampu melakukan Rom
dengan cara di pandu aktif
09.10 1,2,3 Bayu
wita
8.mengintruksikan 8. keluarga koperatif
pengunjung untuk
mencuci tangan
sebelum Bayu
10.20 mengunjungi pasien
wita 1 9. menginjeksi antibiotik 9. Pasien merasa baikan
cefotaxime

10. Mengajarkan pasien 10. pasien koperatif dan


miring kiri miring kanan pasien tampak nyaman
Bayu
11. melakukan
10.25 perawatan luka
dengan steril 11.untuk mengurangi
Wita 1 infeksi mengeringkat luka
dan untuk kebersihat area
luka
12. Mengkolaborasi ahli
gizi pemberian
makanan tinggi serat 12.Untuk mempercepat
dan bervitamin penyembuhan luka
sesuai Diit yaitu
Bubur
Jam
13. Memberikan posisi
No. Paraf
yang mengurangi
DX 13.Untuk mengurangi
tekanan pada luka
pembengkakan luka
09.30
79

wita 2,3

Bayu

Bayu

09.45
wita
2

Bayu

10.15

Wita
2,3
Bayu

10.20 Bayu
Wita
2,3

10.30 Bayu

Wita
2

Bayu

10.35

Wita
2,3
80

10.40

Wita

1,2,3

11.00

Wita

1,2,3

Hari/Tgl Jam DX Implementasi Respon hasil Paraf

1. Mengukur TTV: 1. TTV:


sabtu , 6 juli 08.30 1,2,3 Bayu
2019 wita Tekanan darah TD: 120/80 mmHg

Nadi Nadi: 80x/menit


Suhu: 36.2ºC
Suhu
Respirasi: 26x/menit
Respirasi
Bayu
2. Pasien mengatakan nyeri
2. Mengkaji tingkat sudah tidak dirasakan
09.00 nyeri pasien skalanya nyeri 1 pasien
1 tampak tenang
Wita
81

3.memberikan injeksi 3. Pasien tampak tidak


obat analgesik merasakan nyeri lagi
sesuai anjuran dokter setelah di injeksi

4. merawat luka pasien 4. luka pasien tampak bersih


11.00 tidak ada tanda-tanda Bayu
infeksi
wita 1

5.pasien mengatakan akan


5.Mengintruksikan pergi mengontrol
pasien untuk lukanya
mengontrol lukanya
09.30 pada hari rabu 10 juli Bayu
2019
Wita 2,3
6.Mengajarkan pasien
untuk duduk di 6. pasien koperatif, pasien
samping tempat tidur mampu duduk dan
dan berdiri di samping berdiri di samping
tempat tidur tempat tidur
09.35 Bayu
7.mengajarkan pasien
1,2,3 berjalan 15 menit

8. Merawat luka dengan 7.pasien Koperatif, pasien


tehnik streril berjalan dengan dibantu Bayu

9. Monitor keadaan luka


Tidak ada kemerahan 8. luka pasien tampak bersih
09.40
10. Menganjurkan pasien
untuk selalu merawat 9. Tidak ada kemerahan Bayu
2
lukanya dengan cara
ke pelayanan
kesehatan terdekat 10. pasien mengatakan akan Bayu
rajin mengontrol
lukanya Untuk proses
kesembuhan pasien

14.00
wita Bayu
2

14.15

Wita
2,3

14.20
82

Wita

2,3

14.30

Wita

2,3

E. Evaluasi Keperawatan
Nama pasien : Ny “S

Tabel 4.7 Evaluasi

No. Dx Hari/tgl Evaluasi

1. Kamis, 4 juli 2019 S :Pasien mengatakan masih merasakan nyeri


P: Nyeri di bagian luka bekas operasi.

Q: nyeri masih seperti tertusuk tusuk

R: nyeri hanya di bagian luka operasi

S: skala nyeri 7

T: pasien mengatakan nyeri terasa saat pasien bergerak


O : pasien tampak meringis
Keadaan umum : Apatis
GCS: E4 V5 M4
TTV:
TD: 120/80 mmHg

Nadi: 80x/menit
2. Kamis, 4 juli 2019 Suhu: 36.5ºC

Respirasi: 24 x/menit

A : Nyeri pasien belum teratasi


P : Intervensi di lanjutkan (1,2,3,4,5,6)

S : pasien mengatakan. Lukanya masih kemerahan


disekitar luka dan tampak bengkak
O : luka pasien tampak masih kemerahan di sekitar luka
83

dan bengkak
Keadaan umum : Apatis
GCS: E4 V5 M4
TTV:
TD: 120/80 mmHg
3. Kamis, 4 juli 2019
Nadi: 80x/menit

Suhu: 36.5ºC

Respirasi: 24 x/menit

A: Resiko infeksi belum teratasi


P : Intervensi di lanjutkan (1,2,3,4,5,6,7,8)

S: pasien mengatakan kemerahan dekat lukanya masih ada


O: luka pasien tampak masih kemerahan di sekitar luka
dan bengkak
Keadaan umum : Apatis
GCS: E4 V5 M4
TTV:
TD: 120/80 mmHg

Nadi: 80x/menit

Suhu: 36.5ºC

Respirasi: 24 x/menit

A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi


P: Intervensi di lanjutkan

No.Dx Hari/tgl Evaluasi


1 Jum’at, 5 juli 2019 S :Pasien mengatakanNyerinya sedikit berkurang
P : Nyeri di bagian luka bekas operasi
Q: nyeri seperti nyut nyutan
R: nyeri hanya di bagian bekas luka
S : dengan skala Nyeri 4
T : masih dirasakan saat bergerak
O : pasien tampak sedikit meringis
. TTV:
TD: 120/80 mmHg

Nadi: 75x/menit

Suhu: 36.0ºC

Respirasi: 24 x/menit

A : nyeri teratasi sebagian


2 Jum’at, 5 juli 2019
P : intervensi di lanjutkan ( 3,4,5,6)

S :pasien mengatakan bengkak di lukanya berkurang,


84

kemerahan berkurang , kerapatan jahitannya


bagsusdan perban bersih setelah dirawat luka
O : Pasien tampak tenang dan nyaman
. TTV:
TD: 120/80 mmHg

Nadi: 75x/menit

Suhu: 36.0ºC
3 Jum’at, 5 juli 2019
Respirasi: 24 x/menit

A : Resiko infeksi kulit teratasi sebagian


P : Intervensi di lanjutkan ( 1,2,7,8)

S: Pasien mengatakan kemerahannya di lukannya


berkurang lukanya mongering sedikit
O: : Pasien tampak tenang dan nyaman
. TTV:
TD: 120/80 mmHg

Nadi: 75x/menit

Suhu: 36.0ºC

Respirasi: 24 x/menit

A: Kerusakan integritas kulit teratasi sebagian


P: Intervensi di lanjutkan

No.Dx Hari/tgl Evaluasi


1 Sabtu, 6 juni 2019 S : Pasien mengatakan nyeri sudah tidak dirasakan
skalanya nyeri 1 pasien tampak tenang
O : Pasien tampak tidak merasakan nyeri lagi setelah di
injeksi
A : nyeri teratasi
P : Intervensi di hentikan

2 Sabtu, 6 juni 2019 S :pasien mengatakan sudah bisa miring kiri miring kanan,
sudah bisa duduk dengan mandiri dan pasien bisa
berjalan walaupun masih dibantu oleh keluargannya
85

O: luka pasien tampak bersih tidak ada tanda-tanda infeksi


A : Resiko infeksi teratasi
P : Intervensi di hentikan

3 Sabtu, 6 juni 2019 S: pasien mengatakan kemerahan di sekitarlukanya tidak


ada
O: Luka tampak bersihmengering
A: Kerusakan integritas kulit teratasi
P: Intervensi di hentikan

3.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas mengenai tindakan

penerapan ambulasi dini pada pasien post op kolelitiasis untuk mencegah

terjadinya infeksi pada Ny “S” usia 53 tahun yang melakukan operasi pada

tanggal 4 juli 2019 . Pembahasan proses asuhan keperawatan ini meliputi


86

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan dengan membandingkan antara teori

dengan kejadian nyata ketika melakukan aplikasi penerapan ambulasi dini

pada pasien post op kolelitiasis untuk mencegah terjadinya infeksi.

4.2.1 pengkajian

Berdasarkan pengkajian post op yang dilakukan pada tanggal 4 juli

2019 pukul 17.00 wita di ruang Gili terawangan, Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi NTB pada kasus kolelitiasis ( Batu Empedu) di peroleh

data identitas Ny ‘S’ umur 53 tahun pasien mengeluh nyeri di bagian

luka bekas operasi di abdomen kuadran kanan atas, kualitas nyeri seperti

tertusuk-tusuk, nyeri di rasakan dibagian perut kuadran kanan bekas

operasi, skala nyeri 7 nyeri terasa berat saat bergerak dan terdapat

kemerahan di sekitar luka bekas operasi dan tampak bengkak. Sesuai

dengan penelitian Helmi (2013) mendefinisikan nyeri merupakan

sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Berdasarkan teori

Sayiner, 2010. Nyeri merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalamiya

karena jahitan post op kolelitiasis dengan posisi luka melintang di perut

kuadran kanan atas dengan panjang jahitan sekitar 4 cm dapat

merangsang nyeri yang begitu hebat. Sesuai dengan penelitian ( Alsen

& Sihombing, 2014) bahwa infeksi luka operasi merupakan infeksi

yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit bagian tubuh masuk

melalui luka bekas insisi yang dapat menimbulkan gejala seperti adanya
87

pus, inflamasi, bengkak, kemerahan dan rasa panas. Berdasarkan teori

(Herdeman,T 2015). Adapun konsep teori dan yang ditemukan pada

pasien yang sama yaitu adanya faktor infeksi seperti peningkatan

paparan organisme phatogen karena adanya jahitan pada luka tampak

kemerahan dan bengkak di sekitar luka bekas operasi.

Ari purwanti, 2016 bahwa kolelitiasis banyak di derita oleh wanita

pada usia lebih dari 40 tahun. Dan hampir mengalami gejala nyeri di

bagian perut kuadran kanan atas. Dan menurut penelitian yang

dilakukan oleh Ndraha, 2014 di dapatkan hasil sebanyak 87 pasien di

diagnosa kolelitiasis dengan rentang usia 40 tahun pasien perempuan

lebih banyak dari pada pasien laki-laki.; (54,47) berbanding (25,42).

Pengkajian pada pola kesehatan fungsional menurut Gordon,

dimana hasil yang didapatkan pada pengkajian pada pola aktivitas

latihan selama sakit pasien mengatakan semua kemampuan perawatan

diri seperti makan, minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat

tidur, berpindah dan ambulasi/ ROM semuanya di bantu orang lain.

Menurut Wahid, 2013 penurunan aktivitas dan latihan pada pasien post

op karena adanya nyeri dan keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak

dibantu orang lain.

Hasil pengkajian pada pola persepsi dan konsep diri, pasien

mengatakan sakit yang dideritanya sebagai sebuah ujian dalam hidupnya

dan pasien berharap setelah menjalani perawatan pasien dapat segera


88

pulih. Perasaan pasien saat dikaji yaitu pasien merasa kurang nyaman

dengan kondisinya karena pasien tidak dapat bergerak secara bebas dan

nyeri yang dirasakannya. Konsep diri pasien: pasien merasa kondisi

sakitnya saat ini membuat dirinya kurang percaya diri, dan malu

sehingga pasien ingin mendapatkan dukungan dan solusi yang baik buat

sakitnya. Hal ini dibuktikan dalam teori bahwa untuk membantu pasien

mencapai kembali kontrol dan mencapai rasa makna diri dibutuhkan

pentingnya dorongan dan pendekatan yang positif pada pasien (Brunner

dan Suddart, 2014).

Pada pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan tekanan darah

120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36,5°C, frekuensi pernapasan 24

x/menit. Pada pasien dengan pasca operasi tanda – tanda vital

mengalami ketidaknormalan karena adanya gangguan, baik fungsi

maupun bentuk (Muttaqin, 2011). Sedangkan pada pemeriksaan

laboratorium darah rutin menunjukkan adanya peningkatan leukosit

yaitu 11.300 /uL dengan nilai normal 4000 – 10000 /uL. Hal ini dapat

dijelaskan dalam teori Lukman dan Ningsih, 2009 yang menjelaskan

bahwa peningkatan sel darah putih atau leukosit adalah proses stres

normal setelah trauma.

3.2.2 Diagnosa keperawatan

Menurut Nurarif (2015) diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

klien dengan pasien post op kolelitiasis adalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan


89

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post op

Setelah melakukan pengkajian, pengumpulan data dan analisa

data kemudian merumuskan masalah, maka didapatkan 1 diagnosa

prioritas utama keperawatan yang muncul dari kasus Ny. S yaitu Resiko

infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi di tandai dengan pasien

tampak lemas, tampak meringis kesakitan, tampak adanya sayatan luka

bekas operasi sekitar kurang lebih 4 cm. tampak kemerahan di kulit

sekitar luka bekas operasi, tempak bengkak di sekitar luka bekas

operasi Keadaan umum :Composmentis E4 V5 M4 TD : 120/80mmhg

N : 80 x/menit S : 38,50C RR : 24 x/menit Uraian hasil yang diperoleh

dari diagnosa pada kasus Tn. E Merujuk ke diagnosa menurut Asuhan

Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC

(Nurarif, 2015) memiliki kesamaan batasan karakteristik resiko infeksi

yaitu mengeluh pasien tampak lemas, tampak meringis kesakitan,

tampak adanya sayatan luka bekas operasi sekitar kurang lebih 4 cm.

tampak kemerahan di kulit sekitar luka bekas operasi, tempak bengkak

di sekitar luka bekas operasi Dengan demikian peneliti merumuskan

diagnosa resiko infeksi sejalan dengan teori dan kenyataan yang terjadi

yang ditemukan pada tinjauan kasus Ny. S

4.2.3 Intervensi
90

Intervensi keperawatan yang di terapkan pada pasien Post op

kolelitiasis dengan diagnosa resiko infeksi dilakukan dengan penerapan

ambulasi dini seperti Rom pasif dan rom aktif, miring kiri miring kanan,

duduk disamping tempat tidur, berdiri disamping tempat tidur dan

berjalan untuk mencegah terjadinya infeksi. Sesuai dengan Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Anggraini pada tahun 2013 dengan judul

pengaruh ambulasi dini terhadap keberhasilan penyembuhan luka pada

pasien pasca operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

didapatkan hasil bahwa responden yang diberi latihan ambulasi dini,

penyembuhan lukanya baik sebanyak 15 orang (88,2%). Responden

yang tidak diberi latihan ambulasi dini penyembuhan lukanya baik yaitu

3 orang (17,6%), penyembuhan luka buruk 9 orang (52,9%) dan

penyembuhan luka sedang yaitu 5 orang (29,4%).

4.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan fokus pada tindakan penerapan ambulasi

dini dimana yang dilakukan di lapangan dimulai dari Rom pasif rom

aktif, miring kiri miring kanan, duduk dan berdiri disamping tempat

tidur serta berjalan. Sesuai dengan penelitian ( Sari, 2015 dan Jong

2014) yang dimana aktivitas pergerakan ini boleh dilakukan mandiri dan

di bantu oleh perawat dan batas waktu pelaksanaannya.

Menurut ( Sari, 2015 dan Jong 2014 ) Tahapan Ambulasi Dini sebagai

berikut:
91

1. 6- jam pasien diharuskan dapat melakukan Rom pasif.

2. Setelah 6-10 jam pasien dapat melakuakn rom aktif mandiri

3. 10- 16 jam pasien dapat melakukan miring kiri miring kanan

4. 24 jam pasien dapat melakukan duduk

5. 36 jam pasien dapat latihan berjalan

Dapat disimpulkan bahwa implementasi keperawatan pada study kasus ini

fokus pada tindakan penerapan ambulasi dini untuk mencegah terjadinya

infeksi post koleslitiasis.

4.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan, hasil yang ditemukan pada pasien setelah

melakukan tindakan ambulasi dini selama 3x24 jam didapatkan hasil yaitu

keadaan luka bekas operasi tidak ada tanda-tanda infeksi seperti nyeri tekan

berkurang, tidak ada kemerahan disekitar bekas jahitan, tidak ada

pembengkakan, tidak ada eksudat, lochea berwarna merah muda dan suhu

tubuh pasien dalam batas normal (36,0°C), serta dapat meningkatkan

kenyamanan pada pasien setelah dilakukan penerapan ambulasi dini

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan ambulasi dini mampu

mencegah terjadinya infeksi sesuai dengan penelitian (puspitasari, 2011).

Bahwa penerapan ambulasi dini terbukti dapat meningkatkan proses

penyembuhan luka berguna untuk mengurangi rasa tidak nyaman, , mencegah

infeksi dan mempercepat penyembuhan luka jahitan. Hal ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati 2012 bahwasanya


92

penerapan ambulasi dini mampu mencegah terjadinya infeksi luka post

kolelitiasis.

3.3 Keterbatasan Studi Kasus

Dalam melaksanakan studi kasus terkait tindakan penerapan ambulasi

dini pada pasien post op Kolelitiasis untuk mencegah terjadinya infeksi, ada

beberapa keterbatasan yang penulis temukan terutama keterbatasan persiapan

alat sesuai konsep teori akan tetapi hal prinsip yang harus ada untuk ambulasi

dini terlaksana. Selain itu, keterbatasan teoritis terkait sedikit sekali penelitian

orang lain yang sudah melakukan tindakan penerapan ambulasi untuk

mencegah infeksi post kolelitiasis, dan keterbatasan waktu penelitian di rumah

sakit yang singkat.

Selain itu studi kasus yang dilakukan belum bisa dijadikan sebagai

pedoman atau acuan keberhasilan tindakan penerapan ambulasi dini pada

pasien post op Kolelitiasis untuk mencegah infeksi karena penulis hanya

menggunakan satu pasien sehingga tidak ada yang dijadikan sebagai

perbandingan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari masing-masing/

sebagian orang, akan tetapi penulis mampu melakukan tindakan penerapan

ambulasi dini dengan berbagai keterbatasan yang ada.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
93

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien kolestektomi dapat

disimpulkan bahwa pelaksanan ambulasi dini di mulai sejak 6 jam pertam post

op dilakukan Rom Pasif dan Rom Aktif, 6-10 jam post op dilakukan miring

kiri miring kanan sampai 24 jam post op pasien di anjurkan duduk dan 36 jam

berjalan sehingga penerapan ambulasi dini dapat mencegah terjadinya tanda-

tanda infeksi.

5.2 Saran

5.2.1 Masyarakat

Bagi Masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan wawasan kepada orang disekitar tentang ambulasi dini

untuk mecegah terjadinya infeksi post operasi.

5.2.2 Pengembang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kepeerawatan

Bagi STIKES YARSI Mataram diharapkan untuk memberikan pelajaran

atau pengetahuan tentang post operasi dan dapat meberikan sarana

informasi terbaru tentang penatalaksaan pasien post operasi.

5.2.3 Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan penerapan

ambulasi dini pada pasien post operasi dengan cara yang terbaru sehingga

dapat mencegah terjadinya infeksi pada pasien post operasi.


46

Anda mungkin juga menyukai