Anda di halaman 1dari 18

64

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di (RSIA) Rumah Sakit Ibu dan Anak

Banda Aceh yang erletak di Jalan Prof. A. Madjid Ibrahim I No. 3

Banda Aceh, Kelurahan Puge Jurong, Kecamatan Meuraxa, Kota

Banda Aceh. Fasilitas yang tersedia di BLUD rumah sakit ibu dan

anak (RSIA) Aceh antara lain yaitu Rawat jalan, rawat inap, kamar

operasi, instalasi diklat, instalasi IGD, tim tanggap bencana, instalasi

BDRS, instalasi farmasi, instalasi laboratorium, instalasi radiologi,

instalasi rekam medik, asuransi center, instalasi gizi, instalasi PPI,

instalasi loundry, musalla, ATM center.

Penelitian ini menggunakan dua ruang yaitu poli onkologi dan

ruang rawat dewasa yang terletak dilantai tiga. Ruang poli onkologi

adalah ruang yang melayanin masalah penyakit kanker atau tumor

sedangkan ruang rawat dewasa melayani berbagai macam penyakit

termasuk kanker payudara.

2. Gambaran Subjek Studi Kasus

Pada penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) orang subjek yaitu

subjek I (Ny.A) dan subjek II (Ny.N) sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Adapun gambaran subjek penelitian sebagai berikut:


54

a. Subjek I

Subjek I yang berinisial Ny. A, berusia 36 tahun, jenis

kelamin perempuan, beragama islam, status perkawinan adalah

kawin, pekerjaan wiraswasta jumlah anak 2 orang satu laki dan

satu perempuan, pasien adalah seorang yang ramah dan

penyayang di keluargannya, harga diri baik. Subjek I masuk

kerumah sakit tanggal 11 februari 2020 dengan tujuan ingin

memeriksa payudara karna sudah beberapa hari merasa sakit,

dan merasa ada benjolan dibagian axila sebelah kiri. TD:120/90

mmHg, N: 86x/menit, RR: 20x/menit.

b. Subjek II

Subjek II berinisial Ny. N berusia 54 tahun, jenis kelamin

perempuan, beragama islam, alamat lambaro, status perkawinan

adalah kawin, pekerjaan PNS, jumlah anak 4 orang anak dua laki-

laki dua perempuan pasien seorang yang ramah dan penyayang

dikeluarganya. Subjek I masuk keruang rawat dewasa pada

tanggal 11 Februari 2020, dengan alasan demam tinggi dan

menggigil, TD: 124/68 mmHg, N:100x/menit, RR: 20x/menit.

Pasien sudah pernah menjalani kemoterapi sebelumnya.

3. Pemaparan Hasil Fokus Studi

a. Hasil Pengkajian Awal

Pengkajian awal pada subjek studi kasus dilakukan sebelum

intervensi menggunakan panduan lembar observasi Adapun hasil


55

pengkajian awal yang di dapatkan pada subjek tersebut adalah

sebagai berikut:

1). Subjek I

Berdasarkan hasil pengkajian awal didapatkan subjek I

mengatakan awal nya tidak tau dan tidak merasakan sakit

apapun diarea payudara. Pasien merasa aneh dibagian ketiak

dan merasakan ada benjolan saat di pegang terasa bulat dan

bergoyang. Pada saat dilakukan pengkajian pasien

mengatakan tidak merasakan nyeri namun pasien mengatakan

bila nyerinya muncul biasanya ada di skala 5 pasien juga

merasakan sakit dibagian lengan kiri, nyeri yang dirasakan

seperti tertusuk tusuk dan hilang timbul dan nyeri muncul bila

pasien beraktivitas maupun beristirahat.

Pasien mengatakan di payudaranya ada benjolan keras

tetapi sudah sangat lama berada di payudara tapi pasien tidak

memeriksannya ke dokter karna tidak ada rasa sakit sedikit

pun. Kemudian pasien berinisiatif ke dokter penyakit dalam

setelah diperiksa oleh dokter mengatakan pasien mengalami

pembengkakan kelenjar getah bening tetapi dokter tidak

melakukan pemeriksaan radiologi apa pun dan pasien cuman

diberikan obat anti nyeri dan lainnya. Obat yang diberikan pun

tidak semuanya di minum karena terlalu keras pasien merasa

pusing atau hoyong saat meminumnya.


56

Kemudian setelah beberapa bulan, nyeri pasien

bertambah dan pasien langsung ke puskesmas ingin minta

rujukan untuk pemeriksaan lanjut dan pihak puskesmas

memberikan rujukan ke poli onkologi di rumah sakit ibu dan

anak. Setelah itu pasien memeriksakan diri ke dokter, dan

dokter menyarakan pemeriksaan momografi dan USG setelah

itu dokter memvonis pasien mengalami tumor ganas dan harus

segera di operasi dan pasien tidak mau dilakukan operasi karna

harus minta persetujuan dari suami atau keluarga. Pasien

merasa sedih dan takut payudaranya akan dioperasi dan dokter

memberikan jadwal kontrol ulang kepada pasien pada tanggal

20 februari 2020 pada hari itu pasien melakukan pemeriksaan

dengan dokter dan melihat hasil USG dan dokter menyarakan

harus segera dioperasi karena takut akan menyebar ke organ

lain dan pasien masih belum memberikan keputusan yang

jelas.

Pasien mengatakan pola makannya tidak sebaik sebelum

sakit makan sehari 3 kali namun tidak mampu menghabiskan 1

porsi, selera makannya berkurang. Pasien mengatakan dulunya

sering memakan makanan yang cepat saji dan sering membeli

makanan diluar yang tidak tahu bagaimana olahannya dan

pasien saat masak sering menggunakan penyedap makanan.


57

2). Subjek II

Berdasarkan hasil penelitian subjek II mengatakan awal

mula terjadi kanker payudara terdapat lingkaran merah di area

payudara sebelah kiri awalnya tidak terasa sakit apapun di area

payudara setelah beberapa hari terasa denyutan yang hilang

timbul, pasien berfikir cuman sakit biasa pasien berinisiatif dan

keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Zainoel Abidin

Banda Aceh dan saat itulah pasien tau bahwa pasien

mengalami kanker payudara saat diperiksa lanjutin pasien

merasa takut dan banyak dengar bisikan dari luar mengatakan

banyak sekali di suntik untuk mengambil sample dan pasien

merasa cemas dan takut dan tidak mau melakukan

pemeriksaan lanjutan dan pasien berinisiatif berobat kampung

tempat pengobatan kampung diberikan obat herbal serbuk kayu

yang diseduh dan pasien mengkosumsinya beberapa bulan

dan sempat hilang rasa nyerinyaa.

Beberapa bulan kemudian pasien mengalami sesak berat

dan keluarga membawa pasien ke puskesmas dan puskesmas

merujuk ke Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh dan saat di

periksa oleh dokter di Rumah Sakit Meuraxa mengatakan

penyebab ini karena kanker sudah menyebar, dimana ada

cairan di payudara sehingga memasuki paru paru dan

membuat pasien menjadi sesak dan pihak Rumah Sakit


58

Meuraxa tidak ada fasilitas untuk sedot dan dokter merujuk

pasien ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh. Berapa hari kemudian pasien melakukan sedot cairan di

paru paru dan dokter Rumah Sakit Zainoel Abidin juga

menyarankan pasien untuk dilakukan operasi payudara. Tapi

pasien dan pihak keluarga tidak mau karna ingin

menyembuhkan sesak pasien terlebih dahulu setelah sembuh

dari sesak pasien juga masih ragu untuk melakukan operasi.

Berapa bulan kemudian kondisi pasien makin lemah

kanker sudah menyebar ke payudara sebelah kanan, dan

bermunculan luka di area payudara yang semakin hari semakin

banya keluarga membawa pasien berobat ke dokter spesialis

kanker dan ingin meminta solusi bagaimana dan apa yang

harus dilakukan setelah itu dokter menyarakan untuk periksa

lab dan dokter mengambil sample di area payudaranya.

Setelah itu dokter mengatakan ini harus dilakukan kemoterapi

selama 6 kali dalam 20 hari sekali dan dilakukannya di rumah

sakit ibu dan anak banda aceh dan setelah itu kita akan

lakukan pemeriksaan lagi dan nantik akan kita lihat apa harus

di operasi atau tidak. Sekarang pasien sudah melakukan

kemoterapi sebanyak 5 kali dan efek kemo yang dialami pasien

pasien mengeluh setelah dikemo merasa mual dan pengen

muntah dan pasien merasa sangat lemas dan agak susah


59

berjalan karena kaki terasa kebas saat berjalan menggunakan

sendal selalu terlepas karna tidak terasa dibagian kaki. dan

dokter tetap memberikan obat anti mual kepada pasien. Dan

nafsu makan pasien berkurang pada masa masa kemo. Pada

tanggal 10 februari 2020 pasien mengalami demam tinggi dan

menggigil dan keluarga membawa pasien kedokter dan sampai

disana kondisi pasien makin memburuk dan dokter menyarakan

untuk rawat inap sampai kondisi pasien membaik setelah

beberapa hari dirawat pasien menjalani kemo yang terakhir dan

pasien tetap bersemangat dan saat melakukan kemo terakhir

pasien di nyatakan harus melakukan operasi 3 minggu

kemudian dari harus di angkat payudara kiri dan kanan.

Pasien mengatakan pola makannya tidak sebaik sebelum

sakit makan sehari 3 kali namun tidak mampu menghabiskan 1

porsi, selera makannya berkurang. mengatakan sering makan

penyedap saat masak dirumah dan pasien mengatakan kalau

tidak diberikan penyebab rasanya tidak enak. Keluarga pasien

mengatakan pasien sering makan makanan siap saji misal

bakso, mie dan lainnya dan pasien juga jarang olah raga.

b. Hasil Evaluasi

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah

dilakukan terapi Progressive Muscle Relaxation, maka tingkat

nyeri menurun.
60

Table 4.1
Hasil Evaluasi Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Progressive Muscle
Relaxation Pada Subjek I

60
61

No Hari/ Tanggal/ Pre Terapi PMR KET Post Terapi PMR KET
Waktu
1. Rabu P: Ca Mamae P: Ca Mamae
12 februari 2020 Q: Tertarik Tarik Q: Tertarik Tarik
09.30 - 10.00 WIB R: Axsila dan tangan kiri R: Lengan kiri
S: 6 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

Kamis P: Ca Mamae P: Ca Mamae


13 Februari 2020 Q: Tertarik Tarik Q: Tertarik Tarik
2. 10.00 – 11..00 R: Axsila dan tangan kiri R: Lengan kiri
WIB S: 6 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

3. Minggu P: Ca Mamae P: Ca Mamae


16 Februari 2020 Q: Tertarik Tarik Q: Tertarik Tarik
10.30- 11.10 WIB R: Axsila dan tangan kiri R: Lengan kiri
S: 5 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

4. Senin P: Ca Mamae P: Ca Mamae


17 Februari 2020 Q: Tertarik Tarik Q: Tertarik Tarik
08.00- 08.30 WIB R: Axsila dan tangan kiri R: Lengan kiri
S: 4 S: 2
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

Kamis P: Ca Mamae P: Ca Mamae


20 Februari 2020 Q: Tertarik Tarik Q: Tertarik Tarik
5. 10.00-11.00 WIB R: Axsila dan tangan kiri R: Lengan kiri
S: 5 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

Jumat P: Ca Mamae P: Ca Mamae


6. 21 Februari 2020 Q: Tertarik Tarik Q: Tertarik Tarik
10.30-11.20 WIB R: Axsila dan tangan kiri R: Lengan kiri
S: 6 S: 4
T: Hilang timbul T: Hilang timbul
62

Keterangan dari table 4.1 diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan skala nyeri pada subjek I

yaitu hari 1 sampai 4 turun menjadi 2, namun pada hari ke 5 sampai 6 terjadi peningkatan nyeri kembali yaitu

dari 2 menjadi 4.

61
63

Table 4.2
Hasil Evaluasi Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Progressive Muscle
Relaxation Pada Subjek II

62
64

No Hari/ Tanggal/ Pre Terapi PMR KET Post Terapi PMR KET
Waktu
1. Selasa P: Ca Mamae P: Ca Mamae
11 februari 2020 Q: Tertusuk tusuk Q: Tertusuk tusuk
09.30 - 10.00 WIB R: Payudara R: Payudara
S: 7 S: 4
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

Rabu P: Ca Mamae P: Ca Mamae


12 Februari 2020 Q: Tertusuk tusuk Q: Tertusuk tusuk
2. 10.30 – 11..00 R: Payudara R: Payudara
WIB S: 6 S: 4
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

3. Kamis P: Ca Mamae P: Ca Mamae


13 Februari 2020 Q: Tertusuk tusuk Q: Tertusuk tusuk
10.00- 11.00 WIB R: Payudara R: Payudara
S: 5 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

4. Jumat P: Ca Mamae P: Ca Mamae


14 Februari 2020 Q: Tertusuk tusuk Q: Tertusuk tusuk
12.00- 13.10 WIB R: Payudara R: Payudara
S: 5 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul
Sabtu P: Ca Mamae P: Ca Mamae
15 Februari 2020 Q: Tertusuk tusuk Q: Tertusuk tusuk
5. 09.00-10.00 WIB R: Payudara R: Payudara
S: 6 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul

Minggu P: Ca Mamae P: Ca Mamae


6. 16 Februari 2020 Q: Tertusuk tusuk Q: Tertusuk tusuk
10.30-11.20 WIB R: Payudara R: Payudara
S: 5 S: 3
T: Hilang timbul T: Hilang timbul
65

Keterangan dari table 4.2 di atas dapat dilihat bahwa penurunan skala nyeri pada pada subjek ii yaitu,

hari 1 sampai 6 terjadi penurunan skala nyeri setelah dilakukan terapi progressive muscle relaxation skala

nyeri pasien menjadi 3.

63
B. Pembahasan

Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan satu bentuk

terapi relaksasi dengan gerakan mengecangkan dan melemaskan otot-

otot pada tubuh untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik.

Latihan relaksasi ini bertujuan membedakan perasaan yang dialami

saat otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi

tegang (Ramdhani & Putra, 2009 dalam Kurniawan ddk, 2019). PMR

dapat mengurangi kecemasan dan depresi, meningkatkan kualitas

tidur, mengurangi kelelahan dan megurangi nyeri (Kobayashi &

Koitabash, 2016 dalam Fitriani, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian ini yang telah dilakukan oleh penulis

tentang teknik progressive muscle relaxation (PMR) sebelum dan

sesudah dilakukan teknik progressive muscle relaxation (PMR) pada

subjek I dan subjek II mengalami penurunan nyeri dari sedang menjadi

ringan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan

(2019) yaitu pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap

kualitas nyeri pasien kanker payudara dengan kemoterapi dengan

teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata

skala nyeri kanker payudara sebelum diberikan terapi adalah 6,50 dan

nilai sesudah diberikan terapi 1,35. Sehingga terdapat pengaruh terapi

PMR terhadap kualitas nyeri kanker payudara.


67

Menurut asumsi penulis terjadi penurunan tingkat nyeri pada

subjek I dan II pada subjek I terjadi penurunan dikarenakan subjek I

mampu mengikuti teknik progressive muscle relaxation (PMR) yang

telah diterapkan dengan sangat bersemangat dalam melakukan terapi

sehingga motivasi dalam diri pasien meningkat. Pasien juga

mendapatkan dukungan penuh dari keluargannya sehingga pada saat

dilakukan tindakan pasien tampak lebih terbuka pada penelitian. Pada

subjek II terjadi juga penurunan skala nyeri yang dialami pasien, dan

pasien sangat bersemangat melakukan terapi PMR karna merasa

nyaman dan rileks dan keluarga juga sangat antusiasi dalam

memberikan dukungan dan motivasi serta mulai belajar gerakan

gerakan terapi PMR secara mandiri. begitupun saat dilakukan teknik

progressive muscle relaxation (PMR) pasien dapat berkonsentrasi

penuh dalam melakukannya dan dilakukan dengan benar serta

maksimal.

Terdapat perbedaan tingkat nyeri subjek I dan subjek II. Subjek I

lebih sedikit terjadi penurunan nyerinya karena subjek I tidak terlalu

fokus dalam melakukan terapi karena terlalu sibuk dengan

pekerjaannya. Pada subjek II lebih banyak terjadi penurunan karna

subjek II lebih rutin dalam melakukan Teknik progressive muscle

relaxation tindakan terapi ini dilakukan sesuai dengan standar

operasional prosedur yang dilampirkan, hal ini juga mendukung dalam

menurunkan skala nyeri pada pasien.


68

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan kasih, (2019)

dengan judul “Progressive muscle relaxation menurunkan frekuensi

nyeri pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di

posa RSUD dr. Soetomo Surabaya”. Hampir seluruh pasien kanker

payudara mengalami penurunan frekuensi nyeri setelah diberi

intervensi PMR. Sebelum dilakukan progressive muscle relaxation

(PMR) seluruh responden memiliki rerata frekuensi nyeri 13,29 kali per

miinggu. Mayoritas responden mempunyai frekuensi nyeri rerata 7,07

kali perminggu setelah penerapan. Progressive muscle relaxation

(PMR)` Berdasarkan wawancara secara informal terhadap pasien,

sebagian besar pasien mengatakan merasa nyeri berkurang dan

merasa nyaman dengan relaksasi PMR. Pada pasien yang telah

dilakukan PMR mengalami penurunan frekuensi nyeri, hal ini karena

gerakan PMR akan membuat sirkulasi pembuluh darah lancar sehingga

dapat mengurangi frekuensi nyeri.

Berdasarkan data yang ditemukan subjek I dan subjek II terjadi

penurunan tingkat nyeri pada subjek I secara umum terjadi penurunan

tapi pada hari terakhir terjadi peningkatan dikarenakan terjadi

kecemasan yang berlebihan yang dialami pasien karena pasien masih

belum terima bahwa pasien menglami kanker payudara dan harus

segera dioperasi. Sehingga terapi yang diberikan tidak maksimal turun

dibanding hari hari sebelumnya. Pada subjek II tidak terjadi kecemasan


69

dikarenakan pasien sudah lama mengidap penyakit kanker dan pasien

sudah mulai beradaptasi dengan penyakit kankernya

Hal ini berkaitan dengan teori Jenset et.,al., 2010 mengatakan

kanker payudara memberikan dampak fisik dan psikis terhadap

penderitannya. Dampak fisik berupa bentuk tubuh tidak indah lagi,

rambut rontok, kulit menghitam, susah menelan, makan tidak enak,

mual, muntah, dan rasa nyeri. Dampak psikis berupa perasaan cemas,

was-was. Khawatir, takut, distress, bingung, dan khawatir terhadap

kondisi penyakit dan pengobatan yang dijalanin. Hubungan karakteristik

nyeri dan kecemasan sangat kompleks, kecemasan seringkali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan

suatu perasaan kecemasan (Potter & Perry,2006)

Menurut penelitian kasih, (2019) pada tingkat Pendidikan juga

akan mempengaruhi mudahnya seseorang untuk diajari PMR, semakin

tinggi tingkat Pendidikan akan semakin mudah untuk diajari dan mudah

diaplikasikan sehingga akan semakin tinggi keberhasilan untuk

melakukan PMR, terbukti dengan responden nomor 10 dengan

Pendidikan perguruan tinggi dengan nyeri 7 kali dalam satu minggu,

responden nomor 14, 17 kali dengan frekuensi 14 kali dan 10 kali

dalam satu minggu bisa turun 6 kali dan 5 kali.

Pada kasus subjek I dan subjek II terjadi kesamaan dengan

penelitian kasih. (2019). Dimana tingkat Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang untuk diajari terapi PMR sehingga


70

mendukung tingkat keberhasilan penurunan nyeri dimana pada subjek

II berpendidikan perguruan tinggi sehingga terapi yang diberikan mudah

di aplikasikan dan mempengaruhi penurunan nyeri pada pasien.

C. Keterbatasan Penulis

Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga

keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Beberapa

keterbatasan ini adalah:

1. Tidak semua gerakan dilakukan secara optimal sesuai prosedur

karena pasien lemas

2. Antara subjek I dan subjek II tidak sama waktunya ketika dilakukan

penelitian

3. Pasien mendapatkkan terapi obat-obatan dirumah sakit

Anda mungkin juga menyukai