DISUSUN OLEH :
PRESEPTOR AKADEMIK
PRESEPTOR KLINIK
Tanggal :
A. LATAR BELAKANG
ASI (air susu ibu) merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi. Kegagalan menyusui disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah ibu bekerja. Ibu yang
bekerja bukan menjadi suatu alasan untuk tidak dapat menyusui bayi dengan ASI. Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara untuk mengatasi masalah ibu
bekerja adalah dengan cara memerah ASI sebagai persedian di rumah sebelum berangkat
bekerja. ASI perah dapat disimpan di lemari es atau freezer.
Proses penyimpanan ASI merupakan hal penting selanjutnya setelah memerah ASI. Seperti
diketahui bahwa beberapa penelitian menunjukkan ASI perah mengandung lebih sedikit bakteri
dan lebih kecil kemungkinan tumbuh bakteri, selain itu ASI perah juga memiliki tingkat protein
lebih tinggi dibandingkan dengan susu lain.
Cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52.3% belum mencapai target program tahun 2016
sebesar 80%. Secara nasional cakupan menurut provinsi hanya terdapat satu provinsi yang dapat
memenuhi target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84.7%, Peningkatan upaya dalam
penggunaan air susu ibu (ASI) telah disepakati secara global. WHO dan UNICEF dengan
Deklarasi Innocenti (September 1990) dan Konferensi Puncak untuk anak (September 1991)
menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua wanita
harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan (menyusui secara eksklusif),
makanan pendamping ASI (MPASI) diberikan tepat pada waktunya dan terus memberikan ASI
sampai anak berusia 2 tahun. WHO mendefinisikan ASI Eksklusif sebagai pemberian makan
kepada bayi hanya dengan ASI saja, tanpa makanan atau cairan lain (termasuk susu formula)
kecuali obat, vitamin, dan mineral (Setiawati, 2003; Perera et all, 2012; Oche, 2011)
Faktor penyebab ibu tidak mengerti cara penyimpanan ASI yaitu kurangnya pengetahuan dapat
dilihat pada saat diberi pertanyaan yang dan kurangnya informasi yang menyeluruh mengenai
cara penyimpanan ASI diperoleh dari bidan maupun melalui media massa berupa televisi,
majalah, dan internet. Selain pengetahuan dan informasi media massa ada faktor lain yang
memengaruhi ibu tidak mengerti cara penyimpanan ASI yaitu pendidikan, sosial ekonomi,
pekerjaan, dan usia.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
TIU : Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit peserta mampu memahami
pentingnya teknik penyimpanan ASI
1. Defenisi ASI
2. Manfaat ASI
3. Cara penyimpanan ASI
4. Cara menghangatkan ASI yang beku
D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
E. MEDIA PENYULUHAN
1. Power point
Hari :
G. PENGORGANISASIAN
Desripsi tugas :
1. Leader :
b. Memimpin penyuluhan
c. Memimpin diskusi
d. Role model
2. Co. Leader :
3. Fasilitator
4. Observer
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara
b. Melaporkan hasil pengamatannya kepada leader dan semua anggota kelompok sebagai self
evaluasi kelompok
H. SETTING TEMPAT
CI
I C
F
F P
F
O O
Keterangan :
I : Leader : Observer
O
F : Fasilitator P : Peserta
I. KEGIATAN PENYULUHAN
J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Materi Penyuluhan
2) Manfaat ASI
1. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi yang berguna untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta kecerdasan.
2. Melindungi bayi dari alergi.
3. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan
segar.
4. Membantu dalam memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bagi bayi.
5. Bayi dapat lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
6. Bayi tidak sering sakit
3. Saat memerah ASI dan menyimpannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh ibu, yaitu:
1. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI maupun
menyimpannya.
2. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan botol kaca atau
kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan bebas bisphenol A (BPA).
Hindari pemakaian kantong plastik biasa maupun botol susu disposable karena wadah-
wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi. Kontainer harus dicuci dengan air panas dan
sabun serta dianginkan hingga kering sebelum dipakai.
3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan tanggal ASI
diperah.
5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa ASI yang
dipakai adalah ASI yang lebih lama.
6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru pada
wadah penyimpanan.
7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian berikutnya.
8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas tercampur
merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen penting dalam susu.
(IDAI,2014)
4. Panduan Menyimpan ASI Perah untuk Bayi Sehat yang Lahir Aterm
1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu disimpan
2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam keadaan dingin
3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke dalam bak berisi
air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga mencapai suhu pemberian ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air hangat atau air
dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit. Jangan menghangatkan ASI
dengan api kompor secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat memanaskan ASI
secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI dan membentuk bagian panas
yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah bila dimasukkan ke dalam microwave dalam
waktu lama.
6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih dahulu untuk
mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan ulang ASI
yang sudah dihangatkan.
Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa seperti sabun karena hancurnya
komponen lemak. ASI dalam kondisi ini masih aman untuk dikonsumsi. Apabila ASI berbau
anyir karena kandungan lipase (enzim pemecah lemak) tinggi, setelah diperah, hangatkan ASI
hingga muncul gelembung pada bagian tepi (jangan mendidih) lalu segera didinginkan dan
dibekukan. Hal ini dapat menghentikan aktivitas lipase pada ASI. Dalam kondisi inipun kualitas
ASI masih lebih baik dibandingkan dengan susu formul
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI 2014, pusat data informasi Kementerian Kesehatan Mari Dukung
Menyusui dan Bekerja.Diakses pada tanggan 26 maret
Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta.Penerbit Nuha Medika.
Office on Womens Health. 2010. Breastfeeding: Pumping and milk storage. Diunduh
dari:http://www.womenshealth.gov/breastfeeding/pumping-and-milk-storage/pada tanggal 19
April 2014
Center of Disease Control and Prevention. 2010. Proper handling and storage of human milk.
Diunduhdari: http://www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm pad
a tanggal 19 April 2014
La Leche League International. 2012.What are the LLLI guidelines for storing my pumped milk.
Diunduh dari: https://www.llli.org/faq/milkstorage.html pada tanggal 19 April 2014