ARIF KURNIAWAN
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
Dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
Tambusai.
2. Ibu Dewi Anggriani Harahap, M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ibu Ns. Yenny Safitri, M.Kep selaku ketua Program Studi Profesi Ners
iii
4. Bapak Ns. Muhammad Nurman, M. Kep selaku pembimbing I yang telah
serta petunjuk dan membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIA-N) ini.
dan membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.
6. Ibu Ns. Sarika Dewi, S. Kep, selaku narasumber II yang telah memberikan kritik
dan saran dalam kesempurnaan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
ini.
7. Bapak dan ibu dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah
8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam setiap
langkah sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-
N) dengan baik.
iv
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penampilan dan penulisan. Oleh karena itu, penulis
ARIF KURNIAWAN
NIM: 2114409006
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL………………………………………...…………………..…….viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian................................................................................................3
E. Keaslian Penulisan.................................................................................................4
A. Tinjauan Teoritis.................................................................................................5
B. State Of Art.......................................................................................................10
BAB III GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................................13
B. Analisa Data.....................................................................................................15
C. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................16
A.Intervensi Keperawatan.......................................................................................17
B. Implementasi....................................................................................................18
C. Evaluasi............................................................................................................18
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan......................................................................................................21
vi
B. Keterbatasan Penulisan.....................................................................................26
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit jantung dan tuberkulosis. Fraktur bisa terjadi karena kecelakaan, luka
dari benda tajam dan tumpul. Kejadian fraktur mengalami peningkatan dari 7,5%
Data dari WHO 2018 menyatakan bahwa lebih dari satu abad perawatan
bedah telah menjadi bagian penting dari manfaat klinis di dunia. Terhitung 234,2
juta kegiatan dilakukan setiap tahunnya yang didominasi oleh kasus kecelakaan
terkena dampak yang kontras dengan berbagai daerah di Provinsi Riau. Sesuai
tabrakan kendaraan pada periode 2019-2020. Pada tahun 2019 terdapat 911 kasus
kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 1.160 kasus yang
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau mencatat kasus patah tulang termasuk
angka kejadian fraktur femur ekstremitas bawah dari tahun 2019 hingga tahun
1
2
mobilitas post operasi. Isu-isu ini harus diatasi sehingga tidak menimbulkan
komplikasi. Salah satu jenis usahanya adalah Range Of Motion aktif maupun
vaskular, dan meningkatkan gerak dalam beraktivitas. Latihan ini bisa dilakukan
tahun dengan Post Op ORIF Fraktur femur ekstremitas bawah, didapatkan data
pasien mengatakan nyeri dan lemah pada kaki kanan, pasien mengeluh sulit
bergerak, pasien mengatakan kaki kanannya belum bisa digerakkan aktif untuk
pada anggota gerak kanan ekstremitas bawah, kekuatan otot 2, gerak ROM
terbatas.
Motion) ROM pasif terhadap mobilisasi pada asuhan keperawatan Tn. M fraktur
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
ekstremitas bawah.
ekstremitas bawah.
ekstremitas bawah.
ekstremitas bawah.
ekstremitas bawah.
bawah.
bawah.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
2. Aspek Praktis
E. Keaslian Penulisan
1. Feni Yuni Astanti (2017) dengan judul Pengaruh ROM Terhadap Perubahan
terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Sedangkan
a. Fraktur traumatic
kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
b. Fraktur patologis
dalam tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis
lainnya.
5
6
pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam)
2018)
sebagai berikut :
a. Trauma langsung
mengalami kerusakan.
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari dari daerah
3. Penatalaksanaan
2 yaitu :
a. Penatalaksanaan konservatif
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
3) Reduksi tertutup
menggunakan gips.
dengan K-Wire.
b. Terapi Rehabilitative
Rentang nilai kekuatan otot menurut Potter dan Perry dalam Anggraeni
a. Nilai 0
0 (nol).
b. Nilai 1
c. Nilai 2
buruk).
d. Nilai 3
e. Nilai 4
(good/ baik).
f. Nilai 5
aliran darah perifer dan mencegah kekakuan otot/ sendi (Eldawati, 2012).
latihan ROM minimal 2 kali/hari dengan waktu 10 menit untuk setiap latihan.
Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat kan
yang sama setiap sesi, setiap gerak dilakukan 3 kali dengan frekuensi
b. Berikan penjelasan manfaat dan tujuan ROM pada pasien dan keluarga.
B. State Of Art
Peneliti: fungsional.
Astrid et al
Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Metode Penelitian: Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
Quasy Experiment One-Group dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Pretest Postest. signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
(Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Jurnal: otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
Ejournal Stikes Telogorejo Ekstremitas.
2. Effectiveness of range of motion to Hasil Penelitian:
increase joint motion range in stroke Adanya intervensi gabungan atau kombinasi
patients rentang gerak denga latihan ROM dapat secara
signifikan meningkatkan jangkauan gerak anggota
Tahun: tubuh bagian atas dan bawah. Efektif minimal 1
2016 kali sehari dalam waktu 5-15 menit selama 3 hari
dalam 2 minggu dapat mempengaruhi peningkatan
Peneliti: rentang gerak sendi ekstremitas atas dan bawah.
Lailynoor
Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Metode Penelitian: Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
Quasy Experiment One-Group dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Pretest Postest. signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
(Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Jurnal: otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
International Agronursing Ekstremitas.
Conference
3. The Effect Range of Motion (Rom) Hasil Penelitian:
Exercise on Lower Extremities Joint Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah
Pain Level for Elderly pemberian latihan ROM dengan nilai p 0,014
dimana Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan
Tahun: nilai rerata skala nyeri yang signifikan antara
2018 sebelum dan sesudah latihan ROM.
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
Pada BAB ini menjelaskan tentang rangkuman asuhan keperawatan pada Tn.
(SD) yang bekerja sebagai wiraswasta, alamat Rumbai, Pekanbaru, Riau. Alasan
masuk rumah sakit pasien terjatuh dari tangga rumahnya pada tanggal 07 Januari
2022 pukul 11.00 WIB, pasien mengatakan kaki kanannya kebas dan tidak mau
Pekanbaru.
pasien mengatakan nyeri dan lemah pada kaki kanan, pasien mengatakan nyeri ada
kaki kanan yang mengalami fraktur, P: nyeri semakin terasa jika bergerak, Q:
nyeri terasa cenat cenut, R: dibagian kaki kanan yang mengalami fraktur dan luka,
bisa digerakkan aktif untuk beraktivitas dikarenakan +2 hari post op ORIF, pasien
14
15
anggota gerak kanan ekstremitas bawah, kekuatan otot 2, gerak ROM terbatas,
pasien tampak bedrest total. Pada saat penulis bertanya tentang penyakitnya
kepada pasien, pasien mengatakan belum tau tentang penyakinya dan masih
bingun dengan kondisinya saat ini, pasien tampak bingung, pasien bertanya
tentang penyakit dan kondisinya saat ini. Pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah mengalami penyakit yang sama dengan saat ini. Pasien mengatakan tidak
lebam pada bagian betis, ada perubahan bentuk tulang, luka tertutup dan terbalut
pergelangan kaki masih lemah, kekuatan otot 2 kontraksi halus dapat dirasakan
5 5
2 5
ambulansi/ROM, skor untuk aktivitas dan latihan semua 2 (dibantu oleh orang
vital pada saat pengkajian didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
Pemeriksaan hemostasis protrombin 14,2 detik, kimia klinik gula darah sewaktu
104 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi dari dokter obat injeksi cefazolin 100 mg/8
B. Analisa Data
RR: 20 x/menit
3. Ds: Fraktur ekstremitas Defisit Pengetahuan
- Pasien mengatakan belum mengetahui bawah
tentang penyakitnya
- Pasien mengatakan masih bingung Keterbatasan kognitif
dengan keadaannya saat ini
Do:
- Pasien tampak bingung ketika ditanya
Defisit pengetahuan
tentang penyakitnya
- Pasien bertanya tentang penyakitnya
dan keadaannya saat ini.
C. Diagnosa Keperawatan
muncul yaitu :
A. Intervensi Keperawatan
masalah fraktur femur ekstremitas bawah melalui pemberian latihan ROM pasif
18
19
10.30 WIB 2 1. Kaji kekuatan otot pasien yang S: pasien mengatakan kaki nyeri
mengalami fraktur: dan masih terasa lemah dan kaku
Kekuatan otot 2 O:
11.20 WIB 2. Bantu klien untuk melakukan - Kekuatan otot 2
latihan Range Of Motion (ROM) - Pergerakan masih tampak kaku
pasif: - Kontraksi otot halus dapat
- ROM pada pergelangan kaki dirasakan bila otot diraba
(fleksi dan ekstensi, infersi dan A: Gangguan mobilitas fisik
eversi) belum teratasi
- ROM pada bagian paha (rotasi, P: Intervensi dilanjutkan:
adduksi dan abduksi) - Kaji kekuatan otot pasien yang
- ROM pada bagian lutut (fleksi mengalami fraktur
dan ekstensi) - Bantu klien untuk melakukan
latihan Range Of Motion
(ROM) pasif
10.50 WIB 2 1. Kaji kekuatan otot pasien yang S: pasien mengatakan kaki masih
mengalami fraktur: nyeri namun menjadi tidak kaku
Kekuatan otot 2 ketika dilatih pergerakan
11.00 WIB 2. Bantu pasien untuk melakukan O:
latihan Range Of Motion (ROM) - Kekuatan otot 2 (Otot hanya
pasif: mammpu menggerakkan
- ROM pada pergelangan kaki persendian, tetapi kekuatannya
(fleksi dan ekstensi, infersi dan tidak dapat melawan pengaruh
eversi) gravitasi)
- ROM pada bagian paha (rotasi, - Pergerakan sudah mulai
adduksi dan abduksi) fleksibel
- ROM pada bagian lutut (fleksi A: Gangguan mobilitas fisik
dan ekstensi) belum teratasi
21
P: Intervensi dilanjutkan:
- Kaji kekuatan otot pasien yang
mengalami fraktur
Bantu klien untuk melakukan
latihan Range Of Motion (ROM)
pasif
13 Januari 2022 2 1. Kaji kekuatan otot pasien yang S: pasien mengatakan kaki terasa
10.00 WIB mengalami fraktur: lebih ringan dan tidak kaku
Kekuatan otot 2 digerakkan
10.15 WIB 2. Bantu klien untuk melakukan O:
latihan Range Of Motion (ROM) - Kekuatan otot 3 (dapat melawan
pasif: pengaruh gravitasi tetapi tidak
- ROM pada pergelangan kaki kuat terhadap tahanan)
(fleksi dan ekstensi, infersi dan - Pergerakan sudah tampak
eversi) fleksibel
- ROM pada bagian paha (rotasi, - Klien tampak rileks
adduksi dan abduksi) A: Masalah gangguan mobilitas
- ROM pada bagian lutut (fleksi fisik teratasi
dan ekstensi) P: Intervensi dihentikan.
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian
latihan active range of motion (ROM) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot
pada asuhan keperawata Tn. M dengan post op ORIF fraktur femur ekstremitas
1. Pengkajian
mengatakan nyeri dan lemah pada kaki kanan. Pasien mengeluh sulit
bergerak, pasien mengatakan kaki kanannya belum bisa digerakkan aktif. Data
mengatakan nyeri pada kaki kanan yang mengalami fraktur, P: nyeri semakin
fraktur yaitu dengan mengggunakan look, feel dan move (Anggraeni, 2015).
Look, terdapat luka lebam pada bagian tibia, luka tertutup dan terbalut spalaks
bersih. Feel, pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan bawah, Move,
22
23
2. Diagnosa Keperawatan
dibagian kaki kanan yang mengalami fraktur dan luka, S: skala 5, T: nyeri
(Anggraeni, 2015).
masih lemah pada anggota gerak kanan ekstremitas bawah. Data obyektif
sebagai diagnosa kedua setelah nyeri, karena hambatan mobilitas fisik tidak
3. Intervensi Keperawatan
nyeri akut berkurang dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun, gelisah
nyeri muncul.
Intervensi kaji kekutan otot pasien yang mengalami fraktur, bantu klien
mengikuti kepastian sendi dan jaringan halus, membantu aliran dan nutrisi
based oleh Astrid (2011) yang berjudul Pengaruh Latihan Range of Motion
kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada pasien stroke. Penelitian ini
juga mengungkapkan bahwa baik itu latihan ROM yang dilakukan 4 kali
sehari maupun latihan ROM yang diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama
4. Implementasi Keperawatan
kekuatan otot pasien, kekuatan otot didapatkan 2. Selanjutnya pada jam 11.20
(ROM) pasif pada pergelangan kaki (fleksi dan ekstensi, infersi dan eversi),
pada bagian paha (rotasi, adduksi dan abduksi), dan pada bagian lutut (fleksi
dan ekstensi). Pasien dapat mengikut latihan ROM dengan baik dan mampu
Pada hari kedua tanggal 12 Januari 2022 penulis kembali melatih pasien
melalukan Range Of Motion (ROM) pasif pada pergelangan kaki (fleksi dan
ekstensi, infersi dan eversi), pada bagian paha (rotasi, adduksi dan abduksi),
dan pada bagian lutut (fleksi dan ekstensi). Kekuatan otot yang didapatkan
pada hari kedua setelah dikaji yaitu masih 2, pergerakan masih tampak kaku.
Pada hari ketiga tanggal 13 Januari 2022 penulis kembali melatih pasien
melalukan Range Of Motion (ROM) pasif pada pergelangan kaki (fleksi dan
ekstensi, infersi dan eversi), pada bagian paha (rotasi, adduksi dan abduksi),
dan pada bagian lutut (fleksi dan ekstensi). Kekuatan otot yang didapatkan
pada hari ketiga setelah dikaji yaitu 3, pergerakan sudah agak fleksibel.
27
Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint
evidence based yakni dalam segi waktu dalam pemberian terapi ROM. Pada
penelitian Astrid (2011) latihan ROM diberikan 4 kali sehari selama 7 hari,
sedangkan pada penerapan kasus ini pemberian latihan ROM hanya bisa
diberikan 1 kali sehari selama 3 hari. Namun pada kasus ini tetap didapatkan
peningkatan kekuatan otot pada pasien walaupun tidak terlalu begitu efektif
5. Evaluasi
pasien mengatakan kaki terasa lebih ringan dan tidak kaku digerakkan. Data
Evaluasi akhir gangguan mobilitas fisik terjadi peningkatan kekuatan otot dari
ROM aktif pada ekstremitas bawah sesuai dengan prosedur secara mandiri.
B. Keterbatasan Penulisan
Pada kasus ini didapatkan peningkatan kekuatan otot pada pasien walaupun
tidak terlalu begitu efektif dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki penulis
dalam penerapannya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan nyeri dan lemah pada kaki
kanan, P: nyeri semakin terasa jika bergerak, Q: nyeri terasa cenat cenut, R:
dibagian kaki kanan yang mengalami fraktur dan luka, S: skala 5, T: nyeri
2. Diagnosa yang muncul adalah diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
4. Implementasi yang diberikan pada klien adalah sesuai dengan intervensi yaitu
penkes tentang fraktur femur ekstremitas bawah , sampai masalah teratasi dan
28
29
B. Saran
1. Bagi Keluarga
sama dalam merawat klien, dapat membantu klien untuk selalu dapat
latihan range of motion (ROM) pasif maupun aktif dengan rutin agar
2. Bagi Klien
Astanti. (2017). Pengaruh ROM terhadap Perubahan Nyeri pada Pasien Post Op
Ekstremitas Atas. Jombang: Skripsi: STIKES Insan Cendekia Medika
Jombang.
Astrid. (2011). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot,
Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint
Corolus Jakarta. Ejournal Stikes Telogorejo.
Permana. (2015). Pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah. Jurnal KEMAS.
Purwanti. (2013). Pengaruh latihan range of motion (ROM) aktif terhadap kekuatan
otot pada pasien post operasi fraktur humerus di rsud dr. Moewardi. Jurnal
GASTER Vol. 10 No. 02.
Rino, J. (2021). Pengaruh Range of Motion Aktif terhadap Pemulihan Kekuatan Otot
dan Sendi Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Kampeh. Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi.
Safitri. (2018). Efektifitas ROM Aktif dan Mobilisasi Dini Terhadap Kembalinya
Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Abdomen dengan General Anestesi
di RSUD Kota Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).