Anda di halaman 1dari 42

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN POST OP ORIF


FRAKTUR FEMUR EKSTREMITAS BAWAH MELALUI PEMBERIAN
ROM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MOBILISASI DI RUANG
FLAMBOYAN
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

NAMA : ARIF KURNIAWAN, S. Kep


NIM : 2114901006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN POST OP ORIF


FRAKTUR FEMUR EKSTREMITAS BAWAH MELALUI PEMBERIAN
ROM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MOBILISASI DI RUANG
FLAMBOYAN
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

NAMA : ARIF KURNIAWAN, S. Kep


NIM : 2114901006

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ners (Ns)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N), Juli 2022

ARIF KURNIAWAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN POST OP ORIF


FRAKTUR FEMUR EKSTREMITAS BAWAH MELALUI PEMBERIAN
ROM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MOBILISASI DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

ix + 22 Halaman + 4 Tabel + 10 Lampiran

ABSTRAK

Fraktur di Indonesia merupakan penyebab kematian terbesar ketiga setelah penyakit


koroner dan tuberkulosis. Fenomena yang ada dirumah sakit menunjukkan bahwa
pasien di rumah sakit mengalami berbagai masalah keperawatan salah satunya
kerusakan mobilitas post operasi fraktur. Salah satu jenis penatalaksanan fraktur
adalah Range Of Motion aktif maupun pasif. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui latihan ROM (Range of Motion) terhadap mobilisasi pada asuhan
keperawatan Tn. M fraktur femur ekstremitas bawah. Penelitian dilakukan pada
tanggal tanggal 10 - 15 Januari 2022. Implementasi dilakukan selama 3 hari, pada
tanggal 11 – 14 Januari 2022. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan adanya
penurunan tingkat nyeri, peningkatan kekuatan otot dan pengetahuan setelah
dilakukan implementasi selama 3 hari implmentasi. Kesimpulan terdapat pengaruh
pemberian latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan otot dan mobilisasi pada
pasien fraktur femur ekstremitas bawah. Diharapkan klien untuk selalu bersemangat
dalam menjalani masa pemulihannya, selalu melakukan latihan range of motion
(ROM) aktif dengan rutin agar peningkatan kekuatan otot semakin membaik.

Kata kunci : Fraktur, Femur, Ekstremitas Bawah, Range of Motion Pasif


Daftar bacaan : 14 Bacaan (2012-2021)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhana

Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) yang berjudul “Asuhan

keperawatan Tn. M dengan post op ORIF fraktur femur ekstremitas bawah

melalui pemberian rom pasif untuk meningkatkan mobilisasi di ruang

Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”.

Penelitian ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan program Profesi Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

Dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini penulis banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. H. Amir Luthfi selaku Rektor Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai.

2. Ibu Dewi Anggriani Harahap, M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

3. Ibu Ns. Yenny Safitri, M.Kep selaku ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai dan selaku narasumber I yang telah

memberikan kritik dan saran dalam kesempurnaan penyusunan Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIA-N) ini.

iii
4. Bapak Ns. Muhammad Nurman, M. Kep selaku pembimbing I yang telah

memberikan masukan dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan

serta petunjuk dan membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners

(KIA-N) ini.

5. Ibu Ns. Toleransih, S. Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan

masukan dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan serta petunjuk

dan membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

6. Ibu Ns. Sarika Dewi, S. Kep, selaku narasumber II yang telah memberikan kritik

dan saran dalam kesempurnaan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)

ini.

7. Bapak dan ibu dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah

memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan

penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam setiap

langkah sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-

N) dengan baik.

9. Rekan-rekan seperjuangan di Prodi Profesi Ners Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai yang telah memberikan dukungan, masukan dan membantu peneliti

dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) .

iv
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini masih

banyak kekurangan baik dari segi penampilan dan penulisan. Oleh karena itu, penulis

senantiasa mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

Pekanbaru, Juli 2022


Penulis

ARIF KURNIAWAN
NIM: 2114409006

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL………………………………………...…………………..…….viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………ix
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian................................................................................................3
E. Keaslian Penulisan.................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis.................................................................................................5
B. State Of Art.......................................................................................................10
BAB III GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian........................................................................................................13
B. Analisa Data.....................................................................................................15
C. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................16

BAB IV PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A.Intervensi Keperawatan.......................................................................................17
B. Implementasi....................................................................................................18
C. Evaluasi............................................................................................................18

BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan......................................................................................................21

vi
B. Keterbatasan Penulisan.....................................................................................26

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel State Of Art10

Tabel 3.1 Analisa Data14

Tabel 4.1 Tabel Intervensi16

Tabel 4.2 Tabel Implementasi17

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Acc Judul Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Turnitin

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Surat Permohonan Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 6 : SOP Range of Motion Pasif

Lampiran 7 : Lembar Observasi Kekuatan Otot

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi Pembimbing

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur di Indonesia merupakan pemicu kematian terbesar ketiga setelah

penyakit jantung dan tuberkulosis. Fraktur bisa terjadi karena kecelakaan, luka

dari benda tajam dan tumpul. Kejadian fraktur mengalami peningkatan dari 7,5%

pada tahun 2017 menjadi 8,2% di tahun 2018 (Anggraeni, 2015).

Data dari WHO 2018 menyatakan bahwa lebih dari satu abad perawatan

bedah telah menjadi bagian penting dari manfaat klinis di dunia. Terhitung 234,2

juta kegiatan dilakukan setiap tahunnya yang didominasi oleh kasus kecelakaan

dengan tingkat 35,6% (Rino, 2021).

Pekanbaru tercatat sebagai daerah yang secara umum akan cenderung

terkena dampak yang kontras dengan berbagai daerah di Provinsi Riau. Sesuai

data dari SATLANTAS POLRESTA Pekanbaru, terjadi peningkatan jumlah

tabrakan kendaraan pada periode 2019-2020. Pada tahun 2019 terdapat 911 kasus

kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 1.160 kasus yang

ditangani oleh rumah sakit (Astuti, 2015).

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau mencatat kasus patah tulang termasuk

lima belas penyakit terbanyak. Berdasarkan rekam medis RS Arifin Achmad,

angka kejadian fraktur femur ekstremitas bawah dari tahun 2019 hingga tahun

2022 didapatkan sebanyak 82 kasus (RSUD Arifin Achmad, 2022).

1
2

Fenomena yang ada dirumah sakit menunjukkan bahwa pasien mengalami

masalah keperawatan yang berbeda, salah satunya adalah masalah fleksibilitas

mobilitas post operasi. Isu-isu ini harus diatasi sehingga tidak menimbulkan

komplikasi. Salah satu jenis usahanya adalah Range Of Motion aktif maupun

pasif (Muttaqin, 2018).

Terapi (ROM) mampu mencegah pemendekan permanen otot, meningkatkan

kekuatan otot, melancarkan aliran darah, mengurangi kehilangan gerakan

vaskular, dan meningkatkan gerak dalam beraktivitas. Latihan ini bisa dilakukan

maksimalnya 3x sehari (Anggraeni, 2015).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada Tn. M berusia 55

tahun dengan Post Op ORIF Fraktur femur ekstremitas bawah, didapatkan data

pasien mengatakan nyeri dan lemah pada kaki kanan, pasien mengeluh sulit

bergerak, pasien mengatakan kaki kanannya belum bisa digerakkan aktif untuk

beraktivitas dikarenakan +2 hari post op ORIF, pasien mengatakan masih lemah

pada anggota gerak kanan ekstremitas bawah, kekuatan otot 2, gerak ROM

terbatas.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menerapkan (Range of

Motion) ROM pasif terhadap mobilisasi pada asuhan keperawatan Tn. M fraktur

femur ekstremitas bawah di Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

B. Rumusan Masalah

Apakah latihan ROM (Range of Motion) dapat meningkatkan mobilisasi

pada asuhan keperawatan Tn. M fraktur femur ekstremitas bawah di Ruang

Flamboyan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru?.


3

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui latihan ROM (Range of Motion) terhadap mobilisasi pada

asuhan keperawatan Tn. M fraktur femur ekstremitas bawah di Ruang

Flamboyan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur

ekstremitas bawah.

b. Melakukan analisa data asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur

ekstremitas bawah.

c. Mengidentifikasi diagnosa asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur

ekstremitas bawah.

d. Merumuskan intervensi asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur

ekstremitas bawah.

e. Melakukan implementasi asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur

ekstremitas bawah.

f. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur ekstremitas

bawah.

g. Mengeidentifikasi hasil latihan ROM (Range of Motion) terhadap

mobilisasi pada asuhan keperawatan Tn. M Fraktur femur ekstremitas

bawah.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Pemanfaatan penelitian ini ditujukan untuk menunjang spekulasi dan

menambah informasi terkait pemberian latihan ROM (Range of Motion) pasif

terhadap mobilisasi pada pasien.

2. Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sistem yang dikembangkan lebih

lanjut dalam mempengaruhi pemberian latihan ROM (Range of Motion) pasif

terhadap mobilisasi pada pasien.

E. Keaslian Penulisan

1. Feni Yuni Astanti (2017) dengan judul Pengaruh ROM Terhadap Perubahan

Nyeri Pada Pasien Post Op Ekstremitas Atas.

2. Orien Permana (2015) dengan judul Pengaruh Range of Motion (ROM)

terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Definisi Fraktur Femur

Fraktur (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang

atau tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Sedangkan

fraktur femur adalah terputus atau hilangnya kontinuitas tulang femur.

Menurut Muttaqin (2018), klasifikasi fraktur yaitu:

a. Fraktur traumatic

Terjadi karena trauma yang tiba - tiba mengenai tulang dengan

kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut

sehingga terjadi patah.

b. Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi di daerah – daerah di

dalam tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis

lainnya.

Klasifikasi keadaan patah tulang secara klinis :

a. Fraktur tertutup (simple fraktur)

Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak

menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan

atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

5
6

b. Fraktur terbuka (compound fracture)

Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka

pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam)

atau from without (dari luar).

c. Fraktur dengan komplikasi ( complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan

komplikasi misalnya mal-union dan de-layedunion, non-union (Muttaqin,

2018)

2. Penyebab Terjadinya Fraktur

Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah

sebagai berikut :

a. Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal

tersebut mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur

yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut

mengalami kerusakan.

b. Trauma tidak langsung

Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari dari daerah

fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh

dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur clavikula. Pada

kedaaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh (Muttaqin, 2018).


7

3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada fraktur menurut Muttaqin (2008), dibagi menjadi

2 yaitu :

a. Penatalaksanaan konservatif

Penatalaksanaan konservatif merupakan penatalaksanaan non pembedahan

agar imobilisasi pada patah tulang terpenuhi meliputi :

1) Proteksi (tanpa reduksi dan imobilisasi)

Proteksi fraktur terutama utuk mencegah trauma lebih lanjut

dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau

tongkat pada anggota gerak bawah.

2) Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)

Imobilsasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan

sedikit imobilisasi. Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau

dengan bermacam - macam bidai dari plastik atau metal.

3) Reduksi tertutup

Dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang

menggunakan gips.

4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan couter traksi

Menurut Muttaqin (2018), penatalaksaaan fraktur yang ke 2 yaitu

dengan pembedahan. Penatalaksaan dengan pembedahan perlu

diperhatikan karena memerlukan asuhan keperawatan yang

komprehensif perioperatif, meliputi :

a) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkuatan


8

dengan K-Wire.

b) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang

Operasi reduksi terbuka fiksasi internal/ORIF (open reduction

internal fixation) dan operasi reduksi terbuka fiksasi

eksternal/OREF (open reduction ekternal fixation).

b. Terapi Rehabilitative

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk

menghindari atropi atau kontraktur. Bila , harus segera dimulai melakukan

latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan

mobilisasi dengan latihan pergerakan ROM aktif (Active Range Of

Motion) atau ROM pasif (Passive Range Of Motion) (Muttaqin, 2018).

4. Tonus dan Kekuatan Otot

Rentang nilai kekuatan otot menurut Potter dan Perry dalam Anggraeni

(2015), berdasarkan skala Lovett :

a. Nilai 0

Paralisis total/ tidak ditemukan kontraksi otot. Nilai 0 % skala lovett

0 (nol).

b. Nilai 1

Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan tonus yang

dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi,

Nilai 10 %, skala lovett T (trace/ sedikit).


9

c. Nilai 2

Otot hanya mammpu menggerakkan persendian, tetapi kekuatannya

tidak dapat melawan pengaruh gravitasi. Nilai 25 % skala lovett P (poor/

buruk).

d. Nilai 3

Rentang gerak penuh dapat menggerakkan sendi, otot dapat melawan

pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan. Nilai 50 % skala

lovett (fair/ sedang).

e. Nilai 4

Rentang gerak penuh, dapat menggerakkan sendi melawan gravitasi

disertai kemampuan otot terhadap tahanan ringan. Nilai 75 % skala lovett

(good/ baik).

f. Nilai 5

Rentang gerak penuh melawan gravitasi, resistensi penuh. Nilai 100%

skala lovett (normal).

5. Definisi Range of Motion

Range of Motion (ROM) adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan

aliran darah perifer dan mencegah kekakuan otot/ sendi (Eldawati, 2012).

6. Prosedur Latihan ROM

Potter & Perry dalam Anggraeni (2015), menganjurkan untuk melakukan

latihan ROM minimal 2 kali/hari dengan waktu 10 menit untuk setiap latihan.

Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat kan

melakukan latihan ROM sebagai berikut :


10

a. Untuk melakukan ROM aktif klien dianjurkan unktuk melakukan gerakan

sesuai yang sudah dianjurkan, hindari perasaan ketidaknyamanan saat

latihan dilakukan, gerakan dilakukan secara sistemasis dengan urutan

yang sama setiap sesi, setiap gerak dilakukan 3 kali dengan frekuensi

tiga kali sehari.

b. Berikan penjelasan manfaat dan tujuan ROM pada pasien dan keluarga.

c. Sendi tidak boleh digerakkan dan di hentikan pada titik nyeri.

d. Posisikan pasien dalam posisi tubuh lurus normal.

e. Gerakan latihan harus dilakukan secara lembut perlahan dan berirama.

f. Tidak melakukan latihan pada sendi yang mengalami nyeri.

g. Amati respon non verbal pasien.

h. Latihan harus dihentikan dan berikan kesempatan pada klien untuk

beristirahat apabila terjadi spasme otot yang di menifestasikan kontraksi

otot yang tiba-tiba dan terus-menerus.

B. State Of Art

State of The Art turut memberikan penjabaran mengenai perbedaan antara

penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan.

No Deskripsi Jurnal Pembahasan

1. Pengaruh Latihan Range of Motion Hasil Penelitian:


(ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Hasil penelitian didapatkan setelah pasien
Luas Gerak Sendi dan Kemampuan mendapatkan latihan ROM 4 kali sehari selama 7
Fungsional Pasien Stroke di RS Sint hari, terdapat manfaat untuk pasien yaitu adanya
Corolus Jakarta peningkatan kekuatan otot dan kemampuan
fungsional pada pasien stroke. Penelitian ini juga
Tahun: mengungkapkan bahwa baik itu latihan ROM yang
2011 dilakukan 4 kali sehari maupun latihan ROM yang
diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
11

Peneliti: fungsional.
Astrid et al
Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Metode Penelitian: Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
Quasy Experiment One-Group dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Pretest Postest. signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
(Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Jurnal: otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
Ejournal Stikes Telogorejo Ekstremitas.
2. Effectiveness of range of motion to Hasil Penelitian:
increase joint motion range in stroke Adanya intervensi gabungan atau kombinasi
patients rentang gerak denga latihan ROM dapat secara
signifikan meningkatkan jangkauan gerak anggota
Tahun: tubuh bagian atas dan bawah. Efektif minimal 1
2016 kali sehari dalam waktu 5-15 menit selama 3 hari
dalam 2 minggu dapat mempengaruhi peningkatan
Peneliti: rentang gerak sendi ekstremitas atas dan bawah.
Lailynoor
Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Metode Penelitian: Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
Quasy Experiment One-Group dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Pretest Postest. signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
(Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Jurnal: otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
International Agronursing Ekstremitas.
Conference
3. The Effect Range of Motion (Rom) Hasil Penelitian:
Exercise on Lower Extremities Joint Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah
Pain Level for Elderly pemberian latihan ROM dengan nilai p 0,014
dimana Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan
Tahun: nilai rerata skala nyeri yang signifikan antara
2018 sebelum dan sesudah latihan ROM.

Peneliti: Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:


Cut Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Metode Penelitian: signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
Quasy Experiment One-Group (Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Pretest Postest. otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
Ekstremitas.
Jurnal:
International Journal of Medical
Science and Clinical Invention
4. Pengaruh latihan range of motion Hasil Penelitian:
(ROM) aktif terhadap kekuatan otot Sebelum dilakukan latihan ROM aktif skala
pada pasien post operasi fraktur kekuatan otot 0,1, dan 2. Namun setelah diberi
humerus di rsud dr. Moewardi. latihan ROM aktif sebanyak 9 kali skala kekuatan
otot meningkat menjadi 1, 2, 3,dan 4. Berdasarkan
Tahun: hasil tersebut diketahui z hitung (4,940) > z tabel
2013 (1,96) dan angka signifikan (p) < 0,05 sehingga ada
pengaruh signifikan latihan ROM aktif terhadap
Peneliti: kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur
12

Ririn Purwanti humerus di RSUD Dr. Moewardi.


Metode Penelitian: Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Quasy Experimental Design dengan Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
rancangan penelitian One-Group dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Pretest Postest. signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
(Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Jurnal: otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
Jurnal GASTER Vol. 10 No. 02 Ekstremitas.
5. Pengaruh ROM (Range Of Motion) Hasil Penelitian:
Terhadap Fleksibilitas Gerak Sendi Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu, dimulai
Pada Pasien Post Operasi Fraktur dari 20 April- 3 Mei 2019. Instrumen yang
Ekstremitas Atas. digunakan yaitu goniometer dan lembar observasi.
Hasil penelitian sebelum dilakukan ROM pada
Tahun: pasien post operasi fraktur ekstremitas atas terdapat
2016 10 responden yang sebagian besar mengalami
keterbatasan rentang gerak sendi dengan rentang
Peneliti: gerak 1200 sebanyak 4 responden, dan sebgaian
Widia Setyorini kecil dengan rentang gerak 1300 sebanyak 2
responden. Sedangkan rata-rata rentang gerak fleksi
Metode Penelitian: setelah dilakukan ROM yaitu 65°. Uji Wilcoxon
Quasy Experimental Design dengan menunjukkan Z hitung 2.699 > Z tabel 2.690 maka
rancangan penelitian One-Group dinyatakan hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh
Pretest Postest. antara latihan ROM terhadap fleksibilitas gerak
sendi ekstremitas atas post operasi fraktur”
Jurnal: diterima.
Jurnal Keperawatan
Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
(Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
Ekstremitas.
6. Pengaruh Range of Motion (ROM) Hasil Penelitian:
terhadap Intensitas Nyeri pada Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok
Pasien Post Operasi Fraktur eksperimen terdapat penurunan yang signifikan
Ekstremitas Bawah antara pretest dan posttest, dan pada kelompok
kontrol juga didapatkan adanya penurunan yang
Tahun: terjadi pada pretest dan posttest. Hal ini disebabkan
2015 karena pada kedua kelompok diberikan analgetik
ketorolac dan pada kelompok eksperimen diberikan
Peneliti: latihan gerakan ROM.
Orien Permana
Sofiana Nurchayati Alasan Menjadi Tinjauan Penelitian:
Herlina Jurnal berikut dapat memperkuat penelitian ini
dengan memberikan refrensi mengenai seberapa
Metode Penelitian: signifikan pengaruh pemberian pemberian ROM
Quasy Experiment One-Group (Range of Motion) terhadap peningkatan kekuatan
Pretest Postest. otot pada pasien dengan Post Op ORIF Fraktur
Ekstremitas.
Jurnal:
JOM Unri
13

Tabel 2.1Tabel State Of art


BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian

Pada BAB ini menjelaskan tentang rangkuman asuhan keperawatan pada Tn.

M dengan Post Op ORIF Fraktur femur ekstremitas bawah untuk dilakukan

pemberian latihan ROM (Range of Motion) pasif terhadap mobilisasi pasien.

Pengkajian ini dimulai pada tanggal 10 - 15 Januari 2022 dilanjutkan dengan

permusan diagnosa keperawatan, intervensi sesuai masalah keperawatan,

implementasi dan evaluasi.

Pasien berinisial Tn. M berumur 55 tahun, berpendidikan Sekolah Dasar

(SD) yang bekerja sebagai wiraswasta, alamat Rumbai, Pekanbaru, Riau. Alasan

masuk rumah sakit pasien terjatuh dari tangga rumahnya pada tanggal 07 Januari

2022 pukul 11.00 WIB, pasien mengatakan kaki kanannya kebas dan tidak mau

digerakkan. Kemudian keluarga membawa pasien ke RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada pasien didapatkan data

pasien mengatakan nyeri dan lemah pada kaki kanan, pasien mengatakan nyeri ada

kaki kanan yang mengalami fraktur, P: nyeri semakin terasa jika bergerak, Q:

nyeri terasa cenat cenut, R: dibagian kaki kanan yang mengalami fraktur dan luka,

S: skala 5, T: nyeri hilang timbul.

Pasien mengeluh sulit bergerak, pasien mengatakan kaki kanannya belum

bisa digerakkan aktif untuk beraktivitas dikarenakan +2 hari post op ORIF, pasien

14
15

mengatakan aktivitas dibantu keluarga, pasien mengatakan masih lemah pada

anggota gerak kanan ekstremitas bawah, kekuatan otot 2, gerak ROM terbatas,

pasien tampak bedrest total. Pada saat penulis bertanya tentang penyakitnya

kepada pasien, pasien mengatakan belum tau tentang penyakinya dan masih

bingun dengan kondisinya saat ini, pasien tampak bingung, pasien bertanya

tentang penyakit dan kondisinya saat ini. Pasien mengatakan sebelumnya tidak

pernah mengalami penyakit yang sama dengan saat ini. Pasien mengatakan tidak

memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

Pemeriksaan ekstremitas kanan bawah hasil pengamatan (look) terdapat luka

lebam pada bagian betis, ada perubahan bentuk tulang, luka tertutup dan terbalut

spalaks bersih. Move (pergerakan) pergerakan sendi terbatas, pergerakan sendi

lutut terbatas belum mampu menekuk secara sempurna, pergerakan sendi

pergelangan kaki masih lemah, kekuatan otot 2 kontraksi halus dapat dirasakan

bila otot diraba. Jumlah kekuatan ekstremitas:

5 5

2 5

Selama sakit pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga

seperti makan, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah,

ambulansi/ROM, skor untuk aktivitas dan latihan semua 2 (dibantu oleh orang

lain) karena pasien mengalami keterbatasan gerak. Hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital pada saat pengkajian didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

100x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 ‘C.


16

Hasil pemeriksaan laboratorium Tn M meliputi hemoglobin 12 gr/dl,

hematokrit 32%, leukosit 11.000/µL, eritrosit 43 juta/µL, trombosit 280.000/µL.

Pemeriksaan hemostasis protrombin 14,2 detik, kimia klinik gula darah sewaktu

104 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi dari dokter obat injeksi cefazolin 100 mg/8

jam, ketorolac 30 mg/8 jam, dan RL 20 tpm.

B. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds: Fraktur ekstremitas Gangguan mobilitas


- Pasien mengatakan kaki kanannya bawah fisik
belum bisa digerakkan aktif untuk
beraktivitas dikarenakan +2 hari post Perubahan sistem
op ORIF musculoskeletal
- Pasien mengatakan terasa nyeri bila
digunakan untuk bergerak
- Pasien mengatakan aktivitas dibantu Penurunan kekuatan otot
keluarga
- Pasien mengatakan masih lemah pada
anggota gerak kanan ekstremitas bawah
Gangguan mobilitas fisik
Do:
- Pasien tampak bedrest total
- Kekuatan otot 2 pada ekstremitas kanan
bawah
- Pergerakan masih kaku
- Kontraksi otot halus dapat dirasakan
bila otot diraba
2. Ds: Fraktur ekstremitas Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri pada kaki bawah
kanan yang mengalami fraktur
- Pasien mengatakan nyeri bertambah Mendesak sel syaraf
ketika bergerak
- Pasien mengatakan nyerti terasa cenat Menekan sel syaraf
cenut
- Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Do: Nyeri akut
- Skala nyeri 5
- Pasien tampak meringis
- TD: 120/80 mmHg
N : 100x/menit
17

RR: 20 x/menit
3. Ds: Fraktur ekstremitas Defisit Pengetahuan
- Pasien mengatakan belum mengetahui bawah
tentang penyakitnya
- Pasien mengatakan masih bingung Keterbatasan kognitif
dengan keadaannya saat ini
Do:
- Pasien tampak bingung ketika ditanya
Defisit pengetahuan
tentang penyakitnya
- Pasien bertanya tentang penyakitnya
dan keadaannya saat ini.

Tabel 3.1 Analisa data

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang didapatkan maka diagnosa keperawatan yang

muncul yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang

penyakit (fraktur femur ekstremitas bawah).


BAB IV

PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang penulis terapkan untuk mengatasi

masalah fraktur femur ekstremitas bawah melalui pemberian latihan ROM pasif

untuk meningkatkan mobilisasi post ORIF pada Tn. M :

No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji skala nyeri rasional nyeri
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam merupakan respon subyektif
dengan agen masalah nyeri akut berkurang dengan yang dapat dikaji dengan
cidera fisik kriteria hasil: menggunakan skala nyeri.
a. Keluhan nyeri menurun. b. Ajarkan relaksasi pernafasan
b.Gelisah menurun. ketika nyeri muncul.
c. Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik.

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kekutan otot pasien yang


mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 jam mengalami fraktur
berhubungan tidak terjadi hambatan mobilitas fisik b. Bantu pasien untuk
dengan dengan kriteria hasil: melakukan latihan Range Of
penurunan a. Pergerakan ekstremitas meningkat Motion (ROM) pasif pada
kekuatan otot b. Kekuatan otot meningkat ekstremitas yang mengalami
c. Rentang gerak ROM meningkat fraktur

3. Defisit Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi


pengetahuan keperawatan selama 1 x 24 jam kemampuan kognitif pasien
berhubungan defisit pengetahuan teratasi dengan c. Berikan pendidikan pada
dengan kriteria hasil: pasien tentang fraktur
keterbatasan a. Perilaku sesuai anjuran meningkat ekstremitas bawah.
informasi b. Perilaku sesuai dengan
tentang pengetahuan meningkat
penyakit c. Pertanyaan tentang masalah yang
(fraktur dihadapi menurun
ekstremitas
bawah)

Tabel 4.1 Intervensi

18
19

B. Implementasi dan Evaluasi

Jam Dx Implementasi Evaluasi


Hari/Tgl
11 Januari 2022 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
09.30 WIB komprehensif : - pasien mengatakan nyeri pada
- P: nyeri semakin berat ketika kaki kanan yang mengalami
pasien bergerak fraktur
- Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk - pasien mengatakan nyeri terasa
- R: nyeri di ekstremitas bawah seperti tertusuk-tusuk
kanan O:
- S: skala 5 - Skala nyeri 4
- T: hilang timbul - Klien tampak meringis
2. Mengobservasi TTV pasien: - TD: 120/80 mmHg, N:
09.50 WIB TD: 120/80 mmHg, N: 100x/mnt, 100x/mnt, RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt A: Nyeri belum teratasi
3. Mengatur posisi pasien senyaman P: Intervensi dilanjutkan:
10.00 WIB mungkin : - Lakukan pengkajian nyeri
12.00 WIB Posisi supinasi - Observasi TTV
4. Mengajarkan relaksasi nafas - Atur posisi nyaman pasien
dalam: - Ajarkan relaksasi nafas dalam
Menghirup nafas dari hidung, tahan - Kolaborasi pemberian
selama 3 detik, hembuskan melalui analgetik
mulut secara perlahan
5. Kolaborasi pemberian analgetik
ketorolac 1 ml

10.30 WIB 2 1. Kaji kekuatan otot pasien yang S: pasien mengatakan kaki nyeri
mengalami fraktur: dan masih terasa lemah dan kaku
Kekuatan otot 2 O:
11.20 WIB 2. Bantu klien untuk melakukan - Kekuatan otot 2
latihan Range Of Motion (ROM) - Pergerakan masih tampak kaku
pasif: - Kontraksi otot halus dapat
- ROM pada pergelangan kaki dirasakan bila otot diraba
(fleksi dan ekstensi, infersi dan A: Gangguan mobilitas fisik
eversi) belum teratasi
- ROM pada bagian paha (rotasi, P: Intervensi dilanjutkan:
adduksi dan abduksi) - Kaji kekuatan otot pasien yang
- ROM pada bagian lutut (fleksi mengalami fraktur
dan ekstensi) - Bantu klien untuk melakukan
latihan Range Of Motion
(ROM) pasif

10.45 WIB 3 1. Mengidentifikasi kognitif pasien S: pasien mengatakan sudah


tentang penyakitnya : paham mengenai penyakit yang ia
S: Pasien mengatakan masih hadapi
bingung dan belum paham O: - pasien dan keluarga mampu
dengan penyakitnya saat ini menjawab pertanyaan yang
O: pasien tampak bingung ketika diberikan dan tidak ada
ditanya tentang penyakitnya pertanyaan yang diajukan.
2. Memberikan informasi tentang - Pasien tampak rileks dan tidak
penyakitnya (fraktur ekstremitas tampak kebingungan lagi
11.00 WIB bawah): A: Defisit pengetahuan teratasi
20

Fraktur ekstremitas bawah P: Intervensi dihentikan


merupakan hilangnya kontinuitas
tulang bagian anggota tubuh bagian
bawah (kaki) seperti paha, tibia,
lutut, dan jari-jari kaki. Bisa berupa
fraktur terbuka yang disertai
dengan kerusakan jaringan lunak
ataupun fraktur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung.
Penanganannya terbagi menjadi
dua yaitu secara pembedahan dan
tanpa pembedahan. Tindakan
pembedahan inilah satunya disebut
dengan ORIF sebagai alat fiksasi
penyambung tulang yang patah.

12 Januari 2022 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:


10.00 WIB komprehensif : - pasien mengatakan nyeri pada
- P: nyeri semakin berat ketika kaki kanan yang mengalami
pasien bergerak fraktur sudah berkurang
- Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk - pasien mengatakan sudah mulai
- R: nyeri di ekstremitas bawah nyaman
kanan O:
- S: skala 4 - Skala nyeri 3
- T: hilang timbul - Klien tampak rileks dan nyaman
2. Mengobservasi TTV pasien: - TD: 120/80 mmHg, N: 98x/mnt,
10.15 WIB TD: 120/80 mmHg, N: 100x/mnt, RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt A: masalah nyeri teratasi
3. Mengatur posisi pasien senyaman P: Intervensi dihentikan
10.30 WIB mungkin :
12.00 WIB Posisi supinasi
4. Mengajarkan relaksasi nafas
dalam:
Menghirup nafas dari hidung, tahan
selama 3 detik, hembuskan melalui
mulut secara perlahan
5. Kolaborasi pemberian analgetik
ketorolac 1 ml

10.50 WIB 2 1. Kaji kekuatan otot pasien yang S: pasien mengatakan kaki masih
mengalami fraktur: nyeri namun menjadi tidak kaku
Kekuatan otot 2 ketika dilatih pergerakan
11.00 WIB 2. Bantu pasien untuk melakukan O:
latihan Range Of Motion (ROM) - Kekuatan otot 2 (Otot hanya
pasif: mammpu menggerakkan
- ROM pada pergelangan kaki persendian, tetapi kekuatannya
(fleksi dan ekstensi, infersi dan tidak dapat melawan pengaruh
eversi) gravitasi)
- ROM pada bagian paha (rotasi, - Pergerakan sudah mulai
adduksi dan abduksi) fleksibel
- ROM pada bagian lutut (fleksi A: Gangguan mobilitas fisik
dan ekstensi) belum teratasi
21

P: Intervensi dilanjutkan:
- Kaji kekuatan otot pasien yang
mengalami fraktur
Bantu klien untuk melakukan
latihan Range Of Motion (ROM)
pasif

13 Januari 2022 2 1. Kaji kekuatan otot pasien yang S: pasien mengatakan kaki terasa
10.00 WIB mengalami fraktur: lebih ringan dan tidak kaku
Kekuatan otot 2 digerakkan
10.15 WIB 2. Bantu klien untuk melakukan O:
latihan Range Of Motion (ROM) - Kekuatan otot 3 (dapat melawan
pasif: pengaruh gravitasi tetapi tidak
- ROM pada pergelangan kaki kuat terhadap tahanan)
(fleksi dan ekstensi, infersi dan - Pergerakan sudah tampak
eversi) fleksibel
- ROM pada bagian paha (rotasi, - Klien tampak rileks
adduksi dan abduksi) A: Masalah gangguan mobilitas
- ROM pada bagian lutut (fleksi fisik teratasi
dan ekstensi) P: Intervensi dihentikan.

Tabel 4.2 Implementasi dan Evaluasi


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian

latihan active range of motion (ROM) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot

pada asuhan keperawata Tn. M dengan post op ORIF fraktur femur ekstremitas

bawah di ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang dilakukan

pada tanggal 10-14 Januari 2022.

1. Pengkajian

Keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian pasien

mengatakan nyeri dan lemah pada kaki kanan. Pasien mengeluh sulit

bergerak, pasien mengatakan kaki kanannya belum bisa digerakkan aktif. Data

yang mendukung keluhan utama pasien mengalami nyeri yaitu pasien

mengatakan nyeri pada kaki kanan yang mengalami fraktur, P: nyeri semakin

terasa jika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: dibagian kaki kanan

yang mengalami fraktur dan luka, S: skala 5, T: hilang timbul.

Pengkajian fokus yang penulis uraikan adalah tentang pengkajian pada

fraktur yaitu dengan mengggunakan look, feel dan move (Anggraeni, 2015).

Look, terdapat luka lebam pada bagian tibia, luka tertutup dan terbalut spalaks

bersih. Feel, pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan bawah, Move,

pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot 2.

22
23

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan yang mengalami fraktur, P:

nyeri semakin terasa jika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R:

dibagian kaki kanan yang mengalami fraktur dan luka, S: skala 5, T: nyeri

hilang timbul, pasien tampak meringis.

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki

kebutuhan menurut maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua

mencakup kebutuhan keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis)

yang merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan

(Anggraeni, 2015).

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

Pasien mengeluh sulit bergerak, pasien mengatakan kaki kanannya

belum bisa digerakkan aktif untuk beraktivitas dikarenakan +2 hari post op

ORIF, pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga, pasien mengatakan

masih lemah pada anggota gerak kanan ekstremitas bawah. Data obyektif

yang ditemukan kekuatan otot 2, gerak ROM terbatas, pergerakan tampak

kaku, pasien tampak bedrest total, ADL dibantu keluarga.

Menurut kebutuhan menurut Maslow hambatan mobilitas fisik masuk

dalam kebutuhan prioritas kedua keamanan dan keselamatan (fisik dan

psikologis). Penulis memprioritaskan diagnosa hambatan mobilitasi fisik

sebagai diagnosa kedua setelah nyeri, karena hambatan mobilitas fisik tidak

bersifat urgent (Anggraeni, 2015).


24

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang

penyakit (fraktur ekstremitas bawah).

Pada saat penulis bertanya tentang penyakitnya kepada pasien, pasien

mengatakan belum tau tentang penyakinya dan masih bingun dengan

kondisinya saat ini, pasien tampak bingung, pasien bertanya tentang

penyakit dan kondisinya saat ini.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan, penulis menyusun

intervensi sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah

nyeri akut berkurang dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun, gelisah

menurun. Intervensi kaji skala nyeri, ajarkan relaksasi pernafasan ketika

nyeri muncul.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi

hambatan mobilitas fisik dengan kriteria hasil: pergerakan ekstremitas

meningkat, kekuatan otot meningkat, rentang gerak ROM meningkat.

Intervensi kaji kekutan otot pasien yang mengalami fraktur, bantu klien

untuk melakukan latihan Range Of Motion (ROM) pasif pada ekstremitas

yang mengalami fraktur.


25

Seperti yang ditunjukkan oleh jurnal yang diselidiki oleh Anggraeni

(2021), ruang lingkup latihan pengembangan dapat mengikuti transformasi

dan fleksibilitas sendi, memulihkan kontrol motorik, meningkatkan atau

mengikuti kepastian sendi dan jaringan halus, membantu aliran dan nutrisi

sinovial dan mengurangi tindakan kontraktur, terutama pada titik paralisis.

Berbagai manfaat yang didapat dari luasnya latihan pengembangan adalah

bahwa mereka dapat maksimal dalam beraktivitas sehari-hari, mengurangi

atau mengatasi nyeri, mencegah disintegrasi sistem neuromuskular,

mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kepercayaan diri.

Pada intervensi keperawatan yang diterapkan sesuai dengan evidence

based oleh Astrid (2011) yang berjudul Pengaruh Latihan Range of Motion

(ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan

Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Corolus Jakarta. Hasil penelitian

menunjukkan sesudah pasien mendapatkan latihan ROM 4 kali sehari

selama 7 hari, terdapat manfaat untuk pasien yaitu adanya peningkatan

kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada pasien stroke. Penelitian ini

juga mengungkapkan bahwa baik itu latihan ROM yang dilakukan 4 kali

sehari maupun latihan ROM yang diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang

penyakit (fraktur ekstremitas bawah).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam defisit

pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil: perilaku sesuai anjuran


26

meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat, pertanyaan

tentang masalah yang dihadapi menurun. Intervensi yang penulis

rumuskan, identifikasi kemampuan kognitif pasien, berikan pendidikan

pada pasien tentang fraktur ekstremitas bawah.

4. Implementasi Keperawatan

Tanggal 11 Januari 2022 jam 10.30 WIB penulis melakukan mengkaji

kekuatan otot pasien, kekuatan otot didapatkan 2. Selanjutnya pada jam 11.20

WIB penulis membantu pasien untuk melakukan latihan Range Of Motion

(ROM) pasif pada pergelangan kaki (fleksi dan ekstensi, infersi dan eversi),

pada bagian paha (rotasi, adduksi dan abduksi), dan pada bagian lutut (fleksi

dan ekstensi). Pasien dapat mengikut latihan ROM dengan baik dan mampu

menyelesaikan semua gerakan, namun pergerakan masih tampak kaku.

Pada hari kedua tanggal 12 Januari 2022 penulis kembali melatih pasien

melalukan Range Of Motion (ROM) pasif pada pergelangan kaki (fleksi dan

ekstensi, infersi dan eversi), pada bagian paha (rotasi, adduksi dan abduksi),

dan pada bagian lutut (fleksi dan ekstensi). Kekuatan otot yang didapatkan

pada hari kedua setelah dikaji yaitu masih 2, pergerakan masih tampak kaku.

Pada hari ketiga tanggal 13 Januari 2022 penulis kembali melatih pasien

melalukan Range Of Motion (ROM) pasif pada pergelangan kaki (fleksi dan

ekstensi, infersi dan eversi), pada bagian paha (rotasi, adduksi dan abduksi),

dan pada bagian lutut (fleksi dan ekstensi). Kekuatan otot yang didapatkan

pada hari ketiga setelah dikaji yaitu 3, pergerakan sudah agak fleksibel.
27

Implementasi diterapkan sesuai dengan evidence based oleh Astrid (2011)

yang berjudul Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan

Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint

Corolus Jakarta. Terdapat peberdaan antara apa yang diterapkan dengan

evidence based yakni dalam segi waktu dalam pemberian terapi ROM. Pada

penelitian Astrid (2011) latihan ROM diberikan 4 kali sehari selama 7 hari,

sedangkan pada penerapan kasus ini pemberian latihan ROM hanya bisa

diberikan 1 kali sehari selama 3 hari. Namun pada kasus ini tetap didapatkan

peningkatan kekuatan otot pada pasien walaupun tidak terlalu begitu efektif

dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki penulis dalam penerapannya.

5. Evaluasi

Setelah melakukan latihan range of motion (ROM) pasif di hari ketiga

pasien mengatakan kaki terasa lebih ringan dan tidak kaku digerakkan. Data

objektif didapatkan kekuatan otot 4(dapat melawan gravitasi, kemampuan otot

terhadap tahanan ringan), pergerakan tampak fleksibel, klien tampak rileks.

Evaluasi akhir gangguan mobilitas fisik terjadi peningkatan kekuatan otot dari

skala 2 menjadi skala 4. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi dan

intervensi dihentikan. Namun penulis menganjurkan pasien untuk melakukan

ROM aktif pada ekstremitas bawah sesuai dengan prosedur secara mandiri.

B. Keterbatasan Penulisan

Pada kasus ini didapatkan peningkatan kekuatan otot pada pasien walaupun

tidak terlalu begitu efektif dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki penulis

dalam penerapannya.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada Tn. M tentang

melakukan latihan Range Of Motion (ROM) pasif, maka dapat disimpulkan:

1. Pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan nyeri dan lemah pada kaki

kanan, P: nyeri semakin terasa jika bergerak, Q: nyeri terasa cenat cenut, R:

dibagian kaki kanan yang mengalami fraktur dan luka, S: skala 5, T: nyeri

hilang timbul. Pasien mengeluh sulit bergerak, pasien mengatakan aktivitas

dibantu keluarga, kekuatan otot 2.

2. Diagnosa yang muncul adalah diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot, defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan

informasi tentang penyakit (fraktur femur ekstremitas bawah).

3. Intervensi yang dirumuskan yaitu relaksasi nafas dalam, latihan range of

motion (ROM) pasif, penkes tentang fraktur femur ekstremitas bawah .

4. Implementasi yang diberikan pada klien adalah sesuai dengan intervensi yaitu

memberikan relaksasi nafas dalam, latihan range of motion (ROM) pasif,

penkes tentang fraktur femur ekstremitas bawah , sampai masalah teratasi dan

terdapat perbedaan dengan peneletian yang terdahulu dalam segi waktu

pemberian latihan ROM.

28
29

5. Evaluasi menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri, peningkatan kekuatan

otot dan pengetahuan setelah dilakukan implementasi.

B. Saran

1. Bagi Keluarga

Keluarga adalah orang terdekat klien, diharapkan dapat saling bekerja

sama dalam merawat klien, dapat membantu klien untuk selalu dapat

memperhatikan kesehatannya, mendukung agar selalu dapat melakukan

latihan range of motion (ROM) pasif maupun aktif dengan rutin agar

peningkatan kekuatan otot semakin membaik.

2. Bagi Klien

Diharapkan klien untuk selalu bersemangat dalam menjalani masa

pemulihannya, selalu melakukan latihan range of motion (ROM) aktif dengan

rutin agar peningkatan kekuatan otot semakin membaik.

3. Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan pertimbangan pihak rumah sakit khususnya ruang untuk

menggunakan penatalaksanaan non farmakologi dalam memberikan askep

meningkatkan kekuatan otot pada pasien dengan menggunakan latihan range

of motion (ROM) pasif maupun aktif.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. (2015). Pemberian Latihan active Range of Motion (ROM) terhadap


Peningkatan Kekuatan Otot pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Post Op
ORIF Fraktur Proximal Humerus Dextra di Ruang Parang Seling RS
Orthopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta. Jurnal Kesehatan STIKES Kusuma
Husada.

Astanti. (2017). Pengaruh ROM terhadap Perubahan Nyeri pada Pasien Post Op
Ekstremitas Atas. Jombang: Skripsi: STIKES Insan Cendekia Medika
Jombang.

Astrid. (2011). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot,
Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint
Corolus Jakarta. Ejournal Stikes Telogorejo.

Astuti, P. M. (2015). Angka Kejadian Fraktur Mandibula Berdasarkan Lokasi


Anatomis di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM FK, 1.

Muttaqin. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Muttaqin. (2018). Buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Musculoskeletal. Jakarta.

Permana. (2015). Pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah. Jurnal KEMAS.

Purwanti. (2013). Pengaruh latihan range of motion (ROM) aktif terhadap kekuatan
otot pada pasien post operasi fraktur humerus di rsud dr. Moewardi. Jurnal
GASTER Vol. 10 No. 02.
Rino, J. (2021). Pengaruh Range of Motion Aktif terhadap Pemulihan Kekuatan Otot
dan Sendi Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Kampeh. Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi.

Safitri. (2018). Efektifitas ROM Aktif dan Mobilisasi Dini Terhadap Kembalinya
Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Abdomen dengan General Anestesi
di RSUD Kota Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).

Setyorini. (2016). Pengaruh ROM (Range Of Motion) Terhadap Fleksibilitas Gerak


Sendi Pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Atas. Jurnal
Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai