Anda di halaman 1dari 131

PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

DI DUSUN KARANG KEBON BARAT

Oleh

RADIATUNISA
NIM 160.104.051

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2021

i
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

DI DUSUN KARANG KEBON BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi

persyaratan mencapai gelar sarjana IPA-Biologi

Oleh

RADIATUNISA
NIM 160.104.051

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2021

ii
iii
iv
vi
MOTTO

Artinya. “Janganlah kamu bersedih hati terhadap kegagalan yang telah kamu alami

dan tidak pula terlalu gembira terhadap kesuksesan yang telah kamu capai, Allah

tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. Al Hadid :23)1

1
Kementrian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya Jilid X. (Jakarta: Lentera Hati.
2010)

vii
PERSEMBAHAN

“Ku persembahkan skripsi ini untuk Inaku St

Haisah dan Amaku Syamsudin serta Kakak-kakakku

yang selalu menasehati dan memberi dukungan”

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan

shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga

kepada keluarganya, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses menyelesaikan skripsi ini tidak akan sukses

tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan

penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu sebagai berikut.

1. Bapak Alwan Mahsul, M.Pd. sebagai pembimbing I sekaligus Sekerttaris jurusan

IPA Biologi dan Ibu Ramdhani Sucilestari, M.Pd sebagai pembimbing II yang

memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi yang mendetail, terus-menerus,

dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan

skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Bapak Dr. Ir. Edi M. Jayadi. MP. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Biologi;

3. Ibu Dr. Hj Lubna, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbyah UIN Mataram;

4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi

tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan

untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai;

5. Dr. Suhirman, M.Si. sebagai Dosen Wali;

6. Dosen Biologi yang telah mendidik penulis selama perkuliahan;

ix
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. dan Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.

Mataram, 3 Juni 2021


Penulis,

Radiatunisa

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................ vii

HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... x

KATA PENGANTAR ................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

ABSTRAK ................................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8

D. Definisi Operasional......................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 12

xi
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 38

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................................... 38

B. Populasi dan Sampel ....................................................................... 39

C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 40

D. Variabel Penelitian.......................................................................... 40

E. Desain Penelitian............................................................................. 41

F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian .............................................. 42

G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian ............................. 49

H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 51

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 56

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 56

B. Pembahasan..................................................................................... 69

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79

LAMPIRAN ................................................................................................. 84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis,31.

Tabel 3.1 Pretes-Postest Control Group Design,42.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Indikatornya, 44.

Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Korelasi “r”Product moment, 47.

Tabel 3.4 Kriteria koefisien Reliabilitas, 48.

Tabel 3.5 Lembar Aktivitas Guru, 49.

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Observasi Aktivitas Guru, 53.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen, 60.

Tabel 4.2 Hasil Pre Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Kelas Eksperimen

Dan Kelas Kontrol, 62.

Tabel 4.3 Hasil Post Test Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol, 63.

Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Aktivitas Guru Pada Pertemuan Ke 1 dan Ke 2, 64.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Chi-Squere Test, 66.

Tabel 4.6 Test of Homogeneity of variances, 67.

Tabel 4.7 Uji Hipotesis, 68.

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas eksperimen

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas control

Lampiran 3 Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Lampiran 4 Kisi-kisi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Indikatornya

Lampiran 5 Soal Pret test dan Post tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada Pertemuan Ke 1 dan 2

Lampiran 7 Uji Validitas dan Uji ReliabilitasInstrumen tes SPSS

Lampiran 8 Chi-Square Test

Lampiran 9 Test of Homogenity Variances

Lampiran 10 Hasil Pre Test Kelas Eksperimen

Lampiran 11 Hasil Post Test Kelas Eksperimen

Lampiran 12 Hasil Pre Test Kelas Kontrol

Lampiran 13 Hasil Post Test Kelas Kontrol

Lampiran 14 Hasil Kemampuan Brpikir Kritis Pre Test dan Post Test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 15 Dokumentasi Gambar Penelitian

Lampiran 16 Kartu Konsultasi

xiv
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII DI DUSUN KARANG
KEBON BARAT
Oleh:

RADIATUNISA
NIM 160104051

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasi Eksperiment. Dengan desain


penelitian Pretes-Postes Control Goup Design. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun
Karang Kebon Barat. Dimana tujuan ini untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas
VII di Dusun Karang Kebon Barat. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing kelas berjumlah 10 siswa.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Sampling Insidental. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes kemampuan berpikir kritis
berupa soal uraian, lembar observasi keterlaksanaan RPP dan data yang dikumpulkan
merupakan jenis data kuantitatif. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji t dengan taraf signifikasi 0,05 (5%). Berdasarkan hasil uji hipotesis
t untuk kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai Sig (2- Tailed) 0,00 ˂ 0,05.
Dengan demikian berarti Ha diterima, yang artinya dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan penggunaan model Discovery Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat pada materi
pencemaran lingkungan.

Kata kunci : Model Pembelajaran Discovery Learning dan Kemampuan Berpikir


Kritis.

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan jantung dari keseluruhan proses

pendidikan formal, karena melalui proses pembelajaranlah terjadi transfer ilmu

dari guru ke siswa. Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan dan

kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara mandiri. Salah satu yang

perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan berpikir.

Kemampuan berpikir juga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu

agar siswa mampu memecahkan masalah dalam taraf tinggi. 2

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi besar

khususnya dalam dunia pendidikan. Pendidikan itu ibarat akar pohon, tanpa akar,

pohon tidak bisa tumbuh, begitu pula dengan individu, tanpa pendidikan individu

tidak akan bisa berkembang. Sehingga pendidikan sekarang terus dilakukan

perubahan pengembangannya agar tujuannya tercapai. Dalam hal ini, yang terus

menerus diperbaiki yaitu terletak pada kurikulumnya. Mengenai pendidikan telah

diatur di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

yang berbunyi:

2
Purwanto Eko Candra, DKK, “Penerapan Model Pembelajaran Guyded Discovery pada
Materi Pemantulan Cahaya untuk Meningkatkan Berpikir Kritis”, Vol. 1, Nomor 1, 2012.

1
2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.3

Berdasarkan undang-undang di atas mengenai sistem pendidikan

nasional telah diatur dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik serta menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dengan adanya pendidikan

seseorang akan mempunyai pengetahuan yang luas untuk berkembang,

melakukan perubahan dalam dirinya serta menciptakan hal-hal yang baru

karena pada hakikatnya seseorang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

sehingga seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu.

Pendidikan di sekolah tidak terlepas dari proses pembelajaran peserta

didik. Salah satu unsur terpenting dalam proses pembelajaran yakni pendidik

dan peserta didik. Pendidik yang merencanakan kegiatan pembelajaran dari

awal sampai akhir sedangkan peserta didik menerima informasi. Di dalam

proses pembelajaran seorang pendidik bukan hanya bertugas mentrasfer ilmu

pengetahuan saja. Pendidik dituntut untuk lebih kreatif, inovatif, serta

inspiratif dalam proses pembelajaran agar peserta didik termotivasi, lebih aktif

serta mampu berketerampilan berpikir kritis. Berpikir kritis atau reflektif

merupakan suatu proses menyusun kembali dan mengatur informasi serta

3
UU RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar, (Bandung Umbara, 2012), hlm.2.
3

pengetahuan untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang baru. 4 Dalam

pembelajaran IPA terpadu selain tercapainya materi pembelajaran, siswa juga

dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis yang memadai.

Berpikir kritis merupakan suatu perwujudan dari rasa ingin tahu

individu terhadap suatu masalah yang terkait. Terutama pada mata pelajaran

IPA yang berkaitan dengan alam. Dalam mengembangkan kemampuan

berpikir kritis siswa, pendidik diharapkan mampu menyesuaikan situasi dan

kondisi serta karateristik gaya belajar peserta didik sehingga pendidik terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran. “Adapun gaya belajar pada diri siswa

yaitu: gaya belajar visual, auditor, dan kinestetik”.5 Perbedaan gaya belajar

peserta didik tersebut dapat terjadinya perbedaan penerimaan pemahaman

antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya sehingga pendidik dituntut

lebih kreatif dalam penyampaian materi pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan serangkaian proses pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir. Dari beberapa model pembelajaran

yang ada, model pembelajaran yang diharapkan mampu dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa yaitu model pembelajaran discovery

learning. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

4
Abdul Azaz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
(Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 47.
5
Prihma Sinta Utami, Abdul Gafur, “Pengaruh Model Pembelajaran Dan Gaya Belajar Siswa
Terhadap Hasil Belajar IPS Di SMP Negeri Di Kota Yogyakarta, Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan
IPS, Vol. 2, Nomor. 1, Maret 2015, hlm. 99.
4

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. 6 Model

pembelajaran discovery learning bertujuan untuk melibatkan siswa secara

aktif dalam suatu proses mencari pengetahuan bukan menghasilkan suatu

produk dengan mendorong kemampuan berpikir kritis.

Saat ini dunia tengah dihadapkan dengan suatu bencana, yakni wabah

covid 19. Dampak dari wabah ini tidak hanya merusak kesehatan manusia,

tetapi juga mempengaruhi tatanan kehidupan dunia di segala aspek, aspek

pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka,

sekarang harus dilaksanakan secara online. Meski demikian, perubahan tata

cara pelaksanaan pembelajaran ini tidak menemui banyak kendala. Sebab

banyak perguruan tinggi dan sekolah yang telah mampu beradaptasi dengan

cepat. Aspek sekolah yang ada di Dusun Karang Kebon Barat. Karenanya,

saat melakukan observasi, peneliti tidak mendapat kendala yang berarti.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di Dusun Karang

Kebon Barat di kelas VII diperoleh informasi bahwa kemampuan berpikir

kritis siswa masih rendah karena proses pembelajaran di kelas masih bersifat

teoritis dan berpusat pada guru, dan pada proses pembelajaran masih

menggunakan model pembelajaran ceramah guru menjadi sumber

pengetahuan sehingga siswa bersifat pasif dalam pembelajaran.

6
Amalia Nugrahaeni, I Wayan Redhana, I Made Arya Kartawan, “ Kemampuan Berpikir
Kritis Dan Hasil Belajar Kimia, Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Vol. 1, Nomor1, 2017, hlm 24.
5

Ibu Riana Widiayanti S.Pd guru IPA yang berada di Dusun Karang

Kebon Barat menyatakan model pembelajaran Discovery Learning sudah

pernah diterapkan dalam proses pembelajaran, tidak hanya model

pembelajaran Discovery Learning saja ada beberapa model pembelajaran lain

yang pernah diterapkan dalam proses pembelajaran di antaranya model

pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), Problem Based Learning

(PBL), Direct Instruction (DI), namun guru lebih suka menerapkan metode

ceramah karena dalam pandangan guru dengan menggunakan metode

ceramah guru lebih bisa memahami kemampuan siswa daripada menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning pada saat pembelajaran siswa yang

kurang pandai, akan mengalami kesulitan berpikir atau mengungkapkan

hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan sehingga

menyebabkan siswa yang pandai semakin pandai dan siswa yang tidak tahu

akan semakin cenderung pasif tidak memperhatikan penjelasan guru,

kemudian kemampuan berpikir kritis belum pernah dilatihkan dalam

pembelajaran.7

Pembelajaran metode ceramah menyebabkan kegiatan pembelajaran

masih didominasi oleh guru, peserta didik kurang aktif dan cenderung

menjadi malas berpikir secara mandiri. Lebih banyak komunikasi satu arah

(One-way Communitication), maka kesempatan untuk mengontrol

7
Guru IPA, di Dusun Karang Kebon Barat , Lombok Barat. 7 Februari 2021
6

pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran sangat terbatas pula

selain itu, komunikasi satu arah dapat mengakibatkan pengetahuan yang

dimiliki peserta didik akan terbatas pada apa yang diberikan. Sulit untuk

terjadinya interaksi aktif baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru.

Tidak semua memperhatikan saat guru menjelaskan di depan kelas. Terdapat

siswa yang ramai mengobrol, bercanda dengan teman sebangku, tidur-tiduran,

hingga mengerjakan tugas mata pelajaran lain.

Wulandari, dkk, menyatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar siswa setelah implementasi model

pembelajaran Discovery Learning pada proses pembelajaran dengan

pendekatan saintifik..8 Istiana, dkk juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh

model pembelajaran Discovery Learning dalam meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan penyangga. 9

Pada masa pendemi penelitian “Pengaruh pembelajaran Discovery

Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun

Karang Kebon” dilaksanakan dengan prosedur tatap muka yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan siswa kelas VII dimana tempat proses belajar

8
Yun Ismi Wulandari, Sunarto, Salman Alfarisy Totalia, Implementasi Model Discovery
Learning Dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IIS 1 SMA NEGERI 6 SURAKARTA Tahun
Pelajaran 2014/2015 (Jurnal Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2015),
h. 3.
9
Galuh Arik Istiana, Agung Nugroho Catur S dan J.S Sukardjo. Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan
Larutan penyangga pada Siswa Kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran
2013/2014 (Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) Universitas Sebelas Maret Vol. 4 No. 2, 2015), h. 71.
7

mengajarnya di Masjid Dusun Karang Kebon Barat, dengan materi

pencemaran lingkungan. Peneliti membuka pelajaran dengan memberi salam

dan menunjuk salah satu untuk memimpin doa dan memeriksa kehadiran

siswa, mengkondisikan siswa, agar kondusif untuk mendukung proses

pembelajaran dengan cara meminta siswa merapikan duduk, menyiapkan

buku pelajaran. Peneliti memberi penjelasan tentang cakupan materi yang

akan dipelajari beserta tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memotivasi

siswa dengan memberikan gambaran tentang jenis-jenis pencemaran

lingkungan dan membagi kelompok menjadi 4 kelompok. Berikutnya yaitu

Stimulation/Pemberian rangsangan. Siswa dari masing-masing kelompok

diminta mengamati gambar terkait pencemaran lingkungan. Peneliti memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengamati beberapa permasalahan yang

terkait dengan pencemaran lingkungan terkait gambar tersebut dan siswa

merumuskan pertanyaan terkait permasalahan yang terjadi.

Pada tahap data colecting/mengumpulkan data siswa bersama

kelompoknya mencari jawaban dengan mengumpulkan data dari membaca

buku atau refrensi lain terkait permasalahan yang sedang dihadapi, Pada tahap

ini, siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran. Processing/mengolah

Data siswa menganalisis dan mengolah data terkait permasalahan pencemaran

lingkungan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Tahap selanjutnya

Verification/Memverivikasi siswa menyusun hasil dari proses kegiatan

penemuan dalam aspek mengamati permasalahan terkait pencemaran


8

lingkungan dengan cara mengecek kebenaran melalui buku, maupun bertanya

kepada sesame teman maupun berdiskusi, pada tahap terakhir generalation/me

nympulkan siswa menyimpulkan hasil kegiatan diskusi terkait permasalahan

pencemaran lingkungan kemudian iswa mempresentasikan hasil kesimpulan

dari kegiatan yang sudah dilakukan dan peneliti memberikan ketegasan

terhadap hasil pembelajaran siswa.

Penutup peneliti bersama siswa baik secara individual maupun

kelompok melakukan refleksi untuk: mengevaluasi seluruh rangkaian

aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara

bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil

pembelajaran yang telah berlangsung, memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran dan menutup kegiatan pembelajaran dengan

doa bersama.

Model pembelajaran Discovery Learning memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dan aktif

dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Discovery Learning merupakan

metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan

situasi yang dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan

sendiri. Sesuai dengan teori Brunner yang menyarankan agar siswa belajar

secara aktif untuk membangun konsep dan prinsip. Kegiatan Discovery

Learning melalui kegiatan eksperimen dapat menambah pengetahuan dan


9

keterampilan peserta didik secara simultan.10 Model pembelajaran Discovery

Learning merupakan pembelajaran penemuan. Artinya peserta didik dituntut

berpikir suatu persoalan dan mencari penyelesaian sendiri. Peserta didik lebih

terlatih untuk menggunakan keterampilan pengetahuannya sehingga

pengetahuan pengalaman belajar peserta didik dapat tertanam untuk jangka

waktu yang lama.

Dengan model pembelajaran Discovery Learning siswa dapat lebih

terlibat aktif sehingga dapat mengembangkan aspek afektif dan psikomotor.

Proses belajar penemuan meliputi proses informasi, transformasi, dan

evaluasi. Pada proses informasi, siswa memperoleh informasi mengenai

materi yang sedang dipelajari. Tahap transformasi, siswa melakukan

identifikasi, analisis, mengubah, mentrasformasikan informasi yang telah

diperolehnya menjadi bentuk abstrak atau konseptual supaya kelak pada

gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Tahap evaluasi,

siswa menilai sendiri informasi yang telah diinformasikan itu dapat

dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang

dihadapi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengangkat “Pengaruh Pembelajaran Discovery

Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII Di Dusun

10
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013
(Jakarta Bumi Aksara, 2015), h.1.
10

Karang Kebon Barat. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh model

pembelajaran ditinjau dari sikap ilmiah terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada pengaruh pembelajaran

Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di

Dusun Karang Kebon Barat 2020/2021?

2. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak mengambang dan meluas,

maka peneliti membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. 11 Dari

uraian di atas maka peneliti membatasi pada masalah sebagai berikut:

a. Peneliti hanya meneliti siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat

Tahun Ajaran 2020/2021.

b. Penelitian berfokus pada pengaruh model pembelajaran Discovery

Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun

Karang Kebon Barat Tahun Ajaran 2020/2021.

c. Lingkup penelitian ini dibatasi pada materi pencemaran lingkungan.

11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alpabeta, 2014), h 285.
11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat

Tahun Ajaran 2020/2021.

2. Manfaat penelitian

Setiap masalah yang diteliti atau diangkat sebagai suatu objek

penelitian merupakan sebuah masalah yang dianggap penting dan peneliti ini

diharapkan dapat memberi manfaat penelitian. Adapun manfaat dari penelitian

ini dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan mengenai peningkatan kemampuan

berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran Disvovery Learning.

b. Manfaat praktis

Secara praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang

memerlukannya untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru,

dan peserta didik serta seseorang untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1) Madrasah
12

Dapat dijadikan sebagai alternatif bagi Madrasah dalam

menerapkan model pembelajaran guna meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.

2) Guru

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pendidik

(Guru) tentang cara mempermudah siswa dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis mereka melalui penerapan model

pembelajaran Discovery Learning.

3) Siswa

Membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis belajar IPA sehingga standar kompetensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran IPA dapat tercapai secara optimal.

4) Peneliti

Sebagai calon guru diharapkan hasil penelitian ini dapat

memperkaya, menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai

penerapan melalui pembelajaran model Discovery Learning.

D. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran discovery learning

Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu kegiatan

menemukan kebenaran melalui pengalamannya sendiri, kegiatan penemuan

tersebut dapat bertujuan untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Pelaksanaan model pembelajaran discovery learning memiliki


13

enam langkah yaitu: Stimulation (Pemberian Rangsangan), Problem Statement

(Pertanyaan/Identifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data),

Data Processing (pengolahan data), verification (pembuktian),

generalatizaton (menarik kesimpulan/generalisasi).

Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika apa yang akan mereka

pelajari merasa bermanfaat dan bernilai bagi kehidupan mereka, dan memiliki

tujuan yang jelas. Dengan tujuan yang jelas, siswa akan terdorong untuk

melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai

hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau melebihi orang lain.12

2. Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dengan cara berpikir

logis dan mendalam mengenai sebuah permasalahan yang memunculkan ide

pemikiran yang baru. Siswa dituntut untuk mampu mengembangkan

keterampilan berpikir yang dimiliki melalui bertanya, menjawab,

mengaplikasikan dan membuat kesimpulan. Kemudian tingkat berpikir kritis

siswa dapat diketahui melalui hasil ujian tes. Indikator kemampuan berpikir

kritis yang diukur dalam penelitian ini yaitu: memberikan penjelasan

12
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013
(Jakarta Bumi Aksara, 2015), h.1.
14

sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi, membuat penjelasan

lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.13

Euis Istianah, “Meingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Dengan
13

Pendekatan Model Elicting Activities (Meas) Pada Siswa SMA, Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung”, Vo l.2, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 46
15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian terdahulu yang relevan

Setiap penelitian ada saja perbedaan dan kesamaan. Namun dalam

penelitian ini, akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rohani, Jurusan IPS Fakultas Tarbiyah

UIN Mataram dengan judul pengaruh Model Pembelajaran Project Based

Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata

Pelajaran IPS Terpadu di SMP Hizbun Najjah NW Tempos Desa Banyu

Urip Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohani yaitu ada

pengaruh model pembelajaran Project Based learning terhadap

kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Persamaan dalam penelitian ini adalah

dari segi variabel yang digunakan, variabel dependetnya sama yaitu

kemampuan berpikir kritis. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini

adalah variabel independent, dalam penelitian yang dilakukan oleh Rohani

model pembelajaran Discovery based learning yang digunakan

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan model

pembelajaran discovery learning. Sedangkan lokasi dan waktu

penelitiannya berbeda, penelitian yang dilakukan oleh Rohani lokasi dan

waktu penelitiannyadi SMP Hizbun Najjah NW Tempos Desa Banyu Urip


16

Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017, sedangkan dilakukan

oleh peneliti yakni di Dusun Karang Kebon Barat.

b. Penelitian Septy Yustian, Nur Widodo, Yuni Pantiwati dalam jurnal

Pendidikan Biologi Indonesia yang berjudul Peningkatan Kemampuan

Berpikir Kritis dengan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Siswa

kelas X SMA Panjura Malang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septy Yustyan dkk.

Memberikan pengaruh positif dalam penggunaan pembelajaran berbasis

Scientific Approach terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Persamaan

dalam penelitian ini adalah dari segi variabel yang digunakan, variabel

dependetnya sama yaitu kemampuan berpikir kritis. Adapun jenis

penelitian yang digunakan terdapat kesamaan yakni sama-sama

menggunakan jenis penelitian quasi eksperiment (eksperimnt semu).

Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel independent,

dalam penelitian yang dilakukan oleh Septy Yustian dkk. Menggunakan

pembelajaran berbasis Scientific Approach sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning. Adapun lokasi dan waktu penelitiannya berbeda, penelitian

yang dilakukan oleh Septy Yustyan dkk. Lokasi dan waktu penelitiannya

di SMA panjura MalangTP 2014/2015, sedangkan yang dilakukan oleh

peneliti yakni di Dusun Karang Kebon Barat.


17

c. Zaetun Zakrah, dkk, dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas VIII Di Smpn 3 Gunungsari Tahun

Ajaran 2014/2015”

Persamaan dalam penelitian ini adalah dari segi variabel yang

digunakan, variabel dependetnya sama yaitu kemampuan berpikir kritis.

Adapun jenis penelitian yang digunakan terdapat kesamaan yakni sama-

sama menggunakan jenis penelitian quasi eksperiment (eksperimnt semu).

Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah lokasi dan waktu

penelitiannya, penelitian yang dilakukan oleh Zaetun Zakrah dkk, lokasi d

an waktu penelitiannya di, Di Smpn 3 Gunungsari Tahun Ajaran

2014/2015, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti yakni di Dusun

Karang Kebon Barat.

Berdasarkan analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya

pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap kemampaun

berpikir kritis siswa. Berdasarkan kajian mengenai penelitian diatas,

perbedaan dengan skripsi terdahulu yaitu tempat penelitian, mata

pelajaran, dan populasi sedangkan persamaanya adalah kemampuan

berpikir kritis.
18

2. Model Pembelajaran Discovery Learning

a. Definisi Model Pembelajaran Discovery Learning

Penemuan (Discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini

menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting

terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran.14 Konstruktivisme adalah proses membangun atau

menyusun pengetahuan baru dalam struktur

kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pendekatan konstruktivisme mem

erupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang

menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali

dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi melalui

pengetahuan diri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan di bangun

sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaktif dengan

lingkungannya.15 Pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan

pengalaman-pengalaman. Tanpa pengalaman seseorang tidak dapat

membentuk pengetahuan.16

14
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konsektual Dalam Pembelajaran Abad 21
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2016), h. 28—281.
15
Udin Syafrudin Sa’ud, Inovasi Pembelajaran (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), Cet. VI, h.
168-169.
16
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Cet Ke-7, (Bandung: CV. Alfabeta, 2012) h.
281.
19

Pengertian Discovery Learning menurut Jerome Bruner adalah

metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh

pengalaman. Hal ini yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari

pieget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif di dalam belajar

di kelas. Untuk itu, Jerome Bruner memakai cara dengan apa yang

disebutnya Discover Learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan

yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.17 Ide Bruner itu ditulis dalam

buku Proces Of Education, dalam ini ia mengemukakan pendapatnya

bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk

intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat

permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang

bermakna, dan makin meningkat ke arah yang abstrak.

Jerome Bruner mengemukakan belajar menemukan (Discover

Learning) mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri.

Belajar penemuan melibatkan arahan guru untuk mengatur aktivitas-

aktivitas yang dilakukan seperti mencari, mengolah, menelusuri dan

menyelidiki. Siswa mempelajari pengetahuan baru yang relevan dengan

bidang studi dan keterampilan-keterampilan masalah umum seperti

17
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konsektual Dalam Pembelajaran Abad 21
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2016), h. 28—281.
20

memformulasikan aturan, menguji hipotesis dan mengumpulkan

informasi.18

Proses penemuan terhadap suatu objek dalam IPA mengarah pada

suatu penyelidikan Arti kata “Discovery” adalah penemuan. Pembelajaran

Discovery merupakan pembelajaran yang selalu melibatkan peserta didik

dalam pembangunan konsep IPA yang melibatkan proses mentall yang

terjadi dipeserta didik.19 Menurut Wilcox, dalam pembelajaran dengan

penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui

keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-

prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan

melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menmukan prinsip-

prinsip untuk diri mereka sendiri.

Menurut Bell, belajar penemuan adalah belajar yang terjadi

sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan

mentrasformasi informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi

baru.20 Pembelajaran penemuan membantu merekrut kegiatan dimana

siswa belajar untuk diri mereka sendiri dan menerapkan konsep yang

18
Yun Ismi Wulandari dkk, Implementasi Model Discevry Learning Dengan Pendekatan
Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Ekonomi Kelas IX IIS 1 SMA NEGERI 6 SURAKARTA Tahun Pelajaran 2014/2015 (Jurnal
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2015), h. 3.
19
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, Metodelogi Pembelajaran IPA (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), h. 80-81.
20
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konsektual Dalam Pembelajaran Abad 21
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2016), h. 28—281.
21

mereka temukan, yang pada akhirnya menghasilkan pembelajaran yang

efektif.21 Kegiatan belajar mengajar menggunakan metode penemuan

(discovery) mirip dengan (inquiry). Discovery adalah konsep menemukan

konsep konsep melaui serangkaian data atau informasi yang diperoleh

melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui

pengamatan atau percobaan.

Dengan demikian, pembelajaran Discovery Learning merupakan

suatu kegiatan menemukan kebenaran melalui pengalamannya sendiri,

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam

ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan,

anak juga bisa belajar analisis dan memecahkan sendiri masalah yang

dihadapi dan kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan

bermasyarakat. Pembelajaran Discovery Learning diharapkan mampu

untuk memberikan rangsangan serta rasa ingin tau pada diri siswa agar

terlibat secara aktif untuk mencari, menemukan dan mengorganisasi

sendiri pengetahuan yang dimilikinya sehingga siswa diharapkan

mengembangkan keterampilan untuk berpikir kritis didalam mengelolah

informasi dan menghubungkan sesuai yang bermakna sesuai dengan

bidang studi.

21
Abderahman Kamel Abdelrahman Mahmoud, The Effect Of Using Discovery Learning
Strategy in Theaching Grammatical Rules to Firstyear General Secondary Student on Developing
Their Achievement and Metacognitive Skills (International Jurnal of Innovation and Scientifik
Research Vol.5 No. 2 Faculty of Education, Fayoum University, Egypt, 2014), h. 152.
22

b. Karakteristik Discovery Learning

Adapun sejumlah cirri-ciri proses pembelajaran yang sangat

ditekankan oleh teori konstruktivisme sebagai berikut:

1) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

2) Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin

dicapai.

3) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan

pada hasil.

4) Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.

5) Menghargai peranan pengalaman kritis siswa dalam belajar.

6) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.

7) Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman

siswa.

8) Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.22

c. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Adapun menurut Bell dalam Agus Cahy, ada beberapa tujuan

spesifik dari pembelajaran penemuan, yaitu sebagai berikut:

1) Dalam pembelajaran penemuan siswa memiliki kesempatan untuk

terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan

22
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konsektual Dalam Pembelajaran Abad 21
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2016), h. 28-284.
23

bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkatkan

ketika penemuan yang digunakan.

2) Melalui pembelajaran penemuan siswa dapat menemukan pola dalam

situasi konkrit maupun abstark, siswa juga meramalkan informasi

tambahan yang diberikan.

3) Siswa belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancuh dan

menggunakan Tanya jawab untuk memperoleh informasi, serta

mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

4) Terdapat berbagai fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-

keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari

melalui pelajaran lebih bermakna.

5) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar dengan penemuan

dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan

diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru. 23

d. Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning

Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery

Learning secara umum adalah sebagai berikut:

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan

permasalahan kepada siswa yang menimbulkan rasa ingin tau untuk

23
Fitriyah, Ali Murtadlo, Dan Rini Warti, Jurnal Pelangi…, hlm. 110.
24

melakukan penyelidikan yang lebih mengenai permasalahan tersebut.

Setelah itu, siswa juga dapat diberikan kegiatan yang mampu

merangsang pemikiran siswa seperti jelajah pustaka, pratikum, dan

aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecah

masalah.24

2) Problem Statement (Pertanyaan/Identifikasi Masalah)

Langkah selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ditemukan pada

kegiatan awal. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi

dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan

teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka hadapi,

merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka

terbiasa untuk menemukan suata masalah. Masalah yang telah

ditemukan kemudian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau

hipotesis.25

3) Data Colection (pengumpulan Data)

Hipotesis yang telah dikemukakan, dibuktikan kebenarannya

melalui kegiatan ekspolarasi yang dilakukan oleh siswa dengan

bimbingan guru. Pembuktian dilakukan dengan mengumpulkan data

24
Naila Ayadia, “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Scietinfic
Apporoach untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA,”(Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, 2014), Hlm 10-11.
25
Farida Nursyahidah, “Pembelajaran Discovery Learning menggunakan Tangram Geogebra
Untuk Menemukan Luas Persegi,” Volume 6, Nomor 1, Tahun 2015, Hlm 25-26.
25

mamupun informasi yang relevan melalui pengamatan, wawancara,

eksperiment, jelajah pustaka, maupun kegiatan-kegiatan lain yang

mendukung dalam kegiatan membuktikan hipotesis.26

4) Data Processing (Pengolahan Data)

Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi suatu

informasi yang runtut, jelas, dan bermakna. Pengolahan data dapat

dilakukan dengan berbagai cara, seperti diacak, diklasifikasikan,

maupun dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu.

5) Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan kebenaran hipotesis awal yang telah

dikemukakan. Pembuktian didasarkan pada hasil pengolahan data

yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. 27

6) Generalatizaton (menarik Simpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi atau penarikan simpulan adalah proses

menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan

memperhatikan hasil verifikasi. Setelah penarikan kesimpulan, siswa

harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan


26
Ellyza Sri Widyaatuti, “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi
Konsep Ilmu Ekonomi,” Volume 9, Tahun 2015, Hlm 35-36.
27
Ibid, hlm 11-12.
26

pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-

prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta

pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-

pengalaman itu.

Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery

Learning adalah sebagai berikut:

1) Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan

suatu perasaan gagal dalam dirinya. Ini dimulai proses Inquiri.

2) Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individulal.

3) Siswa pengetahuan yang sebelumnya, berusaha memecahkan

problem dengan menggunakan.

4) Siswa menunjukan pengertian dari pencemaran lingkungan itu.

5) Siswa menyatakan konspnya atau prinsip-prinsip dimana

pencemaran lingkungan itu didasarkan.28

Jadi langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah Stimulation (Stimulasi/Pemberian

Rangsangan), Problem Statement (Pertanyaan/Identifikasi

Masalah), Data Colection (pengumpulan Data), Data Processing

(Pengolahan Data), Verification (pembuktian), dan

Generalatizaton (menarik Simpulan/Generalisasi).

28
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Depublish, 2017), hlm. 108.
27

e. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning memiliki beberapa

kelebihan, yaitu:

1) Menambah pengalaman siswa dalam belajar

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat lagi dengan

sumber pengetahuan selain buku

3) Menggali kreativitas siswa

4) Mampu meningkatkan rasa percaya diri pada siswa

5) Meningkatkan kerja sama antar siswa.29

Model pembelajaran Discovery Learning memiliki beberapa

kekurangan, yaitu:

1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar

2) Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak

atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep,

yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan

frustasi

3) Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak

karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu merekan

untuk menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya

29
Made Putrayasa, “Pengaruh …,hlm 45-46
28

4) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-

cara belajar yang lama

5) Pembelajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep keterampilan

emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.30

Jadi, kelebihan model pembelajaran Discovery Learning yaitu

ketertarikan siswa melalui pengalaman langsung yang dilakukan

dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran lebih realistis dan berarti,

karena dilatarbelakangi oleh interaksi langsung siswa dengan contoh-

contoh nyata, melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran

serta membangkitkan motivasi siswa.

f. Pentingnya Model Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning memiliki beberapa

keuntungan. Ia menimbulkan keingintahuan peserta didik, memotivasi

mereka melanjutkan kerja/usaha sampai mereka menemukan jawaban-

jawaban. Peserta didik juga belajar pemecahan masalah independen dan

keterampilan-keterampilan berpikir kritis karena mereka harus

menganalisis dan memanipulasi informasi. Guru sebagai fasilitator

mendorong peserta didik memecahkan masalah sendiri atau kelompok

30
Meiria Sylvi Astute, “Peningkatan…, hlm 14-15
29

sebagai pengganti mengajari mereka mencari jawaban-jawaban. Peserta

didik sering lebih mendapatkan manfaat dengan melihat dan melakukan

daripada mendengarkan pelajaran. Guru dapat membantu peserta didik

memahami konsep-konsep yang sulit dengan menggunakan demonstrasi

atau gambar.31

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian berpikir kritis

Dalam arti yang terbatas berfikir itu tidak dapat didefinisikan,

melainkan berpikir itu tiap kegiatan jiwa yang menggunakan kata-kata dan

pengertian selalu mengandung hal berpikir.32

Dalam arti yang luas berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-

abstraksi. Dalam arti yang sempit berpikir adalah meletakan atau mencari

hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi. Berpikir erat hubungannya

dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti dengan: tanggapan, ingatan,

pengertian dan perasaan.33

Dalam hal berpikir, cenderung orang menemukan jawaban dari

permasalahan dari sebab adanya suatu sehingga tergerak fikirannya untuk

mengolah suatu permasalahn dengan kritis dalam menanggapi sesuatu

tersebut akibat rasa ingin tahunya atas segala sesuatu yang logis.

31
Masrida, Yusminah Hala, A. Mushawwir Taiyeb. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Kelas VIII MTSN Libureng
Kabupaten Bone (Jurnal, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2015). H. 86.
32
Ngalim Purwanto, Psiokologi pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 43
33
Ibid., hlm. 44.
30

Menurut Ennis, berpikir kritis merupkan berpikir secara alasan dan

reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang

harus dipercayai atau dilakukan.34 Adapun menurut Wijaya, berpikir kritis

mengarah pada kegiatan menganalisa kegiatan gagasan kearah yang lebih

spesifik, membedakan suatu hal secara tajam, memilih, mengidentifikasi,

mengkaji dan mengembangkan ke arah yang lebih sempurna. Sedangkan

John Chaffe mengartikan berpikir kritis sebagai berfikir yang digunakan

untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir seseorang dalam

meggunakan bukti dan logika pada proses berpikir tersebut.35 Menurut

pandangan peneliti berpikir kritis merupakan suatu proses pengolahan

informasi terkait dengan penggunaan akal dalam aktivitas pertimbangan

dan penemuan pengetahuan akibat rasa ingin tahu terhadap segala bentuk

permasalahan yang terjadi sesuai dengan kenyataan dan ilmu pengetahuan.

Di dalam proses pembelajaran kemampuan berpikir kritis lebih

dikedepankan oleh seseorang pendidik dalam pembelajaran untuk

mendorong peserta didik supaya lebih aktif terhadap sesuatu bukan hanya

diam saja menerima segala bentuk materi pelajaran yang disampaikan.

Berpikir merupakan suatu proses untuk menemukan suatu yang baru.

34
Harlinda Fatmawati, Mardyana , Triyanto, “Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 2, Nomor 9, November 2014, hlm 913.
35
Euis Istianah, “Meingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Dengan
Pendekatan Model Elicting Activities (Meas) Pada Siswa SMA, Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung”, Vo l.2, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 46.
31

b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Etnnis, (1991), adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kritis

adalah sebagai berikut:

1) Mencari pertanyaan yang jelas dari setiap pernyataan

2) Mencari alasan

3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik

4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkanya

5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan

6) Berusaha tetap relevan pada ide utama

7) Mengingat kepentingan asli dan mendasar

8) Mencari alternative

9) Bersikap dan berpikir terbuka

10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan

sesuatu

11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan

12) Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari

keseluruhan masalah

13) Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.36

36
F. Fakhriyah, “Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Dalam Google Scholar,
Diakses Tanggal 12 April 2018, Pukul 21.42.
32

c. Keterampilan Berpikir Kritis

Spliter mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah

keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk hal-hal

yang diyakini dan dilakukan. Selain itu, keterampilan berpikir kritis

adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan

kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan,

pertimbangan, tindakan dan keyakinan.37 Keterampilan yang harus

dikuasai siswa agar dapat berpikir kritis:

1) Keterampilan menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan

menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar

mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan

tersebut, tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global

dengan cara menguraikan atau merinci globalisasi tersebut kedalam

bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis,

menghendaki agar pembaca mengidentifikasi langkah-langkah logis

yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut

kesimpulan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan

keterampilan berpikir analistis, diantaranya: menguraikan, membuat di

agram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan, merinci

dan lain sebagainya.


37
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual (Bandung: Refika Aditama, 2013), h. 266.
33

2) Keterampilan mensintesis

Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang

berlawanan dengan keterampilan menganalisis. Keterampilan

mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian

menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis

menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang

diperoleh dari materi yang dibacanya, sehingga dapat menciptakan

ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam bacaanya.

Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas

kontrol.

3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep

kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca

untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan

membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok

bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan

keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan

menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang

lingkup baru.

4) Keterampilan menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan merupakan kegiatan akal pikiran

manusia. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa


34

keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan

memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu

formula baru, yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu

sendiri, dapat mencapai dua cara, yaitu deduksi dan indikasi. Jadi,

kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memperdayakan

pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah

pemikiran atau pengetahuan yang baru.

5) Keterampilan mengevaluasi atau menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam

menentukan nilai sesuatu dengan berbagai cerita yang ada.

Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan

penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar

tertentu. Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan

mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi.

Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-

aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.38

38
Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013 (Jakarta: Prestasi
Pustaka Raya, 2015), h. 149.
35

d. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Tabel 2.1
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Sub Indikator Penjelasan


1. Memberikan a. Memfokuskan 1. mengidentifkasi
penjelasan pertanyaan atau
sederhana merumuskan
(Elementary pertanyaan
clarification) 2. mengidentifikasi
kriteria-kriteria
untuk
mempertimbang
kan jawaban
yang unik.
3. Menjaga kondisi
pikiran
b. Menganalisis 1. Mengidentifikasi
argument kesimpulan
2. Mengidentifikasi
alasan
3. Mengidentifikasi
alasan yang
tidak dinyatakan
4. Mengidentifikasi
ketidakrelevan
dan kerelevanan
5. Mencari
persamaan dan
perbedaan
6. Merangkum
36

No Indikator Sub Indikator Penjelasan


c. Bertanya dan 1. Mengapa
menjawab 2. Apa intinya
pertanyaan 3. Apa contohnya
klarifikasi dan 4. Bagaimana
pertanyaan yang menerangkan
menantang dalam kasus
tersebut.39

2. Membangun a. Mempertimbangkan 1. Ahli


keterampilan kredibilitas suatu 2. Tidak adanya
dasar (basic sumber confict interest
support) 3. Menggunakan
prosedur yang
ada
b. Mengobservasi dan 1. Ikut terlibat
mempertimbangkan dalam
hasil observasi menyimpulkan
2. Dilaporkan oleh
pengamatan
sendiri
3. Mencatat hal-hal
yang diinginkan
3. Inferensi a. Membuat deduksi 1. Kelompok yang
(menyimpulkan) dan logis
mempertimbangkan 2. Kondisi yang
hasil deduksi logis
b. Membuat induksi 1. Latar belakang
dan fakta
mempertimbangkan 2. Penerapan
hasil induksi prinsip-prinsip
3. Memikirkan
alternative
c. Membuat dan 1. Latar belakang
mempertimbangkan fakta
induksi 2. Penerapan

Euis Istianah, “Meingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Dengan
39

Pendekatan Model Elicting Activities (Meas) Pada Siswa SMA, Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung”, Vo l.2, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 46.
37

No Indikator Sub Indikator Penjelasan


prinsip-prinsip
3. Memikirkan
alternative
4. Membuat a. Mengidentifikasi 1. Penawaran
penjelasan lebih asumsi secara implicit
lanjut 2. Asumsi yang
(advanced diperlukan
clation)
5. Mengatur a. Merumuskan suatu 1. Menidentifikasi
strategi dan tindakan masalah
taktik (Strategi 2. Merumuskan
and tactic) alternative yang
memungkinkan
3. Merumuskan
hal-hal yang
akan dilakukan
secara
alternative
4. Mereview

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan beserta

didik, yaitu antara lain:

1) Kondisi fisik, Menurut Maslow dalam Siti Maryam kondisi fisik

merupakan kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk

menjalani kehidupan.

2) Motivasi, Kort mengatakan motivasi adalah hasil faktor internal dan

ekternal. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,

dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat

sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


38

3) Kecemasan, keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan

ketakutan terhadap kemungkinan bahaya, Menurut Frued dalam

Riasmini kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima

stimulus berlebih yang melampaui untuk menanganinya (internal,

eksternal).

4) Perkembangan intelektual, intelekual atau kecerdasan adalah

kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan

suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat

merespon dengan baik setiap stimulus.40

B. Kerangka Berpikir

IPA Khususnya Biologi memiliki karakteristik yang membedakannya

dengan bidang ilmu lain. Biologi adalah kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta, konsep, atau prinsip tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses.

Pembelajaran IPA mengarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat

membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang tentang

dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen

pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA terdiri atas

tiga tahap, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

40
Punyaiftitah. Blogspot. Sg/2014/12/V-Behaviorurldefaultvmlo.Htm?M=1, Diakses Tanggal
26 April 2018, Pukul 21.00 Wita.
39

dan penilaian hasil pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran

maka perlu mengevaluasi, mengembangkan kreativitas dan terus berinovasi dalam

menata desain pembelajaran yang dilakukan. Dengan adanya inovasi dan

perbaikan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kemajuan dalam pola

pikir, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, induktif dan deduktif,

menggunakan konsep dan prinsip biologi.

Pembelajaran biologi memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen

sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan kemampuan berpikir kritis.

Selain itu pembelajaran Biologi juga mengembangkan rasa ingin tahu melalui

penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah

untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, teori dan hukum.

Namun kenyataannya di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran

Biologi tidak menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, tidak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, tidak lebih

menekankan pada ditemukannya konsep sendiri, sehingga siswa kurang dapat

mengumpulkan, mongolah dan menganalisis data sendiri.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Discovery Learning, siswa diberi

beberapa kasus yang berkaitan dengan masalah pencemaran lingkungan sebagai

mendorong kemampuan siswa menemukan konsep dari hasil belajar sendiri.

Dengan harapan, potensi intelektual siswa berkembang sehingga dapat

mengeluarkan gagasan-gagasan untuk melihat masalah dari berbagai sudut

pandang, memecahkan masalah-masalah dan dapat melatih kemampuan berpikir


40

kritis. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat pengaruh pembelajaran Discovery

Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun Karang

Kebon Barat Tahun Ajaran 2020/2021.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.41 Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

Ha: Ada pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun

Ajaran 2020/2021.

41
Sugioyono, Metode Penelitian Kuatintatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 64.
41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni eksperimen

semu (Quasi Eksperiment design). Jenis penelitian ini mempunyai kelompok

kontrol, tetapi tidak sepenuhnya berfungsi untuk mengontrol variabel-variabel

luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode untuk menguji teori-

teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini

diukur (biasanya dengan instrument penelitian) sehingga data yang terdiri dari

angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik.42 Pada penelitian

kuantitatif data hasil yang diperoleh berupa angka-angka atau kuantitas yang

dapat diperhitungkan dengan menggunakan analistik.43

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan pada dua kelas,

yakni ada yang bertindak sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol.

Sebelum diberi perlakuan kedua kelas diberikan pretest untuk mengetahui

kemampuan awal dari kedua kelas tersebut. Setelah itu kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran ceramah dalam proses

42
Juliansyah Noor, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm 38.
43
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuatintatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alpabeta, 2012), h.77.
42

pembelajaran. Setelah kelas eksperimen diberikan perlakuan maka peneliti

memberikan posttes kepada kedua kelas tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji pengaruh kelas yang

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan kelas yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ceramah yang selama ini

biasa digunakan oleh guru dengan maksud untuk mengetahui kemampuan

berpikir kritis siswa.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu

ruang lingkup, populasi berhubungan dengan data bukan manusianya.

Populasi terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan

karateristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulanya. 44 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk

sumber data penelitian.45 Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

20 siswa kelas VII yang ditemukan di Dusun Karang Kebon Barat. Teknik

44
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuatintatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alpabeta, 2012), h.78
45
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuatintatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alpabeta, 2012), h.57
43

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan jenis

sampling insidental. Sampling insidental adalah suatu teknik dalam

pengambilan sampel secara kebetulan, artinya siapapun siswa kelas VII yang

di temukan di Dusun Karang Kebon Barat digunakan sebagai sampel. Teknik

insidental yang peneliti gunakan adalah dengan cara mencari dan

mengumpulkan siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat yang

digunakan sebagai sampel penelitian.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Karang Kebon Barat pada siswa kelas

VII, Pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, dinamakan

variabel karena ada variasinya (masing-masing dapat berbeda).46 Variabel

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yakni variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian

ini yakni model pembelajaran yang biasa disimbolkan dengan simbol X. Variabel

bebas (independent variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.47 Variabel terikat atau

46
Juliansyah Noor, Metodelogi…, hlm.48
47
Ibid.
44

dependent variabel adalah faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi atau

dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, biasa dinotasikan dengan simbol Y.

Sedangkan yang termaksud dalam variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah proses yang dilakukan untuk merancang suatu

percobaan dalam penelitian.48 Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pretes-Postest Control Group Design. Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok

yang dipilih secara random, dan diberikan pretes kepada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol guna untuk mengetahui keadaan awal.49

Desain penelitian ini terdapat kelompok yang tidak diberi perlakuan

disebut kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok

eksperimen. Dalam ini desain penelitian dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 3.1
Pretes-Postest Control Group Design

Grup Pretes Variabel Terikat Postest


(R) Eksperimen Y1 X Y2
(R) Kontrol Y1 - Y2

48
Nazir, Metode Penelitian, (Boor Selatan: Ghalia Indonesia, 2005), hlm, 221.
49
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan…, hlm. 148
45

Keterangan:

X = Ada perlakuan model pembelajaran Discovery learning

- = Tidak menerima perlakuan menggunakan model

pembelajaran ceramah.50

F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk

memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari

responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama. 51 Dalam

penelitian instrumen memegang peran yang sangat penting sebagai alat pengukur

data penelitian untuk mendapatkan hasil data yang diperoleh.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Instrumen Tes

Tes adalah rangkaian pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai alat

ukur dalam proses asesmen maupun evaluasi dan mempunyai peran penting

untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, bakat atau

kemampuan yang dimiliki individu atau kelompok.52

Dalam penelitian ini instrumen tes yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun jenis tes yang digunakan dalam

50
Ibid
51
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuatintatif: Dilengkapi Dengan
Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hlm 75.
52
Kasmadi Dan Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, (Bandung,
Alfabeta, 2016), hlm 69.
46

penelitian ini adalah jenis tes uraian (essay). Dengan jumlah soal terdiri dari 8

soal. Tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk tes uraian dengan skor

setiap butir adalah 4. Adapun rubrik penilaian dapat dilihat pada lampiran 3.

Adapun kisi-kisi soal yang digunakan sebagai instrumen tes kemampuan

berpikir kritis sesuai dengan materi pencemaran lingkungan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 3.2
Kisi-kisi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Indikatornya

Indikator Sub indikator Perincian sub indikator No


berpikir Kritis berpikir kritis soal
Memberikan Memfokuskan Mengidentifikasi atau merumuskan 1
penjelasan pertanyaan masalah
sederhana
Mengidentifikasi atau merumuskan 2
(elementary
kriteria untuk menentukan jawaban
clarification)
yang mungkin
Menganalisis Mengidentifikasi dan menangani 3
argument kerelavan dan ketirelevas

Menjawab Menjawab pertanyaan “mengapa?” 4


suatu
penjelasan atau
tantangan
Membangun Menyesuaikan Kemampuan memberikan alasan 5
keterampilan dengan sumber
dasar (basic
support)
Menyimpulka Menginduksi Menggeneralisasikan 6
n (inference) dan
mempertimban
gkan hasil
induksi
Memberikan Mengidentifika Bentuk operasional 7
penjelasan si istilah dan
lebih lanjut mempertimban
(advanced gkannya.
47

Indikator Sub indikator Perincian sub indikator No


berpikir Kritis berpikir kritis soal
clarification)
Menyusun Berinteraksi Memberi label 8
strategi dan dengan orang
taktik lain
(strategy and
tactics)

Untuk mengetahui kualitas dari instrumen maka akan dilakukan uji

validitas dan realibitas instrumen.

1) Uji Validitas Tes

Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.53 Setiap data harus

diukur dengan alat ukur yang tepat agar hasilnya dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini, instrumen yang dipakai adalah tes, untuk

mengukur validitas setiap butir tes tersebut, maka peneliti menguji

validitas instrumen menggunakan SPSS 24. Kriteria Validitasnya

adalah: valid jika “r hitung > r tabel”

Berdasarkan hasil perhitungan di atas kemudian di

interprestasikan pada tabel sebagai berikut:54

Tabel 3.3
Interpretasi Indeks Korelasi “r”Product moment55
53
Syofian Siregar, Statistik…, hlm. 75.
54
Septyan Yustyan dkk, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran
Berbasis Scientific Apporoach Siswa Kelas X SMA Panjura Malang”, Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia, Vol, 1, Nomor 2, 2015, hlm 247.
55
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan Pendekatan Kuatintatif, kualitatif, dan R&D,
2012.
48

Besarnya “r” Product moment“(rxy Interpretasi


≤0,30 Tidak valid
≤0,30 Valid

2) Uji Reliabilitas Tes

Reliabitas merupakan suatu pengertian bahwa suatu instrument

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena instrumen itu sudah baik. Tes yang digunakan berbentuk

uraian. Untuk mengukur realibilitas dapat digunakan SPSS 24.

2. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Juliansyah Noor observasi adalah suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psiologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.56 Observasi lebih menekankan pada suatu proses

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi ini

digunakan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran dan sebagai acuan

untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning di kelas eksperimen. Lembar

keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.4:

56
Ibid., hlm. 145.
49

Tabel 3.4
Lembar keterlaksanaan pembelajaran

No Tahap Deskriptor Skor


1 2 3 4

1. Stimulation Guru memberikan stimulasi atau


rangsangan kepada siswa untuk
menimbulkan rasa ingin tahu
dengan memberikan permasalahan
2. Problem Guru meminta siswa untuk
statement mengidentifikasi masalah-masalah
yang telah ditemukan
3. Data Guru membimbing siswa untuk
Collection melakukan kegiatan pengumpulan
data
4. Data Guru membimbing siswa untuk
Processing melakukan kegiatan pengolahan
data
5. Verification Guru membimbing siswa agar
dapat berdidskusi dan membuktika
n jawaban permasalahan
6. Generalizatin Guru mengarahkan siswa untuk
menarik sebuah kesimpulan

G. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian

Teknik pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.57 Pengumpulan data

sangat penting dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang

dilakukan sehingga dapat diolah supaya mendapatkan hasil penelitian yang lebih

akurat, relevan dan up to date sehingga dapat di pertanggung jawabkan

57
Juliansyah Noor, Metodelogi…, hlm.138.
50

kebenarannya. Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh data yang

dibutuhkan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Teknik Tes

Untuk memperoleh data, peneliti memberikan tes awal (pretest) dan tes

akhir (postest) kepada seluruh siswa kelas VII yang terbagi dalam dua kelas

yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menjadi sampel penelitian.

Pretest yang diberikan untuk peserta didik berfungsi untuk memperoleh

informasi tentang kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran.

Sedangkan posttest berfungsi untuk menilai kemampuan siswa menguasai

materi yang telah dipelajari. Postest diberikan setelah mengikuti

pembelajaran.“Test yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes

awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya”. 58

2. Observasi

Didalam proses memperoleh data, peneliti mengamati langsung seluruh

objek sasaran aktivitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru

dalam penggunaan model pembelajaran discovery learning dari kegiatan awal

sampai akhir pembelajaran sesuai format RPP. Teknik observasi yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur keterlaksanaan

pembelajaran Discovery Learning dan pembelajaran konvesional yang diamati

oleh obsever.

58
Rusman, Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2017), hlm. 259.
51

3. Dokumentasi

Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan

harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto.59 Dalam penelitian ini

pengumpulan data dapat diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen, foto

dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti dari awal sampai akhir,

beserta dokumentasi yang berhubungan dengan segala hal yang memperkuat

penelitian.

H. Teknik Analisis Data

1. Data kemampuan berpikir kritis

Penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis dihitung dengan

menggunakan presentase sebagai berikut:

Penilaian Akhir = X 100%

Setelah diketahui presentase masing-masing indikator keterampilan

berpikir kritis siswa, selanjutnya diinterprestasikan ke dalam kriteria

kemampuan berpikir kritis siswa seperti yang terlihat dalam tabel 3.5.

Tabel 3.5
Kriteria kemampuan berpikir kritis60

No Presentase Keterangan
1 0%-20% Sangat kurang kritis
2 21%-40% Kurang kritis
3 41%-60% Cukup kritis

59
Ibid., hlm. 141.
60
Muhammad Firdaus, Pengembangan LKPD Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2018, Hlm
8-9.
52

4 61%-80% Kritis
5 81%-100% Sangat kritis

2. Data Keterlaksanaan Pembelajaran

Untuk mengetahui data keterlaksanaan pembelajaran dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:61

Penilaian Akhir = X 100%

Setelah diketahui data keterlaksanaan pembelajaran dalam

keterlaksanaan RPP, selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria penilaian

keterlaksanaan pembelajaran seperti yang terlihat pada tabel 3.6:

Tabel 3.6
Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran62

Rentang Keterangan
81 % - 100 % Sangat Baik
61 % - 80 % Baik
20 % - 60 % Cukup
>20 % Tidak Baik

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan

keterampilan berpikir kritis siswa setelah dan sebelum diberi perlakuan. (Ho)

hipotesis nol artinya ditolak dan (Ha) hipotesis diterima. Sebelum melakukan

analisis menggunakan uji t terlebih dahulu melakukan uji prasyarat.

61
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan Pendekatan Kuatintatif, kualitatif, dan R&D,
2012.
62
Ibid..,
53

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

tersebut terdapat normal atau tidak. Uji normalitas dihitung dengan

menggunakan SPSS 24.

“Kriteria pengujian yang diambil berdasarkan nilai data


probabilitas jika nilai probabilitas 0,05, maka tidak
berdistribusi normal. Data dikatakan berdistribusi normal, jika
data probabilitasnya 0,05.63

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

data tersebut homogen atau tidak. Uji homogenitas juga bertujuan

untuk mengetahui jumlah varians dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Uji homogenitas bisa menggunakan SPSS 24.

Kriteria penilaian jika:

Jika Fhitung Ftabel berarti data bersifat homogen dan Ho diterima.

3) Uji t

Uji t bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang

menyatakan bahwa sampel yang diambil secara random dari populasi

yang sama tidak ada perbedaan yang signifikan. Jika jumlah sampel

63
Sofian Siregar, Statistik Parametric untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara
2014), hlm. 167.
54

sama dan varian homogen, maka rumus t-tes bisa menggunakan SPSS

24. Jika jumlah sampel tidak sama dan varian tidak homogen.
55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni eksperimen

semu (Quasi Eksperiment design). Jenis penelitian ini mempunyai kelompok

kontrol, tetapi tidak sepenuhnya berfungsi untuk mengontrol variabel-variabel

luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode

untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar

variabel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan jenis sampling insidental. Sampling insidental adalah suatu teknik

dalam pengambilan sampel secara kebetulan, artinya siapapun siswa kelas VII

yang di temukan di Dusun Karang Kebon Barat digunakan sebagai sampel.

Teknik insidental yang peneliti gunakan adalah dengan cara mencari dan

mengumpulkan siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat yang

digunakan sebagai sampel penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian

ini adalah 20 siswa kelas VII yang ditemukan di Dusun Karang Kebon Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari jumat, 5 Maret 2021 di Dusun

Karang Kebon Barat selama satu bulan. Dalam hal ini penelitian dilakukan

dengan menguji cobakan tes bentuk uraian kepada 20 siswa yang menjadi

sampel penelitian. Dari 20 siswa tersebut selanjutnya terbagi menjadi 2


56

kelompok, ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun

kelompok eksperimen berjumlah 10 orang dan kelompok kontrol berjumlah

10 orang. Dalam hal ini instrumen tes yang dilakukan untuk mengukur hasil

kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan pada dua kelas,

yakni ada yang bertindak sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol.

Sebelum diberi perlakuan kedua kelas diberikan pretest untuk mengetahui

kemampuan awal dari kedua kelas tersebut. Setelah itu kelas eksperimen

diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran ceramah dalam

proses pembelajaran. Setelah kelas eksperimen diberikan perlakuan maka

peneliti memberikan posttes kepada kedua kelas tersebut. Dalam penelitian

ini, peneliti ingin menguji pengaruh kelas yang menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning dengan kelas yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran ceramah yang selama ini biasa digunakan

oleh guru dengan maksud untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam deskripsi hasil penelitian ini, akan memaparkan data-data

hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Karang Kebon Barat, tentang

pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa kelas VII pada materi pencemaran lingkungan. Materi

yang diajarkan adalah pencemaran lingkungan, untuk mengumpulkan data-


57

data pengujian hipotesis, peneliti mengajarkan materi pencemaran lingkungan

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 2 kali pertemuan.

Pada tanggal 5 Maret 2021 sebelum peneliti memberikan perlakuan

dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, terlebih dahulu

memberikan soal pretest kepada kelas eksperimen sedangkan pada tanggal 6

Maret 2021 setelah memberikan perlakuan peneliti memberikan soal post test

di kelas eksperimen. Pada tanggal 9 Maret 2021 sebelum peneliti memberikan

perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran konvesional, terlebih

dahulu memberikan soal pretest kepada kelas eksperimen sedangkan pada

tanggal 10 Maret 2021 setelah memberikan perlakuan peneliti memberikan

soal post test di kelas kontrol tes yang digunakan adalah uraian dengan

jumlah soal 8 yang sudah melalui proses uji validitas dan uji reliabilitas.

Berikut akan diuraikan data-data hasil penelitian terkait dengan hasil

uji validitas, uji reliabilitas instrument, data keterampilan berpikir kritis siswa,

uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis. Untuk menghitung peneliti

menggunakan aplikasi SPSS 24.

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

a. Validitas Instrumen

Sebelum digunakan untuk penelitian, tes tersebut divalidasi

oleh validator ahli, dalam penelitian ini yang menjadi validator adalah

ibu Nurdiana, SP. MP beliau adalah dosen Biologi di UIN Mataram,

soal yang divalidasi adalah soal uraian sebanyak 8 butir.


58

Ada 5 aspek yang dinilai oleh validator dengan skor 1-5, skor 1

= tidak baik, 2 = kurang baik, 3= cukup baik, 4 = baik, 5 = sangat baik.

Sehingga nilai validasi ahli adalah 40. Berdasarkan penilaian yang

diberikan oleh validator sudah termasuk kedalam kategori yang sangat

baik, sehingga instrumen layak untuk digunakan.

Sebelum tes digunakan sebagai instrumen penelitian, tes

terlebih dahulu di uji validitasnya. Tujuannya adalah untuk

mengetahui kelayakan instrumen.

Adapun hasil perhitungan dibantu dengan menggunakan

Microsoft excel dan program SPSS 24. Berdasarkan hasil perhitungan

uji coba tes kemampuan berpikir kritis menunjukan dari 8 butir soal

yang disebar semuanya valid seperti yang terlihat dalam tabel dibawah

ini.

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Y)

No Soal r hitung r table Keterangan


1 0,636 0,30 Valid
2 0,642 0,30 Valid
3 0,632 0,30 Valid
4 0,643 0,30 Valid
5 0,692 0,30 Valid
6 0,651 0,30 Valid
7 0,805 0,30 Valid
8 0,748 0,30 Valid
59

Hasil uji validiatas instrumen kemampuan berpikir kritis siswa

menunjukan bahwa nilai r hitunyan lebih besar daripada r tabel untuk

butir soal nomor 1 sampai 8. Artinya tes instrumen kemampuan

berpikir kritis yang diuji semuanya valid dengan taraf signifikan 5%.

b. Reliabilitas

Setelah memenuhi ktiteria validitas tiap-tiap butir soal maka

hal yang selanjutnya yang harus dilakukan yakni menguji reliabilitas

dari instrumen tes tersebut. Dalam hal ini uji coba reliabilitas

bertujuan untuk mengukur sejauh mana alat pengukur dapat dikatakan

konsisten. Maksudnya, jika dilakukan pengukuran berulang-ulang

maka alat pengukurnya menunjukan hasil yang sama. Adapun rumus

yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen tes ini yaitu

dengan rumus Alfa Cronbach dengan bantuan SPSS 24.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa nilai

reliabilitasnya sebesar 0,828. Dari hasil nilai uji reliabilitas, data

tersebut dinyatakan reliabel, karena nilai yang diperoleh sebesar 0,828.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas nilai rhitung sebesar 0,828 sedangkan

rtabel sebesar 0,456. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan

Ho ditolak karena nilai rhitung ≥ rtabel. Adapun tingkat reliabilitas

dari instrumen tersebut tergolong tinggi, karena nilai interpretasinya

berkisar dari 0,70 ˂ r ≤0,90 sesuai dengan tabel 3.4.


60

2. Data Kemapuan Berpikir Kritis

Adapun hasil pre test dan post test kemampuan berpikir kritis siswa

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dari penyebaran soal tes tersebut,

antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Perolehan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Pre Tes dan
Post Test Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen
No Nama Responden Pre Test Post Test
1 Ria Armayanti 52 78
2 Sari Andriani 63 78
3 Helmani 57 73
4 Nur Ainadini 47 68
5 Arini Astari 63 78
6 Nadira Putri 57 63
7 Dian Lestari 42 73
8 Yulia 63 78
9 Diana 57 68
10 Rehan 52 73

∑ 553 730
Rata-rata 55,3 73
Max 63 78
Min 52 63

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa data kemampuan

berpikir kritis siswa kelompok eksperimen menunjukan hasil dari pre tes

dengan rata-rata 55,3, maksimal 63 dan minimal 52 sedangkan hasil


61

postest menunjukan nilai rata-rata sebesar 73, maksimal 78 dan minimal

63.

Tabel 4.3
Hasil Perolehan Nilai Tes Kemampuan Berpikir Pre Tes dan
Post Test Kelas Kontrol

Kelas Kontrol
No Nama Responden Pre Test Post Test
1 Ihda Yanatul 42 47
2 Zahliya Royana 52 57
3 Dahlia Aprianti 52 57
4 Ayudia Martiwi 47 52
5 Sistiana Ernawati 52 57
6 Mila Indah 52 57
7 Salwatun Najwa 52 57
8 Humdatun Safina 47 52
9 Ismawati 52 57
10 Dina Amelia 42 63
∑ 500 550
Rata-rata 50 55
Max 52 57
Min 42 47

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa data kemampuan

berpikir kritis siswa kelompok kelas kontrol menunjukan hasil dari pre tes

dengan rata-rata 50, maksimal 52 dan minimal 42 sedangkan hasil postest

menunjukan nilai rata-rata sebesar 55, maksimal 57 dan minimal 47.

3. Data Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran

Data hasil keterlaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak dua

kali pertemuan, pengambilan hasil keterlaksanaan pembelajaran ini untuk

melihat keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran


62

Discovery Learning di kelas eksperimen dan model pembelajaran ceramah

di kelas kontrol. Rata-rata hasil aktivitas pada setiap pertemuan di kelas

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4
Rata-rata Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan Ke 1 dan
Ke 2

Pertemuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pertemuan ke 1 79 % 75%
Pertemuan ke 2 79 % 70%
Presentase 79 % 72,5%

Pada pertemuan pertama kelas eksperimen nila keterlaksanaan

pembelajaran yaitu 79%, sedangkan pertemuan kedua adalah 79%,

berdasarkan penilaian pada pertemuan pertama dan ke dua tersebut, hasil

presentase keterlaksanaan pembelajaran selama menerapkan model

pembelajaran Discovery Learning adalah 79%. Sedangkan kelas kontrol

nilai rata-rata adalah 72,5%, sehingga hasil presentase kelas eksperimen

untuk setiap pertemuan lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Data hasil observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen menggunakan 6 deskriptor,

sedangkan di kelas kontrol menggunakan 6 deskriptor. Adapun tingkat

kriteria penilaian observasi keterlaksanaan pembelajaran tersebut

tergolong baik, karena interpretasi observasi keterlaksanaan pembelajaran

baik dengan rentang nilai berkisar dari 61% - 80%.


63

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji t, sebelum dilakukan uji hipotesis

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas. Berikut diuraikan uji prasyaratnya:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Hasil perhitungan uji normalitas

menunjukan bahwa data pre test maupun post test baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol semuanya berdistribusi normal.

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data
Chi-Squere Test

Pre Test Post Test Pre Test Post


Eksperimen Eksperimen Kontrol Test
Kontrol
Chi Square 2.000a 2.000b 3.200c 6.800b
Df 4 3 2 3
Asymp. Sig. .736 .572 .202 .079

Berdasarkan data tabel 4.5, dapat dilihat bahwa nilai uji

normalitas menunjukkan nilai pre test kelas eksperimen yaitu 0,736 >

0,05 dan nilai post test kelas eksperimen yaitu 0,572 > 0,05,

sedangkan nilai pre test kelas kontrol yaitu 0,202> 0,05 dan nilai post
64

test kelas kontrol yaitu 0,079> 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua

data terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji Homogenitas ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui

apakah varian ke dua sampel homogeni atau tidak. Untuk melihat

homogenitas varian dibantu dengan program SPSS 24 seperti yang

yang terlihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai

signifikasinya sebesar 0,827 artinya kedua kelompok data memiliki

varian yang sama.

Tabel 4.6
Test of Homogeneity of variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


1.306 3 36 .287

Dari tabel of homogeneity of variances diatas dapat diketahui

bahwa hasil signifikan sebesar 0,287. Nilai ini menunjukan bahwa

nilai sig = 0,287 > 0,05, jadi kesimpulannya kedua kelompok data

mempunyai varians yang sama (homogen).

3) Uji t

Uji hipotesis dilakukan untuk mengambil keputusan yang

didasarkan dari analisis data. Setelah melakukan uji normalitas dan uji

homgenitas, selanjutnya akan melakukan uji hipotesis menggunakan

SPSS 24 dengan membandingkan nilai pre test dan post test kelas
65

kontrol dan nilai pre test post test kelas eksperimen dengan taraf

signifikan 5% atau (0,05). Dalam penelitian hipotesis yang digunakan

adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Pelajaran

2020/2021.

Tabel 4.7
Uji Hipotesis

Independent Samples Test


T Df Sig. Mean 95% Confidence
(2tailed) Difference Interval of the
Difference
Lower Upper
Post Test 8,089 18 .000 17,400 12,881 21,919
Eksperimen
Post Test 8,089 17,303 .000 17,400 12,868 21,932
Kontrol

Data hasil uji hipotesis menunjukan bahwa nilai Sig. (2-tailed)

sebesar 0,00. Jika nilai (Sig) < 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery

Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di

Dusun Karang Kebon Barat tahun pelajaran 2020/2021.


66

5. Pengumpulan Data dan Penyajian Data

Setelah dilaksanakan perhitungan data penelitian, maka langkah

selanjutnya yang harus dilakukan yakni pengumpulan data dan penyajian

data. Pengumpulan data dan penyajian data merupakan suatu teknik yang

digunakan untuk memperoleh data penelitian. Adapun teknik yang

digunakan sebagai pengumpulan data dan penyajian data ini, sebagai

berikut:

a. Penyebaran Tes

Dalam hal ini, tes yang digunakan berbentuk uraian yang

disebarkan kepada 20 siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat

yang terbagi ke dalam dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Dimana kelas eksperimen bejumlah 10 orang dan kelas

kontrol berjumlah 10 orang.

b. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi dalam penelitian ini

dengan cara mengamati langsung proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran discovery learning sesuai dengan langkah-

langkah pembelajaran yang telah dirancang di dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilaksanakan oleh peneliti.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini pengumpulan data dapat diperoleh dalam

bentuk dokumen-dokumen, foto dari kegiatan pembelajaran yang


67

dilakukan peneliti dari awal sampai akhir, beserta dokumentasi yang

berhubungan dengan segala hal yang memperkuat penelitian.

6. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan

hipotesis yang telah diajukan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini seperti yang telah di rumuskan pada bab I dan II yang berbunyi:

“Apakah Ada Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII Di Dusun Karang Kebon

Barat Tahun Ajaran 2020/2021”. Sedangkan hipotesis yang diajukan yaitu

Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi: “Ada Pengaruh Pembelajaran

Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas

VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun Ajaran 2020/2021

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis

statistik dan analisis deskriptif. Analisis statistik merupakan analisis yang

berbentuk angka-angka sedangkan analisis deskriptif adalah analisis yang

dilakukan untuk menilai karateristik dari sebuah data. Untuk menjawab

permasalahan dari penelitian ini sebagaimana hipotesis yang telah

diajukan yaitu menggunakan rumus uji t yakni dengan SPSS. Hal ini

bermanfaat untuk menentukan signifikan peningkatan kemampuan

berpikir kritis kelompok eksperimen dan kontrol.


68

B. Pembahasan

Di dalam proses pembelajaran mengharuskan terciptanya komunikasi

yang baik antara pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini pendidik

merencanakan kegiatan pembelajaran sebelum memulai aktivitas

pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar

pembelajaran jadi terarah. Perencanaan dan penggunaan pendekatan, strategi,

metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran merupakan acuan atau

pegangan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas

supaya kondisi pembelajaran lebih efektif, efisien dan menyenangkan.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan dalam penggunaan model

pembelajaran, karena model pembelajaran merupakan suatu pola atau

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran. Adapun

model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran discovery

learning. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu proses

pembelajaran yang mengharuskan peserta didik lebih aktif dan pendidik hanya

sebagai fasilitator. Adapun yang lebih ditekankan yaitu proses mencari sendiri

pengetahuan bukan menemukan pengetahuan yang benar-benar baru. Namun

dalam sebuah proses tersebut mengharuskan peserta didik menemukan suatu

pengetahuan yang telah terintergrasi dengan pengetahuan sebelumnya supaya

terciptanya kemampuan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan

kemampuan seseorang dengan cara berpikir logis dan mendalam mengenai

sebuah permasalahan yang memunculkan ide pemikiran yang baru. Siswa


69

dituntut untuk mampu mengembangkan keterampilan berpikir yang dimiliki

melalui bertanya, menjawab, mengaplikasikan dan membuat kesimpulan.

Kemudian tingkat berpikir kritis siswa dapat diketahui melalui hasil ujian tes.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini yaitu:

memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi,

membuat penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil tes yang di

dapatkan ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat. Tes

diuji cobakan dua kali pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Dalam

hal ini, kedua kelompok diberikan pre test sebelum penggunaan model

pembelajaran dengan materi pencemaran lingkungan. Dari hasil pre test

kelompok eksperimen memperoleh hasil presentase 55,3% sedangkan

kelompok kontrol memperoleh hasil presentase 50% dalam hal ini kedua

kelompok tersebut memiliki sedikit perbedaan sebelum diberi perlakuan.

Setelah diberikan pre test kedua kelas tersebut diberi perlakuan, kelas

eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran discovery

learning sedangkan kelas kontrol menggunakan model ceramah dengan

materi pencemaran lingkungan. Setelah kedua kelas diberi perlakuan maka

peneliti memberikan post test kepada kedua kelas tersebut. Dari hasil post tes

tersebut kelas eksperimen memperoleh hasil presentase 73% sedangkan untuk


70

kelompok kontrol memperoleh hasil presentase 55%. Hasil nilai dari kedua

kelas tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas

eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Presentase kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen

memperoleh kriteria “kritis” sedangkan kelas kontrol memperoleh kriteria

“cukup kritis”. Ketercapaian yang berbeda dari kelas eksperimen ini

disebabkan pada kelas kontrol siswa hanya menerima materi dari guru

sehingga menyebabkan hasil presentase masing-masing yang diukur

kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas

eksperimen. Siswa di kelas eksperimen lebih berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran yang disajikan karena siswa diberi kesempatan untuk

menemukan sendiri pengetahuan yang ingin disampaikan melalui pengamatan

terhadap beberapa contoh kasus pencemaran lingkungan. Model pembelajaran

discovery learning dapat membantu siswa memperkuat kemampuan dirinya,

karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Hal ini

menunjukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery

learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir

kritis siswa.
71

Berdasarkan hasil perhitungan perolehan lembar observasi

keterlaksanaan RPP diperoleh nilai presentase yang termaksud dalam kategori

baik yaitu sebesar (61% - 80%) pada pertemuan pertama kelas eksperimen

nila keterlaksanaan pembelajaran yaitu 79 %, sedangkan pertemuan kedua

adalah 79%, berdasarkan penilaian pada pertemuan pertama dan ke dua

tersebut, presentase keterlaksanaan pembelajaran selama menerapkan model

pembelajaran Discovery Learning adalah 79%. Sedangkan kelas kontrol hasil

presentase adalah 72,5%, sehingga hasil presentase kelas eksperimen untuk

setiap pertemuan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Data hasil observasi

untuk keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di kelas

eksperimen menggunakan 6 deskriptor, sedangkan di kelas kontrol

menggunakan 6 deskriptor.

Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa dalam

menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan materi

pencemaran lingkungan diuji dengan menggunakan rumus uji-t.

Berdasarkan teknik analisis data uji prasyarat yaitu uji normalitas dan

homogenitas dengan menggunakan program SPSS untuk uji normalitas pada

kelas eksperimen diperoleh pada nilai pre test yaitu 0,736 > 0,05 dan nilai

post test yaitu 0,572 > 0,05, sedangkan nilai pre test kelas kontrol yaitu 0,202

> 0,05 dan nilai post test yaitu 0,079 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua

data terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji homogenitas diketahui bahwa

hasil signifikan sebesar 0,287. Nilai ini menunjukan bahwa nilai sig = 0,287 >
72

0,05, jadi kesimpulannya kedua kelompok data mempunyai varians yang

sama (homogen).

Dari hasil penelitian ini dibuktikan bahwa nilai tabel uji Independent

Samples Test di atas, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,00. Jika nilai (Sig) < 0,05

artinya Ha diterima. Setelah melakukan uji Independent Sample Test nilai Sig

(2-tailed) 0,00 < 0,05 artinya terdapat pengaruh model pembelajaran

Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII Di

Dusun Karang Kebon Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

Terdapatnya pengaruh tersebut disebabkan karena kelas eksperimen

menggunakan model Discovery Learning digunakan model tersebut

diharapkan siswa turut aktif dalam mengikuti tahapan-tahapan yang harus

dilalui. Tahapan pertama yaitu Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan).

Untuk melalui tahap guru hanya menunjukan gambar yang mengenai

beberapa kasus pencemaran lingkungan sehingga menimbulkan keinginan

siswa untuk menyelidiki. Tahap kedua Problem Statement

(pertanyaan/identifikasi masalah). Untuk melalui tahap ini, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk membuat rumusan pertanyaan mengenai

permasalahan pencemaran lingkungan berdasarkan gambar yang ditunjukan

guru dalam bentuk hipotesis. Tahap ketiga yaitu Data Colelection

(Pengumpulan data). Siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya

yang relevan, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk

mengumpulkan (Collection) berbagai informasi yang relevan. Tahap keempat


73

Data Processing (Pengelohan Data). Yaitu siswa secara berkelompok

dibimbing guru menyusun hasil studi literatur dalam bentuk makalah. Tahap

kelima yaitu Verification (Pembuktian). Pada tahap ini guru menfasilitasi

untuk mempersentasikan hasil studi literatur dalam bentuk makalah yang telah

dilakukan bersama kelompoknya dan tahap keenam adalah Generalization

(Menarik Kesimpulan/Generalisasi). Pada tahap generalisasi siswa dibimbing

guru untuk menarik kesimpulan permasalahan. Dengan begitu siswa lebih

aktif dan memungkinkan siswa dapat memahami materi yang telah diberikan

oleh guru sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang menggunakan

model ceramah dimana guru mempersiapkan siswa untuk memulai proses

belajar, guru menyampaikan pengetahuan sesuai dengan materi yang akan

dibahas, guru memberikan tugas dan menyampaikan materi, guru

membimbing siswa dalam proses pembelajaran serta memberi penilaian pada

siswa sedangkan siswa tidak berperan aktif dan hanya mendengarkan serta

apa yang diinstrusikan oleh guru. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa

pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen karena

model ceramah tidak melibatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran

berlangsung. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis siswa yang

menggunakan model Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang

mengguakan model pembelajaran ceramah.


74

Model pembelajaran Discovery Learning diawali dengan memberikan

masalah yang bersifat kompleks dan berhubungan dengan dunia nyata, tetapi

masih dalam domain konsep pembelajaran yang ditargetkan untuk dikuasai

siswa merupakan stimulus dari proses pembelajaran. Pada pembelajaran

menemukan (Discovery Learning) bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk

akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun

informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,

mengintergrasikan dan mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-

kesimpulan.

Model pembelajaran Discovery Learning yang merupakan bagian dari

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada

siswa, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam

proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenal

kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat

menjawab kebutuhannya, membangun serta mempersentasikan

pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang

ditemukannya.64

Model Discovery Learning akan berbeda dengan model ceramah

seperti yang sering diterapkan. Perbedaan ini dapat dilihat dari sintaks-sintaks

model tersebut. Dengan perbedaan-perbedaan antara model Discovery

64
Eko Wahyudi, Op. Cit.
75

Learning dan model ceramah diyakini memberikan efek terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa.

Dalam teorinya, Pieget memandang bahwa proses berpikir sebagai

aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkret menuju abstrak. Pieget

menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian/adaptasi manusia serta

meneliti perkembangan intelektual didalam individu akibat interaksi dengan

lingkungan.65 Teori belajar ini sesuai dengan teori Bruner yang menyarankan

agar peserta didik belajar secara aktif untuk membangun konsep dari prinsip.

Kegiatan Discovery Learning melalui kegiatan eksperimen dapat menambah

pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara stimultan.66

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memecahkan

masalah dengan mencari, mengalisis, dan mengevaluasi alasan-alasan yang

baik dalam memecahkan masalah mata pelajaran dan selalu akan peka

terhadap informasi atau situasi yang dihadapinya. Kemampuan berpikir

merupakan dasar dalam suatu proses pembelajaran. Berpikir kritis

memungkinkan siswa untuk menganalisis pikirinya dalam menentukan pilihan

dan menarik kesimpulan dengan cerdas. Kemampuan berpikir kritis

65
Wasti Soemanto, Psiokologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta
PT. Rineka Cipta, (2006), cet. V, hlm. 130.
66
Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit . hlm. 98.
76

merupakan cara berpikir relektif dan beralasan yang difokuskan pada

pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah.67

Belajar untuk berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan

bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana nalarnya, kapan menggunakan

penalaran dan metode penalaran apa yang dipakai. Seseorang siswa dapat

dikatakan berpikir kritis bila siswa tersebut mampu memberikan penjelasan

sederhana, membangun keterampilan dasar inferensi, membuat penjelasan

lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.

Kemampuan berpikir merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin

tahu terhadap informasi yang ada untuk memncapai suatu pemahaman yang

mendalam.68 Spliter mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis

adalah keterampilan bernalar dan berpikir relekftif yang difokuskan untuk hal-

hal yang diyakini dan dilakukan keterampilan yang harus dikuasai agar dapat

berpikir kritis yaitu: keterampilan menganalisis, keterampilan mensintesis,

keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan

menyimpulkan dan keterampilan mengevaluasi atau menilai.69

67
I.D Kurniati, Wartono, M. Diantoro, Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing Intergrasi
Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, UNNES, 2014).
68
Septyan Yustyan dkk, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran
Berbasis Scientific Apporoach Siswa Kelas X SMA Panjura Malang”, (Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia), Vol, 1, Nomor 2, 2015.
69
Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013 (Jakarta: Prestasi
Pustaka Raya, 2015), h. 149.
77

Kemampuan berpikir kritis salah satunya dengan menggunakan model

Discovery Learning pada saat pembelajaran diantaranya pembelajaran biologi.

Pembelajaran dengan model Discovery Learning sebelumnya sudah pernah

diterapkan sehingga hasil yang didapatkan cukup optimal dan siswa cukup

antusias karena merasa pembelajaran berlangsung menyenangkan. Ketika

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen peneliti

menemukan kendala yaitu walaupun siswa cukup antusias dalam mengikuti

pembelajaran, namun siswa belum terbiasa melakukan tahapan-tahapan yang

diinginkan secara mandiri. Siswa cenderung bertanya dan meminta tuntunan

guru sehingga peneliti masih menuntun siswa dalam proses penyelidikan

masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan model konvesional pada kelas

kontrol terjadi komunikasi satu arah terlihat bahwa siswa kurang antusias dan

masih banyak yang terlihat pasif karena dalam proses pembelajaran guru

hanya memberikan teori-teori ataupun materi secara langsung kepada siswa

melalui ceramah. Penelti lebih mendominasi pembelajaran di kelas sedangkan

peserta didik hanya mendengar dan menerima informasi. Pembelajaran

menggunakan model ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol tidak

menunjukan proses belajar penemuan yang meliputi proses informasi,

transformasi dan evaluasi. Pada proses informasi, pada tahap ini siswa

memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Tahap

transformasi, pada tahap ini siswa melakukan identifikasi, analisis, mengubah,


78

mentrasformasikan informasi yang telah diperolehnya menjadi bentuk abstrak

atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal

yang lebih luas. Tahap evaluasi, pada tahap ini siswa menilai sendiri

informasi yang telah ditransformsikan itu dapat dimanfaatkan untuk

memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga nilai

kemampuan berpikir kritisnya kurang berkembang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning sebagai faktor

eksternal dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas

VII di Dusun Karang Kebon Barat.


79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penerapan model

pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

kelas VII di Dusun Karang Kebon Barat. Hal ini ditunjukan dari hasil uji

hipotesis yang menunjukan bahwa terdapat nilai signifikasinya lebih kecil dari

0,05 artinya Ha yang diterima. Hasil ini juga didukung dengan adanya

perbedaan nilai rata-rata pre test dan post test antara kelas eksperimen dengan

kelas kontrol. Nilai rata-rata pre test dan post test kelas eksperimen adalah

55,3 dan 73, sedangkan nilai rata-rata pre test dan post test kelas kontrol

adalah 50 dan 55. Berdasarkan data-data yang dihasilkan selama penelitian

menunjukkan bahwa pengaruh pengaruh penerapan model pembelajaran

Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di

Dusun Karang Kebon Barat.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, ada beberapa saran untuk dapat

dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Kepada orang tua hendaknya selalu malakukan pengawasan terhadap cara

belajar anak yang disertai pemberian motivasi untuk terus belajar karena

semua yang dilakukan akan bermanfaat untuk kehidupan mereka.


80

2. Kepada siswa-siswi kelas VII Di Dusun Karang Kebon Barat Tahun

Pelajaran 2020/2021 selama mengikuti proses pembelajaran supaya lebih

perhatian dan lebih meningkatkan keaktifannya, agar setiap materi yang

diberikan dapat dipahami dengan baik dan mampu meningkatkan

prestasinya karena dengan rajin, sungguh-sungguh dalam belajar, serta

adanya motivasi kesuksesan akan tercapai.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa kelas VII pada materi IPA, hendaknya lebih maksimal lagi untuk

menerapkan model pembelajaran Discovery Learning ketika proses

pembelajaran di kelas.
79

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, B. S. (2016). Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Melalui


Discovery Learning dan Model Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry”. Al-
jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 7, Nomor 1, 2016, Hlm 11-20.

Abderahman Kamel Abdelrahman Mahmoud, The Effect Of Using Discovery


Learning Strategy in Theaching Grammatical Rules to Firstyear General
Secondary Student on Developing Their Achievement and Metacognitive
Skills. International Jurnal of Innovation and Scientifik Research. Vol.5 No.
2 Faculty of Education, Fayoum University, Egypt, 2014.

Amri Sofan, Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013. Jakarta:


Prestasi Pustaka Raya, 2015.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010..

Astuti, M. S. Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa kelas 2 SDN
slungkep 03 menggunakan model Discovery Learning. Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 5(1), 10-2.

Ayadia, N. (2014) Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan


Scietinfic Apporoach untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
SMA,”Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang, 9-25.

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009.

Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, Metodelogi Pembelajaran IPA. Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2014.

Arif Muttaqiin, Wahyu Sopandi, Pengaruh Model Discovery Learning Dengan


Sisipan Membaca Kritis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal
EDUSAINS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Vol. 8, No. 1, 2016.

Burais, L., Ikhsan, M., & Duskri, M. (2016). Peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa melalui model Discovery Learning. Jurnal Didaktik
Matematika, 3(1), 77-86.

Fatmawati Harlinda, Mardyana , Triyanto, “Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam


Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 2, Nomor 9, November
2014, hlm 913.
80

F. Fakhriyah, “Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan


Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Dalam
Google Scholar, Diakses Tanggal 12 April 2018, Pukul 21.42.

Firdaus Muhammad, Pengembangan LKPD Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik, Volume 4,
Nomor 1, Tahun 2018.

Galuh Arik Istiana, Agung Nugroho Catur S dan J.S Sukardjo. Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
Belajar Pokok Bahasan Larutan penyangga pada Siswa Kelas XI IPA
Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK) Universitas Sebelas Maret Vol. 4 No. 2, 2015.

Haryani,Desti “Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk


Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Dalam Google
Scholar, Diakses Tanggal 14 April 2018, Pukul 06.30.

Haeruman Dhianti Leny, DKK, Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Covidience di Tinjau dari
Kemampuan Awal Matematis Siswa SMA di Bogor Timur”, Vol. 10, Nomor
2, Tahun 2017.

Istianah, Euis, Meingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik


Dengan Pendekatan Model Elicting Activities (Meas) Pada Siswa SMA, Jurnal
Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, Nomor
1, Februari 2013, hlm. 46

I.D Kurniati, Wartono, M. Diantoro, Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing


Intergrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, UNNES, 2014.

Ibrahim, M. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Prees, 2000.

Hosnan, M. Pendekatan Saintifik Dan Konsektual Dalam Pembelajaran Abad 21


Bogor:Ghalia Indonesia, 2016.

Kristin, F., & Rahayu, D. (2016). Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery
learning terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1), 84-92.

Kasmadi Dan Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuatintatif, Bandung:
Alfabeta: 2016.
81

Kurnia Eka Lestari dan M. Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama, 2013.

Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Depublish, 2017, hlm. 108.


Purwanto, Ngalim, Psiokologi pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013, hlm 43

Meidinda Frisca , Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII, Volume 1, Oktober
2018.

Masrida, Yusminah Hala, A. Mushawwir Taiyeb. Pengaruh Model Pembelajaran


Discovery Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
IPA Kelas VIII MTSN Libureng Kabupaten Bone. Jurnal, Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2015.

Nazir, Metode Penelitian, Boor Selatan: Ghalia Indonesia, 2005.

Normaya, Karim, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran


Matematika Dengan Menggunakan Model Jucama Di Sekolah Menengah
Pertama”, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3, Nomor 1, April
2015.
Noor, Juliansyah, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Kencana, 2012.

Nursyahidah,F., &Saputra, B. A. (2015) Pembelajaran Discovery Learning


menggunakan Tangram Geogebra untuk Menemukan Luas Persegi,
AKSIOMA: Jurnal Matematika dan Pendididkan Matematilka,Volume 6,
Nomor 1, Tahun 2015.

Nugrahaeni Amalia, I Wayan Redhana, I Made Arya Kartawan, “ Kemampuan


Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Kimia, Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia,
Vol. 1, Nomor1, 2017.

Nurrohmi Yusnia, Dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning


Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahaswa. Jurnal pendidikan, Vol. 2,
Nomor 10, Oktober 2017, Hal 1308-1314.
82

Punyaiftitah. Blogspot. Sg/2014/12/V-Behaviorurldefaultvmlo.Htm?M=1, Diakses


Tanggal 26 April 2018, Pukul 21.00 Wita.

Putrayasa, I. M., Syahruddin, S. P., & Margunayasa, I. G. (2014).Pengaruh model


pembelajaran discovery learning dan minat belajar terhadap hasil belajar IPA
siswa. Mimbar PGSD Undiksha, 2(1), 15-25.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi. Bandung Remaja


Rosdakarya, 2002.

Rachmadtullah, R. (2015). Kemampuan berpikir kritis dan konsep diri dengan hasil
Belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Dasar UNJ, 6(2), 287-298.

Redhana, I. W. (2013). Model pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan


keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jurnal pendidikan dan
Pengajaran, 46(1),76-86

Rusman, Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:


Prenadamedia Group, 2017.

Septyan Yustyan dkk, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan


Pembelajaran Berbasis Scientific Apporoach Siswa Kelas X SMA Panjura
Malang”, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, Vol, 1, Nomor 2, 2015.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alpabeta, 2014.

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Sudjana, Metode Statistik. Bandung: Pustaka Tarsito, 2001.

Siregar Syofian, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuatintatif: Dilengkapi


Dengan Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17, Jakarta:Bumi
Aksara, 2014.
Udin Syafrudin Sa’ud, Inovasi Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta, 2013.
83

Ulum Bahrul Dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untuk Melatihkan
Keterampiln Berpikir kritis Siswa Kelas X SMA WIDIA DARMA
SURABAYA”, UNESA Jurnal of Chemical Education, Vol. 4, Nomor 2, Mei
2015.

UU RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah RI


Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar,
Bandung Umbara, 2012.

Utami ,Prihma Sinta, Abdul Gafur, “Pengaruh Model Pembelajaran Dan Gaya Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS Di SMP Negeri Di Kota Yogyakarta,
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 2, Nomor. 1, Maret 2015, hlm.
99.

Yusuf Muri, Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi Dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, Jakarta: Kencana,2015.

Yun Ismi Wulandari dkk, Implementasi Model Discovery Learning Dengan


Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas IX IIS 1 SMA NEGERI 6
SURAKARTA Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2015.

Wahyudi Eko. “Penerapan Discovery Learning Dalam Pembelajaran IPA Sebagai


Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-1 Di SMP Negeri 1
Kalingiet” Jurnal Lenteran Sains, Vol. 5 Jilid , 2015.

Widyastuti, E. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada


Materi Konsep Ilmu Ekonomi,In Prosiding Seminar Nasioanal(Vol. 9, pp.
33-40).

Wahab, Abdul Azaz Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), Bandung: Alfabeta, 2012.

Wasti Soemanto, Psiokologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (cet.


V), Jakarta PT. Rineka Cipta, 2006.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen

Satuan pendidikan : Dusun Karang Kebon Barat


Kelas/semester : VII/II
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Topik : Pencemaran Lingkungan
Pembelajaran ke :1
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
A. Kegiatan inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji secara konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Menjelaskan indikator pencemaran.
3. Menganalisis sumber pencemaran.
4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.
5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
8. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Siswa dapat menjelaskan indikator pencemaran.
3. Siswa dapat menganalisis sumber pencemaran lingkungan.
4. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak pencemaran lingkungan.
5. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Siswa mampu menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.

84
8. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
E. Materi Pembelajaran
1. Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara)
1. definisi
2. indikator
3. sumber
4. dampak
5. upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan
6. Kerusakan lingkungan.
7. Sumber kerusakan hutan
8. Dampak penggundulan hutan
9. Upaya untuk mengatasi kerusakan hutan akibat penggundulan hutan. Siswa
dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
F. Metode pembelajaran
Model : Discovery Learning
Metode : Diskusi
G. Media, alat dan sumber pembelajaran
1. Media : Gambar foto
2. Alat : Buku, alat tulis, papan tulis dsb.
Sumber : buku pegangan peserta didik, dan sumber lain yang
relevan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama (2x40 menit)
Indikator yang akan dipelajari:
1. Menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Menjelaskan indikator pencemaran.
3. Menganalisis sumber pencemaran.
4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.
5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
Kegiatan Langkah-langkah Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peneliti memberi salam dan menunjuk siswa 10 menit
untuk memimpin doa
2. Peneliti memeriksa kehadiran siswa
3. Peneliti mengkondisikan siswa, agar kondusif
untuk mendukung proses pembelajaran dengan
cara meminta merapikan tempat duduk,
menyiapkan buku pelajaran.
4. Peneliti memberi penjelasan tentang cakupan
materi yang akan dipelajari beserta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.

85
5. Motivasi : Peneliti memotivasi siswa dengan
memberikan gambaran tentang manfaat
pencemaran lingkunga.
6. Peneliti membagi kelompok menjadi 4
kelompok.
Inti Stimulation/Pemberian rangsangan 60 Menit
1. Siswa dari masing-masing kelompok diminta
mengamati gambar terkait pencemaran
lingkungan.
2. Peneliti memberi kesempatan pada kepada
siswa untuk mengamati beberapa
permasalahan yang terkait dengan pencemaran
lingkungan terkait gambar tersebut.

Problem Statement/Mengidentifikasi Masalah


1. Siswa mengidentifikasi masalah terkait
permasalahan yang terjadi pada gambar
pencemaran lingkungan tersebut seperti:
a. Bagaimanakah pencemaran lingkungan
terjadi?
b. Apakah faktor penyebab terjadinya
pencemaran lingkungan?
c. Bagaimanakah dampak mengatasi
pencemaran lingkungan?
d. Bagaimanakah cara mengatasi pencemaran
lingkungan?
2. Siswa merumuskan pertanyaan terkait
permasalahan yang terjadi.
Data Colecting/Mengumpulkan Data
Siswa bersama kelompoknya mencari jawaban

86
dengan mengumpulkan data dari membaca buku
atau refrensi lain terkait permasalahan yang
sedang dihadapi.
Data processing/Mengolah Data
Siswa menganalisis dan mengolah data terkait
permasalahan pencemaran lingkungan untuk
memecahkan permasalahan yang ada.
Verification/Memverivikasi
Siswa menyusun hasil dari proses kegiatan
penemuan dalam aspek mengamati permasalahan
terkait pencemaran lingkungan dengan cara
mengecek kebenaran melalui buku, maupun
bertanya kepada sesama teman maupun berdiskusi.
Generalation/Menyimpulkan
1. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan diskusi
terkait permasalahan pencemaran lingkungan
2. Siswa mempresentasikan hasil kesimpulan dari
kegiatan yang sudah dilakukan
Peneliti memberikan ketegasan terhadap hasil
pembelajaran siswa.
Penutup Peneliti bersama siswa baik secara individual 10 menit
maupun kelompok melakukan refleksi untuk:
1. Mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas
pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan
manfaat langsung maupun tidak langsung dari
hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran
3. Menutup kegiatan pembelajaran dengan doa
bersama.
Mengetahui ,
Mataram, 10 Maret 2021
Peneliti

Radiatunisa
NIM: 160.104.051

87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen

Satuan pendidikan : Dusun Karang Kebon Barat


Kelas/semester : VII/II
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Topik : Pencemaran Lingkungan
Pembelajaran ke :2
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
A. Kegiatan inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji secara konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Menjelaskan indikator pencemaran.
3. Menganalisis sumber pencemaran.
4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.
5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
8. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Siswa dapat menjelaskan indikator pencemaran.
3. Siswa dapat menganalisis sumber pencemaran lingkungan.
4. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak pencemaran lingkungan.
5. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Siswa mampu menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
8. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan

88
E. Materi Pembelajaran
1. Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara)
a. definisi
b. indikator
c. sumber
d. dampak
e. upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan
f. Kerusakan lingkungan.
g. Sumber kerusakan hutan
h. Dampak penggundulan hutan
i. Upaya untuk mengatasi kerusakan hutan akibat penggundulan hutan.
Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
F. Metode pembelajaran
Model : Discovery Learning
Metode : Diskusi
G. Media, alat dan sumber pembelajaran
Media : Gambar foto
Alat : Buku, alat tulis, papan tulis dsb.
Sumber : buku pegangan peserta didik, dan sumber lain yang
relevan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan kedua (2x40 menit) Indikator yang akan dipelajari:
1. Menganalisis sumber kerusakan hutan.
2. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
3. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
Kegiatan Langkah-langkah Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peneliti memberi salam dan menunjuk salah satu 10
untuk memimpin doa menit
2. Peneliti memeriksa kehadiran siswa
3. Peneliti mengkondisikan siswa, agar kondusif
untuk mendukung proses pembelajaran dengan
cara meminta merapikan siswa , menyiapkan
buku pelajaran.
4. Peneliti memberi penjelasan tentang cakupan
materi yang akan dipelajari beserta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
5. Motivasi : Peneliti memotivasi siswa dengan
memberikan gambaran tentang jenis-jenis
pencemaran lingkunga.
6. Peneliti membagi kelompok menjadi 4

89
kelompok.
Inti Stimulation/Pemberian rangsangan 60
1. Peserta didik dari masing-masing kelompok Menit
diminta mengamati gambar terkait dengan jenis-
jenis pencemaran lingkungan.
2. Peneliti memberi kesempatan pada kepada
peserta didik untuk mengamati beberapa
permasalahan yang terkait dengan kerusakan
hutan terkait gambar tersebut.

Problem Statement/Mengidentifikasi Masalah


1. Peserta didik mengidentifikasi masalah
terkait permasalahan yang terjadi pada
gambar jenis-jenis pencemaran lingkungan
tersebut seperti:
a. Bagaimanakah jenis pencemaran air,
pencemaran udara, dan pencemaran tanah
yang terjadi?
b. Apakah faktor penyebab terjadinya
pencemaran air, pencemaran udara dan
pencemaran tanah?
c. Bagaimanakah cara mengatasi pencemaran
air, pencemaran udara, dan pencemaran
tanah?
2. Peserta didik merumuskan pertanyaan terkait
permasalahan yang terjadi.
Data Colecting/Mengumpulkan Data
Peserta didik bersama kelompoknya mencari
jawaban dengan mengumpulkan data dari membaca
buku atau refrensi lain terkait permasalahan yang
sedang dihadapi.
Data processing/Mengolah Data
Peserta didik menganalisis dan mengolah data
terkait kerusakan hutan untuk memecahkan
permasalahan yang ada.

90
Verification/Memverivikasi
Peserta didik menyusun hasil dari proses kegiatan
penemuan dalam aspek mengamati permasalahan
terkait kerusakan hutan dengan cara mengecek
kebenaran melalui buku, maupun bertanya kepada
sesama teman maupun berdiskusi.
Generalation/Menyimpulkan
1. Peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan
diskusi terkait kerusakan hutan.
2. Peserta didik mempresentasikan hasil
kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan.
Peneliti memberikan ketegasan terhadap hasil
pembelajaran peserta didik.
Penutup Peneliti bersama peserta didik baik secara individual 10
maupun kelompok melakukan refleksi untuk: Menit
1. Mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas
pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan
manfaat langsung maupun tidak langsung dari
hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran
3. Menutup kegiatan pembelajaran dengan doa
bersama.
I. Penilaian
Teknik penilaian Bentuk instrument
Tes tertulis Tes uraian

Mengetahui ,
Mataram, 11 Maret 2021
Peneliti

Radiatunisa
NIM: 160.104.051

91
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Kontrol
Satuan pendidikan : Dusun Karang Kebon Barat
Kelas/semester : VII/II
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Topik : Pencemaran Lingkungan
Pembelajaran ke :1
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
A. Kegiatan inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji secara konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Menjelaskan indikator pencemaran.
3. Menganalisis sumber pencemaran.
4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.
5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
8. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Siswa dapat menjelaskan indikator pencemaran.
3. Siswa dapat menganalisis sumber pencemaran lingkungan.
4. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak pencemaran lingkungan.
5. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Siswa mampu menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.

92
8. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
E. Materi Pembelajaran
1. Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara)
a. definisi
b. indikator
c. sumber
d. dampak
e. upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan
f. Kerusakan lingkungan.
g. Sumber kerusakan hutan
h. Dampak penggundulan hutan
i. Upaya untuk mengatasi kerusakan hutan akibat penggundulan hutan.
Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
F. Metode pembelajaran
Model : Teacher Approach
Metode : Ceramah
G. Media, alat dan sumber pembelajaran
Media : Gambar foto
Alat : Buku, alat tulis, papan tulis dsb.
Sumber : buku pegangan peserta didik, dan sumber lain yang relevan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama(2x40 menit) Indikator yang akan dipelajari:
1. Menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Menjelaskan indikator pencemaran.
3. Menganalisis sumber pencemaran.
4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.
5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
Kegiatan Langkah-langkah Alokasi
waktu
Pendahuluan 10
1. Peneliti memberi salam dan menunjuk
salah satu siswa untuk memimpin doa
2. Peneliti memeriksa kehadiran siswa
3. Peneliti memotivasi siswa dengan
memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
4. Peneliti bercerita tentang contoh
pencemaran lingkungan
Kegiatan inti Peneliti menjelaskan tentang pengertian contoh 60 menit
pencemaran lingkungan, faktor pemicu
terjadinya contoh pencemaran lingkungan,

93
proses munculnya pencemaran lingkungan,
jenis-jenis pencemaran lingkungan, dampak
pencemaran lingkungan dan upaya mengatasi
pencemaran lingkungan
Penutup 1. Peneliti dan siswa secara bersama 10 menit
menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang
telah berlangsung
2. Peneliti memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya tentang hal-hal
yang belum dipahami
3. Guru menyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
I. Penilaian
Teknik penilaian Bentuk instrument
Tes tertulis Tes uraian
Mataram, 12 Maret 2021
Peneliti

Radiatunisa
NIM: 160.104.051

94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol
Satuan pendidikan : Dusun Karang Kebon Barat
Kelas/semester : VII/II
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Topik : Pencemaran Lingkungan
Pembelajaran ke :2
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
A. Kegiatan inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji secara konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Menjelaskan indikator pencemaran.
3. Menganalisis sumber pencemaran.
4. Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran.
5. Mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
8. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pencemaran.
2. Siswa dapat menjelaskan indikator pencemaran.
3. Siswa dapat menganalisis sumber pencemaran lingkungan.
4. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak pencemaran lingkungan.
5. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
6. Siswa mampu menganalisis sumber kerusakan hutan.
7. Siswa dapat menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
8. Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan

95
E. Materi Pembelajaran
1. Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara)
a. definisi
b. indikator
c. sumber
d. dampak
e. upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan
f. Kerusakan lingkungan.
g. Sumber kerusakan hutan
h. Dampak penggundulan hutan
i. Upaya untuk mengatasi kerusakan hutan akibat penggundulan hutan.
Siswa dapat mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan
F. Metode pembelajaran
Model : Teacher Approach
Metode : Ceramah
G. Media, alat dan sumber pembelajaran
Media : Gambar foto
Alat : Buku, alat tulis, papan tulis dsb.
Sumber : buku pegangan peserta didik, dan sumber lain yang relevan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan kedua (2x40 menit) Indikator yang akan dipelajari:
a. Menganalisis sumber kerusakan hutan.
b. Menganalisis kemungkinan dampak kerusakan hutan.
c. Mengusulkan upaya untuk mengatasi kerusakan hutan

Kegiatan Langkah-langkah Alokasi


waktu
Pendahuluan 10
1. Peneliti memberi salam dan menunjuk
salah satu siswa untuk memimpin doa
2. Peneliti memeriksa kehadiran siswa
3. Peneliti memotivasi siswa dengan
memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari
4. Peneliti bercerita tentang contoh
kerusakan hutan.
Kegiatan inti Peneliti menjelaskan tentang pengertian contoh 60 menit
kerusakan hutan, faktor pemicu terjadinya
contoh Menganalisis kemungkinan dampak

96
kerusakan hutan. Mengusulkan upaya untuk
mengatasi kerusakan hutan
Penutup 1. Peneliti dan siswa secara bersama 10 menit
menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang
telah berlangsung
2. Peneliti memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya tentang hal-hal
yang belum dipahami
3. Peneliti menyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
I. Penilaian
Teknik penilaian Bentuk instrument
Tes tertulis Tes uraian
Mataram, 12 Maret 2021
Peneliti

Radiatunisa
NIM: 160.104.051

97
Lampiran 3
Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

No Jawaban Lengkap Aspek yang Rincian Skor Total


Soal dinilai jawaban per aspek rincian skor per
yang dinilai jawaban item
per aspek benar
1. Masuknya atau dimasukkan Pengertian Masuknya atau 2
nya makhluk hidup, zat, pencemaran dimasukkannya
energi dan atau komponen air makhluk hidup, zat,
lain ke dalam
energi dan atau
air oleh kegiatan manusia se
hingga kualitas air turun ke komponen lain ke
tingkat tertentu yang dalam air oleh
menyebabkan air tidak kegiatan manusia
berfungsi lagi sesuai dengan sehingga kualitas air
peruntukannya. turun ke tingkat
tertentu yang 5
menyebabkan air
tidak berfungsi lagi
sesuai dengan
peruntukannya.

Masuknya atau 1
dimasukkannya
makhluk hidup, zat,
energi dan atau
komponen lain ke
dalam air oleh
kegiatan manusia

Tidak menjawab 0

2. a. Sumber: limbah rumah Sumber  Limbah rumah 1

 Sungai
tangga Alasan: pencemar tangga.
tersebut Selain limbah 0
mengalir melintasi rumah tangga
rumah-rumah warga
yang berada di tepi Alasan  Menjelaskan 2 2 5
sungai alasan

98
 Terlihat banyak Menjelaskan 1 alasan 1
sampah rumah
tangga yang dibuang Tidak menjelaskan 0
di Sungai. alasan

 Makhluk hidup yang Dampak


b. Dampak:
Menyebutkan 2 2
hidup yang ada di dampak
dalam Sungai (ikan-

 Penduduk dapat lagi


ikan) menjadi mati. Menyebutkan 1 1
dampak
memanfaatkan untuk
keperluan sehari hari Tidak menyebutkan 0
/menimbulkan banya dampak
k penyakit.

3. a. Sumber kerusakan Sumber illegal loging 1


hutan: illegal loging Selain illegal loging 0

 Meningkatkan erosi
b. Dampak: Menyebutkan 4 4
dampak

 Menurunkan
tanah Menyebutkan 3 3
dampak

 Hilangnya habitat
porositas tanah Menyebutkan 2 2
Dampak 5
 makhluk hidup yang
dampak
tinggal di kawasan Menyebutkan 1 1


tersebut. dampak
Punahnya makhluk
Tidak menyebutkan 0
hidup yang tinggal di
dampak

kawasan tesebut


Banjir
Global warming
4. a. Sumber: Ada Sumber Ada 1
b. Alasan: sebab gas
tersebut memicu efek Tidak ada 0
rumah kaca, dimana
Alasan Menyebutkan alasan 1
efek rumah kaca dapat
meningkatkan suhu Tidak menyebutkan 0 5
bumi, sehingga
menyebabkan es di
kutub mencair dan
naiknya permukaan air
laut.

99
5. Argument: Pendapat Pendapat tersebut 1
tersebut benar benar
Argument Pendapat tersebut 0
tidak benar
Alasan: karena hutan yang Menyebutkan Alasan 1
gundul tidak mampu 5
menyerap CO2 yang ada di Tidak Menyebutkan 0
Atmosfer sehingga Alasan
Alasan
menimbulkan efek rumah
kaca yang berakibat pada
global warming.

 Membuat
6. Pemerintah: Menyebutkan 2 2
undang-

 Menindak pelaku yang


undang tentang hutan Pemerintah Menyebutkan 1 1

melakukan kerusakan Tidak meyebutkan 0 0


hutan

 Melakukan reboisasi /
Saya: Menyebutkan 3 3

penanaman kembali
hutan yang sudah Menyebutkan 2 2 5
Saya

 Melakukan penebangan
gundul.
Menyebutkan 1 1
dengan sistem TPI

 Ikut menjaga kawasan


(Tebang Pilih Indonesia)
Tidak menyebutkan 0
hutan dari tindakan

 Tidak
pembalakan liar.
melakukan
kegiatan yang merusak
hutan.
7. Ketika saya melihat teman Menasehati 2
saya yang membuang
Tindakan Memarahi 1
sampah di Sungai, saya
akan menasehatinya. Membiarkannya 0

Karena membuang sampah Karena membuang 3


di sungai dapat sampah di sungai
menyebabkan pencemaran dapat menyebabkan 5
sungai dan banjir. pencemaran sungai
dan banjir

100
Karena membuang 2
sampah di sungai
Alasan dapat menyebabkan
pencemaran
sungai/banjir

Karena hal tersebut 1


merupakan tindakan
yang tidak baik

Tidak menyertakan 0
alasan

8. a. dedaunan : dibuat Benar 5 5


kompos
b. sampah plastik bekas Benar 4 4
bungkus jajanan: di daur
ulang Benar 3 3
c. sisa lauk makan malam: 5
dibuat kompos Upaya yang
Benar 2 2
d. botol bekas minuman: dilakukan
didaur ulang Benar 1 1
e. kaleng bekas susu:
didaur ulang
Salah semua 0

101
Lampiran 4
Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Pencemaran
Lingkungan

No Indikator Berpikir Aspek Berpikir Kritis No


Kritis Soal

1. Mendefinisikan istilah Memberikan penjelasan sederhana 1


dan mempertimbangkan
suatu definisi dalam tiga
dimensi.

2. Mengobservasi dan Membangun keterampilan dasar 2


mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi

3. Mengobservasi dan Membangun keterampilan dasar 3


mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi

4. Menginduksi dan Menyimpulkan 4


mempertimbangkan
induksi

5. Mengidentifikasi asumsi Memberikan penjelasan lanjut 5

6. Menentukan suatu Mengatur strategi dan taktik 6


tindakan

7. Berinteraksi dengan Mengatur strategi dan taktik 7


orang lain

8. Menentukan suatu Mengatur strategi dan taktik 8


tindakan

102
Lampiran 5
1.

Akibat pembuangan sampah di sungai, sungai yang dulunya digunakan untuk


kebutuhan seharihari kini tidak dapat lagi di gunakan karena kualitasnya
menurun.
Berdasarkan informasi di atas, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah.?
2. Perhatikan gambar sungai yang tercemar berikut!

Setelah kalian mengamati gambar,


a. Apakah sumber pencemar yang paling dominan mencemari sungai? Jelaskan
alasanya (2 alasan)!
b. Jelaskan kemungkinan dampaknya bagi makhluk hidup yang ada di dalam
sungai dan manusia yang tinggal di sekitar sungai!
3. Perhatikan gambar kerusakan hutan di bawah ini!

a. Setelah kalian mengamati gambar, menurut kalian apakah sumber kerusakan


hutan yang ada pada gambar di atas?
b. Jelaskan kemungkinan dampak dari kerusakan hutan di atas (4 dampak)!
4. Kendaraan bermotor setiap harinya mengeluarkan asap yang di dalamnya
terkandung Nitrogenoksida (NOX), Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida
(CO2), Sulfur Oksida (SOX), Hidrokarbon (HC), dan Debu.

103
Adakah hubungan produksi gas tersebut dengan ramalan “bumi akan tenggelam.?
5. Indonesia dikecam oleh World Wild Fund (WWF) karena terjadinya
penggundulan hutan di Kalimantan. WWF menilai bahwa penggundulan hutan
Kalimantan menjadi salah satu penyebab global warming.
Jelaskan pendapatmu mengenai argumen tersebut!
6. Apa upaya yang dapat dilakukan pemerintah (sebutkan 2) dan anda (sebutkan 3)
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan hutan?
7. Suatu hari kamu melihat temanmu membuang sampah di Sungai.
a. Apa tindakan yang akan kamu lakukan?
b. Apa alasanmu melakukan hal tersebut?
8. Bila di sekitar rumahmu ditemukan banyak limbah rumah tangga yakni:
a. dedaunan
b. sampah plastik bekas bungkus jajanan
c. sisa lauk makan malam
d. botol bekas minuman
e. kaleng bekas susu
Apa tindakan yang dapat kamu lakukan agar limbah tersebut tidak semakin
menumpuk dan mencemari lingkungan?

Kunci Jawaban
1. Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
2. a. Sumber pencemar yang paling dominan mencemari sungai yaitu limbah rumah
tangga karena Sungai tersebut mengalir melintasi rumah-rumah warga yang
berada di tepi sungai, selain itu terlihat banyak sampah rumah tangga yang
dibuang di Sungai.
b.Dampaknya yaitu organisme yang hidup di sungai tersebut yaitu ikanikan
menjadi mati dan penduduk tidak dapat lagi memanfaatkan air sungai tersebut
untuk keperluan sehari-hari/ menimbulkan banyak penyakit.
3. a. Sumber kerusakan hutan: illegal loging

 Meningkatkan erosi tanah


b.Dampak:

 Menurunkan porositas tanah


 Hilangnya habitat makhluk hidup yang tinggal di kawasan tersebut.
 Punahnya makhluk hidup yang tinggal di kawasan tesebut
 Banjir
 Global warming
4. Ada, sebab gas tersebut memicu efek rumah kaca, dimana efek rumah kaca dapat
meningkatkan suhu bumi, sehingga menyebabkan es di kutub mencair dan
naiknya permukaan air laut.

104
5. Pendapat tersebut benar, karena hutan yang gundul tidak mampu menyerap CO2
yang ada di Atmosfer sehingga menimbulkan efek rumah kaca yang berakibat
pada global warming.

 Membuat undang-undang tentang hutan


6. Pemerintah:

 Menindak pelaku yang melakukan kerusakan hutan

 Melakukan reboisasi/penanaman kembali hutan yang sudah gundul


Saya:

 Melakukan penebangan dengan sistem TPI (Tebang Pilih Indonesia)


 Ikut menjaga kawasan hutan dari tindakan pembalakan liar.
7. a. Ketika saya melihat teman saya yang membuang sampah di Sungai, saya akan
menasehatinya.
b. Karena membuang sampah di sungai dapat menyebabkan pencemaran sungai
dan banjir.
8. a. dedaunan : dibuat kompos
b. sampah plastik bekas bungkus jajanan: di daur ulang
c. sisa lauk makan malam: dibuat kompos
d. botol bekas minuman: didaur ulang
e. kaleng bekas susu: didaur ulang

Nilai = X 100

105
Lampiran 6
Pertemuan 1
Data Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen
No Tahap Deskriptor Skor

1 2 3 4

1. Stimulation Guru memberikan stimulasi atau √


rangsangan kepada siswa untuk
menimbulkan rasa ingin tahu
dengan memberikan permasalahan

2. Problem Guru meminta siswa untuk √


statement mengidentifikasi masalah-masalah
yang telah ditemukan

3. Data Guru membimbing siswa untuk √


Collection melakukan kegiatan pengumpulan
data

4. Data Guru membimbing siswa untuk √


Processing melakukan kegiatan pengolahan
data

5. Verification Guru membimbing siswa agar √


dapat berdidskusi dan membuktikan
jawaban permasalahan

6. Generalizatin Guru mengarahkan siswa untuk √


menarik sebuah kesimpulan

Jumlah skor 19

Skor maksimal 24

NA = %

106
Pertemuan 2
Data Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen
No Tahap Deskriptor Skor

1 2 3 4

1. Stimulation Guru memberikan stimulasi atau √


rangsangan kepada siswa untuk
menimbulkan rasa ingin tahu
dengan memberikan permasalahan

2. Problem Guru meminta siswa untuk √


statement mengidentifikasi masalah-masalah
yang telah ditemukan

3. Data Guru membimbing siswa untuk √


Collection melakukan kegiatan pengumpulan
data

4. Data Guru membimbing siswa untuk √


Processing melakukan kegiatan pengolahan
data

5. Verification Guru membimbing siswa agar √


dapat berdidskusi dan membuktikan
jawaban permasalahan

6. Generalizatin Guru mengarahkan siswa untuk √


menarik sebuah kesimpulan

Jumlah skor 19

Skor maksimal 24

NA = %

107
Pertemuan 1
Data Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol
No Deskriptor Skor/Nilai

1 2 3 4

1. Guru memberi salam √

2. Berdoa sebelum memulai pelajaran √

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √

4. Menjelaskan materi pembelajaran √

5. Memberikan tugas kepada siswa √

6. Menyimpulkan materi pelajaran √

Jumlah skor 18

Skor maksimal 24

NA = %

108
Pertemuan 2
Data Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol
No Deskriptor Skor/Nilai

1 2 3 4

7. Guru memberi salam √

8. Berdoa sebelum memulai pelajaran √

9. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √

10. Menjelaskan materi pembelajaran √

11. Memberikan tugas kepada siswa √

12. Menyimpulkan materi pelajaran √

Jumlah skor 17
Skor maksimal 24

NA = %

109
Lampiran 15

DOKUMENTASI

Kelas Eksperimen

Gambar 1 Gambar 2

Siswa mengerjakan soal pre tes Siswa akan memulai pembelajaran

Gambar 3 Gambar 4
Siswa berdiskusi tentang gambar Siswa mengerjakan soal post test
pencemaran lingkungan

110
Kelas Kontrol

Gambar 5 Gambar 6

Siswa mengerjakan soal Pre test Siswa akan memulai pembelajaran

Gambar 7 Gambar 8

Arahan untuk mengerjakan tugas Siswa mengerjakan soal post tes

111
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Radiatunisa
Tempat, Tanggal Lahir : Simpasai, 14 Januari 1996
Alamat Rumah : Dusun Lakenu, RT/RW 011/006, Kel/Desa
Simpasai, Kecamatan Lambu.
Nama Ayah : Syamsudin
Nama Ibu : St. Aisyah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN 2 SIMPASAI LAMBU, 2009
b. SMP NEGERI 2 LAMBU, 2012
c. SMA NEGERI 2 LAMBU, 2015

Mataram, 12 April 2021

Radiatunisa

Anda mungkin juga menyukai