TESIS
SAFITRI INDRIANI
02012681822001
2020
i
ii
3
MOTTO
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada terputus
dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufu”. [Q.S. Yusuf: 87]
Adikku Tersayang
Sahabat-sahabatku
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini peneliti hendak mengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah menjadi bagian terpenting bagi prosses
pembelajaran penliti dalam menempuh Pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE., selaku Rektor Unversitas
Sriwijaya.
2. Bapak Dr. Febrian, S.H. M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya.
3. Bapak Dr. Mada Apriandi Zuhir, S.H. MCL., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sriwijaya.
4. Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya.
5. Bapak Drs. Murzal Zaidan, S.H. M. Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sriwijaya.
6. Ibu Dr. Hj. Nashriana, S.H., M.Hum., elaku Ketua Kordinator Program Studi
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
7. Bapak Prof. Dr. Joni Emirzon, S.H. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang optiml meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan membantu peneliti selaku
mahasiswa bimbinannya dalam memberikan arahan serta masukan terbaik guna
menyelesaikan penelitian Tesis ini.
vi
8. Bapak Dr. H. KN. Sofyan Hasan, S.H. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
membantu peneliti yang selaku mahasiswa bimbingannya dalam meberikan
arahan serta masukan terbaik guna menyelesaikan Penelitian Tesis ini.
9. Bapak H. Amrullah Arpan, S.H., S.U., selaku Dosen yang telah memberikan
penliti arahan, masukan serta saran yang terbaik dalam menyelesaikan
Penelitian Tesis ini.
11. Para Dosen (Tenaga Pengajar) yang tidak dapat peneliti sebutkan satu perssatu.
Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan sselama peneliti menempuh
Pendidikan di Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Univeritas
Sriwijaya.
12. Para Staf Tata Ussaha dan Staf bagian perpustakaan, dan lainnya yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas bantuan dan
kemudahan yang telah diberikan selama ini.
1. Kedua Orang Tuaku yang sangat peneliti cintai, Ayah Ruhiyat, S.Ap dan
Mama Ruswati yang tiada henti memberikan doa, semangat, motivasi, nasihat
serta kasih sayang yang tak terhingga. Semoga doa dan harapan mereka
terwujud dan dikabulkan oleh Allat SWT.
vii
menghibur, memberikan saran, mendengarkan keluh kesah peneliti, dan
memberikan semangat.
Palembang, 2020
Peneliti
Safitri Indriani
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN …………………………………………. ii
ABSTRAK ……………………..……………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
ix
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum ………………………………… 35
Perdata………………………………………………………………. 48
Perdata……………………………………………………………….. 86
x
2. Syarat-Syarat Surat Elektronik Dapat Dijadikan Alat Bukti … 95
BAB IV PENUTUP
Daftar Pustaka
xi
ABSTRAK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
konvergensi antara teknologi telokomunikasi dan informatika dan salah satunya adalah
mendorong lahirnya suatu alternatif bagi penyelenggaraan kegiatan bisnis yang dikenal
Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi e- commerce karena
masing-masing pihak memberikan suatu definisi yang berbeda-beda, hal ini sejalan
hubungan hukum antara para pihak tersebut. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melahirkan berbagai dampak baik dampak positif maupun dampak yang
negatif. Salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini antara lain
adalah teknologi dunia maya yang dikenal dengan istilah internet.3 Kegiatan bisnis
perdagangan melalui internet yang dikenal dengan istilah Electronic Commerce yaitu
suatu kegiatan yang banyak dilakukan oleh setiap orang,karena transaksi jual beli secara
1
Shinta Dewi. Cyberlaw: Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E- commerce
Menurut Hukum International. Bandung: Widya Padjajaran, 2009. Hlm. 54
2
Ibid.
3
M.Yuzron. Tinjauan Tentang Dasar Hukum Transaksi Elektronik Di Indonesia. Jurnal Hukum,
Vol. XIX, No. 19. 2010. Hlm. 1
xiii
elektronik ini dapat mengefektifkan dan mengefisien-sikan waktu sehingga seseorang
dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun.4
antara penjual dan pembeli di suatu tempat. Transaksi perdagangan dapat timbul jika
terjadi pertemuan antara penawaran dan permintaan terhadap barang yang dikehendaki.
merupakan sesuatu yang baru, sebab kegiatan ini sudah ada sejak zaman prasejarah.
Menurut sejarah, internet pertama kali muncul pada tahun 1969 di Amerika
dan Institut Penelitian Stanford.Lalu sekitar tahun 1980, Yayasan Nasional Ilmu
yang berkembang sampai tahun 1994, pada saat mana ilmu pengetahuan
4
Ibid.
5
Mariam Darus Badrulzaman. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2001. Hlm.267.
6
Ibid.
xiv
Perkembangan dan kemajuan internet telah mendorong kemajuan di bidang
teknologi informasi. Penggunaan internet yang semakin luas dalam kegiatan bisnis,
industri dan rumah tangga telah mengubah pandangan manusia. Dimana kegiatan-
kegiatan diatas pada awalnya dimonopoli oleh kegiatan fisik kini bergeser menjadi
kegiatan di dunia maya (Cyber World) yang tidak memerlukan kegiatan fisik. Ditengah
dengan semakin populernya internet, seakan telah membuat dunia semakin menciut
(Shrinking The World) dan semakin memudarkan batas negara berikut kedaulatan dan
Indonesia, maka transaksi jual beli barang pun yang pada awalnya bersifat
konvensional perlahan-lahan beralih menjadi transaksi jual beli barang secara elaktronik
yang menggunakan media internet yang dikenal dengan E-commerce atau kontrak
dagang elektronik7
tersebut yaitu perjanjian ataupun kontrak jual beli antara para pihak yang bersepakat
untuk itu. Dalam lingkup hukum, sebenarnya istilah transaksi adalah keberadaan suatu
perikatan atau hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Jika kita berbicara
mengenai aspek materiil dari hubungan hukum yang disetujui para pihak. Berdasarkan
Bahwa pada Pasal 1338 KUHPerdata “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-
7
Ibid.
xv
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus
Serta pada Pasal 1320 KUHPerdata berbunyi: “Untuk sahnya suatu perjanjian
kecuali untuk melakukan hubungan hukum yang menyangkut benda tidak bergerak.
Sepanjang mengenai benda tidak bergerak, hukum akan mengatur perbuatan hukumnya
itu sendiri, yaitu harus dilakukan secara “tunai” dan “terang”. Oleh karena itu,
karena ia akan mencakup semua media yang digunakan untuk melakukan transaksi itu
sendiri, baik itu melalui media kertas ataupun media sistem elektronik.8
Transaksi Elektronik, diartikan sebagai dokumen elektronik yang memuat transaksi dan
sebagai perdagangan barang maupun jasa yang dilakukan melalui jaringan computer
8
Edmon Makarim. Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kompilasi Kajian. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005. Hlm.254.
9
Ibid.
xvi
Dalam perjanjian terdapat dokumen elektronik, biasanya dokumen tersebut
dibuat oleh para pihak merchant yang berisi aturan dan kondisi yang harus dipatuhi oleh
customer. Aturan dan kondisi tersebut juga dipakai sebagai perlindungan hukum bagi
kedua belah pihak, perlindungan hukum bagi kedua belah pihak yaitu: 10
atau penukaran barang, jika barang yang diterima tidak sesuai dengan yang
dipesan.
c. Privacy data pribadi pengguna media elektronik harus dilindungi secara hukum.
Pemberian informasi harus disertai oleh persetujuan dari pemilik data pribadi.
Hal ini merupakan bentuk perlindungan hukum bagi para pihak yang melakukan
menjadi semacam standar dalam perdagangan internasional di masa yang akan datang.
Keberadaannya saat ini telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Meskipun
Bepalingan (AB) dilarang menolak untuk mengadili suatu perkara yang belum ada
10
Dimas Febrian Syahputra, Rivan Kurniawan, Yusuf Bintang Syaifinuha. Jurnal Hukum:
Perlindungan Hukum Transaksi E-Commerce. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, 2015. Hlm. 5.
11
Ibid.
xvii
pengaturan hukumnya. Selain itu hakim juga dituntut untuk melakukan rechsvinding
Tentang alat bukti elektroni, telah disebutkan dalam Pasal 5 Ayat 1 UU ITE
yang menyatakan bahwa infomasi dan atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti yang sah dan memiliki akibat hukum yang sah. Sejak UU ITE
disahkan maka hukum pembuktian secara limitative seperti yang ada dalam
Out.
b. Proses data seperti pada umumnya dengan memasukan inisial dalam sistem
c. Menguji data dalam suatu waktu yang tepat, setelah data dituliskan oleh
dimasukan.
12
Edmon Makarim. Op.Cit. hlm. 320
13
Dimas Febrian Syahputra, Rivan Kurniawan, Yusuf Bintang Syaifinuha. Op.Cit. hlm. 5
xviii
Namun pada kenyataan sulit sekali mengenai pembuktian dalam transaksi online
mengenyampingkan alat bukti yang telah diajukan oleh para pihak, kita harus
membuktikan apakah alat bukti tersebut benar-benar dibuat oleh para pihak yang
bersengketa bukan karena ada pihak lain atau pihak ketiga yang berniat untuk
menjamin adanya suatu kekuasaan kehakiman yang bebas, serta penjelasan pada Pasal 1
Ayat (1) Undang-Undang No.48 Tahun 2009, yaitu Kekuasaan Kehakiman adalah
Indonesia. 14
harus terbebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan yudisial. Kebebasan dalam
melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim adalah
mencerminkan rasa keadilan bagi rakyat. Pasal 24 Ayat (2) UndangUndang No. 48
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Seorang hakim yang bebas
14
Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 1996. hlm. 94.
xix
dan tidak memihak telah menjadi ketentuan universal, hal ini menjadi ciri suatu negara
hukum. 15
terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et
bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat
bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi
dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan
cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan
dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
suatu peristiwa/fakta yang diajukan itu benar-benar terjadi, guna mendapatkan putusan
hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum
nyata baginya bahwa peristiwa atau fakta tersebut benar-benar terjadi, yakni dibuktikan
dari hasil pembuktian dapat diketahui benar atau tidaknya suatu gugatan atau bantahan
tersebut. Hal itu berarti, bahwa apabila penggugat dapat membuktikan dalil-dalilnya
dalam gugatannya maka hakim akan mengabulkan gugatan dari penggugat, sedangkan
15
Ibid.
16
Mukti Arto. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004. Hlm.140.
17
Ibid.
xx
apabila Penggugat tidak dapat membuktikan dalil-dalil dalam gugatannya atau tergugat
Hakim akan menolak gugatan dari Penggugat. Dalam tahapan pembuktian terdapat 2
harus menggunakan alat bukti yang sah menurut hukum pembuktian, dan
tidak boleh menggunakan alat bukti yang tidak diatur dalam peraturan
perundangan. Berkenaan dengan macam alat bukti yang sah, menurut pasal
164 HIR jo. Pasal 1866 KUHPerdata ada 5 macam alat bukti: bukti
sumpah.
dianggap sebagai alat bukti yang sah dan dapat dipergunakan sebagai alat
Dengan demikian, berdasarkan rumusan Pasal 163 HIR jo. 1865 KUHPerdata
tersebut, maka kedua belah pihak baik itu penggugat maupun tergugat dapat dibebani
dengan beban pembuktian oleh hakim. Hal tersebut bermakna bahwa hakim wajib
peristiwa yang dapat mendukung dalil tersebut, yang diajukan oleh penggugat,
sedangkan bagi tergugat, hakim wajib memberikan suatu beban pembuktian untuk
18
Johan Wahyudi.Jurnal Hukum Vol. XVII: Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada
Pembuktian Di Pengadilan. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2012. Hlm. 4.
xxi
membuktikan bantahannya atas dalil yang diajukan oleh para penggugat. Penggugat
tergugat tidak diwajibkan untuk membuktikan kebenaran peristiwa yang diajukan oleh
penggugat. Dengan demikian, jika penggugat tidak bisa membuktikan dalil atau
peristiwa yang diajukannya, ia harus dikalahkan, sedangkan jika tergugat tidak dapat
melaksanakan asas pembuktian, tetapi hakim harus bijaksana dan pantas, yaitu
gampang untuk membuktikan, dan tidak membebani kepada pihak yang paling sulit
untuk membuktikan, terkhusus pada perkara yang didasarkan pada suatu hubungan
hukum yang timbul tanpa adanya alat bukti tulisan atau surat (dilakukan secara lisan)
dengan diberlakukannya UU ITE maka terdapat suatu pengaturan yang baru mengenai
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Selanjutnya di dalam Pasal 5 ayat 2
UU ITE ditentukan bahwa informasi elektronik atau dokumen elektronik dan/atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan alat bukti yang sah
dan sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, bahwa
19
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata. Yogjakarta: Liberty, 1998. Hlm. 114.
20
Johan Wahyudi. Op.Cit. Hlm. 5.
xxii
merupakan suatu alat bukti yang sah dan merupakan perluasan alat bukti yang sah
sesuai dengan hukum acara yang telah berlaku di Indonesia, sehingga dapat digunakan
mengenai transaksi elektronik dari mulai jual beli secara online (e-Commerce) yaitu jual
beli melalui layana internet ini telah banyak digunakan akan tetapi maraknya penipu
serta kualitas barang yang tidak sama seperti ekspektasi pada umumnya cenderung
melakukan pinjam meminjam uang selain mudah diakses, syarat yang sangat mudah
untuk dilengkapi konsumen serta pemberian uang yang begitu cepat membuat
masyarakat banyak yang menggunakannya, akan tetapi kita tidak banyak tau dampak
Contoh kasus dalam jual beli secara online (e-commerce) yang sampai pada saat
I) dan Rusdi (Tergugat II). Bahwa sebelumnya antara Penggugat dengan Para Tergugat
telah saling mengenal satu sama lain melalui facebook dan berlanjut komunikasi
Blackberry segala merk dan tipe, baik Penggugat maupun tergugat I telah sama-sama
tersebut, padahal Penggugat telah mengirimkan langsung ke alamat yang dituju yaitu
21
Ibid.
xxiii
alamat Tergugat I. Kesimpulan dari putusan ini ialah bahwa hakim tidak dapat diterima
gugatan dari Penggugat karena gugatan penggugat tidak jelas atau kabur Majelis
hakim berpendapat bahwa pada kualifikasi ini harus diuraikan juga bagaimana caranya
perbuatan itu dilakukan oleh Para Tergugat, misalnya: Apakah melanggar hak subyektif
Modernisasi dalam
perkembangan transaksi
Wanprestasi
Alat Bukti
(Pasal 1866 KUHPerdata)
Ditolak
Berdasarkan uraian diatas maka dalam perkara yang di periksa oleh hakim
merupakan kewajiban bagi hakim untuk menilai alat bukti surat atau akta dalam bentuk
otentik atau tidak, serta menilai adanya kepalsuaan atau tidak dalam hal pembuktian
transaksi elektronik. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti dalam karya tulis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat diambil
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis bahas, maka ada beberapa tujuan
xxv
1. Untuk menjelaskan mengenai kriteria hukum yang menentukan bahwa surat
2. Untuk menjelaskan mengenai kriteria hukum untuk suatu pihak yang berwenang
akan datang.
D. Manfaat Penelitian
elektronik.
2. Secara praktis, berguna sebagai bahan pertimbangan bagi semua praktisi hukum
yang terlibat dan berkepentingan dalam beracara perdata dalam perkara transaksi
elektronik, yaitu:
bahkan membuat aturan hukum baru yang lebih tegas terkait pembuktian
xxvi
E. Kerangka Teori
Dalam membahas penelitian ini, ada beberapa teori hukum yang akan digunakan
untuk menganalisa permasalahan penelitian. Pada hakikatnya teori hukum adalah suatu
keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dan berkenaan dengan sistem konseptual
positifkan.22 Tugas teori hukum yaitu untuk menjelaskan atau menguraikan hubungan-
hubungan antara norma-norma dasar dan semua norma yang ada dibawahnya. Akan
tetapi, tidak untuk mengatakan norma dasar sendiri baik atau buruk. Menurut Karl
Raimund Popper, suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan
pemikiran peneliti tentang teori dan praktik dalam pembuktian elektronik sebagai bahan
pertimbangan hakim dalam hukum acara perdata. Peneliti akan menggunakan beberapa
teori yang terdiri dari grand theory, middle theory, dan applied theory. Teori-teori
Grand theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Keadilan.
Keadilan berasal dari kata adil, yang diartikan dapat diterima secara objektif. Keadilan
22
J.J.H. Bruggink. Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-Pengertian Dasar dalam Teori Hukum.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hlm. 156.
23
Lili Rasjidi. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. Hlm. 29.
xxvii
dimaknakan sifat (perbuatan, perlakuan yang adil). 24 Para filsuf Yunani memandang
keadilan sebagai suatu kebajikan individual (individual virtue). Apabila terjadi tindakan
yang dianggap tidak adil dalam tata pergaulan masyarakat, maka hukum sangat
berperan untuk membalikan keadaan, sehingga keadilan yang telah hilang kembali
Ethics, Aristoteles sebagaimana dikutip Shidarta telah menulis secara panjang lebar
hubungan antar manusia. Kata adil mengandung lebih dari satu arti. Adil dapat berarti
sesuai hukum, dan apa yang sebanding, yaitu yang semestinya. Seseorang dikatakan
berlaku tidak adil apabila orang itu mengambil lebih dari bagian yang semestinya. 26
Karena hukum mengikat semua orang, maka keadilan hukum mesti dipahami dalam
keadilan korektif. Dimana keadilan distributif identik dengan keadilan atas dasar
pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu perjanjian dilanggar atau kesalahan
dilakukan, maka keadilan korektif berupaya memberi kompensasi yang memadai bagi
24
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi (Buku Kedua)Edisi 1 Cet. 1. Jakarta : Rajawali Pers, 2014. Hal. 25.
25
Munir Fuady. Dinamika Teori Hukum,Jakarta : Ghalia Indonesia,2007. Hal. 93 .
26
Ibid.
27
Bernard L. Tanya dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi.
Jakarta : Genta Publishing,2010. Hal. 45.
xxviii
pihak yang dirugikan. Jika suatu kejahatan dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya
kembali kesetaraan, dan merupakan standar umum untuk memperbaiki setiap akibat dari
Konsep Themis, sang dewi keadilan melandasi keadilan jenis ini, yang bertugas
ethics, politics, dan rethoric. Spesifik dilihat dalam buku nicomachean ethics, buku itu
mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa
Pada pokoknya pandangan keadilan ini sebagai suatu pemberian hak persamaan
tapi bukan persamarataan. Aristoteles membedakan hak persamaanya sesuai dengan hak
proposional. Kesamaan hak dipandangan manusia sebagai suatu unit atau wadah yang
sama. Inilah yang dapat dipahami bahwa semua orang atau setiap warga negara
dihadapan hukum sama. Kesamaan proposional memberi tiap orang apa yang menjadi
dan tetap memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi haknya. 31 Dapat
dikatakan, keadilan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh hukum, sebab hukum
28
Ibid.
29
L. J. Van Apeldoorn,. Pengantar Ilmu Hukum Cetakan ke-26. Jakarta: Pradnya Paramita,
1996. Hlm. 11.
30
Carl Joachim Friedrich. Filsafat Hukum Perspektif Historis. Bandung: Nuansa dan Nusamedia,
2004. Hlm. 25.
31
O. Notohamidjojo. dalam Rudyanti Dorotea Tobing. ,Hukum Perjanjian Kredit Konsep
Perjanjian Kredit Sindikasi yang Berdasarkan Demokrasi Ekonomi. Yogyakarta:Laksbang Grafika,2014.
Hlm. 46 .
xxix
berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Cita-cita hukum adalah
menciptakan keadilan, dan hukum berasal dari keadilan. Oleh karena itu, keadilan telah
ada sebelum adanya hukum. Keterkaitan dengan teori keadilan, dalam mencapai
tujuannya, hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam
masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta
Tata keadilan tercermin dalam konsep tentang hukum, dikembangkan oleh filsuf
Yunani yaitu Plato dan Aristoteles. Plato menjelaskan bahwa keadilan akan terwujud
jika negara ditata sesuai dengan bentuk-bentuk yang ideal. Sedangkan Aristoteles
berhubungan dengan organisasi antar lembaga dalam suatu negara, dan konstitusi
bagian dari unsur kesejahteraan umum selain adanya unsur perdamaian, ketentraman
kesejahteraan umum adalah hukum, dan bukan hanya hukum positif saja yang dianggap
penting, tetapi hukum kodrat juga harus diperhatikan. Pada umumnya keadilan hanya
dilihat dari satu pihak saja, yaitu pihak yang menerima perlakuan saja. Sehingga
keadilan harus dilihat dari dua belah pihak, yaitu pihak yang menentukan perlakuan
32
Rudyanti Dorotea Tobing. ,Hukum Perjanjian Kredit Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi yang
Berdasarkan Demokrasi Ekonomi. Yogyakarta:Laksbang Grafika,2014. Hlm. 46.
33
Ibid.
xxx
Namun demikian, tidak adil dapat terjadi dalam suatu hukum, yaitu bertentangan
dengan kesejahteraan manusia. Asas-asas keadilan yang dipilih bersama dari semua
orang yang bebas, rasional, dan setara yang mampu menjamin pelaksanaan hak
sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi semua orang. Prinsip keadilan
menurut John Rawls sebagai kesetaraan menghasilkan keadilan prosedural yang murni
Berdasarkan yang telah penulis uraikan dalam Teori Keadilan ini juga digunakan
untuk memperoleh keadilan bagi para pihak yang bersengketa dalam terjadinya
Middle Theory yang digunakan dalam penulisan ini adalah Teori Perlindungan.
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan hukum korban
berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan
bantuan hukum. 35 Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam
bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang
lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan
34
Karen Lebacqz,1986,Teori-Teori Keadilan (terjemahan Six Theories of Justice), Bandung:
Nusa Media,Hal. 51.
35
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1984.
hlm 133.
xxxi
hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikanorang lain dan
perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan
manusia.38
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum
sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun
dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak
36
Satjipto Rahardjo. Ilmu hukum Cet. V. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Hlm.53.
37
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Bagi Rakyat diIndonesia. Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1987.
Hlm.1.
38
Setiono. Rule of Law(Supremasi Hukum). Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004. Hlm. 3
xxxii
tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum. Menurut Hadjon, perlindungan
definitif;
Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan lebih berfokus
pada perlindungan hukum represif, suatu bentuk perlindungan hukum untuk para pihak
yang bersengketa khususnya pada sengketa transaksi elektronik. Telah banyak kasus
yang terjadi berawal dari transaksi elektronik, dan juga jarang kasus mengenai transaksi
ini sampai pada tahap pengadilan seperti pada kasus fintech atau pinjaman online yang
telah banyak dirugikan secara finansial, baik bagi para kreditur maupun debitur. Maka
dari itu diharapkan teori perlindungan hukum ini dapat membantu dalam menjawab
merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip negara hukum yang
mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat banyak macam
perlindungan hukum. Dari sekian banyak jenis dan macam perlindungan hukum,
39
Philipus M. Hadjon. Op.Cit. Hlm. 4
xxxiii
terdapat beberapa diantaranya yang cukup populer dan telah akrab di telinga kita,
konsumen ini telah diatur dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen yang
pengaturannya mencakup segala hal yang menjadi hak dan kewajiban antara produsen
dan konsumen. 40
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan
ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat
pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila.
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari
40
Ibid.
41
Philipus M.Hadjon. op.cit., hlm. 38
xxxiv
Berdasarkan dengan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa fungsi hukum adalah
melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan dan menderitakan
hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Selain itu berfungsi pula untuk
seluruh rakyat. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari
fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi
manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah
kesejahteraan bersama. Pada perlindungan hukum di butuhkan suatu wadah atau tempat
dalam pelaksanaanya yang sering di sebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana
preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada
42
Wahyu Sasongko. Ketentuan-ketentuan pokok hukum perlindungan konsumen. Bandar
lampung:Universitas lampung, 2007. Hlm. 31
xxxv
pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat,
mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum. 43
Pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim
yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa
Dalam acara pembuktian dimuka pengadilan, tidak semua hal perlu dibuktikan,
melainkan ada beberapa hal yang tidak perlu dibuktikan. Hal-hal tersebut adalah:45
1. Segala sesuatu yang diajukan oleh salah satu pihak dan diakui oleh pihak
lawan. Seperti pada penelitian ini mengenai pinjam meminjam uang, apabila
gugatan mana kemudian diakui oleh tergugat, maka Penggugat tidak perlu
2. Segala sesuatu yang dilihat sendiri oleh hakim didepan sidang pengadilan.
atau perkara di muka Hakim atau Pengadilan. Pembuktian hanya diperlukan apabila
peraturan tata tertib yang harus diindahkan dalam melangsungkan pertarungan dimuka
Suatu masalah yang sangat penting dalam hukum pembuktian adalah masalah
dengan adil dan tidak berat sebelah karena suatu pembagian beban pembuktian yang
berat sebelah berarti a priori menjerumuskan pihak yang menerima beban yang
terlampau berat, dalam jurang kekalahan. Soal pembagian beban pembuktian ini
44
Moh. Taufik Makarao. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Hlm.93
45
Ibid.
46
R. Subekti. Hukum Pembuktian. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1995. Hlm. 2
xxxvii
dianggap suatu soal hukum atau soal yuridis, yang dapat diperjuangkan sampai tingkat
beban pembuktian yang tidak adil dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum atau
Teori Pembuktian ini juga dijelaskan pada Pasal 1865 KUHPerdata yaitu:
“setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hal atau guna
meneguhkan hak sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjukan suatu
macam-macam alat bukti yang diatur pada Pasal 1866 KUHPerdata yang mana pada
hubungan hukum tertentu, atau adanya suatu hak, yang dijadikan dasar oleh penggugat
untuk mengajukan gugatan ke pengadilan. Pada tahap pembuktian juga, pihak tergugat
penggugat. Melalui pembuktian dengan menggunakan alat-alat bukti inilah, hakim akan
47
Ibid. hlm. 15
48
Sarwono. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Hlm. 236.
49
Ibid.
xxxviii
memperoleh dasar-dasar untuk menjatuhkan putusan dalam menyelesaikan suatu
perkara.
sangat kompleks dalam proses ligitasi. Kompleksitas itu akan semakin rumit karena
lalu (past event) sebagai suatu kebenaran (truth). Meskipun kebenaran yang dicari
dalam proses peradilan perdata, bukan kebenaran yang absolut (ultimate truth), tetapi
kebenaran yang bersifat relatif atau bahkan cukup bersifat kemungkinan (probable),
namun untuk menemukan kebenaran yang demikian pun tetap menghadapi kesulitan.
Pada saat menilai alat bukti, hakim dapat bertindak bebas atau terikat oleh Undang-
a. Teori Pembuktian Bebas Hakim bebas menilai alat-alat bukti yang diajukan
oleh para pihak yang beperkara, baik alat-alat bukti yang sudah disebutkan oleh
diajukan oleh para pihak yang beperkara. Putusan yang dijatuhkan, harus selaras dengan
alat-alat bukti yang diajukan dalam persidangan. Lebih lanjut teori ini dibagi menjadi: 51
50
Efa Laela Fakhriah. Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata. Cetakan ke2.
Bandung: PT Alumni, 2013. hlm. 40.
51
Ibid.
xxxix
3. Teori Pembuktian Gabungan Hakim bebas dan terikat dalam menilai hasil
Kekuatan pembuktian alat bukti surat dapat dibedakan antara yang berbentuk
akta dengan bukan akta. Surat yang berbentuk akta juga dapat dibedakan menjadi akta
otentik dan akta di bawah tangan. Kekuatan pembuktian suatu akta dapat dibedakan
menjadi:52
1. Kekuatan pembuktian luar Suatu akta otentik yang diperlihatkan harus dianggap
bahwa akta itu bukan akta otentik. Selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya
pada akta tersebut melekat kekuatan bukti luar. Maksud dari kata memiliki daya
pembuktian luar adalah melekatkan prinsip anggapan hukum bahwa setiap akta
otentik harus dianggap benar sebagai akta otentik sampai pihak lawan mampu
membuktikan sebaliknya.
keterangan yang diberikan penanda tangan dalam akta otentik dianggap benar
hukum perdata maupun hukum acara perdata. Menurut Supomo menerangkan bahwa
pembuktian mempunyai arti luas dan arti terbatas. Di dalam arti luas membuktikan
berarti memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Di dalam
arti yang terbatas membuktikan hanya diperlukan apabila yang dikemukakan oleh
penggugat itu dibantah oleh tergugat. Apabila yang tidak dibantah itu tidak perlu
dibuktikan. Kebenaran dari apa yang tidak dibantah tidak perlu dibuktikan. 53
Membuktikan dalam arti logis adalah memberikan kepastian yang bersifat mutlak,
karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinkan adanya bukti lawan. Untuk
membuktikan dalam arti konvensional, di sini pun berarti juga memberi kepastian,
hanya saja bukan kepastian mutlak, melainkan kepastian nisbi atau relatif sifatnya dan
membuktikan dalam arti yuridis tidak lain berarti memberi dasar yang cukup kepada
hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang
53
Supomo. Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri. Jakarta: Bina Aksara, 1983. Hlm. 188.
xli
kebenaran peristiwa yang diajukan. 54 Maka dari itu teori pembuktian akan membantu
menjawab persoalan mengenai pembuktian elektronik atau surat digital sebagai bahan
pertimbangan hakim.
F. Definisi Konsep
pergaulan hukum dan apabila telah mendapatkan kekuatan hukum maka suatu
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini maka kekuatan hukum tersebut
lebih cenderung kepada kekuatan hukum pembuktian elektronik dalam hukum acara
perdata. Pada umumnya kekuatan hukum pembuktian dalam hukum acara perdata sudah
a. Bukti tertulis
b. Bukti saksi
c. Persangkaan
d. Pengakuan
e. Dan sumpah.
2. Transaksi Elektronik.
Transaksi yang dimaksud dalam penulisan ini ialah transaksi yang berbasis
online melalui media elektronik. Transaksi Elektonik internet yaitu elektonik dagang
54
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Ke-II, Cet. Ke-1. Yogyakarta:
Liberty, 1985. Hlm. 5
xlii
antara penjual dengan pembeli untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih
hak. Kontrak ini dilakukan dengan media elektronik atau media digital selanjutnya para
pihak tidak hadir secara fisik dan media ini terdapat dalam jaringan umum dengan
system terbuka yaitu internet atau world wide web. Transaksi ini terjadi terlepas dari
elektronik lainnya.
G. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Hukum
dalam menentukan suatu alat bukti. Penelitian Hukum Normatif adalah prosedur
penelitian ilmiah untuk menentukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari
2. Pendekatan Penelitian
55
Shinta Dewi. Cyberlaw 1 Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E- commerce
Menurut Hukum International. Bandung: Widya Padjajaran, 2009. Hlm. 54.
56
Jonny Ibrahim. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia, 2006.
Hlm. 47.
xliii
Dalam kaitannya dengan penelitian hukum normatif ini maka dapat digunakan
Dalam pendekatan filsafat ini akan mengupas ilmu hukum (legal issue) dalam
57
penelitian normatif dan mengupasnya secara mendalam. Pendekatan ini
digunakan untuk mengkaji dalam menentukan tingkat kedudukan alat bukti serat
Pendekatan ini ialah untuk menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkutan deng isu hukum yang sedang ditangani. 58 Pendekatan ini digunakan
c. Pendekatan Analitis
Pendekatan ini adalah untuk mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah
dengan penelitian hukum ini, sehingga dari pendekatan ini dapat mencegah
57
Ibid.
58
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Surabaya: Kencana, 2005. Hlm. 93.
59
Jonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia, 2005.
Hlm. 310.
xliv
terjadinya interpretasi ataupun salah penafsiran dalam menjawab permasalahan
dan doktrin-doktrin didalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari;
4) Yurisprudensi.
5) Traktat.
60
Peter Mahmud Marzuki. Op.Cit. Hlm. 95
xlv
b. Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.
data sekunder yaitu dengan cara penelitian kepustakaan atau studi pustaka. 62 Dalam
dilakukan pengolahan bahan-bahan hukum yang telah didapat dengan cara membuat
metode desktriptif kualitatif ialah analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan data sekunder, yang meliputi isi dan striktur hukum
positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan penulis untuk menentukan isi atau makna
61
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. Palu: Sinar Grafika, 2009. Hlm. 47.
62
Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti,
2004. Hlm. 81.
63
Soejono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (UI), 2004.
Hlm. 251.
xlvi
aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum. 64
Dalam analisis terhadap bahan penelitian berupa bahan-bahan yang telah dikumpulkan
dan diolah maka akan dilakukan menurut cara-cara analisis atau interprestasi hukum
yaitu:
\pun dari peraturan tersebut dapat di tafsirkan seolah-olah ia berdiri sendiri. Pada
atau yang lebih sempit daripada pengertiannya dalam kaidah bahasa yang biasa.
Hal yang pertama disebut penafsiran meluaskan dan yang kedua disebut
penafsiran menyempitkan.65
undangan .
memberi ibarat atau kiasan pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas
64
Zainuddin Ali. Op.cit. hlm. 107.
65
Utrecht, dalam Yudha Bhakti Ardhiwisastra. Penafsiran dan Konstruksi Hukum. Bandung:
Alumni, 2008. Hlm. 9.
xlvii
hukumnya ,sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat di masukkan
deduktif, yaitu penalaran yang berlaku umum pada kasus individual dan konkret yang
tentang transaksi pinjam meminjam yang dilakukan melalui media elektronik, sehingga
jaminan. 67
66
Ibid.
67
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Mataram: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003. Hlm.251.
xlviii
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Anshoruddin, 2004. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum
Positif ,
Surabaya: Pustaka Pelajar.
Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Citra
Aditya
Bakti.
Aminurddin dan Zainal Asikin. 2003. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Mataram:
PT.
Raja Grafindo.
Apeldoorn, L.J. Van. 1996. Pengantar Ilmu Hukum Cetakan ke-26. Jakarta: Padnya
Paramita.
Arto, Mukti. 2004. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. V.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Badrulzaman, Mariam Darus. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT. Citra
Aditya
Bakti.
Dewi, Shinta. 2009. Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E-Commerce
Menurut Hukum Internasional. Bandung: Widya Padjajaran.
Effendie, Bahtiar, Masdari Tasmin, dan A.Chodari. 1999. Surat Gugat Dan Hukum
Pembuktian Dalam Perkara Perdata. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Fakhriah, Efa Laela. 2013. Bukti ELektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata Cetakan
Ke-
2. Bandung: PT. Alumni.
xlix
Fuady, Munir. 2007. Dinamika Teori Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Friedrich, Carl Joachim. 2004. Filsafat Hukum Perspektif Historis. Bandung: Nuansa
dan
Nusamedia.
Hamzah, Andi. 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Ibrahim, Honny. 2006. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia.
Jogiyanto HM. 1999. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur
Teori
dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Kansil, C.S.T. 1986. Pengantar ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta.
M. Hadjon, Philipus. 1987. Perlindungan Bagi Rakyat di Indonesia. Surabaya: PT/ Bina
Ilmu.
Makarao, Moh. Taufik. 2004. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Mertokusumo, Sudikno. 1985. Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Ke-II Cet. Ke-1.
Yogyakarta: Liberty.
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum Cet. V. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Rasjidi, Lili. 1993. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Salim, HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2014. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis
dan Disertasi Edisi 1 Cet. 1. Jakarta: Rajawali Pers.
Sarwono. 2006. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika.
l
Sarwono. 2011. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika.
Sutiono. 2004. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Program
Pascasarjana Universitas Sebelah Maret.
Tanya, Bernard L. 2010. Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi.
Jakarta: Genta Publishing.
Tobing, Rudyanti Dorotea. 2014. Hukum Perjanjian Kredit Konsep Perjanjian Kredit
SIndikasi yang Berdasarkan Demokrasi Ekonomi. Yogyakarta: Laksbang
Grafika.
Wardah, Sri dan Bambang Sutiyoso. 2007. Hukum Acara Perdata dan
Perkembangannya di
Indonesia. Yogyakarta: Gama Media.
Jurnal:
Abdullah, Nawaaf dan Munsyarif Abdul Chalim. “Kedudukan Dan Kewenangan
Notaris
Dalam Membuat Akta Otentik”. Jurnal Akta Volume 4, Nomor 4, Desember
2017.
li
Chandra, M. Jeffri Arlinandes. “Wajib Daftar Usaha Bagi Pelaku Usaha E-commerce
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan”. Jurnal
Hukum
Sehasen Vol.2 No.2, 2017.
Fakhiriah, Efa Laela. “Perkembangan Alat Bukti Dalam Penyelesaian Perkara Perdata
di
Pengadilan Menuju Pembaharuan Hukum Acara Perdata”. Jurnal Hukum Acara
Perdata Adhaper Vol. 1 Nomor 2.Desember 2015.
Hanapiah, Yogi, dan Sri Endah Wahyuningsih. “Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh
Notaris Dalam Membuat Akta Perjanjian Notariil”. Jurnal AKta, Vol 5 No 1
Maret
2018.
Hanim, Lathifah. “Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam E-Commerce Sebagai
Akibat Dari Globalisasi Ekonomi”. Jurnal Pembaharuan Hukum, Vol. 1 Nomor
2.
Agustus 2014.
Hutape, Kurnia Parluhutan. “Tinjauan Hukum Terhadap Nilai Pembuktian Saksi Dalam
Penyelesaian Perkara Perdata (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Kabanjahe”.
Jurnal Ilmiah Research Sains, VOL. 3. Nomor 1, Februari 2017
Juanda, Enju. “Kekuatan Alat Bukti Dalam Perkara Perdata Menurut Hukum Positif di
Indonesia”. Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember 2015.
lii
Vol. 11 No. 3, 2017.
Ngafifi, Muhamad. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial
Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Volume 2,
Nomor 1, 2014.
Nugraha, Rifan Adi, Jamaluddin Mukhtar, dan Hardika Fajar Ardianto. “Perlindungan
Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Online”. Jurnal Serambi Hukum,
Vol.
08 No. 02, 2015.
Ma’ruf, Umar dan Dony Wijaya. “Tinjauan Hukum Kedudukan dan Fungsi Notaris
Sebagai
Pejabat Umum Dalam Membuat Akta Otentik (Studi Kasus di Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang)”. Jurnal Pembaharuan Hukum Volume II No.3
September - Desember 2015.
Pomantow, Vivien. “Akibat Hukum Terhadap Akta Otentik Yang Cacat Formil
Berdasarkan
Pasal 1869 KUHPerdata”. Lex Privatum Vol. VI No. 7, September 2018.
Prastomo, Dimas Agung dan Akhmad Khisni. “Akibat Hukum Akta Di Bawah Tangan
Yang
Dilegalisasi Oleh Notaris”. Jurnal Akta, Vol. 4 No. 4 Desember 2017.
liii
Hukum, Volume 1 No 2. Tahun 2014
Salami, Rochani Urip dan Rahadi Wasi Bintoro. “Alternatif Penyelesaian Sengketa
Dalam
Sengketa Transaksi Elektronik (E-Commerce)”. Jurnal Dinamika Hukum, Vol.
13 No.
1, 2013.
Setiawan, Ahmad Budi. “Studi Standarisasi Sertifikat Eletronik Dan Keandalan Dalam
Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik”. Buletin Pos dan
Telekomunikasi,
Vol. 12 No. 2 Juni 2014.
Syahputra, Dimas Febrian, Rivan Kurniawan, dan Yusuf Bintang Syaifinuha. 2015.
“Perlindungan Hukum Transaksi E-Commerce”. Fakultas Hukum Universitas
Sebelas
Maret.
liv
Perspektif, Volume 22 No. 3, September 2017.
Sunge, Maisara. “Beban Pembuktian Dalam Perkara Perdata”. Jurnal Inovasi, Volume
9,
No.2. Juni 2012
Sumini dan Amin Purnawan. “Peran Notaris Dalam Membuat Akta Perjanjian Notariil”.
Jurnal Akta, Vol. 4 No. 4, Desember 2017.
Tulenan, Ghita Aprillia. “Kedudukan dan Fungsi Akta Dibawah Tangan Yang
Dilegalisasi
Oleh Notaris”. Lex Administratum, Vol. II No.2 April-Juni 2014.
Tjukup, Ketut, I Wayan Bela Siki Layang, Nyoman A. Martana,dkk. “Akta Notaris
(Akta
Otentik) Sebagai Alat Bukti Dalam Peristiwa Hukum Perdata”. Jurnal Ilmiah
Prodi
Magister Kenot ariatan, Vol. 2 No. 2 Tahun 2016.
Wahyudi, Johan. 2012. “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian di
Pengadilan” Vol. XVII. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.
Winanto, Wahyu Agus. “Sebuah Kajian Pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE)”. JEAM Vol. X Nomor 1. 2011.
Perundang-Undangan:
lv
Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi
Elektronik.
Karya Ilmiah:
Thamus, Ahdhi. Analisis Yuridis Alat Bukti Elektronik Berupa Email Dalam Perkata
Perdata
Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
Dan
Transaksi Elektronik. Skripsi: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013.
Internet:
Bastary, M. Luqmanul Hakim. Sedikit Tentang Pembuktian Dalam Perkara Perdata.
http://www.pta-banten.go.id/portal/makalah/artikel-02042012.pdf. diAkses pada
Tanggal 12 November2019.
Kresna, Angel Firstia. Legalistas Tanda Tangan Elektronik Pejabat Dalam Rangka
Mendukung E-Government.
https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/3737/legalitas-tanda-tangan-
elektronik-pejabat-dalam-rangka-mendukung-e-government. Diakses pada
tanggal 15 november 2019.
Noname. Tak Perlu Ragu Gunakan Sertifikat dan Tanda Tangan Elektronik.
lvi
https://kominfo.go.id/content/detail/22776/tak-perlu-ragu-gunakan-sertifikat-
dan-tanda-tangan-elektronik/0/sorotan_media. Diakses pada tanggal 15
November 2019.
Tugas dan Fungsi Balai Sertifikasi Elektronik Badan Siber dan Kunci.
https://bsre.bssn.go.id/public/aboutus. Diakses tanggal 22 November 2019.
lvii