Anda di halaman 1dari 99

KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H) pada Program Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

Oleh:

ABDUL JABBAR
RIDHO NIM:
11160453000032
KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA
REPUBLIK

SKRIP
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program S

Oleh:

ABDUL JABBAR RIDHO


NIM: 11160453000032

Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si.


NIP. 197812302001122002

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/ 1442 H

i
i
i
ABSTRAK

Abdul Jabbar Ridho, NIM. 11160453000032, “KEBIJAKAN


PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM
PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH”, Program Studi Hukum Tata Negara
(Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2020/1442 H. Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui perspektif Fikih Siyasah dalam aspek maslahat terhadap
pengambilan keputusan pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan
faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Pemindahan Ibu kota NKRI yang tidak
diatur secara tegas dalam UUD RI menimbulkan fleksibilitas yang tinggi dalam
mengatur pemindahan ibu kota tersebut. Sehingga, perlu dilakukan analisis
mendalam mengenai kebijakan tersebut, khususnya dalam perspektif fikih
siyasah pada aspek maslahat.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan
pendekatan perundang-undangan (statute approach), Pendekatan Konseptual dan
Pendekatan Historis. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahan hukum primer, dan sekunder serta didukung oleh bahan non hukum yang
relevan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor utama yang
melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota Jakarta, yaitu kepadatan perkotaan
(terdiri dari kepadatan penduduk, kepadatan gedung dan bangunan, kepadatan
kegiatan pembangunan perkotaan, kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor),
bencana banjir, ancaman ROB (banjir air laut pasang). dan, eksploitasi
(pengambilan) air tanah secara berlebihan. Sementara itu, ditinjau dari perspektif
fikih siyasah, pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan dapat dijalankan
demi kemaslahatan bagi bangsa. Presiden selaku kepala negara mempunyai hak
dan wewenang untuk mengambil kebijakan politik untuk kepentingan bangsa
dan negara. Dalam hal pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota, demi
meraih kemaslahatan bangsa, pemerintah harus mengambil langkah-langkah
strategis dalam meraih kemaslahatan pemindahan ibu kota ini dengan berbagai
macam jaminan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat Kalimantan
sebagai pribumi ibu kota baru dan menjamin keberlangsungan flora dan fauna
Kalimantan serta menjamin keberlangsungan hutan tropis Kalimantan sebagai
paru-paru dunia.
Kata Kunci : Pemindahan Ibu Kota NKRI, Maslahat, Fikih
Siyasah.
Pembimbing : Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si.
Daftar Pustaka : Dari tahun 1990 sampai 2020

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah swt. berkat


nikmat, anugerah dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH”.

Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad


saw. yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang diridhai Allah
swt. Dalam penyelesaian skripsi ini, tak luput peran pihak-pihak yang
senantiasa sabar dan setia membantu, membimbing serta mendoakan.
Sehingga dengan rasa hormat, penulis ingin mengucapakan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis., Lc, MA, Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas


Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Sri Hidayati, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Tata Negara


(Siyasah);

4. Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si., Sekretaris Program Studi Hukum


Tata Negara (Siyasah), Dosen Penasihat Akademik penulis, serta
Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran yang luar biasa
dalam membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini;
5. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Rasa
terima kasih dan hormat atas segala ilmu, pengalaman, bimbingan, dan
arahan yang diberikan kepada penulis selama menempuh
pendidikan Strata
v
Satu (S1);

v
6. Pimpinan dan seluruh pengurus Perpustakaan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberi kontribusi
berupa literasi dan pustaka sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik;
7. Keluarga penulis, terutama Ayahanda Ir. Aris Iswadi dan Ibunda Ratu
Ifat Fatinah. Kakak penulis, Aisyah Raisa Medina. Serta adik-adik
penulis, Jasmine Sarah Lutfiah dan Aziz Ersyad Selamat. Mereka yang
selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang penuh kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
Rekan-rekan penulis, Lili Dwi Yulianto, Usamah Al-Fatih, M. Ramadhan, Yogi, Fikri, Dodi, Ka Aby, Ka M
Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 khususnya sahabat Siyasah sela
Para pihak-pihak lain yang turut terlibat dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah swt., membalas kebaikan rekan-rekan semua.

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.


Jakarta, 15 Oktober 2020 M/ 1442 H

Abdul Jabbar Ridho


NIM. 11160453000032

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iv

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah.........................................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................9

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu.........................................................11

E. Metode Penelitian........................................................................................13

F. Sistematika Penulisan..................................................................................17

BAB II KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA DALAM ISLAM..........19

A. Konsep Maslahat dalam Islam....................................................................19


B. Sejarah Pemindahan Ibu Kota dalam Islam................................................26

1. Masa al-Khulafa’ al-Rasyidun.................................................................26

2. Masa Dinasti Umaiyah............................................................................27

3. Masa Dinasti Abbasiyah..........................................................................28

4. Masa Turki Utsmani................................................................................29

C. Ibu Kota dalam Sistem Pemerintahan Islam...............................................29

BAB III PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA 33

i
A. Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dalam Pemindahan Ibu Kota Jakarta
33

B. Latar Belakang Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia............36

C. Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia........................40

D. Gagasan dan Polemik Pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan.........43

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA


REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH...........50

A. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemindahan Ibu Kota Jakarta.........50

B. Analisis Kebijakan Pemerintah dalam pemindahan Ibu Kota Negara


Republik Indonesia
63

BAB V PENUTUP................................................................................................82

A. Kesimpulan..................................................................................................82

B. Saran-Saran.................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................84

LAMPIRAN..........................................................................................................88

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibu kota (a capital; capital city; political capital) merupakan sebuah kota
yang dirancang sebagai pusat pemerintahan suatu negara; secara fisik ibu kota
negara umumnya difungsikan sebagai pusat perkantoran dan tempat berkumpul
para pimpinan pemerintahan. Ibu kota berasal dari bahasa Latin caput yang berarti kepala (head) kemudian
Dalam perannya sebagai pusat pemerintahan, ibu kota umumnya difungsikan sebagai pusat kekuasaan poli
Ibu kota identik dengan sebutan kota multifungsi yang mempunyai misi diplomatik, pusat pemerintahan da
di dunia membangun ibu kotanya dengan cara yang berbeda-beda, dengan

melanjutkan kota yang menjadi ibu kota di masa lalu atau membangun ibu kota
baru di kota yang berbeda.

1
H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera (Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat), (Universita s Merdeka Malang, 2018), h. 25.

2
Ecky Aga ssi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota
Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor, 2013), h. 1.

1
2

Sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia memiliki ibu kota yang
menjadi pusat dari fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sebagian kecil
negara lain memisahkan pusat eksekutif, legislatif, dan yudikatifnya ke kota yang
berbeda seperti Belanda (Amsterdam dan The Hague), Afrika Selatan (Pretoria,
Bloemfontein, dan Cape Town), Bolivia (La Paz dan Sucre), Swaziland (Lobamba
dan Mbabane), Malaysia (Kuala Lumpur dan Putrajaya), dan Sri Lanka (Colombo
dan Sri Jayawardenapura Kotte).1
utama dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga kesalahan
Ada banyak jenis ibu kota, yaitu pertama ibu kota klasik, London dan
1
Paris: Ecky
bekasAgassi,
pusat “Analisis Faktor-Faktor
pemerintahan Yangyang
nasional Memengaruhi Pemiindahan
kuat, bekas Ibu kota
pusat kekuasaan
Negara”, (Skripsi S-1 Depa rtemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
kolonial,
Pertanian dengan
Bogor, arsitektur
2013), h. 1. representatif yang kuat, dan mendominasi perkotaan
hierarki
2 negara
Scott masing-masing.
Campbell, Kedua ada
The Enduring Importance ibu kota
of National yang
Capital lebih
Cities in theheterogen,
Global Era
(Working Paper: Urban and Regional Planning Program), (College of Architecture and Urban
keduanya kota dominan dari negara yang lebih lemah (seperti Montevideo atau
Planning University of Michigan, 2003), h. 6.
Jakarta),
3
atau sederhana, berorientasi administrative ibu kota negara kuat (mis.,
Scott Campbell, The Enduring Importance of National Capital Cities in the Global Era
Ottawa,Paper:
(Working Canberra).
Urban andKetiga adaPlanning
Regional ibu kota hibrida(College
Program), dengan karakteristik
of Architecture and yang
Urban
Pla nning University of Michigan, 2003), h. 7.
kontradiktif - ibu kota yang khas dengan sejarah spesifik negara mereka dan
pembangunan, seperti Berlin dan Washington.2

Ada tiga faktor penting yang membedakan pengembangan ibu kota, yaitu
ukuran dan struktur pemerintahan; kondisi ekonomi suatu negara; dan waktu dari
pembentukan ibu kota terhadap pembentukan politik dan pembangunan ekonomi
negara.3

Mengelola ibu kota bukanlah hal yang mudah karena ibu kota adalah kota
3

pengelolaan berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan. Dampak demografi


dan ekonomi yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik akan
menimbulkan berbagai masalah perkotaan. Masalah yang timbul akibat kesalahan
pengelolaan ibu kota antara lain terjadinya sentralisasi ekonomi dan politik,
ketimpangan ekonomi, buruknya sistem transportasi, tingginya angka kemiskinan,
pengangguran, serta timbulnya konflik horizontal.4

Untuk mengatasi berbagai permasalahan ibu kota, salah satu solusi yang
bisa dilakukan sebuah negara adalah dengan memindahkan ibu kotanya. Tetapi sebelum itu dilakukan perlu
Pemindahan ibu kota, bersamaan dengan pembangunan negara dan bangsa, telah menjadi bagian penting d
Tshwane dan Cape Town, dengan memindahkan Parlemen ke Pretoria. Namun,

seiring waktu hanya beberapa negara yang telah melakukan relokasi aktual dan
sebagian besar proyek telah ditunda tanpa batas waktu. Namun demikian, dua
perkembangan telah menarik dari pemindahan ibu kota kembali ke ranah publik
dan akademik. Pertama, perkembangan kota yang pesat, integrasi negara-negara
pascakolonial ke dalam sistem internasional, dan pertumbuhan perdagangan antar

4
Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota
Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Ma najemen Institut
Pertanian Bogor, 2013), h. 2.
4

negara telah menciptakan tantangan baru bagi ibu kota, terutama di negara
berkembang. Selain itu, pemanasan global telah menciptakan risiko baru bagi
beberapa ibu kota, contohnya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir
yang melanda Jakarta, Indonesia. Kedua, kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi telah secara signifikan mengurangi biaya pemindahan ibu kota.
Akibatnya, sekitar tiga puluh negara saat ini mempertimbangkan proyek
pemindahan ibu kota, termasuk Korea Selatan, Sudan Selatan, Jepang, Filipina,
Indonesia dan Federasi Rusia.5

Ibu kota mempunyai fungsi strategi, ibu kota selalu menjadi target utama dalam situasi peperangan, karena
Dalam sejarah, Islam pernah beberapa kali memindahkan ibu kota. Pertama, khalifah Ali bin Abi Thalib p
khalifah al-saffah memindahkan ibu kota dari Kufah ke Hasyimiyah lalu

dipindahkan lagi oleh khalifah al-Mansur bin Abbas ke Baghdad. 7 Dari sini dapat
dilihat bahwa pasti ada alasan-alasan pertimbangan tertentu bagi para khalifah

5
Denys Reva “Capital City Relocation and National Security: The Cases Of Nigeria And
Kazakhstan,” Mini-Dissertation Master Of Secutity Studies (MSS), Department of Political
Sciences University Of Pretoria Faculty Of Humanities, 2016, h. 1.

6
Sutikno, Perpindahan Ibu Kota Negara Suatu Keharusan Atau Wacana (Pusat Studi
Bencana), (Universitas Gadjah Mada, 2007), h. 4.

7
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 97.
5

dalam mengambil keputusan memindahkan ibu kota kala itu. Sebagai gambaran
pemindahan ibu kota pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidun yaitu pada masa
pemerintahan khalifah ‘Ali bin Abi Thalib, pada awal masa jabatannya sebagai
khalifah. Pada saat itu posisi khalifah ‘Ali sangat tidak diuntungkan. Situasi
politik terpecah, kondisi Madinah yang chaos dengan ambisi lawan-lawan
politiknya serta sulitnya menjalankan pemerintahan, menjadikan khalifah ‘Ali
8
memilih untuk memindahkan ibu kota ke Kufah. Di sini ‘Ali
mendapatkan
dukungan penuh oleh rakyat. Langkah khalifah ‘Ali dalam mengambil keputusan pemindahan ibu kota ini
Peristiwa pemindahan ibu kota negara telah banyak dilakukan oleh beberapa negara, dengan alasan yang be

Sejak Perang Dunia II berakhir, beberapa negara di dunia banyak yang telah
memindahkan ibu kotanya dengan beragam pertimbangan. Terdapat tiga

8
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 87.

9
H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera (Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat), (Universitas Merdeka Malang, 2018), h. 21-22.
6

pertimbangan umum pemindahan ibu kota, yaitu: pertimbangan politik,


pertimbangan sosio-ekonomi dan pertimbangan fisik.10

Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam


Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur
secara tegas. Dalam UUD 1945 Bab II Pasal 2 ayat (2) tertulis: “Majelis
Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota
negara.” Dalam konstitusi tersebut tidak ada pasal yang menyebutkan dimana dan

bagaimana ibu kota negara diatur. Disini dapat dilihat bahwa terdapat
fleksibilitas dalam mengatur termasuk memindah ibu kota negara. Dalam
pemindahan ibu kota negara, tentu sangat diperlukan alasan yang kuat dan
mendasar tentang efektifitas fungsinya.11

Di Indonesia, gagasan wacana untuk memindahkan ibu kota telah lama


dan telah berulangkali muncul, yakni ketika timbul kejadian kritis akibat faktor
sosial, ekonomi politik, lingkungan dan bencana yang sejatinya timbul karena
ketidak seriusan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Wacana ini timbul
dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan Jakarta yang sangat kompleks.
Pembangunan Jakarta sebagai ibu kota berdampak pada pembangunan ekonomi
yang terlalu memusat sehingga menimbulkan adanya sentralisasi ekonomi
nasional. Hal ini menyebabkan Jakarta semakin dipadati oleh para pendatang
dari berbagai daerah yang berharap dapat memperbaiki kehidupan ekonominya
sehingga menyebabkan tingginya arus urbanisasi. Besarnya jumlah
penduduk
berbagai masalah demografi di Jakarta.12

10
Deden Rukma na , Pemindahan Ibu kota Negara (Artikel Asisten profesor dan koordinator
program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah State University, AS.

11
H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera, h. 22.

12
Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota
Negara”, (Skripsi S-1 Depa rtemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor, 2013), h. 2.
7

Walaupun wacana pemindahan ibu kota sudah lama digaungkan, namun


baru pada bulan Agustus pada tanggal 26 tahun 2019 presiden Joko Widodo
memutuskan sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di sebagian
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru
pengganti Jakarta. Keputusan pengeluaran kebijakan ini tentu mendapat berbagai
macam respon dari berbagai kalangan yang menilai memindahkankan ibu kota
tidak akan banyak membantu memperbaiki pertumbuhan ekonomi, baik secara
kuantitas maupun secara kualitas belum lagi dalam pelaksanaannya memerlukan biaya yang sangat besar, k
Akan sangat menarik apabila kajian terkait pemindahan ibu kota Indonesia diwarnai juga oleh konsep-kons

keberlangsungan pemerintahan dan negara harus dipilih demi kebaikan semua


pihak.

Dengan berbagai urgensi dan ketertarikan terhadap fenomena tersebut,


peneliti mencoba melakukan studi analisis dan observasi langsung dengan judul
KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK
INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH.
8

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah yang ada maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
a. Pemindahan Ibu kota NKRI yang tidak diatur secara tegas dalam UUD RI
menimbulkan fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur pemindahan ibu
kota tersebut. Sehingga, perlu dilakukan analisis mendalam mengenai

kebijakan tersebut, khususnya dalam perspektif fikih siyasah.


b. Pemindahan ibu kota dinilai kurang efisien dari segi biaya, pindahnya ibu
kota tentunya akan memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan bisa
jadi lebih banyak dibandingkan mempebaiki ibu kota lama.
Pembangunan infrastruktur di ibu kota baru bisa menjadi masalah baru
bagi Indonesia nantinya.
c. Pemindahan ibu kota membutuhkan waktu yang tidak sedikit, prosesnya
tentu panjang. Berbagai aspek seperti bencana alam, lingkungan bahkan
tata kota harus diperhatikan. Selama proses tersebut, penyelesaian
masalah-masalah pemerintahan yang seharusnya menjadi fokus
pemerintah dapat menjadi tidak efektif.
d. Adanya sentralisasi dalam sistem perekonomian di Jakarta saat ini,
menimbulkan masalah kesenjangan sosial di daerah-daerah lainnya,
khususnya di luar pulau Jawa. Untuk itu, pemindahan ibu kota dari
Jakarta salah satunya bertujuan untuk menyelesaikan masalah
ekonomi di Indonesia
pemerataan
e. Kondisi fisik Jakarta saat ini memiliki berbagai keterbatasan. Berbagai
masalah timbul akibat urbanisasi dan kepadatan penduduk di Jakarta
seperti, kemacetan dan banjir. Keterbatasan ini membuat Jakarta tidak lagi
dapat menjalankan fungsinya sebagai ibu kota dengan optimal.
9

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,


penulis membatasi masalah yang akan dibahas agar pembahasannya lebih
jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Penelitian ini
difokuskan pembahasannya mengenai analisis Fikih Siyasah dalam aspek
maslahat terhadap pengambilan kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara
Republik Indonesia di Jakarta ke Kalimantan Timur.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan


di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota
Jakarta?
b. Bagaimana kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia
di Jakarta ke Kalimantan Timur menurut perspektif Fikih Siyasah dalam
aspek maslahat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakanya penelitian mengenai analisis pemindahan ibu kota
negara republik Indonesia dalam perspektif fikih siyasah adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota
Negara Republik Indonesia.
b. Mengetahui perspektif Fikih Siyasah dalam aspek maslahat terhadap
pengambilan keputusan pemindahan Ibu Kota Negara Republik
Indonesia.
1

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul pemindahan


ibu kota negara republik Indonesia perpektif fikih siyasah adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian lebih
lanjut guna menambah wawasan dan pengetahuan di bidang politik,
hukum, dan keislaman mengenai pemindahan ibu kota negara republik Indonesia perpektif fikih siyasah.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis kepada semua pihak yang terkait
Sebagai masukan kepada Presiden Republik Indonesia yang memiliki wewenang dalam mengambil keputu
Sebagai masukan kepada civitas akademika Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya program studi Hukum Tata Negara (Siyasah) agar

memberikan masukan terhadap kebijakan-kebijakan yang


dikeluarkan oleh lembaga negara.
3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
dalam bidang politik dan pemerintahan bagi mahasiswa/i hukum
tata negara.
4) Penelitian ini secara pribadi menjadi salah satu bentuk
implementasi dari ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti
1

selama mengikuti program perkuliahan sarjana di Universitas


Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu


Dalam rangka mendukung penelitian ini, peneliti telah berusaha melakukan
penelusuran terhadap berbagai karya ilmiah baik dalam bentuk buku, jurnal, dan
sebagainya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Adapun hasil
penelusuran yang didapatkan oleh peneliti sebagai berikut:

1. “When Capital Cities Move: The Political Geography Of Nation And State
Building”, oleh Edward Schatz, Kellog Institute. Jurnal ini membahas
mengenai pemindahan Ibu Kota di Kazakhstan yang menunjukkan bahwa
langkah ini dirancang untuk mengatasi tantangan pembangunan bangsa
dan negara yang sangat akut.13
2. “Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera”, oleh H. M Yahya,
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Universitas Merdeka Malang. Jurnal
ini membahas wacana untuk memindahkan ibu kota Indonesia yang telah
berulang kali muncul dengan berbagai analisis berbagai pendekatan.14
3. “Reasons for Relocating Capital Cities and Their Implications,” oleh Erik
Illmann, skripsi Faculty Of Social Sciences Institute of Political Studies
Charles University In Prague. Skripsi ini membahas Skripsi ini membahas
proses relokasi ibu kota. Tujuannya adalah untuk menciptakan tipologi
alasan, mengapa ibu kota pindah.15
4. “Pemindahan Ibukota Negara,” Deden Rukmana, Jurnal Asisten profesor
dan koordinator program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah

13
https://kellogg.nd.edu/sites/default/files/old_files/ documents/ 303.pdf, diakses pada 15
Oktober 2019, Pukul 18.56 WIB.

14
http://e-journal.iain-pa langkaraya.ac.id/ index.php/jsam/article /view/779, diakses pada
13 Maret 2020, Pukul 2.19 WIB.

15
https://is.cuni.cz/webapps/zzp/download/130148196, diakses pada 15 Desember 2019,
Pukul 2.19 WIB.
1

State University, AS. Jurnal ini membahas ide pemindahan ibu kota negara
republik Indonesia dari segi aspek perencanaan penataan ruang kota.16
5. “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemindahan Ibu Kota
Negara,” oleh Ecky Agassi mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas
tentang Pemindahan ibukota yang didesain dan dieksekusi dengan baik
dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan ibukota negara.17
“Perpindahan Ibu Kota Negara Suatu Keharusan atau Wacana,”oleh Sutikno, jurnal Fakultas Geo
“Capital City Relocation and National Security: The Cases Of Nigeria and Kazakhstan,” oleh De
manfaat dan kelemahan spesifik untuk keamanan.19

Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini


fokus pada perspektif Fikih Siyasah terutama pada aspek maslahat dalam pengambilan kebijakan

16
https://tataruang.atrbpn.go.id /Bullet in/upload/data_artikel/ edisi5i.pdf, diakses pada 10
Maret 2020, Pukul 22.56 WIB.

17
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstrea m/ 123456789/67919/ 1/H13eag.pdf, diakses
pada 15 Oktober 2019, Pukul 19.57 WIB.

18
http://repositori.kemdikbud.go.id/1128/, diakses pa da 15 Desember 2019, Pukul 2.08
WIB.

19
https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/60413/Reva_Capital_2016.pdf?Sequen
ce=1&isAllowed=y, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 5.13 WIB.
1

E. Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka disusun


metode20 penelitan sebagai petunjuk dalam mengarahkan penelitian skripsi ini,
atau dengan kata lain sebagai cara dalam mencari data yang akan digunakan untuk
memecahkan suatu masalah dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam skripsi ini, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian


20
Metode ada la h suatu cara atau jalan sehubungan dengan usa ha ilmiah, metode
hukum
menyangkut normatif.
masalah Penelitian
cara kerja, hukum
yaitu cara kerja normatif merupakan
untuk dapat mema hamipenelitian
obyek yanghukum
menjadi
sa saran ilmu yang bersangkutan da la m Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:
yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori,
UI Press, 2015), h. 5.
sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup materi,
21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta:dan 1990), h.2115.
konsistensi.
UI Presss, Dalam literatur lain disebutkan bahwa penelitian hukum
normatif
22 terdiri dari:
Bambang Sunggono, penelitian
Metodologi terhadap
Penelitian Hukum,asas-asas
(Jakarta:Rahukum, penelitian
ja Grafindo Persada,
2003), h. 41.
terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum,
23 22 h. Sedangkan
Zainuddinhukum,
sejarah Ali, Metode
danPenelitian Hukum, perbandingan
penelitian (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
hukum. 12.

penelitian empiris atau sosiologis terdiri atas penelitian terhadap


identifikasi hukum, dan penelitian terhadap efektivitas hukum.23
Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara mengkaji hukum
tertulis yang bersifat mengikat dari segala aspek yang kaitannya dengan
pokok bahasan yang diteliti. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan
cara mengkaji fenomena empirik yaitu pengambilan kebijakan
pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ke
Kalimantan yang dikaji
1

macam referensi dan dokumen berupa buku bacaan, jurnal yang relevan,
skripsi, thesis, dan data dari internet.

2. Pendekatan Penelitian24
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Aprroach)
Pendekatan ini dilakukan dengan mengkaji peraturan

perundang-undangan yang bersangkut paut dengan pemindahan Ibu


Kota Negara Republik Indonesia yaitu Peraturan Presiden Nomor 18
Tahun 2020 tentang Rencana Pembagunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020-2024 Lampiran II Proyek Prioritas Strategis.
Peraturan tersebut kemudian dijadikan acuan dalam menganalisis
data.
b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Aprroach)
Dalam pendekatan ini peneliti beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum ketatanegaraan
dan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin ketatanegaraan Islam
terutama pada konsep maslahat fikih siyasah dalam pengambilan
kebijakan seorang pemimpin. Dengan pemahaman terhadap doktrin-
doktrin tersebut peneliti akan mampu membangun argumentasi
dalam memecahkan permasalahan yang sedang ditangani.
c. Pendekatan Historis
masa lampau dengan mengumpulkan, memverifikasi, dan
menganalisis serta menyintesiskan bukti atau fakta yang ada dengan
teliti sehingga mendapatkan gambaran yang tepat pada masa
lampau.25

24
Peter Mahmud Ma rzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 133-177.

25
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2014), h.328.
1

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai


berikut:
a. Sumber Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif, artinya mempunyai otoritas atau kewenangan tertentu.
Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-
catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.26
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hukum primer antara lain:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Terutama pasal 2 ayat (2), pasal 32G ayat
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Se
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman
Republik Indonesia. Terutama pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombuds

Indonesia.
4) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembagunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
Lampiran II Proyek Prioritas Strategis.

26
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 181-
1

b. Sumber Hukum Sekunder


Bahan hukum sekunder dalam penelitian berupa semua
publikasi tentang hukum yang bukan merupkan dokumen-dokumen
resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-
kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar (respon) atas
putusan pengadilan.27
Dalam penelitian ini, bahan hukum sekunder yang digunakan

adalah antara
hukum skripsi,lain:
tesis,buku-buku
jurnal/artikel, buku
politik dandan lain-lain.diSebagaimana
sosiologi perpustakaan
serta kamus dalam
termaktub bahasa poin
asing D
yang tersedia ini
penelitian di perpustakaan.
yakni Tinjauan (Review)
Kajian Terdahulu. Selain itu peneliti juga menggunakan kamus
ensiklopedi hukum, berita, kasus-kasus hukum yang pernah terjadi
sebelumnya, sehingga penelitian yang dilakukan memiliki kajian
pustaka yang relevan dan memumpuni.
27
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 181-195.
c. Bahan Non-Hukum
Bahan-bahan non hukum dalam penetian hukum dapat berupa
buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat,
kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non hukum sepanjang
semua itu memiliki relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan
non hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan
memperluas wawasan bagi peneliti, namun yang harus digarisbawahi
bahwa bahan non hukum ini tidak boleh lebih dominan dibanding
bahan hukum primer dan sekunder.28
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa bahan non

28
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 204-
1

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah dengan Studi pustaka (library research) yaitu mencari bahan-bahan
kajian di perpustakaan untuk menunjukkan jalan pemecahan permasalahan
penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari buku atau bahan
bacaan lainnya yang berhubungan atau terkait dengan judul, penelitian ini
guna untuk mendapatkan petunjuk yang mendukung penelitian.

Metode Analisis Data


Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok bahasan masing-masing, maka
Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hu

F.Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, maka peneliti menyusun
sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, pada bab ini penullis memaparkan latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
1

Bab II Kajian Teoritis dan Konsep, bab ini menjelaskan mengenai konsep
Maslahat dalam Islam, sejarah pemindahan Ibu Kota dalam Islam, dan konsep Ibu
Kota dalam sistem pemerintahan Islam.
Bab III Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia, pada bab ini
penulis menyajikan bahasan tentang kebijakan pemerintahan Joko Widodo dalam
pemindahan Ibu Kota Jakarta, latar belakang pemindahan Ibu Kota Negara
Republik Indonesia, urgensi pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia,
serta gagasan dan polemik pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan.
Bab IV Analisis Kebijakan Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia Perspektif Fikih Siyasah, pad
Bab V penutup, pada bab ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran terhadap pene
BAB II

KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA DALAM ISLAM

A. Konsep Maslahat dalam Islam

Maslahat merupakan metode atau konsep yang sering dijadikan sandaran


oleh ulama dalam proses berijtihad dalam menyelesaikan atau menetapkan
permasalahan hukum Islam kontemporer dengan menekankan pada kemaslahatan
dan meniadakan mafsadah. Maslahat (al-maslahah) secara etimologis dapat berarti kebaikan, kebermanfaa
Menurut Imam al-Ghazali, pada dasarnya (secara Bahasa ‘urf), kata maslahah menunjuk pengertian meraih
mengganggu dan merusak kelima hal tersebut dinilai sebagai mafsadah; maka,

mencegah dan menghilangkan sesuatu yang demikian dikualifikasi sebagai


4
maslahah.
1
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 314.

2
Asm awi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amza h, 2013) h. 128.

3
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 305.

4
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 314.

19
2

Menurut ‘Izz al-Dîn ‘Abd al-Salâm dalam pandangannya, maslahah itu


identik dengan al-khair (kebajikan), al-naf‘ (kebermanfaatan), al-husn (kebaikan).
Sementara menurut Najm al-Dîn al-Tûfi, makna maslahah dapat ditinjau dari segi
‘urfi dan syar’i. Dari segi ‘urfi, maslahah adalah sebab yang membawa kepada
kebaikan dan kemanfaatan, seperti perniagaan yang merupakan sebab yang
membawa kepada keuntungan, sedangkan dari segi syar’i, maslahah adalah sebab
yang membawa kepada tujuan al-Syâri’, baik yang menyangkut ibadah maupun
muamalah. Tegasnya, maslahah masuk dalam cakupan maqâsid al-syarî‘ah.1
Maslahat merupakan istilah yang paling populer jika berbicara mengenai hukum Islam. Hal tersebut diseba
Dalam setiap aturan hukumnya, al-Syâri’ mentransmisikan maslahah sehingga lahir kebaikan/kemanfaatan
Syariah; maka, tidaklah benar pemikiran yang menyatakan maslahat harus

diprioritaskan jika berlawanan dengan teks Syariah. Dan maslahat pada


hakikatnya adalah sumbu peredaran dan perubahan hukum Islam, di mana
interpretasi atas teks Syariah dapat bertumpu padanya.3

1
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 314.

2
Sa piudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kenca na, 2017)

3
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 316.
2

Sehubungan dengan relasi maslahah dan ijtihad, Muhammad Abu Zahra


mendefinisikan ijtihad yaitu “Pengerahan segala kemampuan seorang ahli fiqh
dalam menetapkan (istinbat) hukum yang berhubungan dengan amal perbuatan
dari dalilnya secara terperinci.”4 Ijtihad bisa diartikan sebagai upaya pengerahan
segala kemampuan denag bersungguh-sungguh untuk memperoleh atau
menetapkan hukum terhadap suatu masalah atau kasus yang tidak ditegaskan
secara rinci oleh nash Syara‘ dan Ijmâ’ ulama, yang pada intinya bertujuan
mewujudkan maslahah (jalb al-maslahah) dan menghindari atau menghilangkan
mafsadah (daf‘u al-mafsadah).
Hukum-hukum Syariah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kategori: (1) hukum-hukum yang bersumber kepa
Konsep maslahah sebagai inti maqâsid al-syarî‘ah merupakan alternatif terbaik untuk pengembangan meto
untuk menangani masalah hukum, yang inheren di dalam sistem hukum yang

didasarkan kepada nass Syara‘ (al-Qur’an dan Hadis), yang nota bene
mengandung fondasi materiil hukum yang terbatas mengenai urusan kehidupan
dalam situasi lingkungan yang terus berubah. Dengan demikian, konsep maslahah

4
Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017)

5
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 317.
2

memberi legitimasi bagi aturan hukum baru dan memungkinkan para ulama fikih
mengelaborasi konteks masalah yang tidak ditegaskan oleh nash Syara‘.6
Para ulama ushul fiqh membagi maslahat dari berbagai segi tinjauan yang
berbeda, yaitu: segi tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansi maslahat,
segi kandungan atau batasan maslahat, segi berubah atau tidaknya maslahat, dan
segi ada tidaknya ketegasan jastifikasi syara’ terhadap keberadaan atau legalitas
maslahat. Dari segi tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansinya, al-
Ghazali membagi maslahat menjadi tiga, maslahah dharuriyah, maslahah hajiyah, maslahah tahsiniyyah.7 P
Maslahah Dharuriyah (kemaslahatan primer), yaitu kemaslahatan memelihara kelima unsur pokok yang ke
Memelihara agama. Jika agama tidak ada dan manusia dibiarkan begitu saja, maka akan muncul masyaraka
Memelihara jiwa. Jika eksistensi jiwa tidak dijamin, maka kehidupan
manusia menjadi tidak berarti lagi. Hak hidup merupakan hak paling asasi bagi setiap manusia. Untuk me

disyariatkan hukuman-hukuman seperti qishas dan diyat terhadap


pembunuh.

6
Asma wi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 318.

7
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol
12, no. 2 (Desember 2014): h. 320.

8
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 309.
2

c. Memelihara akal. Akal merupakan daya pikir seseorang dalam


menjalani kehidupannya, jika akal tidak terpelihara maka kita tidak
mengenal yang namanya dunia manusia, yang ada dunia binatang.
Untuk mencegah terancamnya eksistensi akal, disyariatkan hukuman
had bagi peminum khamr, karena meminum khamr itu bisa merusak
akal dan hidup manusia.
d. Memelihara keturunan. Berketurunan juga merupakan masalah pokok

bagi manusia
2. Maslahah dalam
Hajiyah rangka memelihara
(kemaslahatan kelangsungan
sekunder), manusiayang
yaitu susuatu di
muka bumi
diperlukan ini. Untuk
seseorang untukpememeliharaan
memudahkannyaketurunan tersebut
menjalani hidupAllah
dan
mensyariatkan
menghilangkan nikah dalam
kesulitan dengan segala
rangka hak danlima
memelihara kewajiban yangdi
unsur pokok
atas.diakibatkannya, serta
10 Jika kebutuhan hukuman
peringkat hadini
kedua bagi pelaku
tidak zina. maka tidak akan
terpenuhi,
e. Memelihara harta. manusia tidak bisa tanpa harta. Oleh sebab itu, harta
merupakan sesuatu yang dharuri (pokok) dalam kehidupan manusia.
9
Sa piudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kenca na, 2017) h.226.
Untuk mendapatkannya disyariatkan berbagai ketentuan dalam jual
10
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 310.
beli waris dan lainnya, dan untuk menghindari ancaman keberadaan
harta disyariatkan pula hukuman had bagi pencuri dan perampok.
Tidak terpeliharanya kelima unsur pokok tersebut dalam tingkat
dharuriyah akan berakibat fatal, akan terjadi kerusakan dan kebinasahan
serta kehancuran dalam hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Kebutuhan dharuriyah ini menepati peringkat tertinggi dan utama
dibanding dua maslahat lainnya yaitu hajiyah dan tahsiniyah. Maka tidak
dibenarkan memelihara kebutuhan hajiyah dan tahsiniyah bila akan
memusnahkan kebutuhan dharuriyah.9
2

mengakibatkan kehancuran dan kemusnahan bagi kehidupan manusia,


tetapi akan membawa kesulitan dan kesempitan.11
3. Maslahah Tahsiniyyah (kemaslahatan tersier), yaitu memelihata kelima
unsur pokok di atas dengan cara meraih dan menetapkan hal-hal yang
pantas dan layak dari kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik, serta
12
menghindarkan sesuatu yang dipandang sebaliknya oleh akal sehat.
Apabila kebutuhan tingkat ketiga ini tidak terpenuhi, maka tidak akan
menimbulkan kemusnahan hidup manusia, akan tetapi kehidupan manusia dipandang tidak
baik.13

Sementara itu, dilihat dari segi kandungan atau batasan maslahat atau hubungannya dengan umat a

tsabitah, yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak berbah sampai akhir

11
Sa piudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.226.

12
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amza h, 2011) h. 311.

13
Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.227.

14
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya
Hukum
2

zaman.15 Misalnya kewajiban ritual ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dan haji. 16
Kedua, maslahah al-mutaghayyirah, yaitu kemaslahatan yang berbubah-ubah
sesuai dengan perubahan tempat, waktu, dan subyek hukum.17 Kemaslahatan ini
berkaitan dengan permasalahan mu’amalah dan adat kebiasaan, seperti dalam
masalah makanan yang berbeda-beda antara satu daerah dan daerah lainnya.18
Selanjutnya, jika dilihat dari segi ada tidaknya ketegasan jastifikasi syara’
terhadap keberadaan atau legalitas maslahat, menurut al-Ghazali terbagi menjadi
tiga: (1) Maslahah Al-Mu’tabaroh, yaitu kemaslahatan yang mendapat ketegasan justifikasi syara’ terhadap
sejalan dengan perubahan realitas sosial yang terjadi, yang pada gilirannya fleksibilitas hukum Islam (Syar

15
Muskana Pa saribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum
Islam, Jurnal Justitia Vol 1, no. 4 (Desember 2014): h. 355.

16
Muhammad Ali Rusdi, Maslahat sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum
islam, Jurnal Syariah dan Hukum Diktum Vol 15, no. 2 (Desember 2017): h. 160.

17
Muskana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum
Islam, Jurnal Justitia Vol 1, no. 4 (Desember 2014): h. 355.

18
Muhammad Ali Rusdi, Maslahat sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum
islam, Jurnal Syariah dan Hukum Diktum Vol 15, no. 2 (Desember 2017): h. 160.

19
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya
Hukum
2

B. Sejarah Pemindahan Ibu Kota dalam Islam

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam, pemindahan ibu kota pernah beberapa


kali terjadi, berikut sejarahnya:

1. Masa al-Khulafa’ al-Rasyidun

Pemindahan ibu kota pada masa ini terjadi ketika masa pemerintahan
kalifah ‘Ali bin Abi Thalib, yaitu pada awal masa jabatannya sebagai
khalifah. Pada saat itu posisi khalifah ‘Ali sangat tidak diuntungkan, situasi politik yang terpecah dan hany
Sebenarnya khalifah ‘Ali ingin menghindari pertikaian dan mengajukan perundingan perdamaian kepada A
nama “Perang Jamal” (Perang Unta) karena dalam pertempuran tersebut

Aisyah istri Nabi saw. mengendarai unta. Dalam pertempuran ini 20.000

20
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h.27.

21
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018) h. 110.

22
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h.


2

kaum muslimin gugur, Thalhah dan Zubair terbunuh ketika melarikan diri,
sedangkan Aisyah dikembalikan ke Madinah.23
Melihat kondisi Madinah yang chaos dengan ambisi lawan-lawan
politiknya serta sulitnya menjalankan pemerintahan, khalifah ‘Ali
memindahkan ibu kota ke Kufah.24 Di sini ‘Ali mendapatkan dukungan
penuh oleh rakyat. Sementara itu di Syam, Muawiyah telah bersiap untuk
menghadapi ‘Ali. Dalam mengahadapi Muawiyah, ‘Ali sempat mengadakan
perundingan untuk berdamai namun ditolak, akhirnya timbul peperanagn di Siffin pada bulan Safar tahun 3
2. Masa Dinasti Umaiyah

Setelah peperangan melawan ‘Ali, di Syam kedudukan Muawiyah semakin kukuh didukung oleh penduduk

gubernur sebelumnya. 27 Alasan Muawiyah memilih kota ini sebagai ibu

23
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018) h. 111.

24
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 87.

25
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 87.

26
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 90.

27
Linda Firdawaty, Negara Islam Pada Periode Klasik,
2

kota karena kota ini merupakan kampung halaman kedua baginya, serta
merupakan basis Muawiyah dalam mendapatkan dukungan rakyat. Selain
jauh dari pusat oposisi di Kufah, Damaskus terletak di antara daerah-daerah
kekuasaan bani Umaiyah.28 Kebijakan ini merupakan keputusan yang tepat
bagi Muawiyah untuk mengamankan kedudukannya sebagai khalifah dan
mengamankan berjalannya roda pemerintahan.

3. Masa Dinasti Abbasiyah

Pemindahan ibu kota pada masa kekuasaan Bani Abbas terjadi beberapa kali. Pada mulanya, p
Lalu pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Manshur, ibu kota dipindahkan ke Baghd
manusia. Dari sinilah khalifah al-Manshur melakukan

konsolidasi
dasar-dasar
memantapkanbangunankerajaannyadanmeletakkan
28
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 90.

29
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 97.

30
“Al-Saffah” adalah gelar yang diberikannya sendiri kepada dirinya ketika ia berpidato di
Kufah. Gelar in i dimaksudkannya untuk memadamkan pemberontakan kaum reaksioner dan sisa-
sisa Bani Umaiyah yang masih tertingga l, demi mempertahankan dan memperkua t kedudukannya.
(Lihat Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, Juz. 3, h. 22-23). Al-Saffah juga berarti dermawan,
karena ia memberikan hadiah kepada penduduk Kufah yang memba ia tnya. Lihat Ibn Atsir, Al-
Kamil fi al-Tarikh, (Beirut: Dar a l-Sha dir, 1965), h. 413.

31
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 97.

32
Munawir Haris, Situasi Politik Pemerintahan Dinasti Umayyah Dan Abbasiyah, h.
2

pemerintahan.33 Membuat semacam Lembaga eksekutif dan yudikatif serta


menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator dari
kementrian yang ada.34
Dan pada masa pemerintahan khalifah Al-Mu’tashim ibu kota
dipindahkan dari Baghdad ke Samara. Dengan berbagai macam tujuan,
pertama sebagai tempat tinggal/istana baru kalifah, kedua sabagai hadiah
untuk Asynas yaitu seorang komandan tantara yang berkebangsaan Turki,
serta ketiga untuk menampung orang-orang Turki yang tidak tertampung di Baghdad sebab merek
4.Masa Turki Utsmani

Pada masa kepemimpinan Orhan, Kesultanan Utsmani menguasai kota Bursa dan menjadikannya
II setelah ditaklukan.36

C. Ibu Kota dalam Sistem Pemerintahan Islam


Dalam ketatanegaraan Islam, ibu kota pertama yaitu Madinah sebagai negara sekaligus ibu kota. Dalam

apa bentuk ibu kota dalam sistem ketatenegaraan Islam. Dalam literatur yang
ditemukan hanya menyebutkan bahwa ibu kota menjadi tempat isana khalifah

33
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 98.

34
A Najili Aminullah, Dinasti Bani abbasiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, h. 21.

35
Mundzirin Yusuf, Khalifah Al-Mu’Tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah,
h. 132.

36
M. Affan, Kesultanan Utsmani: (1300-1517): Jalan Panjang Menuju Kekhalifahan, h.
106 dan 118.
3

sekaligus sebagai pusat pemerintahan Islam dan apabila istana khalifah di


pindahkan berarti pindah juga pusat pemerintahan Islam.Dari kenyataan sejarah
yang panjang sejak abad ke-7 hingga abad ke-21 M, umat Islam telah
mempraktikan beragam bentuk kehidupan politik meliputi bentuk negara dan
sistem pemerintahan. Jika dilihat dari kenyataan sejarah, umat Islam telah
mempraktikan bentuk negara kesatuan dan negara federal:37
1. Negara Kesatuan

Negara
berbentuk kesatuan
republik ialah
telah bentuk negara
dipraktekkan di mana
Republik wewenang
Islam kekuasaan
Iran yang beraliran
tertinggi
Syiah dandipusatkan
Republikdi Islam
pusat. Pakistan,
PemerintahRepublik
pusat mempunyai
Irak, danwewenang
Republik
untuk menyerahkan
Afghanistan sebagianSunni.
yang beraliran kekuasaannya kepada
Sedangkan daerah
bentuk berdasarkan
negara kesatuan
Islam yang berbentuk
hak otonomi, monarki
tetapi pada dipraktikkan
akhirnya olehtertinggi
kekuasaan Arab Saudi, Jordania,
terletak pada
pemerintah pusat. Dalam sejarah praktik politik umat Islam, sejak zaman
Rasulullah hingga al-Khulafa al-Rasyidun jelas tampak bahwa Islam
dipraktekkan di dalam ketatanegaraan sebagai negara kesatuan, di mana
kekuasaan terletak pada pemerintahan pusat, gubernur-gubernur dan
panglima-panglima diangkat serta diberhentikan oleh khalifah. Hal ini
berlangsung sampai runtuhnya Daulah Umawiyah di Damaskus.38
Negara kesatuan Islam yang berbentuk republik dalam sejarah Islam
awal kemudian dirubah oleh Muawiyyah menjadi negara kesatuan Islam
yang berbentuk monarki (kerajaan) di mana kepala negara tidak lagi
dipilih oleh rakyat melainkan berdasarkan keturunan. Dalam kehidupan
kenegaraan sekarang, dua model ketatanegaraan ini oleh umat
Islam

37
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Jaka rta : Erlangga, 2008) h. 202.

38
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 198-200.
3

Uni Emirat Arab, dan lainnya di mana pergantian kekuasaan tidak


ditentukan oleh suara rakyat melainkan keturunan penguasa.39
Model negara kesatuan Islam yang di praktekkan oleh masyarakat
Muslim zaman sekarang tidak lagi dalam bentuk negara yang wilayahnya
berskala internasional seperti pada masa dinasti-dinasti Islam masa lalu,
melainkan dalam bentuk negara bangsa (nation-state). Kini, umat Islam
mempraktikkan negara kesatuan Islam dalam bentuk negara bangsa
(nation-state) sebagai respon terhadap konteks negara-negara yang berkembang di masa sekarang.
2. Negara Federal
Sekalipun terdapat perbedaan antara negara federa satu sama lain, pasti ada satu prinsip yang sama, yaitu b
Dalam praktis sejarah politik umat Islam, sejak mulai lahir di zaman nabi sampai pada zaman al-Khulafa al
rencana pembentukan negara federasi. Kemudian pada 184 H menyetujui

berdirinya negara Aglabiyah di Tunis yang didirikan oleh Ibrahim bin


Aglab. Negara ini berdiri selama satu abad lebih, dari 184 H / 800 M
sampai 296 H / 908 M.40

39
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 201.

40
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Ja karta: Erlangga, 2008) h. 202-203.
3

Rencana ini dilanjutkan kembali oleh Khalifah Ma’mun (198-218 H /


813-833 M. Diperintahkan kepada wazir tercakap bernama Tahit bin
Husen untuk mendirikan suatu negara bagian sebagai percobaan (model)
di Khurasan dengan nama Thahiriyah. Percobaan ini sangat penting, bukan
saja karena kepala negaranya orang pilihan yang ditunjuk dari pusat, tapi
lebih lagi karena daerah percobaan itu dilakukan di Khurasan tempat
tumbuh dan berdiriinya organisasi Abbasiyah yang pertama.41

Adapun sistem pemerintahan yang pernah dipraktikkan dalam Islam sangat


terkait dengan kondisi kontekstual yang dialami oleh masing-masing umat.
Dlam rentang waktu yang sangat panjang sejak abad ke-7 Masehi hingga
sekarang, umat Islam pernah mempraktekkan beberapa sistem pemerintahan
yang meliputi sistem pemerintahan khilafah (khilafah berdasarkan syura dan
khilafah berdasarkan monarki), imamah, monarki, dan sistem pemerintahan
demokrasi. Negara-negara Islam saat ini menggunakan berbagai macam sistem
pemerintahan dalam mengurus negaranya, ada yang menggunakan sistem
presindensil, monarki absolut dan monarki konstitusional, dan ada pula yang
menggunakan sistem pemerintahan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang
dianggap modern. Walaupun umat Islam dari masa ke masa menggunakan
berbagai macam bentuk dan sistem pemerintahan yang pernah di gunakan,
kedudukan ibu kota dalam Islam pasti menjadi kota utama pusat pemerintahan,
perekonomian, politik, budaya, pembanguan, dan pusat-pusat lainnya.

41
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Jakarta: Erlangga , 2008) h. 204.
BAB III

PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dalam Pemindahan Ibu Kota Jakarta

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan berasal dari kata “bijak”
yang artinya selalu menggunakan akal budinya, pandai, dan mahir. Apabila
diformulasikan dengan imbuhan ke- dan -an, maka akan berarti sebagai suatu
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
Dalam berbagai literatur, kebijakan publik didefinisikan secara beragam, karena dalam suatu disiplin ilmu
Shafritz dan Russel (1997) menjelaskan proses pembuatan kebijakan
sebagai sebuah siklus. Dimulai dari pertama, penetapan agenda kebijakan (agenda

setting) dimana masalah-masalah publik diindentifikasi menjadi masalah


kebijakan. Kedua, memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan kebijakan.
Ketiga, melaksanakan kebijakan (implementasi). Keempat evaluasi kebijakan
(baik berupa program atau kegiatan) beserta dampaknya.

1
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kebijakan, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13
WIB.

2
Erna Irawati dan Ambar Widaningrum, “Modul I: Konsep dan Studi Kebijakan Publik”
(dalam modul Pelatihan Analisis Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara 2015), h.11.

3
3

Kelima melakukan umpan balik, yakni memutuskan apakah kebijakan tersebut


akan diteruskan, direvisi atau dihentikan.1
Dari perspektif demokrasi, kebijakan publik yang akan diimplementasikan
harus mendapatkan dukungan dari publik, yang bisa digali dengan berbagai
metode aspirasi, seperti dengar pendapat atau konsultasi publik, diskusi kelompok
terfokus, dan sebagainya. Informasi dari publik sangat penting karena realitasnya
kemampuan wawasan, pengetahuan dan penguasaan pembuat kebijakan tentang
masalah-masalah publik kadangkala terbatas. Selain itu, dapat dikatakan bahwa keterlibatan publik yang le
Pemindahan Ibu kota Indonesia sudah dari lama digaungkan dari awal kemerdekaan dan setiap kali bergant
tiga tahun belakangan, Presiden menetapkan dua wilayah di Provinsi Kalimantan

Timur sebagai lokasi pembangunan ibu kota baru, yaitu sebagian Kabupaten
Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.3

1
Erna Irawati dan Ambar Widaningrum, “Modul I: Konsep dan Studi Kebijakan Publik”
(dalam modul Pelatihan Analisis Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara 2015), h.15.

2
Erna Irawati dan Ambar Widaningrum, “Modul I: Konsep dan Studi Kebija kan Publik”
(dalam modul Pelatihan Analisis Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara 2015), h.16.

3
https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai_kartanegara_ibu_kota _b
aru, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13 WIB.
3

Alasan utama pemerintah dalam pemindahan ibu kota ini yaitu pertama,
beban Jakarta saat ini sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis,
pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa, dan juga airport (bandar
udara) dan pelabuhan laut yang terbesar di Indonesia. Kedua, beban Jakarta dan
beban Pulau Jawa yang semakin berat dalam hal kepadatan penduduk, kemacetan
lalu lintas yang sudah terlanjur parah, dan polusi udara dan air yang harus segera
ditangani. 4
Alasan pemerintah menetapkan Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi pembangunan ibu kota baru yait
180.000 hektare.
Pemerintah menegaskan bahwa dalam pembangunan ibu kota baru ini bukan satu-satunya upaya pemerinta
untuk melakukan urban regeneration tetap terus dijalankan dan pembahasannya

sudah pada level teknis dan siap dieksekusi.5


Belum ada produk hukum atau regulasi terkait keputusan penetapan
pembangunan ibu kota baru yang di keluarkan oleh pemerintah. Rencananya

4
https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di istana-negara-provinsi-dki-
jaka rta/, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.24 WIB.

5
https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di-ista na-negara-provinsi-dki-
jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.24 WIB.
3

pemerintah akan membuat regulasi berbarengan dengan penyusunan omnibuslaw


yang sampai sekarang belum kunjung selesai pembahasannya oleh DPR karena
banyak pasal karet dalam susunan omnibuslaw tersebut sehingga banyak
masyarakat yang menolak dan juga karena terkendala adanya situasi darurat
pandemi Corona yang sedang melanda dunia.

B. Latar Belakang Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia


Pemerintah akan memindahkan ibu kota dari DKI Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan
Pertama, alasan kesehatan, karena di Batavia (Jakarta) banyak sumber penyakit. Batavia (Jakarta) pada saa
(Jakarta) sebagai tempat yang tak layak sebagai pusat pemerintahan, berdasarkan

fakta bahwa Jakarta sebagai salah satu kota pelabuhan yang pada umumnya
berhawa panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Dia lantas mengusulkan
Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda, yang kemudian mulai dilaksanakan
oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921) pada 1920.
Kedua, alasan pertahanan, di Surabaya terdapat benteng dan pelabuhan. Namun
rencana itu gagal di tengah jalan.6

6
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190429081114-20-390452/sejarah-pemindah an-
ibu-kota-seja k-era-hindia-belanda, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.54 WIB.
3

Sejarah perencanaan pemindahan ibu kota sebagai pusat pemerintahan


berlanjut di masa kemerdekaan. Dilihat dari segi ketatanegaraan, tindakan hukum
pemindahan ibu kota merupakan suatu kebijakan hukum yang sangat futuristik
dan sangat berpengaruh penting bagi masa depan Republik Indonesia.
Pemindahan ibu kota pasca kemerdekaan sudah pernah dilakukan, namun dalam
konteks keadaan darurat negara. Dalam sejarah, Ibu kota Indonesia pernah
beberapa kali berpindah ke Yogyakarta dan Bukittinggi sebagai ibu kota
pemerintahan darurat kala itu.
Pertama, pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta ketika terjadi Agresi Militer ke-I Belanda pada ta
Pada 1947 pemerintah membentuk Panitya Agung yang bertugas menyelidiki dan merencanakan penempa
ditimbang layak menjadi ibu kota negara. Daerah itu antara lain Bandung,

Malang, Surabaya, Surakarta, hingga Kabupaten Temanggung dan Magelang.8


Namun, Agresi Militer belanda ke-II pada 19 Desember 1948
mengakibatkan jatuhnya Yogyakarta sebagai ibu kota NKRI ke tangan Belanda.

7
https://www.liputan6.com/regional/read/4055085/menengokperjalanansejarahibukotari#:
~:text=Pertama%2C%20perpindahan%20ibu%20kota%20dari,kota%20NKRI%20dipindahkan%2 0ke
%20Yogyakarta., diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.36 WIB.

8
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190429081114-20-390452/sejarah-peminda ha

n-ibu-kota-sejak-era-hindia-belanda, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.54


3

Selanjutnya Presiden Soekarno memberikan surat kuasa kepada Safruddin


Prawiranegara yang berada di Bukit Tinggi untuk mendirikan pemerintahan
darurat kala itu. Pada 22 Desember 1948, Syarifudin Parwiranegara
mengumumkan bedirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di
Bukittinggi Sumatera Barat. Maka Bukittinggi menjadi ibu kota pemerintahan
darurat.9 Setelah Bukit Tinggi, ibu kota juga sempat berpindah-pindah secara
rahasia pada masa pemerintahan darurat Republik Indonesia (PDRI). Tetapi
hingga revolusi selesai dan pemerintahan kembali ke Jakarta, tidak ada kejelasan terkait rencana penetapan
Berkaca pada sejarah yang ada, keputusan pemindahan ibu kota yang saat ini dilakukan pemerintahan Joko
Terkait perjalanan Jakarta sebagai ibu kota dalam konteks ketatanegaraan. Secara historis, penamaan Daera
muatan menimbang, Presiden Soekarno menyatakan Jakarta Raya sebagai Ibu

Kota Negara dijadikan kota indoktrinasi, kota teladan, dan kota cita-cita bagi
seluruh bangsa Indonesia. Sehingga harus perlu memenuhi syarat-syarat minimum
dari kota internasional sesegera mungkin, dan untuk itu Jakarta Raya harus

9 9
https://www.liputan6.com/regional/read/4055085/menengokperja lanansejarahibukotari#:
~:text=Pertama%2C%20perpindahan%20ibu%20kota%20dari,kota%20NKRI%20dipindahkan%2 0ke
%20Yogyakarta., diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.36 WIB.

10
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190824170134-4-94393/sejarah-mencatat-terny
ata-ibu-kota-ri-pernah-pindah, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.15
3

diberikan kedudukan yang khusus sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh
Presiden/Pemimpin Besar Revolusi.
Landasan yuridis berikutnya adalah UU No. 10 Tahun 1964 tentang
Pernyataan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya Tetap sebagai Ibu Kota Negara
Republik Indonesia Dengan Nama Jakarta. Undang-undang ini juga hanya berisi
dua pasal yang menyatakan “Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya dinyatakan
tetap sebagai Ibu kota Negara Republik ndonesia dengan nama JAKARTA”
dalam pasal satu. Dan dalam pasal dua yang menyatakan “Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diun
Pada konsiderans UU No. 10 Tahun 1964 ini tertera bahwa penegasan ini diperlukan karena merupakan ko
Landasan yuridis berikutnya yaitu UU No. 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus I
kedudukan dan peranan yang penting, baik dalam mendukung dan memperlancar

penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia maupun dalam


membangun masyarakatnya yang sejahtera, dan mencerminkan citra budaya
bangsa Indonesia.
Kemudian Presiden Habibie saat reformasi tahun 1998, mengubah kembali
payung hukum DKI Jakarta melalui UU No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Propinsi Daerah khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta, UU ini
mempertegas kekhususan yang dimiliki oleh Provinsi Jakarta karena statusnya
sebagai Ibu kota negara.
4

Terakhir pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diubah kembali


payung hukum DKI Jakarta melalui UU No. 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan
Propinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Terkait Keputusan Pemerintah mengenai pemindahan ibu kota dari DKI
Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Belum ada landasan yuridis yang
di keluarkan oleh pemerintah, karena memindakan ibu kota sudah otomastis banyak sekali UU yan
Kota Negara Republik Indonesia.

C. Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia


Mengelola ibu kota bukanlah hal yang mudah karena ibu kota adalah kota utama dalam kegiatan sosial,
Untuk mengatasi berbagai permasalahan ibu kota, salah satu solusi yang

bisa dilakukan sebuah negara adalah dengan memindahkan ibu kotanya. Tetapi
sebelum itu dilakukan perlu ada analisis kuat dari berbagai aspek bidang, dari
aspek keruangan, ekologis dan kewilayahan serta dampak sosial, ekonomi, dan
politik, menghasilkan suatu pemikiran bahwa pemindahan ibu kota merupakan
suatu keharusan.

11
Ecky Aga ssi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota
Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Perta nian Bogor, 2013), h. 2.
4

Pemindahan ibu kota, bersamaan dengan pembangunan negara dan bangsa,


telah menjadi bagian penting dari pembentukan negara-negara pascakolonial. Ada
perdebatan nasional dan proyek-proyek besar tentang masalah ini di banyak
negara, mulai dari Indonesia, Malaysia, Sri Lanka dan Pakistan di Asia; Pantai
Gading, Tanzania, Malawi dan Zimbabwe di Afrika; Brasil, Argentina dan Kosta
Rika di Amerika Selatan. Bahkan di Afrika Selatan ada perdebatan tentang
konsolidasi pusat eksekutif dan legislatif yang saat ini dibagi antara
Pretoria/Tshwane dan Cape Town, dengan memindahkan Parlemen ke Pretoria. Namun, seiring waktu hany

pertimbangan umum pemindahan ibu kota, yaitu: pertimbangan politik,


pertimbangan sosio-ekonomi dan pertimbangan fisik.13

12
Denys Reva “Capital City Relocation And National Security: The Cases Of Nigeria And
Kazakhstan,” Mini-Dissertation Master Of Secutity Studies (MSS), Department of Political
Sciences University Of Pretoria Faculty Of Humanities, 2016, h. 1.

13
Deden Rukmana, Pemindahan Ibu kota Negara (Artikel Asisten profesor dan koordinator
program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah State University, AS.
4

Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam


Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur
secara tegas. Dalam UUD 1945 Bab II Pasal 2 ayat (2) tertulis: “Majelis
Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota
negara.” Dalam konstitusi tersebut tidak ada pasal yang menyebutkan dimana dan
bagaimana ibu kota negara diatur. Di sini dapat dilihat bahwa terdapat fleksibilitas
dalam mengatur termasuk memindahkan Ibu kota negara.
Pemindahan ibu kota NKRI merupakan suatu keharusan, karena di ibu kota yang sekarang yaitu Jakarta tim
Dengan berbagai fakta yang ada, didapat kecenderungan bahwa dalam analisis garis besar aspek keruangan
pemerintahan dan pusat bisnis yang sudah terlampau tinggi, serta menciptakan

pemerataan ekonomi dan pembangunan di negara ini, dan juga demi menciptakan
ibu kota yang baik bagi kelangsungan pemerintahan Indonesia.

14
Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota
Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor, 2013), h. 2.
4

D. Gagasan dan Polemik Pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan

Jakarta adalah kota metropolitan yang super sibuk karena predikatnya


sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia menjadikannya memiliki gelar
Daerah Khusus Ibu Kota (DKI). Kemacetan, kepadatan penduduk, kapadatan
pembangunan, banjir kiriman, banjir rob, pencemaran udara dan air dan
permasalahan lainnya yang timbul di kawasan ibu kota yang semakin lama
semakin parah. Salah satu solusi untuk membenahi itu semua adalah
memindahkan ibu kota ke tempat lain. Akibat munculnya pemasalahan- permasalahan ibu kota ini timbulah
Gagasan wacana pemindahan Ibu Kota sudah muncul sejak era Pemerintahan Soekarno, Orde Baru, Refor
Pertama, alasan kesehatan, karena di Batavia (Jakarta) banyak sumber
penyakit. Batavia (Jakarta) pada saat itu sempat dijuluki sebagai “Ratu dari Timur,” namun seiring waktu t
Tillema, ahli kesehatan dari Belanda. Hendrik saat itu telah menyatakan Batavia

(Jakarta) sebagai tempat yang tak layak sebagai pusat pemerintahan, berdasarkan
fakta bahwa Jakarta sebagai salah satu kota pelabuhan yang pada umumnya
berhawa panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Dia lantas memberi usulaan
agar Bandung yang menjadi ibu kota Hindia Belanda, yang kemudian mulai
dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921)
4

pada 1920. Kedua, alasan pertahanan, di Surabaya terdapat benteng dan


pelabuhan. Namun rencana itu gagal di tengah jalan.15
Pada era Presiden Soekarno, gagasan wacana pemindahan ibu kota dari
Jakarta ke Palangkaraya muncul pada tahun 1950-an, yaitu pada saat meresmikan
pembangunan Kota Palangkaraya pada Tahun 1957, Presiden Soekarno
mewacanakan rencana pemindahan lokasi ibu kota ke daerah tersebut.
Palangkaraya adalah kota baru yang dibangun dengan membuka hutan di pinggir
sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Keseriusan Presiden Soekarno pada saat itu dalam membangun kota
Pada era Presiden Soeharto yaitu masa Orde Baru, gagasan wacana
pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia seakan sirna karena pada saat itu pemerintah lebih me
alternatif lokasi pemindahan ibu kota yang pernah dikaji oleh pemerintah

Indonesia. Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto juga mewacanakan


pemindahan lokasi Ibu Kota Negara ke Jonggol melalui Keppres Nomor 1 Tahun
15
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190429081114-20-390452/sejarah-pemindaha n-
ibu-kota- sejak-era-hindia-belanda, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.54 WIB.

16
Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume
19, Nomer 2), (Universita s 17 Agustus 1945 Samarinda, Desember 2018), h. 119.

17
https://www.theindonesianinstitute.com/wp-content/uploads/2019/09/MENYOAL-PEMI
NDAHAN-IBU-KOTA_VUNNY_PENELITI-SOSIAL-TII_TIF-57.pdf, diakses pada 25 Juli 2020
Pukul 18.54 WIB.
4

1997 Tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol Sebagai Kota


Mandiri.18
Pada era Presiden BJ Habibie yaitu pasca reformasi, Presiden BJ Habibie
juga pernah mewacanakan kemungkinan pemindahan Ibu Kota dari DKI Jakarta
ke Sidrap, Sulawesi Selatan. Alasan Habibie, daerah ini juga bisa dianggap berada
di tengah-tengah wilayah Indonesia.19
Pada era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), awal munculnya
kajian
gagasanpemindahan ibu kota yaitu
wacana pemindahan muncul
ibu kota tigapada
negara skenario
masa dalam pemindahanyaitu
pemerintahannya ibu
kota
padanegara, yaitu pertama,
saat kampanye tetapgubernur
pemilihan mempertahankan Jakarta
DKI Jakarta padasebagai ibu kota
tahun 2007 negara
menyusul
banjir18 besar yang melanda Jakarta pada bulan Februari 2007. Pasalnya, Jakarta
Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume
dianggap
19, Nomer 2),tidak mampu
(Universitas 17 mengatasi
Agustus 1945masalah banjir
Samarinda, dan 2018),
Desember kemacetan lalu lintas yang
h. 119-120.

akan 19mengganggu peran Jakarta


Wesley Liano Hutasoit, sebagai ibu
Analisa Pemindahan kota Negara
Ibu Kota negara. Bahkan
(Jurnal Presiden
Dedikasi Volume
19, Nomer 2), (Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Desember 2018), h. 120.
Susilo Bambang Yudhoyono mulai membicarakan gagasan wacana pemindahan
20
Deden
ibu kota Rukmana,
negara dariPemindahan Ibu kotamenghadiri
Jakarta ketika Negara (Artikel Asisten
Rapat profesor
Kerja dan koordinator
Nasional Asosiasi
program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah State University, AS.
Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Palangkaraya pada awal
Desember 2009. Menurut Presiden SBY, beban fungsi pelayanan dan kelayakan
Jakarta sebagai ibu kota negara semakin berat. Pembahasan pemindahan ibu
kota negara harus dikaji dari berbagai aspek dan tidak hanya melihat faktor
kemacetan di Jakarta sebagai alasan pemindahan ibu kota negara, tetapi juga
dilihat sebagai upaya strategis untuk mendistribusikan pembangunan secara
merata.20
Pada awal September 2010, Presiden SBY mengemukakan keseriusannya
dalam gagasan wacana pemindahan ibu kota negara dengan pembentukan tim
4

dan dilakukan pembenahan terhadap semua permasalahan; kedua, memindahkan


pusat pemerintahan dari Jakarta ke lokasi baru yang tetap berada di pulau Jawa;
ketiga, memindahkan ibu kota negara dan pusat pemerintahan ke lokasi baru di
luar pulau Jawa.
Pada era Presiden Joko Widodo tampaknya melebihkan usaha mewujudkan
gagasan lama Presiden Soekarno untuk memindahkan Ibu Kota Negara Republik
Indonesia dari Jakara ke Palangkaraya. Bukan sekadar alasan politis tapi sudah
saatnya keruwetan Kota Jakarta saat ini, terutama menyangkut transportasi dan lingkungan hidupnya, hany
Pemindahan ibu kota bukan perkara mudah. Pemindahan ibu kota membutuhkan rentang waktu yang cukup
kontra terhadap gagasan tersebut, walau pada akhirnya terealisasi juga walaupun

dalam prosesnya masih dalam tahapan perjalanan yang panjang.


Gagasan wacana pemindahan ibu kota ini menuai banyak polemik di
masyarakat, sebagai contoh ada yang pro dan ada yang kontra terhadap banjir di
Jakarta, bagi yang terkena banjir berpendapat menginginkan ibu kota pindah, bagi

21
Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume
19, Nomer 2), (Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda , Desember 2018), h. 120.

22
https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai_kartanegara_ibu_kota_b
aru, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13 WIB.
4

yang tidak terdampak berpendapat tidak menginginkan ibu kota dipindahkan.


Beberapa polemik yang di temukan sebagai berikut.
Pertama, terkait Regulasi. Anggota Komisi II dari Fraksi Partai Amanat
Nasional (PAN) Yandri Susanto mengatakan, pemindahan ibu kota negara baru
bisa dilakukan apabila undang-undang (UU) tentang pemindahan ibu disahkan. Ia
menegaskan, apabila pemerintah tetap melakukan pembangunan sebelum
disahkannya UU, maka pembangunan itu adalah ilegal. Dana yang digunakan
dalam pembangunan ibu kota itu dinilai ilegal, karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Ia
Kedua, Ibu Kota Pindah Saat Kemiskinan Masih Tinggi. Achmad Hafidz
Tohir selaku Wakil Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menanyakan bagaimana urgensi p

melibatkan pihak swasta terkait skema pendanaan pembangunan ibu kota baru
Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur. Menurutnya seluruh pembiayaan

23
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/09453621/polemik -pemindahan-ibu-kota-
soa l-regulasi-hingga-dugaan-deal-politik-jokowi?page=all, diakses pa da 26 Juli 2020 pukul 00.43
WIB.

24
https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside n-
jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.
4

pembangunan ibu kota di Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara
harus berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurutnya, sebaiknya pihak swasta tidak ikut sertakan daam skema pembiayaan
pembangunan ibu kota negara.25
Keempat, Pemindahan Ibu Kota Dikritik Karena Keuangan Negara Tengah
Sulit. Fadli Zon selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menilai
wacana pemindahan Ibu Kota tidak masuk akal. Menurutnya, keuangan negara
sedang dalam masa sulit, kecuali jika kita ada kelebihan anggaran dana yang memang dipersiapkan.26
Kelima, Dugaan Kompensasi Politik. Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menduga ada kompensasi po
Keenam, Jakarta Tak Lagi Mumpuni. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki H
menjadi pertimbangan utama pemindahan ibu kota. Faktor berikutnya yaitu

pemerataan pembangunan nasional. Dia menyatakan, berpindahnya ibu kota akan

25
https://nasional.kompas.com/rea d/2019/08/28/09453621/polemik -pemindahan-ibu-kota-
soa l-regulasi-hingga-dugaan-dea l-politik-jokowi?page=all, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 00.43
WIB.

26
https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencanapemindahan-ibu-kota-presiden
-jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

27
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/09453621/polemik -pemindahan-ibu-kota-
soa l-regulasi-hingga-dugaan-deal-politik-jokowi?page=all, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 00.43
WIB.
4

menjadi salah satu instrumen pembangunan infrastruktur di wilayah lain yang saat
ini sedang diusung pemerintah.28
Ketujuh, Dunia Usaha Bergairah Saat Ibu Kota Pindah. Ketua Umum
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menyebut bahwa
pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Jawa akan membawa dampak positif,
29
khususnya bagi dunia usaha. Dengan terealisasinya pemindahan pusat
pemerintahan, otomatis akan menciptakan satu kota metropolitan baru.
Kedelapan, Rencana Pemindahan Ibu Kota Dinanti Investor. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

28
https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside n-
jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

29
https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside n-
jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

30
https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside n-
jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.
5

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA


REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

A. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemindahan Ibu Kota Jakarta


Faktor-faktor yang melatarbelakangi dilakukannya pemindahan Ibu Kota
Jakarta yaitu:

banyak, membutuhkan pelayanan fasilitas perkotaan yang semakin


1. Kepadatan Perkotaan
banyak pula jumlahnya dan jenisnya, seperti tersedianya perumahan,
Kota merupakan konsentrasi penduduk dalam berbagai kegiatan
transportasi umum, lapangan kerja, rekreasi, dan fasilitas perkotaan
ekonomi, sosial, administrasi pemerintahan, serta politik. Semakin besar
lainnnya. Pada realitanya, kebutuhan masyarakat perkotaan jauh lebih
suatu kota akan semakin banyak dan intensif berbagai kegiatan perkotaan.
besar dibanding dengan fasilitas perkotaan yang tersedia, hal ini akan
Semakin banyak dan intensif berbagai kegiatan perkotaan, akan
mengakibatkan ketidakseimbangan, kekurangan, ketimpangan, hal ini
menimbulkan berbagai macam kepadatan perkotaan, meliputi:1
1
Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita , Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,
a. Graha
(Yogyakarta: Kepadatan Penduduk
Ilmu, 2011), h. 84.
Jumlah penduduk menjadi salah satu tolak ukur sebagai kriteria
besarnya suatu kota. Semakin banyak jumlah penduduk perkotaan
maka semakin besar pula suatu kota. Jumlah penduduk perkotaan
terus bertambah dari waktu ke waktu dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi setiap tahunnya, yang bermukim di atas lahan perkotaan
yang terbatas luasnya, maka akan menimbulkan kepadatan penduduk
per kilometer perseginya.
Jumlah penduduk perkotaan akan terus bertambah semakin
5

dapat mengakibatkan timbulnya hal-hal negatif atau kemafsadatan.


Kurang tersedianya rumah-rumah layak huni akan menyebabkan
muncul dan berkembangnya permukiman kumuh di perkotaan.
Kehidupan penduduk di pemukiman kumuh pastinya sangat padat, tidak
sehat, tidak nyaman, dan sering terjadi kebakaran dan mafsadah
lainnya. Kurang tersedianya lapangan pekerjaan akan mengakibatkan
bertambahnya angka pengangguran dan kemiskinan dan dapat juga
mengakibatkan timbulnya kejahatan serta konflik sosial di masyarakat. Kurang tersedianya fasilitas transpo
Dapat dikatakan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan kurang tersedianya fasilitas/sarana pel
urbanisasi yang mana sangat sulit untuk dilakukan mengingat bahwa

setiap tahun arus urbanisasi pasti bertambah tinggi. Upaya lain yang
dapat ditempuh oleh pemerintah adalah memindahkan ibu kota ke
tempat/daerah lain yang masih minim penduduk dan banyak lapangan
pekerjaan yang menanti, dengan upaya ini dapat memindahkan laju
urbanisasi dari ibu kota lama yang sudah padat menuju ibu kota baru
yang masih minim penduduknya.
Kepadatan penduduk yang tinggi karena jumlah penduduk terlalu
banyak, membutuhkan tersedianya berbagai fasilitas perumahan dalam
5

jumlah banyak, pengambilan air bawah tanah dalam volume yang


sangat besar, dampaknya akan menurunkan permukaan tanah
perkotaan, walaupun dirasa sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka
panjang akan berakibat sangat besar dan akan berpengaruh terhadap
stabilitas kehidupan perkotaan. Dalam hal ini perlunya hifz nafs
(penjagaan jiwa) karena penyediaan perumahan, air besih, pekerjaan
merupakan kebutuhan pokok manusia, dalam maqashid al-syariah
terdapat pada tingkat dharuriyah (kemaslahatan primer). Perlu diketahui jika tidak terpe
ingin merubah nasib di perantauan.

b. Kepadatan Gedung dan Bangunan


Kota super sibuk yang besar, jumlah penduduk yang banyak, berbagai kegiatan ekonomi, s

banyak membutuhkan gedung-gedung dan bangunan (rumah, kantor,


toko, pasar, bank, hotel, apartemen, pabrik/industry, terminal, dan
bangunan lainnya penunjang kegiatan perkotaan) dalam jumlah yang
banyak pula. Gedung-gedung dan bangunan tersebut dibangun di atas
ruang kota yang sudah sangat terbatas luasnya, bila pembangunan
gedung-gedung dan bangunan berlangsung semakin banyak, akan

2
Sa piudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kenca na, 2017) h.226.
5

berdampak pada kepadatan gedung dan bangunan yang semakin tinggi


dan banyak, pembangunan rumah-rumah bertingkat bertambah banyak,
untuk mengatasi keterbatasan lahan perkotaan yang tersedia, ruang
terbuka perkotaan bertambah sempit, paru-paru perkotaan menjadi
sempit dan terbatas.3
Pembangunan gedung-gedung dan bangunan bertingkat tinggi
dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan beban yang sangat berat
terhadap daya dukung lahan, yang terdiri dari lapisan tanah mulai dari yang lunak sampai yang keras dan la
Arus urbanisasi yang semakin tinggi di Jakarta mengakibatkan terjadinya kepadatan penduduk yang menim
luas lantai hunian. Alih-alih dibangunnya gedung-gedung dan

apartemen (rumah susun sewa) bertingkat tinggi ini dengan tujuan


membuat daya tampung yang lebih besar pada luas lahan tertentu dan
pengendalian kepadatan penduduk dan pemenuhan kebutuhan
perumahan penduduk, timbul ancaman jika terjadi gempa yang dapat
membuat bangunan menjadi tidak kokoh dan miring beberapa derajat,
dan bahkan dapat mengakibatkan robohnya gedung dan bangunan
yang
3
Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 86.
5

terkena guncangan gempa dan ini semua dapat mengancam eksistensi


pemeliharaan jiwa manusia (hifz nafs) yang merupakan tingkatan dari
maqashid a--dharuriyah, perlu diketahui bahwasannya pulau jawa
(termasuk Jakarta) merupakan jalur lintasan ring of fire. Maka langkah
pemerintah dalam memindahkan dan menetapkan Kalimantan timur
sebagai lokasi ibu kota baru merupakan suatu tindakan pencegahan
(preventif), karena menutup atau mencegah terjadinya mafsadah
(kerusakan) pada ibu kota baru akibat bencana alam yang akan mengancam di kemudian hari. Salah satu pe
Demikianlah gambaran kota Jakarta sebagai ibu kota negara dan ibu kota pemerintahan, yang berfungsi pu
kota-kota besar, harus mengikuti RUTR/Kota yang telah ditetapkan,

harus dihindari penyalahgunaan dan kesemrawutan pembangunan, yang


berakibat buruk pada salah arah pembangunan.

c. Kepadatan Kegiatan Pembangunan Perkotaan


Di kota-kota besar terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan
penduduk perkotaan dalam bidang ekonomi (perdagangan, pemasaran

4
Abd. Rahman Da hlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 236.
5

industry, keuangan, perbankan, dan jasa perkotaan lainnya), dalam


bidang sosial (seperti pendidikan, kesehatan, dan interaksi social
lainnya), dan dalam bidang administrasi pemerintahan (birokrasi,
pembangunan daerah, layanan publik, dan administrasi pemerintahan
lainnya). Berbagai kegiatan perkotaan tersebut melibatkan peran serta
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, sumber
daya teknologi, sumber daya kelembagaan, dan sumber daya lainnya
untuk melakukan produksi, menghasilkan barang dan jasa, untuk memenuhi kebutuhan manusia.5
Kota-kota besar biasanya berfungsi sebagai pusat perdagangan, pusat jasa transportasi, dan ada juga yang b
Terselenggaranya berbagai kegiatan perkotaan, pada satu pihak menimbulkan dampak positif, yaitu terwuju
Persaingan yang tidak sehat akan menjadikan usaha yang kuat

bertambah kuat dan yang lemah akan keluar. Oleh karena itu perlunya
pemerintah membuat regulasi yang mengatur dan memiliki rasa
berkeadilan untuk kedua belah pihak, antar pengusaha besar dan kecil.
Kepadatan kegiatan usaha di perkotaan yang sangat parah akan
berdampak negatif secara luas, seperti munculnya berbagai pasar kaget,
pasar tumpah, pedagang kaki lima, yang menempatkan kegiatan
5
Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 88.
5

usahanya di pinggir jalan besar sampai pada badan jalan, yang


dampaknya dapat menggangu lalu lintas dan menimbulkan kepadatan
dan kemacetan lalu lintas. Dilarang dan digusur di suatu tempat, akan
muncul yang baru di tempat-tempat lain. Susah diatur dan dikendalikan,
membuat koa Jakarta menjadi makin semrawut.
Dalam maqashid al-syariah, hal ini masuk ke dalam hifz mall
(pemeliharaan harta). Salah satu langkah pemerintah dalam mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan cara mebuat aturan baru tentang pasar atau mebuat pa
pengusaha kecil dapat berkembang di lokasi ibu kota baru.

d. Kepadatan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor


Di kota Jakarta, dan kota-kota besar lainnya, terdapat kecenderungan bahwa jumlah kendaraan
Terdapat dua kepentingan mengenai masalah kendaraan bermotor,
yaitu kepentingan sistem transportasi perkotaan dan kepentingan industri perkaitan kendara

transportasi perkotaan adalah mewujudkan pelayanan kegiatan


transportasi perkotaan yang efisien, aman, berkapasitas mencukupi,
bertanggungjawab, terjangkau oleh masyarakat, dan nyaman,
sedangkan sasaran dan tujuan industri perakitan kendaraan bermotor

6
Rahardjo Adisa smita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 88.
5

patinya yaitu mencapai produksi dan pemasaran yang tinggi. Ada efek
domino jika diadakannya pengurangan produksi serta pemasaran
kendaraan bermotor, yaitu jika mengurangi produksi perakitan
kendaraan bermotor berarti mengurangi tenaga kerja yang digunakan
atau memutuskan hubungan kerja (PHK), yang akan menambah
penganguran di masyarakat, dan patinya penganguran bertambah berarti
pula kemiskinan masyarakat.
Permasalahan ini sudah lama di bahas oleh pemerintah sebagai pemangku kuasa, namun tidak ada penyeles
2.Bencana Banjir

Kota Jakarta terdiri dari 13 sungai dan selalu mengalami banjir


kiriman dari daerah selatan (Bogor dan sebagian Jawa Barat), karena
keadaan hutannya sudah mengalami kerusakan. Keadaan sungai mengalami
menyempitan dan pendangkalan, karena pemukiman penduduk di bantaran
sungai bertambah banyak, membuang sampah dan kotoran seenaknya,
sehingga merusak lingkungan sungai, menurunkan daya tampung air,
sedangkan air yang datang dari daerah selatan cenderung bertambah besar,
maka air sungai meluap, menggenangi daerah sekitar, yang diakibatkan oleh
5

air kiriman dari selatan dengan volume yang sangat besar, sehingga di sebut
banjir kiriman ditambah curah hujan yang sangat tinggi.7
Banyak tempat di kota Jakarta yang permukaan tanahnya lebih rendah
dari permukaan laut, sehingga sangat berpotensi terendam air (banjir).
Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan banjir di wilayah Jakarta
yang dirasa sangat merugikan, yaitu; pertama, penurunan permukaan tanah
di banyak bagian wilayah Jakarta disebabkan oleh beban yang sangat berat
dari gedung dan bangunan bertingkat tinggi yang jumlahnya sudah sangat banyak serta eksploitasi air tanah
Selain daerah yang terkena dampak banjir di Jakarta yang bertambah

luas yang sudah hampir meliputi seluruh kota, terdapat pula kecenderungan
bertambah tingginya genangan air banjir setiap tahunnya. Manusia sejatinya
membutuhkan konsumsi air, tetapi apabila air yang melanda suatu daerah
dalam volume yang sangat besar seperti banjir, akan mengakibatkan
kerugian besar, kerusakan harta benda, dan bahkan menelan korban jiwa,
yang harus ditanggung oleh masyarakat, itu semua membahayakan

58 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota
Jakarta,
5

eksistensi manusia. Dalam maqashid al-syariah, hal ini masuk ke dalam hifz
mall (pemeliharaan harta) dan hifz nafs (pemeliharaan jiwa). Maka dari itu
sudah semestinya pemerintah membuat kebijakan yang mengatur dengan
tegas tentang penanganan banjir ini agar tidak membahayakan eksistensi
manusia di muka bumi, jika eksistensi manusia terancam, salah satunya hifz
mall (pemeliharaan harta) atau hifz nafs (pemeliharaan jiwa) akan
mengakibatkan kerusakan atau kemafsadatan.
Nampaknya masalah air merupakan faktor yang sangat penting, yang menimbukan bencana perkotaan sela
3. Ancaman ROB (Banjir Air Laut Pasang)
Telah diketahui secara luas, bahwa lapisan ozon (lapisan udara di atas bumi) banyak yang robek (berlubang
meleleh, yang kemudian akan meningkatkan air permukaan laut. Dampak

pemanasan bumi cukup luas, di antaranya permukaan laut bertambah tinggi


dan perubahan iklim dan cuaca tidak menentu lagi. Bertambah tingginya
permukaan laut akan membuat pulau-pulau kecil di dunia yang permukaan
daratnya relatif rendah akan tenggelam.8
Air laut mengalami pasang dan surut. Rob adalah sebutan air laut saat
sedang pasang dan permukaan laut bertambah tinggi yang akan

59 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota
Jakarta,
6

menggenangi daratan pantai yang memiliki permukaan yang lebih rendah.


Banjir Rob menggenangi daratan pantai yang permukaan tanahnya lebih
rendah. Ancaman banjir rob akan sangat dahsyat pada masa depan, karena
tinggi permukaan laut akan meningkat sekitar 2 cm setiap tahun dan
diperkirakan akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Banjir rob yang
pertama kali melanda kota Jakarta yang pertama kalinya terjadi pada akhir
tahun 2006 dan awal tahun 2007, yang menggenangi sebagian besar kota
Jakarta, terutama di Jakarta Utara, bahkan melanda jalan menuju ke bandar udara internasional Soekarno-H
4. Eksploitasi (Pengambilan) Air Tanah Secara Berlebihan
Pembangunan perkotaan yang sangat massif dan intensif, yang ditunjukkan oleh pembangunan gedung dan
sangat besar, dampaknya akan menurunkan permukaan tanah secara

meyakinkan. Di Jakarta dan sekitarnya banyak gedung-gedung bertingkat


tinggi, yang melakukan penyedotan air bawah tanah dalam volume yang
sangat besar, maka tidak diherankan permukaan tanah di Jakarta mengalami
9
penurunan yang cukup berarti.
Pembangunan gedung-gedung bertingkat, perumahan dan pemukiman
penduduk yang permanen dan tersebar di seluruh bagian kota dalam jumlah

9
Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota
Jakarta,
6

besar menunjukan keberhasilan pembangunan perkotaan besar yang nyata


pada satu pihak, tetapi di lain pihak menimbulkan dampak negatif, yaitu
penurunan permukaan tanah yang nyata pula, karena pengambilan
(eksploitasi) air tanah yang sangat besar dari pembangunan bangunan-
bangunan tadi. Dampak negatif tersebut akan terakumulasi dan dalam
jangka panjang akan dirasakan sangat mengerikan terhadap
keberlangsungan dan keberlanjutan perkembangan kehidupan perkotaan.
Gedung-gedung bertingkat tinggi beserta industri besar membutuhkan konsumsi air dalam jumlah besar pu
Upaya pemerintah dalam mengurangi eksploitasi air tanah dapat
dilakukan dengan cara; pertama, membuat larangan terhadap hotel besar, perusahaan besar, dan industri be
kebutuhan masyarakat. Ketiga, menambah jumlah dan memperbesar

kapasitas instalasi air minum (perusahaan air minum). Dan terakhir,


membuat peraturan perundang-undangan tentang larangan pengambilan air
tanah secara berlebihan (Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah).
Eksploitasi pengambilan air tanah secara berlebih selama bertahun-
tahun akan menimbulkan dampak yang sangat mengerikan, di Jakarta sangat
banyak gedung bertingkat tinggi yang masih bandel menyedot air tanah
dalam volume yang sangat besar yang selama ini dilakukan karena
kurangnya pendisiplinan pemerintah terhadap pelarangan hal tersebut. Bila
6

eksploitasi air tanah berlangsung secara terus-menerus, maka tidak mustahil


seluruh daerah di Jakarta akan berada di bawah permukaan air laut.
Dari ke-empat faktor yang di sebutkan di atas, jika dilihat dari kaca
mata fikih siyasah terutama pada aspek maslahat, pemindahan ibu kota
merupakan suatu keharusan bagi Indonesia cepat atau lambat demi
menghindarkan kemafsadatan yang akan menimpa sewaktu-waktu jika terus
kota Jakarta dibebankan sebagai ibu kota, jika kota Jakarta terus di
bebankan sewaktu-waktu akan timbul bencana perkotaan yang nantinya akan menghambat t
Selain itu, pemindahan ibu kota merupakan karya besar, multi aspek,
multi disiplin, multi sector, lintas departemental, dan untuk jangka waktu yang sangat panjan
dua abad atau bahkan lebih), maka diperlukan pertimbangan yang cerdas,

10
tepat,sertasecaramenyeluruhdantidakterkesan buru-buru.

10
Rahardjo Adisasmita dan Sa kti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,
(Yogyakarta: Gra ha Ilmu, 2011), h. 99.
B. Analisis Kebijakan Pemerintah dalam pemindahan Ibu Kota Negara
Republik Indonesia
Pada 26 agustus tahun 2019 lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan
hasil kajian pemerintah mengenai lokasi pemindahan ibu kota baru Republik
Indonesia. Melalui serangkaian kajian selama tiga tahun belakangan, Presiden
menetapkan dua wilayah di Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi
pembangunan ibu kota baru, yaitu sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan
sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.1 Pemindahan ibu kota ini juga masuk ke dalam salah satu Proye
Di Indonesia, pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota ini merupakan salah satu wewenang dari kekua
Dalam Fikih Siyasah, Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan masuk ke dalam Sulthah Ta
sesama negara (hubungan internasional). Pelaksana tertinggi kekuasaan ini adalah

pemerintah (kepala negara) dibantu oleh para pembantunya (kabinet atau dewan
menteri) yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi yang

1
https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai _kartanegara_ibu_kota_
baru, diakses pada 22 Agustus 2020 pukul 00.13 WIB.

63
6

berbeda antara satu negara dengan negara Islam lainnya. Sebagaimana halnya
kebijaksanaan legislatif yang tidak boleh menyimpang dari semangat nilai-nilai
ajaran Islam, kebijaksanaan politik kekuasaan eksekutif juga harus sesuai dengan
semangat nash dan kemaslahatan.1
Kepala negara dan pemerintah diadakan sebagai pengganti fungsi kenabian
dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Pengangkatan kepala negara untuk
memimpin umat wajib menurut ijma’. Jika kepemimpinan negara ini kewajiban,
maka kewajiban itu gugur atas orang lain, jika tidak ada seorang pun yang menjabatnya maka kewajiban in
Kewajiban-kewajiban yang harus diemban kepala negara itu meliputi semua kewajiban umum baik yang be
mencegah kejahatan.

Disamping itu, wewenang imam atau kepala negara adalah:


1. Menegakkan hukum dan bertindak juga sebagai juru bicara bagi masyarakat
di luar wilayahnya.

1
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 137.

2
Imam al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Sejarah Islam,
(jakarta; Gema Insani, 2000). h 16-17
6

2. Imam menegakkan hukum yang mengatur hubungan antara umat baik pada
masa perang maupun masa perdamaian.
3. Mengeluarkan perintah perang.
4. Memberlakukan hukum di wilayah-wilayah yang baru diduduki .
5. Menghukum umat islam dan non islam dalam wilayahnya apabila mereka
terbukti melanggar hukum.
6. Memutuskan kapan jihad dilakukan atau kapan jihad harus dihentikan.
7. Menyarankan kapan umat Islam menerima dan menyetujui perdamaian.
Semua kewenangan ini bukan tanpa ada pembatasannya. Imam harus menjalankannya dalam batas-b
Dalam hal pengambilan kebijakan pemerintah dalam memindahan ibu kota, alasan utama pemerintah
Dalam Fikih Siyasah, pengambilan keputusan atau kebijakan seorang
pemimpin hendaknya memerhatikan aspek maslahat terhadap apa yang menjadi kebijakan/keputusan

‫َ َتر َ ˚ص ف ا لْأِ َماِم َع َلى ال˚أَّ وراطِ ˚عِ يَّباِةلأ َم أص َل َ حةِ من‬

Artinya: “Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung


kepada kemaslahatan”5

3
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 137.

4
https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di-istana-negara-provinsi-dki-
jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 pukul 00.24 WIB.

5
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fkih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 147.
6

Kaidah ini menerangkan bahwa seorang pemimpin dalam mengeluarkan


kebijakan atau memutuskan sesuatu harus berorientasi kepada kemaslahatan
rakyat, bukan mengikuti keinginan hawa nafsunya atau keinginan keluarganya
atau kelompoknya. Kaidah ini juga dikuatkan oleh surat an-Nisa ayat 58.
‫هۗ ِان‬, ‫ِن ِع أم‬ ‫ال أ‬ ˚‫ِان ا َ ˚رك‬
ۗ‫ل‬ ‫˚م‬ ‫ن س‬ ‫ِا هألِ وِا أمت˚ أم‬ ‫ت˚ َ ؤد وا ا‬
˚‫َّما ل َّل ِعظ‬ ‫ِان ا‬ ‫َعدأ‬ ‫النَّا أن َت أوا‬ ٰٓ
‫لى َها َذا َبيأ حَك‬² ‫ن أن‬² ‫م‬² َ‫أْل‬ ‫ّلل أم أأ‬
˚‫ك‬ ˚‫حك‬ ‫ت‬ ‫˚م‬
‫صيأ ً را‬ ‫س‬ ‫ا َّ لل َكان‬
‫ِم ي أ‬
² ‫ًعا‬
Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya,
Menurut dan apabila
teori utilitariaisme kamu menetapkan
suatu tindakan hukum
dianggap baik jikadi tindakan
antara manusia
tersebut
hendaknyamanfaat
membawa kamu menetapkannya
bagi masyarakatdengan
secara adil. Sungguh,Dalam
keseluruhan. Allah Utilitarianism-nya
sebaik-baik yang
memberi
Mill pengajaran
menulis kepadamu.yang
kredo utilitarianisme Sungguh, Allah
berbunyi, Maha Mendengar,
“Bertindaklah Maha
sedemikian rupa
Melihat.”tindakan
sehingga (QS. An-Nisa: 58) mendatangkan jumlah terbesar kebahagiaan dari
tersebut
Banyak contoh yang berhubungan dengan kaidah tersebut yaitu setiap
kebijakan yang maslahat dan manfaat bagi rakyat maka itulah yang harus
direncanakan, dilaksanakan, diorganisasikan, dan dinilai serta dievaluasi
kemajuannya. Sebaliknya, kebijakan yang mendatangkan mafsadah dan
memudharatkan rakyat, itulah yang harus disingkirkan dan dijauhi. Dalam
upaya- upaya pembangunan misalnya, membuat irigasi untuk petani, membuka
lapangan kerja yang padat padat karya, melindungi hutan lindung, menjaga
lingkungan, mengangkat pegawai-pegawai yang amanah dan professional, dan
sebagainya.
Konsep maslahat ini sejalan dengan teori kegunaan (utility theory) orang-
orang barat yang dipopulerkan oleh tulisan-tulisan Jeremy Bentham dan John
Stuart Mill. Bentham mengatakan dalam tulisannya bahwa tujuan hukum

6
Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya Bagi
Praktik
6

jumlah terbesar orang yang terkena dampak dari tindakan tersebut!” (The greatest
happiness of the greatest number) (Brooks & Dunn, 2011).7
Terdapat dua jenis utilitarianisme yakni utilitarianisme perbuatan dan
utilitarianisme peraturan. Tindakan CEO untuk meminta bonus bagi kepentingan
pribadi merupakan contoh bagi utilitarianisme perbuatan. Sementara
utilitarianisme peraturan menandaskan bahwa suatu norma, peraturuan, atau
hukum baik secara moral jika norma atau peraturan tersebut mendatangkan
kebahagiaan sebanyak mungkin orang yang terkena dampak dari peraturan tersebut.8 Utilitarisme memberi
Dalam kaitannya dengan kebijakan pemindahan ibu kota, yaitu kebijakan ini memberikan pemerintah pelua
serta polusi udara dan air, dengan kebijakan pemindahan ibu kota ini otomatis

akan ada tujuan baru arus urbanisasi keluar Pulau Jawa yaitu yang nantinya jadi
ibu kota baru. Hal ini dapat mengurangi kepadatan penduduk di Jakarta serta
7
Urbanus Ura Weruin, Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi
Etika Bisnis, h. 316.

8
Urbanus Ura Weruin, Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi
Etika Bisnis, h. 317.

9
Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya Bagi
Praktik
6

dapat juga mengurangi atau setidaknya menekan kemacetan lalu lintas di Jakarta,
dan juga tentunya jika ibu kota pindah dan gedung-gedung pencakar langit di ibu
kota dialih fungsikan serta kendaraan operasional pemerintahan ataupun
perusahaan di alihkan ke ibu kota baru pastinya akan menekan polusi udara, air
dan juga suara hingar bingar ibu kota. Pengurangan beban Jakarta ini dapat
membawa kemaslahatan bagi Jakarta serta dapat menolak atau menghindari
kemafsadatan yang akan menimpa Jakarta sewaktu-waktu jika terus dibebankan
dalam berbagai macam hal.
Keputusan pengambilan kebijakan memindahkan ibu kota ini jika dilihat dari segi tingkatan atau kepenting
Alasan pemerintah menetapkan Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi

pembangunan ibu kota baru yaitu pertama, risiko bencana alam minimal, baik
bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah
longsor. Kedua, lokasinya yang strategis, berada di tengah-tengah kepulauan
Indonesia. Ketiga, lokasinya berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah
berkembang, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Keempat, telah memiliki

10
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 310.

11
Sa piudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.226.
6

infrastruktur yang relatif lengkap. Dan yang kelima, telah tersedia lahan yang
dikuasai pemerintah seluas 180.000 hektare.
Penentuan lokasi ibu kota baru di Kalimantan timur jika dihat dari segi
tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansinya yang tingkatan ini pada
dasarnya merujuk pada skala prioritas dalam maslahat, masuk dalam kategori
Maslahah Hajiyah (kemaslahatan sekunder), yaitu sesuatu yang diperlukan
seseorang untuk memudahkannya menjalani hidup dan menghilangkan kesulitan
dalam rangka memelihara lima unsur pokok. Masuk ke dalam kategori ini karena lokasi ibu kota baru yang
Jika dilihat dari segi kandungan atau batasan maslahat atau hubungannya dengan umat atau individu tertent
menentukan kebaikan dan kesejahteraan yang bersifat individual, dari yang

bersifat individual ini akan mengarah kepada kebaikan dan kesejahteraan yang
bersifat kolektif (publik).12 Dalam pemindahan serta penentuan lokasi ibu kota
baru ini dikategorikan sebagai maslahah ‘ammah (kemaslahatan umum),
dikarenakan ibu kota ini menyangkut pada kepentingan seluruh Warga Negara
Indonsia. Penentuan lokasi ibu kota baru di Kalimantan Timur dinilai sudah

12
Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum
Vol 12, no. 2 (Desember 2014): h. 321.
7

sangat adil karena berada di tengah-tengah Indonesia dan penetuan lokasi ini turut
menghapus istilah Jawa Sentris.
Selanjutnya, kebijakan pemindahan ibu kota ini masuk ke dalam kategori
maslahah al-mutaghayyirah, yaitu kemaslahatan yang berubah-ubah sesuai
13
dengan perubahan tempat, waktu, dan subyek hukum. Kemaslahatan ini
berkaitan dengan permasalahan mu’amalah dan adat kebiasaan, seperti dalam
masalah makanan yang berbeda-beda antara satu daerah dan daerah lainnya.14
Pemindahan ibu kota merupakan suatu keniscayaan yang akan terealisasikan cepat atau lambat seriring ber
Kemudian, jika dilihat dari segi ada atau tidaknya ketegasan jastifikasi syara’ terhadap keberadaan atau leg
Langkah pemerintah dalam menetapkan Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru dan bukan di Pulau
lainnya di Indonesia. Salah satu pencegahan terjadinya al-mafsadah (kerusakan)

adalah dengan cara menutup jalan yang memungkinkan kemafsadatan tersebut


dengan sadd adz-dzari’ah, dan ini merupakan salah satu metode dalam berijtihad.
Makna dari sadd adz-dzari’ah adalah mencegah sesuatu perbuatan agar tidak

13
Muskana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum
Islam, Jurnal Justitia Vol 1, no. 4 (Desember 2014): h. 355.

14
Muha mma d Ali Rusdi, Maslahat sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum
islam, Jurnal Syariah dan Hukum Diktum Vol 15, no. 2 (Desember 2017): h. 160.
7

sampai menimbulkan al-mafsadah (kerusakan), jika ia akan menimbulkan


mafsadah. Pencegahan terhadap mafsadah dilakukan karena ia bersifat terlarang.15
Dari segi historis ketatanegaraan Islam, pemindahan ibu kota sering terjadi
seiring dengan bergantinya pemegang kekuasaan serta perubahan kondisi tempat
dan waktu. Mulai dari masa kepemimpinan al-Khulafa al-Rasyidun yaitu khalifah
‘Ali; masa kepemimpinan Dinasti Umaiyah yaitu khalifah Muawiyah; masa
Dinasti Abbasiyah yaitu khalifah Abu Abbas al-Saffah mereka semua
memindahkan ibu kota untuk mengamankan jalannya roda pemerintahan Islam serta mengamankan posisin
Pada masa Dinasti Abbasiyah ada sekitar tiga kali ibu kota dipindahkan, pertama dari Kufah ke Hasyimiya
berkebangsaan Turki, serta untuk menampung orang-orang Turki yang tidak

tertampung di Baghdad sebab mereka sering melakukan kerusuhan dan


perkelahian.18

15
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 236.

16
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 98.

17
A Najili Aminullah, Dinasti Bani abbasiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, h. 21.

18
Mundzirin Yusuf, Khalifah Al-Mu’Tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah,
h. 132.
7

Pada masa kepemimpinan Orhan, Kesultanan Utsmani menguasai kota


Bursa dan menjadikannya sebagai ibu kota kesultanan. Lalu ketika Orhan wafat,
ia digantikan oleh putranya yang dikenal dengan Murad I. pada masa Murad I ini
ibu kota dipindahkan dari Bursa ke Edirne dengan tujuan memusatkan
perhatiannya ke Eropa, hasilnya Murad I berhasil menguasai kota Sofia. Terakhir,
ibu kota dipindahkan ke Konstantinopel oleh Mehmed II setelah ditaklukan.19
Dari sejarah ketatanegaraan Islam diatas dapat dikatakan bahwa ada tiga

alasan utamadan
kesenjangan pemindahan ibu kota
meningkatkan dalam Islam,
pertumbuhan pertama mengamankan
perekonomian daerah di luarposisi
Pulau
kepemimpinan
Jawa dan mengamankan
terutama Kawasan jalannya
Timur Indonesia, roda akses
memberikan pemerintahan, kedua
yang merata bagi
membangun
seluruh peradaban
wilayah baru,mengurangi
NKRI dan ketiga menepati
beban kota-kota yangitutelah
Pulau Jawa, ditaklukan
semua tertuang
oleh pemerintahan
dalam Islam.Strategis
Proyek Prioritas Ketiga hal ini merupakan
Rencana maslahat,
Pembangunan karena
Jangka dengan
Menengah
mengamankan
Nasional posisi
(RPJMN) kepemimpinan
Tahun 2020-2024.akan berefek
Maka dapatpada aman pula
dikatakan pemerintahan
Peraturan Presiden
Islam yang
Nomor artinya
18 Tahun kesejahteraan
2020 umat terpelihara.
tentang Rencana PembagunanMembangun peradaban
Jangka Menengah baru
Nasional
merupakan
19 maslahat karena akan membawa kesejateraan bagi masa depan umat.
M. Affan, Kesultanan Utsmani: (1300-1517): Jalan Panjang Menuju Kekhalifahan, h.
106 dan 118.
Menepati kota-kota yang telah ditaklukan oleh pemerintahan Islam merupakan
maslahat juga karena dengan menepati kota-kota yang baru ditaklukan, umat
Islam dapat lebih mudah dalam menyebarkan risalah dakwah dan lebih leluasa
dalam beraktifitas serta dapat membangun peradaban baru di kota tersebut
sebagai rencana kesejahteraan umat di masa depan.
Sama halnya dengan pemindahan ibu kota dalam sejarah Islam,
pemerintah Indonesia meindahkan ibu kota dengan berbagai rencana yang
mengacu pada kemaslahatan rakyat Indonesia seperti meningkatkan
pembangunan Kawasan
7

Tahun 2020-2024 Lampiran II Proyek Prioritas Strategis terutama tentang


pemindahan ibu kota sudah sesuai dengan konsep maslahat dalam pengambilan
kebijakan seorang pemimpin.
Namun walaupun sudah sesuai dengan konsep maslahat dalam pengambilan
kebijakan seorang pemimpin, dalam realisasinya kebijakan pemindahan ibu kota
dari Jakarta ke Kalimantan tidak semulus dan semudah yang di bayangkan.
Banyak penolakan-penolakan terjadi, mulai dari penolakan warga Jakarta jika ibu
kota dipindahkan sampai penolakan yang digencarkan oleh warga Kalimantan sebagai lokasi ibu kota baru
Alasan-alasan penolakan pemindahan ibu kota yaitu pertama, alasan pemerintah memindahkan ibu kota tid
Kedua, biaya perpindahan ibu kota yang tidak sedikit, yaitu mencapai Rp466 triliun dan 19 persen yang m
keuangan negara yang masih mengalami beberapa persoalan, yaitu realisasi

penerimaan negara sangat rendah karena penurunan harga minyak dunia. 21 Tidak
hanya itu, dalam skema pembiayaan pemindahan ibu kota yang mana
menghabiskan dana sekitar Rp. 466,98 triliun ini bukan hanya membebankan
APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) dan KPBU (kerjasama

20
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190826085752-4-94513/ jokowi-pindahkan-ibu-
kota-4-ekonom-senior-ini-tak-setuju, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB.

2 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-a lasan-tolak-
dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24
7

pemerintah dan badan usaha) tetapi juga melibatkan pihak swasta yang mana itu
sangat menghawatirkan. Mengkhawatirkan karna jika pihak swasta ikut turut
dalam pembangunan ibu kota baru ini akan menimbulkan acaman bagi kedaulatan
NKRI dan itu merupakan kemafsadatan. Seharusnya dalam membangun pusat-
pusat pemerintahan pemerintah tidak usah melibatkan pihak swasta yang hanya
berorientasi pada keuntungan semata.
Ketiga, dari sisi sumber daya manusia (SDM) sebagai pendukung

berjalannya juga
pemerintah ibu kota barumemperhatikan
perlu yaitu para aparatur negara yang akan
ketersediaannya ikutinfrastruktur
fasilitas terdampak
dari pemindahan
pendukung ibunkota.
di bidang Banyaknya
pertahanan jumlah aparatur
di Kalimantan Timursipil negara
untuk (ASN)
menunjang
sebagai penggerak ibu kota yang mencapai 23 kemungkinan besar
dua juta orang
kebutuhan pertahanan dan berjalannya roda pemerintahan.
satu juta di antaranya harus terdampak ikut berpindah dengan rencana
pemindahan ibu kota negara. Hal ini akan menjadi permasalahan mikro, karena
pemindahan ASN tersebut tentunya kemungkinan besar akan dibarengi dengan
pemindahan keluarganya juga yang nantinya akan membutuhkan fasilitas-
fasilitas pendukung kehidupan, seperti hunian, sekolah, rumah sakit dan
sebagainya.22
Keempat, dari sisi pertahanan dan ketahanan negara, pemerintah harus
mempertimbangkan posisi Kalimantan Timur yang berdekatan secara geografis
dengan Laut Tiongkok Selatan yang saat ini sedang terjadi sengketa perairan
antara Tiongkok dengan beberapa negara Asia lainnya. Pemerintah harus turut
memperhitungkan perkembangan situasi politik regional dan global pada saat
ini. Sementara itu, alat utama sistem persenjataan dan infrastruktur pertahanan
Indonesia masih banyak terdapat di Pulau Jawa, sehingga akan

2 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-a lasan-tolak-
dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24

2 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-a lasan-tolak-
dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24
7

Kelima, pemindahan ibu kota negara diyakini akan mencerabut kehidupan


sosial masyarakat adat di Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan. Proyek pemindahan ibu kota menjadi semacam bom waktu
bagi kehidupan masyarakat adat. Budaya Dayak akan hilang seiring masuknya
pembangunan ibu kota negara di Tanah Bumbu. Proyek ibu kota pasti
menggusur masyarakat adat. Saat ini saja, warga adat sudah tergusur dan kerap
berkonflik dengan perusahaan tambang batu bara dan perkebunan sawit.
Terlebih, masyarakat merasa tidak mampu bersaing dengan para pendatang.24 Walaupun sudah diketahui b
Keenam, pemindahan ibu kota akan mengancam seluruh masyarakat adat di dataran Kalimantan. Khususn
menjadi korban terus-menerus dari degradasi lingkungan, dan langkah

pemindahan ibu kota ke Kalimantan ini secara fisik akan menghancurkan lebih
banyak lingkungan mereka.25
Kondisi fisik Jakarta karena polusi dan kepadatan yang berlebihan bukanlah
suatu alasan untuk pindah ke halaman belakang orang lain di mana hal yang sama
24
https://nasional.tempo.co/read/1224789/masyarakat-adat-menolak-pemindahan-ibu-kota-
negara-ke-tanah-bumbu/full&view=ok, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.31 WIB.

25
https://www.matamatapolitik.com/pemindahan-ibu-kota-indonesia-bahayakan-masyaraka
t-adat-news/, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.52
7

kemungkinan akan terjadi. Harus ada edukasi luas untuk memahami dampaknya.
Masyarakat adat di Kalimantan Timur akan kehilangan tanah dan mata
pencaharian mereka untuk membuka jalan bagi pembangunan ibu kota baru
tersebut. Relokasi pemukiman bukanlah solusi yang terbaik, karena jika relokasi
pemukiman menjadikan mereka tidak akan dapat mencari nafkah jika mereka
dikeluarkan dari tanah tradisional mereka.
Ketujuh, melihat pemindahan ibu kota dari sisi sengketa lahan. Sebelum

pemerintah
Sebagian mewacanakan
kecil sampai
dari mereka, memutuskan
terutama akan memindahkan
para pemuda, ibu operator
bekerja sebagai kota ke
Kalimantan,
mesin masyarakat
berat di Kalimantan
perusahaan sudah
perkebunan sering
sawit. berkonflik
Dulunya merekamemperebutkan
bisa mencari
lahan dengan
binatang buruan,perusahaan tambang
madu, rotan, dan perkebunan
sirap, damar. Hutan itu sawit
tempatyang
hidupmemiliki
mereka.
konsensi. semua
Sekarang Sebagian besarpunah
sudah wargakarena
adat memang tidak memiliki
hutan dibabat sertifikat
habis demi untuk
kepentingan
membuktikan
segelintir hak dibantu
orang yang kepemilikan
oleh paratanah mereka. Masyarakat
penguasa-penguasa zhalim. Kalimantan
bukannya terbantu dengan pemindahan ibu kota, justru akan semakin diberatkan
26
https://manado.tribunnews.com/2020/03/07/warga -adat-dayak-paser-menjerit-tolak-ibu-
dengan melawan dua raksasa berupa perusahaan dan negara
kota-dipindahkan-muda-mereka-dirampas-diambil-tanahnya?page=3, diakses dalam
pada 11kompetisi
Oktober
memperebutkan lahan. Itu semua akan menjadi beban yang baru bagi
masyarakat, yang kemarin mereka melawan perusahaan, sekarang mereka
melawan perusahaan dan negara. Pada akhirnya tanah mereka akan lebih mudah
dirampas dan diambil oleh perusahaan ataupun negara. 26 Selama bertahun-tahun
sengketa perebutan lahan terjadi di perkampungan adat mereka. Penyebabnya
adalah saling klaim lahan adat, transmigrasi, dan pembukaan hutan untuk
perkebunan sawit. Tanah yang diakuinya dimiliki secara turun-temurun semakin
sempit dan terkepung desa transmigrasi serta lahan perusahaan berlabel hak
guna usaha (HGU). Mayoritas

2020 pukul 00.38


7

Kedelapan, pemindahan ibu kota ke Kalimantan mengancam kelestarian


flora dan fauna endemik disana. Dapat diketahui jika membangun ibu kota di
Kalimantan yang wilayahnya dipenuhi dengan hutan tempat berbagai macam
flora dan fauna yang ada, pembukaan lahannya pasti menebang, membabat habis
hutan bahkan sampai membumi hanguskan hutan demi efisiensi pembukaan
lahan. Tindakan ini dapat mengancam bahkan sampai dapat membunuh berbagai
macam flora dan fauna yang ada. Dengan membuka hutan sudah pasti akan
membabat habis flora (tumbuhan) yang ada dan mengusir, menagkap, memburu, sampai mebunuh fauna (h

Timur selama ini dikenal sebagai "paru-paru dunia" karena luasnya hutan tropis di
pulau tersebut mencapai 40,8 juta hektare dan Kalimantan Timur menyumbang
12,6 juta hektare. Meskipun konsep yang ditawarkan pemerintah dalam
pembangunan ibu kota baru ini adalah forest city seperti di London, namun belum
ada konsep yang utuh yang ditawarkan pemerintah untuk mewujudkan hal
tersebut.27 Kabarnya para pejabat pemerintahan telah menyisihkan 180.000 hektar

dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24


27
7
https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-a lasan-tolak-pemin

dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24


7

(445.000 hektar) tanah pemerintah di Kalimantan Timur untuk pembangunan ibu


kota baru. Hal itu berarti pembukaan sejumlah besar hutan utuh dan lahan gambut
untuk pembangunan ibu kota baru yang nantinya akan membawa dampak buruk
terhadap eksistensi ekosistem dan sumber daya air di sana. Di daerah yang sudah
berada di bawah tekanan parah dari deforestasi, menghancurkan lahan gambut
akan melepaskan sejumlah besar emisi. Lahan gambut yang dikeringkan sangat
rentan terhadap kebakaran, dengan dampak lingkungan, ekonomi dan kesehatan
yang serius. Artinya pembukaan sejumlah besar hutan utuh dan lahan gambut untuk pembangunan ibu kota
Kesepuluh, Warga adat Dayak Paser di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), cemas lahan yang mereka
alih fungsi hutan demi perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kayu. Artinya,

pemindahan ibu kota ini kembali berpotensi menghilangkan hutan yang menjadi
sumber penghidupan mereka, dari pangan, papan, hingga persembahan untuk
ritual sakral adat warga Dayak Paser. Barbagai alasan penolakan ini tidak berlaku
jika pemerintah menjamin tatanan adat, situs dan hak-hak Warga adat Dayak,
mereka ingin daerahnya ramai, tapi bukan berarti menderita dan hanya menjadi
penonton.

28
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia -49591240, diakses pada 11 Oktober 2020
pukul 00.24
8

Menyimpulkan dari berbagai uraian di atas, dalam perspektif fikih siyasah,


pemindahan ibu kota ke Kalimantan jika dilihat dari kondisi Jakarta sebagai ibu
kota saat ini merupakan bentuk meraih kemaslahatan dan menghindarkan dari
kemafsadatan. Lain hal jika dilihat dari kondisi Kalimantan saat ini yang mana
pemindahan ibu kota ini banyak membawa kerusakan atau kemafsadatan, pertama
mencerabut kehidupan sosial masyarakat adat dan dapat menghilangkan
kelestarian budaya Dayak seiring masuknya pembangunan ibu kota negara.
Kedua, Mereka terancam kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, ribuan penduduk asli juga kem

artinya “menghilangkan mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat.” Dari uraian diatas dengan meru
satwa serta kebudayaan harus lebih dahulu dijaga. Menutup atau mencegah

kemafsadatan dari pemindahan ibu kota ke Kalimantan lebih baik ketimbang


mengabil kemaslahatan untuk pemindahan ibu kota Jakarta.
Namun, jika pemerintah tetep bersikukuh dalam pemindahan ibu kota ini,
maka pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis dalam menangani
penolakan-penolakan yang terjadi dengan berbagai macam jaminan yang akan
diberikan pemerintah kepada masyarakat Kalimantan sebagai pribumi ibu kota
baru dan menjamin keberlangsungan flora dan fauna Kalimantan serta menjamin
keberlangsungan hutan tropis Kalimantan sebagai paru-paru dunia.
8

Langkah-langkah strategis ini dapat dilakukan dengan membuat UU


tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat. Itu penting agar
eksistensi adat tak pudar sering pemindahan Ibu kota negara ke Kaltim.
Memfasilitasi pemetaan wilayah adat di PPU terutama di daerah calon ibu kota
negara. Menyelesaikan konflik-konflik agraria, lahan antara masyarakat adat
Paser dan PPU dengan perusahaan. Melibatkan utusan masyarakat adat Paser dan
PPU dalam seluruh penentuan kebijakan ibu kota negara baik dalam persiapan
maupun selama proses pembangunan. Pembangunan ibu kota negara haruslah bercita rasa nusantara dalam
Selanjutnya pemerintah juga harus menyusun langkah strategis nasional berkaitan dengan dampak lingkung
Dengan dilaksanakannya langkah-langkah strategis ini, akan berdampak pada diterimanya kebijakan pemin
pemindahan ibu kota ini juga menjadi salah satu instrumen pemerintah dalam

langkah pemerataan ekonomi, mengikisi sedikit demi sedikit ketimpangan antara


pulau jawa dan luar jawa, pemerataan pembangunan, pemerataan bonus demografi
yang akan di alami Indonesia beberapa tahun kedepan, dan pastinya dapat
membuka lapangan pekerjaan baru di lokasi ibu kota baru. Artinya kebijakan ini
berorientasi pada kemaslahatan untuk masa depan seluruh rakyat Indonesia.
Kebijakan Pemindahan Ibu Kota ini juga menjadi cikal bakal terbentuknya
UU tentang ibu kota yang sampai sekarang masih rancu dan hanya bergantung
pada UU no 29 tahun 2007 tentang DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia.
8

Artinya dengan terbentukya UU tersebut manjadi jelas tentang kepastian hukum


pengaturan ibu kota.
8

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil


kesimpulan bahwa:
1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota Jakarta, yaitu

meraih
pertama,kemaslahatan pemindahan
kepadatan perkotaan ibu terdiri
yang kota ini dengan
dari; berbagai
kepadatan macam
penduduk,
jaminan yanggedung
kepadatan akan diberikan pemerintah
dan bangunan, kepada kegiatan
kepadatan masyarakat Kalimantan
pembangunan
sebagai pribumi
perkotaan, ibu kota
kepadatan lalubaru dankendaraan
lintas menjaminbermotor.
keberlangsungan
Kedua, flora dan
bencana
fauna
banjir.Kalimantan
Ketiga, serta menjamin
ancaman ROBkeberlangsungan hutan
(banjir air laut tropis Kalimantan
pasang). Keempat,
sebagai paru-paru
eksploitasi dunia.
(pengambilan) air tanah secara berlebihan. Dengan melihat
Selain
faktor itu,
tersebut
berdasarkan
memperlihatkan
atas pemaparan
betapa pada
mengerikannya
bab-bab sebelumnya,
kondisi fisik
penulis
kota
mengambil
Jakarta,
kesimpulan
sudah begitu
bahwarapuh,
Pemindahan
keropos,
Ibu terlalu
Kota Negara
padat Republik
dan sesak,
Indonesia
terlalu
akan memberikan
semrawut, dan
akibat
tidak
hukum
nyaman,
terhadap
demi menghindari
kekhususan yang
kemafsadatan
dimiliki oleh
dan Jakarta,
meraih
kemaslahatan bersama, perlu adanya pemindahan ibu kota untuk
mengindari bencana- bencana yang kiranya dapat melanda di masa yang
akan datang.
2. Ditinjau dari perspektif fikih siyasah, pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke
Kalimantan dapat dijalankan demi kemaslahatan bagi bangsa. Presiden
selaku kepala negara mempunyai hak dan wewenang untuk mengambil
kebijakan politik untuk kepentingan bangsa dan negara. Dalam hal
pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota, demi meraih
8

dan pastinya akan dirubahnya UU Nomor 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan


Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta akan munculnya produk hukum baru berupa UU yang
mengatur lebih spesifik tentang ibu kota negara.

B. Saran-Saran

1. Bagi pemerintah Indonesia, agar pemindahan ibu kota ini berjalan lancar
perlu segera dibuat aturan hukumya bersama dengan DPR, dan hendaknya

Pemerintah Indonesia membuat kebijakan yang medatangkan


kemaslahatan bukan hanya untuk ibu kota baru atau ibu kota yang
ditinggalkan, melaikan juga kota-kota yang bersebelahan dengan Jakarta
perlu juga diberi perhatian lebih, serta agar pemerintah Indonesia lebih
memperhatikan kehidupan warga adat di Kalimantan dan dampak
lingkungan dalam pemindahan ibu kota ini.
2. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoneisa (DPR-RI) selaku
wakil rakyat agar selalu mengawasi kinerja pemerintah serta membuat
kebijakan yang berorientasi kepada kemaslahatan rakyat atau kebijakan
yang menghidarkan terjadinya kemafsadatan supaya Indonesia menjadi
negara yang sejahtera.
3. Bagi masyarakat Indonesia, diharapkan untuk selalu mengawasi kinerja
pemerintah dalam pengambilan kebijakan, agar kebijakan yang diambil
tidak akan merugikan rakyat Indonesia dan agar mendatangkan
kemaslahatan bagi rakyat. Bagaimanapun rakyat merupakan salah satu
komponen negara yang dapat melakukan chek and balance atas
pemerintahan yang sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Adisasmita, Rahardjo dan Sakti Adji Adisasmita. Logika Pemindahan Ibu Kota
Jakarta. Yogyakarta: Garaha Ilmu. 2011.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. 2018.

Asmawi. Perbandingan Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. 2013.

Ayuni, Khelda dan Abd. Rais Asman. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
Mitra Wacana Media. 2016.

Dahlan, Abd. Rahman. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. 2011.

Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam


dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis. Jakarta:
Kencana. 2014.

Hassan, Hassan Ibrahim. Tarikh al-Islam al-Siyasah wa al-Ijtima’I. Kairo:


Maktabah al Nahdhah. 1976.

Ibn al-Atsir. Al-Kamil fi al-Tarikh. Beirut: Dar al-Shadir. Jilid 5. 1965.

Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta:


Prenademedia Group. 2016.

Mawardi, Al-Imam. Hukum Tata Negara Dan Kepemimpinan Dalam Sejarah


Islam. Jakarta: Gema Insani. 2000.

Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2014.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta: UI Press. 1990.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo


Persada. 2003.

Syarif, Ibnu Mujar dan Khamami Zada. Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran
politik Islam. Jakarta: Erlangga. 2008.

8
JURNAL

Artikel Asmawi. Konseptualisasi Teori Maslahah. Jurnal Salam Filsafat dan


Budaya Hukum Vol 12, no. 2, Desember 2014.
Artikel Frederikus Fios. Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya
Bagi Praktik Hukum Kontemporer. Humaniora. Vol. 3, No. 01, April
2012.
Artikel H. M Yahyaa. Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera. Jurnal
Studi Agama dan Masyarakat Vol. 14, No. 01, Juni 2018.
Artikel Munawir Haris. Situasi Politik Pemerintahan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Tasamuh: Jurnal St
Artikel Linda Firdawaty. Negara Islam Pada Periode Klasik. ASAS, Vol. 7, No.1, Januari 2015.
Artikel Wesley Liano Hutasoit. Analisis Pemindahan Ibu Kota Negara. Dedikasi, Vol. 19, No. 2, Desembe
Artikel A. Najili Aminullah. Dinasti Bani Abbasiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual.
Artikel Muhammad Ali Rusdi. Maslahat Sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum Islam. Syariah
Artikel Mundzirin Yusuf. Khalifah Al-Mu’tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah.
Artikel Muskana Pasaribu. Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum Islam. Justi
Artike M. Affan. Kesultanan Utsmani (1300-1517): Jalan Panjang Menuju Kekhalifahan. Tamaddun Vol. 6

Artike Urbanus Ura Weruin. Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para
Filsuf Bagi Etika Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis. Vol. 3,
No. 2, Oktober 2019.
Edward Schatz. When Capital Cities Move: The Political Geography Of Nation
And State Building. Working Paper. Kellog Insititute, Februar 2003.
Scott Campbell, The Enduring Importance of National Capital Cities in the Global
Era. Working Paper: Urban and Regional Planning Program. College of
Architecture and Urban Planning University of Michigan. 2003.

8
Skripsi Ecky Agassi “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemindahan Ibu
Kota Negara,” Skripsi Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor
Artikel Sutikno. Perpindahan Ibu Kota Negara Suatu Keharusan Atau Wacana.
Pusat Studi Bencana. Universitas Gadjah Mada. 2007.
Deden Rukmana, Pemindahan Ibu kota Negara. Artikel Asisten profesor dan
koordinator program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah
State University. AS.
Mini-Dissertation Denys Reva “Capital City Relocation and National Security: The Cases Of Nigeria

Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1961 Tentang Pemerintahan Daerah Khusus
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1964 Tentang Pernyataan Daerah Khusus Ibu
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1990 Tentang Sususnan Pemerintahan Daerah
Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor34Tahun1999

Tentang Republik
Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Negara Indonesia Jakarta

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibu kota Jakarta Sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Terutama pasal 4, pasal 5 Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta
Sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Terutama pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008
tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembagunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024 Lampiran II Proyek Prioritas
Strategis.

8
WEB
https://kellogg.nd.edu/sites/default/files/oldfiles/documents/303.pdf, diakses pada
15 Oktober 2019, Pukul 18.56 WIB.
http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/ index.php/jsam/article /view/779, diakses
pada 13 Maret 2020, Pukul 2.19 WIB.
https://is.cuni.cz/webapps/zzp/download/130148196, diakses pada 15 Desember
2019, Pukul 2.19 WIB.
https://tataruang.atrbpn.go.id/Bulletin/upload/data_artikel/edisi5i.pdf diakses pada
22 Agustus 2020 Pukul 00.43 WIB.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/67919/1/H13eag.pdf,
diakses pada 15 Oktober 2019, Pukul 19.57 WIB.
http://repositori.kemdikbud.go.id/1128/, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul
2.08 WIB
https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/60413/Reva_Capital_2016.pdf?
Sequen ce=1&isAllowed=y, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 5.13
WIB
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/58, diakses pada 15 Oktober 2019, Pukul
19.55 WIB.
https://www.ksi-indonesia.org/old/document/material/Modul-Pelatihan-Analis-
Kebijakan.pdf, diakses pada 15 Oktober 2019, Pukul 19.37 WIB.
https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai_kartanegara_ibu_
kota_baru, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13 WIB.
https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di istana-negara-
provinsi-dki-jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.24 WIB.
https://www.theindonesianinstitute.com/wpcontent/uploads/2019/09/MENYOAL-
PEMINDAHAN-IBU-KOTA_VUNNY_PENELITI-SOSIAL-TII_TIF-
57.pdf, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 5.13 WIB

8
LAMPIRA
Peta Adat Ibu Kota Baru

Anda mungkin juga menyukai