SKRIPSI
Oleh :
Oleh :
Fajar Alief Muhammad
NIM : 11170453000021
SKRIPSI
Oleh :
Fajar Alief Muhammad
NIM : 11170453000021
Pembimbing
i
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
v
4. Bapak Dr. Atep Abdurrofiq, M.Si, Dosen Penasihat Akademik dan juga
sebagai Pembimbing Skripsi yang sudah meluangkan waktu nya untuk
penulis dan selalu sabar dalam memberikan bimbingan, masukan serta
arahan agar skripsi ini berjalan dengan baik hingga selesai.
5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya dosen Program Studi Studi Hukum Tata Negara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan ikhlas. Semoga
Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa serta menjadikan semua
kebaikan mereka sebagai amal jariyah.
6. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini
7. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak H. Muhammad Irdamsyah dan Ibu
Hj. Wiwi Mardinialis, serta adik saya yaitu Fazhariah Irdamsyah yang
selalu memberikan motivasi serta do‟a nya agar penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik
8. Ketua Kopri PMII Komfeis Arda Sa‟adah Septianti sekaligus sebagai
support system terbaik yang selalu memberikan semangat, motivasi,
dukungan, usaha serta doa dan juga menampung semua keluh kesah
penulis
9. Keluarga Besar Prodi Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
10. Rekan-rekan seperjuangan DEMA FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2019/2020
11. Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat yang
telah menaungi dari awal perjuangan di tanah ciputat dan jadi tempat
berpulang selama kuliah di tanah rantau
12. Dunsanak Kepengurusan KMM Ciputat 2018/2019 dan juga SASESO 16
terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang berharga nya selama ini
vi
13. Uda/Uni KMM Ciputat angkatan 2012-2015 yang telah menjadi mentor
dan senantiasa memberikan arahan dalam berproses di KMM Ciputat
14. Dunsanak Seperjuangan di tanah rantau, sanak Fauzi dan sanak Yogi yang
selalu menemani keseharian dan kesibukan penulis di Surau Imam Bonjol
Ciputat
15. Keluarga Besar HIMAPOKUS Jabodetabek yang telah menjadi ruang
silaturrahmi Alumni di tanah rantau
16. Keluarga Besar PMII Komfaksyahum dan Keluarga besar PMII Hukum
Tata Negara (Sahabat Siyasah) Terima kasih sudah mengajarkan banyak
pengalaman berorganisasi dan telah menjadi keluarga kedua bagi penulis.
17. Sahabat satu Pengurusan Komisariat PMII Komfaksyahum, Muhammad
Izzul Aulia, Diyaul Haq, Ahmad Syauqibiek, Ahmad Mathori, Ilham
Khadi, Ucup Burhan dan Hasbi Hadziki yang memberikan semangat
penulis dalam menyelesaikan Skripsi, dan menjadi inspirasi dalam
berproses.
18. Sahabat produktif dari awal jumpa kuliah, Sahabat Agil Alfandy, Annisa
Desiana, Denis Kurniawan, Siti Amaliah, Ilfah Lutfiah, Khayatunnufus,
Fahmi Islami, Aditya Pradana, Nur Afni yang telah menularkan
keproduktifan nya kepada penulis selama ini
19. Keluarga Besar Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS)
terkhusus untuk Ubay, Akbar, Agil, Ikhsan, Aldi, dll yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu
20. Keluarga besar Hukum Tata Negara angkatan 2017 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas ilmu,
pengalaman dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
Strata 1 (S1).
21. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) ORION 101 2020, terima kasih
atas kebersamaan, pengalaman, dan dukungannya selama ini.
22. Teman-teman KKN DR 2020, yang terdiri dari berbagai kampus UIN
Sultan Syarif Kasim Riau dan UIN Imam Bonjol Padang
vii
23. Rekan-rekan Seperjuangan Persatuan Mahasiswa Kanagarian Mungka
(PMKM) yang telah memberikan inisiasi wadah mahasiswa di kampung
halaman
24. Terkhusus Sahabat senior PMII Hukum Tata Negara M. Wahid Hussein
dan juga Rendro Prastyan Winanta yang telah meberikan sumbangsih
ilmu, ide serta gagasan nya yang tak terhitung selama ini
25. Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, namun
tidak sedikit pun mengurangi rasa ta‟zim dan hormat penulis. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Amin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ix
B. Riwayat Pendidikan dan Karya-karya KH. Ahmad Dahlan .......................36
B. Kiprah dan Peran KH. Ahmad Dahlan dalam Moderasi Beragama dan
Berbangsa di Indonesia ..............................................................................53
A. Kesimpulan.................................................................................................68
B. Rekomendasi ..............................................................................................69
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1
Haedar Natsir, Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologis, (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2019), hlm. 179.
2
Munawir Sjadzali., Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. (Jakarta: UI Press,
1990) cet. 1.
3
Sutrisno, Imam hadi, “Kajian Ekspedisi Pamalayu Dalam Konsep Nasionalisme Majapahit”.
Seuneubook Lada: Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Sosial, Budaya, dan Kependidikan. Vol 5, No. 1,
2018, h. 9.
3
4
Fahri, Mohamad, and Ahmad Zainuri. “Moderasi Beragama Di Indonesia”. Intizar 25, no. 2
(April 28, 2020): 95-100. Accessed November 2, 2022.
4
5
Muljana, Slame, Runtuhnya Kerajaan Hindu- Jawa dan Timbulnya NegaraNegara Islam di
Nusantara. Yogjakarta, 2007
5
bercerai. Persoalan ini akan semakin rumit ketika pihak luar turut bermain
dengan segala macam agenda nya. Di titik inilah diperlukan upaya-upaya
serius untuk terus menerus mendorong masyarakat indonesia menuju titik
persamaan sehingga terbentuk idealitas persaudaraan berbasis keyakinan.
6
Iffati Zamimah, “Moderatisme Islam Dalam Konteks Keindonesiaan”, Junal Ilmu Al-Quran Dan
Tafsir, Volume. 1, No. 1 (2018), H. 75
7
Abd al-Wahhab Khallaf, Ilm Usul Fiqh (Dar al-Khuwayriyah, 1969), h. 11
6
8
Badri Yatim, Soekarno, Islam Dan Nasionalisme, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 58.
9
Sekar Ayu Aryani, Orientasi Sikap dan Perilaku Keagamaan, Jurnal Religi, Vol. XI, No. 01,
Januari 2015. h. 59
10
Acep Zamzam Noor and Zuly Qodir dkk, Muhammadiyah Bicara Nasionalisme
(Yogyakarta:Ar-RuzzMedia,2011). h. 84–85.
7
11
M. Yusron Asrofie, Kyai Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya, (Yogyakarta:
MPKSDI PP Muhammadiyah, 2005), hlm. 6.
8
2. Pembatasan Masalah
Dalam memahami penelitian ini, peneliti memberikan batasan
pokok penelitian terkait “Pemikiran dan Kiprah KH. Ahmad Dahlan
dalam moderasi beragama dan berbangsa tahun 1912-1923”. Cakupan
waktu dalam studi ini, antara tahun 1912-1923, merujuk pada periode
awal Muhammadiyah (1912) didirikan sampai pada meninggalnya KH.
Ahmad Dahlan (1923).
3. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang moderasi
beragama dan berbangsa?
b. Bagaimana kiprah dan peran KH. Ahmad Dahlan dalam moderasi
beragama dan berbangsa di Indonesia?
c. Mengapa KH. Ahmad Dahlan mengembangkan konsep moderasi
beragama dan berbangsa?
9
2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bermanfaat bagi
pihak yang memiliki kepentingan dengan Penelitian Hukum ini, yaitu :
a. Secara Teori
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah
memberikan penjelasan tentang konsep dan peimplementasian
Moderasi Beragama dan Berbangsa di Indonesia menurut pemikiran
KH. Ahmad Dahlan.
b. Secara Akademis
Skripsi ini dapat menambah Literatur penelitian pustaka dan
refrensi bacaan dalam rangka memajukan keilmuan Hukum Tata
Negara serta menambah kepustakaan khususnya konsep moderasi
beragama dan berbangsa, Biografi KH. Ahamad Dahlan, serta
perjalanan peran dan kiprah beliau semasa hidup nya dalam gerakan
keagamaan dan kebangsaan.
c. Secara Praktis
Penelitian dapat menjadi literatur bacaan yang bermanfaat
dalam hal memberikan informasi, sumbangan pemikiran dan
10
terkait peran dan kiprah K.H Ahmad Dahlan dalam moderasi beragama
di daerah Kauman. Persamaan dengan penulisan ini bahwa
mendeskripsikan terkait konsep Moderasi Beragama sedangkan
Perbedaan dengan penulisan ini adalah skripsi ini hanya membahas
terkait konsep Moderasi Beragama dan terfokus hanya di daerah
Kauman saja.
4. Jurnal tentang “Moderasi Beragama Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah dalam Konsep Islam Nusantara dan Islam
Berkemajuan” yang ditulis oleh Nasikhin dan Raharjo dalam Islamic
Review Jurnal Riset dan Kajian Keilmuan, diterbitkan pada April
2022. Jurnal ini membahas terkait ajaran moderasi beragama Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah dalam konsep Islam Nusantara dan Islam
Berkemajuan serta kaitannya dengan ayat-ayat Al-Qur‟an, persamaan
dengan penulisan ini adalah sama-sama mendeskripsikan dan
membahas Moderasi Beragama menurut pandangan Muhammadiyah
dan Perbedaan dengan penulisan ini adalah, jurnal ini membahas
Moderasi Agama dalam pandangan Nahdlatul Ulama juga.
5. Jurnal tentang "Moderasi beragama dalam keragaman Indonesia”
yang ditulis oleh Agus Akhmadi dalam Inovasi-Jurnal Diklat
Keagamaan 2019. Jurnal ini membahas mengenai keberagaman
budaya dan kemajemukan bangsa Indonesia, persamaan dengan
penulisan ini adalah sama-sama membahas mengenai konsep Moderasi
beragama, sedangkan perbedaan nya adalah, pada penulisan ini tidak
memakai pemikiran K.H Ahmad Dahlan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini termasuk dalam penelitian pustaka
(library research). Penelitian pustaka adalah penelitian yang diguakan
dengan menunggunakan literature (kepustakaan) baik berupa buku,
catatan; maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu yang
12
3. Sumber Penelitian
a. Sumber data Primer; Literatur terkait Pemahaman Konsep
Moderasi Keagamaan dan Kebangsaan pemikiran KH. Ahmad
Dahlan, dan juga buku-buku yang didalamnya membahas
mengenai konsep moderasi keagamaan dan kebangsaan.
b. Sumber data Sekunder, yaitu bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku,
jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan literatur lain yang berkaitan
dengan pokok penelitian.
c. Sumber data Tersier yaitu bahan yang sifatnya menjelaskan tentang
bahan hukum primer dan sekunder, terdiri dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Istilah Hukum, dan Ensiklopedia.
4. Metode Pendekatan
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif di mana pada
jenis penelitian ini menggunakan metode Library Research (penelitian
kepustakaan) kemudian akan dianalisis secara komprehensif terkait dengan
12
Fahmi Ahmadi dan Jenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat : Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38
13
5. Analisis Data
Penelitian akan menggunakan analisis kualitatif, dimana data yang
diperoleh akan diurai dan dikelompokkan sesuai dengan permasalahan.
Dalam langkah selanjutnya maka data tersebut akan dianalisis dengan
membahas dan menafsirkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan kesimpulan.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017”.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab, dengan
sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Dalam Bab ini merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Review Srudi Terdahulu, Kerangka Teori,
Metodologi Penelitian dan Sistmetaika Penulisan.
13
Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Banyumedia
Publishing 2005), h. 311
14
BAB V : Penutup
Dalam Bab ini merupakan Penutup yang berisi Kesimpulan yang
menjawab Rumusan Masalah dan Rekomendasi dari penulisan
tentang penelitian ini dan dilengkapi Daftar Pustaka.
BAB II
MODERASI BERAGAMA DAN BERBANGSA DI INDONESIA
14
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian
RI, cet. 1, 2019), h. 15
15
Babun Suharto, Moderasi Beragama dari Indonesia Untuk Dunia, (Yogyakarta: LKIS, 2019), h.
22
15
16
Liberal dalam arti pemahami Islam dengan standar hawa nafsu dan
murni logika yang cenderung mencari pembenaran yang tidak ilmiah.16
16
Afrizal Nur dan Mukhlis Lubis. Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran; (Studi Komparatif
Antara Tafsir Al-Tahrîr Wa At-Tanwîr Dan Aisar At-Tafâsîr). Jurnal: An-Nur, Vol. 4 No. 2, h.
2015.
17
K.H Afifudin Mhajir, Membangn Nalar Islam Moderat (Kajian Metodologi), (Jawa Timur:
Tawirul Afkar, 2018), h. 5
18
M. Quraish Shibab, Wasathiyyah: Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama, (Tanggerang:
Lentera Hati, 2020), h. 43
17
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti tidak terbagi atau
utuh. Oleh karena itu, tujuan persatuan adalah untuk menyatukan
budaya yang berbeda menjadi satu kesatuan yang harmonis hingga
mencapai terwujudnya suatu konsep Moderasi Berbangsa. Persatuan
Indonesia adalah persatuan bangsa-bangsa yang hidup di wilayah
19
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,”Tanya Jawab Moderasi Beragama”,
Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019. iv, h. 1-2
18
20
Hanafi, “Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol. 3, No. 1, 2018, h. 57..
21
Khairan Muhammad Arif, Islam Moderasi: Tela‟ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyyah
Islam, pespektif Al-Qur‟an dan As Sunnah, Menuju Islam Rahmatan Li AlAlamin, (Jakarta:
Pustaka Ikadi, 2020), h. 82-85
19
memiliki solusi atas ujian dan fitrah yang dihadapi manusia.. akan
tetapi nashnash Al-Qur„an dan As-Sunnah hidup bersama manusia,
mendengar dan merasakan problematika manusia, serta
mengakomodir hajat hidup manusia, baik secara personal maupun
kolektif, nash-nash syariah, mengakomodir kebutuhan dan kondisi
manusia, baik sekarang maupun yang akan datang, yang dangkal
maupun yang mendalam, kecil maupun besar. Islam memberikan obat
penawar bagi seluruh kebutuhan dan hajat manusia, sebab Islam telah
memasuki berbagai macam peradaban dan telah memberikan solusi
manusia, bukan dalam waktu singkat, melainkan selama empat belas
abad, baik di timur maupun barat, utara dan selatan dan semua jenis
bangsa dan geopolitik pada manusia”.
a. Khariyah (kebaikan)
Ibnu Katsir berkata, Makna wasath di sini adalah yang terbaik.
Sebagaimana jika disebutkan untuk orang-orang Quraisy; dia adalah
awasath Arab, maka yang dimaksud adalah kelebihan dari sisi nasab
dan tempat tinggal, yakni yang terbaik. Imam Ath-Thabari memastikan
akan kebaikan umat (ummat wasthan). Dari apa yang telah dipaparkan,
maka jelaslah bagi kita bahwa Al-Khairiyah adalah salah satu kata
yang menafsirkan makna al-Wasathiyyah.
b. Adil
Imam Al-Qurthubis menyebutkan bahwa kata wasath
(pertengahan) maknanya adalah al-„Adl (adil). Asalnya adalah, bahwa
paling terpujinya sesuatu adalah yang di tengah-tengah. Kemudian Al-
Qurthubi berkata Ulama–nya kami berkata, Tuhan kami
memberitahukan kepada kami dalam kitab-Nya dengan apa yang lebih
diberikan kepada kami berupa kemuliaan dengan katakter keadilan
22
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Wasathiyah Dalam Al-Qur‟an Nilai-Nilai Moderasi Islam dalam
Akidah, Syariat, dan Akhlak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cetakan. 1, 2020), h. 79
22
d. Hikmah
Hikmah adalah sesuatu yang mencegah dari kebodohan. Maka ilmu
disebut juga hikmah, sebab mencegah seseorang dari kebodohan.
Dengan ilmulah diketahui pencegahan dari kebodohan, yang tak lain
(kebodohan itu) adalah setiap perbuatan yang jelek.
e. Istiqamah
Ar-raghib Al-Asbahani mengatakan Istiqamah insani (istiqomah
manusia) artinya adalah komitmen menempuh manhaj yang lurus
(mustaqim), seperti firman-Nya. sesungguhnyan orang-orang yang
mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqamah
(mengukuhkan pendirian mereka)”.
f. Bayniyah (Pertengahan)
Sifat al-bayniyah adalah hal penting untuk menentukan
wasathiyyah yang sebenarnya. Al-Bayniyah ini bukan hanya
berhubungan dengan tempat, ini yang memberi indikasi atas adanya
tawazun (keseimbangan), Istiqomah, dan adil. Inilah yang kemudian
23
23
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama,(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian
RI, cet. 1, 2019), h. 19.
24
Disepakati oleh para ahli tafsir klasik maupun modern, bahwa arti
sesungguhnya dari moderat atau wasahan adalah keadilan dan kebaikan.
Oleh karena nya tidak ada moderasi tanpa keadilan dan tidak ada keadilan
tanpa moderasi, semakin moderat sebuah sikap terhadap lingkungan dan
manusia, maka semakin adil dan baik pula hidup mereka. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa moderasi harus melahirkan keadilan dan kebaikan
bukan sebaliknya, kapan sebuah pemikiran dan sikap dipandang adil dan
baik, maka itu adalah moderasi.
۟ ُٱَّللُ ُمُت
َّ ُا ثُ َّم أَحْ ٰيٍَُ ْم ۚ إِ َّن
َٱَّللَ نَ ُذ ِ ُُْف َح َذ َر ْٱن َم
َّ ث فَقَا َل نٍَُ ُم ۟ نَ ْم تَ َز إنَى ٱنَّ ِذيهَ َخ َزج
ٌ ُُُا ِمه ِد ٰيَ ِز ٌِ ْم ٌََُ ْم أُن ِ
ٰ
ِ َّاص ََنَ ِك َّه أَ ْكثَ َز ٱنى
َاص ََل يَ ْش ُكزَُن ِ َّفَضْ ٍم َعهَى ٱنى
Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar
dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya)
karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu",
kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai
karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur”.
(Q.S Al-Baqarah : 243)
24
Khairan Muhammad Arif, Islam Moderasi: Tela‟ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyyah
Islam, pespektif Al-Qur‟an dan As Sunnah, Menuju Islam Rahmatan Li AlAlamin, (Jakarta:
Pustaka Ikadi, 2020), h. 73-80
25
25
Said bin Ali Al-Qahthani, Dakwah Islam dan Dakwah Bijak, {Jakarta: Gema Insani Press,
1994}, cet. Ke-1, h. 123
26
Mansur, Syafiin. Kebebasan Beragama dalam Piagam Madinah, UIN Sultan Maulana
Hasanudin, Banten, Agustus 2017, h. 6-8
28
yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa inkar kepada taghut
dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah berpegang teguh
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” [QS. Al-Baqarah [2]: 256].
5. Adanya bibit-bibit kecemburuan, ketidaksukaan dan permusuhan
antara suku yang satu dengan yang lain serta dengan kaum Muslimin
yang bisa menyebakan perpecahan dan peperangan mengatas namakan
agama. Sebab kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikan berusaha untuk
memadamkan cahaya agama Allah “Orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan senang kepadamu [Muhammad] sebelum engkau mengikuti
agama mereka. Katanlah: Sesunggunya petunjuk Allah itulah petunjuk
[yang sebenarnya]. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka
setelah ilmu [kebenaran] sampai kepadamu, tidak aka nada bagimu
pelindung dan penolong dari Allah” [QS, Al-Baqarah [2]: 120].
Bahkan mereka berusaha untuk terus memadamkan cahaya Islam
sebagai agama Allah Yang Sempurna.
6. Adanya kota Yasrib berubah namanya menjadi Kota Madinah yang
harus dijaga keamanan, kebebasan, kedamaian dan kebersamaan
dengan masyarakat Madinah dari musuh-musuh yang akan memecah
belah kekuatan dan kesatuan, kedamaian dan ketenangan, perdamaian
dan keadilan yang harus dijaga bersama “Dan persiapkan dengan
segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang
kamu miliki dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh
Allah dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya,
tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak
akan dizalimu” [QS. Al-Anfal [8]: 60].
7. Adanya Nabi Muhammad SAW. sebagai kepala Negara di Madinah
yang sangat bijaksana, penuh kasih sayang dan keras dalam kezaliman
dan lemah lembut dalam keimanan dan kebenaran serta selalu
mengedapan kebaikan dan kedamaian, bukan kekerasan dan
30
27
Fauzi, “Menyamai Perdamaian di Negeri Berjuta Perbedaan, Belajar dari Cara Nabi
Muhammad Saw. Membangun Toleransi”, dalam Rahmad Asril Pohan, Toleransi Inklusif
Menapak Sejarah Kebebasab Beragama Dalam Piagam Madinah, {Yogyakarta: Kaukaba
Dipantara, 2014}, cet. Ke-1, h. 12-14
31
28
Ja‟far Subhani, Ar-Risalah Sejarah Kehidupan Rasulullah Saw., {Jakarta: Lentera Basritama,
1996}, cet. Ke-1, h. 297
29
Sayuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, {Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994}, cet. Ke-1, h. 157-166
33
30
Agus Susilo, Andriana Sofiarini, Gajah Mada sang Maha Patih Pemersatu Nusantara dibawah
Majapahit Tahun 1336 – 1359 M, Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
(KAGANGA) Volume 1, No 1, Juni 2018, h. 69
31
Muljana, Slame, Runtuhnya Kerajaan Hindu- Jawa dan Timbulnya NegaraNegara Islam di
Nusantara. Yogjakarta, 2007
34
32
Adaby Darban, Sejarah Kauman menguak identitas kampung Muhammadiyah. (Yoyakarta.
Suara Muhammadiyah. 2010) h. 2
BAB III
RIWAYAT HIDUP KH. AHMAD DAHLAN, KARYA DAN
PEMIKIRANNYA
33
Adi Nugroho. Biografi Singkat KH. Ahmad Dahlan. (Yoyakarta, Garasi, 2018). h.11
35
36
35
Imron Mustofa. KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun. (Yogyakarta, Diva Press, 2018). h. 27-30
38
36
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 2005
cetakan 3, h.38
37
Muhammad Soedja, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, Jakarta : Rhineka Cipta, h. 202
39
38
Junus Salam, K.H Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, Banten : Al-Wasat, h. 59
40
39
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 2005
cetakan 3, h. 41-42
42
42
Munir Mulkhan SU, Pesan dan Kisah KH Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah,
(Jakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), h. 13.
44
43
Dokumen Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, h. 25.
44
Syarifuddin Jurdi, Muhammadiyah dalam Dinamikan Politik Indonesia 1966-2006,
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2010). h. 80-81
45
Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,
1997. h. 78
46
EXTRACT uit het Register den Besluiten van de Gouverneur General van Nederlandsch-Indie.
Buitenzorg, den 22 sten Augustus 1914, No. 81.
45
47
UITREKSEL, uit het Register den Besluiten van de Gouverneur General van Nederlandsch-
Indie. Batavia, den 16 Augustus 1920, No. 40.
48
UITREKSEL, uit het Register den Besluiten van de Gouverneur General van Nederlandsch-
Indie. Batavia, den 2 September 1921, No. 36.
49
Abu Mujahid, Sejarah Muhammadiyah: Gerakan “Tajdid” di Indonesia bagian I. ( Bandung:
Too Bagus Publishing, 2013), h. 200
46
50
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 2005
cetakan 3, h. 48
47
51
Rubrik Bingkai pada suara Muhammadiyah edisi 24, Th Ke-94 16-31 Desember 2009, h. 28
52
M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 112
48
53
Musthofa Kamal Pasha dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid, (Yogyakarta: Citra Karsa
Mandiri, 2003), h. 90
49
yang besar baik segi materi maupun sisi yang lain.65 Berikut ini beberapa
pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan54 :
54
Abdul Munir Mulkan, Pemikiran KHA Dahlan dan Muhammadiyah, (Jakarta: Bumi Aksara,
1990), h. 225
BAB IV
MODERASI BERGAMA DAN BERBANGSA MENURUT PEMIKIRAN
KH. AHMAD DAHLAN DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA
Atas dasar tersebut lah KH. Ahmad Dahlan secara konseptual telah
menyebarkan misi moderasi beragama dengan bahasa lain “agama fitrah”
yang mengartikan bahwa beragama itu sesuai dengan fitrah yang
menerima segala perbedaan tidak ekstrem kanan ataupun ekstrem kiri.
Sehingga agama fitrah akan maksud dan tujuan manusia menuju
keselamatan Dunia dan Akhirat. Adapun jalan untuk mencapai maksud
dan tujuan manusia tersebut harus dengan mempergunakan akal yang
sehat. Artinya ialah akal yang tidak terkena bahaya yang mana akal yang
sehat ialah akal yang dapat memilih segala hal dengan cermat dan
pertimbangan, kemudian memegang teguh hasil pilihannya tersebut. Akal
50
51
55
Transkrip Pidato KH. Ahmad Dahlan, Tali Pengikat Hidup Manusia, Cirebon 1922
56
KRH. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan 7 Falsafah dan 17 kelompok Ayat Al-Qur‟an,
(Yogyakarta: LPI PPM, 2006), h. 68.
52
57
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litabng dan Diklat Kementrian
Agama RI, 2019), h. 19
58
KRH Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan 7 Falsafah dan 17 kelompok Ayat-ayat Al-Qur‟an,
(Yogyakarta: LPI PPM, 2005), h. 68.
59
Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, (Djakarta: Penerbit Djajamurni,
1963), h. 55.
53
60
Suara Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan kader PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan
Muhammadiyah : Ideologi, Khittah, dan Langkah / Suara Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan
Kader PP Muhammadiyah, (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2010)
54
61
Safitri Yeny, K.H. Ahmad Dahlan Dalam Pembaharuan Islam di Indonesia 1912-1922, (S1
thesis, Universitas Jambi, 2020), h. 83
55
1. Komitmen Kebangsaan
Komitmen kebangsaan merupakan indikator yang sangat
penting untuk melihat sejauh mana cara pandang, sikap, dan praktik
beragama seseorang berdampak pada kesetiaan terhadap consensus
dasar kebangsaan, terutama terkait dengan penerimaan Pancasila
sebagai ideologi negara, sikapnya terhadap tantangan idelogi yang
berlawanan dengan Pancasila serta nasionalisme.
62
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2019), h. 43.
63
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2019), h. 43
64
Transkrip Pidato K.H. Ahmad Dahlan, Tali Pengikat Hidup Manusia, Cirebon 1922
56
2. Toleransi
Toleransi merupakan sikap untuk memberi ruang dan tidak
mengganggu hak orang lain untuk berkeyakinan, mengekpresikan
keyakinannya, dan menyampaikan pendapat meskipun hal tersebut
berbeda dengan apa yang kita yakini. Dengan demikian toleransi
mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, sukarela, dan lembut dalam
menerima perbedaan. Toleransi selalu disertai dengan sikap hormat
menerima orang yang berbeda sebagai bagian dari diri kita dan berfikir
yang positif.65
65
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2019), h. 44
66
Transkrip Pidato K.H. Ahmad Dahlan, Tali Pengikat Hidup Manusia, Cirebon 1922
57
3. Anti Kekerasan
67
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2019), h. 45
68
Transkrip Pidato K.H. Ahmad Dahlan, Tali Pengikat Hidup Manusia, Cirebon 1922
58
69
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2019), h. 46
59
70
Kuntowijoyo, “Menghias Islam” dalam Abdul Munir Mulkhan, Marhaenis Muhammadiyah:
Ajaran dan Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013), h. 20
71
Transkrip Pidato K.H. Ahmad Dahlan, Tali Pengikat Hidup Manusia, Cirebon 1922
72
Deliar Noer, Gerakan Muslim Modernis di Indonesia: 1900-1942, (Singapura: Oxford
University Press, 1973).
60
Ketika terjadi dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, dan
ilmu umum dianggap kafir, KH. Ahmad Dahlan justru memasukkan
beberapa ilmu umum ke dalam kurikulum sekolah yang dikelola
Muhammadiyah. Ia bahkan tidak segan-segan mengadopsi sistem
pendidikan ala Barat, cara berpakaian mereka, bahkan bergaul dengan
mereka dengan baik.
Meski mendapat kritikan dari banyak pihak atas aksinya ini, KH.
Ahmad Dahlan tidak pernah menyerah untuk kemajuan umat. Mungkin
73
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 21
61
saat ini yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan adalah hal biasa dan biasa-
biasa saja. Namun jika menggunakan parameter masa itu, apa yang
dilakukan Ahmad Dahlan tentu merupakan terobosan luar biasa yang
membutuhkan tekad dan keberanian.
74
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy‟ari : Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan,
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010).
75
Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan Biografi Singkat 1869-1923, Yogyakarta : Garasi 2017, h.
11.
62
1. Bidang Keagamaan
a. Pembaharuan Islam
b. Muhammadiyah
2. Bidang Pendidikan
a. Pendidikan Berkemajuan
b. Kweekschool
3. Bidang Sosial
a. Boedi Oetomo
b. Penolong Kesengsaraan Oemom (PKO)
77
Susianti Br Sitepu, Pemikiran Teologi K.H. Ahmad Dahlan‛, Jurnal Al-Lubb, Vol. 2, No. 1
(Juni, 2017), h. 145
64
78
Suara Muhammadiyah, Pengayaan Purifikasi dan Dinamisasi,
https://suaramuhammadiyah.id/2022/09/22/pengayaan-purifikasi-dan-dinamisasi/, diakses pada 17
Desember 2022
65
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengamati dengan cermat uraian diatas, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagaimana berikut :
68
69
B. Rekomendasi
Adapun beberapa rekomendasi dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis, sebagaimana berikut :
70
71
Munir Mulkhan SU, Pesan dan Kisah KH Ahmad Dahlan dalam Hikmah
Muhammadiyah, (Jakarta: Suara Muhammadiyah, 2010)
Musthofa Kamal Pasha dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid,
(Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003)
Nasaruddin Umar, Islam Nusantara jalan panjang moderasi beragama di
Indonesia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2019)
Rahmat, “Sumpah Pemuda: Antara Idealisme dan Realisme Pendidikan Politik”,
Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 1, No. 1 (Februari-Juli, 2003)
Rubrik Bingkai pada suara Muhammadiyah edisi 24, Th Ke-94 16-31 Desember
2009
Safitri Yeny, K.H. Ahmad Dahlan Dalam Pembaharuan Islam di Indonesia 1912-
1922, (S1 thesis, Universitas Jambi, 2020)
Said bin Ali Al-Qahthani, Dakwah Islam dan Dakwah Bijak, {Jakarta: Gema
Insani Press, 1994}, cet. Ke-1
Sayuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah
Ditinjau dari Pandangan Al-Qur‟an, {Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994}, cet. Ke-1
Sekar Ayu Aryani, Orientasi Sikap dan Perilaku Keagamaan, Jurnal Religi, Vol.
XI, No. 01, Januari 2015
Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, (Djakarta:
Penerbit Djajamurni, 1963)
Suara Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan kader PP Muhammadiyah, Manhaj
Gerakan Muhammadiyah : Ideologi, Khittah, dan Langkah / Suara
Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah,
(Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2010)
Suara Muhammadiyah, Pengayaan Purifikasi dan Dinamisasi,
https://suaramuhammadiyah.id/2022/09/22/pengayaan-purifikasi-dan-
dinamisasi/, diakses pada 17 Desember 2022
Susianti Br Sitepu, Pemikiran Teologi K.H. Ahmad Dahlan‛, Jurnal Al-Lubb, Vol.
2, No. 1 (Juni, 2017)
74