Anda di halaman 1dari 122

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK

PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DI KALANGAN REMAJA


DI KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Fakultas Syariah Jurusan Hukum Syariah
Program Studi Hukum Pidana Islam

Oleh:

Muhammad Zainul Arifin


NIM: S20164002

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
JUNI 2022
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK
PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DI KALANGAN REMAJA
DI KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Fakultas Syariah Jurusan Hukum Syariah
Program Studi Hukum Pidana Islam

Oleh:

Muhammad Zainul Arifin


NIM: S20164002

Disetujui Pembimbing,

Dr. Martoyo, S.H, M.H


NIP. 197812122009101001

ii
iii
MOTTO

         


Artinya: Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah
perbuatan keji dan jalan terburuk. (al-Isra’:32)

iv
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadapan Allah SWT, Tuhan semesta alam. yang telah

memberi kasih dan sayang pada setiap makhluk ciptaanNya dan atas rahmat,

taufiq dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual

Di Kalangan Remaja Kabupaten Bondowoso”. Penulis juga menyadari

Penelitian ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan moril

maupun materil, kritik dan saran selama pengerjaan skripsi dari setiap pihak. Oleh

karenanya Penulis persembahkan karya ilmiah yang sederhana ini kepada:

1. Ayahanda tercinta (Alm. H. Supriadi) yang telah berjuang sekuat tenaga tanpa

mengenal lelah, memberikan pendidikan kepada Putra-nya hingga jenjang

Perguruan Tinggi.

2. Ibunda tercinta (Hj. Nurul Azizah) atas Doa dan dukungan yang tiada putus

dari beliau, Penulis dapat mencapai tahapan saat ini. Semoga hal baik selalu

menyertai Beliau.

3. Adik (Ahmad Marzuki) yang selama ini memberikan dukungan bagi Penulis.

4. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren Al-Qodiri 1 Jember yang banyak

memiliki andil dalam pengembangan ilmu keagamaan.

5. Untuk Bapak Dr.Martoyo S.H.I., M.H. selaku Dosen Pembimbing skripsiku.

6. Kepada Seluruh Dosen Fakultas Syaraiah Universitas Islam Negeri Kiai Haji

Achmad Siddiq Jember.

7. Kepada PMII Rayon Syariah Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

yang sudah memberikan wadah berdiskusi dan berproses bagi penulis.

v
8. Kepada kawan-kawan Komunitas Kumpulan Mahasiswa Netral (Kuman)

Jember Imam, Helmi, Munip, Abu Yazid Barokah, Mifta, Ahmad, Avin,Arif

Hasan, Iqbal, mahsus. tanpa segan berkenan menjadi teman diskusi dan

memberikan ruang alternatif bagi penulis dalam mempelajari hal-hal sosial.

vi
KATA PENGANTAR

   


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan
maunahnah-Nya, sehingga membuat penulis dapat menyelesaikan tugas dan
kewajiban akademik dalam bentuk skripsi. Shalawat beserta salam tetap
tercurahkan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang kita harap-harapkan
syafaat-Nya di yaumil qiyamah berkat wasilah para Anbiya’ tabi’tabi’in sampai
keulamailalamin dapat memahami atas addinu al-Haq Islam Rahmatal lil’alamin
Skripsi yang sudah selesai dengan judul “Perlindungan Hukum
Terhadap Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di Kalangan Remaja
Kabupaten Bondowoso” ini hasil upaya dan daya pemikiran untuk menggali dan
memperdalam khazanah keilmuan, meskipun dalam penulisan, pembahasan, jauh
dari kata sempurna. oleh sebab itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran
untuk memperbaiki karya ilmiah tersebut.
Atas selesainya penulisan sikripsi ini maka penulis mengucapkan
terimaksih salam ta’dziman kepada:
1. Prof. Dr .H. Babun Soeharto, SE.,MM,. Selakuk Rektor Universitas Islam
Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
2. Prof, Noor Harissudin, M.Fil. selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
3. Dr. Abdul Wahab, M.H.I selaku Koordinator Program Studi Hukum Pidana
Islam (HPI).
4. Dr. Martoyo S.H.I, M..H selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi ini yang dengan penuh kesabaran, ketelatenan dan keikhlasan di
tengah-tengah kesibukannya meluangkan waktu memberikan bimbingan dan
pengarahan.
5. Bapak Dr. Agus Suwardjito, M.Kes sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan
Perempuan Dan Keluarga Berencana Kabupaten Bondowoso dan Bapak
Agung Ariwibowo S.H.,M.H sebagai Kasat Reskrim Polres Kabupaten

vii
Bondowoso yang telah memberikan ijin dan pengarahan terhadap berjalannya
penelitian skripsi dilapangan.
6. Ayahanda Alm H. Supriadi dan Ibunda Hj. Nurul Azizah yang kami hormati
dan cintai, selaku orang tua kami yang telah berjuang sepenuh tenaga untuk
masa depan putra-putranya serta memberi bimbingan yang tiada letih hingga
kami dewasa. banyak hal yang tidak dapat disampaikan satu persatu atas jasa
kedua orang tua kami.
7. KH. Ahmad Muzakki Syah dan Nyai. Hj. Halimah Muzakki sebagai pendiri
dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodiri 1 Jember mohon Ridha barokah
manfaat ilmunya.
8. Terimakasih untuk sahabat Anis Rohmatullah, Abdul Basith, Muhammad
Jufri,Hasan,Iqbal,Mahsus yang selama ini bersama-sama berjuang, berdiskusi,
membangun solidaritas menyeluruh sehingga diruang inilah Penulis banyak
belajar tentang tindak pidana kekerasan seksual.
9. Terimakasih kepada PMII Rayon Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji
Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan wadah berdiskusi dan
berproses bagi penulis.
Akhirnya, penulis hanya mampu berharap dan berdo’a semoga karya yang

sederhana ini mampu bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dalam perspektif

hukum khususnya bagi Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual, dan bagi Prodi

Hukum Pidana Islam (HPI). Besar harapan penulis untuk para pembaca, karya

ilmiah yang mampu diselesaikan ini sudah sepantasnya diberikan kritik yang

mendalam dan membangun dengan terbuka. sebab karya ini bukanlah kitab suci

yang tidak dapat dibantah satu katapun. Terimaksih.

Jember, 24 Juni 2021

Muhammad Zainul Arifin


NIM. S20164002

viii
ABSTRAK

Muhammad Zainul Arifin 2021: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak


Pidana Kekerasan Seksual Di Kalangan Remaja Di
Kabupaten Bondowoso

Kata Kunci : Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Seksual

Hukum memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan bermasyarakat


sebagai alat untuk menciptakan keadilan, keteraturan, ketentraman dan ketertiban,
tetapi juga unutuk menjamin adanya kepastian hukum. Pada tataran selanjutnya,
hukum diarahkan sebagai sarana kemajuan dan kesajateraan masyarakat di dalam
masyarakat, dengan maksud agar hukum dapat berjalan sebagaimana di cita-
citakan oleh masyarakat itu sendiri, yakni menghendaki kerukunan dan
perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Penegakan hukum dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara memerlukan mekanisme
yang efektif untuk menjamin kepentingan mayoritas masyarakat atau warga
negara, terjaminnya kepastian hukum sehingga sebagai perilaku kriminal dan
tindakan sewenang-wenang yang dilakukan anggota masyarakat atas anggota
masyarakat lainnya akan dapat dihindarkan. Salah satunya adalah mulai
memburammnya norma kesusilaan secara perlahan, ada banyak kasus perkosaan,
pelecehan dan kekerasan seksual yang merajalela hingga masalah moral lainnya,
yang mana aturan dalam KUHP pasal 285 sudah mengatur secara tegas tentang
pidana bagi pelaku pemerkosaan dengan hukuman 15 tahun penjara. Terutama di
kabupaten bondowoso yang setiap tahunnya angka korban pemerkosaan terus
meningkat.
Fokus masalah dalam peelitian ini sebagaimana berikut: 1). Bagaimana
fakta tindak pidana kekerasan seksual di kalangan remaja kab. bondowoso? 2).
Bagaiman penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di kalangan
remaja kab. bondowoso? 3). Bagaimana pola penyelesain tindak pidana kekerasan
seksual di kalanagan remaja kab. bondowoso ?
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian
empiris. Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian studi kasus bersifat
deskriptif analisis, pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi
Penelitian ini memperoleh kesimpulan yaitu: Fakta dan penyebab
terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di kalangan remaja bukanlah hal
umum lagi hal ini banyak terjadi karena faktor lingkungan,pendidikan,keluarga
dan ekonomi yang kurang baik sehingga banyak di kalangan para orang tua yang
kurang memperhatikan kehidupan anaknya seperti apa sehingga anak tersebut
merasa bebas untuk melakukan aktifitas apapun sehingga sikap orang tua kepada
anak dingin dan acuh tak acuh sehingga anak merasa tidak dipedulikan lagi sama
orang tua apalagi dengan maraknya sosial media di kalangan remaja yang terlalu
bebas untuk mengakses konten pornografi sangatlah mudah sekali ditambah lagi
dengan lingkungan teman sekolah yang kurang baik. Adapun upaya pencegahan
yang dilakukan dinas PP&KB dan PPA Polres Bondowoso dengan memberikan
edukasi tentang bahayanya kekerasan seksual di kalangan remaja dan dampak
sosial hingga psikologis bisa terganggu.

ix
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ...................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

E. Definisi Istilah ........................................................................... 10

F. Sitematika Pembahasan............................................................. 13

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu ................................................................. 14

B. Kajian Teori .............................................................................. 23

1. Tinjauan Umum Perlindungan Hukum .............................. 23

2. Pengertian Kekerasan Seksual ............................................ 33

3. Pengertian Remaja ............................................................... 39

x
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 42

B. Pendekatan Penelitian ............................................................... 43

C. Lokasi Penelitian ....................................................................... 43

D. Subjek Penelitian....................................................................... 43

E. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 44

F. Metode Pengumpulan Data. ...................................................... 45

G. Metode Pengolahan Data .......................................................... 46

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Obyek Penelitian ..................................................... 49

B. Penyajian Data dan Analisis...................................................... 50

C. Pembahasan Temuan................................................................. 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 90

B. Saran-saran ................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan tidak mungkin dihilangkan dari muka bumi, namun sebagai

manusia yang dibekali dengan akal fikiran tidak dapat berpangku tangan

melihat berbagai kemungkaran yang terjadi. Kejahatan merupakan perbuatan

anti sosial yang meresahkan masyarakat dalam melakukan interaksi dengan

sesamanya dimana perbuatan tersebut mendapat tantangan dari pemerintah

atau Negara, secara yuridis kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan

melawan hukum dimana sebagai akibat dari perbuatan itu, pelaku dapat

dikenakan sanksi sebagaimana termasuk dalam peraturan undang-undang

yang dilanggar tersebut.

Suatu tindakan kejahatan atau suatu tindak pidana sering kali kita

jumpai di Negara ini bahkan bisa terjadi di lingkungan masyarakat kita

sendiri. Indonesia yang merupakan suatu Negara hukum memiliki suatu

kebijakan hukum dan seluruh komponennya seperti terdapat dalam system

peradilan pidana, serta lembaga pemasyarakatan yang ikut bertanggung jawab

dalam melaksanakan tugas untuk mengembalikan terjadinya suatu tindakan

kejahatan. Indonesia, kasus kejahatan tentang kekerasana seksual merupakan

kasus yang semakin darurat dan terus meningkat, istilah darurat kejahatan

seksual merupanakan istilah fenomena untuk menanggapi fenomena

kejahajatan seksual yang menimpa anak-anak dan perempuan.1

1
Ika agustin, Rofiqur rahman, Ruly haryanto.Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekekrasan
Seksual: Kajian Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam, Rechtenstudent Journal
Sharia Faculty KH Achmad Siiddiq Jember State Islamic University, Vol.2.2021

1
2

Hukum memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan bermasyarakat

sebagai alat untuk menciptakan keadilan, keteraturan, ketentraman dan

ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya kepastian hukum. Pada tataran

selanjutnya, hukum diarahkan sebagai sarana kemajuan dan kesejahteraan

masyarakat yang dibentuk atas keinginan dan kesadaran tiap-tiap individu di

dalam masyarakat, dengan maksud agar hukum dapat berjalan sebagaimana

dicita-citakan oleh masyarakat itu sendiri, yakni menghendaki kerukunan dan

perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Perbuatan pidana merupakan

perbuatan yang dilarang oleh suatu hukum, larangan mana disertai dengan

ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi siapa yang melanggar

larangan tersebut akan. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah

perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana.2

Penegakan hukum dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

bernegara memerlukan mekanisme yang efektif untuk menjamin kepentingan

mayoritas masyarakat atau warga negara, terjaminnya kepastian hukum

sehingga berbagai perilaku kriminal dan tindakan sewenang-wenang yang

dilakukan anggota masyarakat atas anggota masyarakat lainnya akan dapat

dihindarkan. Penegakan hukum secara ideal akan mengantisipasi berbagai

penyelewengan pada anggota masyarakat dan adanya pegangan yang pasti

bagi masyarakat dalam menaati dan melaksanakan hukum. Pentingnya

penegakan hukum berkaitan dengan semakin banyak fenomena kejahatan

baik pelaku, modus, bentuk, sifat, maupun keadaannya. Kejahatan seakan

2
Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.2015.59
3

telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang sulit diprediksi kapan

dan dimana potensi kejahatan akan terjadi.

Pelaku tindak pidana adalah orang yang memenuhi semua unsur-unsur

suatu delik seperti yang telah ditentukan dalam undang-undang baik itu

merupakan unsur-unsur subjektif ataupun unsur-unsur objektif, tanpa

memandang apakah keputusan untuk melakukan tindakan pidana tersebut

timbul dari dirinya atau timbul karena digerakkan oleh pihak ketiga.3

Sepertinya kita semua sepakat jika merasa prihatin dengan kondisi

bangsa indonesia kini. Semakin hari bukannya bergerak ke arah perbaikan

,namun nyatanya justru malah mengalami kemunduran. Salah satunya adalah

mulai memburammnya norma kesusilaan secara perlahan. Ada banyak kasus

perkosaaan, pelecehan dan kekerasan seksual yang merajalela hingga masalah

moral lainnya. Dalam pembukaan UUD NKRI 1945 memiliki kedudukan

staatsfondamendalnorm, sehingga UUD merupakan sumber dari segala

sumber hukum dan tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia, 4 yang dalam

hal ini sudah diatur dalam UUD No. 39 Tahun 1999, Undang-undang 23

Tahun 2002 dan Undang-undang No. 35 Tahun 2014, KUHP pasal 285 dan

PPA No. 1 Tahun 2010 sudah mengatur secara tegas tentang tindak pidana

kekerasan seksual. Norma kesusilaan adalah salah satu norma yang berlaku

dimasyarakat yang menjadi benteng. Sekaligus pengingat setiap individu

untuk tidak terjerumus ke dalam perbuatan tercela itu.

3
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertangungjawaban dalam Hukum Pidana, Jakarta: Bina
Aksara, 1993, 27.
4
Sholikul hadi. Eksistensi Pancasila Sebagai Sumber Segala Hukum Dalam Konstitusi Indonesia,
Indonesia Journal Of Law And Islamic Law, Vol. 3, 2021.
4

Hal ini membuat bahwa korban dalam suatu kejahatan khususnya

korban kekerasan seksual, memerlukan suatu perlindungan maupun payung

hukum dalam membela hak-hak yang sudah diambil oleh pelaku terhadap

korban dalam peristiwa tersebut, yang mana mengalami banyak tekanan dan

membuat korban enggan melapor bahkan takut terhadap pihak kepolisian.

Fenomena tindak kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan remaja di

Indonesia mulai menuai sorotan keras dari berbagai kalangan pada saat

benyak stasiun televisi swasta menayangkannya secara vulgar pada program

kriminal, seperti kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh keluarga korban

atau orang-orang dekat korban, kasus sodomi, perdagangan anak untuk

dieksploitasi menjadi pekerja seks komirsial hingga pembunuhan, banyak

berita di media saat ini tengah membahas kekerasan dan penganiyaan yang

terjadi hampir di seluruh penjuru Indonesia, berbagai jenis kekerasan diterima

oleh anak-anak, seperti kekerasan verbal, visik, mental maupun pelecehan

seksual.5

Apabila kita ikuti perkembangan pemberitaan akhir-akhir ini, realitas

menunjukkan bahwa anak-anak saat ini tidak hanya diposisikan sebagai objek

dari kriminalitas, tetapi kini mulai memasuki sebagai subjek dari kriminalitas

itu sendiri, sungguh sangat miris dan memprihatinkan jika kita mendengar

dan mengamati sepak terjang anak-anak di zaman sekarang, kasus-kasus

tindak pidana kekerasan seksual seperti bagaikan fenomena gunung es yang

tak nampak di depan publik padahal nyatanya sangat banyak sekali jika

diperhatikan kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak-

5
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgent Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2008,122.
5

anak dan remaja terutama di Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa timur

yang menurut data resmi pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 terjadi

14 kasus tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak dan remaja, namun

hal ini sangat jauh berbeda dengan hasil fakta dilapangan yang semakin

merebak di sejumlah wilayah Kabupaten Bondowoso dan menunjukkan

peningkatan yang sangat signifikan.

Pembahasan masalah perlindungan hukum bagi korban kejahatan

merupakan studi tentang viktimologi. Pengertian viktimologi berasal dari

bahasa Latin victima yang artinya korban dan logos yang artinya ilmu. Secara

terminologis, viktimologi berarti suatu studi yang mempelajari tentang

korban, penyebab timbulnya korban dan akibat-akibat penimbulan korban

yang merupakan masalah manusia sebagai suatu kenyataan sosial.6

Arif Gosita mengatakan dalam bukunya yang berjudul masalah

perlindungan anak bahwa anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi

korban tindakan siapa saja (individu atau kelompok, organisasi swasta

maupun pemerintah) baik secara langsung maupun secara tidak langsung.7

Salah satu kajian dalam viktimologi ialah perlindungan hukum terhadap

korban kejahatan. Perlindungan menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2006

tentang perlindungan saksi dan korban adalah pemenuhan hak dan pemberian

bantuan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang wajib

dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau lembaga

6
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Antara
Norma danRealita, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, 34.
7
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademi Presindo, 1989.35.
6

lain sesuai dengan ketentuan.8 Perlindungan hukum bagi masyarakat

sangatlah penting karena masyarakat baik kelompok maupun perorangan,

dapat menjadi korban. Perlindungan hukum korban kejahatan bagian dari

perlindungan kepada masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk

seperti melalui restitusi dan kompensasi, pelayanan medis dan bantuan

hukum.9 Salah satu upaya perlindungan hukum yang sudah dilakukan oleh

pemerintah di kabupaten Bondowoso yaitu dengan memberikan edukasi

tentang bahayanya tindak pidana kekerasan seksual dikalangan anak-anak dan

remaja dan juga penanaman nilai-nilai keagaman.

Hukum islam sebagai salah satu sistem hukum yang hidup di dalam

masyarakat indonesia memiliki peraturan perbuatan-perbuatan yang di larang

hukum ini di kenal sebagai sebutan fiqih jinayah atau hukum pidana islam,

semakin manusia tunduk kepada Allah dan hanya mengabdi padanya,

semakin bebas ia dari penghambaan kepada manusia lain atau makhluk tuhan

lain.10 Dalam konsep maqashid syari‟ah, kekerasan seksual sangat

bertentangan dengan perlindungan terhadap agama (Hifd Ad-Din) iman Islam

menjaga hak dan kebebasan, perlindungan terhadap nyawa/jiwa (Hifd Ad-

Nafs) dimana hak pertama dan paling utama adalah hak hidup, perlindungan

terhadap akal (Hifd Al-Aql) merupakan sumber hikmah, perlindungan

terhadap kehormatan (Hifd Al-Mal) Islam menjamin kehormatan manusia

8
Lihat Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
9
Rena Yulia, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013,19.
10
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam : Penegakan Syariat Dalam wacana dan
Syariat, Cetakan Pertama, Jakarta : Gema Insani Pers, 2003, 68.
7

dengan memberikan perhatian yang sangat besar yang dapat digunakan untuk

memberikan spesialisasi kepada hak asasi mereka dan perlindungan terhadap

harta benda (Hifd Al-Nasl), harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam

kehidupannya, dimana manusia tidak akan bisa terpisah darinya.11

Maka dengan hal demikian, Peneliti menganggap penting untuk diteliti

secara studi lapangan, dengan mengangkat judul “Perlindungan Hukum

Terhadap Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di Kalanagan

Remaja Kabupaten Bondowoso”.

B. Fokus Peneltian

1. Bagaimana fakta tindak pidana kekerasan seksual di kalangan remaja kab.

bondowoso?

2. Bagaimana penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di

kalangan remaja kab. bondowoso?

3. Bagaimana pola perlindungan hukum bagi korban tindak pidana

kekerasan seksual di kalanagan remaja kab. bondowoso ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui fakta terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di

kalanagan remaja kab. bondowoso.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan

seksual di kalangan remaja kab. bondowoso.

3. Untuk mengetahui pola perlindungan hukum bagi korban tindak pidana

kekerasan seksual di kab. Bondowoso.

11
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, Cetakan Pertama, Jakarta: Amzah, 2009,
21.
8

D. Manfaat Penelitian

Harapan besar bagi peneliti adalah karyanya dapat memberi

sumbangsih keilmuan khususnya untuk peneliti sendiri maupun untuk para

pembaca pada umunya. Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini

adalah :

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

kesadaran diri bagi kalangan anak di usia remaja tentang tentang

bahayanya tindak pidana kekerasan seksual. Sebagai upaya

pencegahan, mewujudkan dan menguatkan sistem penanganan tindak

pidana kekerasan seksual yang berpihak pada korban

b. Memperoleh penjelasan bahwa korban dalam suatu tindak pidana,

dalam sistem hukum nasional posisinya tidak menguntungkan. Karena

korban tersebut, dalam sistem hukum pidana hanya sebagai figuran

oleh karena itu perlu untuk di tinjau secara viktimologi agar

mengetahui status korban dalam kekerasan seksual, sehingga menjadi

landasan untuk meninjau lebih dalam tentang pembahasan korban

tindak pidana kekerasan seksual secara viktimologi.

2. Secara Praktis

a. Bagi Masyarakat

Cita-cita yang di harapkan oleh masyarakat yaitu mewujudkan

adanya keadilan, kebenaran, kepastian hukum, dan supremasi hukum,

dalam kehidupan bermasyarakat, sangat dipengaruhi tumbuh

berkembangnya usaha untuk mewujudkan suasana peri kehidupan

bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, dan tertib. Dengan mudahnya


9

proses pengusulan sumpah untuk para advokat, akan memudahkan

advokat dalam menjalankan profesinya memberikan bantuan hukum

kepada klien, baik di dalam proses peradilan maupun di luar proses

peradilan yang dilaksanakan secara independen yakni bebas dari

pengaruh pihak manapun, terutama pihak eksekutif.dan memberikan

dampak positif terhadap kehidupan masyarakat.

b. Bagi Pemerintah

Pemerintah selaku stake holder untuk menjadikan penelitian ini

sebagai masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

merumuskan sebuah peraturan yang efektif, dengan memperhatikan

aspek yuridis, psikologis, sosiologis, filosofis, serta tidak bertentangan

dengan konstitusi lainnya. Dan kesemuanya itu diarahkan dalam

rangka menacapai tujuan negara yang dicita-citakan, serta tetap

menjunjung tinggi jargon Negara Indonesia adalah negara hukum

yang secara jelas telah tercantumkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

Undang Dasar 194512.

c. Bagi Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pijakan bagi

para akademisi, praktisi, dan peminat kajian tentang hukum pidana

serta secara khusus bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas

Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

12
Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan
lannya di Negara Hukum Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, 46.
10

E. Definisi Istilah

Satu aspek penting yang pertama-tama seharusnya dilakukan untuk

membahas suatu kajian adalah adalah adanya kesamaan pemahaman terhadap

sebuah konsepsi atau teori. Hal ini penting untuk dilakukan karena adanya

kesamaan pemahaman akan menjadi landasan terhadap pengemabangan

konsepsi selanjutnya akan lebih mudah dilakukan, karena memiliki titik yang

sama.

Dalam kerangka semacam ini, diperlukan penjelasan memadai dan juga

persamaan pengertian terhadap beberapa istilah yang akan diulas dalam

penelitian ini. Beberapa istilah yang memerlukan penjelasan kiranya adalah:

Perlindungan Hukum, Korban, Tindak Pidana, Kekerasan Seksual, Remaja

1. Perlindungan Hukum

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah suatu tindakan atau

upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang

oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan

ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk

menikmati martabatnya sebagai manusia.13 Dengan kata lain perlindungan

hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat

penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun

fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.14

13
Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Tesis Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004), 3.
14
Sutjipto, Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), 74.
11

Menurut Hadjon perlindungan Hukum bagi rakyat meliputi dua hal,


15
yakni, Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan

hukum dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan

keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang definitive. Perlindungan Hukum Represif, yakni

bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian

sengketa secara konseptual.

2. Korban

Menurut Bambang Waluyo dalam bukunya yang berjudul

Victimologi perlindungan korban dan saksi, bahwa yang dimaksud dengan

korban adalah “orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau

penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas

perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak

pidana dan lainnya”. disini jelas yang dimaksud orang yang mendapat

penderitaan fisik dan seterusnya itu adalah korban dari pelanggaran atau

tindak pidana.16

3. Tindak Pidana

S.R Sianturi menggunakan delik sebagai tindak pidana. Jelasnya,

Sianturi memberikan rumusan sebagai berikut: “Tindak pidana adalah

sebagai suatu tindakan pada, tempat, waktu, dan keadaan tertentu yang

dilarang (atau diharuskan) dan diancam dengan pidana oleh undang-

undang bersifat melawan hukum, serta dengan kesalahan dilakukan oleh

seseorang (yang bertanggungjawab)”.17

15
Philipus M. Hadjon,Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia.,(PT Bina ilmu, 1987). 4-5.
16
Bambang Poernomo, Hukum Dan Viktimologi. Pascasarjana Ilmu Hukum Pidana Universitas
Padjajaran, Bandung. 2001/2002.9.
17
Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-
Indonesia, Yogyakarta, h. 18-19.
12

4. Kekerasan Seksual

Kamus besar Bahasa Indonesia, kata kekerasan diartikan sebagai: a)

perihal yang bersifat, berciri keras, b) perbuatan seseorang atau

sekelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang, c)

paksaan. Sedangkan dalam pengertiannya, kekerasan didefinisikan sebagai

wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat,

sakit atau penderitaan pada orang lain, dimana salah satu unsur yang perlu

diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya

persetujuan pihak lain yang dilukai18

5. Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan

manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa.19

Masa remaja juga disebut pula sebagai masa penghubung atau masa

peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. pada periode ini

terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan

fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah terutama fungsi seksual.20

Menurut King remaja merupakan perkembangan yang merupakan

masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. masa ini dimulai sekitar pada

usia 12 tahun dan berakhir sampai usia 18 sampai 21 tahun.21

18
Abdul Wahid Perlimdungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual. Bandung: PT Refika
Aditama. 2001.31
19
Santrock john W. Adolescence. perkembangan remaja edisi keenama, Jakarta, 2003
20
kartini kartono. psikologi anak, psikologi perkembangan. bandung 1995
21
King, L. A. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika. 2012.40
13

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan nerupakan rangkuman sementara dari isi

skripsi, yang bertujuan untuk mengrtahui secara global dari seluruh

pembahasan yang ada. Agar mempermudah pembaca, penulis memaparkan

sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini dikemukakan mengenai latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab II adalah kajian kepustakaan dan kajian teori, pada bab ini

menjelaskan tentang penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini membahas tentang

penedekatan dan jenis penelitian yang dilakukan, lokasi penelitian, subyek

penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-

tahap penelitian yang akan dilaksanakan.

Bab IV adalah penyajian data dan analisis, pada bab ini berisikan

tentang gambaran objek penelitian, penyajian data, serta pembahasan temuan

(analisis data).

Bab V adalah penutup, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan

saran. Kesimpulan ditarik dari beberapa penjelasan pada bab-bab

sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan saran untuk pihak-pihak yang

terkait dalam penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang

sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat

jelas bahwa kajian yang akan dilakukan tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.

Penelitian mengenai kekerasan seksual ini banyak diteliti oleh peneliti

sebelumnya.Tema yang berkaitan diantaranya yaitu:

1. Penelitian analisis viktimologi terhadap kejahatan seksual pada anak,18

Dalam kasus kejahatanseksual dimana anak sebagai korban, bisa saja

korban tersebut menjadi faktor pendorong terjadinya suatu tindak pidana.

Misalnya saja kita katakana dewasa ini pergaulan sudah semakin luas,

anak-anak sudah dibiarkan bebas dalam hal pergaulan dan kurangnya

pengawasan orang tua mereka, meraka dibebaskan bergaul dengan siapa

saja, pergi kemana saja.Maka, dengan kepolosan mereka tersebut, mereka

bisa terperangkap dalam salah pergaulan dan dimanfaatkan oleh pihak-

pihak atau orang dewasa yang tidakbertanggung jawab. Dalam keadaan

demikian, masyarakat, aparat hukum bahkan Negara harus lah lebih

memperkirakan mengenai perlindungan dan pengawasan terhadap anak,

terlebih lagi dimana anak sebagai suatu korban tindak pidana kejahatan

seksual sungguhan memperhatikan dan dapat merusak sebagian masa

18
Iyaomil Achir Burhan, Analisis Viktimologis Terhadap Kejahatan Seksual Pada Anak (Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2017)

14
15

depan dari calon penerus bangsa. Adapun rumusan masalah yang di angkat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah peranan remaja sebagai korban dalam terjadinya tindak

pidana kejahatan seksual?

b. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dan

menanggulangi remaja sebagai korban tindak pidana kejahatan

seksual?

Adapun jenis penelitian yang di pakai sebagai berikut :

a. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Dalam penelitian ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian

untuk meminta data-data dan melakukan wawancara dengan pihak

terkait yang menyangkut objek penelitian.

b. Penelitian Pustaka ( Library Research)

Sasaran penelitan kepustakaan ini terutama untuk landasan teori

dari objek kajian dengan cara:

1) Mempelajari buku-buku yang berhubungan langsung dengan objek

dan materi penulisan skripsiini.

2) Mempelajari peraturan perUndang-undangan yang berhubungan

dengan pembuktian perkarapidana

3) Mempelajari materi kuliah, seminar-seminar, dan tulisan-tulisan

para sarjana yang ada hubungannya denga skripsi.

Adapun penelitian ini membahas ini tentang : Anak sebagai korban

kejahatan seksual memiliki peran secara aktif yang mendorong dirinya


16

menjadi korban dengan menimbulkan rangsangan sehingga terjadi

kejahatan terhadap dirinya dan ada pula yang berperan secara pasif yang

tidak berbuat akan tetapi dengan sikapnya justru mendorong dirinya

menjadi korban sehingga terjadi kejahatan terhadap dirinya yang memiliki

sifat dan karakter yang cenderung lemah fisik dan daya fikirnya, sehingga

dalam hal ini anak sebagai korban kejahatan seksual berdasarkan jenis

korban kemudian dikategorikan sebagai latent victims.

Adapun yang menjadi faktor pemicu seorang anak menjadi korban

kejahatan seksual terkait peranannya dipengaruhi oleh faktor kepribadian,

kepercayaan/iman, hubungan korban dengan pelaku, pendidikan, krisis

moral di masyarakat, teknologi dan media massa, perhatian dan

pengawasan orang tua/keluarga serta perhatianmasyarakat/lingkungan.

2. Penelitian perlindungan anak korban kekerasan dan pelecehan

seksual,19Apabila kita ikuti perkembangan pemberitaan akhir-akhir ini,

realitas menunjukkan bahwa anak-anak saat ini tidak hanya diposisikan

sebagai objek dari kriminalitas, tetapi kini mulai memasuki sebagai subjek

dari kriminalitas itu sendiri. Sungguh sangat miris dan memprihatinkan,

jika kita mendengar dan mengamati sepak terjang anak-anak di zaman

sekarang. Seperti marak diberitakan Mei 2015 lalu, publik dikejutkan

dengan menghilangnya sosok anak usia 8 tahun bernama Angeline.

Ternyata setelah diusut, polisi pun menemukan jasad Angeline

pada bulan Juni 2015 di pekarangan rumah ibu angkatnya. Sosok Angeline

19
Muhammad faris labib, perlindungan anak korban kekerasan dan pelecehan seksual (skripsi
fakultas syariah universitas islam negeri maulana malik ibarahim malang 2018)
17

diduga dibunuh dan sebelumnya ditemukan indikasi adanya pelecehan

seksual dan berujung kematian. Dan tentunya, masih banyak lagi kasus-

kasus yang serupa. Kasus-kasus ini seperti fenomena gunung es yang tak

nampak di depan publik padahal nyatanya sangat banyak sekali jika

diperhatikan kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak

yang semakin merebak di sejumlah wilayah di tanah air dan menunjukkan

peningkatan yang signifikan.

Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak biasanya adalah orang

yang memiliki hubungan dekat dengan si anak, seperti keluarga,

guru, maupun teman sepermainannya sendiri. Tentunya ini juga memicu

trauma pada anak, misalnya menolak pergi ke sekolah setelah tubuhnya

dihajar oleh gurunya sendiri. Kondisi ini amatlah memprihatinkan, namun

bukan berarti tidak ada penyelesaiannya. Perlu koordinasi yang tepat di

lingkungan sekitar anak terutama pada lingkungan keluarga untuk

mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi tayangan

televisi maupun memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak

tersebut tidak menjadi anak yang suka melakukan kekerasan nantinya

Kemudian di dalam pengertian anak bedasarkan UUD 1945, pengertian

anak terdapat di dalam pasal 34 yang berbunyi: “fakir miskin dan anak-

anak terlantar dipelihara oleh negara.” Hal ini mengandung makna bahwa

anak adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi,

dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. Dengan kata

lain, anak tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah dan

masyarakat.
18

Selanjutnya, di dalam UU Peradilan Anak, tercantum di dalam UU

No 3 tahun 1997 pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “anak adalah orang dalam

perkara anak nakal yang telah mencapai umur delapan tahun tetapi belum

belum mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah

menikah.”Jadi dalam hal ini pengertian anak dibatasi dengan umur antara

delapan sampai dengan delapan belas tahun dan belum pernah kawin,

maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin

dan kemudian cerai. Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau

prkawinannya putus karena perceraian, maka si anak dianggap sudah

dewasa walaupun umurnya belum genap delapan belas tahun.

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:

a. Apa jenis dan bentuk kekerasan dan pelecehan seksual pada anak di

P2TP2A Kabupaten Malang?

b. Bagaimana upaya P2TP2A Kabupaten Malang dalam menangani

kekerasan dan pelecehan seksual pada anak?

c. Bagaimana pemberdayaan anak korban kekerasan dan pelecehan

seksual di P2TP2A Kabupaten Malang?

Adapun jenis penelitian yang diangkat dalam penelitian: penelitian

pustaka (Library Research), dan penelitian membahas tentang, Upaya

yang dilakukan oleh lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak dalam mencegah dan menekan angka terjadinya

kasus kekerasan ialah dengan menggelar dan menjalankan program

layanan-layanannya yang dirangkum dalam empat upaya. Seperti upaya


19

preventif berupa layanan cegah kekerasan yang dilakukan di masyarakat

seperti melaksanakan kegiatan sosialisasi, penanaman aspek-aspek hukum

dan norma. Kemudian forum-forum mengenai cegah kekerasan serta

melakukan siaran radio untuk memberikan edukasi mengenai kekerasan

anak. Selanjutnya ialah upaya kuratif bagi korban yang mengalami

kekerasan dengan upaya membantu korban dalam menjalani

pendampingan yang dilakukan oleh para konselor. Dan yang terakhir ialah

upaya rehabilitatif yakni bertujuan untuk memulihkan kondisi korban

akibat dari kekerasan yang dialaminya baik itu memulihkan secara fisik

maupun psikis serta ekonominya.

3. penelitian kejahatan seksual dalam perspektif hukum pidana islam20 ,

Sejak tahun 2010 Indonesia mengalami darurat kejahatan seksual. Hingga

saat ini jumlahnya terus meningkat dari tahun ketahun. Diantaranya tahun

2014 Indonesia darurat kejahatan seksual anak ditandai kasus kekerasan

seksual di Taman kanak-kanak Jakarta International School (JIS), hingga

keberbagai pelosok daerah.dan yang terbaru di tahun 2016 ditandai kasus

anak SMP di Belitung, Blitar, Surabaya yang pelakunya masih berusia

anak-anak.

Kejahatan seksual di Indonesia bagaikan puncak gunung es, apa

yang ada di dalam media hanyalah sebagian kecil dari realita yang terjadi

di masyarakat. Padahal Indonesia memiliki aturan terkait yang terhimpun

di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana mulai dari pencabulan,

20
Dina tsalist wildana, kejahatan seksual dalam perspektif hukum pidana islam study terhadap
hukum pidana islam di aceh (skripsi fakultas hukum universitas jember 2016 )
20

perkosanaan, pornografi sekaligus sanksi pidana bagi pelaku baik anak-

anak maupun dewasa. Namun ternyata sanksi ini tidak cukup efektif

menekan angka kejahatan seksual sehingga saat ini sedang dibahas

perlunya sanksi tambahan berupa kebiri.

Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum yang hidup didalam

masyarakat Indonesia, memiliki pengaturan perbuatan-perbuatan yang

dilarang. Hukum ini dikenal dengan sebutan Fiqh Jinayah atau Hukum

Pidana Islam. Berdasarkan Undang-undang no 11 tahun 2006 tentang

pemerintahan Aceh, Pemerintah aceh diberikan kewenangan istimewa

untuk mengurus daerahnya termasuk di dalamnya adalah Qonun Aceh no

6 tahun 2014 tentang Hukum Jinayat (Qonun Jinayah). Berkaitan

mengenai kejahatan seksual, penulis merasa perlu mengaji mengenai

pengaturan kejahatan seksual dalam perspektif hukum islam di aceh untuk

memberikan masukan bentuk sanski guna menekan angka kekerasan

seksual di Indonesia. Adapun jenis penelitian yang di gunakan dalam

penelitian ini yaitu: Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative

atau penelitian hukum dokrin. Dan penelitian ini membahas tentang Di

dalam KUHP Buku II bab XIV Pasal 281 sampai 299 kejahatan seksual

meliputi tindak pidana melanggar kesusilaan, pornografi, perzinahan,

perkosaan, perbuatan cabul, pencaharian dengan cara memudahkan,

memfasilitasi perbuatan cabul, perdagangan wanita dan anak laki-laki

yang belum dewasa, petugas aborsi. Sedangkan jarimah seksual yang ada

di dalam Qonun Aceh meliputi khalwat, Ikhtilat, Zina, Pelecehan seksual,

Pemerkosaan, Liwath, dan Musahaqah.

4. Penelitian: jurusan Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Lampung

Bandar Lampung, 2017Dengan judul skripsi “Analisis Kekerasan Seksual


21

yang Dilakukan Suami terhadap Istri dalam Perspektif Hukum

Pidana”21,Adapun rumusan masalahdalam skripsi tersebut adalah: 1). Apa

saja bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dilakukan suami terhadap istri

dalam perspektif Hukum Pidana?, 2). Bagaimana bentuk perlindungan

hukum terhadap istri sebagai korban kekerasan seksual oleh suami dalam

perspektif hukum positif?. Dengan metode penelitian kualitatif (penelitian

lapangan). Hasil dari penelitian ini menghadirkan pandangan bagaimana

bentuk perlindungan hukum terhadap istri sebagai korban kekarasan

seksual oleh suami dalam perspektif hukum pidana. Adapun kesimpulan

dalam skripsi tersebut yaitudalam bentuk perlindungan hukum bagi korban

kekerasan seksual dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap

istrinya, yaitu: privasi dan identitas korban, bantuan kesehatan fisik,

bantuan kesehatan psikologis, bantuan hukum, hak untuk direkolasi, hak

untuk diterima kembali oleh masyarakat. Adapun perbedaan antara skripsi

tersebut dengan kajian yang saat ini penulis angkat adalah terkait

bagaimana R-KUHP menjadi

Jawaban sekaligus jaminan untuk perlindungan terhadap kaum

perempuan dan dalam rangka memenuhi hak-hak yang dimilikinya

sebagaimana yangdiamanatkan oleh Undang-undang HAM dan kesetaraan

gender.

5. Penelitian, Jurusan Hukum Pidana dan Politik Islam, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018. Dengan

judul skripsi “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana

Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga (Analisis Putusan Pengadilan


21
Yanuar Adi Purnomo, “Analisis Kekerasan Seksual yang Dilakukan oleh Suami terhadap
Istrinya Ditinjau dari Pesrspektif Hukum Pidana”, (Skripsi, Universitas Bandar
Lampung,2017)
22

Negeri Denpasar No. 899/Pid.Sus/2014/PN.Dps Tentang Kekerasan

Seksual Dalam Rumah Tangga)”22 Adapun rumusan masalah dalam

skripsi tersebut adalah: 1). Bagaimana penerapan hukum pidana dalam

putusan PN Denpasar No.899/Pid.Sus/2014/PN.Dps tentang kekerasan

seksual dalam rumah tangga? 2). Bagaimana pertimbangan hukum oleh

hakim dalam menjatuhkan pidana dalam putusan PN Denpasar

No.899/Pid.Sus/2014/PN.Dps tentang kekerasan seksual dalam rumah

tangga? Dengan metode penelitian kuatitatif deskripstif. Dalam skripsi ini

menghadirkan pandangan bagaimana penerapan hukum pidana dan

pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan pidana dalam

putusan PN Denpasar No. 899/Pid.Sus/2014/PN.Dps tentang kekerasan

seksual dalam rumah tangga. Dan bagaimana tinjauan hukum pidana islam

terhadap pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan pidana

dalam putusan PN Denpasar No. 899/Pid.Sus/2014/PN.Dps tentang

kekerasan seksual dalam rumah tangga.

Adapun perbedeaan yang penulis sajikan dengan skrispsi sebelumnya

adalah yang mana penulis fokus kepada perlindungan korban tindak

pidana kekerasan seksual di kalanagan remaja.

22
Nurul Hafidhah, “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Tindak Pidana Kekerasan Seksual
dalam Rumah Tangga (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Denpasar
No.899/Pid.Sus/2014/PN.Dps), (Skripsi, Universitas Islam Negeri Wali Songo, Semarang,2018)
23

B. Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Perlindungan Hukum

a. Pengertian perlindungan hukum

Hadirnya hukum dalam kehidupan bermasyarakat khususnya

kegiatan sehari-hari, berguna untuk mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan

antara individu satu dengan individu lain. Maka dari itu, hukum harus

bisa mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu

dapat ditekan seminimal mungkin. Pengertian terminologi hukum

dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia).23 adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap

mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah,

Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan

hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu,

keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam

pengadilan, atau vonis.

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum

yang dinyatakan oleh DR. O. Notohamidjo, SH. Hukum adalah

keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya

bersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat negara

serta antara negara yang berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan

daya guna, demi tata dan damai dalam masyarakat.24

23
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, cet. 1, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, 595.
24
Syamsul Arifin,Pengantar Hukum Indonesia ,Medan: Medan Area Universit Press, 2012, 5-6.
24

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal

mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari

teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini di pelopori oleh

Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic).

Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber

di Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan

moral adalah cerminan dan aturan secara internal maupun eksternal

dari kehidupan manusia yang diwujdukan melalui hukum dan moral.25

Berbagai definisi yang telah dikemukakan dan di tulis oleh para ahli

hukum, yang pada dasarnya memberikan suatu batasan yang hampir

bersamaan, yaitu bahwa hukum itu memuat peraturan tingkah laku

manusia.26

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari

kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah,

mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan Perlindungan berarti

konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. Secara

umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu hal-hal yang

berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda

atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna

pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih

lemah. Dengan demikian, perlindungan hukum dapat diartikan

25
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, 53.
26
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia., Jakarta : balai pustaka 1999, 6.
25

perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan

pranata dan sarana hukum.

Perlindungan hukum harus melihat melihat tahapan yakni

perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala

peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya

merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan

perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan

dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentintang

masyarakat.27

Perhatian hukum terhadap korban tindak pidana dalam KUHAP

belum mendapat perhatian optimum, tetapi sebaliknya perhatian

pengaturan hukum atas dasar penghormatan terhadap HAM dari

pelaku tindak pidana cukup banyak pengertian mengenai kepentingan

korban dalam kajian viktimologi, tidak saja hanya dipandang dari

perspektif hukum pidana atau kriminologi saja melainkan berkaitan

pula dengan aspek keperdataan. Pandangan KUHAP terhadap hak-hak

korban tindak pidana masih sangat terbatas dan tidak sebanding

dengan hak-hak yang diperoleh pelaku tindak pidana.

Eksistensi dan posisi hukum korban tindak pidana dalam sistem

peradilan pidana tidak menguntungkan bagi korban tindak pidana

karena terbentur dalam problem yang mendasar yakni korban hanya

sebagai saksi (pelapor atau korban). korban tidak temasuk dalam

27
Satjipto Rahrdjo, Ilmu hukum PT. Citra Aditya bakti original.2010. 54.
26

bagian dari unsur yang terlibat dalam sistem peradilan pidana, tidak

sebagimana terdakwa, polisi dan jaksa.28

Menurut Hadjon perlindungan hukum hak-hak asasi manusia

bertumpu dan bersumber pada pengekuan dan perlindungan hak serta

berlandaskan pada prinsip Negara hukum. Maka perlindungan hukum

disini bagi rakyat meliputi dua hal, yakni:29

1) Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum

dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan

keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang definitive. Dengan begitu perlindungan ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa

2) Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan

hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa

secara konseptual.

Perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia

merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan

terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila

dan prinsip negara hukum yang berlandaskan pancasila. Perlindungan

hukum hakekatnya setiap orang wajib berhak mendapatkan

perlindungan dari hukum. Hampir keseluruhan hubungan hukum harus

mendapatkan perlindungan hukum. Serta pihak- pihak yang berwenang

28
Bintara sura priambad. Viktimologi Dalam Sisitim Peradilan Pidana Tentang Kepentingan
Korban.14
29
Philipus M. Hadjon,Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia.,PT Bina ilmu, 1987. 4-5.
27

memberikan perlindungan hukum antara lain kejaksaan, pengadilan,

kepolisian dan lembaga non litigasi

Dalam sejarah hukum hamurabi perhatiannya lebih terfokus

pada masalah aspek penologis dari hukum pidana yakni bagaimana

supaya pelaku tindak pidana dapat dihukum sesuai dengan tindak

pidana yang terbukti dilakukannya akibatnya masalah-masalah

mengenai korban terluput dari perhatian. dalam hukum hamurabi

hubungan antara korban dengan pelaku beserta keluarganya sangat

dominan dalam proses penyelenggaraan hukuman balas dendam

pelaksanaan hukum hamurabi kemudian menghadapi kendala

manakala si pelaku atau keluarganya mempunyai kedudukan tinggi

dan berkekuatan mempertahankan diri maka pembalasan dendam tidak

berjalan atau malahan berubah menjadi perlawanan oleh pelaku

terhadap si korban disini kedudukan korban menjadi tidak dapat

mendapat perlindungan hukum dan keadilan yang semestinya maka

dicarilah jalan keluar sebagai alternative dengan restitusi jika sifatnya

kearah privat atau kompensasi jika sifatnya kearah public.30

Pengembangan dan manfaat viktimologi adalah selaras dengan

tata kehidupan masyarakat yang mana viktimologi dapat dirumuskan

sebagai suatu studi yang mempelajari masalah korban, penimbul

korban, serta akibat-akibat penimbulan korban yang merupakan suatu

masalah manusia sebagai kenyataan sosial yang dimaksud disini

30
Bambang Poernomo, Hukum Dan Viktimologi.( Pascasarjana Ilmu Hukum Pidana Universitas
Padjajaran), Bandung. 2001/2002.18
28

dengan korban dan yang menimbukan korban dapat berupa individu,

suatu kelompok, korporasi swasta dan pemerintah.31

Dilihat dari sudut Hak Asasi Manusia (HAM), masalah

kepentingan korban tindak pidana merupakan bagian dari persoalan

hak asasi manusia pada umumnya prinsip universal sebagaiamana

termuat dalam The Universal Declaration Of Human Right (10

Desember 1948) dan The International Covenant On Civil And

Political Right (16 Desember 1948) mengakui bahwa semua orang

adalah sama terhadap undang-undnag dan bentuk atas perlindungan

hukum yang sama tanpa pelakuan atau sikap diskriminasi apapun.

setiap tindakan pelanggaran hak-hak asasi yang dijamin oleh ketentuan

peraturan perundang-undnagan nasional.32

Menurut Pasal 27 ayat (1) Undang-undnag Dasar 1945 (UUD

45), yang menyatakan bahwa:

“Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum


dan pemerintah dan wajib menjungjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”

Dalam Hal ini negara berkomitmen bahwa setiap warga negara

harus di perlakukan baik dan adil sama kedudukannya di dalam hukum

juga dalam pengertian apakah ia seorang tersangka atau korban suatu

tindak pidana perikemanusiaan sebagai sendi nilai falsafah negara

pancasila menjiwai seluruh keberadaan hukum di negara Indonesia

31
Sunarso, Siswanto,Viktimologi dalam sistem peradilan pidana,Jakarta: Sinar grafika, 2012. 61
32
the universal declarations of human right, inited nations general assembly desember, 10 1948
(deklarasi universal tentang hak-hak asasi manusia) di kutip dari soeparman, parman haji, Hlm 51
29

mulai dari UUD 45 hingga kepada peraturan perUndang-undangan ke

bawahnya.33

Sistim peradilan melalui produk peraturan perundang-undangan

Indonesia khusunya KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana yang diundangkan dalam Undang-undnag Nomor 8 Tahun

1981) yang menjadi dasar dari penyelengaraan sistim peradilan pidana

belum benar-benar mencamtumkan terhadap apa yang di isyaratkan

dalam UUD 45 dan falsafah negara pancasila tersebut.

Hal demikian memunculkan persoalan klasik bahwa sistem

peradilan pidana sebagai basis penyelesaian perkara pidana tidak

mengakui eksistensi korban tindak pidana selaku pencari keadilan

seorang korban tindak pidana akan menderita kembali sebagai akibat

dari sistim hukum itu sendiri karena korban tindak pidana tidak bisa

dilibatkan secara aktif seperti halnya dalam beracara perdata tidak

dapat langsung mengajukan sendiri perkara pidana ke pengadilan

melainkan harus melalui instansi yang di tunjuk (kepolisian dan

kejaksaan).34

Melihat kepentingan korban yang tidak seimbang dengan

kepentingan pelaku tindak pidana dalam sistem peradilan pidana yang

tertuang di dalam KUHAP tersebut direvisi dan aspek-aspek

viktimologi agar diakomodir dalam prinsip-prinsip pengaturannya. Hal

33
Bambang Poernomo, Hukum Dan Viktimologi Pascasarjana Ilmu Hukum Pidana Universitas
Padjajaran, Bandung. 2001/2002.16
34
Mudzakir.Posisi Hukum Korban Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana, Desertasi
pengukuhan Guru Besar di Universitas Indonesia, 16 April 2001.01
30

tersebut agar supaya hak-hak kepentingan korban tindak pidana lebih

berimbang dengan hak-hak kepentingan tersangka/terdakwa/pelaku

tindak pidana. sehingga dengan demikian dalam hukum acara pidana

yang akan datang jus constituendum akan ada pergeseran perspektif

dan retributive justice yang bersifat offender oriented ke sistem

restorative justice atau keadilan yang bersifat victim oriented sesuai

dengan filsafat hukum pancasila yang menganut prinsisp pengayoman

dan keseimbangan untuk semua pihak anggota masyarakat pencari

keadilan yang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum

dan pengadilan (equality before the law and before the court)

Dalam perkembangannya tentang korban ini. telah dituangkan

dalam undang-undang nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan

saksi dan korban. hal mana kepentingan korban di kuasakan pada suatu

lemabaga yang di bentuk oleh Undang-undang yakni lembaga

perlindungan saksi dan korban (LPSK) kepentingan korban melalui

LPSK tersebut tertuang dalam pasal 7 undang-undnag nomor 13 tahun

2006 tentang perlindungan saksi dan korban.

Menurut undang-undnag tersebut diatas meskipun hak-hak dan

kepentingan korban, telah dikuasakan pada LPSK namun kenyataanya

dalam sistem peradilan pidana, korban tetap sebagai figuran atau hanya

saksi (korban) dalam persidangan karena hak-hak dan kepentingan

korban dalam peradilan (pidana) masih diwakili oleh polisi dan jaksa.
31

Bentuk kekerasan seksual terutama tindakan pencabulan dan

pemerkosaan, sulit untuk diproses secara hukum karena biasanya

tindakan yang dilakukan diluar sepengetahuan orang sehingga

mengalami hambatan ketika mengahadirkan saksi maupun penyediaan

alat bukti. Alat bukti yang sesungguhnya dapat ditemukan pada bekas

pakaian, rambut, atau lainnya, sering tidak dapat digunakan lagi karena

kecenderungan korban berusaha segera membersihkan atau

membuangnya.35

Perbincangan tersebut diatas yang menyangkut berbagai

kepentingan dari perlakuan-perlakuan tindak pidana yang dialami

seseorang di rangkum secara sistematis ke dalam bidang kajian dari

viktimologis dalam hal ini viktimologi tidak saja berperan dalam bidang

hukum pidana, kriminologi atau penologi, yakni ilmu mengenai

penjatuahn hukuman tetapi juga para pakar sependapat bahwa

diperoleh suatu kesepakatan bahwa masalah korban manusia menjadi

menarik perhatian di lihat dari sudut hukum perdata.36

Viktimologi adalah suatu studi atau pengetahuan ilmiah yang

mempelajari masalah pengorbanan kriminal sebagai suatu masalah

manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial. Viktimologi

merupakan bagian dari kriminologi yang mempunyai obyek studi yang

sama yaitu tindak pidana atau pengorbanan kriminal (viktimasi

35
Kordi, Ghufron, Durhaka Kepada Anak,Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015, 94.
36
Bambang pornomo, Hukum dan viktimologi, Pascasarjana magister ilmu hukum pidana
universitas padjajaran bandung.2001/2002.16
32

kriminal) dan segala sesuatu yang akibatnya dapat merupakan

Viktimogen atau Kriminogen.37

Viktimologi juga mempelajari sejauh mana pelaksanaan

peraturan tentang hak-hak korban telah dilaksanakan.

Aspek viktimologi dalam hukum nasional dapat dilihat terutama

dalam kitab Undang-undang hukum acara pidana (KUHP). selain itu

dengan telah dibentuknya pengadilan tentang hak asasi manusia

(HAM) yang telah melaksanakan secara efektif pada tahun 2002 yang

didasarkan atas undang-undnag no. 26 tahun 2000. selanjutnya

implementasi Undang-undang tentang HAM tersebut di tuangkan

dalam peraturan pemerintah nomor 3 tahun 2000 tentang kompensasi,

restitusi dan rehabilitas terhadap korban pelanggaran HAM yang berat.

Sebagaimana dimuat dalam pasal 1 butir 3 yang berbunyi sebagai

berikut : Korban adalah orang perorangan atau kelompok orang yang

mengalami penderitaan baik fisik mental maupun emosional kerugian

ekonomi atau mengalami pengabaian pengurangan atau perampasan

hak-hak dasarnya sebagai akibat pelanggran hak asasi manusia yang

berat termasuk korban adalah ahli warisnya

Dalam hal ini persoalannya adalah apakah masalah kepentingan

korban tindak pidana biasa termasuk dalam persoalan HAM, karena

dalam ketentuan di pasal 1 butir 3 tersebut hanya untuk korban

pelanggaran HAM berat saja, sedangkan korban-korban tindak pidana

37
Soeparman, parman, Kepentingan korban tindak pidana dilihat dari sudut viktimologi, Varia
peradilan majalah hukum tahun XXII No. 260.2007.53.
33

biasa tidak disebutkan dalam ketentuan tersebut, hal tersebut perlu ada

kajian lebih lanjut karena apabila korban tindak pidana biasa bisa

masuk dalam ketentuan tersebut maka korban tindak pidana biasa

dapat masuk pula kedalam kompetensi peradilan HAM.

2. Pengertian Kekerasan Seksual

Pada masyarakat dengan kondisi budaya patriarkinya yang sangat

kuat, maka akan sangat mudah terjadi diskriminasi terhadap perempuan,

anak atau mereka yang berada pada posisi tawar yang lemah karena status

sosial, status ekonomi dan berbagai aspek lainnya. diskriminasi yang

bersifat negative sebagimana disebut dalam Convention on Elimination of

Discrimination Against Woman (CEDAW) yang telah diratifikasi oleh

Indonesia melalui Undang-undang No 7 Tahun 1984 serta UU No 39

Tahun 1999 hakekatnya merujuk pada serangkain tindakan yang

meniadakan, mengyrangi menghapus hak-hak individu kelompok dengan

berbagai dasar.

Kekerasan atau violence merupakan istilah yang terdiri dari dua

kata, yaitu “vis” yang berarti (daya kekuatan) dan “latus” berarti

(membawa) yang kemudian diterjemahkan sebagai membawa kekuatan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian mengenai

kekerasan dalam arti sempit yaitu hanya mencakup kekerasan fisik.

Menurut KBBI kekerasan adalah perbuatan yang dapat menyebabkan

cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau

barang orang lain.38

38
Mulida H. Syaiful Tency dan Ibnu Elmi, Kekerasan Seksual dan Perceraian, Malang
Intimedia,2009. 17.
34

Pengertian kekerasan secara terminologi merupakan suatu keadaan

dan sifat yang menghancurkan kehidupan manusia. Manusia sebagai

makhluk yang berakal budi dan mulia menjadi terperosok pada sifat-sifat

kebinatangan. Merusak, menekan, memeras, memperkosa, menteror,

mencuri, membunuh, dan memusnahkan merupakan tindakan yang

menodai dan menghancurkan kemuliaan manusia sebagai makhluk

Tuhan.39

Kekerasan merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tingkah

laku yang pola awalnya harus bertentangan dengan Undang-undang, baik

hanya berupa ancaman atau sudah berupa tindakan nyata dan

menyebabkan kerusakan terhadap harta benda, fisik atau dapat

mengakibatkan kematian pada seseorang.40 Yesmil anwar mengartikan

kekerasan sebagai tindakan yang menggunakan kekeuatan fisik dan

kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan

sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan memar atau

trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan dan

perampasan hak.41

kekerasan seksual bisa berupa pelecehan seksual seperti ucapan,

simbol dan sikap yang mengarah pada hal-hal porno, perbuatan cabul,

perkosaan dan sejenisnya, pelibatan anak dan remaja dalam kegiatan

39
Langgeng Saputro, “Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Kelurahan Sempaja
KecamatanSamarinda Utara (Studi Kasus “Yayasan Kharisma Pertiwi” Rumah Perlindungan
Pemulihan Psikososial Panti Asuhan Kasih Bunda Utari)”, eJournal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 6
No.4,2018. 17.
40
Romli Atmasasmita, Teori & Kapita Selekta Kriminologi, Bandung, PT. Eresco, 1992.55.
41
Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan: Sebuah Pendekatan Sosiokultural Kriminologi, Hukum
dan HAM ,Bandung: UNPAD Press, 2004.54.
35

seksual di mana anak dan remaja tersebut tidak sepenuhnya memahami

atau tidak memberikan persetujuan, atau oleh karena perkembangannya

belum siap atau pantangan masyarakat.42

Berdasarkan Kamus Hukum,”sex” dalam bahasa inggris diartikan

dengan jenis kelamin. jenis kelamin disini lebih dipahami sebagai

persoalan hubungan (persetubuhna) antara laki-laki dan perempuan.43

Kekerasan seksual berasal dari dua kata yaitu kekerasan dan

seksula yang di dalam bahasa inggris disebut dengan sexual hardness. kata

hardness mempunyai arti kekerasan tidak menyenangkan dan tidak bebas.

Kata seksual tidak dapat dilepaskan dari kata seks dan seksualitas. Seks

adalah perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki atau yang sering

disebut dengan jenis kelamin. Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai

dimensi yang luas yaitu dimensi biologis, dimensi sosial, dimensi

psikologis dan dimensi kultural. secara umum seksualitas dapat

dikelompokkan menjadi beberapa bentuk yaitu:44

a. Biologis: Seksualitas dipandang dari segi kenikmatan fisik dan

keturunan. menjaga kesehatan dan memfusikan organ reproduksi

secara optimal termasuk seksualitas dari dimensi biologis.

b. Sosial: Seksualitas dilihat dari adanya pengaruh hubungan sosial dalam

membentuk pandangan tentang seksualitas yang pada akhirnya

membentuk perilaku seksual.

42
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN Maliki Press, 2013. 243.
43
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Bandung: Refika Aditama, 2011, 31.
44
Normalita Dwi Jayanti, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pelecehan Seksual Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Dalam Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia.UII Yogyakarta 2019.47.
36

c. Psikologis: Seksualitas dari segi psikologis berkaitan erat dengan

fungsi manusia sebagai makhluk sosial, peran atau jenis, identitas,

serta dinamika aspek=aspek psikologis terhadap seksualitas itu sendiri.

d. Kultural: Sesksualitas dari segi kultural menunjukkan bahwa perilaku

seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Kekerasan seksual adalah setiap tindakan penyerangan yang

bersifat seksual yang ditunjukan kepada perempuan, baik bersifat fisik

atau non fisik dan tanpa memperdulikan ada atau tidaknya hubungan

personal antara pelaku dengan korban.45

Pengertian kekerasan seksual menurut UU TPKS, adalah setiap

perbuatan merendahkan, menghina, menyerang dan perbuatan lainnya

terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang dan fungsi reproduksi, secara

paksa bertentangan dengan kehendak seseorang yang menyebabkan

seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas

karena ketimpangan relasi kuasa atau relasi gender yang berakibat atau

berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual,

kerugian secara ekonomi, sosial, budaya dan politik. Dalam hal ini pun

juga tertuang jenis-jenis tindak pidana kekerasan seksual menurut UU

TPKS Pasal 4 ayat 1, antara lain: Pelecehan seksual non fisik, Pelecehan

seksual Fisik, Pemaksaan Kontrasepsi, Pemaksaan sterilisasi, Pemaksaan

Perkawinan, Penyiksaan seksual, Eksploitasi Seksual, Perbudakan

Seksual, Kekerasan Seksual berbasis Elektronik.46

45
Aroma Elmina Martha, Perempuan, Kekerasan dan Hukum, UII Press, Yogyakarta, 2003,36.
46
Pasal 1 Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual
37

Marzuki Umar Sa’abah mengingatkan,”membahas masalah

seksualitas manusia ternyata tidak sederhana yang dibayangkan atau tidak

seperti yang dipahami masyarakat kebanyakan. Pembahasan seksualitas

telah dikebiri pada masalah nafsu dan keturunan. Seolah hanya ada dua

kategori dari seksualitas manusia yaitu: seksualitas yang bermoran dan

seksualitas immoral, sebagai seksualitas yang sakit dan jahat.

Meskipun pendapat itu mengingatkan kita supaya tidak

menyempitkan pembahasan mengenai seks, namun pakar itu mengakui

mengenai salah satu bentuk seksualitas yang immoral dan jahat. Artinya

ada praktik seks yang dapat merugikan pihak lain dan masyarakat, karena

praktik itu bertentangan dengan hukum dan norma-norma keagamaan.

Oleh karena itu, Umar Sa’abah itu menunjukkan,”secara umum

seksualitas manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: Biologis

(kenikmatan fisik dan keterunan), Sosial (hubungan-hubungan, berbagai

aturan sosial serta berbagai bentuk sosial melalui mana seks biologis

diwujudkan) dan Subjektif (kesadaran individual dan bersama sebagai

objek dari hasrat seksual). Pendapat itu mempertegas pengertian

seksualitas dengan suatu bentuk hubungan biologis yang terikat pada

aturan-aturan yang berlaku di tengah masyarakat.47

Marzuki Umar Sa’abah menulis lagi,”dengan masih banyaknya

penduduk dewasa yang buta huruf di negara-negara muslim, minimnya

pengetahuan hukum islam berkaitan dengan dengan seks dan usaha-usaha

47
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan,Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Bandung: Refika Aditama, 2011,32.
38

yang disengaja dari negara-negara tertentu untuk melestarikan budaya

nasional mereka meski bertentangan dengan prinsip islam, menyebabkan

masih banyak kaum muslimin memahami dan mempraktekkan seks yang

menyimpang dari norma islam atau bercampur tahyul dan mistik.

Salah satu praktik seks yang dinilai menyimpang adalah bentuk

kekerasan seksual (sexual violence). Artinya praktik hubungan seksual

yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan, di luar ikatan perkawinan

yang sah dan bertentangan dengan ajaran islam. kekerasan ditonjolkan

untuk membuktikan pelakunya memiliki kekuatan fisisk yang lebih atau

kekutan fisiknya dijadikan akat untuk memperlancar usaha-usaha jahatnya.

Kekerasan seksual itu merupakan istilah yang menunjuk pada

perilaku seksual deviatif atau hubungan seksual yang menyimpang,

merugikan pihak korban dan merusak kedamaian ditengah

masyarakat.Adanya kekerasan seksual yang terjadi maka penderitaan bagi

korbannya telah menjadi akibat serius yang membutuhkan perhatian.

Pada Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap

perempuan disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan kekerasan terhadap

perempuan adalah setiap perbuatan jenis berdasarkan perbedaan jenis

kelamin yang berakhir atau mungkin berakibat kesengsaraan atau

penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk

ancaman perbuatan tertentu pemaksaan atau perampokan kemerdekaan

secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum maupun dalam

kehidupan pribadi.
39

Tindakan kekerasan telah diatur di dalam Kitab Undang-undang


Hukum Pidana (KUHP), akan tetapi pengaturannya terpisah-pisah dalam
bab tertentu, tidak disatukan dalam satu bab khusus. Kekerasan di dalam
KUHP digolongkansebagai berikut.48
a. Pasal338 350KUHP,yaitu mengenai kejahatan terhadap nyawa orang
lain.
b. Pasal351-358KUHP,yaitu mengenai kejahatan penganiayaan.
c. Pasal 365 KUHP, yaitu mengenai pencurian yang didahului, disertai
atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
d. Pasal 285 KUHP,yaitu mengenai kejahatan terhadap kesusilaan.
e. Pasal 359-367 KUHP, yaitu mengenai kejahatan yang menyebabkan
kematian atau luka kealpaan.
3. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa. perubahan perkembangan
tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. masa remaja
merupakan salah satu periode dan perkembangan manusia. remaja ialah
masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis dan perubahan sosial.49
Menurut King remaja merupakan perkembangan yang merupakan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. masa ini dimulai sekitar pada
usia 12 tahun dan berakhir sampai usia 18 sampai 21 tahun.50

48
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentarnya Pasal Demi Pasal, Bogor:
Politea, 1991.84-85.
49
Sofia, A. Adiyanti, M.G. Hubungan Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Konformitas Teman
Sebaya Terhadap Kecerdasan Moral. Jurnal Fkip Unila. Vol. 6.2013.
50
King, L. A. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika.2012,40
40

Menurut irwanto periode remaja adalah dianggap masa transisi

dalam periode anak-anak ke periode dewasa periode ini dianggap sebagai

masa-masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang yang

khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Kebanyakan ahli

memandang masa remaja harus dibagi dalam dua periode karena terdapat

ciri-ciri yang cukup banyak berbeda dalam kedua periode tersebut.

Pembagian ini biasanya menjadi periode remaja takhir yaitu berkisar

antara umur 17 sampai 18 tahun. Periode remaja merupakan klimaks dari

periode periode perkembangan sebelumnya, dalam periode ini apa yang

diperoleh dalam masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan sehingga

dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap.51

Menurut Santrock52 istilah Adolescence atau remaja berasal dari

kata latin adolescence yang berarti “tumbuh” menjadi dewasa. Istilah

Adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti lebih luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. pada tahun

1974 WHO memberikan definisi tentang remaja, dalam definisi tersebut

dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi

menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika:53

a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.
51
Irwanto, Psikologi Umum, Jakarta. Gramedia Pustaka Umum.1994.57
52
Santrock, Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Jakarta.Erlangga.2006.47.
53
Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Biina Pustaka.2005.21
41

b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa

c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaaan yang relatif lebih mandiri

Menurut Monks remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

hingga dewasa fase dewasa tersebut mercermikan cara berfikir remaja

masih dalam koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa

ini terjadi suatu proses pendewasaan pada diri remaja. Masa tersebut

berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai

berikut54:

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun

b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescent) 15-18 tahun

c. Remaja terakhir umur (Late adolescent) 18-21 tahun

54
Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.2008,50
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian

itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.55

Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu caraa ilmiah yang

digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau pemecahan suatu masalah melalui

pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis. Jadi dalam suatu penelitian

hendaknya peneliti harus memperhatikan pada ciri-ciri keilmuwan yang sudah di

paparkan diatas seperti contoh rasional, berarti penelitian yang dilakukan itu

menggunakan cara yang masuk akal, sehingga dapat diterima oleh penalaran

manusia atau dapat dicerna oleh pikiran sehat.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, yaitu penelitian dengan

adanya data-data lapangan sebagai sumber data utama, seperti hasil

wawancara dan observasi. Penelitian empiris digunakan untuk menganalisis

hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam

kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek

kemasyarakatan.56

Penelitian ini disebut sebagai penelitian empiris karena penulis

melakukan penelitian untuk melihat fakta terjadinya tindak pidana kekerasan

seksual di kalangan remaja di Kabupaten Bondowoso.

55
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatitf dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2018,2.
56
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003,
43.

42
43

B. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis,

yaitu data yang dinyatakan secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku

yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 57 Dalam

pendekatan ini ditekankan pada kualitas data, sehingga dalam pendekatan ini

penyusun diharuskan dapat menentukan, memilah dan memilih data mana atau

bahan mana yang memiliki kualitas dan data atau bahan mana yang tidak

relevan dengan materi penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana melakukannya pengamatan

untuk menemukan suatu pengetahuan. Adapun lokasi yang di pilih penelitian

dalam penelitian ini di Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga

Berencana (PP&KB). Kabupaten Bondowoso dan Unit Pelayanan Perempuan

Dan Anak (PPA) Polres Kabupaten Bondowoso.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seseorang atau seseuatu yang mengenainya

ingin diperoleh keterangan atau orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam

penelitian dan atau sebagai sasaran penelitian. Istilah lain yang digunakan

untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang

memberikan respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya.

Dikalangan penelitian kualitatif istilah responden atau subjek penelitian

disebut dengan informan, yaitu orang yang memberikan informasi tentang

57
Mukti Fajar ND dan Yuliato Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, 192
44

data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang

dilaksanakan.58

Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dijadikan informan

diantaranya:

a. Ibu Sumariyati. Kabid Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak.

b. Ibu Puji Rohani. Kasi Perlindungan Perempuan Dan Anak.

c. Ibu Inge Dwi Agustin. Kasi Pemberdayaan Perempuan.

d. Bapak Nukarman Kepala Unit Ppa Polres Bondowoso.

e. Bapak Mawardi Unit Ppa Polres Bondowoso.

f. Bapak Hendra Siswanto Unit Ppa Polres Bondowoso.

E. Jenis Dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hokum empiris adalah

sebagaimana berikut :

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumber utama seperti

tingkah laku dan cara bersosial anak remaja yang dilihat melalui

penelitian.59 Sumber utama pada penelitian adalah anak usia remaja yang

benyak berpotensi akan terjadinya tindak pidana kekerasan seksual

2. Data sekunder

Data-data yang diperoleh dari sumber kedua yang merupakan

pelengkap, meliputi buku-buku yang menjadi referensi terhadap tema yang

diangkat. Yaitu mengenai tindak pidana kekerasan seksual dan buku-buku

58
Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatiif, Tindakan Kelas & Studi Kasus,
Sukabumi: CV Jejak, 2017,152.
59
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Universitas Indonesia: Ui Press, 2006,25
45

hokum lainnya yang mengacu ke judul penelitian mengenai tindak pidana

kekerasan seksual.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang merupakan teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang

telah ditentukan. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis metode

pengumpulan data antara lain :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah observasi merupakan alat

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.60 Pada Dinas Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana (PP&KB) dan juga Unit Pelayanan

Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kabupaten Bondowoso untuk

mengetahui tentang tindak pidana kekerasan seksual di kalangan usia

remaja. Dengan observasi ini peneliti juga dapat memperoleh kelengkapan

data untuk dianalisis.

2. Wawancara

Wawancara adalah jalan mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada responden.61 Jenis wawancara yang penulis

gunakan adalah wawancara bebas terpimpin atau bebas terstruktur dengan

60
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005,192
61
Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai,, Cet.XIX: Jakarta: LP3S,
2008.192
46

menggunakan panduan pertanyaan yang berfungsi sebagai pengendali agar

proses wawancara tidak kehilangan arah.62

Metode wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi

dengan bertatap muka secara fisik dan bertanya-jawab dengan kepala Unit

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Kaluarga Berencana dan Kepala

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Kabupaten Bondowoso.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mengambil data dari dokumen yang

merupakan suatu pencatatan formal dengan bukti otentik.

G. Metode Pengolahan Data

Tahap- tahap yang penulis untuk menganalisis keakuratan data setelah

data diperoleh yaitu :

1. Editing

Tahap pertama dilakukan untuk meneliti kembali data-data yang

telah diperoleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuain

serta relevansinya dengan kelompok data yang lain dengan tujuan apakah

data-data tersebut sudah mencukupi untuk memecahkan permasalahan yang

diteliti untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan data dalam penelitian

serta untuk meningkatkan kualitas data.63

2. Klarifikasi

Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan

mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau

62
Abu Achmad dan Cholid Narbuko, Metode Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005,85
63
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011, 346
47

permasalahan tertentu untuk mempermudah pembacaan dan pembahasan

sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Verifikasi

Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin

validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara

menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil wawancara

dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan yang

informasikan olehnya atau tidak.64

4. Analisis

Analisis adalah proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan juga mudah untuk diiterpretansikan.65 Dengan cara

memaparkan data yang sudah ada sambil dianalisis sesuai dengan item-

item yang dikaji dalam penelitian ini. Hasil analisis terhadap pokok-pokok

masalah yang dibahas atau dikaji dalam penelitian ini selanjutnya

dituangkan secara deskriptif dalam laporan hasil penelitian. Dalam hal ini

analisa data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif, yaitu

analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-

kata atau kalimat kemudian dipisahkan menurut kategorinya untuk

memperoleh kesimpulan.66 Dalam mengolah data atau proses analisisnya,

penulis menyajikan terlebih dahulu data yang diperoleh dari lapangan atau

dari wawancara.

64
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, Bandung: Sinar Baru
Algnesido, 2008,84
65
Masri Singaribun, Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3S, 1987, 263
66
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuanlitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006,331
48

5. Kesimpulan

Sebagai tahapan akhir dari pengolahan data adalah kesimpulan.

Adpun yang dimaksud dengan kesimpulan adalah pengambilan

kesimpulan dari data-data yang diperoleh setelah dianalisa untuk

memperoleh jawaban kepada pembaca atas kegelisahan dari apa yang

dipaparkan pada latar belakang masalah.67

Setelah data terkumpul maka kemudian dilakukan analisis dan

diagnosis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan cara

menganalisis data tanpa mempergunakan perhitungan angka-angka

melainkan mempergunakan sumber informasi yang relevan untuk

memeperlengkap data yang penyusun inginkan. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana keadaan dan kondisi masyarakat tersebut

mempengaruhi eksistensi kasus-kasus yang ada dalam data yang

didapatkan tersebut. Selanjutnya data yang terhimpun tersebut dianalisis

berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

67
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, Bandung: Sinar Baru
Algnesido, 2008,16
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga

Berencana

Dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana kabupaten

bondowoso yang selanjutnya disingkat dengan Dinas PP&KB Kabupaten

Bondowoso terletak di jalan Kh. Asyari No.127, Bik, Timur, kecamatan

Kademangan, Kabupaten Bondowoso provinsi Jawa Timur. Dinas

pemeberdayaan perempuan dan keluarga berencana ini berdekatan dengan

pom bensin Kademangan dan juga kantor kementrian agama kabupaten

bondowoso. Dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana ini

adalah lembaga berbasis masyarakat yang dibentuk berdasarkan peraturan

Bupati Bondowoso No. 4 Tahun 2020.

2. Gambaran Umum Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

Unit pelayanan perempuan dan anak Polres Kabupaten Bondowoso

yang selanjutnya disingkat Unit PPA Polres Kabupaten Bondowoso yang

di bentuk berdasarkan Perpol NO. 02 Tahun 2021 adalah unit yang

bertugas dibawah satuan reserse kriminal (sat reskrim) untuk memberikan

pelayanan, dalam bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak yang

menjadi korban kejahatan dan juga beserta penegakan hukum terhadap

pelakunya

49
50

3. Letak Geografis Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga

Berencana

Dinas Pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana terletak di

Jalan Kh. Asyari No. 127 Bik Timur Kademangan Kabupaten Bondowoso

Provinsi Jawa Timur, yang mana kantor dinas pemberdayaan perempuan

dan anak bersebelahan dengan kantor kemetrian agama sebelah barat dan

took serbaguna disebelah timur

4. Letak Geografis Unit Perempuan Dan Anak

Unit perempuan dan anak Polres Kabupaten Bondowoso terletak di

Jalan Veteran No. 1, Mandaluki, Dabasah, Kecamatan Bondowoso

Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur, yang mana Unit perempuan

dan anak Polres Bondowoso berhadapan langsung dengan pasar buah

kabupaten Bondowoso dan bersebelahan dengan stasiun kereta api

bondowoso di sebelah barat

B. Penyajian Data

1. Fakta Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di Kalangan Remaja Kab.

Bondowoso

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik

dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa perubahan

psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi,

dan kehidupan sosial perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-

alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan

baik. menurut santrock remaja berasal dari kata latin adolensence yang
51

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence

mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental,

emosional sosial dan fisik.

Peristiwa kekerasan seksual pada remaja di Bondowoso bukan lah

rahasia umum lagi bahwa dari tahun ke tahun terus saja bermunculan dan

menjamur seolah kejadian tersebut sudah biasa. Terlebih lagi,

perbandingan populasi antara orang dewasa, remaja dan anak-anak lebih

banyak mendominasi usia anak-anak dan remaja sedangkan perbandingan

populasi antara laki-laki dan permepuan lebih banyak perempuan

ketimbang laki-laki. hal ini lah banyak korban dari suatu kekerasan dari

kalangan perempuan dan fenomena kekerasan pada kalangan remaja di

Bondowoso menurut salah satu informan di Dinas PP&KB Kabupaten

Bondowoso Ibu Puji Rohani sebagai berikut:

“Kalau menurut saya kekerasan seksual itu banyak terjadi karena


adanya penyimpangan di dalam lingkungan baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan yang lebih luas. Penyimpangan itu
terkait dengan sistem atau norma di dalam lingkungan itu sendiri.
Ketika ada seseorang yang menyimpang dari itu maka akan timbul
reaksi kalau seseoarang itu memahami bahwa yang ia lakukan itu
merupakan suatu penyimpangan maka kekerasan tidak akan
terjadi.jadi kekerasan itu terjadi karena penyimpangan terhadap
sistem di dalam suatu lingkungan baik itu lingkungan keluarga
maupun lingkungan yang lebih luas.”66

Dari apa yang disampaikan oleh informan, kekerasan bermula dari

tidak adanya kepatuhan seseorang di dalam masyarakat terhadap suatu

sistem yang berupa aturan atau norma yang sudah mengikat di dalam

lingkungan kemasyarakatan, sehingga ketika seseorang melanggar atau

66
Puji Rohani,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 1 April 2021.
52

melampai suatu aturan atau norma tersebut, maka seseorang itu dikatakan

telah menyimpang dari segi hukum maupun dari norma-naorma

masyarakat seperti norma agama, kesopanan, dan kesusilaan. karena jika

seseorang tersebut telah mengetahui bahwa itu perbuatan yang

menyimpang dan bertolak belakang dari segi hukum maupun sosial

tentunya kekerasan itu tidak akan terjadi pendapat yang serupa di

kemukakan oleh salah satu konselor lain di Dinas PP&KB Kabupaten

Bondowoso ibu surmariyati, sebagai berikut

“Sangat miris lah ya, soalnya kan kekerasan semakin lama kan
semakin meningkat, semakin banyak modusnya semakin macam-
macam lah korbannya juga makin beragam pelakunya juga begitu
makin beragam lah. kalau dulu juga banyak yang dari kalangan
dewasa kalau sekarang kan trendnya semakin menurun kan karena
yang kita tangani ini kalau dulu itu umur 17an ya usianya terus
semakin lama usia-usia anak sekolah dasar yang masih bocah jadi
karena trendnya semakin menurun berarti kan semakin kritis”67

Menurut apa yang telah disampaikan oleh informan, fenomena

kekerasan di Bondowoso sudah sangat memprihatinkan karena dari tahun

ke tahun kasus kekerasan pada anak dan remaja terus meningkat,

korbannnya pun bervariasi mulai dari anak-anak, remaja dan orang dewasa

dan pelaku kejahatan kekerasan tersebut saat ini bukanlah kebanyakan dari

orang-orang yang tak dikenal, melainkan keluarga, tetangga, teman dan

sebagainya. karena itulah fenomena ini sangat miris sekali jika dilihat dan

makin kritis untuk segera ditangani dan ditindak lanjuti. Adapun pendapat

dari salah satu informan ibu surmariyati sebagai berikut:

67
Surmariyati,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 1 April 2021.
53

“Kalau kekerasan itu perlakuan yang itu membuat luka atau cedera
jadi perlakuan yang dilakukan oleh orang lain. Nah, yang dimaksud
luka atau cidera itu kan tidak harus secara fisik kan tapi juga secara
psikis yang tidak nampak atau terlihat tetapi dalam pandangan
Undang-undang itu masih ada pembelaan lagi yang lebih dalam
kalau misalnya di masyarakat awam itu kan biasanya hanya
mengenal fisik dan psikis tapi kalau di Undang-undang itu kan
selain fisik psikis kan juga ada pelantaran dan kekerasan emosional
itu kalau menurut Undnag-undang”68

Dari apa yang telah disampaikan oleh informan bahwa kekerasan

merupakan perlakuan orang lain yang berujung pada luka atau cidera baik

terlihat nampak secara fisik maupun luka yang tak tampak seperti luka

psikis. Selain itu, karena masyarakat awam biasanya hanya mengetahui

dan mengenal efek dari kekerasan itu hanya dua yakni kekerasan yang

melukai fisik dan psikis, nyatanya di Undang-undang memuat lebih

banyak jenis-jenisnya seperti penelataran dan kekerasan empsional yang

merupakan bentuk dari kekerasan juga. Mengenai jenis dan bentuk-bentuk

kekerasan menurut pendapat salah satu informan Ibu Puji Rohani sebagai

berikut :

“Bentuk kekerasan itu bisa berupa verbalitas, jadi orang tua ketika
melihat anak bertingkah kadang ada orang tua yang keceplosan
ngomongnya. Bentuk kekerasan verbalitas ini juga akan timbul
ketika anak umur 0 sampai 5 tahun, itu akan muncul dibawah sadar.
juga bentuk kekerasan itu keluar dari sikap, dimana orang tua
melihat anak tanda kutip, menurut orang tua itu menyimpang, dia
sikapnya acuh tak acuh, dibiarkan,tak amau peduli sehingga
karakter anak nanti yang terbentuk akan menjadi egois, karena
orang tua tidak mengambil sikap, dibiarkan malah dimanfaatkan
untuk mengerjakan urusannya sendiri. yang ketiga menurut saya
dari pola pikir, jadi pola pikir orang tua itu sangat sederhan sekali
terhadap anak. dia gak berfikir kalau seperti itu akan membentuk
karakter anak ke depan karena fikiran orang tua sudah ke yang lain.
sebabnya dari perilaku tersebut seperti yang sudah saya sampaikan

68
Surmayati,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 3 April 2021.
54

karena faktor pendidikan ekonomi dan lingkungan. dari perilaku


ketiga itu akan membentuk kecenderungan anak itu diabaikan, anak
itu diperlakukan seperti itu termasuk bentuk kekerasan, Cuma gak
kerasa.”69

Dari penjelasan narasumber diatas bahwasanya yakni kekerasan

secara verbal, kekerasan secara sikap dan kekerasan secara pola pikir.

Kekerasan secara verbal yang dimaksud ialah kekerasan yang dilakukan

melalui omongan dengan berkata-kata yang dapat menyakiti hati anak,

memang, tidak menimbulkan luka secara fisik, namun akan sangat

memberikan dampak negatif bagi psikis si anak dan terus akan muncul di

bawah alam sadar anak tersebut hingga dia tumbuh besar dan terus akan

diingat. Selain itu, kekerasan juga timbul dari sikap orang tua ketika anak

tidak sengaja melakukan kesalahan, orang tua justru memberikan sikap

dingin, acuh tak acuh kepada anak, orang tua tak peduli dan membiarkan

perilaku anak tersebut, hal ini tidak boleh dianggap sebelah mata, karena

karakter anak nantinya akan menimbulkan sikap egois dan mau menang

sendiri. Kemudian kekerasan pola pikir yang dilakukan orang tua

merupakan efek keberlanjutan dari kekerasan orang tua secara sikap, orang

tua tidak memikirkan bagaimana kedepannya memperlakukan anak

tersebut karena pola pikir orang tua yang terlalu sederhana sehingga tidak

memikirkan karakter anak yang timbul di kemudian hari.

69
Puji Rohani,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 5 April 2021.
55

2. Fakta Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di

Kalanagan Remaja Kab. Bondowoso

Kekerasan seksual terjadi bisa berupa pelecehan seksual seperti

ucapan simbol dan sikap yang mengarah pada hal-hal porno, perbuatan

cabul, perkosaan dan sejenisnya.70 pelibatan anak atau remaja dalam

kegiatan seksual dimana anak atau remaja tersebut tidak sepenuhnya

memahami atau tidak memberikan persetujuan atau oleh karena

perkembangannya belum siap atau tidak dapat memberi persetujuan atau

yang melanggar hukum atau pantangan masyarakat.71 bentuk kekerasan

seksual terutama tindakan pencabulan dan pemerkosaaan, sulit untuk

diproses secara hukum karena biasanya tindakan yang dilakukan diluar

sepengetahuan orang sehingga mengalami hambatan ketika mengahdirkan

saksi maupun penyediaan alat bukti. Alat bukti yang sesungguhnya dapat

ditemukan pada bekas pakaian, rambut atau lainnya, sering tidak dapat

digunakan lagi karena kecenderungan korban berusaha segera

membersihkan atau membuangnya kasus yang terjadi di kabupaten

bondowoso adalah kekerasan seksual yang mana ketika anak atau remaja

mengalami kekerasan seksual. maka anak tersebut tentunya mengalami

kekerasan psikis juga dikarenakan kekerasan seksual yang dialaminya

tidak diterima oleh korban sehingga pelaku pun mengancam sehingga

korban merasa takut dan akhirnya mengalami trauma.72

70
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN Maliki Press, 2013.
243.
71
Kordi, Ghufron, Durhaka Kepada Anak, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015, 94.
72
Khoirirotin Umi Nasihah, Wawancara ,Kantor PP&KB Kab. Bondowos, 5 April 2021.
56

Melihat trend perkembangan jaman, sekarang marak kasus tindak

pidana kekerasan seksual yang dilakukan pada kalangan remaja. Tentu hal

ini menjadi ke khawatiran tersendiri bagi pihak-pihak yang ada di

lingkungan sekolah. Mengetahui hal tersebut dari pihak sekolah ada

beberapa faktor yang menimbulkan penyebab terjadinya tindak pidana

kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah sebagaimana yang

disampaikan oleh salah satu pihak guru sekolah sebagaimana berikut ini:

“faktor utama penyebab terjadinya kekerasan seksual adalah


kelalaian orang tua yang tidak memperhatikan anak-anaknya secara
maksimal berdasarkan pengalaman saya menjadi guru disini,
banyak sekali anak-anak yang kurang diperhatikan, bermaian
seenaknya, nonton vidio porno dan terjadilah hal-hal yang tidak
diinginkan. Kemudian faktor pendukungnya yaitu lingkungan yang
sepi jauh dari keramaian, karena kejahatan tidak mungkin terjadi di
tempat yang ramai, apalagi jika si korban mau diajak ke kosan yang
sepi misalnya, maka hal tersebut akan dengan mudah
dilakukannya”73
Dari penjelasan narasumber diatas sudah sangat jelas bahwasanya

peran orang tua dalam kehidupan anak sangatlah penting untuk

mengontrol interaksi bersosial anaknya, tidak lepas dari peran sekolah juga

dalam mengontrol interaksi siswa/siswinya juga dalam lingkungan sekolah

sangatlah penting. Dikarenakan lingkungan yang sepi dan jauh dari

keramaian sangatlah berpotensi terjadinya kejahatan dikarenakan

kejahatan tidak mungkin terjadi di tempat yang ramai. Apalagi ditambah

jika si korban mau diajak ke tempat yang sepi maka hal tersebut akan

sangat mudah terjadi.

73
Ony Pambagyo Triantoro, Wawancara, Sekolah Sma Kab. Bondowoso, 8 Maret 2022,
57

Adapun beberapa tambahan dari pihak guru sekolah lainnya

sebagaimana yang sudah disampaikan berikut ini:

“Faktor lain penyebab terjadinya kekerasan seksual yaitu kebebasan


bermedia sosial, anak yang sudah diberi hp sendiri tanpa
pengawasan orang tua, apalagi anak perempuan yang dibebaskan
pergi seenaknya, akhirnya terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan,
setelah terjadinya barulah pihak keluarga korban melapor ke polisi,
setelah ditelusuri ujung-ujungnya karena pacaran, kalo faktor
pendukung tentunya dari internet yang dapat diakses dengan sangat
mudah dan suka sama suka anatara korban dan pelaku”74
Dari penjelasan dari narasumber diatas menjelaskan bahwa, faktor

utama terjadinya kekerasan seksual yang dilakukan oleh siswa/siswi yaitu

kelalian orang tuanya karena peran orang tua sangatlah penting dalam

perkembangan seorang anak, menurutnya banyak sekali siswa/siswi yang

terlalu bebas bermain diluar rumah tanpa pengawasan orang tua serta

kurangnya didikan dari orang tua membuat terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan tersebut mudah dilakukan anak ketika sedang berada diluar

rumah. Tidak hanya faktor utama, adapun faktor pendukungnya yaitu

tempat yang sepi jauh dari keramaian sehingga memeberi kesempatan bagi

anak tersebut untuk melakukan tindakan kekerasan seksual.

Adapun beberapa pendapat yang disampaikan oleh pihak guru

sekolah lainnya sebagaimana berikut:

“Mungkin ini hanya faktor pendukung ya mas dari sekian yang


disampaikan oleh pihak guru lainnya ya mungkin faktor natural
atau biologis atau nafsu yang memiliki asumsi bahwa laki=laki
memiliki dorongan seksual yang lebih besar dibandingkan
perempuan, sehingga laki-laki yang cenderung melakukan tindakan
terhadap perempuan. Pada faktor ini siapapun perempuan bisa
menjadi korban baik itu yang berjilbab mungkin itu faktor lainnya
mas”75

74
Kunadi, Wawancara, Sekolah Sma Kab. Bondowoso, 8 Maret 2022.
75
Djoko Murwoto, Wawancara, Sekolah Sma Kab. Bondowoso, 8 Maret 2022.
58

Dari penjelasan narasumber diatas bahwasanya ada faktor

pendukung yang sifatnya sangat natural yaitu nafsu seseorang laki-laki

kepada perempuan yang lebih besar, dalam kata lain bisa dibilang

bahwasanya laki-laki kurang bisa mengotrol nafsunya sendiri sehingga

laki-laki melakukan tindakan yang tidak diinginkan kepada perempuan,

hal seperti ini juga bisa terjadi kepada perempuan yang berjilbab, hal

seperti ini juga bukan menjadi halangan untuk laki-laki mendorong hasrat

mereka melakukan perbuatan yang tidak mengenakkan kepada perempuan.

Adapun faktor pendukung penyebab lainnya yang disampaiakan

oleh pihak guru lainnya sebagaimana berikut ini:

“Mungkin hanya tambahan saja mas dari pihak guru lainnya yang
sudah disampaikan tadi mungkin penyebab lainnya datang dari
kondisi laki-laki dan perempuan itu sendiri yang bisa memicu
timbulnya kekerasan seksual. Contohnya anak remaja memiliki
tingkat penasaran yang tinggi, ketika dia bermain social media
contohnya facebook, kemudian janjian dengan laki-laki dan
terjadilah hal-hal yan tidak diinginkan karena faktor penasaran dari
laki-laki maupun perempuan”76
Dari penjelasan tambahan oleh salah satu pihak guru lainnya

bahwasanya disampaikan kondisi biologis dari laki-laki dan perempuan

itu sendiri yang dapat memicu timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan

dikarenakan usia pada tingkat remaja memiliki tingkat rasa penasaran yang

tinggi di tambah dengan akses sosial media dan vidio porno yang sangat

mudah dijangkau ataupun diakses hal seperti ini sangatlah berpotensi

terjadinya tindak pidana kekerasan seksual.

76
Kunadi, Wawancara, Sekolah Sma Kab. Bondowoso, 8 Maret 2022.
59

Adapun beberapa tambahan dari beberapa siswa/siswi sekolahan

terkait dengan faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual yang terjadi

di lingkungan sekolah sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu

siswa berikut ini:

“Ya gimana mas mungkin penyebab terjadinya seperti itu


dikarenakan pergaulan yang terlalu bebas dan ya mungkin nafsu
yang tidak bisa dikendalikan mas, apalagi kalau melihat cewek
cantik sexy mas siapa yang gak tertarik mas, kalau kebanyakan
peristiwa yang terjadi di sekolah kami ya biasanya siswa/siswi yang
berpacaran biasanya mas”77
Dari penjelasan salah satu murid di sekolah tersebut menyampaikan

bahwasanya faktor-faktor seperti pergaulan atau lingkungan bersosial yang

terlalu bebas sehingga hal seperi ini yang menimbulkan interkasi antara

laki-laki dan perempuan yang bisa kelewat batas dan hal-hal seperti ini

kabenyakan terjadi kepada murid yang sedang berpacaran.

Adapun beberapa tambahan pendapat dari salah satu murid lainnya

di sekolah tersebut terkait dengan kronologi peristiwa kekerasan seksual

yang pernah terjadi di sekolahnya tersebut sebagaimana berikut ini:

“Kalau dari peristiwa yang terjadi dulu di sekolah kami ya itu mas,
seperti motif modus itu mas ceweknya diajak ke kosan terus di
kasih minuman alkohol mungkin sampai gak sadarkan diri mas,
terus di perkosa sama dua teman cowoknya mas kalau secara
detailnya saya gak tau seperti apa peristiwanya mas karena kabar
yang beredar disekolah Cuma seperti itu mas dan ketahuannya itu
mas pas cewek tersebut sudah hamil besar mas orang tuanya si
cewek terus melapor ke sekolah mas terus si cewek sama dua teman
cowoknya itu dikeluarkan dari sekolah mas Cuma seperti itu yang
saya tau mas”78

Dari penjelasan salah satu murid di sekolah tersebut terkait dengan

peristiwa kekerasan seksual yang pernah terjadi di sekolahnya tersebut

77
Ahmad Marzuki, Wawancara, Siswa Sma Kab. Bondowoso, 9 Maret 2022.
78
Bisma Yanuar, Wawancara, Siswa Sma Kab. Bondowoso, 9 maret 2022.
60

bahwasanya motif ataupun modus dari sang pelaku adalah dengan

mengajak korban ke kosannya tersebut dan memberikan minuman

beralkohol sehingga mungkin korban meminum minuman tersebut hingga

sampai tidak sadarkan diri dan kedua pelaku tersebut langsung memerkosa

si perempuan dengan cara bergantian sehingga mengakibatkan perempuan

tersebut sampai hamil dan dikeluarkan dari sekolah dan kedua pelaku

tersebut pun juga di keluarkan dari sekolah tersebut.

Hal seperti ini sangat menjadi kekhawatiran sendiri bagi orang tua

murid terkait dengan maraknya kasus tindak pidana kekerasan seksual

yang terjadi di lingkungan pendidikan, sebagaimana yang disampaikan

oleh salah satu wali murid berikut ini:

“Sebenarnya ya mas, kita sebagai orang tua pastinya khawatir la


dengan maraknya kabar tentang kekerasan seksual yang terjadi di
lingkungan pendidikan, yang pastinya kita sebagai orang tua
mengingikan anak kita tidak sampai menjadi korban kekerasan
seksual, karena anak zaman sekarang ini pergaulannya terlalu bebas
mas dan kita sebagai orang tua pun suka bingung mas jika anak
terlalu dikekang takutnya dari segi mentalnya terganggu mas dan
juga anak zaman sekarang pintar berbohong terhadap orang tuanya
contoh semisal jika sudah pulang jam sekolah ketika di telfon sama
orang tuanya ada dimana kok gak pulang bilangnya ada kegiatan
tambahan di sekolah padahal anak tersebut jalan-jalan sama teman
atau pacarnya mas”79
Dari penjelasan oleh salah satu wali murid atau orang tua murid

yang sudah disamapaikan bahwasanya, orang tua atau wali murid disini

sangatlah khawatir dengan maraknya kabar atau berita tentang tindak

pidana kekerasan seksual yang bisa terjadi di lingkungan pendidikan

dikarenakan orang tua sangat tidak mengingkan anaknya sampai menjadi

79
Supandi, Wawancara, Wali Murid Siswi Sma Kab. Bondowoso, 10 Maret 2022.
61

korban tindak pidana kekerasan seksual. Dikarenakan anak zaman

sekarang yang cenderung pergaulannya terlalu bebas dan peran orang tua

disini jika semisal terlalu mengekang anaknya dalam bergaul takutnya dari

segi mental anaknya juga ikut terganggu dan juga anak zaman sekarang ini

pintar membohongi orang tuanya, contoh semisal jika waktu pulang jam

sekolah orang tua sering menanyakan kepada anaknya kapan pulang ke

rumah dan jawaban anak biasanya bilang bahwasanya ada jam tambahan

disekolah seperti kegiatan ekstrakulikuler dan hal lainnya padahal anak

tersebut sedang jalan-jalan bersama teman-temannya atau pacaranaya.

Adapun penjelasan tambahan dari salah satu wali murid atau orang

tua siswa sebagaimana berikut ini:

“Seharusnya ya mas, jika sudah marak dan juga terjadi hal seperti
kekerasan seksual tersebut seharusnya dari pihak sekolah itu ada
antisipasi atau pencegahan biar hal seperti ini tidak sampai terjadi
di sekolah mas karena usia anak remaja itu sangat rentan terjadi
peristiwa seperti ini mas lagian anak sekolahan itu kalau sudah
pergi ke sekolah orang tua itu sulit untuk mengontrol secara intens
mas belum lagi dibenturkan persoalan pekerjaan orang tua mas
yang biasanya orang tua itu bangga anaknya mau berangkat ke
sekolah mau menuntut ilmu, sekarang malah khawatir mas kalau
ada berita seperti itu mas “80
Dari penjelasan tambahan dari salah satu pihak wali murid

bahwasanya jika kabar atau berita tentang tindak pidana kekerasan seksual

sudah marak ataupun viral bahkan sudah pernah terjadi dilingkungan

sekolah seharusnya dari pihak sekolah ada upaya-upaya antisipasi atau

pencegahan terkait dengan tindak pidana kekerasan seksual supaya hal-hal

yang tidak diinginkan tidak terjadi, dikarenakan anak pada usia remaja

80
Winarno, Wawancara, Wali Murid Siswi Sma Kab. Bondowoso, 10 Maret 2022.
62

sangatlah rentan bahkan berpotensi terjadi peristiwa tindak pidana

kekerasan seksual. Dikarenakan jika anak sudah berangkat ke sekolah

peran orang tua untuk mengontrol bersosial anak sanagatlah sulit belum

lagi dibenturkan oleh persoalan pekerjaan orang tua. Jadi kita sebagai

orang tua yang biasannya bangga kepada anaknya karena mau menuntut

ilmu ke sekolah malahan sangatlah khawatir mas karena maraknya berita

tentang terjadinya tindak pidana kekerasan seksual yang bisa terjadi di

lingkungan sekolah.

Ada berapa hal terkait dengan terjadinya tindak pidana kekerasan

seksual yang terjadi dikalangan remaja kabupaten bondowoso yang mana

dijelaskan oleh Ibu Puji Rohani sebagai berikut:

“Menurut saya kekerasan yang timbul terhadap remaja karena satu


faktor keluarga akan pendidikan baik ibu maupun ayah maupun
anggota keluarga yang lain. itu faktor pendidikan tentang
bagaimana mengasuh anak, membingbing anak, itu kurang mampu
dipahami. yang kedua faktor ekonomi ketika ekeonomi seseorang
dalam keluarga itu lemah maka perhatian terhadap anak itu
terkurangi karena orang tua atau anggota keluarga yang lain itu
fokus terhadap kinerja bahkan kadang anak dieksploitasi disewakan
seperti itu. kemudian faktor lingkungan dimana satu komunitas
kadang-kadang kalau sudah komunitasnya dikuasai oleh orang-
orang yang dalam tanda kutip tempramenya keras ini juga akan
menjadi penyebab. jadi tiga faktor yang sangat krusial akan hal
ini”81
Dari apa yang telah dipaparkan oleh informan bahwasanya faktor-

faktor terjadinya kekerasan terdapat tiga faktor utama. Kurangnya

pendidikan akan mengasuh anak dan membingbing anak dari orang tua

sangat kurang. Hal ini mungkin dikarenakan orang tua belum siap untuk

mengasuh anak atau dikarenakan orang tuanya yang menikah muda

sehingga masih kurang dalam pendidikan mengenai cara mengasuh dan

81
Puji Rohani,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 5 April 2021.
63

membimbing anak. kemudian faktor yang kedua ialah faktor ekonomi

yang mana ketika ekonomi suatu keluarga itu tergolong lemah, maka

peluang anak mendapat kekerasan menjadi tinggi seperti anak dieksplotasi,

disewakan dan sebagainya meskipun tidak hanya terjadi pada keluarga

yang ekonominya lemah namun anak yang berada di dalam keluarga yang

memiliki yang cukup pun terkadang mengalami kekerasan karena orang

tua terlalu fokus pada pekerjaan dan kinerjanya sehingga anak kurang

diperhatikan dan kurang diberi kasih sayang selanjutnya faktor

memengaruhi terjadinya kekerasan pada anak ialah faktor lingkungan

dimana ketika lingkungan tempat anak itu tinggal dihuni atau ditempati

oleh orang-orang yang memiliki tempramen yang tinggi, maka anak

kemungkinan besar akan terkena perlakuan kekerasan,. baik kekerasan

secara fisik maupun secara psikis yang terlontar dari perkataan orang-

orang yang berada di lingkungan tersebut. hal senada juga disampaikan

oleh informan Ibu Puji Rohani sebagai berikut:

“Kalau kekerasan, macam-macam ya sebenarnya tapi yang sering


kita dampingi itu kekerasan seksual sebenarnya selain kekerasan
seksual juga ada sih kekerasan fisik tapi kekerasan fisik kan
biasanya dari orang yang terdekat ya, seperti keluarga misalnya bibi
atau paman, tapi yang paling banyak kita dampingi memang
kekerasan seksual karena kan biasanya kekerasan seksual kan
berimbas 82misalnya sampai hamil dan kebanyakan pelakunya orang
terdekat.”

Dari keterangan yang diberikan oleh informan, kasus kekerasan

yang sering didampinginya ialah korban kekerasan seksual, meskipun tak

sedikit juga korban kekerasan fisik namun perhatian informan lebih

kepada kekerasan seksual dikarenakan dampak kasus kekerasan seksual

82
Puji Rohani,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 6 April 2021.
64

yang masuk ke lembaga PP & KB Kabupaten Bondowoso berujung pada

kehamilan sehingga perlu penindakan lanjut dan perawatan serius terhadap

korban atas trauma atau stres yang dihadapi karena bagaimana pun, bayi

yang dikandungnya harus tetap terjaga dan sehat sampai korban

melahirkan. kemudian jenis dan bentuk kekerasan yang dialami anak

dikemukakakn oleh salah satu informan Ibu Puji Rohani sebagai berikut:

“Selama korban merasa bahwa dia terskaiti dan dia tidak nyaman
entah yang membuat kondisi dia kemudian berubah perilakunya itu
kekerasan ya, bisa kekerasan fisik psikis kemudian penelantaran
kemudian orang tua yang tidak tepat seharusnya kan anak-anak ada
hak ya ketika hak hak itu tidak tercukupi dan semuanya tidak dia
dapatkan berarti kan dia telah mengalami kekerasan”83

Menurut penuturan informan, anak atau remaja yang mengalami

kekerasan pasti merasa bahwa dirinya telah tersakiti baik itu fisiknya

maupun psikisnya dan anak itu merasa terancam sehingga menimbulkan

rasa tidak nyaman di dalam dirinya sehingga dikhawatirkan akan

berdampak pada pola perilakunya. selain itu penelataran anak dan

pengasuh anak yang tidak tepat merupakan salah bentuk kekerasan pada

anak yang berdampak pada psikisnya. tidak hanya itu menurut informan,

apa-apa yang termasuk hak anak, jika itu tidak terpenuhi semuanya maka

itu juga termasuk tindak kekerasan pada remaja. Dengan berbagai macam

jenis dan bentuk dari kekerasan itu sendiri, tentulah bermacam-macam

daftar kasus kekerasan yang masuk ke dinas PP & KB Kabupaten

Bondowoso seperti yang ditangani oleh Ibu Inge Dwi Agustin sebagai

berikut:

83
Puji Rohani,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 7April 2021.
65

”Banyak, bervariasi. Yang pernah saya tangani itu kasus ketika


keluarga mengalami kondisi broken home. Ini orang tua sudah
tidak ada lagi keharmonisan akhirnya anak menjadi korban , karena
sudah menjadi korban akibat broken dari orang tua, akhirnya anak
akan terjaring kedalam dunia lain, nah ketika telah bertemu dengan
lingkungan yang tidak baik maka anak ini akan menjadi korban.
Dia harus pergi ketempat temannya neneknya atau bibinya karena
dia sudah tidak menemukan rasa nyaman karena orang tua sudah
dalam kondisi broken. Di dalam lingkungan sekolah pun ada, jadi
ketika anak itu tidak merasa setara dengan temannya ini kan akan
menimbulkan rasa ketidaksenangan, menimbulkan tanggapan
sehingga ia menjadi minder, gak diajak berteman maka anak ini
menjadi sendirian dan akhirnya tertutup terus anak ini sering
mengalami pelecehan secara verbal sehingga ketika mengadu ke
kami, kami juga harus mengklarifikasi terhadap lembaga
pendidikan anak ini juga terhadap orangtuanya. Jadi beruntung
kalau disekolah itu punya konselor, kalau tidak ada ya kan kita
harus memindahkan anak ini untuk melakukan yang setara dengan
anak ini dilingkungan yang baru, itu kita follow up in kita adakan
semacam kegiatan untuk mengatasi hal hal semacam itu. Disatu
kecamatan kita kumpulkan, kita lakukan, kita cari sekolah yang
berpotensi akan terjadinya kekerasan terhadap anak yang setara, itu
kita kumpulkan, kita berikan masukan bahwa jangan sampai ada
pembedaan di dalam hal bersikap didalam hal bertindak terhadap
anak.”84

Dari penejelasan informan kasus remaja yang sering ditanganinya

adalah kekerasan di dalam keluarga dan lingkungan sekolah. kekerasan di

dalam keluarga yang pernah di jumpai orang tuanya untuk diajarkan

tentang mata pelajaran nya, orang tua enggan menemani dan membantu

si anak untuk belajar, padahal anak memiliki hak untuk diberikan

dampingan dan pendidikan, bahkan si anak mendapatkan kekerasan

melalui verbal sehingga anak merasa tersinggung dan anak tentulah

merasa tak nyaman lagi ketika berada di rumah sehinggaperlakuan orang

tua pun semakin keras lagi terhadap anak. Kemudian kasus yang pernah

informan tangani ialah kasus kekerasan anak yang orang tuanya

84
. Inge Dwi Agustin,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 7 April 2021.
66

mengalami kondisi broken home, ketika orang tuanya tidak lagi dalam

kondisi harmonis, anak pun menjadi korbannya. Ketika anak tersebut tidak

terpenuhi hak-haknya dan orang tuanya tidak memiliki keharmonisan lagi

terhadap hubungan mereka, anak cenderung akan mencari perhatian diluar

lingkungan keluarga, anak akan terus mencari perhatian terhadap orang-

orang yang mau diajak sharing, akhirnya anak itu terjerumus ke dunia

gelap, sehingga anak ini butuh perlindungan agar terhindar bebas dari

pengaruh dunia gelap. Selain kasus kekerasan anak di lingkungan

keluarga, informan juga pernah terjun ke dalam kasus kekerasan yang

terjadi di lingkungan sekolah, dimana korban mendapatkan kekerasan

secara verbal dari teman-temannya dan akhirnya korban pun merasa

minder dan akhirnya korban memutuskan untuk menyendiri. Tidak hanya

di lingkungan keluarga yang berpotensi menyebabkan terjadi kekerasan

seksual tapi di lingkungan sekolah pun juga bisa terjadi seperti yang di

sampaikan oleh salah satu anggota dinas PP&KB Kab. Bondowoso ibu

inge dwi agustin sebagai berikut:

“Yang paling banyak kekerasan seksual, psikis juga banyak karena


kalau seksual itu karena ada ancaman secara otomatis kan psikis
juga kena. karena tidak mungkin ka anak merasa tidak takut karena
pasti pelaku juga mengancam. kekerasan psikis itu selalu mengikuti
kekerasan seksual terjadi”85

Dari yang telah disebutkan oleh informan kasus kekerasan yang

sering ditanganinya ialah kasus kekerasan seksual. Menurutnya ketika

seseorang mengalami kekerasan seksual maka korban tersebut pasti

terkena kekerasan secara psikis juga, dikarenakan kekerasan seksual yang

85
Inge Dwi Agustin,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 7 April 2021.
67

dialaminya tidak diterima oleh korban sehingga pelaku pun secara

langsung mengancam sehingga korban merasa takut dan akhirnya

mengalami trauma

Adapun beberapa pendapat dari unit PPA (pelayanan perempuan

dan anak polres kab. Bondowoso) yang disampaikan oleh Bapak

Nukarman Bahwasanya:

Sebenarnya begini mas, banyak laporan kasus kekerasan seksual


yang masuk ke unit kita tapi belum ada undang-undang yang
mengatur terkait perlindungan hukum korban tindak pidana
kekerasan seksual pada remaja tersebut karena undang-undang kita
hanya mengatur terkait dengan perlindungan kepada anak yang
tertera dalam UU no. 23 tahun 2002 dan juga undang-undnag no 35
tahun 2014. jadi karena kami disini penegak hukum dan bekerja
menurut bahasa hukum yang ada kami tidak bisa memproses secara
lanjut laporan kasus tersebut tetapi kami akan berkoordinasi
dengan Rumah sakit atau dengan Dinas PP&KB setempat..86

Jadi menurut penjelasan salah satu informan di atas adalah banyak

kasus yang masuk ke unit ppa polres bondowoso tetapi karena belum

adanya kepastian hukum yang mengatur terkait kekerasan seksual pada

remaja maka laporan kasus tersebut tidak bisa di lanjut karena undang-

undang hanya mengatur terkait dengan perlindungan anak bukan pada

remaja jadi kita tidsk bisa memproses secara lanjut tapi korban tersebut

jika memerlukan pendampingan atau semacamnya akan di limpahkan ke

pemerintah setempat dan juga pihak kami akan berkoordiansi dengan dinas

PP&KB kab. Bondowoso biar ada pendampingan dari dinas tersebut.

Adapun juga tambahan beberapa pendapat dari anggota Unit PPA Polres

Kabupaten Bondowoso Bapak Mawardi sebagaimana berikut:

86
Nukarman, Wawancara, Kantor Polres Kab. Bondowoso, 15 April 2021.
68

Jadi begini mas setiap kasus yang masuk ke unit kami entah itu
kasus pada anak pada remaja ataupun orang dewasa selama kasus
atau tindak pidana tersebut masuk kategori Undang-undang
Perlindungan Anak dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga kita
akan melanjuti proses hukum tersebut dak jika tidak termasuk
dalam undang-undang tersebut kami tidak menyianyikan laporan
tersebut kami akan melimpahkan ke dinas yang terkait karena kita
serba repot disini mas karena kita bekerja berdasarkan ketentuan
hukum yang berlaku dan sebenarnya dari kita tidak hanya
menunggu kasus ini terjadi setiap bulan kita datang ke desa-desa
bekerjasama dengan Polsek dan juga dinas terkait memberikan
edukasi terkait ini mas.87

Jadi pengertian dari salah satu anggota Unit Pelayanan Perempuan

dan Anak (PPA) Polres Kabupaten Bondowoso yang mana menjelaskan

bahwasanya setiap kasus yang masuk ke Unit Pelayanan Perempuan dan

Anak (PPA) polres Kabupaten Bondowos mulai dari kasus anak-anak,

remaja dan orang dewasa. Selama kasus tindak pidana tersebut tidak

tergolong dalam Undang-undang perlindungan anak dan Kekerasan pada

rumah tangga kita tidak dapat melanjutkan proses hukum tersebut karena

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) polres Kabupaten Bondowoso

yang bekerja berdasarkan hukum yang berlaku dan dari pihak kami juga

tidak langsung menyianyiakan laporan tersebut. Kami akan berkoordinasi

dan berkomunikasi dengan dinas setempat dan melemparkan kasus ini

kedinas terkait supaya ada pembinaan terhadap korban tindak pidana

kekerasan seksual supaya mental dan juga kondisi psikis korban kembali

normal lagi dan menjalani hari-hari seperti biasanya.

87
Mawardi,,Wawancara, Kantor Polres Kab. Bondowoso, 15 April 2021.
69

3. Pola Perlindungan Hukum Korban Tindak Pidana Kekerasan

Seksual Di Kalangan Remaja Kab. Bondowoso

Sebagai negara hukum yang tetap ikut serta dalam perdamaian

dunia dengan upaya pemajuan perlindungan hak asasi manusia,

perlindungan remaja yang merupakan implementasi dari prinsisp negara

hukum, yang melindungi hak-hak asasi yang di tegaskan dalam BAB XA

Undang-undang Dassar 1945 Pasal 28 sampai dengan 28J yang merupakan

pengakuan negara terhadap perlindungan hak asasi manusia yakni: “setiap

orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum

yang adil serta perlakuan yang sama di mata hukum. setiap orang wajib

menghormati hak asasi manusia, orang lain dalam tertib kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.88

Adapun beberapa pendapat dari Unit Perempuan Dan Anak (PPA)

Polres Kabupaten Bondowoso sebagaimana yang diutarakan oleh salah

satu narasumber sebagai berikut:

Sebenarnya ya mas dengan banyaknya terjadinya kasus kekerasan


seksual entah itu pada remaja maupun anak-anak karena salah satu
faktor yaitu sulitnya memproses kasus tersebut karena biasanya ini
mas yang terjadi tindakan atau perbuatan yang dilakukan diluar
sepengetahuan orang sangat sulit diproses mas dan dari pihak kita
kepolisian mengalami keterhambatan menghadirkan saksi ataupun
barang bukti karena biasanya setelah pelaku melakukan tindakan
tersebut pelaku berusaha membersihkan atau membuang barang-
barang yang terkait itu mas.89

Jadi pengertian dari salah satu narasumber Unit Perempuan Dan

Anak (PPA) Polres Kabupaten Bondowoso bahwasanya banyaknya masuk


88
Sunarso, siswanto, Viktimologi dalam sistem peradilan pidana , Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
211.
89
Hendra Siswanto, Wawancara, Kantor Polres Kab. Bondowoso, 15 April 2021.
70

laporan terjadinya kasus kekerasan seksual di kalangan remaja kabupaten

bondowoso karena dari kepolisian sangat sulit untuk memproses kerana

hukum karena tindakan atau perbuatan yang dilakukan tanpa

sepengetahuan orang sangat sulit untuk di proses dan dalam hal ini dari

pihak kepolisian mengalami keterhambatan dalam menghadirkan sanki

dan barang bukti, karena kebanyakan kasus yang terjadi kebanyakan

pelaku berusaha membersihkan atau membuang barang bukti, karena alat

bukti yang sesungguhnya dapat ditemukan pada bekas pakaian, rambut

dan lain-lainnya adapun juga beberapa tambahan dari anggota unit PPA

Polres sebagaimana berikut:

seharusnya ya ini mas dalam hal ini seumpama pemerintah pusat


ataupun pemerintah daerah mengeluarkan aturan atau undang-
undang yang mengatur terkait kekerasan seksual di usia remaja
mas kita bisa memproses kasus tersebut mas karena kita bekerja
berdasarkan bahasa hukum yang berlaku mas jadi kalau seumpama
ada aturan yang mengatur hal tersebut justru itu akan menurunkan
angka korban kekerasan seksual di usia remaja mas.90

Jadi pengertian dari salah anggota Unit PPA polres bahwasanya dari pihak

Unit PPA Polres setiap ada laporan yang masuk ke pihak kami terkait

dengan kasus kekerasan seksual di usia remaja, Dari pihak Unit PPA

Polres sangat sulit untuk memproses kasus tersebut dikarenakan tidak

adanya aturan ataupun undang-undang yang mengatur terkait dengan hal

kekerasan seksual di usia remaja dan seharusnya hal-hal seperti ini

menjadi pembahasan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk

menerbitkan peraturan ataupun undang-undang terkait kekerasan seksual

90
Mawardi, Wawancara, Kantor Polres Kab. Bondowoso, 16 April 2021.
71

di usia remaja supaya setiap korban yang melapor ke pihak kami bisa

diproses secara baik dan hal seperti ini akan memberikah hal yang sangat

posistif kepada korban karena adanya kepastian hukum terhadap korban

dan juga pelaku kekerasan seksual.

Adapun juga beberapa pendapat dari dinas pp&kb ibu surmayati

sebagaimana berikut:

Sesungguhnys begini mas cara yang paling mudah atau yang paling
gampang untuk mencegah angka kekerasan seksual yang pertama
harus dimulai dari sendiri dulu mas yang kedua dari keluarga dan
yang ketiga dari faktor lingkunganya seperti apa karena ini sangat
berpengaruh pada sistem kehidupan kita seperti apa mas jadi kalau
sudah kita sendiri tidak bisa menjaga diri dan dari orang tua kita
pun tidak mau tahu apa yang terjadi kepada kita dan ditambah
lingkungan yang buruk bagi kita kalau seperti itu terus menerus
mas maka angka kekerasan seksual bukannya berkurang malah
akan bertambah.91

Jadi pengertian dari salah satu anggota dinas PP&KB bahwasanya

cara atau solusi yang paling mudah untuk dilakukan untuk mengurangi

angka kekerasan seksual di kalangan remaja yaitu yang pertama adalah

dengan bagaimana cara kita melindungi diri sendiri dan yang kedua adalah

dari keluarga kita sendiri yang selalu memerhatikan kita sebagaimana rasa

kasih orang tua terhadap anak itu sendiri mulai dari kepedulian orang tua

terhadap kehidupan anak dan juga pergaulan anak itu sendiri yang ketiga

adalah dari lingkungan sekitar sebagaimana yang dimaksud adalah jika

kita hidup dilingkungan yang kurang baik dan kita sendiri tidak bisa

memilah milih teman maka dengan secara tidak langsung kitapun juga

secara perlahan akan terjrumus ke lingkungan yang buruk tersebut dan

91
Surmayati, Wawancara ,Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 10 April 2021.
72

apabila kita sudah tidak bisa menjaga diri kita sendiri dan dari keluarga

kita pun tidak mau tahu dengan apa yang terjadi kepada kita ditambah lagi

dengan lingkungan yang sangat buruk bagi kita maka jangan berharap

angka atau kasus kekerasan seksual pada remaja akan menurun malahan

akan terus bertambah dari tahun ke tahun.

Adapun beberapa upaya pencegahan yang sudah dilakukan oleh

Dinas PP&KB Kab. Bondowoso yang di utarakan oleh salah satu

narasamber sebagimana berikut ini :

“kita kan bergerak di lini pencegahan mas jadi maksudnya begini,


kita kan bergerak di tiga lini ya. ada pencegahan, pendampingan,
pendampingan itu bisa litigasi dan non litigasi, kemudian
rehabilitasi dan integrasi. Pendampingan itu mulai dari pemeriksaan
psikologis pemeriksaan di kepolisian yang namanya bap itu sampai
persidangan nah, rehabilitasi dan integrasi itu ya bagaimana korban
tersebut kembali ke keluarganya atau keluarga lain pengganti
seandainya keluarganya tidak bisa menerima. nah di lini
pencegahan itu kan kita melakukan siaran di radio seminar
mendampingi forum anak itu kan lini lini pencegahan untuk
mencegah mengurangi angka kekerasan itu.”92

Dari penjelasan yang di paparkan oleh informan dapat di ketahui

bahwa layanan yang diberikan oleh Dinas PP&KB Kab. Bondowoso

meliputi tiga aspek yaitu layanan pencegahan, layanan pendampingan,

serta layanan rehabilitasi dan reitegrasi. Layanan pencegahan disini

maksudnya ialah layanan bagaimana caranya agar kekerasan itu dapat

dicegah atau berkurang dengan melakukan kegiatan atau forum yang

mengarah pada pencegahan tindak kekerasan terutama terhadap

perempuan dan anak-anak. selain mengadakan forum-forum maupun

92
Surmayati, Wawancara ,Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 10 April 2021.
73

seminar kegiatan, lembaga PP&KB Kab. Bondowoso juga melakukan

siaran di radio. kemudian layanan pendampingan yang terbagi dua bentuk

yaitu litigasi dan non litigasi yang mana layanan ini khusus untuk

seseorang yang telah menjadi korban atas tindak kejahatan. maka tugas

lembaga PP&KB Kab. Bondowoso disini ialah untuk membantu

memfasilitasi para korban mulai dari pemeriksaan psikologis dan

pendampingan jalur hukum. Rehabilitasi dimaksudkan untuk memulihkan

total kondisi korban sampai benar-benar sembuh total dan reitegrasi yaitu

agar korban mau diterima lagi di lingkungan keluarganya maupun di

lingkungan masyarakatnya. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu

informan Dinas PP&KB Kab. Bondowoso ibu agustin sebagaimana

berikut:

“Kalau kita dengan cara sosialisasi terus ya ada juga siaran radio
itu mulai akhir 2012 di stasiun radio lokal sampai sekarang masih
berjalan. kalau dulu sebulau dua kali terus kalau tahun kemarin itu
satu bulan sekale kalau sekarang juga sama sebulan sekali juga di
radio. terus sosialisasi pelatihan seperti pelatihan konselor seperto
bulan oktober kemarin ada tiga kali pelatihan konselor jadi kita ya
melatih kader barusan juga saya melatih anggota ibu-ibu pkk itu
juga membantu memfasilitasi pp&kb jadi untuk membantu kita
menjangkau masyarakat jadi ya kita banyak di bantu
penjangkauannya oleh teman-teman yang ada di daerah.”93

Dari informasi yang diberikan oleh informan dapat di katakana

bahwa Dinas PP&KB Kab. Bondowoso selalu memberikan layanan

pencegahan di masyarakat dengan cara melakukan sosialisasi terus

menerus mulai dari melakukan siaran radio di stasiun radio daerah yang

dilakukan satu bulan sekali yang mana di siaran radio tersebut Dinas

93
Inge Dwi Agustin ,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 10 April 2021.
74

PP&KB Kab. Bondowoso melayani dialog interaktif kepada pendengar

radio dan dilakukan tiap hari selasa pada minggu ketiga saja. Selain

melakukan siaran radio sebagaimana salah satu programnya, dinas

PP&KB Kab. Bondowoso menggalakan sosialisasi berupa pelatihan

konselor, jadi tidak hanya memberikan layanan penyuluhan saja, tetapi

melatih kader-kader yang bisa memberikan bantuan lebih terhadap tenaga

konselor di dinas PP&KB Kab. Bondowoso yang tergolong sangat sedikit

sekali yakni hanya empat konselor saja, tidak hanya itu memberikan

sosialisasi pelatihan kepada ibu-ibu pkk pun menjadi sasaran dinas

PP&KB Kab. Bondowoso karena ketika melatih kelompok kelompok

tersebut, maka dinas PP&KB Kab. Bondowoso semakin banyak memiliki

jaringan yang memudahkan untuk cepat tanggap jiak terjadinya tindak

kasus kekerasan yang terjadi di daerah-daerah kabupaten Bondowoso

Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas PP&KB Kab.

Bondowoso dalam mencegah dan mengurangi angka kekerasan seksual

yang terjadi di Kab, Bondowoso sebagaimana yang di utarakan oleh salah

satu narasumber sebagai berikut:

“Ada beberapa mas upaya yang sudah kita lakukan dalam


mencegah dan mengurangi angka kekerasan seksual salah satunya
dengan sosialisasi atau pembiasaan kepada masyarakat atau
kelompok-kelompok tertentu dengan penanaman nilai-nilai agama,
kesehatan, sosial dan budaya serta norma hukum yang berlaku.
tindakan ini dilakukan sebagai contoh yang baik dari sikap orang
tua biasanya agar anak juga saling mengingatkan kepada orang-
orang di lingkungannya jika terjadi indikasi kekerasan seksual.”94

94
Inge Dwi Agustin,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 10 April 2021.
75

Dari penyampaian salah satu anggota Dinas PP&KB Kab.

Bondowoso bahwasanya upaya-upaya yang sudah dilakukan dalam

mencegah dan mengurangi angaka kekerasan seksual khususnya pada

remaja yaitu dengan memberikan sebuah pemahanan atau edukasi kepada

orang tua ataupun masyarakat dan juga kepada kelompok-kelompok

tertentu berupa penanaman nilai-nilai spiritualitas dan juga edukasi

kesehatan, sosial dan budaya serta norma hukum agar masyarakat dalam

mengajarkan dan mengasuh anak tetap dalam norma agama dan juga

norma sosial dan hukum agar anak dalam berinteraksi dengan lingkungan

mereka, mereka selalu memiliki prinsip dan juga pegangan agar mereka

tidak salah arah dalam menanggapi segala sesuatu yang terjadi di

lingkungan mereka. adapun pula yang disampaikan oleh satu konselsor

menjelaskan mengenai upaya Dinas PP&KB Kabupaten Bondowoso

dalam banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten

Bondowoso, maka penulis akan membagi empat kelompok tindakan yang

dilakukan Dinas PP&KB Kabupaten Bondowoso dalam melayani

masyarakat dan juga korban kekerasan, seperti berikut: 95

C. Pembahasan Temuan

Pada bagian ini kita perlu mengkaji apa saja penemuan-penemuan

masalah dalam suatu penelitian dengan hipotesis yang telah direncanakan pada

bagian sebelumnya sehingga dapat diwujudkan sebagai jawaban dan

tanggapan terhadap apa yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk lebih

95
Inge Dwi Agustin,,Wawancara, Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 11 April 2021.
76

jelasnya peneliti akan menjabarkan hasil temuan-temuan di lapangan

sebagaimana yang dijabarkan berikut ini :

1. Fakta Tindak Pidana Kekerasan Seksual pada Kalangan Remaja di

Kabupaten Bondowoso

Kekerasan seksual berasal dari dua kata yaitu kekerasan dan

seksual yang di dalam bahasa inggris disebut dengan (sexual harrassment)

kata (harassment) mempunyai arti tindak kekerasan, perbuatan tidak

menyenangkan dan tindakan memaksa.

Pengertian Kekerasan Seksual menurut UU TPKS, adalah “setiap

perbuatan merendahkan, menghina, menyerang dan perbuatan lainnya

terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang dan fungsi reproduksi, secara

paksa bertentangan dengan kehendak seseorang yang menyebabkan

seorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas

karena ketimpangan relasi kuasa atau relasi gender yang berakibat

penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian

secara ekonomi, sosial, budaya, dan politik”. Dalam hal ini pula tindak

pidana kekerasan seksual juga diatur dalam Undang-undang Pasal 285

KUHP, yaitu mengenai kejahatan terhadap kesusilaan yang dapat diacam

pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Dari paparan data hasil temuan yang yang telah dijabarkan diatas

dapat dirumuskan bahwa pada faktanya tindak pidana kekerasan seksual

yang terjadi di kabupaten bondowoso, khususnya peristiwa tindak pidana

kekerasan seksual yang terjadi pada kalangan usia remaja bagaikan


77

fenomena gunung es yang memiliki arti jika yang terlihat adalah tidak

sama dengan kenyataannya. Dari penelitian yang Penulis lakukan, didapati

bahwa kekerasan seksual yang terjadi di kabupaten bondowoso secara data

resmi memang sedikit, namun dalam fakta yang terjadi lapangan

didapatlah kondisi jauh berbeda dengan data tersebut. Penulis melihat jika

kondisi kekerasan seksual yang sebenarnya terjadi dilapangan sudah

memasuki taraf yang sangat memprihatinkan, karena dari tahun ke tahun

kasus tindak pidana kekerasan seksual pada remaja dan anak terus

meningkat.

Perbandingan populasi perempuan dan laki-laki dengan proporsi

lebih banyak perempuan daripada laki-laki berdasarkan sensus penduduk

tahun 2020, menyebabkan banyak terjadinya fenomena kekerasan seksual

pada remaja dan anak sehingga korban dalam kekerasan seksual tersebut

juga terus meningkat. korbannyapun bervariasi dalam kisaran usia remaja

dan anak-anak terlepas dari status sosial dan status ekonomi korban.

Sedangkan pelaku kejahatan tersebut saat ini, bukanlah dari orang-orang

yang tidak di kenal melainkan kebanyakan dari orang-orang terdekat

seperti keluarga, teman, atau pacar sendiri dan dan juga orang-orang

terdekat lainya.

Fenomena seperti ini memang menjadi situasi yang sangat miris

sekali jika dilihat dari perkembangannya yang terus meningkat dan makin

kritis untuk segera di tangani serta ditindak lanjuti. Dari seluruh korban

tindak pidana kekerasan seksual yang diteliti, banyak dari korban tersebut
78

yang takut untuk melapor kepada pihak yang berwajib, karena kurang

adanya kepastian hukum atau aturan dan juga undang-undang yang

memberikan perlindungan kepada korban, sehingga korban mendapatkan

kepastian hukum sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 27 ayat (1)

Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap warga

negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan, dan

wajib menjungjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya” dalam hal ini negara berkomitmen bahwa setiap warga

negaranya harus diperlakukan baik, adil dan juga sama kedudukannya di

dalam hukum baik itu korban maupun tersangka.

2. Fakta Terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di kalangan

Remaja Kabupaten Bondowoso

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya tindak pidana

kekerasan seksual pada kalangan usia remaja di Kabupaten Bondowoso

salah satu faktornya adalah sulitnya mengidentifikasi terjadinya kasus

tindak pidana kekerasan seksual tersebut dan memprosesnya secara

hukum, karena perbuatan atau tindak kejahatan yang biasanya dilakukan

tanpa sepengetahuan orang lain sangat sulit untuk diidentifikasi dan

diproses secara hukum, sehingga dalam menjalankan tugasnya pihak

kepolisian mengalami hambatan dalam menghadirkan saksi dan alat bukti,

dikarenakan alat bukti yang menentukan hanya dapat ditemukan pada

bekas pakaian, rambut atau lain-lainnya, karena ada istilah dalam perkara

hukum pidana yaitu “In Criminalibus Probantiones Bedent Esse Luce


79

Clariores” yang artinya dalam perkara pidana bukti-bukti itu harus lebih

terang dari pada cahaya.

Dari banyaknya pelaku kasus tindak pidana kekerasan seksual,

pelaku tindak pidana kekerasan seksual sering berusaha membuang atau

menghilangkan barang bukti yang terkait dengan korban, sedangkan dalam

perkara hukum pidana itu mencari kebenaran materil adalah hal yang

mutlak dibutuhkan oleh hakim dalam memutus perkara pidana. Selain itu

kurangnya kepastian hukum terhadap perlindungan kepada korban dari

penegak hukum mengakibatkan korban semakin takut untuk melaporkan

kasusnya tersebut. Adapun faktor lain yang menyebabkan kekerasan

seksual sebagaimana berikut ini:

a. Faktor lingkungan

Yakni faktor kekerasan seksual yang terjadi di kalangan remaja

kebanyakan diakibatkan oleh faktor lingkungan, yang mana

lingkungan yang dimaksud adalah terlalu banyak hal negatif di dalam

kondisi sosial masyarakat, atau bisa dibilang lingkungan yang ia

tempati kurang positif dari segi perilaku masyarakatnya karena jika

sistem atau norma masyarakat di dalam lingkungan tersebut baik, hal-

hal seperti peristiwa kekerasan seksual tersebut akan sulit untuk dapat

terjadi.

b. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor

keluarga atau orang tua yang kurang memperhatikan sang anak ketika
80

mendidik dan membesarkannya. Contohnya ketika orang tua tersebut

tau bahwasanya anak melakukang hal yang menyimpang atau

melanggar, orang tua malah bersikap dingin dan acuh tak acuh kepada

tindakan anak tersebut, dan orang tua merasa bahwa perilaku anak

tersebut adalah hal yang wajar untuk dilakukan anak seusianya, namun

hal ini tidak boleh dianggap sebelah mata karena karakter anak

nantinya akan terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang pernah

dilakukannya.

c. Faktor pola pikir orang tua

Yakni yang mana secara sikap orang tua tidak terlalu

memikirkan bagaimana masa depan anak kedepannya tetapi malah

sibuk memikirkan kepentingannya sendiri, orang tua memperlakukan

dan mendidik anak tersebut dengan pola pikir yang terlalu sederhana

sehingga tidak memikirkan karakter anak yang akan timbul di

kemudian hari.

d. Faktor ekonomi

Yang mana ketika ekonomi suatu keluarga itu tergolong lemah

maka peluang anak mendapat kekerasan seksual menjadi tinggi seperti

anak dieksploitasi, disewakan dan sebagainya karena terdesak

kebutuhan ekonomi. Namun hal ini tidak hanya terjadi pada keluarga

yang ekonominya lemah tetapi juga pada anak yang berada di dalam

keluarga dengan taraf ekonomi yang cukup, hal ini diakibatkan oleh

karena orang tua terlalu fokus pada pekerjaan dan kinerja sehingga

kurangnya perhatian terhadap anak.


81

3. Pola perlindungan hukum bagi korban tindak pidana kekerasan

seksual pada Kalangan Remaja di Kabupaten Bondowoso.

Hadirnya hukum dalam kehidupan bermasyarakat khususnya untuk

mengatur pola perilaku masyarakat, berguna untuk mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan

antara individu satu dengan individu yang lain. Maka oleh karena itu,

hukum harus dapat mengintegrasikannya pada kegiatan sehari-hari

sehingga terjadinya benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan

seminimal mungkin. Indonesia sebagai negara hukum yang tetap ikut serta

dalam perdamaian dunia dengan upaya pemajuan perlindungan terhadap

HAM yang di tegaskan dalam Bab X Undang-undang Dasar 1945 Pasal

28a sampai dengan 28j. Adapun pola perlindungan yang sudah dilakukan

oleh Dinas PP&KB Kab. Bondowoso yaitu:

1. Pola perlindungan hukum preventif

Tindakan ini tentunya bertujuan untuk mencegah terjadinya

kasus kekerasan terhadap anak, remaja dan perempuan dilakukan

dengan cara sosialisasi atau pembiasaaan kepada masyarakat atau

kelompok-kelompok tertentu dengan penanaman nilai-nilai agama,

kesehatan, sosial dan budaya serta norma hukum yang berlaku agar

siapapaun tidak melakukan kekerasan dan tidak pula menjadi korban

tindak kekerasan. Tindakan pencegahan ini dilakukan sebagai contoh

yang baik dari sikap perilaku orang tua terhadap anaknya juga saling

mengingatkan jika adanya indikasi kekerasan di lingkungan sosial.


82

Upaya edukatsi tindakan ini merupakan upaya Dinas

Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (PP&KB)

Kabupaten Bondowoso dalam memberikan edukasi atau pendidikan di

dalam masyarakat mengenai kekerasan, mulai dari latar belakang

terjadinya, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana

kekerasan seksual dampak dari perlakuan kekerasan bagi anak-anak

dan remaja sebagainya, hal ini dilakukan Dinas Pemberdayaan

Perempuan Dan Keluarga Berencana (PP&KB) Kabupaten

Bondowoso dengan cara melakukan kegiatan ilmiah atau faorum

pencegahan yang dilakukan di masyarakat seperti contohnya ialah

melakukan siaran radio lokal yang dilakukan tiap hari selasa pada

minggu ketiga inilah salah satu bentuk dari upaya edukatif yang

diberikan lembaga untuk masyarakat agar masyarakat mudah dalam

mengetahui penaggulangan tindakan kekerasan lebih jauh melalui

dialog interaktif di siaran radio tersebut. Tidak hanya itu saja Dinas

Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (PP&KB)

Kabupaten Bondowoso juga melakukan kampanya seperti kampanya

ketahanan keluarga sakinah dan juga kampanya parenting sehat

mengenai cara pengasuhan anak yang benar.

Upaya rahabilitasi dalam tindakan ini upaya yang dilakukan

Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (PP&KB)

Kabupaten Bondowoso Ialah dengan membantu memulihkan mental

korban dan penguatan kepribadian dan mendorong tumbuhnya rasa


83

percaya diri dalam proses bersosialisasi dengan lingkungan setelah

mengalami tindak pidana kekerasan seksual, bersikap wajar dan

terbukan terhadap korban akan sangat mempercepat proses rehabitasi

mental korban cepat sembuh tidak hanya itu saja tetapi korban juga

diberikan hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan dan pengasuhan

yang layak, membantu keluarga korban yang tak mampu dari segi

ekonomi. reintegrasi yang dilakukan untuk membantu korban tetap

hidup dengan layak secara sosial dan diterima dengan baik di

lingkunga tempat tinggal korban.

2. Pola perlindungan hukum represif

Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh penegak hukum di

kabupaten Bondowoso yaitu dengan memberikan hukuman yang

seadil-adilnya bagi korban dan pelaku tindak pidana kekerasan seksual.

Karena dalam hal ini pelaku tindak pidana kekerasan seksual harus

bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah dilakukannya.

Karena kalau kita berpendapat tentang tindak pidana kekerasan

seksual tidak akan hanya berhenti di level pelaporan terhadap pelaku

sampai dia menjalani hukumannya, tetapi juga harus ada pemulihan

yang komprehensif yaitu pemulihan secara psikologis, sosial dan juga

pemulihan terhadap kesempatan berkontribusi secara ekonomi yang

nantinya mungkin dapat hilang akibat adanya tindakan kekerasan

seksual terhadap korban. Dari keseluruhan informasi yang didapatkan

dari para Responden dapat diketahui bahwa prioritas utama dari dinas
84

PP&KB Kab. Bondowoso terhadap kasus korban kekerasan seksual

ialah pemulihan psikologisnya karena dari terjadinya setiap tindak

kekerasan, apapun bentuknya akan selalu menimbulkan luka secara

psikis terhadap semua korban kekerasan, sehingga tindakan pertama

yang dilakukan oleh para konselor ialah pemeriksaan psikologis.

Kemudian yang selanjutnya ialah ketersediaan orang tua dalam

mendampingi anaknya, karena bagaimana pun juga orang tua adalah

sosok yang paling dekat dengan anak sehingga jika orang tua ikut

terlibat dalam pendampingan psikologis yang dilakukan oleh para

konselor, diharapkan kesembuhan psikologi anak semakin cepat.

Ketika anak tidak mau diterima oleh keluarganya karena

disebut sebagai aib bagi keluarga, diakibatkan anak tersebut menjadi

korban kekerasan seksual maka para konselor tetap akan melakukan

pendampingan meskipun orang tua korban tidak bersedia untuk ikut

andil dalam penyembuhan psikologis korban, dan konselor akan fokus

pada pemulihan kesehatan korban dan juga apabila didapati korban

tengah hamil, maka konselor juga akan merawat janin yang dikandung

korban agar selamat sampai lahir. Selain itu, konselor juga akan

memperhatikan bagi korban kekerasan seksual ini apakah korban

terkena penyakit menular seksual atau tidak, karena jika tidak

diperiksa sejak dini maka akan berdampak buruk bagi kondisi korban

kedepannya, maka dari itu diperlukan cek kesehatan fisik si korban

untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak juga terlewat


85

tentang penaganan korban dalam bidang perlindungan hukum. Korban

juga akan didampingi selalu oleh konselor ketika menempuh jalur

hukum dan konselor juga ikut terlibat di dalam pembuktian dan

penerapan sanksi terhadap pelaku guna pemenuhan keadilan bagi si

korban.

Tidak hanya perlindungan fisik dan penyembuhan psikis dan

perlindungan di jalur hukum saja, namun korban kekerasan seksual

juga akan diberikan upaya-upaya edukasi seperti salah satunya berupa

mengumpulkan semua korban secara bersama-sama untuk memberikan

motivasi serta dorongan agar para korban dapat saling mensuport satu

sama sam lain dan terus dapat berfikir positif serta kembali

menumbuhkan rasa percaya diri korban agar tidak mengalami trauma

atas kejadian kekerasan yang dialami para korban.

Di lain kesempatan para konselor juga mengajak korban untuk

berekreasi atau menikmati hiburan yang bertujuan supaya korban tidak

terlalu terkekang secara psikis karena memikirkan terus kekerasan

yang telah dialaminya yang menghambat psikologinya menjadi lambat

untuk cepat sembuh. Dengan cara mengajak korban jalan-jalan,

berekreasi, atau menikmati hiburan, para konselor berharap korban

semakin mau terbuka dan percaya untuk mau membagi cerita hidupnya

kepada pada konselor, sehingga jika korban punya sesuatu yang

manggangu pikirannya atau yang membuat ia resah dan ingin

diceritakan, korban bisa secara terbuka dan leluasa untuk menceritakan


86

apa yang dikeluhkan para konselor karena pada dasarnya korban harus

benar-benar mendapat perhatian dan didengarkan apa yang ia

resahkan.

Terwujudnya perlindungan terhadap remaja dan anak, harus

tercermin dari terpenuhinya perlindungan dalam berbagai bidang

kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam rangka melaksanakan

perlindungan hukum terhadap remaja dan anak, peran serta setiap

lapisan masyarakat beserta kerjasama dengan pemerintah harus harus

dapat menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif demi tercapainya

rasa aman dari remaja dan anak secara langsung atau tidak langsung

dalam berbagai bidang kehidupan.

Selain itu korban dan keluarganya tidak perlu khawatir akan

bocornya informasi korban karena para konselor akan menutup

informasinya itu rapat-rapat karena hal itu merupakan suatu kode etik

konselor ketika melakukan konseling. Banyak stigma negatif

masyarakat yang disematkan terhadap korban yang mengalami tindak

kekerasan seksual baik oleh keluarga maupun orang lain disekitarnya,

akibatnya banyak korban yang takut mengadu ke dinas PP&KB

kabupaten bondowoso karena takut diketahui masyarakat karean

mereka khawatir akan dikucilkan dari pergaulan masyarakat, padahal

kenyataanya tidaklah seperti itu justru dengan mengadu ke lembaga

korban dan keluarganya akan dibimbing dan diberi pelayanan

pendampingan secara menyeluruh, maka masyarakat haruslah merubah


87

pola pikirinya denga mau mencoba mengadukan masalahnya ke

lembaga atau pihak berwajib, privasi korban dan keluarganya akan

terjamin dan terlindungi dampai sembuhnya trauma atau depersi yang

dialami korban dari pada terus memendam dan membiarkan

permasalahan itu berlarut-larut tanpa adanya pemecahan solusi yang

pasti yang justru akan semakin membua trauma dan depresi yang di

alami korban lebih parah.

Pandangan KUHAP terhadap hak-hak korban tindak pidana

masih sangat terbatas dan tidak sebanding dengan hak-hak yang

diperoleh pelaku tindak pidana. Perhatian hukum terhadap korban

tindak pidana kekerasan seksual dalam KUHAP belum mendapat

perhatian maksimal, tetapi sebaliknya perhatian hukum atas dasar

pemenuhan HAM terhadap pelaku tindak pidana cukup banyak.

Perhatian dan perlindungan hukum terhadap kepentingan korban dalam

kajian viktimologi tidak saja hanya dipandang dari perspektif hukum

pidana atau kriminologi saja melainkan berkaitan pula dengan aspek

pemenuhan keadilan terhadap korban baik dari segi pemulihan

martabat maupun penggantian kerugian secara keperdataan. Hal ini

diungkapkan dan djelaskan oleh dinas pemberdayaan perempuan dan

keluarga berencana kabupaten bondowoso, dinas terkait juga

memberikan penyuluhan terhadap masyarakat.

Adapun hasil penelitian yang didapat oleh penulis pada Unit

PPA polres Kab. Bondowoso yaitu dapatkannya saran-saran atau


88

masukan yang diberikan oleh petugas untuk mencegah atau

menurunkan angka kasus korban kekerasan seksual, yaitu dengan

memberikan edukasi secara keliling di setiap desa dan kecamatan

tentang kemungkinan kejahatan tindak pidana kekerasan seksual yang

bisa terjadi dimana saja dan oleh siapa saja, maka oleh karena itu kita

harus tahu cara menjaga diri kita sendiri khususnya dengan cara

memilih lingkungan yang baik dan berperilaku yang baik dalam

lingkungan sosial, dan yang selanjutnya penanaman nilai-nilai agama

yang sangat penting dalam menjaga sikap dan perilaku sehingga

terhindar dari tindak pidana kekerasan seksual, contohnya dengan

sering menghadiri dan mendengarkan tausiah-tausiah agama dari tokoh

agama daerah setempat dan juga menghadiri pengajian umum yang ada

di daerah setempat sehingga dapat memperkuat keimanan dan

menguatkan aqidah dalam beragama.

Saran dari penulis mengenai apa yang harus dilakukan oleh

pemerintah pusat atau pemerintah daerah dalam hal ini, yaitu berupa

penegakan hukum terhadap pelaku dan perlindungan hukum terhadap

korban dikarenakan eksistensi dan posisi hukum korban tindak pidana

dalam sistem peradilan pidana yang sekarang relatif tidak

menguntungkan bagi korban tindak pidana karena terbentur dengan

faktor yang mendasar, yakni korban hanya sebagai saksi (pelapor atau

korban).
89

Korban, yaitu pada tindak kekerasan seksual pada khususnya

tidak termasuk dalam bagian dari unsur yang terlibat dalam sistem

peradilan pidana yang dewasa ini diselenggarakan di Indonesia, tidak

sebagiamana terdakwa, polisi maupun jaksa. Namun hal ini tidak

membuat korban terlepas dari belenggu beban yang akan ditanggung

nanti sebagai pihak yang dirugikan dalam tindak pidana kekerasan

seksual. Banyaknya kasus korban kekerasan seksual yang pada remaja

dan anak tidak terungkap ke permukaan, karena korban takut untuk

melapor diakibatkan kurang adanya kepastian perlindungan hukum

oleh undang-undang, atau dalam arti lain aturan yang ada sekarang

yang tidak berpihak kepada korban, sehingga korban kekerasan seksual

menjadi pesimis untuk melaporkan kasusnya kepada pihak yang

berwajib karena dibayang-bayangi oleh stigma negatif yang

disematkan oleh masyarakat padanya apabila diketahui bahwa dirinya

adalah korban tindak pidana kekerasan seksual.

Berkaitan dengan hal ini, seharusnya pemerintah setempat atau

pemerintah daerah dapat mengupayakan pencegahan tindak pidana

kekerasan seksual dengan cara bekerjasama dengan sekolah-sekolah

menengah pertama dan sekolah-sekolah menengah atas untuk

memberikan pengetahuan dan kesadaran diri betapa bahayanya

kekerasan seksual di kalangan usia remaja anak terhadap

perkembangan masa depan mereka nantinya, karena dimulai dari hal

kecil seperti ini kemungkinan yang besar dari para remaja untuk dapat

terbuka dari segi pikiran maupun perilaku akan bahayanya kekerasan

seksual, sehingga dari tindakan kecil tersebut masa depan yang

gemilang dari para penerus bangsa ini dapat terselamatkan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Fakta tindak pidana kekerasan seksual yang terjadi di kalangan usia remaja

di kabupaten bondowoso bukan suatu hal yang asing lagi bagi kalangan

remaja yang mana kasus tindak pidana kekerasan seksual setiap tahunnya

selalu ada dan mungkin bisa bertambah setiap tahunnya hal ini sangatlah

miris bagi kalangan remaja dikarenakan harapan mereka akan masa depan

mereka bisa terancam, ditambah lagi dengan banyaknya dikalangan remaja

mengakses pornografi dan sosial media yang terlalu bebas hal seperti ini

yang sering menyebabkan terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di

kalangan remaja.

2. Fakta penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di kalangan

remaja banyak terjadi karena faktor lingkungan,pendidikan,keluarga dan

ekonomi yang kurang baik sehingga banyak di kalangan para orang tua

yang kurang memperhatikan kehidupan anaknya seperti apa sehingga anak

tersebut merasa bebas untuk melakukan aktifitas apapun sehingga sikap

orang tua kepada anak dingin dan acuh tak acuh sehingga anak merasa

tidak dipedulikan lagi sama orang tua apalagi dengan maraknya sosial

media di kalangan remaja yang mana akses untuk mencari konten

pornografi sangat mudah sekali ditambah lagi dengan lingkungan teman

sekolah kurang baik.

90
91

3. Pola perlindungan hukum bagi korban tindak pidana kekerasan seksual di

kalangan remaja dalam hal ini yang sudah menjadi pembahasan di atas

yaitu dinas terkait dinas PP&KB Bondowoso dan juga unit PPA Polres

Bondowoso sudah berupaya penuh untuk menekan angka kekeresan

seksual pada remaja lebih menurun lagi dengan melakukan upaya-upaya

yang sekiranya memberikan edukasi dan juga kesadaran diri tentang

kekerasan seksual kepada remaja bahwasanya kekerasan seksual itu bisa

terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan juga kesimpulan di atas yang menjadi

saran peneliti sebagai berikut:

1. Dengan bertambahnya angka korban tindak pidana kekerasan seksual yang

terjadi di kalangan remaja dalam hal ini sangatlah diperlukan paying

hokum yang tegas untuk menangani kasus kekerasan seksual agar tidak

menjadi fenomena gunung es yang terungkap banyak kasusnya, bahkan

sudah tidak ada lagi ruang yang aman bagi bagi kalangan remaja. Entah itu

di lembaga pendidikan formal, maupun lembaga pendidikan berbasis

keagamaan.

2. lebih menekankan, pada setiap lembaga pendidikan memiliki kewajiban

untuk melakukan pencegahan, penanganan dan pemulihan korban dalam

menghadapi aksi kekerasan maupun pelecehan seksual. Menurut saya,

selama ini tidak adanya mekanisme ketiga hal tadi membuat lembaga

pendidikan jadi kebingungan dan terkesan melarikan diri dari tanggung


92

jawabnya saat terjadi kasus tersebut. Sekolah atau institusi harus memiliki

semacam mekanisme entah namanya panduan, SOP atau apapun itu untuk

pencegahan dan penanganan dan pemulihan korban.

3. Dalam hal ini juga mungkin perlu membekali para peserta didik dengan

pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk menghadapi orang-orang

yang berpotensi melakukan kejahatan terhadap mereka. Dalam hal ini juga

jika menyoroti peraturan mendikbud-ristek nomor 30 tahun 2021 tentang

pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang tidak bisa efektif jika

pendekatannya lebih menekakankan pada penegakan aturan. Menurut saya

pendidikan seks yang mestinya juga dimasukkan ke dalam aturan ini,

misalnya dengan mendidik peserta didik supaya tidak boleh sembarang

orang menyentuhnya dan memegang anggota tubuh yang terlarang.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anwar Yesmil, Saat Menuai Kejahatan: Sebuah Pendekatan Sosiokultural


Kriminologi, Hukum dan HAM, Bandung, UNPAD Press,2004.

Adiyanti Sofia, A, M.G. Hubungan Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan
Konformitas Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Moral. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2013

Atmasasmita Romli, Teori & Kapita Selekta Kriminologi, Bandung PT. Eresco,
1992.

Arifin Syamsul,Pengantar Hukum Indonesia ,Medan: Medan Area Universitas


Press, 2012,

Ghufron Kordi, Durhaka Kepada Anak, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015,

Haidir dan Salim, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan dan Jenis,


Bandung, Alfabeta, 2019,

Hamzah Andi, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta: Ghalia
Indonesia ,2001,

Hadjon Philipus M.,Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia. Semarang,PT Bina


ilmu: 1987.

Ilyas Amir, Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta &


PuKAP-Indonesia, 2012.

Inge Dwi Agustin,Wawancara (Kantor PP & KB Kab. Bondowoso, 7 April 2021).

Irwanto, Psikologi Umum, Jakarta. Gramedia Pustaka Umum.1994.

Jauhar Ahmad Al-Mursi Husain, Maqashid Syariah, Cetakan Pertama, Jakarta:


Amzah, 2009,

Jayanti Normalita Dwi, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pelecehan


Seksual Di Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Perspektif Hukum
Hak Asasi Manusia.UII Yogyakarta .2019.

Jonh W. Santrock. Adolescence. perkembangan remaja. edeisi keenam Jakarta


erlangga 2003

Kartono Kartini. psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung, PT Raja


Grafindo Persada, 1995

93
94

Knoers Mönks, F.J, A.M.P., & Haditono, S.R. 2008. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

L. A King. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2. Jakarta:


Semarang.2012.

Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatiif, Tindakan Kelas & Studi


Kasus .Sukabumi: CV Jejak, 2017.

Martha Aroma Elmina, Perempuan, Kekerasan dan Hukum, Yogyakarta,UII


Press, 2003,

Mansur Dikdik M. Arief dan Gultom Elisatris, Urgent Perlindungan Korban


Kejahatan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008,

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN Maliki


Press, 2013.

Nasihah Khoirirotin Umi, Wawancara (Kantor PP&KB Kab. Bondowos, 5 April


2021).
Nukarman,,Wawancara (Kantor Polres Kab. Bondowoso, 15 April 2021).

Poernomo Bambang, Hukum Dan Viktimologi Pascasarjana Ilmu Hukum Pidana,


Bandung, Universitas Padjajaran. 2001/2002.

R. Bogdan. Participant Observation In Organizational Setting. Syracuse, New


York: (Syracuse University Press).1992

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentarnya Pasal


Demi Pasal, Bogor,Politea, 1991.

Raharjo Satjipto, Ilmu Hukum ,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000,

Suma Amin, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan


Pelaksanaan lannya di Negara Hukum Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.

Syaiful Mulida H. Tency dan Elmi Ibnu, Kekerasan Seksual dan Perceraian,
Malang Intimedia, 2009.

Santrock, Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup,


Jakarta.Erlangga.2006.

Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Biina Pustaka.2005.

Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta, Kencana, 2016,


95

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatitf dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2018,

Siswanto Sunarso ,Viktimologi dalam sistem peradilan pidana, Jakarta: Sinar


grafika, 2012.

Santoso Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam : Penegakan Syariat Dalam


wacana dan Syariat, Cetakan Pertama, Jakarta : Gema Insani Pers,
2003,

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. 1 ,Jakarta: Balai Pustaka, 1991,

Wahid Abdul dan Irfan Muhammad, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan


Seksual Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Bandung. PT Refika
Aditama 2011,

Yulia Rena, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban


Kejahatan,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013,

JURNAL

Agustin Ika, Rahman rofiqur, Haryanto ruly. Perlindungan Hukum Terhadap


Korban Kekekrasan Seksual: Kajian Hukum Pidana Indonesia dan
Hukum Pidana Islam, Rechtenstudent Journal Sharia Faculty KH
Achmad Siiddiq Jember State Islamic University, Vol.2.2021

Hadi Sholikul. Eksistensi Pancasila Sebagai Sumber Segala Hukum Dalam


Konstitusi Indonesia, Indonesia Journal Of Law And Islamic Law,
Vol. 3, 2021.

Parman soeparman, , Kepentingan korban tindak pidana dilihat dari sudut


viktimologi, (Varia peradilan majalah hukum tahun XXII No. 260.

Saputro Langgeng, “Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Kelurahan


Sempaja KecamatanSamarinda Utara (Studi Kasus “Yayasan
Kharisma Pertiwi” Rumah Perlindungan Pemulihan Psikososial Panti
Asuhan Kasih Bunda Utari)”, eJournal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 6
No.4,2018.

The universal declarations of human right, inited nations general assembly


desember, 10 1948 (deklarasi universal tentang hak-hak asasi
manusia) di kutip dari soeparman, parman haji,
96

SKRIPSI, TESIS DAN DESERTASI

Burhan Iyaomil Achir, Analisis Viktimologis Terhadap Kejahatan Seksual Pada


Anak (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2017)

Hafidhah Nurul, “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Tindak Pidana


Kekerasan Seksual dalam Rumah Tangga (Analisis Putusan
Pengadilan Negeri Denpasar No.899/Pid.Sus/2014/PN.Dps), (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Wali Songo, Semarang,2018)

Mudzakir.Posisi Hukum Korban Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana,(


Desertasi pengukuhan Guru Besar di Universitas Indonesia), 16 April
2001.

Purnomo Yanuar Adi, “Analisis Kekerasan Seksual yang Dilakukan oleh Suami
terhadap Istrinya Ditinjau dari Pesrspektif Hukum Pidana”,
(Skripsi, Universitas Bandar Lampung,2017).

Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Tesis Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004,

Wildana Dina tsalist, kejahatan seksual dalam perspektif hukum pidana islam
study terhadap hukum pidana islam di aceh (skripsi fakultas hukum
universitas jember 2016 )

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

INTERNET

KBBI Online Diakses pada Tanggal 26 Februari 2021, 18:00


MATRIK PENELITIAN

JUDUL VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR SUMBER METODE FOKUS KAJIAN


PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN
Perlindungan hukum Perlindungan 1. fakta tindak 1. pengertian tindak 1. Primer 1. Jenis Penelitian 1. fakta tindak pidana
terhadap korban hukum terhadap pidana kekerasan pidana kekerasan a. Wawancara Penelitian empiris kekerasan seksual di
tindak pidana korban seksual di seksual b. Observasi kalangan remaja
kekerasan seksual di kalangan remaja 2. fakta tindak pidana c. Dokumentasi kabupaten bondwoso
kalangan remaja di kabupaten kekerasan seksual di
kabupaten bondowoso kalangan remaja 2. Sekunder 2. fakta terjadinya tindak
bondowoso kabupaten bondowoso a. Kepustakaan pidana kekerasan
seksual di kalangan
2. penyebab 1. Fakta penyebab remaja kabupaten
terjadinya tindak terjadinya tindak bondowoso
pidana kekerasan pidana kekerasan
seksual di seksual di kalangan 3. Pola penyelesaian
kalangan remaja remaja kabupaten tindak pidana
kabupaten bondowoso kekerasan seksual di
bondowoso kalangan remaja
kabupaten bondowoso

3. pola penyelesaian 1. pola penyelesaian


tindak pidana tindak pidana
kekerasan kekerasan seksual di
seksual di kalangan remaja
kalangan remaja kabupaten bondowoso
kabupaten 2. pola perlindungan
bondowoso hukum terhadap
korban tindak pidana
kekerasan seksual di
kalangan remaja
kabupaten bondowoso
CamScanner
PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana fakta tindak pidana kekerasan seksual di kalangan remaja kabupaten

bondowoso ?

2. Bagaimana fakta terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di kalangan remaja

kabupaten bondowoso?

3. Bagaiamana pola penyelesaian yang dilakukan oleh dinas permberdayaan perempuan

dan keluarga berencana dalam menagani tindak pidana kekerasan seksual di kalangan

remaja ?

4. Upaya apa yang sudah dilakukan unit pelayanan permpuan dan anak ppa polres

kabupaten bondowos dalam menangani tindak pidana kekerasan seksual di kalangan

remaja ?

5. Upaya apa yang sudah dilakukan dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga

berencana kabupaten bondowoso dalam menangani tindak pidana kekerasan seksual

di kalangan remaja ?

6. Bagaimana pola penyelesaian yang dilakukan oleh unit pelayanan perempuan dan

anak ppa polres kabupaten bondowoso dalam menganai tindak pidana kekerasan

seksual di kalangan remaja ?


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Mataram No. 1 Mangli Jember, Kode Pos 68136
Telepon (0331) 487550, 427005 Faksimili (0331) 427005
Web: www.fsyariah.iain-jember.ac.id, email: fs.iainjember@gmail.com

No : B. 0514/ In.20/ 4.a/ PP.00.9/ 04/ 2020 2 0 April 2020


Hal : Permohonan Izin Penelitian

Yth : Kepala Unit PPA Polres Kabupaten Bondowoso

Diberitahukan dengan hormat bahwa untuk penyelesaian Program Sarjana Strata


Satu di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Jember, Mohon berkenan
kepada Bapak/Ibu pimpinan untuk memberikan izin kegiatan lapangan kepada
mahasiswa berikut :

Nama : Muhammad Zainul Arifin


Nim : S20164002
Semester :X
Jurusan/Prodi : Hukum Pidana Islam
Judul Skripsi : Prinsip Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana
Kekerasan Seksual Di Kalangan Remaja Kab. Bondowoso

Adapun data yang di butuhkan sebagai pelengkap skripsi mahasiswa dengan


nama di atas sebagaimana. (terlampir)
Demikian surat permohonan ini, atas perhatian dan kerjasamanya, disampaikan
terimakasih.

Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Muhammad Faisol. S.S M.Ag.


NIP, 197706092008011012
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Mataram No. 1 Mangli Jember, Kode Pos 68136
Telepon (0331) 487550, 427005 Faksimili (0331) 427005
Web: www.fsyariah.iain-jember.ac.id, email: fs.iainjember@gmail.com

Lampiran

01. Data pola penyelesaian kasus korban tindak pidana kekerasan seksual
02. Tren korban kekerassan seksual yang terjadi di kab. bondowoso
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Mataram No. 1 Mangli Jember, Kode Pos 68136
Telepon (0331) 487550, 427005 Faksimili (0331) 427005
Web: www.fsyariah.iain-jember.ac.id, email: fs.iainjember@gmail.com

No : B. 0514/ In.20/ 4.a/ PP.00.9/ 04/ 2021 0 1 April 2020


Hal : Permohonan Izin Penelitian

Yth : Kepala Dinas pemberdayaan Perempuan Dan KB

Diberitahukan dengan hormat bahwa untuk penyelesaian Program Sarjana Strata


Satu di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Jember, Mohon berkenan
kepada Bapak/Ibu pimpinan untuk memberikan izin kegiatan lapangan kepada
mahasiswa berikut :

Nama : Muhammad Zainul Arifin


Nim : S20164002
Semester :X
Jurusan/Prodi : Hukum Pidana Islam
Judul Skripsi : Prinsip Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana
Kekerasan Seksual Di Kalangan Remaja Kab. Bondowoso

Adapun data yang di butuhkan sebagai pelengkap skripsi mahasiswa dengan


nama di atas sebagaimana. (terlampir)
Demikian surat permohonan ini, atas perhatian dan kerjasamanya, disampaikan
terimakasih.

Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Muhammad Faisol. S.S M.Ag.


NIP, 197706092008011012
DOKUMENTASI
BIODATA PENULIS

Nama : Muhammad Zainul Arifin


NIM : S20164002
Tempat, tanggal lahir : Bondowoso, 14 April 1997
Alamat : Dusun Karang Anom
RT/RW : 003/001
Kel/Desa : Mrawan
Kecamatan : Tapen
Kabupaten : Bondowoso
Program Studi : Hukum Pidana Islam
Jurusan : Hukum Syariah
Fakultas : Syariah

Anda mungkin juga menyukai