Disusun oleh :
Kelompok 2
1.Akbar Hidayat (2111020026)
2.Mesi Oktapia (2111020012)
Dosen Pengampu
Dr. Suhefri M.Ag
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
pengantar studi al quran dan hadist dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 4
A. PENGERTIAN NUZUL QUR’AN ............................................................................................ 4
Amalan yang dilakukan saat nuzulul qur'an ................................................................................ 5
1. Membaca Al-Qur'an ............................................................................................................... 5
2. Memperbanyak i'tikaf ............................................................................................................ 5
3. Perbanyak sholat malam dan berdoa .................................................................................... 5
B. CARA CARA TURUN NUZUL QUR’AN ................................................................................ 6
C. PARA PENCATAT WAHYU .................................................................................................... 7
D. MUSHAF UTSMANI ................................................................................................................. 8
E. PENGERTIAN MAKIYYAH DAN MADANIYAH ................................................................ 9
BAB III ................................................................................................................................................ 9
PENUTUP ........................................................................................................................................... 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alquran dan hadits adalah sumber pedoman hidup, dan sumber hukum dan ajaran islam tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Alquran adalah sumber pertama dan utama yang mengandung banyak ajaran umum. Oleh
karena itu, Hadits sebagai sumber ajaran kedua dapat menjelaskan keumuman dari Al-Qur’an
itu sendiri.
Fungsi tersebut antara lain menjelaskan isi dan menerapkan metode pengajaran yang masih
bersifat luas bagi manusia. Sebagai pedoman hidup, Alquran adalah pedoman bagi seluruh
umat manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang menjadi
bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian nuzul qur’an ?
2. Bagaimana cara cara turun nuzul qur’an ?
3. Siapa saja para pencatat wahyu ?
4. Apa yang dimaksud mushaf utsmani ?
5. Apa yang dimaksud mushaf makiyyah?
6. Apa yang dimaksud mushaf madaniyah ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam buku "Nuzulul Qur'an" oleh Wildan Jauhari, Lc, Allah SWT di dalam Al-Qur'an
mengisyaratkan tentang proses peristiwa turunnya Al-Quran itu dalam dua cara:
1. Al-Qur'an diturunkan dalam satu waktu (jumlatan wahidatan). Di antara dalilnya adalah:
QS. ad-Dukhan: 3
QS. al-Qadr: 1
Artinya: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur."
4
2. Al-Qur'an diturunkan secara bertahap atau berangsur-angsur (munajjaman). Di antara
dalilnya adalah:
QS. Al-Furqan: 32
1. Membaca Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an dengan istiqomah bisa dilakukan. Kita bisa membaca Al-Qur'an secara
perlahan namun dibaca setiap hari. Karena di dalam Al-Qur'an terdapat hikmah yang besar. Al-
Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur sebagaimana para sahabat juga mempelajarinya
sedikit demi sedikit, 5 ayat 5 ayat, 10 ayat 10 ayat, surat per surat, untuk dihafalkan, dipahami
kemudian dipraktekkan.
2. Memperbanyak i'tikaf
I'tikaf juga bisa dilakukan sambil membaca Al-Qur'an atau dzikir lainnya.
Artinya:" Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul
bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-
orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
5
B. CARA CARA TURUN NUZUL QUR’AN
Ada dua tahapan proses diturunkannya Alquran:
1. Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz ke langit dunia dalam kitab yang utuh. Pada
tahap ini, Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar.
Alquran diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
SAW. Ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah surat Al-Alaq ayat
1-5 saat berada di Gua Hira pada tahun 610 M. Saat itu Nabi Muhammad sedang
menyepi untuk menenangkan hati.
Pada saat wahyu pertama ini turun, Rasulullah tidak bisa membaca. Oleh karena itu,
Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca melalui surat Al-Alaq.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 juga menjadi penanda diangkatnya Muhammad sebagai nabi
dan rasul
Setelah ayat ini, Alquran turun secara bertahap. Total, Alquran turun selama kurang
lebih 23 tahun. Setiap ayat diturunkan menyesuaikan dengan problematika sosial,
krisis moral, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah yang terjadi
di masa nabi.
Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah adalah surat
Al-Maidah ayat 3. Ayat ini turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang
Arafah saat musim haji terakhir.
Setelah ayat ini turun, Rasulullah pergi dari Makkah ke Madinah untuk
mengumpulkan para sahabat. Rasulullah memberikan kabar bahagia bahwa agama
Islam telah sempurna dengan turunnya Alquran.
Ketika para sahabat mendengarnya, mereka pun bergembira seraya berkata, "Agama
kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna
Untuk mendapatkan keutamaan ini, Umat Islam dapat memperbanyak ibadah dengan
beri'tikaf di masjid, tadarus Alquran, memperbanyak zikir, memperbanyak sedekah,
salat tarawih dan witir hingga tahajud serta memperbaiki sikap dan perbuatan.
6
C. PARA PENCATAT WAHYU
Tidak semua sahabat pada masa Rasulullah memiliki kemampuan menulis dan membaca.
Namun, ada beberapa sahabat yang memiliki kepandaian tersebut. Di antara para sahabat yang
pandai menulis dan membaca itu, ada beberapa yang Rasulullah SAW tunjuk sebagai penulis
wahyu. Empat di antaranya adalah Muawiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Kaab, dan Zubair bin
awwam
Bukan sekedar menuliskan wahyu semasa Rasulullah hidup, wahyu dari Allah senantiasa turun
sedikit demi sedikit. Setiap kali ada wahyu yang turun, para sahabat berkumpul dan mengkaji
wahyu tersebut bersama Rasulullah. Beberapa di antaranya ada juga yang menuliskannya di
berbagai media. Seperti batu, tulang, kulit hewan, pelepah kurma, dan lain sebagainya.
Namun, empat sahabat pilihan ini tidak hanya sekedar menuliskan wahyu saja. Mereka juga
bertugas menuliskan wahyu sesuai dengan petunjuk Allah yang disampaikan melalui
Rasulullah. Tulisan-tulisan tersebut disipan di rumah Rasulullah dalam bentuk lembaran.
Belum berbentuk buku seperti sekarang.
7
Para sahabat penulis wahyu ini merupakan para sahabat yang berjasa besar terhadap umat
Islam. Karena dengan adanya al-Quran yang tertulis sebagai mushaf, maka banyak umat Islam
yang bisa memahami al-Quran, menghapalkan, serta mengamalkannya hingga hari ini dan
hingga hari akhir nanti.
D. MUSHAF UTSMANI
Istilah mushaf Utsmani sudah tidak asing lagi di telinga umat Islam. Istilah mushaf dibentuk
dari kata "shahifah", yaitu bentuk jamak dari kata "shaha'if", "shuhuf". Menurut Al-Jauhari
dalam kitab Ash-Shihah fi al-Lughah, shahifah berarti al-kitab. Secara bahasa, shahifah bisa
diartikan sebagai lembaran-lembaran tulisan.
Kata shuhuf dinyatakan delapan kali di delapan ayat Alquran, yaitu ada di dalam surah Thaha
ayat 133, surah an-Najm ayat 36, surah al-Muddatstsir ayat 52, surah 'Abasa ayat 13, surah
at-Takwir ayat 10, surah al-A'la ayat 18 dan 19, dan surah al-Bayyinah ayat 2.
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan, mushaf Utsmani adalah mushaf
dari ayat-ayat Allah SWT yang dikumpulkan kaum Muslimin pada zaman khilafah atau
pemerintahan sahabat Utsman bin Affan. Mushaf Alquran tersebut dibakukan penulisannya
pada tahun 25 Hijriyah atau 646 Masehi.
Pada masa kekuasaan Khalifah Utsman bin Affan, mushaf masih gundul, tidak berharakat
atau tidak terdapat tanda baca. Untuk menghindarkan dari kesalahan baca, lalu ahli bahasa,
Abu Al-Aswad Zalim bin Sufyan ad-Dhu'ali, merumuskan tanda harakat dan titik atas
perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib. (Ensiklopedi Islam Jilid 4).
Dalam hal bacaan, orang yang mula-mula menaruh perhatian terhadap kemungkinan
pertikaian yang terjadi di kalangan masyarakat Islam adalah Huzaifah bin Yaman. Keadaan
tersebut kemudian disampaikan kepada Khalifah Utsman agar mendapatkan penyelesaian.
Langkah awal yang dilakukan Khalifah Utsman adalah meminta kumpulan naskah Alquran
yang disimpan Hafsah binti Umar, yaitu kumpulan tulisan yang berserakan pada zaman
pemerintahan Abu Bakar.
salinan kumpulan Alquran yang dikenal dengan nama Al-Mushaf, oleh panitia tersebut
diperbanyak sejumlah lima buah. Empat naskah dibawa ke Makkah, Suriah, Basra, dan
Kufah. Sementara, satu naskah lagi tetap berada di Madinah yang disebut mushaf Al-Imam.
Tujuan awal pengumpulan Alquran tersebut, yaitu untuk mempersatukan semua umat Islam
yang sempat terpecah belah karena adanya perbedaan dalam pembacaan Alquran. Khalifah
Utsman juga memerintahkan kepada semua gubernurnya untuk segera menghancurkan semua
mushaf yang ada di tengah-tengah masyarakat dan digantikan dengan mushaf yang kini
disebut mushaf Utsmani tersebut.
Sejak saat itu, kaum Muslimin bersatu di atas satu mushaf Utsmani. Mushaf Utsmani
dirumuskan dengan nukilan yang mutawatir, sehingga tidak ada perbedaan atau perselisihan
8
sedikit pun dalam nukilan tersebut. Mushaf Alquran yang disebut sebagai mushaf Utsmani
akan tetap terpelihara di atas pemeliharaan Allah SWT sampai hari kiamat.
Adapun para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan makkiyah dan
madaniyah itu sendiri, terlebih dalam hal mengenai batasan antara mana saja yang
termasuk surah makkiyah dan mana yang termasuk surah madaniyah.
Jika kita mendasarkan pengertian Makiyah dan Madaniyah pada tempat turunnya ayat,
maka pengertian makkiyah adalah ayat-ayat al-Alquran yang turun di Makkah dan daerah-
daerah di sekitarnya (Mina, Arafah, Hudaibiyah, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi
Saw. melakukan hijrah maupun sesudah hijrah.
Menurut pengertian dari sebagian ulama lain, makkiyah adalah ayat yang turun sebelum
Nabi Muhammad Saw. hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun kepada nabi
Muhammad saw. setelah Nabi berhijrah. Pendapat ini cukup memiliki banyak pendukung,
baik dari mayoritas ulama klasik, modern, maupun ulama kontemporer.
Hal ini berarti, dimanapun tempat turunnya surah atau ayat al-Quran itu, jika turun
sebelum nabi Hijrah maka disebut dengan surah Makiyah dan apabila sesudah nabi Hijrah
disebut dengan Madaniah, meskipun turunnya al-Quran itu ada di Mekah saat fathul
Mekah misalnya.
Dilihat dari karakteristik atau tanda-tanda dari Makiyah dan Madaniyah itu, maka
pengertian Makkiyah juga dapat dimaknai sebagai ayat-ayat yang arah perintah disebutkan
kepada penduduk Kota Makkah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang khitabnya
atau arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah dengan menggunakan
panggilan وا۟ ُ( ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنwahai orang-orang yang beriman).
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kami menarik kesimpulan
sebagai berikut:
9
1. Nuzulul qur'an merupakan peristiwa diturunkannya Al-Qur'an
2. Ada dua tahapan proses diturunkannya Alquran:
1. Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz ke langit dunia dalam kitab yang utuh. Pada
tahap ini, Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar.
2. Alquran diturunkan secara bertahap melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah.
3. Tidak semua sahabat pada masa Rasulullah memiliki kemampuan menulis dan
membaca. Namun, ada beberapa sahabat yang memiliki kepandaian tersebut. Di
antara para sahabat yang pandai menulis dan membaca itu, ada beberapa yang
Rasulullah SAW tunjuk sebagai penulis wahyu. Empat di antaranya adalah
Muawiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Kaab, dan Zubair bin awwam
4. Istilah mushaf dibentuk dari kata "shahifah", yaitu bentuk jamak dari kata "shaha'if",
"shuhuf". Menurut Al-Jauhari dalam kitab Ash-Shihah fi al-Lughah, shahifah berarti
al-kitab. Secara bahasa, shahifah bisa diartikan sebagai lembaran-lembaran tulisan.
5. Menurut pengertian dari sebagian ulama lain, makkiyah adalah ayat yang turun
sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun
kepada nabi Muhammad saw. setelah Nabi berhijrah. Pendapat ini cukup memiliki
banyak pendukung, baik dari mayoritas ulama klasik, modern, maupun ulama
kontemporer.
Saran
Selain kesimpulan di atas, kami juga memiliki beberapa saran yang bisa dilakukan oleh para
pembaca :
10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5553038/nuzulul-quran-pengertian-amalan-dan-
peristiwanya
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210412171216-284-628924/sejarah-
nuzulul-quran-peristiwa-turunnya-alquran
https://alhasanah.or.id/artikel/mengenal-4-sahabat-yang-bertugas-menulis-wahyu/
https://www.republika.co.id/berita/oy2a3k313/mengenal-mushaf-utsmani
https://www.kangdidik.com/2020/12/pengertian-definisi-makkiyah-dan.html
11