Oleh:
KELOMPOK 6
SULFA INRIANI
IRMAWATI
SYARIF
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan Tema “TAHAPAN TURUNNYA AL-
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
penulis
Daftar isi
JUDUL....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................
3.1 SIMPULAN...............................................................................................................
3.2 SARAN......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Tidaklah tersembumyi bagi siapapun juga bahwa tiap-tiap sesuatu dan ada kadarnya.
Demikianlah sunnatullah didalam alam ini. Sejarah adalah saksi yang benar menetapkan kebenaran ini.
Seseorang ahli sejarah yang hendak menggali sesuatu dari perkembangan sejarah harus mengetahui
sebab-sebab kejadian dan pendorong-pendorongnya, jika dia ingin mengetahui hakikat sejarah itu
sebenaranya, bukan sejarah saja yang memerlukan hal demikian, ilmu-ilmu tabi’at, ilmu-ilmu
kemasyarakatan dan kebudayaan serta kesusastraan juga memerlukan sebab dan musabab.
Muhammad SAW dalam menerimanya sangatlah berat karena karena diturunkan lewat perantara
malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW ketakutan. Saat malaikat jibril menyampaikan wahyu
tersebut, Rasullullah juga merasa keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang diperintah malaikat
jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat jibril mengulang akhirnya Rasullah SAW dapat menerimanya.
Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan segala sesuatu
Begitu sulitnya Rasulullah dalam menerima wahyu membuktikan kalau peristiwa turunnya Al
Qur’an merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa dan juga merupakan suatu . Dengan turunnya Al
Qur’an berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam lagi, baik dari segi sebab-sebab turunnya atau
yang sering disebut Asbabun Nuzul maupun proses turunnya Al Qur’an itu sendiri.
Dalam Makalah ini pembahasannya hanya terkait tentang proses turunnya Al Qur’an saja atau
Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam permasalahan ini, maka perlu
adanya batasan-batasan masalah yang jelas mengenai pidana mati. Adapun batasan-batasan masalah pada
1.5 TUJUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadar.” (QS. Al-Qadr, 97: 1 )
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Qur`an) pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan,
44: 3 ).
Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena yang dimaksud ‘malam yang diberkahi’ adalah malam
‘lailatul qadar’ yang berada di bulan Ramadhan. Tetapi zahir ayat-ayat itu terkesan bertentangan dengan
Dalam hal ini para ulama mempunyai dua madzab pokok, dan satu madzhab lainnya:
ulama, yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama. Menurut mereka yang dimaksud dengan
turunnya Qur`an dalam ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur`an secara sekaligus di Baitul `Izzah di
langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Setelah itu barulah Qur`an diturunkan
kepada rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara bertahap selama 23 tahun sesuai
ًسنَة
َ َش ِرين َ أُ ْن ِز َل ا ْلقُ ْرآنُ ُج ْملَةً َوا ِح َدةً إِلَى
ْ ثُ َّم نُ ِّز َل بَ ْع َد َذلِ َك فِي ِع،س َما ِء ال ُّد ْنيَا فِي لَ ْيلَ ِة ا ْلقَ ْد ِر
“Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar, kemudian setelah itu ia
diturunkan selama dua puluh tahun.” Lalu ia membacakan: “Tidaklah orang-orang kafir itu datang
kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling
ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزياًل ِ َوقُ ْرآَنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى النَّا
ٍ س َعلَى ُم ْك
“Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra, 17: 106).
“Qur`an itu dipisahkan dari Az-Zikr (yaitu Al-Lauhul Mahfudz)[1], lalu diletakkan di baitul Izzah di
langit dunia. Maka jibril mulai menurunkannya kapada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
“Bahwa Al-Quran itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam Lailah Al-Qadar secara sekaligus,
kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa turunnya bagian-bagian secara berangsur pada beberapa
Kedua, mazhab yang merujuk kepada apa yang diriwayatkan oleh As-Sya’bi; bahwa yang dimaksud
dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas adalah permulaan turunnya Qur’an pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Permulaan turunnya Quran itu di mulai pada malam lailatul
qadar di bulan ramadhan, yang merupakan malam yang di berkahi. Kemudian turunnya berlanjut sesudah
itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang lebih 23 tahun.
Dengan demikian hanya ada satu macam cara turun Al-Qur`an, yaitu turun secara bertahap kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; sebab yang demikian inilah yang dinyatakan dalam Qur’an:
ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزياًل ِ َوقُ ْرآَنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى النَّا
ٍ س َعلَى ُم ْك
“Dan Al–Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra, 17: 106 )
Ketiga, madzhab yang menyatakan bahwa Qur’an diturunkan kelangit dunia selama 23 malam lalilatul
qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada yang ditentukan oleh Allah
untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam
lailatul qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepanjang tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad sebagian
tidaklah bertentangan dengan madzhab yang pertama yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dengan
demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Quranul Karim itu diturunkan dua kali:
Pertama: diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadar ke Baitul Izzah di langit dunia.
Catatan: Imam Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’)
bahwa turunnya Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia. Ibn Abbas
memandang tidak ada pertentangan antara ketiga ayat di atas yang berkenaan dengan turunnya Qur’an
dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Qur’an itu turun
Kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Qur’an secara bertahap dari nash-nash yang berkenaan
menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak yang begitu keras. Beliau ditentang oleh orang-
orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan berbagai
Maka wahyu turun kepada beliau di setiap momen sehingga dapat meneguhkan hatinya dan memperkuat
kemauannya untuk tetap melangkahkan kaki di jalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil yang
dihadapinya.
Contoh dari ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan
biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai
kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.” (QS. Al-Muzammil, 73: 10-11 )
Ayat dari kisah-kisah nabi dan ajakan mengambil contoh keteguhan mereka.
“Demikianlah hikmah yang terkandung dalam kisah para nabi yang terdapat dalam Qur’an: ‘Dan kisah
rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami terguhkan hatimu.” (Hud :
120 )
“Allah telah menetapkan: ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang’. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
kaumnya dan merasa sedih karena penganiayaan mereka, maka Qur’an turun untuk melepaskan derita dan
Orang-orang musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan hingga melampaui batas.
Mereka sering mangajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menentang. Untuk
menguji kenabian beliau, mereka juga sering menyampaikan berbagai macam pertanyaan sulit, misalnya
pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan
di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba’. Mereka bertanya
tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui’”. (QS. Al-
A’raf, 7: 187)
Jadi, diantara hikmah turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah agar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bisa menjawab tantangan-tantangan yang senantiasa dimunculkan oleh kaum kafir
Hikmah seperti ini telah diisyaratkan oleh keterangan yang terdapat dalam beberapa riwayat dalam hadis
Ibnu Abbas mengenai turunnya Qur`an: “Apabila orang-orang musyrik mengadakan sesuatu, maka Allah
Al-Quranul Karim turun ditengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis.
Catatan mereka adalah daya hafalan dan daya ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata
cara penulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya,
kemudian menghafal dan memahaminya. Tidaklah mudah bagi mereka untuk menghafal seluruh Qur’an
apabila ia diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami makna serta
memikirkan ayat-ayatnya. Jadi, turunnya Al-Quranul Karim secara berangsur itu merupakan bantuan
dan memahami hukum-hukumnya. Tradisi demikian ini menjadi suatu metode pengajaran dalam
Abu Nadrah berkata, “Abu Sa’id al-Khudri mengajarkan Qur’an kepada kami, lima ayat diwaktu
pagi, dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa Jibril menurunkan Al-
Dari Khalid bin Dinar dikatakan, “Abul ‘Aliyah berkata kepada kami, ‘Pelajarilah Qur`an itu
lima ayat demi lima ayat’; karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dari Jibril
Umar berkata, “Pelajarilah Quran itu lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini seandainya Al-Quranul
Karim tidak menghadapi mereka dengan cara yang bijaksana dan memberikan kepada mereka beberapa
obat penawar yang ampuh yang dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat.
Setiap kali terjadi suatu peristiwa di antara mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu yang
menjelaskan statusnya dan penunjuk serta meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka,
sesuai dengan situasi dan kondisi, satu demi satu. Dan cara ini menjadi obat bagi hati mereka.
Contoh yang paling jelas mengenai penetapan hukum yang berangsur-angsur itu ialah diharamkannya
minuman keras,
1. Allah Ta’ala berfirman: “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang
memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
Ayat ini menyebutkan tentang karunia Allah. Apabila yang di maksud dengan sakar dalam ayat ini
ialah khamr atau minuman keras; dan yang dimaksud dengan ‘rezeki’ ialah segala yang dimakan dari
kedua pohon tersebut (kurma dan kismis)—dan inilah pendapat jumhur ulama—maka pemberian predikat
‘baik’ adalah kepada rezeki, dan tidak kepada sakar, merupakan indikasi bahwa pujian
Katakanlah: ‘Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
Ayat ini membandingkan antara manfaat minuman keras (khamr) yang timbul sesudah meminumnya
seperti kesenangan dan kegairahan atau keuntungan karena memperdagangkannya, dengan bahaya yang
diakibatkannya seperti dosa, bahaya bagi kesehatan tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan
membangkitkan dorongan-dorongan untuk berbuat kenistaan dan durhaka. Ayat tersebut menjauhkan
Ayat ini menunjukkan larangan minuman khamr pada waktu-waktu tertentu bila pengaruh minuman itu
akan sampai ke waktu salat, ini mengingat adanya larangan mendekati salat dalam keadaan mabuk,
sampai pengaruh minuman itu hilang dan mereka mengetahui apa yang mereka baca dalam salatnya.
4. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi,
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar
dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah
Ini merupakan pengharaman secara pasti dan tegas terhadap minuman dalam segala waktu.
Hikmah penetapan hukum dengan sistem bertahap ini lebih lanjut diungkapkan dalam hadis yang
سلَّ َم َ ع الزِّ نَا أَبَدًا لَقَ ْد نَ َز َل بِ َم َّكةَ َعلَى ُم َح َّم ٍد
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو ُ ع ا ْل َخ ْم َر أَبَدًا َولَ ْو نَ َز َل اَل ت َْزنُوا لَقَالُوا اَل نَ َد
ُ ش َْي ٍء اَل تَش َْربُوا ا ْل َخ ْم َر لَقَالُوا اَل نَ َد
ُسا ِء إِاَّل َوأَنَا ِع ْن َده ُ ْسا َعةُ أَ ْدهَى َوأَ َم ُّر َو َما نَزَ لَت
َ ِّسو َرةُ ا ْلبَقَ َر ِة َوالن َّ سا َعةُ َم ْو ِع ُد ُه ْم َوال ُ َوإِنِّي لَ َجا ِريَةٌ أَ ْل َع
َّ ب بَ ْل ال
“Sesungguhnya yang pertama-tama kali turun darinya (Al-Qur’an) adalah surat Al-Mufashshal[3] yang
di dalamnya disebutkan tentang surga dan neraka. Dan ketika manusia telah condong kepada Islam,
maka turunlah kemudian ayat-ayat tentang halal dan haram. Sekiranya yang pertama kali turun adalah
ayat, ‘Janganlah kalian minum khamer.’ Niscaya mereka akan mengatakan, ‘Sekali-kali kami tidak akan
bisa meninggalkan khamer selama-lamanya.’ Dan sekiranya juga yang pertamakali turun adalah ayat,
‘Janganlah kalian berzina..’ niscaya mereka akan berkomentar, ‘Kami tidak akan meniggalkan zina
selama-lamanya.’ Ayat yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Makkah yang
pada saat itu aku masih anak-anak adalah: ‘Bal As Saa’atu Mau’iduhum Was Saa’atu Adhaa Wa Amarr.
(QS. Al-Qamar: 46).’ Dan belumlah turun surat Al Baqarah dan An Nisa` kecuali aku telah berada di
waktu lebih dari 20 tahun ini ayat-ayatnya turun dalam selang waktu tertentu, dan selama ini orang
membacanya dan mengkajinya surah demi surah. Rangkaiannya begitu padat, tersusun cermat sekali
dengan makna yang saling bertaut, disertai gaya bahasa yang begitu kuat, serta ayat demi ayat dan surah
demi surah saling terjalin bagaikan untaian mutiara yang indah yang belum ada bandingannya dalam
perkataan manusia .
Seandainya Qur`an ini perkataan manusia yang disampaikan dalam berbagai situasi, peristiwa dan
kejadian, tentulah didalamnya terjadi ketidakserasian dan saling bertentangan satu dengan yang lainnya,
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ? Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi
BAB 3
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surah atau surat yang
pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23
tahun yakni 13 tahun waktu nabi masih tinggal di mekkah, 10 tahun waktu nabi sesudah dimadinah.
Alqur’an mulai diturunkan kepada nabi Muhammad pada malam Lailatul-Qadar tanggal 17 Ramadhan
pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan pada tanggal 6 agustus 610 Masehi.
Wahyu yang pertama-tama kali diterima Nabi ialah ayat 1 smpai dengan 5 surat Al-Alaq, pada
waktu Nabi sedang berada di gua Hira. Sedang, wahyu terakhir yansg diterima Nabi adalah surat Al-
Maidah ayat 3 pada tanggal 9 Dzul hijjah tahun ke 10 Hijriah atau 7 Maret 632 Masehi. Antara wahyu
pertama dan wahyu terakhir diterima Nabi berselang kurang lebih 23 tahun
3.2 SARAN
Demikianlah makalah kami buat. Kami sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Guna kesempurnaan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA
Ahad Syadali,. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1, CV Pustaka setia abadi, Bandung: 1997
Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qanaah), 1980,
M. Hasbi Ashshiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu alqur’an dan Tafsir, PT Bulan Bintang, Jakarta:
1992