Anda di halaman 1dari 16

TURUNNYA AL-QUR’AN

Oleh:

KELOMPOK 6

SULFA INRIANI

IRMAWATI

SYARIF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja

dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan Tema “TAHAPAN TURUNNYA AL-

QUR`AN DAN HIKMAH DITURUNNYA AL-QUR`AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR”

  Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

   

    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala

saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

   

    Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap

pembaca.

Samata, 28 oktober 2019

penulis
Daftar isi

JUDUL....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH.....................................................................................

1.3 BATASAN MASALAH............................................................................................

1.4 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................

1.5 TUJUAN PENULISAN.............................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................

2.1 TAHAPAN TURUNNYA AL-QUR’AN...................................................................

2.2 HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................

3.1 SIMPULAN...............................................................................................................

3.2 SARAN......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tidaklah tersembumyi bagi siapapun juga bahwa tiap-tiap sesuatu dan ada kadarnya.

Demikianlah sunnatullah didalam alam ini. Sejarah adalah saksi yang benar menetapkan kebenaran ini.

Seseorang ahli sejarah yang hendak menggali sesuatu dari perkembangan sejarah harus mengetahui

sebab-sebab kejadian dan pendorong-pendorongnya, jika dia ingin mengetahui hakikat sejarah itu

sebenaranya, bukan sejarah saja yang memerlukan hal demikian, ilmu-ilmu tabi’at, ilmu-ilmu

kemasyarakatan dan kebudayaan serta kesusastraan juga memerlukan sebab dan musabab.

Turunnya AlQur’an merupakan suatu kejadian yang sangat mengagetkan sekaligus

menggembirakan hati Rasulullah SAW. Sebagaimana turunnya Surat Al-‘alaq(ayat:1-5), Nabi

Muhammad SAW  dalam menerimanya sangatlah berat karena karena diturunkan lewat perantara

malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW ketakutan. Saat malaikat jibril menyampaikan wahyu

tersebut, Rasullullah juga merasa keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang diperintah malaikat

jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat jibril mengulang akhirnya Rasullah SAW dapat menerimanya.

Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan segala sesuatu

yang mengiringi ayat-ayat tersebut.

Begitu sulitnya Rasulullah dalam menerima wahyu membuktikan kalau peristiwa turunnya Al

Qur’an merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa dan juga merupakan suatu . Dengan turunnya Al

Qur’an berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam lagi, baik dari segi sebab-sebab turunnya atau

yang sering disebut Asbabun Nuzul maupun proses turunnya Al Qur’an itu sendiri.

Dalam Makalah ini pembahasannya hanya terkait tentang proses turunnya Al Qur’an saja atau

yang sering disebut ilmu nuzulul Qur’an.


1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana tahapan turunnya Al-Qur’an?

2. Mengapa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur?

3. Apa bukti yang menelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur?

4. Apa saa hikmah dari turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur?

1.3 BATASAN MASALAH

Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam permasalahan ini, maka perlu

adanya batasan-batasan masalah yang jelas mengenai pidana mati. Adapun batasan-batasan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana tahapan Turunnya Al-Qur`an?

2. Apa saja Hikmah dari turunnya Al-Qur`an secara angsur-angsur?

1.4 RUMUSAN MASALAH

Adapun Makalah ini dibuat untuk mengetahui:

1. Bagaimana tahapan Turunnya Al-Qur`an?

2. Apa saja Hikmah dari turunnya Al-Qur`an secara angsur-angsur?

1.5 TUJUAN

1. Untuk mengetahui tahapan turunnya Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui hikmah dari turunnya Al-Qur’an.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 TAHAPAN TURUNNYA AL-QUR’AN

Allah Ta’ala menjelaskan secara umum tentang turunnya Al-Quran srbagai berikut,

1. Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan,


ُ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ا ْلقُ ْرآَن‬
َ ‫ش ْه ُر َر َم‬
َ

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur`an.” (QS. Al-Baqarah, 2: 185 ).

2. Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar,

‫إِنَّا أَ ْن َز ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ا ْلقَ ْد ِر‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadar.” (QS. Al-Qadr, 97: 1 )

3. Al-Quran diturunkan pada malam yang diberkahi,

‫إِنَّا أَ ْن َز ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ٍة ُمبَا َر َك ٍة‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Qur`an) pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan,

44: 3 ).

Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena yang dimaksud ‘malam yang diberkahi’ adalah malam

‘lailatul qadar’ yang berada di bulan Ramadhan. Tetapi zahir ayat-ayat itu terkesan bertentangan dengan

kenyataan peristiwa turunnya Qur’an  yang berlangsung  selama 23 tahun.

Dalam hal ini para ulama mempunyai dua madzab pokok, dan satu madzhab lainnya:

Pertama, madzhab yang merujuk kepada pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan sejumlah

ulama, yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama. Menurut mereka yang dimaksud dengan

turunnya Qur`an dalam ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur`an secara sekaligus di Baitul `Izzah di

langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Setelah itu barulah  Qur`an diturunkan

kepada rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara bertahap selama 23 tahun sesuai

dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak beliau diutus hingga wafatnya.


Pendapat ini didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam

beberapa riwayat, diantaranya:

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

ً‫سنَة‬
َ َ‫ش ِرين‬ َ ‫أُ ْن ِز َل ا ْلقُ ْرآنُ ُج ْملَةً َوا ِح َدةً إِلَى‬
ْ ‫ ثُ َّم نُ ِّز َل بَ ْع َد َذلِ َك فِي ِع‬،‫س َما ِء ال ُّد ْنيَا فِي لَ ْيلَ ِة ا ْلقَ ْد ِر‬

 “Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar, kemudian setelah itu ia

diturunkan selama dua puluh tahun.” Lalu ia membacakan: “Tidaklah orang-orang kafir itu datang

kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling

baik penjelasannya .” (Al-Furqan, 25: 33).

‫ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزياًل‬ ِ ‫َوقُ ْرآَنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى النَّا‬
ٍ ‫س َعلَى ُم ْك‬

“Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya

perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra, 17: 106).

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

ّ ‫ فَ َج َع َل ِج ْب ِري ُل عليه ال‬،‫س َما ِء ال ُّد ْنيَا‬


‫سالم يَ ْن ِز ُل بِ ِه َعلَى النَّبِ ِّي صلّى هللا عليه وسلّم‬ َّ ‫ت ال ِع َّز ِة ِمنَ ال‬ ِّ َ‫ص َل القُ ْرآنُ ِمن‬
ِ ‫الذ ْك ِر فَ ُو‬
ِ ‫ض َع فِي َب ْي‬ ِ ُ‫ف‬

“Qur`an itu dipisahkan dari Az-Zikr (yaitu Al-Lauhul Mahfudz)[1], lalu diletakkan di baitul Izzah di

langit dunia. Maka jibril mulai menurunkannya kapada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan:

ٍ ‫ضهُ ِفي إِ ْث ِر بَ ْع‬


‫ض‬ ُ ‫ َو َكانَ هللاُ يُنَ ِّزلُهُ َعلَى َر‬،‫وم‬
َ ‫سولِ ِه بَ ْع‬ َ ‫أُ ْن ِز َل القُ ْرآنُ ُج ْملَةً َوا ِح َدةً إِلَى‬
ِ ‫ َو َكانَ بِ َم َواقِ ِع النُّ ُج‬،‫س َما ِء ال ُّد ْنيَا‬

“Qur`an diturunkan sekaligus kelangit dunia, tempat turunnya secara berangsur-angsur.[2] Lalu Dia

menurunkannya kepada Rasulnya bagian demi bagian.”


Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

‫ش ُهو ِر َواألَيَّ ِام‬


ُّ ‫سالً فِي ال‬ ِ ‫اح َدةً ثُ َّم أُ ْن ِز َل َعلَى َم َواقِ ِع النُّ ُج‬
َ ‫وم َر‬ َ ‫إِنَّهُ أُ ْن ِز َل فِي َر َم‬
ِ ‫ضانَ فِي لَ ْيلَ ِة القَ ْد ِر ُج ْملَةً َو‬

“Bahwa Al-Quran itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam Lailah Al-Qadar secara sekaligus,

kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa turunnya bagian-bagian secara berangsur pada beberapa

bulan dan hari.”

Kedua, mazhab yang merujuk kepada apa yang diriwayatkan oleh As-Sya’bi; bahwa yang dimaksud

dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas adalah permulaan turunnya Qur’an pada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Permulaan turunnya Quran itu di mulai pada malam lailatul

qadar di bulan ramadhan, yang  merupakan malam yang di berkahi. Kemudian turunnya berlanjut sesudah

itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang lebih 23 tahun.

Dengan demikian hanya ada satu macam cara turun Al-Qur`an, yaitu turun secara bertahap kepada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; sebab yang demikian inilah yang dinyatakan dalam Qur’an:

‫ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزياًل‬ ِ ‫َوقُ ْرآَنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرأَهُ َعلَى النَّا‬
ٍ ‫س َعلَى ُم ْك‬

“Dan Al–Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya

perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra, 17: 106 )

Ketiga, madzhab yang menyatakan  bahwa Qur’an diturunkan kelangit dunia selama 23 malam lalilatul

qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada yang ditentukan oleh Allah

untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam

lailatul qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepanjang tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad sebagian

mufasir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.


Madzab kedua yang diriwayatkan dari As-Sya’bi, dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima,

tidaklah bertentangan dengan madzhab yang pertama yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dengan

demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Quranul Karim itu diturunkan dua kali:

 Pertama: diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadar ke Baitul Izzah di langit dunia.

 Kedua: diturunkan ke langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23

Catatan: Imam Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’)

bahwa turunnya Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia.  Ibn Abbas

memandang tidak ada pertentangan antara ketiga ayat di atas yang berkenaan dengan turunnya Qur’an

dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Qur’an itu turun

selam 23 tahun yang bukan bulan Ramadhan.

2.1 HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP

Kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Qur’an secara bertahap dari nash-nash yang berkenaan

dengan hal itu. Berikut ringkasannya,

Pertama, untuk menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan dakwahnya kepada menusia, dan beliau

menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak yang begitu keras. Beliau ditentang oleh orang-

orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan berbagai

macam gangguan dan ancaman kepadanya.

Maka wahyu turun kepada beliau di setiap momen sehingga dapat meneguhkan hatinya dan memperkuat

kemauannya untuk tetap melangkahkan kaki di jalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil yang

dihadapinya.
Contoh dari ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

 Ayat yang berisi anjuran langsung untuk bersabar.

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan

biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai

kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.” (QS. Al-Muzammil, 73: 10-11 )

 Ayat dari kisah-kisah nabi dan ajakan mengambil contoh keteguhan mereka.

“Demikianlah hikmah yang terkandung dalam kisah para nabi yang terdapat dalam Qur’an: ‘Dan kisah

rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami terguhkan hatimu.” (Hud :

120 )

 Ayat yang berisi janji-janji kemenangan.

“Allah telah menetapkan: ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang’. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi

Maha Perkasa.” (QS. Al-Mujadalah, 58: 21 ).

Setiap kali penderitaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertambah karena didustakan oleh

kaumnya dan merasa sedih karena penganiayaan mereka, maka Qur’an turun untuk melepaskan derita dan

menghiburnya serta mengancam orang-orang yang mendustakan bahwa Allah Ta’ala  mengetahui hal

ihwal mereka dan akan membalas apa yang mereka lakukan.

Kedua, menjawab tantangan dan sekaligus mukjizat.

Orang-orang musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan hingga melampaui batas.

Mereka sering mangajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menentang. Untuk

menguji kenabian beliau, mereka juga sering menyampaikan berbagai macam pertanyaan sulit, misalnya

menanyakan tentang waktu terjadinya hari kiamat.


“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya

pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan

waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan

di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba’. Mereka bertanya

kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan

tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui’”. (QS. Al-

A’raf, 7: 187)

Jadi, diantara hikmah turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah agar Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam bisa menjawab tantangan-tantangan yang senantiasa dimunculkan oleh kaum kafir

Qurays, Yahudi, bahkan juga kaum munafik.

Hikmah seperti ini telah diisyaratkan oleh keterangan yang terdapat dalam beberapa riwayat dalam hadis

Ibnu Abbas mengenai turunnya Qur`an: “Apabila orang-orang musyrik mengadakan sesuatu, maka Allah

pun mengadakan jawabannya atas mereka.”

Ketiga, mempermudah hafalan dan pemahamannya.

Al-Quranul Karim turun ditengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis.

Catatan mereka adalah daya hafalan dan daya ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata

cara penulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya,

kemudian menghafal dan memahaminya. Tidaklah mudah bagi mereka untuk menghafal seluruh Qur’an

apabila ia diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami makna serta

memikirkan ayat-ayatnya. Jadi, turunnya Al-Quranul Karim secara berangsur itu merupakan bantuan

terbaik bagi mereka untuk menghafal dan memahami ayat-ayatnya.


Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segara menghafalkannya. Memikirkan maknanya

dan memahami hukum-hukumnya. Tradisi demikian ini menjadi suatu metode pengajaran dalam

kehidupan para tabi’in.

 Abu Nadrah berkata, “Abu Sa’id al-Khudri mengajarkan Qur’an kepada kami, lima ayat diwaktu

pagi, dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa Jibril menurunkan Al-

Quranul Karim lima ayat-lima ayat.”

 Dari Khalid bin Dinar dikatakan, “Abul ‘Aliyah berkata kepada kami, ‘Pelajarilah Qur`an itu

lima ayat demi lima ayat’; karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dari Jibril

lima ayat demi lima ayat.”

 Umar berkata, “Pelajarilah Quran itu lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan

Quran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lima ayat demi lima ayat.”

Keempat, beriringan dengan peristiwa-peristiwa sebagai pentahapan dalam penetapan hukum.

Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini seandainya Al-Quranul

Karim tidak menghadapi mereka dengan cara yang bijaksana dan memberikan kepada mereka beberapa

obat penawar yang ampuh yang dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat.

Setiap kali terjadi suatu peristiwa di antara mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu yang

menjelaskan statusnya dan penunjuk serta meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka,

sesuai dengan situasi dan kondisi, satu demi satu. Dan cara ini menjadi obat bagi hati mereka.

Tahapan Pengharaman Khamr

Contoh yang paling jelas mengenai penetapan hukum yang berangsur-angsur itu ialah diharamkannya

minuman keras,
1. Allah Ta’ala berfirman: “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang

memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda bagi orang yang memikirkan.” ( An-Nahl, 16: 67).

Ayat ini menyebutkan tentang karunia Allah.  Apabila yang di maksud dengan sakar dalam ayat ini

ialah khamr atau minuman keras; dan yang dimaksud dengan ‘rezeki’ ialah segala yang dimakan dari

kedua pohon tersebut (kurma dan kismis)—dan inilah pendapat jumhur ulama—maka pemberian predikat

‘baik’ adalah kepada rezeki, dan tidak kepada sakar, merupakan indikasi bahwa pujian

Allah Ta’ala hanya ditujukan kepada rezeki dan bukan kepada sakar.

2. Allah Ta’ala berfirman: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah: ‘Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,

tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya.” ( Al-Baqarah, 2: 219).

Ayat ini membandingkan antara manfaat minuman keras (khamr) yang timbul sesudah meminumnya

seperti kesenangan dan kegairahan atau keuntungan karena memperdagangkannya, dengan bahaya yang

diakibatkannya seperti dosa, bahaya bagi kesehatan tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan

membangkitkan dorongan-dorongan untuk berbuat kenistaan dan durhaka. Ayat tersebut menjauhkan

khamr dengan cara menonjolkan segi bahayanya dari pada manfaatnya.

3. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman , janganlah kamu salat sedang kamu

dalam keadaan mabuk.” ( An-Nisa, 4: 43 ).

Ayat ini menunjukkan larangan minuman khamr pada waktu-waktu tertentu bila pengaruh minuman itu

akan sampai ke waktu salat, ini mengingat adanya larangan mendekati salat dalam keadaan mabuk,

sampai pengaruh minuman itu hilang dan mereka mengetahui apa yang mereka baca dalam salatnya.
4. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi,

berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu

bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar

dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah

kamu.” ( Al-Maidah, 5: 90-91)

Ini merupakan pengharaman secara pasti dan tegas terhadap minuman dalam segala waktu.

Hikmah penetapan hukum dengan sistem bertahap ini lebih lanjut diungkapkan dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha,

‫ساَل ِم نَ َز َل ا ْل َحاَل ُل َوا ْل َح َرا ُم َولَ ْو نَزَ َل أَ َّو َل‬


ْ ِ ‫اس إِلَى اإْل‬ َ َ‫ص ِل فِي َها ِذ ْك ُر ا ْل َجنَّ ِة َوالنَّا ِر َحتَّى إِ َذا ث‬
ُ َّ‫اب الن‬ َّ َ‫ورةٌ ِمنْ ا ْل ُمف‬
َ ‫س‬ُ ُ‫إِنَّ َما نَ َز َل أَ َّو َل َما نَزَ َل ِم ْنه‬

‫سلَّ َم‬ َ ‫ع الزِّ نَا أَبَدًا لَقَ ْد نَ َز َل بِ َم َّكةَ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ع ا ْل َخ ْم َر أَبَدًا َولَ ْو نَ َز َل اَل ت َْزنُوا لَقَالُوا اَل نَ َد‬
ُ ‫ش َْي ٍء اَل تَش َْربُوا ا ْل َخ ْم َر لَقَالُوا اَل نَ َد‬

ُ‫سا ِء إِاَّل َوأَنَا ِع ْن َده‬ ُ ْ‫سا َعةُ أَ ْدهَى َوأَ َم ُّر َو َما نَزَ لَت‬
َ ِّ‫سو َرةُ ا ْلبَقَ َر ِة َوالن‬ َّ ‫سا َعةُ َم ْو ِع ُد ُه ْم َوال‬ ُ ‫َوإِنِّي لَ َجا ِريَةٌ أَ ْل َع‬
َّ ‫ب بَ ْل ال‬

“Sesungguhnya yang pertama-tama kali turun darinya (Al-Qur’an) adalah surat Al-Mufashshal[3] yang

di dalamnya disebutkan tentang surga dan neraka. Dan ketika manusia telah condong kepada Islam,

maka turunlah kemudian ayat-ayat tentang halal dan haram. Sekiranya yang pertama kali turun adalah

ayat, ‘Janganlah kalian minum khamer.’ Niscaya mereka akan mengatakan, ‘Sekali-kali kami tidak akan

bisa meninggalkan khamer selama-lamanya.’ Dan sekiranya juga yang pertamakali turun adalah ayat,

‘Janganlah kalian berzina..’ niscaya mereka akan berkomentar, ‘Kami tidak akan meniggalkan zina

selama-lamanya.’ Ayat yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Makkah yang

pada saat itu aku masih anak-anak adalah: ‘Bal As Saa’atu Mau’iduhum Was Saa’atu Adhaa Wa Amarr.

(QS. Al-Qamar: 46).’ Dan belumlah turun surat Al Baqarah dan An Nisa` kecuali aku telah berada di

sisi beliau.” (HR. Bukhari).


Kelima, menjadi bukti yang pasti bahwa Al-Quranul karim diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana dan

Maha Terpuji, Allah Ta’ala.

Qur’an yang turun secara berangsur kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam

waktu lebih dari 20 tahun  ini ayat-ayatnya turun  dalam selang waktu tertentu, dan selama ini orang

membacanya dan mengkajinya surah demi surah. Rangkaiannya begitu padat, tersusun cermat sekali

dengan makna yang saling bertaut, disertai gaya bahasa yang begitu kuat, serta ayat demi ayat dan surah

demi surah saling terjalin bagaikan untaian mutiara yang indah yang belum ada bandingannya dalam

perkataan manusia .

Seandainya Qur`an ini perkataan manusia yang disampaikan dalam berbagai situasi, peristiwa dan

kejadian, tentulah didalamnya terjadi ketidakserasian dan saling bertentangan satu dengan yang lainnya,

serta sulit terjadi keseimbangan.

‫اختِاَل فًا َكثِي ًرا‬


ْ ‫َولَ ْو َكانَ ِمنْ ِع ْن ِد َغ ْي ِر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ? Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi

Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa, 4: 82 )

BAB 3

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surah atau surat yang

pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23

tahun yakni 13 tahun waktu nabi masih tinggal di mekkah, 10 tahun waktu nabi sesudah dimadinah.

Alqur’an mulai diturunkan kepada nabi Muhammad pada malam Lailatul-Qadar tanggal 17 Ramadhan

pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan pada tanggal 6 agustus 610 Masehi.
Wahyu yang pertama-tama kali diterima Nabi ialah ayat 1 smpai dengan 5 surat Al-Alaq, pada

waktu Nabi sedang berada di gua Hira. Sedang, wahyu terakhir yansg diterima Nabi adalah surat Al-

Maidah ayat 3 pada tanggal 9 Dzul hijjah tahun ke 10 Hijriah atau 7 Maret 632 Masehi. Antara wahyu

pertama dan wahyu terakhir diterima Nabi berselang kurang lebih 23 tahun

3.2 SARAN

Demikianlah makalah kami buat. Kami sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Guna kesempurnaan makalah kami

selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Ahad Syadali,. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1, CV Pustaka setia abadi, Bandung: 1997

Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qanaah), 1980,

Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an,Rineka Cipta, Jakarta: 1992

Mana’ul Quthan, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, PT Rineka cipta, Jakarta: 1993

M. Hasbi Ashshiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu alqur’an dan Tafsir, PT Bulan Bintang, Jakarta:

1992

Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Dana Bakti Primayasa, Yogyakarta: 1998

Subhi Ash-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-quran, terjemah Nur Rakhim, Pustaka Firdaus Jakarta: 1993

Anda mungkin juga menyukai