DISUSUN OLEH:
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
Rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya mampu menyusun makalah yang
berjudul turunnya al—qur’an dengan tujuh huruf dengan baik dan tepat waktu guna untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besarMuhammad Saw. Kepada keluarganya,
sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki
seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan kami dan
bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal
'Alamin.
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .................................................................................................. 6
C. TUJUAN
1. Megetahui proses turunnya Al-Qur’an serta hikmah-hikmahnya
2. Mengetahui dalil-dalil diturunkannya Al-Qur’an dengan tujug huruf
3. Mengetahui perbedaan pendapat tentang pengertian tujuh huruf
4. Mengetahu hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf
(1)
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke Lauh Mahfudz. Proses pertama ini diisyaratkan
dalam Al-Qur’an surat Al-Buruj ayat 21-22 :
}٢٢ـ٢١ : ح َمحْ فُوْ ٍظ {البروج ٌ ْبَلْ هُ َوقُر
ٍ ْفِ ْي لَو.ان َم ِج ْي ٌد
Artinya : “Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Qur’an yang mulia. Yang tersimpan dalam
Lauh Mahfudz”. (QS. Al-Buruuj).
2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfudz itu ke Bait- Al-Izzah (Tempat yang berada di langit
dunia). Proses ke dua ini diisyaratkan Allah dalam surat Al-Qadar ayat 1 :
}١ : اِنَّااَ ْنزَ ْالنَاهُ فِ ْي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر { القدر
Artinya : “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (QS.
Al-Qadar : 1)
3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah kedalam hati Nabi Muhammad SAW. Dengan jalan
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat, dan bahkan kadang-
kadang satu surat. Mengenai proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam Al-Qur’an surat
As-Syu’ara ayat 193-195 :
}١٩٥ـــ١٩٣ : بِلِ َسا ٍن َع َربِ ٍّي ُمبِ ْي ٍن {الشعراء. َك لِتَ ُكوْ نُ ِمنَ ْال ُم ْن ِذ ِر ْين
َ ِ َعلَى قَ ْلب. ُنَزَ َل بِ ِه الرُّ وْ ُح ااْل َ ِميْن
Artinya : “ Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-amin (Jibril), kedalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab
yang jelas.” (QS. Al-Syu’ara : 193-195).
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat Jibril tidak secara
sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan sering wahyu turun untuk
menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau untuk membenarkan
tindakan Nabi SAW.
(2)
Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Qur’an hanya mendatangkan satu lafadz atau lebih
saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa
tersebut. Di katakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa quraisy, huzail, saqif, hawazin,
kinanah, tamim dan yaman. Menurut Abu Hatim As-Sijistani, Al-Qur’an di turunkan dalam
bahasa Quraisy, Huzail, Tamim, Azad, Rabi’ah, Hawazin, dan Sa’ad bin Bakar. Dan
diriwayatkan pula pendapat yang lain.
b. Suatu kaum berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa
dari bahasa-bahasa arab dengan makna Al-Qur’an di turunkan, dengan pengertian bahwa kata-
kata dalam Al-Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu
bahasa paling fasih di kalangan bangsa arab, meskipun sebagian besarnya bahasa quraisy.
Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim atau Yaman,
karana itu maka secara keseluruhan Al-Qur’an mencakup ketujuh bahasa tersebut. Pendapat ini
berbeda dengan pendapat sebelumnya, karena yang di maksud dengan tujuh huruf dalam
pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surah Al-Qur’an, bukan tujuh bahasa
yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
Berkata Abu ‘Ubaid: “Yang di maksud bukanlah setiap kata boleh di baca dengan tujuh
bahasa, tetapi tujuh bahasa yang bertebaran dalam Al-Qur’an. Sebagiannya bahasa Quraisy,
sebagian yang lain bahasa Huzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain” dan katanya pula: “ Sebagian
bahasa-bahasa itu lebih beruntung karena dominan dalam Al-Qur’an.”
c. Sebagian ulama meneyebutkan bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah tujuh wajah,
yaitu: amr, nahyu, wa’d, wa’id, jadal, qasas, dan masal. Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam,
mutasyabih dan amsal.
d. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam
hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf, yaitu:
1. Ikhtilaful asma’ ( perbedaan kata benda)
2. Perbedaan dalam segi i’rab (harokat akhir kata)
3. Perbedaan dalam tasrif,
4. Perbedaan dalam taqdim (mendhulukan) dan ta’khir (mengakhirkan)
5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian)
6. Perbedaan karena ada penambahan dan pengurangan
7. Perbedaan lahjah.
e. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak di artikan secara harfiah,
tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab.
Dengan demikian, maka kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Al-Qur’an
merupakan batas dan sumber utama bagi perkataan semua orang arab yang telah mencapai
puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafadz sab’ah dipergunakan pula untuk menunjukan
jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan, seperti “tujuh puluh” dalam bilangan
puluhan, dan “tujuh ratus” dalam ratusan. Tetapi kata-kata itu tidak di maksudkan untuk
menunjukan bilangan tertentu.
f. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qiraat
tujuh.
(3)
C.Tarjih dan Analisis
Pendapat terkuat dari semua pendapat tersebut adalah pendapat pertama, yaitu bahwa
yang di maksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dalam
mengungkapkan satu makna yang sama. Misalnya: aqbil, ta’ala, hulumma, ‘ajal dan asra’.
Lafadz-lafadz yang berbeda ini digunakan untuk menunjukan satu makna yaitu perintah untuk
menghadap. Pendapat ini di pilih oleh Sufyan bin ‘Uyainah, ibn Jarir, ibn Wahb dan lainya. Ibn
‘Abdil Bar menisbatkan pendapat ini kepada sebagian besar ulama dan dalil bagi pendapat ini
ialah apa yang terdapat dalam hadits abu bakrah berikut :
“ Jibril mengatakan: “Wahai Muhammad, bacalah Al-Qur’an dengan satu huruf, lalu Mikail
mengatakan: tambahkanlah. Jibril berkata lagi: dengan dua huruf! Jibril terus menambahnya
hingga sampai dengan enam atau tujuh huruf. Lalu ia berkata: semua itu obat penawar yang
memadai, selama ayat azab tidak di tutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat tidak di tutup
dengan ayat madzhab. Seperti kata-kata: hulumma, ta’ala, aqbil, izhab, asra’ dan ‘ajal”
(4)
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an.
Nabi sering berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit yang dilontarkan oleh orang-
orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur tidak
hanya menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa
dengan Al-Qur’an. Dan ketika mereka tidak memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus
merupakan sala salah satu mukjizat Al-Qur’an.
3. Memudahkan untuk dihapal dan dipahami
Al-Qur’an pertama kali turun di tengah-tengah masyarakat yang ummi, yakni yang tidak
memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya Al-Qur’an secar berangsur-angsur
memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalnya.
4. Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan melakukan
penahapan dalam penetapan syari’at.
5. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Maha Bijaksana.
(5)
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulannya bahwa Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur. Hal yang
demikian disebabkan oleh beberapa faktor yang nantinya akan mempermudah Nabi untuk
menerimanya serta membuktikan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar kitab yang diturunkan oleh
Allah SWT. Dzat yang Maha bijaksana sehingga Al-Qur’an turun sesuai dengan tujuan dan
fungsinya.
Di atas juaga pada intinya menjelaskan bahwa sesuai dengan masing-masing pendapat
para ulama, Al-Qur’an itu diturunkan atas tujuh huruf. Dan hal tersebut mempunyai dalil-dalil
tersendiri serta mempunyai beberapa hikmah yang terkandung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hudlari Bik, Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qona’ah, 1980
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, CV Pustaka Setia, 2010
Al-Itqan, Jilid 1
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Pustaka Litera Antar Nusa, 2013
(6)