Anda di halaman 1dari 17

STUDI ILMU Al-QUR’AN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-qur’an dan Hadist
Dosen Pengampu : Yusuf Fauzi,Lc., M.Th.I.

Oleh :

1. Arista Ayu Damayanti (12204193098)


2. Luhmatul kardinningsih (12204193243)
3. Zavira Azizah (12204193257)
4. Anis Rofi’atus Sholikah (12204193263)

SEMESTER 2

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS MATEMATIKA

FEBRUARI 2020

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur dipanjatkan kepada ALLAH saw atas selesainya tugas yang
berjudul ”STUDI ILMU AL-QUR’AN” Atas dukungan moral dan materi yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, ucapan terimakasih ditujukan kepada dosen
pembimbing yaitu bapak Yusuf Fauzi, Lc., M.Th.I yang telah memberikan bimbingan,
saran serta kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini.
Ucapan terima kasih juga terhatur untuk kedua orang tua yang telah membantu
kami baik secara moril maupun materil sehingga tugas ini dapat dikerjakan tanpa suatu
halangan apa pun. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang
telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
tugas ini.
Makalah ini belum sempurna serta masih banyak kesalahan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan demi
menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih.

Tulungagung, 14 Februari 2020

Penyusun

1
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..... ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………... 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 1
C. Tujuan Masalah ……………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an ………………………………………………………..... 2


B. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an ………………………………………....... 3
C. Sejarah Al-Qur’an ……………………………………………………………... 4
D. Proses Pewahyuan Al-Qur’an ………………………………………………...6
E. Proses Penghimpunan dan Pembukuan Al-Qur’an…………………………7

BAB III PENUTUP

A. Simpulan…………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan
umat manusia di dunia ini. Oleh karena itu, menjadi amat penting bagi kita
sebagai umat islam untuk memahami Al-qur’an dengan sebaik-baiknya sehingga
Al-qur’an bisa kita pahami dengan benar lalu kita gunakan sebagai pedoman
hidup di dunia ini dengan sebenar-benarnya. Al-qur’an adalah risalah Allah
kepada manusia semuanya. Maka tidaklah aneh apabila Al-qur’an dapat
memenuhi semua tuntutan kemanusiaan.
Al-qur’an terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 77.439 kosa kata, dan
325.345 huruf. Turunnya Al-qur’an dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari,
dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang disebut dengan
ayat-ayat Makiyah dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-
ayat Madaniyah. Al-qur’an sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk menjadi
petunjuk bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Di dalam Al-qur’an
terkandung nilai-nilai yang luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia dalam berhubungan dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Al-qur’an ?
2. Apa kedudukan dan fungsi Al-qur’an ?
3. Bagaimana sejarah Al-qur’an ?
4. Bagaimana Proses pewahyuan Al-qur’an ?
5. Bagaimana sejarah penghimpunan dan pembukuan Al-qur’an ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN MAKALAH


1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari Al-qur’an
2. Mahasiswa mengetahui kedudukan dan fungsi Al-qur’an
3. Mahasiswa mengetahui sejarah Al-qur’an
4. Mahasiswa mengehatui proses pewahyuan Al-qur’an
5. Mahasiswa mengetahui sejarah penghimpunan dan pembukuan Al-qur’an

31
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada


Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dan penutup para nabi dan rasul
melalui perantara Malaikat Jibril, yang saat ini digunakan sebagai pedoman atau
petunjuk hidup bagi umat muslim di seluruh dunia. Al-Qur’an juga merupakan
penyempurnaan dari kitab-kitab sebelumnya (Kitab Taurat, Kitab Zabur, Kitab
Injil)
Al-Qur’an memiliki arti yang bermacam-macam, salah satunya adalah
bacaan atau sesuatu yang harus dibaca, dipelajari.1 Jadi, al-Qur’an itu sendiri
lebih tepat disebut dengan bacaan yang diingat secara langsung maupun melalui
perantara yang kemudian ditulis dan dibukukan menjadi satu.

Pengertian diatas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18 sebagai
berikut:

)18-17 : ‫ َف ِإ َﺫﺍ ق ََرأ ْ نَه فَاتَّب ِْع ق ُْرانَه (القيامةـ‬. ‫عل َيْنَا َج ْم َعه َوق ُْرانَه‬
َ ‫اِ ّ َن‬

Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan


membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu. (Q.S. Al- Qiyamah, 17-18)

Para Ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian


dari Al-Qur’an itu sendiri, ada yang mengatakan Al-Qur’an adalah kalam Allah
yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan
secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah; dimulai dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri surah an-Nas.2
1
Aminudin, et. All., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 45.
2
M. Quraish Shihab, et, all., Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2008), hal. 13.

4
Menurut M. Quraish Shihab, Al-Qur’an secara umum berarti bacaan yang
sempurna. Beliau merupakan suatu nama pilihan Allah SWT yang tepat, karena
tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia. 3
Dan juga Al-Qur’an mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun
qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain
dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Al-Qur’an pada mulanya seperti
qira’ah, yaitu mushdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.4
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa
unsur-unsur yang melekat pada Al-Qur’an adalah:
1. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
2. Kallamulah
3. Melalui perantara Malaikat Jibril
4. Pedoman atau petunjuk hidup bagi umat muslim
5. Dibaca dan dipelajari
6. Membaca Al-Qur’an dicatat sebagai amal ibadah
7. Al-Qur’an adalah Mukjizat
8. Berbahasa Arab

B. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat muslim yang memiliki kedudukan


dan banyak manfaat bagi umat manusia seluruh dunia. Al-Qur’an itu sendiri
merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi serta rasul yang dipercaya menerima mukjizat dari Allah SWT berupa
Al-Qur’an melalui Malaikat Jibril yang bertugas sebagi perantara wahyu. Nabi
Muhammad SAW menjadi penerima, penafsir pertama, pengamal dan penyampai
Al-Qur’an. Kedudukan Al-Qur’an itu sendiri yaitu sebagai sumber hukum dan
norma bagi umat muslim. Tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagi
pedoman hidup bagi umat muslim dalam menata kehidupannya agar
memperoleh kebahagian di dunia maupun di akhirat. Untuk merealisasikan
tujuan utama tersebut Al-Qur’an dating dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-
keterangan yang bersifat umum maupun khusus dalam bentuk tersurat maupun
tersirat. Fungsi Al-Qur’an antara lain :

3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2015), hal 15.
4
Manna Khalil Al-Qhattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2015), hal. 15. 3

5
Sebagai Petunjuk
Di dalam Al-Qur’an terdapat petunjuk-petunjuk hidup bagi umat Islam, yang
dapat digunakannya dalam mengambil dan mempertimbangkan keputusan
dalam hidupnya. Selain digunakan sebagi petunjuk umat Islam, Al-Qur’an
juga dapat digunakan sebagai petunjuk bagi semua orang tidak hanya bagi
mereka yang beragama islam dan bertakwa. Karena, kandungan didalam Al-
Qur’an terdapat yang bersifat universal atau umum diantaranya yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
1. Sebagai Pembeda
Fungsi lain dari Al-Qur’an adalah sebagai pembeda atau pemisah, maksud
dari kata pembeda dari bagian ini yaitu Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai
pembeda maupun pemisah antara yang benar dan yang salah atau dengan
kata lain antara yang hak dan yang batil. Di dalam Al-Qur’an kita dijelaskan
mengenai berbagai macam hal yang termasuk kriteria dari yang benar
maupun yang salah. Jadi, dengan belajar Al-Qur’an seharusnya kita
mengetahui hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan oleh Allah SWT. Segala
sesuatu yang dihalalkan olehnya pasti memiliki manfaat bagi umat manusia
dan segala sesuatu yang dilarangnya terdapat dampak yang tidak baik bagi
kedepannya baik dapat berdampak langsung di dunia maupun di akhirat.
2. Sebagai Nasihat
Al-Qur’an merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad, di dalam Al-Qur’an
terdapat nasihat-nasihat yang dapat digunakan oleh umat Islam di dunia
dalam menjalankan kehidupannya. Di dalamnya juga terdapat nasihat-
nasihat dalam memecahkan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari
baik bersifat duniawi maupun akhirat.
3. Sebagai Obat
Fungsi dari Al-Qur’an yang lain yaitu sebagai obat. Penyakit pada manusia
bukan hanya penyakit fisik namun terdapat penyakit lain diantranya
penyakit iri, dengki, marah. Dengan membaca dan mengamalkan Al-Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari dapat menghindarkan kita dari berbagai macam
penyakit tersebut.

Dari, beberapa fungsi diatas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an merupakan


dasar hukum dan pedoman hidup dan kehisupan bagi umat muslim.

C. Sejarah Al-Qur’an

Sejarah berkaitan dengan masa lampau yang saling berkaitan antara


sebab dan akibatnya, dalam segala sesuatu yang terjadi pasti ada sejarah yang
melatarbelakangi kejadian tersebut. Sama halnya dengan Al-Qur’an, terdapat
sejarah atau riwayat kejadian diturunkannya ke bumi.

6
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pertama kali pada
tanggal tujuh belas bulan ramadhan di gua hira atau tanggal 6 Agustus 610 M
saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun. Surat pertama yang yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Penurunan Al-
Qur’an terjadi secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun dengan
waktu 13 tahun saat Nabi Muhammad menetap di Mekkah dan 10 tahun saat
beliau tinggal di Madinah. Al-Qur’an itu sendiri terdiri dari 30 juz, 144 surat dan
susunan-susunan yang berada di dalamnya. Di antara hikmah diturunkan Al-
Qur’an secara berangsur-angsur adalah:

1. Untuk memudahkan penghafalannya.


2. Agar Nabi Muhammad SAW dengan yakin dalam menyebarkan dan
menyampaikannya kepada orang-orang yang beriman.
3. Untuk menjawab berbagai kejadian yang sedang berlangsung.5

Al-Qur’an diturunkan dalam dua periode. Periode pertama, yaitu periode


sebelum Nabi Muhammad hijrah atau dengan kata lain saat Nabi Muhammad
masih berada di Mekkah, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah disebut dengan
ayat-ayat Makkiyah. Saat awal turunnya Al-Qur’an Nabi Muhammad SAW belum
diangkat menjadi rasul. Dengan wahyu tersebut, beliau hanyalah nabi yang tidak
bertugas menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya. Periode kedua, yaitu
periode setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah , ayat-ayat yang diturunkan
di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.

Perbedaan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah:

Surat Makkiyah Surat Madaniyah


Umumnya pendek-pendek Umumnya panjang-panjang
Diawali “Ya ayyuhan nas” atau “Ya Diawali “yaa ayyuhaladzina aamanu”
ayyuhal insan
Berhubungan dengan akidah Berisi hukum-hukum, membicarakn
orang (kaum Muhajirin, Anshar, kaum
munafik serta ahli kitab)

Surat-Surat Al-Qur’an itu sendiri turun seirama dengan kejadian-kejadian


yang berlangsung pada masa itu dan keadaan masyarakat pada saat itu yang
masih relefan dengan kehidupan manusia saat ini. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an
yang ditunjukkan kepada orang-orang5 yang munafik, iri dan orang-orang yang
musyrik.

5
M. Zain, M. Ag, Pengantar ‘Ulumul Qur’an dan ‘Ulumul Hadis, (Banda Aceh: Yayasan
PeNa Banda Aceh, 2016), hal. 6.

7
D. Proses Pewahyuan Al-Qur’an

Wahyu ialah informasi secara tersembunyi dan cepat yang khusus


ditunjukkan kepada orang tertentu tanpa diketahui oleh orang lain. Pengertian
dasar dari wahyu itu sendiri adalah tersembunyi dan cepat.Pewahyuan Al-
Qur’an pertama diturunkan oleh Allah SWT kepada Malaikat Jibril yang
kemudian beliau sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Cara Wahyu Allah Turun Kepada Malaikat, menurut beberapa ayat-
ayat Al-Qur’an salah satunya surat Al-Baqarah ayat 30 yang memiliki arti
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman; ‘Sesungguhnya Allah hendak
menjadikan seseorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata ‘Mengapa
Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi orang yang akan membuat
kerusakan di dalamnya…?’ serta surat Al-Anfal ayat 12 yang memiliki arti
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat; Sesungguhnya aku
bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman.” Dari
ayat tersebut dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada
Malaikat tanpa perantara dan dengan bahasa yang dipahami oleh malaikat.
Hal ini diperkuat dengan hadits dari Nuwas bin Sam’an Radhiyallahu
Anhuyang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai sesuatu
urusan. Dia berbicara melalui wahyu, maka langit pun bergetar dengan
getaran –atau dia menyatakan dengan guncangan yang dahsyat karena takut
kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ketika penghuni langit mendengarnya, mereka
pingsan dan jatuh. Lalu bersujudlah kepada Allah. Yang pertama sekali
mengangkat kepalanya di antara mereka itu adalah Jibril, lalu Allah
menyampaikan wahyunya kepada Jibril menurut apa yang dikehendaiki-Nya.
Kemudian Jibril berjalan melintasi para Malaikat. Setiap kali dia melalui satu
langit, para malaikatnya bertanya kepada Jibril : “Apakah yang telah
difirmankan oleh tuhan kita, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Dia mengatakan
yang hak dan Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” Para Malaikat itu pun
mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Jibril. Lalu Jibril menyampaikan
wahyu itu seperti yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” 6 Dengan
hadits tersebut ditegaskan bahwa wahyu itu sendiri langsung disampaikan
oleh Allah SWT kepada Malaikat Jibril . Al-Qur’an itu sendiri dituliskan di
Lauhul Mahfuzh, berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Buruj ayat
21-22 “Bahkan ia adalah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di Lauhul
Mahfuzh.

6
H.R Ath-Thabarani

8
Cara penurunan wahyu oleh malaikat kepada rasul, Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu dari Malaikat Jibril dalam dua cara, yang
pertama merupakan cara yang paling berat bagi Nabi Muhammad SAW.
Yaitu, penurunan wahyu Al-Qur’an terdengar seperti suara lonceng yang
berbunyi keras.7 Sebagaimana sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat
Al-Muzzamil ayat 5 yang berbunyi :

‫عل َيْ َك َسنُل ْ ِقي ِإن ّ َا‬


َ ‫ثَ ِقيل ًا ق َْول ًا‬
Artinya: “Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang
berat.” (Q.S Al-Muzzamil, 73:5)

Yang kedua, Malaikat Jibril a.s datang kepada Nabi Muhammad SAW
untuk menyampaikan wahyunya dengan keadaan seperti manusia biasa,
yaitu menyerupai laki-laki.7 Al-Qur’an tidak pernah diturunkan kecuali melalui
Malaikat Jibril a.s

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW secara berangsur-angsur


selama lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun sewaktu Nabi SAW masih
tinggal di Mekah dan 10 tahun sewaktu Nabi SAW tinggal di Madinah. Di sini,
akan dibagi sejarah turunnya AlQuran dalam tiga periode, meskipun pada
hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah
kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat
Madaniyyah. Pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan
pokok Al-Qur’an.

1. Periode Pertama

Diketahui bahwa Muhammad saw., pada awal turunnya wahyu


pertama (iqra'), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu,
beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk
menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah beliau
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya.

Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal.
Pertama, pendidikan bagi Rasulullah saw., dalam membentuk
kepribadiannya.

Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al


Allah, misalnya surah Al-A'la (surah ketujuh yang diturunkan) atau surah Al-
7
Ikhlash.

7
M. Zain, M. Ag, Pengantar ‘Ulumul Qur’an dan ‘Ulumul Hadis, (Banda Aceh:
Yayasan PeNa Banda Aceh, 2016), hal. 8

9
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta
bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat
jahiliah ketika itu. Ini dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu
surah yang mengecam mereka yang menumpuknumpuk harta; dan surah Al-
Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim
serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong.

Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan


bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu.

2. Periode Kedua

Periode kedua dari sejarah turunnya Al-Quran berlangsung selama 8-9


tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah.
Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk
menghalangi kemajuan dakwah Islamiah. Dimulai dari fitnah, intimidasi dan
penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran Al-Quran ketika itu
terpaksa berhijrah ke Habsyah dan para akhirnya mereka semua --termasuk
Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah.

Pada masa tersebut, ayat-ayat Al-Quran, di satu pihak, silih berganti


turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai
dengan kondisi dakwah ketika itu.

Dan, di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus
mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, seperti: Bila
mereka berpaling maka katakanlah wahai Muhammad: "Aku pertakuti kamu
sekalian dengan siksaan, seperti siksaan yang menimpa kaum 'Ad dan
Tsamud" (QS 41:13).

Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi


mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat berdasarkan tanda-
tanda yang dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Periode Ketiga

Selama masa periode ketiga ini, dakwah Al-Quran telah dapat


mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat
hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama di Yatsrib (yang kemudian
diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini berlangsung selama
sepuluh tahun, di mana timbul bermacam-macam peristiwa, problem dan
persoalan, seperti: Prinsip-prinsip apakah yang diterapkan dalam masyarakat
demi mencapai kebahagiaan. Bagaimanakah sikap terhadap orang-orang
munafik, Ahli Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua itu
diterangkan Al-Quran dengan cara yang berbeda-beda.

8
10
Dengan satu susunan kata-kata yang membangkitkan semangat
seperti berikut ini, Al-Qur’an menyarankan: Tidakkah sepatutnya kamu
sekalian memerangi golongan yang mengingkari janjinya dan hendak
mengusir Rasul, sedangkan merekalah yang memulai peperangan.

Semua ayat ini memberikan bimbingan kepada kaum Muslim menuju


jalan yang diridhai Tuhan disamping mendorong mereka untuk berjihad di
jalan Allah, sambil memberikan didikan akhlak yang sesuai dengan keadaan
mereka dalam bermacam-macam situasi.

Selain ayat-ayat yang turun mengajak berdialog dengan orang-orang


Mukmin, banyak juga ayat yang ditujukan kepada orang-orang munafik, Ahli
Kitab dan orang-orang musyrik. Ayat-ayat tersebut mengajak mereka ke jalan
yang benar, sesuai dengan sikap mereka terhadap dakwah. Turunnya Al-
Quran adakalanya hanya berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau
berupa sebuah surat yang pendek secara lengkap hingga selesai semuanya
diturunkan. Di antara hikmah diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-
angsur adalah:

1. Untuk memudahkan penghafalannya.

2. Agar Nabi SAW dapat menyampaikannya dengan mantap pada orang-


orang beriman.

3. Untuk menjawab berbagai kejadian yang sedang berlangsung.

E. Proses Penghimpunan dan Pembukuan Al-Qur’an

Sumber-sumber sejarah mengatakan bahwa surat Al-Qur’an yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Suat Al-‘Alaq ayat 1-5 yang
diturunkan di Gua Hira. Sedangakan mengenai ayat Al-Qur’an yang
diturunkan terakhir kali terdapat beberapa pendapat dari ulama yang
berbeda-beda. Menurut sebagian ulama ayat yang terakhir turun adalah Surat
Al-Maidah ayat 3 yang turun di Padang ‘Arafah pada saat Nabi Muhammad
SAW melaksanakan haji wada’. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa
surat Al-Baqarah ayat 281

1. Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Nabi


Setelah turunnya wahyu pertama (Al-‘Alaq ayat 1-5). Nabi Muhammad
hanya menghafal ayat-ayat tersebutdan belum menulisnya. Sulit sekali
untuk mencari catatan sejarah yang 9 membahas awal mula pencatatan
wahyu.Pencatatn wahyu tampaknya terjadi setelah Nabi Muhammad
hijrah ke Madinah, beliau di bantu oleh sahabat-sahabatnya dengan cara
setelah wahyu turun kepada beliau maka Nabi Muhammad akan
menghafalnya lalu mengajarakannya kepada beberapa sahabat beliau.

11
Dalam penulisan Al-Qur’an Nabi Muhammad menunjuk juru tulis
wahyu secara resmi, yaitu ‘Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan,
Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Dan sebagian akan berinisiatif sendiri
dalam penulisan wahyu tersebut diantaranya ‘Amir bin Fuhayrah, Tsabit
bin Sammas, Mughirah bin Syu’bah, Yazid, dan Zubair bin ‘Awwam.
Naskah-naskah wahyu tersebut disimpan di dalam rumah Nabi
Muhammad saw dan para penulisnya menyalinnya agar dapat mereka
simpan sendiri. Catatan mengenai Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad
sama sekali tidak tercampur dengan catatan-catatan lainnya karena
dengan tegas Nabi Muhammad memberikan arahan bahwa yang ditulis
hanyalah ayat-ayat Al-Qur’an, selain Al-Qur’an dilarang ditulis. Karena
adanya larangan tersebut maka pencampuran antara ayat Al-Qur’an dan
hadits dapat dihindari dalam catatan yang mereka buat. 8 Naskah yang
disimpan di dalam rumah Nabi Muhammad, diperkuat dengan tulisan-
tulisan milik para penulis wahyu dan hafalan para sahabat, maka
penghimpunan Al-Qur’an dalam bentuk catatan dan hafalan.

2. Penghimpunan Al-Qur’an Masa Khalifah Abu Bakar


Setelah Nabi Muhammad wafat, sahabat-sahabat nabi memilih Abu
Bakar sebagai khalifah. Pada awal kekhalifahannya banyak umat islam
yang belum kuat imannya menjadi murtad dari Islam, terutama di Yaman
dan Nejed, juga munculnya gerakan pembangkangan membayar zakat.
Serta, gerakan yang dipimpin Musaylamah al-Kazzab, yang mengakui
dirinya sebagai nabi. Sehingga Abu Bakar memerintahkan umat muslim
untuk memeranginya, peperangan tersebut dikenal dengan Perang
Yamamah.
Perang tersebut memakan korban 70 penghafal Al-Qur’an . Bahkan
sebelum tragedi tersebut telah gugur pula 70 penghafal Al-Qur’an pada
saat nabi masih hidup dalam pertempuran yang berlangsung di Bi’ri
Ma’unah.
Setelah terjadinya peristiwa Yamanah, Umar bin Khattab cemas dan
menyarankan agar Khalifah Abu Bakarmengusahakan penghimpunan
ayat-ayat Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Abu Bakar menerima ide
tersebut, lalu beliau mengutus Zaid bin Tsabit agar segera menghimpun
ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Dalam melaksanakan tugas tersebut Zaid
bin Tsabit sangatlah berhati-hati, beliau dibantu dengan sahabat-sahabat
penghafal Al-Qur’an. Penghimpunan Al-Qur’an berlangsung kurang dari
satu tahun.

10

8
Subi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an diterjemahkan oleh H. Muhammad
Zaini (Beirut: dar al-‘Ilm al-Malayin, 1977), hal. 73-74.

12
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah, bahwa Abu Bakar
merupakan orang pertama yang melakukan penghimpunan Al-Qur’an
dengan ide yang dicetuskan oleh Umar bin Khattab serta Zaid bin Tsabit
dikenal sebagai orang pertama yang melaksanakan penulisan
penghimpunan Al-Qur’an dalam satu mushaf.

3. Penghimpunan Al-Qur’an Masa Khalifah ‘Umar


Setelah Abu Bakar wafat, ‘Umar bin Khattab ditunjuk sebagi khalifah.
Pada masa Abu Bakar mushaf tidak diperbanyak karena pada masa itu
motif dari penghimpunannya hanya untuk menjaga keutuhan dan
kemurnian Al-Qur’an saja bukan untuk kepentingan orang-orang yang
ingin menghafalkannya.
Pada masa Khalifah ‘Umar bin Khattab Al-Qur’an tidak juga
diperbanyak. Pada masa khalifah ‘Umar, para sahabat nabi yang
penghafal Al-Qur’an masih cukup banyak. Orang yang belajar Al-Qur’an
dan menghafalkannya juga masih banyak.

4. Penghimpunan Al-Qur’an Pada Masa Khalifah ‘Usman


Pada masa kepemimpinan ‘Usman bin ‘Affan daerah kekuasaan Islam
semakin luas . Pada periode ini timbul keinginan mempelajari Al-Qur’an ,
termasuk tata cara membacanya. Di setiap daerah terdapat sahabat yang
mengajarkan Al-Qur’an kepada para penduduk. Setiap daerah memiliki
cara pembacaan Al-Qur’an yang berbeda-beda karena mereka masing-
masing menggunakan cara bacaan dari sahabat yang mendidiknya. Di
antara mereka, terdapat perbedaan dalam membaca Al-Qur’an baik segi
cara penyebutan huruf-hurufnya yang dapat memunculkan pertentangan
dalam membaca Al-Qur’an.
Dengan keadaan tersebut munculah ide dari Huzaifah agar ‘Usman
melakukan penyeragaman bacaan Al-Qur’an. Walaupun masih ada
perbedaan, diusahakaan dalam batas-batas yang ma’tsur, mengingat Al-
Qur’an diturunkan dengan memakai tujuh dialek bahasa arab yang
berkembang waktu itu.
Khalifah ‘Usman bin ‘Affan menerima ide dari Huzaifah sehingga dia
membentuk tim dalam penyeragaman Al-Qur’an yang terdiri dari empat
orang yaitu Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Sa’id bin al-‘As, ‘Abdullah bin
Zubair dan ‘Abdurrahman bin al-Harits.Panitia ditugaskan menyalin
kembali mushaf Al-Qur’an yang disimpan oleh Hafsah. Penulisan ditulis
menurut bahasa Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan menggunakan
11
bahasa Arab Quraisy.
Usaha mulia ‘Usman dalam menyalin mushaf tersebut dan dikirimkan
ke berbagai wilayah mendapat persetujuan para sahabat. Hal ini
diungkapkan oleh Ibn Jarir al-Thabary dalam kitab tafsirnya ; Usman
menyatukan umat Islam dalam satu Mushaf dan satu huruf, sedang
mushafyang lain dirobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar setiap

13
orang yang mempunyai mushaf yang berlainan dengan mushaf yang
disepakati untuk membakarnya.

Berdasarkan sejarah diatas dapat dipahami bahwa


pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar adalah memindahkan ayat-
ayat Al-Qur’an dari kulit, pelepah pisang, daun ke dalam satu mushaf dan
pengumpulannya dikarenakan gugurnya para huffaz. Pada masa ‘Usman bin
‘Affan mushaf diperbanyak salinannya dan dikirim ke berbagai wilayah islam
yang pada saat itu terjadi perbedaan qira’at dalam membaca Al-Qur’an.

12

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

14
Al-qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad saw melalui malaikat jibril a.s. yang dijadikan pedoman atau
petunjuk hidup bagi umat islam. Al-qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal
17 Ramadhan atau 6 Agustus di Gua Hira dengan diturunkannya surat Al ‘alaq
ayat 1-5. Al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat jibril dalam keadaan penyamaran seperti manusia ataupun lonceng
yang keras. Dalam penghimpunan Al-qur’an, Abu bakar lah yang pertama kali
memberi perintah penghimpunan ayat-ayat Al-qur’an dan khalifah utsman bin
affan lah yang memberikan perintah agar mushaf disalin dan diperbanyak.

B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Kami
sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Guna kesempurnaan makalah
kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, et. 2005. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.
Bogor : Ghalia Indonesia.

El-Mazni, H.Aunur Rafiq, Lc. MA. 2006. Pengantar studi ilmu Al-qur’an.
Jakarta timur : pustaka Al-kautsar.

15
Ghazali, Abd Moqsith, Luthfi Assyaukanie dan Ulil Abshar-Abdalla. 2009.
Metodologi studi Al-qur’an. Jakarta : Gramedia Purstaka Utama.

Hamid,abdul,Lc.,M.A.2016.Studi al-qur’an,Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP.

Shihab, M. Quraish. 2015. Wawasan al-qur’an, studi ilmu-ilmu al-qur’an.


Bogor : Pustaka Antar Nusa.

Shihab, M. Quraish. 2008. Sejarah dan ulumul Al-qur’an. Jakarta : Purtaka


Fisdaus.

Zaini,Muhammad,M.Ag dan Dr.abdul wahid,M.Ag.2016.’ulumul qur’an dan


‘ulumul hadist.banda aceh:penerbit PeNA.

16

Anda mungkin juga menyukai