kehidupan dunia
Ditulis oleh abukautsar di/pada 15 Maret, 2008
Kedua : Jiwanya menjauh dari kehidupan dunia dan tidak ada kecendrungan
sama sekali kepada dunia, karena dia mengehui bahwa enyatukan antara
kehidupan dunia dan kenikmatan akhirat suatu yang tidak mungkin, maka
jiwanya rela menunggalkan dunia, sebagaimana jiwanya rela melepas sebutir
dirham untuk membeli permata. Walau uang dirham itu sangat dicintainya,
inilah hakkat dari zuhud.
Ketiga : Jiwanya tidak ada kecendrungan kepada kehidupan duniawiyah dan
tidak juga menjauhinya, melainkan kedua hal tersbeut bagi dirinya sama saja.
Harta benda bagi dirinya bagaikan air, simpanan Allah baginya laksana lautan.
Hatinya sama sekali tidak terpetik kepada hal tersebut, karena senang atau
menjauhkan diri darinya. Dan inilah yang paling sempurna, karena seseorang
yangmembenci sesuatu sementara hatinya tetap tersibukkan kepada sesuaut
tersebut, bagai seseorang yang mencintainya.
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa yang diingini,
yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang.Itulah kesenangan hidup didunia; dan disisi
Allahlah tempat kembali yang baik ( surga ) (14) Katakanlah :” Inginkah aku kabarkan
kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang
bertaqwa ( kepada Allah ) pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai mereka kekal didalamnya . Dan ( mereka dikaruniai ) istri-istri yang
disucikan serta keridhaan Allah Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
(Surat Ali Imran: 14-15).
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
(Surat al-‘Ankabuut : 64).
Ayat ini adalah anjuran dari Allah ta’ala untuk berlaku zuhud akan kehidupan
dunia, mendiskreditkan dan meremehkan segala bentuk kehidupan dunia dan
dorongan untuk mendapatkan tempat kembalian yang baik menuju kepada
Allah ta’ala diakhirat yang merupakan kehidupan yang abadi yang hak yang
tidak akan sirna dan tidak ada akhir, melainkan kehidupan yang berlanjut terus
menerus dan kekal selamanya.
“ Berlakukah engkau didalam kehidupan duniamu layaknya seorang asing atau seorang
musafir dalam perjalananya “ (Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitab ar-Riqaaq,
bab. Qaul an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Kun fiid-dunya kaannaka gharibun
… “)
“ Demi Allah, kehidupan dunia jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanya
seumpama jika seseorang diantara kalian memasukkan ujung jari telunjuknya kedalam
lautan, maka perhatikanlah tetesan yang kembali kedalam lautan tersebut
“ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam kitab al-Jannah, bab. Fanaa’u ad-Dunya wa
bayaan al-Hasyr yaum al-Qiyamah).
“ Sekiranya saya mempunyai emas sebesar gunung Uhud, saya tidak akan merasa
senang kecuali jika emas tersebut berada selama tiga hari ditangan saya, kecuali sedikit
dari emas tersebut yang saya pergunakan untuk melunasi hutang “ (Diriwayatkan oleh
al-Bukhari didalam Kitab ar-Riqaaq, bab. Qaul an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “
Maa Yasuruni anna ‘indi mitslu Uhud hadzaa Dzahaban “).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menempati derajat tertinggi pada sifat
zuhud akan segala bentuk kehidupan dunia, dimana beliau tidak menyukai ada
sesuatu dari harta benda dunia tersisa ditangan beliau kecuali untuk diinfakkan
kepada yang berhak atau dipergunakan untuk menutupi hak seseorang, ataukah
memenuhi kebutuhan bagi yang menerima harta dari beliau tersebut. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Untuk apakah kehidupan dunia ini bagiku. Bagi saya kehidupan dunia ini
laksana seorang pengendara yangbernaung dibawah sebuah pohon, lalu kmeudian
beranjak pergi meningalkannya “ (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1936).
“ Kehidupan dunia adalah penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi seorang
kafir “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab az-Zuhud).
Setiap mukmin akan terpenjara dan terhalangi didalam kehidupoan dunia ini,
terpenjara dari segala bentuk syahwat yang haram dan yang makruh. Dan
terbebani untuk melaksanakan segala amal-amal ketaatan. Apabila hamba yang
mukmin ini meninggal duni, maka dia telah beristirahat dari semua ini dan akan
berpaling menuju kepada semua yang telah Allah ta’ala janjikan baginya, berupa
kenikmatan yang abadi, ketenagan yang tidak ada sedikitpun kekurangan.
Maka seorang mukmin yang mencintai Allah adalah seseorang yang tidak
condong kepadakehidupan dunia dan tidak menjadikan kehidupan dunia
sebagai tempat pijakan dia, dan tidak membiarkan dirinya tersirat untuk
berlama-lama tinggal dikehidupan dunia, tidak memfokuskan dirinya untuk
ekhidupan dunia, bergantung kepada kehidupan dunia kecuali seperti seorang
pengembara asing yang berada di negeri orang lain. Dan mukmin tersebut tidak
menyibukkan dirinya dengan kehidupan dunia , bagai seorang pengembara
asing yang tidak menghendaki pengembaraannya berlanjut menuju keluarga
dan negerinya sendiri.