Anda di halaman 1dari 39

1

PROPOSAL PENELITIAN TESIS


ANALISIS KEBIJAKAN MENTERI KORDINATOR BIDANG EKONOMI
TERKAIT PERUBAHAN DAFTAR PROYEK STRATEGIS NASIONAL
YANG DILAKSAAKAN OLEH ANAK PERUSAHAAN BADAN
USAHA MILIK NEGARA (Studi PT. Borneo Alumina
Indonesia di Kalimantan Barat)
Oleh :
NOVITA PUTRI SARI, SH
A2021211095

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pembangunan di Indonesia semakin hari semakin

meningkat, hal ini dikarenakan pembangunan nasional yang dilaksanakan

dalam rangka memenuhi amanat Pembukaan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 alenia ke-empat yaitu untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia, ini sudah tidak dapat dilepaskan dari

kebutuhan akan sarana dan prasarana pendukung (infrastruktur) dalam

segala bidang dan sektor.

Pembangunan Nasional Indonesia merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, tujuan lain adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang berarti bahwa tersedianya

pendidikan dalam arti luas bagi seluruh rakyat Indonesia, kesejahteraan dan

kecerdasan itu merupakan wujud dari pembangunan yang

berperikemanusiaan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila yang

telah diterima sebagai Falsafah dan Ideologi Negara Indonesia serta

Undang-Undang Dasar 1945.1

1
Janus sidabalok, hukum perlindungan konsumen, citra aditya bakti, Bandung, 2010, hal.1
2

Pembangunan merupakan suatu proses transformasi yang dalam

perjalanannya ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada

landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi

masyarakat yang bersangkutan.2 Pada hakekatnya pembangunan nasional

merupakan perwujudan dari cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagai

keinginan bersama seluruh rakyat yang senantiasa mengalami gerak

pembangunan yang dinamis komplek dan akseleratif menuju tatanan

kehidupan masyarakat yang berdaulat serta suasana kehidupan yang aman,

tertib dan dinamis.

Perkembangan pembangunan fisik yang semakin meningkat sebagai

akibat dari kemajuan yang sangat pesat baik dibidang teknologi maupun di

bidang pembangunan yang dilakukan Pemerintah, maka akan berdampak

pada meningkatnya perekonomi masyarakat.

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo lahirlah Proyek

Strategis Nasional atau sering disingkat PSN pada 8 Januari 2016 tahun

2016. Proyek Strategis Nasional adalah proyek-proyek infrastruktur

Indonesia yang dianggap strategis dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, pemerataan pembangunan, kesejahteraan masyarakat, dan

pembangunan di daerah. Dasar hukum PSN adalah Peraturan Presiden No 3

Tahun 2016 yang berturut-turut diubah dengan Peraturan Presiden No 58

2
Bachrawi sanusi, Pengantar Ekonomi Pembangunan, cetakan Pertama, PT Rineka Cipta,
Jakarta,2004, hal.8
3

Tahun 2017, Peraturan Presiden No 56 Tahun 2018, dan Peraturan Presiden

No 109 Tahun 2020.3

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui

pengembangan infrastruktur di Indonesia, Pemerintah melakukan upaya

percepatan proyek-proyek yang dianggap strategis dan memiliki urgensi

tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang singkat. Dalam

upaya tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menginisiasi pembuatan mekanisme percepatan penyediaan

infrastruktur dan penerbitan regulasi terkait sebagai payung hukum yang

mengaturnya.

Berdasarkan Pasal (1) Ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 2021 Tentang Kemudahan Proyek Strategis

Nasional, Proyek Strategis Nasional adalah proyek dan/atau program yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Badan

Usaha yang memiliki sifat strategis untuk pertumbuhan dan pemerataan

pembangunan dalam rangka upaya penciptaan kerja dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat.4

Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional ini menitikberatkan pada

pembangunan fisik dan nonfisik yang mempunyai peran penting untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pendekatan

pembangunan infrastruktur kewilayahan. Selain berperan dalam mendukung

3
https://id.wikipedia.org/wiki/Proyek_Strategis_Nasional di akses pada 20 Oktober 2022 pada
pukul 19.25 Wib
4
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 202l Tentang Kemudahan Proyek Strategis
Nasional
4

berbagai bidang pembangunan, Proyek Strategis Nasional juga berperan

dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai industri

barang dan jasa serta menciptakan ruang pekerjaan bagi masyarakat luas

guna mendukung peningkatan perekonomian dan kesejahteraan nasional.

Proyek Strategis Nasional bertujuan untuk meningkatkan

Pembangunan Nasional khususnya pembangunan infrasuktur dalam

mengolah sumber daya mineral dan batu bara sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara pada

pasal 4 ayat satu yang berbunyi :5

(1) Mineral dan Batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan

merupakan kekayaan nasional dikuasai oleh negara untuk sebesar-

besar kesejahteraan rakyat.

(2) Penguasaan Mineral dan Batubara oleh negara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang ini.

(3) Penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui

fungsi kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengeloiaan, dan

pengawasan

Kemudian pada pasal Pasal 8A ayat (1) yang berbunyi Menteri

menetapkan rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional secara

sistematis, terpadu, terarah, menyeluruh, transparan, dan akuntabel.

5
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara
5

Berdasarkan Undang-undang tersebut PT. BORNEO ALUMINA

INDONESIA (PT.BAI) masuk kedalam Proyek Strategis Nasional

berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek strategi

Nasional pada Poin b angka 1 yaitu Pembangunan 5 (lima) Fasilitas

Pengolahan dan Pemurnian Komoditas Bauksit di Mempawah, Kalimantan

Barat.

PT. Borneo Alumina Indonesia merupakan anak perusahaan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) dari PT. Indonesia Asahan Alumunium

(Persero) yang disebut sebagai INALUM dan PT.ANTAM Tbk yang disebut

ANTAM, didirikan dan beroperasi berdasarkan hukum Republik Indonesia,

yang akan mengembangkan, membangun, memiliki, mengoperasikan dan

mengelola Smelter Grade Alumina Refinery (Proyek SGAR) dengan 1 (satu)

juta kapasitas produk Alumina per tahun di Kabupaten Mempawah Provinsi

Kalimantan Barat Republik Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah

nasional permurnian Bauksit menjadi Produk Alumina. 6

Proyek SGAR adalah Proyek Strategis dengan investasi besar yang

akan menjembatani dan meningkatkan rantai industri Alumunium yang tidak

terhubung antara tambang Bauksit ANTAM di hulu dan kebutuhan Pabrik

Peleburan Alumunium INALUM di hilir.

Perusahaan patungan PT.INALUM dan PT. ANTAM yakni PT.

Borneo Alumina Indonesia (PT.BAI) melakukan pembangunan Smelter

6
https://inalum.id/id/about/profil-perusahaan di akses pada 12 Oktober 2022 pada pukul 14.23
WIB
6

Grade Alumina Refinery di Desa Bukit Batu, Mempawah Kalimantan Barat.

Diharapkan dari pembangunan Smelter tersebut dapat menghemat devisa

akibat impor alumina. Dengan produksi sendiri, alumina tidak impor lagi

artinya penghematan devisa. Adapun penghematan devisa pabrik smelter

yang akan mulai beroperasi kuartal I (satu) tahun 2023 ini ditargetkan

mampu menghasilkan 1 (satu) juta ton yang mana melebihi kebutuhan

alumina nasional sebesar 500.000 (lima ratus ribu) ton.

PT. BORNEO ALUMINA INDONESIA (PT.BAI) masuk kedalam

Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator

Perekonomian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan

Daftar Proyek strategi Nasional pada Poin b angka 1 yaitu Pembangunan 5

(lima) Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Komoditas Bauksit di

Mempawah, Kalimantan Barat.7

Adanya pembangunan Smelter PT. Borneo Alumina Indonesia yang

berdampak meningkatnya percepatan proses pemerataan pembangunan

Infrastruktur khususnya di wilayah kerja PT. Borneo Alumina Indonesia akan

membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan manfaat jangka

panjang yaitu membantu memajukan perekonomian Nasional sesuai dengan

tujuan dari Pemerintah itu sendiri. Proyek tersebut ditargetkan oleh

pemerintah akan selesai pada tahun 2023 mendatang namun karena

kendala yang dialami oleh PT. Borneo Alumina Indonesia yang

mengakibatkan proyek tersebut dicabut dari Proyek Strategis Nasional (PSN)

7
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021
Tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional
7

dengan Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator

Perekonomian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan

Daftar Proyek strategi Nasional.8

Dampaknya dikeluarkan PT. Borneo Alumina Indonesia dari daftar

Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator

Perekonomian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek strategi Nasional,

akan berdampak pada sisi Ekonomi dan Sosial Masyarakat serta dampak

Hukum.

Kemudian, dampak dikeluarkannya Proyek Smelter yang sedang

dikerjakan PT. Borneo Alumina Indonesia dari segi sosial masyarakat yaitu

akan menimbulkan perspektif miring dari masyarakat, terutama masyarakat

yang menyerahkan lahan miliknya untuk dikelola oleh perusahaan, yang

mana justru hal tersebut akan mempengaruhi proses Pembangunan

Infrastruktur sebagaimana telah ditargetkan sebelumnya oleh pemerintah.

Adanya permasalahan di atas, telah menarik minat penulis untuk

mendalaminya melalui penelitian tesis dengan judul : “ANALISIS

KEBIJAKAN MENTERI KORDINATOR BIDANG EKONOMI TERKAIT

PERUBAHAN DAFTAR PROYEK STRATEGIS NASIONAL YANG

8
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional
8

DILAKSAAKAN OLEH ANAK PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK

NEGARA (Studi PT. Borneo Alumina Indonesia di Kalimantan Barat)”.

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah suatu proses yang mengalami halangan dalam

mencapai tujuan.9 Perumusan masalah dalam suatu penelitian penting untuk

dilakukan oleh peneliti, sebab dengan adanya perumusan masalah penelitian

dapat difokuskan pada suatu permasalahan pokok untuk mendapatkan

gambaran yang terarah serta agar dapat mempermudah dalam membahas

suatu permasalahan sehingga sasaran dan tujuan dapat dicapai. Adapun

yang dapat dirumuskan sebagai suatu permasalahan pada penelitian tesis

ini, yaitu:

1. Apakah Secara Yuridis Kebijakan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi

Yang Menghapus Daftar Proyek Stretegis Nasional Yang Sedang

Dilaksanakan Oleh Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Tetap

Dapat Dilanjutkan ?

2. Apa Dampak Yuridiis Dan Sosiologis Yang Ditimbulkan Bagi Anak

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Dengan Adanya Perubahan

Kebijakan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Terkait Perubahan Daftar

Proyek Strategis Nasional ?

3. Upaya-Upaya Apa Yang Dapat Dilakukan Oleh Anak Perusahaan Badan

Usaha Milik Negara Untuk Mengatasi Dampak Yuridis Dan Sosiologis Dari
9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:UI Press, 1984, Hal. 109
9

Perubahan Kebijakan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Terkait Daftar

Proyek Strategis Nasional ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga

dengan tujuan yang jelas tersebut dapat dicapai solusi atas masalah yang

dihadapi, berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian tesis ini

bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Dan Menganalisis Secara Yuridis Kebijakan Menteri

Koordinator Bidang Ekonomi Yang Menghapus Daftar Proyek Stretegis

Nasional Yang Sedang Dilaksanakan Oleh Anak Perusahaan Badan

Usaha Milik Negara Tetap Dapat Dilanjutkan.

2. Untuk Mengetahui Dan Menganalisis Dampak Yuridiis Dan Sosiologis

Yang Ditimbulkan Bagi Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara

Dengan Adanya Perubahan Kebijakan Menteri Koordinator Bidang

Ekonomi Terkait Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.

3. Untuk Mengetahui Dan Menganalisis Yang Dapat Dilakukan Oleh Anak

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Untuk Mengatasi Dampak Yuridis

Dan Sosiologis Dari Perubahan Kebijakan Menteri Koordinator Bidang

Ekonomi Terkait Daftar Proyek Strategis Nasional.

D. Kegunaan Penelitian
10

Didalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada

manfaat yang dapat diambil baik bagi penulis maupun bagi masyarakat pada

umunya. Besarnya manfaat positif yang diberikan menunjukan nilai dan

kualitas dari penelitian tersebut, manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan

tambahan pemikiran dalam pengkajian dan pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang hukum, khususnya yang terkait dengan kebijakan

Menteri Kordinator Bidang Ekonomi terkait perubahan daftar Proyek

Strategis Nasional yang dilaksaakan oleh anak perusahaan Badan

Usaha Milik Negara studi PT. Borneo Alumina Indonesia di Kalimantan

Barat.

2. Manfaat Praktis :

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Anak Perusahaan

Badan Usaha Milik Negara studi PT. Borneo Alumina Indonesia di

Kalimantan Barat mengenai kebijakan Menteri Kordinator Bidang

Ekonomi terkait perubahan daftar Proyek Strategis Nasional.

E. Kerangka Pemikiran Teoretik

Kerangka teoretik berfungsi sebagai pengarah konsepsional bagi

pelaksanaan penelitian ilmiah. Kerangka teoretik dijalin dengan memadukan

hubungan antar konsep sehingga dapat difungsikan untuk mendekati,

mengorganisasi, menjelaskan, menganalisis dan memprediksi fenomena-


11

fenomena hukum yang diteliti secara sistematik, rasional dan obyektif.

Sesuai dengan rumusan masalah tesis ini, maka konsep utama yang

dijadikan landasan pemikiran teoretik adalah :

1. Konsep Kewenangan

Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering

ditemukan istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang.Kekuasaan

sering disamakan begitu saja dengan kewenangan, dan kekuasaan sering

dipertukarkan dengan istilah kewenangan, demikian pula sebaliknya. Bahkan

kewenangan sering disamakan juga dengan wewenang. Kekuasaan

biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak yang

memerintah dan pihak lain yang diperintah” (the rule and the ruled).10

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat terjadi kekuasaan

yang tidak berkaitan dengan hukum. Kekuasaan yang tidak berkaitan

dengan hukum oleh Henc van Maarseven disebut sebagai “blote match”,11

sedangkan kekuasaan yang berkaitan dengan hukum oleh Max Weber

disebut sebagai wewenang rasional atau legal, yakni wewenang yang

berdasarkan suatu sistem hukum ini dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah

yang telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang diperkuat

oleh Negara .

10
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), Hlm.
35-36.
11
Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik Indonesia, Suatu
Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan, (Surabaya: Universitas
Airlangga, 1990), Hlm. 30.
12

Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. 12

Kekuasaan memiliki makna yang sama dengan wewenang karena

kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif adalah

kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari suatu Negara

dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur

lainnya, yaitu:

a) hukum

b) kewenangan (wewenang)

c) keadilan

d) kejujuran

e) kebijakbestarian, dan

f) kebijakan.13

Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan Negara agar

Negara dalam keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga Negara itu

dapat berkiprah, bekerja, berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja melayani

warganya. Oleh karena itu Negara harus diberi kekuasaan. Kekuasaan

menurut Miriam Budiardjo adalah kemampuan seseorang atau sekelompok

orang manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok

lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan

tujuan dari orang atau Negara.14

12
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Makalah, Universitas Airlangga, Surabaya, tanpa
tahun, hlm. 1.
13
Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, (Yogyakarta:Universitas Islam
Indonesia, 1998), hlm. 37-38.
14
Miriam Budiardjo, Op.Cit, hlm. 35
13

Agar kekuasaan dapat dijalankan maka dibutuhkan penguasa atau

organ sehingga Negara itu dikonsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan

(een ambten complex) dimana jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah pejabat

yang mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan konstruksi

subyek-kewajiban.15 Dengan demikian kekuasaan mempunyai dua aspek,

yaitu aspek politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan hanya

beraspek hukum semata yang artinya; kekuasaan itu dapat bersumber dari

konstitusi, juga dapat bersumber dari luar konstitusi (inkonstitusional),

misalnya melalui kudeta atau perang, sedangkan kewenangan jelas

bersumber dari konstitusi.

Kewenangan sering disejajarkan dengan istilah wewenang. Istilah

wewenang digunakan dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan

dengan istilah “bevoegheid” dalam istilah hukum Belanda. Menurut Phillipus

M. Hadjon, jika dicermati ada sedikit perbedaan antara istilah kewenangan

dengan istilah “bevoegheid”. Perbedaan tersebut terletak pada karakter

hukumnya.Istilah “bevoegheid” digunakan dalam konsep hukum publik

maupun dalam hukum privat.Dalam konsep hukum kita istilah kewenangan

atau wewenang seharusnya digunakan dalam konsep hukum publik. 16

Kata kewenangan berasal dari kata dasar wenang yang diartikan

sebagai hal berwenang, hak dan kekuasaaan yang dipunyai untuk

melakukan sesuatu.17 Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan

formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh


15
Rusadi Kantaprawira, Op.Cit, hlm. 39
16
Phillipus M. Hadjon, Op.Cit, hlm. 20
17
Prajudi Atmosudirdjo. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.2010. Hlm 78.
14

undang-undang) atau dari kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan

yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap

segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang

pemerintahan.

Ateng syafrudin berpendapat ada perbedaan antara pengertian

kewenangan dan wewenang.18 Kita harus membedakan antara kewenangan

(authority, gezag) dengan wewenang (competence, bevoegheid).

Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang

berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan

wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel” (bagian) tertentu saja dari

kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang

(rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum

publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang

membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam

rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi

wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-

akibat hukum. Pengertian wewenang menurut H.D. Stoud adalah:

“Bevoegheid wet kan worden omscrevenals het geheel van

bestuurechttelijke bevoegdheden door publiekrechtelijke

rechtssubjecten in het bestuurechttelijke rechtsverkeer”. (wewenang


18
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung,
Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994),
hlm. 65
15

dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan

dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh

subjek hukum publik dalam hukum publik).19

Dari berbagai pengertian kewenangan sebagaimana tersebut di atas,

maka kesimpulan bahwa kewenangan (authority) memiliki pengertian yang

berbeda dengan wewenang (competence). Kewenangan merupakan

kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang, sedangkan wewenang

adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek

hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia

berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.

Mengenai sifat kewenangan pemerintahan yaitu yang bersifat terikat,

fakultatif, dan bebas, terutama dalam kaitannya dalam kewenangan

kewenangan pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan (besluiten)

dan ketetapan-ketetapan (beschikkingan) oleh organ pemerintahan,

sehingga dikenal ada keputusan yang bersifat terikat dan bebas.

Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat,

yakni terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam

keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau

peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dan keputusan

yang harus diambil, kedua, wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau

pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan


19
Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan
Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, (Bandung: Alumni, 2004), hlm.4
16

wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu

hanya dapat dilakukan dalm hal-hal atau keadaan tertentu sebagaimana

ditentukan dalam peraturan dasarnya: ketiga, wewenang bebas, yakni terjadi

ketika peraturan dasarnya memberikan kebebasan kepada badan atau

pejabat tata usaha negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari

keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberi

ruang lingkup kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang

bersangkutan.

Philipus mandiri Hadjon mengutip pendapat N. M. Spelt dan Ten

Berge, membagi kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu kebebasan

kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian

(beoordelingsverijheid) yang selanjutnya disimpulkan bahwa ada dua jenis

kekuasaan bebas yaitu : pertama, kewenangan untuk memutuskan mandiri;

kedua, kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (verge

norm).20

2. Konsep Implementasi Kebijakan Publik

Menurut William N. Dunn : “Kebijaksanaan Publik (Public Policy)

adalah pedoman yang berisi nilai-nilai dan norma-norma yang mempunyai

kewenangan untuk mendukung tindakan-tindakan pemerintah dalam wilayah

yurisdiksinya”.21 Senada dengan pendapat tersebut, David Easton, 22

mendefinisikan : “Public policy is the authoritative allocation of values for the

20
Philipus M. Hadjon, Op.Cit, hlm. 112
21
Wiliiam N. Dunn dalam Ibnu Syamsi, Diktat Kuliah Kebijaksanaan Publik dan Pengambilan
Keputusan, Fisipol UGM, Yogyakarta, 1993,Hlm.. 5
22
David Easton, The Political System, New York: Knopf, 1953, P.. 129.
17

whole society”. (Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai secara

sah/paksa kepada seluruh masyarakat). Demikan pula Harold D. Lasswell &

Abraham Kaplan : Public policy is a projected program of goals, values and

practices”.23 (Kebijakan publik adalah suatu program pencapaian tujuan,

nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah).

Beberapa definisi kebijakan publik lainnya yang dikemukakan oleh

para pakar administrasi, antara lain sebagai berikut :

a. Carl J. Friedrick : “Public policy is a proposed course of action of a

person, group, or government within a given environment providing

obstacles and opportunities which the policy was proposed to utilize

and overcome in an effort to reach a goal or realize an objective or

purpose”.24 (Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang

diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan

kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan

tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu).

b. James E. Anderson : “Public policies are those policies developed by

governmental bodies and officials”.25 (Kebijakan publik adalah

kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan

pejabat-pejabat pemerintah).

23
Harold D. Laswell, Abraham Kaplan, Power and Society, New Haven: Yale University Press,
1970. P. 37.
24
Carl J. Friedrick, Man and His Government, New York: Mc Graw Hill, 1963, P.79.
25
James E. Anderson, Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979, P..3.
18

c. George C. Edwards III & Ira Sharkansky : “Public policy is what

government say and do, or do not do. It is the goals or purposes of

government programs”.26 (Kebijakan publik adalah apa yang

dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.

Kebijakan publik itu berupa sasaran atau tujuan program-program

pemerintah).

d. Chief J.O. Udoji : “Public policy is an sanctioned couse of action

addressed to a particular problem or group of related problems that

affect society at large".27 (Kebijakan publik adalah suatu tindakan yang

memiliki sanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang

diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu

yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga

masyarakat.).

e. W.I. Jenkins : “Public policy is a set of interrelated decisions taken by

a political actor or group of actors concerning the selection of goals

and the means of achieving them within a specified situation where

these decisions should, in principle, be within the power of these

actors to achieve".28 (Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan

yang saling terkait yang ditetapkan oleh seorang aktor politik atau

sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang dipilih beserta

cara-cara untuk mencapainya dalam situasi di mana keputusan-

26
George C. Edwards III, Ira Sharkansky, The Policy Predicament, San Fransisco: W.H.
Freeman and Company,1978, P..2
27
Chief J.O. Udoji, The African Public Servant as a Public Policy in Africa, Addis Abeba: African
Association for Public Administration and Management, 1981. P. 123.
28
W.I. Jenkins, Public Analysis, Oxford: Martin Robertson, 1978. P. 35
19

keputusan itu pada dasarnya masih berada dalam batas-batas

kewenangan kekuasaan dari para aktor).

f. Thomas R. Dye : “Public policy is whatever governments choose to do

or not to do”.29 Kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan.

g. Amir Santoso : Kebijakan publik merupakan arahan-arahan yang

bersifat otoritatif untuk melaksanakan tindakan-tindakan pemerintahan

di dalam yurisdiksi nasional, lokal, regional, dan global. 30

Berdasarkan pengertian-pengertian kebijakan publik di atas

dapatlah di jabarkan operasionalisasinya secara lebih kongkrit dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia.

Intinya, kebijakan publik hakikatnya merupakan keputusan-keputusan

bersifat umum abstrak yang harus diambil oleh lembaga-lembaga negara,

badan-badan atau pejabat pemerintahan yang berkewenangan di tingkat

Pusat dan Daerah dalam proses penyelengaraan pemerintahan dan

pembangunan nasional, untuk mencapai tujuan tertentu, memecahkan

masalah tertentu, dalam kurun waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan

menggunakan sarana tertentu.

Implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan

adminsitratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui.

29
Thomas R Dye., Understanding public policy, Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, 1978, P. 3-
4.
Amir Santoso, Analisa Kebijakan Publik : Suatu Pengantar, Jurnal Ilmu Politik No. 3,
30

Gramedia, Jakarta, 1992, Hlm. 4.


20

Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan.

Implementasi kebijakan mengandung logika top-down, maksudnya

menurunkan atau menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau

makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro.

Fungsi Implementasi kebijakan adalah untuk membentuk suatu hubungan

yang memungkinkan tujuan atau sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai

suatu outcome.31Dalam kamus Webster, pengertian implementasi dirumuskan

secara pendek, dimana to implement berarti to provide means for carrying out: to

give practical effect to (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan: menimbulkan

dampak/berakibat sesuatu).32

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan

publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan

dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian

aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat

sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang

diharapkan.

Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat

peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut.

Misalnya dari sebuah undang-undang muncul sejumlah Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan

sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk di dalamnya

sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang
31
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Publik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997). Hlm. 23
32
Ibid, 64.
21

bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana

mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang

ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program

atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan tersebut.

Kebijakan publik dalam bentuk undang-undang atau Peraturan Daerah adalah

jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering

diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa

langsung dioperasionalkan antara lain Keputusan Presiden, Instruksi

Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah, Keptusan Kepala

Dinas, dll. Secara khusus kebijakan publik sering dipahami sebagai

keputusan pemerintah.33

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979) yang dikutip oleh

Solichin Abdul Wahab, menjelaskan makna implementasi ini dengan

mengatakan bahwa: memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijakan, yakni kejadiankejadian dan kegiatan-kegiatan yang

timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang

mencakup baik usahausaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk

33
Riant Nugroho Dwijowijoto, Kebijakan Publik, (Jakarta: PT Elex Media Kompatindo, 2006), 25.
22

menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-

kejadian.34

Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan

adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat

dalam suatu bentuk positif seperti undangundang dan kemudian didiamkan

dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus

dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan

yang diinginkan.

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan

waktu tertentu. Proses implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai

apabila tujuan-tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program-program

telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan

tersebut.

Jadi Pelaksanaan kebijakan dirumuskan secara pendek to implement

(untuk pelaksana) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan

sarana untuk melaksanakan sesuatu). Maka pelaksanaan kebijakan dapat

dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan.

Biasanya dalam bentuk perundang-undangan, peraturan pemerintah,

peraturan daerah, keputusan peradilan perintah eksekutif, atau dekrit

presiden.

34
Solichin Abdul Wahab, 64-65.
23

Implementasi atau pelaksanaan kebijakan pemerintah bukanlah

sekedar berkaitan dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan

politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi,

melainkan lebih dari itu, ia juga menyangkut masalah konflik, keputusan, dan

siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan 35. Oleh karena itu tidaklah

keliru apabila dikatakan bahwa pelaksanaan kebijakan merupakan aspek

yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

Harold D. Laswell mengatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu

program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah.

Selain itu David Easton menyatakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah

proses pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh masyarakat

yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang seperti pemerintah 36.

Pada dasarnya Kebijakan Publik memiliki implikasi sebagai berikut:

1. bahwa kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah merupakan

penetapan tindakan-tindakan pemerintah;

2. bahwa Kebijakan Publik itu tidak cukup hanya dinyatakan dalam

bentuk teks-teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau

diimplementasikan secara nyata;

3. bahwa Kebijakan Publik pada hahekatnya harus memiliki tujuan-

tujuan dan dampak-dampak, baik jangka panjang maupun jangka

pendek, yang telah dipikirkan secara matang terlebih dahulu;

35
M. Grindie dalam Wahab, 1991, Analisis Kebijakan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hal. 57
36
Eddi Wibowo, et.al., 2004, Hukum dan Kebijakan Publik, Penertbit YPAPI, Yogyakarta, hal.
20.
24

4. dan akhirnya segala proses yang ada diperuntukan bagi pemenuhan

kepentingan masyarakat37.

Selain kebijakan pemerintah/publik ada juga kebijaksanaan. Untuk

memahami proses serta bentuk kebijaksanaan, pada intinya mengkaji letak

serta bekerjanya hukum di masyarakat yang semakin besar perannya

sebagai sarana untuk membawa berbagai perubahan-perubahan. Dengan

mendasarkan pada defenisi kebijaksanaan yang dikemukakan oleh Jay A.

Sigler, maka pengertian kejibaksanaan adalah tindakan sebagai wujud

kewenangan pemerintah, atau dengan kata lain pembangunan yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat 38.

Hukum sebagai acuan pemerintah termasuk pemerintah daerah untuk

melaksanakan wewenangnya, yang di dalam menjalankan wewenangnya itu

diwujudkan dalam kebijaksanaan. Dengan demikian, hukum dan

kebijaksanaan merupakan unsure yang penting dalam perkembangan politik.

3. Konsep Proyek Strategis Nasional (PSN)

Berlandaskan tujuan pembentukkan Negara dalam Pembukaan UUD

RI 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP), RPJMN 2015-2019 sekaligus adalah penjabaran dari Visi,

Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan

Muhammad Jusuf Kalla. RPJMN 2015-2019 yang disusun Bappenas

37
M. Irfan Islamy, 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara,
Jakarta, hal. 14.
38
Muchsin dan Imam Koeswahyono, 2008, Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah
dan Penataan Ruang, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 2
25

menggunakan Rancangan Teknokratik dan berpedoman pada RPJPN 2005-

2025. RPJMN 2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi

dan misi Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah

pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang

Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.

Dalam dinamikanya pelaksanaan pembangunan proyek strategis

nasional memang terdapat tiga kendala yaitu berkenaaan dengan pertama,

hambatan perolehan tanah lalu kedua, kesesuaian dengan rencana tata

ruang wilayah dan ketiga, pendanaan yang mencapai empat ribu trilliun

rupiah lebih.39

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016

Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dalam rangka

percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional untuk kepentingan umum

dan kemanfaatan umum, dengan ini menginstruksikan Kepada : 40

1. Para Menteri Kabinet Kerja;

2. Jaksa Agung Republik Indonesia;

3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4. Sekretaris Kabinet;

5. Kepala Staf Kepresidenan;

6. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian;

7. Para Gubernur; dan


39
Dewi Aminatuz Zuhriyah,” Proyek Strategis Nasional : Ini Tiga Hambatan Besarnya”, dalam
Bisnis Indonesia 7 Juli 2017, http://finansial.bisnis.com/read/20170707/9/ 669321/proyekstrategis-
nasional-ini-tiga-hambatan-besarnya, diakses tanggal 17 Mei 2020
40
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional. Dalam rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional untuk
kepentingan umum dan kemanfaatan umum
26

8. Para Bupati/Walikota.

Untuk PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan

sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan

percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan/atau memberikan

dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, yang

mencakup:

1. Penyiapan proyek;

2. Pengadaan lahan proyek;

3. Pendanaan proyek;

4. Perizinan dan nonperizinan;

5. Pelaksanaan pembangunan fisik;

6. Pengawasan dan pengendalian;

7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau

8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.

KEDUA: Melakukan penyelesaian masalah dan hambatan dalam

pelaksanaan Proyek Strategis Nasional atau untuk memberikan dukungan

dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dengan:

1. Mengambil diskresi dalam rangka mengatasi persoalan yang

konkret dan mendesak.

2. Menyempurnakan, mencabut, dan/atau mengganti, ketentuan

peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung atau

menghambat percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.


27

3. Menyusun peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan

yang diperlukan untuk percepatan pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional.

4. Menerbitkan petunjuk teknis dan/atau penjelasan/penafsiran

kepada para pejabat dan atau pemerintah daerah terhadap

pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan

dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

5. Mengambil langkah-langkah mitigasi dampak sosial yang timbul

dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

6. Melakukan percepatan pengadaan tanah untuk pelaksanaan

Proyek Strategis Nasional dengan menggunakan waktu minimum

dari batas waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum.

7. Melaksanakan percepatan pengadaan barang/jasa dalam rangka

percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional antara lain

dengan:

a. mempercepat pemilihan penyedia barang, penyedia pekerjaan

konstruksi, penyedia jasa konsultansi, atau jasa lainnya;

b. memanfaatkan sistem informasi rencana umum pengadaan

(SiRUP), sistem pembelian secara elektronik (e-Purchasing),

lelang cepat melalui sistem informasi kinerja penyedia dan/atau

sistem pengadaan barang/jasa yang berlaku;


28

c. melakukan konsolidasi pengadaan barang/jasa dalam rangka

percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

8. Meningkatkan tata kelola (governance) dan meningkatkan fungsi

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dalam rangka pengawasan

pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

9. Mendahulukan proses Administrasi Pemerintahan dalam

melakukan pemeriksaan dan penyelesaian atas laporan

penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional.

KETIGA : Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota

menyelesaikan penyempurnaan, pencabutan, penggantian, atau

penyusunan peraturan perundang-undangan, dan/atau penerbitan petunjuk

teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan

paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Instruksi Presiden ini dikeluarkan.

KEEMPAT : Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan

barang/jasa Pemerintah dalam rangka pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional.

KELIMA: Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

untuk:

1. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance)

percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.


29

2. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap kasus-

kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi)

dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

3. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara dalam hal

ditemukan adanya kerugian negara dalam pelaksanaan audit

investigatif/audit tujuan tertentu terhadap penyalahgunaan

wewenang (pelanggaran administrasi) dalam percepatan

pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

4. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit yang

dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada

kementerian/lembaga dalam hal ditemukan adanya kerugian

keuangan negara.

5. Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan barang/jasa

tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional berdasarkan

permintaan menteri/kepala lembaga atau Komite Percepatan

Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).

KEENAM : Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia:

1. Mendahulukan proses administrasi Pemerintahan sesuai ketentuan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan sebelum melakukan penyidikan atas laporan

masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang dalam

pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.


30

2. Meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat yang diterima oleh

Kejaksaan Agung Republik Indonesia atau Kepolisian Negara

Republik Indonesia mengenai penyalahgunaan wewenang dalam

pelaksanaan Proyek Strategis Nasional kepada pimpinan

kementerian/lembaga atau Pemerintah Daerah untuk dilakukan

pemeriksaan dan tindak lanjut penyelesaian atas laporan

masyarakat, termasuk dalam hal diperlukan adanya pemeriksaan

oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

3. Melakukan pemeriksaan atas hasil audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah mengenai temuan tindak pidana yang bukan bersifat

administratif yang disampaikan oleh pimpinan

kementerian/lembaga atau Pemerintah Daerah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4. Melakukan pemeriksaan atas hasil audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah sebagaimana dimaksud pada angka 3, dengan

berdasarkan:

a. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik;

b. alasan yang objektif;

c. tidak menimbulkan konflik kepentingan; dan

d. dilakukan dengan iktikad baik.

5. Tidak mempublikasikan pemeriksaan secara luas kepada

masyarakat sebelum tahapan penyidikan.


31

6. Menggunakan pendapat dan/atau penjelasan/keterangan ahli dari

kementerian/lembaga yang berwenang

7. sebagai tafsir resmi dari peraturan perundang-undangan terkait.

8. Menyusun peraturan internal mengenai tata cara (Standar

Operasional dan Prosedur/SOP) penanganan

9. laporan masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang

dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sebagai dasar

pelaksanaan tugas di masing-masing jajaran unit instansi vertikal.

10. Memberikan pendampingan/pertimbangan hukum yang diperlukan

dalam percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

11. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jajaran

dibawahnya dan memberikan tindakan apabila terdapat

penyimpangan dan pelanggaran.

KETUJUH : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan mengoordinasikan Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk menyusun ketentuan

mengenai tata cara (SOP) pemanggilan dan pemeriksaan pejabat/pegawai

Pemerintah, pejabat pada Badan Usaha Milik Negara, atau badan usaha

oleh Kejaksaan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia atas laporan

kasus penyimpangan dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional. Menteri Dalam Negeri:


32

1. Melakukan pengawasan kepada gubernur dan bupati/walikota dan

memberikan sanksi kepada gubernur dan bupati/walikota yang

tidak memberikan dukungan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

2. Melakukan evaluasi atas peraturan daerah yang menghambat

dan/atau menimbulkan biaya tinggi pelaksanaan proyek strategis

nasional.

3. Membatalkan peraturan daerah yang menghambat dan/atau

menimbulkan biaya tinggi pelaksanaan proyek strategis nasional

berdasarkan hasil evaluasi.

KESEMBILAN : Gubernur dan Bupati/Walikota:

1. Wajib mendukung percepatan pelaksanaan proyek strategis

nasional di wilayahnya masing-masing.

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendukung

pengadaan tanah dan percepatan pelaksanaan proyek strategis

nasional.

3. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan

kenaikan harga terkait pengadaan tanah untuk percepatan

pelaksanaan proyek strategis nasional.

4. Melakukan evaluasi dan revisi atas peraturan daerah yang

menghambat dan/atau menimbulkan biaya tinggi pelaksanaan

proyek strategis nasional.


33

KESEPULUH : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Instruksi Presiden ini, dan

melaporkan kepada Presiden paling kurang 1 (satu) kali dalam 6 (enam)

bulan atau sewaktuwaktu diperlukan.

KESEBELAS :Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh

tanggung jawab.

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini adalah

“penelitian sosiologis atau empiris” yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan

menggunakan metode berpikir induktif dan kreterium kebenaran

korespondensi serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi. 41

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk

menggambarkan, menginventarisasi dan menganalisis teori-teori dan

peraturan-peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam

penelitian ini.

1. Sumber Data

Dalam peneltian ini, data penelitian hukum sosiologis atau empiris

dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

41
Soejono Soekanto dan sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Pers Jakarta, 2001, Hal. 14
34

a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari penelitian lapangan,

dimana data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di

lapangan baik dari respondens maupun informan.

b. Data skunder yaitu data yang bersumber dari peneltian

kepustakaan, dimana data yang diperoleh tidak secara langsung

dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang

telah terdokumentasikan dalam bentuk bahan-bahan hukum, baik

berupa bahan hukum primer, skunder dan tertier yang ada

hubungannya dengan objek yang diteliti.

2. Teknik Pengumpul Data

a. Teknik Komunikasi Langsung yaitu dengan mengadakan kontak

langsung dengan sumber data, dimana alat pengumpul data yang

digunakan adalah dengan wawancara terhadap sumber data.

b. Teknik Komunikasi Tidak Langsung yaitu dengan mengadakan kontak

secara tidak langsung dengan sumber data, dimana alat pengumpul

data yang digunakan berupa angket.

3. Teknik Penentuan Sampel.

Teknik sampling adalah salah satu cara untuk menentukan sampel

yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber

data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi

agar dapat diperoleh sampel yang mewakili (representative). 42Cara

pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive non random

42
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Peneltian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990, Hal.51
35

sampling. adalah penarikan sampel dengan cara mengambil subyek

didasarkan pada tujuan tertentu.

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek peneltian. Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah :

1. PT. ANTAM Tbk

2. PT. Borneo Alumia Indonesia

3. Pemerintahan Daerah Kabupaten Mempawah

4. 5 (lima) orang masyarakat

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data

dalam peneltian ini, sedangkan mengenai berapa besarnya jumlah

sampel yang diambil untuk penelitian ini di dasarkan pada pendapat

Ronny HS yang mengatakan bahwa “ Pada prinsipnya tidak ada

peraturan yang ketat untuk menentukan berapa persen sampel

tersebut diambil dari populasi”43

Berdasarkan pendapat tersebut, maka ditentukan sampel dalam

penelitian ini adalah :

1. PT. ANTAM Tbk

2. PT. Borneo Alumia Indonesia

3. Pemerintahan Daerah Kabupaten Mempawah

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Peneltian Hukum Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, Hal.47
43
36

4. 5 (lima) orang masyarakat

G. Sistimatika Penulisan.

Bab I Pendahuluan : berisi uraian tentang latar belakang penelitian,

masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Kerangka teoritik,

metode penelitian, sistimatika penulisan dan jadual penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka : berisi uraian tentang Keputusan,

Pembangunan dan Proyek Strategis Nasional.

Bab III Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian : berisi uraian

tentang analisis terhadap masalah peneltian.

Bab IV Penutup : berisi kesimpulan dan saran yang disajikan

berdasarkan hasil analisis peneltian.

H. Jadual Peneltian .

a. Penyusunan Proposal : Oktober 2022

b. seminar proposal : November 2022

c. penulisan tesis : Oktober 2022 s/d Januari 2023

d. ujian tesis : Januari 2023

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
37

Carl J. Friedrick. 1963. Man and His Government, New York: Mc Graw Hill.

Chief J.O. Udoji. 1981.The African Public Servant as a Public Policy in


Africa, Addis Abeba: African Association for Public Administration
and Management.

David Easton. 1953.The Political System, New York: Knopf.


Eddi Wibowo.2004.Hukum dan Kebijakan Publik.Yogyakarta: YPAPI.
George C. Edwards III, Ira Sharkansky. 1978..The Policy
Predicament.San Fransisco: W.H. Freeman and Company.
Harold D. Laswell, Abraham Kaplan. 1970. Power and Society, New
Haven: Yale University Press.
Ibnu Syamsi. 1993. Diktat Kuliah Kebijaksanaan Publik dan Pengambilan
Keputusan. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Indroharto. 1994. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus
Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik.Bandung: Citra Aditya Bakti.
Irfan Fachruddin, 2004. Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap
Tindakan Pemerintah. Bandung: Alumni.
James E. Anderson. 1979. Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart
and Winston.
Janus sidabalok, hukum perlindungan konsumen, citra aditya bakti, Bandung,
2010
M. Grindie dalam Wahab. 1991. Analisis Kebijakan.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
M. Irfan Islamy. 1997. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara.Jakarta: Bumi Aksara.
Miriam Budiardjo, 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Muchsin dan Imam Koeswahyono. 2008. Aspek Kebijaksanaan Hukum
Penatagunaan Tanah dan Penataan Ruang.Jakarta: Sinar Grafika.
Philipus M. Hadjon.1997. Tentang Wewenang. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Prajudi Atmosudirdjo. 2010.Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Riant Nugroho Dwijowijoto. 2006.Kebijakan Publik, Jakarta: PT Elex Media
Kompatindo.
Ronny Hanitijo Soemitro. 1985. Metodologi Peneltian Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Ronny Hanitijo Soemitro. 1990. Metodologi Peneltian Hukum Dan Jurimetri.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
38

Rusadi Kantaprawira. 1998. Hukum dan Kekuasaan,


Makalah.Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia.

Santoso, Amir.1992. Analisa Kebijakan Publik : Suatu Pengantar, Jurnal


Ilmu Politik No. 3. Jakarta: Gramedia.

Sanusi, Bachrawi.2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Soejono Soekanto dan sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:UI Press.
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Publik, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997)
Suwoto Mulyosudarmo, 1990. Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden
Republik Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis
Pertanggungjawaban Kekuasaan.Surabaya: Universitas Airlangga.
Thomas R Dye. 1978. Understanding public policy. Prentice Hall. Inc.
Englewood Cliffs.
W.I. Jenkins. 1978. Public Analysis, Oxford: Martin Robertson.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang


Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dalam rangka
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional untuk kepentingan
umum dan kemanfaatan umum
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis
Nasional
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 202l Tentang
Kemudahan Proyek Strategis Nasional
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara
39

SUMBER INTERNET :

http://finansial.bisnis.com/read/20170707/9/ 669321/proyekstrategis-nasional-
ini-tiga-hambatan-besarnya, diakses tanggal 17 Mei 2020
https://ekonomi.bisnis.com/read/20170707/9/669321/proyek-strategis-
nasional-ini-tiga-hambatan-besarnya di akses pada 14 September
2022 pada pukul 10.19 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Proyek_Strategis_Nasional di akses pada 20
Oktober 2022 pada pukul 19.25 Wib
https://inalum.id/id/about/profil-perusahaan di akses pada 12 Oktober 2022
pada pukul 14.23 WIB

Anda mungkin juga menyukai