DOSEN:
Drs. Sayuti, MT
oleh
PENDAHULUAN
Dalam pasal 1 Ketetapan MPRS ini kemudian disebutkan, bahwa Tugas Pokok
Kabinet Pembangunan antara lain ialah :
1. menciptakan stabilisasi politik dan ekonomi sebagai syarat untuk berhasilnya
pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun dan Pemilihan Umum.
2. menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun (ke-I).
Keputusan Presiden No. 319 tahun 1968 yang mulai berlaku tanggal 30 Desember
1968,isi pokoknya adalah sebagai berikut:
Pasal 1: Rencana Pembangunan Lima Tahun 1969-1973
sebagaimana termuat dalam Buku I, II dan III Lampiran Keputusan Presiden ini merupakan
landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan Lima Tahun seperti
yang ditugaskan oleh MPRS.
Pasal2 : Kebijaksanaan pelaksanaan daripada REPELITA akan dituangkan dalam Rencana Tah
unan yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaan- lainnya.
Pasal3 : Penuangan dalam Rencana Tahun sebagaimana
terdapat dalam pasal 2 Keputusan Presiden ini,
dilaksanakan dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan perubahan dan perkembangan
keadaan memerlukan penyesuaian terhadap
REPELITA.
Dalam periode Perdana Menteri Juanda telah dicanangkan rencana pembangunan jangka
menengah yang pertama yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) 1956 – 1960. Dengan
pertimbangan pengalaman dan kegagalan pelaksanaan perencanaan dimasa sebelumnya, maka
kebutuhan badan khusus yang berkewajiban menyusun perencanaan social ekonnomi di Indonesia.
Dengan peraturan pemerintah no 2 tahun 1952 dibentuk Dewan Perancang Negara. Dalam
melaksanakan tugas., Biro Perancang Neraga dalam periodde Perdana Menteri Juanda berhasil
mencanangkan dan menyusun rencana pembangunan jangka menengah pertama yang disebut rencana
pemangunan 5 tahun (RPLT) 1956-1960.
Dalam rencana jangka menengah ini mencakup aspek pembangunan yang lebih luas daripada
rencana-rencana sebelumnya. Dilihat dari metode perencanaan, maka RPLT disusun lebih jelas dan
sistematis. Namun demikian masalah yang dihadapi dalam rencana pembangunan ini adalah masalah
klasik yaitu pembiayaan. Pembiayaan pembangunan direncanakan untuk digali dari sumber dalam
negeri dan pinjaman-pinjaman luar negeri termasuk hibah dan rampasan perang jepang.
Walaupun rencana Undang-Undang tentang RPLT telah disetujui oleh DPR pada tanggal 1
november 1958 ternyata didalam perjalanannya memerlukan perubahan-perubahan. Perubahan-
perubahan ini terutama berkisar pada sumber-sumber pembiayaannya, mengingat situasi selama
periode tersebut kurang stabil disebabkan karena 4 hal, yaitu :
1. Sengketa mengenai Irian Jaya (pada waktu itu Irian Barat), memerlukan biaya yang tidak
sedikit
2. Perkiraan biaya untuk RPLT yang didasarkan pada tahun-tahun sebelumnya yang dianggap
“normal” akibat dari Korea Boom ternyata meleset.
3. Data-data statistic yang kurang akurat
4. Jangka waktu rencana yang cukup panjang (5 tahun) mengakibatkan perkiraan-perkiraan
yang salah atau menyimpang dari rencana.
Kegagalan RPLT kecuali disebabkan oleh kedaan dalam negeri yang disebutkan diatas juga
dipengaruhi oleh kedaan luar negeri yang tidak menguntungkan karena adanya resisi di Amerika
Serikat dan Eropa Barat selama tahun 1957 dan 1958. Keadaan ini mengakibatkan cadangan devisa
Indonesia mengalami penurunan. Untuk itu pemerintah terpaksa memperketat impor barang-barang
komsumsi tetapi juga barang-barang modal. Kekurangan impor barang-barang modal ini menambah
makin parahnya pelaksanaan RPLT.
Keadaan politik dalam negeri juga mempengaruhi RPLT . adanya ketegangan antara pusat
dan daerah yang mengakibatkan daerah menentukan kemauannya sendiri, misalnya dengan
melakukan barter gelap dengan luar negeri. Untuk memulihkan kestabilan politik dalam negeri,
terpaksa dikelurkan biaya-biaya yang besar terutama di sektor keamanan dalam negeri, yang
mengakibatkan pemerintah mengalami deficit anggaran belanjanya.
Pencapaian sasaran
Tidak tercapai : listrik, pengairan, perindustrian, perhubungan, dan transmigrasi
Tercapai : kehutanan, beberapa melampaui target yaitu kayu bakar dan arang.
a. DASAR
UNDANG – UNDANG NOMOR 80 TAHUN 1958.
PELAKSANAAN, PP NOMOR 1 TAHUN 1959
b. ORGANISASI
KETUA : Prof. MOHAMMAD YAMIN
WAKIL KETUA I : Ir. UKAR BRATAKUSUMAH
WAKIL KETUA II : KOL. Dr. SOEKARDI
WAKIL KETUA III : Ir. SAKIRMAN
SEKSI PEMBANGUNAN BIDANG : KEMASYARAKATAN, KENEGARAAN,
PERTAHANAN, EKONOMI KEUANGAN
c. TUGAS
- Mempersiapkan ruu pembangunan nasional yang berencana
- Menilai penyelenggaran pembangunan yang bersangkutan
Hasil dari pekerjaan Depernas Ini disampaikan kepada Dewan Menteri untuk kemudian
mengajukannya kepada DPR. Depernas mulai bekerja pada tanggal 28 agustus 1959 dan dalam waktu
10 bulan Depernas telah berhasil menyusun rumusan akhir mengenai rencana pembangunan nasional
semesta tahun pertama (1961 – 1969).
2. Rencana pembangunan semesta berencana tahapan pertama (1961-1969)
Pembangunan semesta berencana ini adalah rencana jangka menengah yang terpanjang dalam
sejarah perencanaan pembangunan di Indonesia. Jangka waktu 8 tahun, suatu jangka waktu yang
cukup panjang dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu. Rencana pembangunan jangka
menengah ini ditetapkan melalui ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis – Garis Besar
Pola Pebangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama (1961 – 1969).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap I
- REPELITA I (1969/1970 – 1973/1974) 1 APRIL 1969 TAHUN ANGGARAN
- REPELITA II (1974/1975 – 1978/1979)
- REPELITA III (1979/1980 – 1983/1984)
- REPELITA IV (1984/1985 – 1988/1989)
- REPELITA V (1989/1990 – 1993/1994)
C. Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP I) dan Kedua (PJP II)
Krisis ekonomi dan moneter, serta kegiatan ekonomi yang dipelopori Mahasiswa, ditandai
dengan tumbangnya rezim Orde baru yang otoriter, mendorong terjadinya kemajuan dibidang politik,
penegakan kedaulatan rakyat, peningkatan peran masyarakat dengan mengurangi peran pemerintah
dalam kehidupan politik, dengan terselenggaranya Sidang Istimewa MPR 1998; Penyelenggaraan
pemilu tahun 1999 dengan banyak partai. Dan Sidang Umum MPR 1999 yang menyusun GBHN
1999-2004, serta melahirkan pemerintahan baru di bawah Presiden Abdurrahman Wahid.
1. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama bagi pengusaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan system ekonomi kerakyatan
yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis sumber daya alam dan
sumber manusia yang produktif, mmandiri, maju, berdaya pesaing, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan;
2. Perwujudan ekonomi daerah dalam rangka pengembangan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah persatuan RI;
3. Perwujutan kesejahteraan rakyat ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak
dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu
pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan landasan
konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif singkat (1999-2002), telah mengalami 4
(empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen UUD 1945 tersebut, telah terjadi perubahan
dalam pengelolaan pembangunan, yaitu : (1) penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); (2) ditiadakannya Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional; dan (3)
diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur
dan sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan sehingga
pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan
negara-negara berpenghasilan menengah, dengan tingkat pengangguran terbuka yang
tidak lebih dari 5 persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan dalam
pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks
pembangunan gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang.
3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan pertambangan
menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan
komoditi berkualitas.
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, mewujudkan masyarakat yang
berahklak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Terciptanya kondisi masyarakat yang
berakhlak mulia, bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan
masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di samping itu, kesadaran akan
budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan
mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan ber basiskan
Kepentingan Nasional. Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang
meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup,
sosial budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional (RPJPN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bagi sebuah negara adalah sangat penting
karena petunjuk arah dalam proses pembangunan di Indonesia dan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat Bangsa Indonesia. adapun hambatan dalam proses pencapaian (RPJPN) dan (RPJMN) salah
satunya adalah ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri. semestinya sebagai Negara
yang sudah berkembang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, dapat mengolah sebaik mungkin
SDM yang ada agar tidak menjadi ketergantungan.
Sebagaimana layaknya suatu aktivitas yang terkait dengan masalah sosial kemasyarakatan
dan selalu bersifat dinamis, keberhasilan atau kegagalan program perencanaan pembangunan daerah
selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tersebut
secara khusus dapat berbeda tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang berlaku di daerah
perencanaan. Substansi permasalahan yang berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya dapat
menyebabkan berbedanya faktor-faktor dimaksud.
Adapun aspek yang harus diperhatikan dalam sebuah perencanaan pembangunan umum harus
mencakup semua aspek kehidupan. Hal ini diperlukan guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang
makmur baik jangka panjang maupun jangka pendek. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1. Aspek lingkungan
2. Aspek potensi dan masalah
3. Aspek institusi perencanaan
4. Aspek ruang dan waktu
5. Aspek legalisasi kebijakan
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan pembangunan daerah antara lain
meliputi:
1. Kestabilan politik dalam negeri yang mendukung;
2. Kestabilan keamanan;
3. Perencanaan disusun oleh orang-orang yang ahli dibidangnya;
4. Perencanaan yang realistis, yang disesuaikan dengan kemampuan sumber daya dan dana;
5. Koordinasi yang baik antara perencanaan pusat dan daerah;
6. Perencanaan disusun tidak hanya dari atas ke bawah (top down). Tetapi dari bawah ke atas
(bottom up);
7. Perencanaan diikuti dengan system pemantauan dan pengawasan yang terus-menerus;
8. Perencanaaan yang transfaran dan dapat di terima oleh masyarakat.
1. Struktur Ekonomi
Perkembangan ekonomi dapat diukur dari perubahan sektor yang menyumbang kontribusi
terbesar dalam pendapatan nasional. Contohnya, pergeseran sektor pertanian menjadi
sektor industri.
2. Pendapatan per Kapita
Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan pendapatan perkapita. Jika pendapatan
perkapita semakin naik, pasti disebabakan oleh perekonomian yang stabil. Artinya,
kesejahteraan masyarakat akan terjamin, Squad.
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Terakhir adalah indeks pembangunan manusia (IPM) yang menjelaskan bagaimana
penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Indeks ini dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yakni umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak yang dapat dilihat
berdasarkan pendapatan per kapita, angka harapan hidup, dan durasi lamanya sekolah.
Pelajaran penting pada masa krisis ekonomi adalah pentingnya mengintregasikan nilai
keadilan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari cita-cita untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai harus dapat dinikmati oleh
masyarakat luas secara berkeadilan. Oleh karena itu, pada masa reformaasi ini harus bersungguh-
sungguh dalam merubah paradigma pembnagunan ekonomi yang bertumpu pada pemerataan. Hal ini
sejalan dengan GBHN 1999-2004 yang telah mengamanatkan bahwa perekonomian dibangun
berlandaskan system ekonomi kerakyatan, dimana kekuatan ekonomi rakyat dikembangkan menjadi
tulang punggung pembangunan ekonomi nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abimanyu, Anggito. 2000. Ekonomi Indonesia Baru: Kajian dan Alteernatif solusi menuju
pemulihan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Adi, Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia. Jogjakarta: Diva Press. Hal: 249
Anoraga, Pandji. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi : Tiga Pelaku Ekonomi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Badan Pusat Statistik. 2002. Buletin Statistik Indonesia “ Indikator Ekonomi”. Edisi juli 2002.
Muhammad, Mukmin. 2017. Perencanaan Pembangunan. CV. Dua Bersaudara. Hlm 1-3. ISBN 978-
602-50829-0-0
Sumber Lainnya
Website
https://guruakuntansi.co.id/pembangunan-ekonomi/#Faktor-
faktor_Yang_Mempengaruhi_Pembangunan_Ekonomi diakses pada 30 Maret 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Perencanaan_Pembangunan_Nasional#Rencana_Pembangunan_
Jangka_Panjang_Nasional diakses pada 30 Maret 2020
https://triansyah05.wordpress.com/2014/12/28/pengertian-sistem-perencanaan-pembangunan-
nasional-jangka-panjang-periode-2005-2025/ diakses pada 30 Maret 2020