KONSEP DASAR PERENCANAAN

SEJARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

INDONESIA

A. PLAN MENGATUR EKONOMI INDONESIA

(1947)
B. RENCANA KASIMO (1948 – 1950)
C. RENCANA URGENSI PERKEMBANGAN
INDUSTRI DAN INDUSTRI KECIL (1951 – 1952)
D. RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
(1956 – 1960)
E. RENCANA PEMBANGUNAN SEMESTA
BERENCANA TAHAPAN PERTAMA (1961-
1969)
F. PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP I
(1969/1970 – 1993/1994)

G. PROPENAS (2001 – 2005)

H. RPJP, RPJM, RKP
PLAN MENGATUR EKONOMI INDONESIA
(1947)
KELEMBAGAAN
PANITIA PEMIKIR SIASAT EKONOMI
a. DASAR
PENETAPAN PRESIDEN (PENPRES) NO. 3
TH 1947 TANGGAL 12 APRIL 1947
b. ORGANISASI
KETUA : MOHAMMAD HATTA
WKL KETUA I : DR. A.K. GANI
WKL KETUA II : Mr. MOHAMMAD ROEM
WKL KETUA III : Mr. SYARIFOEDIN
PRAWIRANEGARA
SEKRETARIAT :
DR. SOEMITRO DJOJOHADIKUSUMO
DR. ONG ENG DIE
DR. Ir SAMSOEDIN
Ir. KASAM MOETALIB
DR. ALFIAN YOESOEF HELMI
AHLI STATISTIK
BAGIAN – BAGIAN
BAGIAN 1 : SOAL EKONOMI UMUM
BAGIAN 2 : HAL IKHWAL PERKEBUNAN
BAGIAN 3 : INDUSTRI, TAMBANG, MINYAK
 BAGIAN 4 : HARTA BENDA ASING
BAGIAN 5 : HAL IKHWAL KEUANGAN
BAGIAN 6 : LISTRIK, KERETA API, TRAM
BAGIAN 7 : HAL IKHWAL PERBURUHAN
BAGIAN 8 : HAL IKHWAL DAERAH
PENDUDUKAN BELANDA
c. TUGAS
MENYUSUN DASAR POKOK DARIPADA PLAN
MENGATUR EKONOMI INDONESIA
d. CARA KERJA
TIDAK MENENTU
TUJUAN

MENINGKATKAN KEMAKMURAN MASYARAKAT

YANG MERATA MELALUI :
a. CARA
MENGINTENSIFKAN USAHA PRODUKSI
MEMAJUKAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
MENINGKATKAN STANDAR HIDUP
MASYARAKAT
MENINGKATKAN KECERDASAN BANGSA
b. KEGIATAN :
MENINGKATKAN EKSPOR YANG
DIPRIORITASKAN PADA HASIL
PERKEBUNAN, HASIL KEHUTANAN,
MINYAK DAN LOGAM
MENINGKATKAN IMPOR BARANG
SANDANG, ALAT TRANSPORTASI DAN
PERHUBUNGAN, BARANG MODAL DAN
BARANG – BARANG KEPERLUAN
LAINNYA;
MEMPERBAIKI ORGANISASI KE DALAM
MELALUI : (1) PENETAPAN UPAH
MINIMUM, (2) PERBAIKAN PERUMAHAN
RAKYAT (3) TRANSMIGRASI (4) PENINGKATAN
PEMBANGUNAN JALAN DAN KERETA API BARU,
BENDUNGAN, TENAGA LISTRIK DAN
PELABUHAN (5) INDUSTRIALISASI (6) TAMBANG
DAN MINYAK TANAH (7) INDUSTRI PERTANIAN
(8) PERTANIAN DAN PERIKANAN (9) PENANAM
AN HUTAN (10) PELAYARAN DAN PERHUBUNG
AN ANTAR PULAU
LINGKUP RENCANA
PARSIAL, DISESUAIKAN DENGAN KEADAAN
SERTA SITUASI NEGARA YANG SANGAT TIDAK
STABIL.

JANGKA WAKTU RENCANA

TIDAK ADA BATAS WAKTU

KESULITAN

KOORDINASI, KOMUNIKASI, PEMBIAYAAN, DAN

STRATEGI PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN
a. PEMERINTAH : PINJAMAN DALAM NEGERI
DAN TABUNGAN MASYARAKAT
b. PINJAMAN LUAR NEGERI
c. PENYERTAAN PERUSAHAAN – PERUSAHA
AN SWASTA
HAMBATAN/GANGGUAN

a. PERANG KEMERDEKAAN I, PADA TANGGAL

21 JULI 1947 (LINGGARJATI 25 MARET 1947)
DAN BERAKHIR 1 AGUSTUS 1947;
b. PEMBERONTAKAN PKI DI MADIUN, PADA
TANGGAL 18 SEPTEMBER TAHUN 1948.
AGRESI BELANDA II --- PERANG KEMERDEKA
AN II, PADA TANGGAL 19 DESEMBER 1948.
RENCANA KASIMO (1948 – 1950)

I.J. KASIMO + Dr. TJOKRONEGORO, MENTERI

MUDA KEMAKMURAN PADA KABINET AMIR
SJARIFOEDIN. MENTERI KEMAKMURAN : Dr.
A.K. GANI (WKL PERDANA MENTERI).
BIDANG PENANGANAN MENTERI
KEMAKMURAN : PERTANIAN, PERDAGANG
AN, PERINDUSTRIAN, DAN PERTAMBANGAN.
JANGKA WAKTU RENCANA
RENCANA PRODUKSI JANGKA MENENGAH (3
TAHUN) DARI 1948 – 1950
TUJUAN

MENANGGULANGI KEADAAN DARURAT,

MENGINGAT PERANG MASIH TERUS
BERKECAMUK.

FOKUS RENCANA

PENYEDIAAN PANGAN MENUJU SWASEM

BADA PANGAN, MELALUI INTENSIFIKASI DAN
EKSTENSIFIKASI
RENCANA URGENSI PERKEMBANGAN
INDUSTRI DAN INDUSTRI KECIL

PENGGAGAS
SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO

DASAR PEMIKIRAN
INDUSTRIALISASI DIPANDANG SEBAGAI BAGIAN
YANG INTEGRAL DARI KEBIJAKAN UMUM UNTUK
MENAMBAH KEKUATAN EKONOMI RAKYAT
INDONESIA SEBAGAI DASAR PERKEMBANGAN
EKONOMI NASIONAL YANG SEHAT.
INDUSTRI BESAR

EXTERNAL ECONOMIES

STRATEGIS PERKEMBANGAN
SEKTOR – SEKTOR LAINNYA
KONSEP DASAR RENCANA

a. MEMPERBAIKI DAN MEMPERLUAS BALAI

PENELITIAN DAN PENDIDIKAN UNTUK
MEMPERCEPAT PERKEMBANGAN INDUSTRI;
b. MENAMBAH PINJAMAN KEPADA
PERUSAHAAN KERAJINAN RUMAH TANGGA
DAN INDUSTRI KECIL UNTUK MEMPERKUAT
KEDUDUKAN EKONOMI MEREKA DAN
MEMUNGKINKAN MENINGKATKAN
MEKANISME PERUSAHAAN
c. MENDIRIKAN INDUK – INDUK PERUSAHAAN
 DENGAN BANTUAN LANGSUNG DARI
PEMERINTAH DI PUSAT INDUSTRI DI
DAERAH AGRARIA

PEMBANGUNAN INDUSTRI DI LAKUKAN

SECARA TERPADU MELIPUTI : (1) INDUSTRI –
INDUSTRI BESAR (2) INDUK PERUSAHAAN DAN
INDUSTRI KECIL (3) BALAI – BALAI PENELITIAN

INDUSTRI BESAR
PROYEK JANGKA PENDEK, MISALNYA :
PERCETAKAN, SEMEN, BAN, KARUNG GONI,
DLL
 PROYEK JANGKA PANJANG, MISALNYA : PABRIK
PUPUK, ALUMINIUM, KERTAS, DLL

INDUK – INDUK PERUSAHAAN BERFUNGSI

MEMBANTU INDUSTRI KECIL UNTUK : (a)
MEMPERBAIKI KUALITAS INDUSTRI KECIL; (b)
MENGORGANISASIKAN TEKNIK PRODUKSI YANG
LEBIH BAIK; (c) MEMBUAT STANDARISASI
KUALITAS; (d) MEMPERKENALKAN BENTUK –
BENTUK ORGANISASI BARU YANG LEBIH EFISIEN;
(e) MEMBERI PEMAHAMAN TENTANG ORGANISASI
DAN KOPERASI PADA PENGUSAHA; (f)
MENGORGANISASIKAN PENJUALAN HASIL DAN
PEMBELIAN BAHAN MENTAH SECARA BERSAMA –
SAMA
INDUK PERUSAHAAN, MISALNYA : INDUK
PENGERJAAN KAYU DI KLENDER; INDUK
KERAMIK DI PLERED (PURWAKARTA),
(MAYONG) KUDUS, MALANG; INDUK TEKSTIL
DIMAJALAYA, DLL

BALAI – BALAI PENELITIAN

DIBENTUK UNTUK MENINGKATKAN MUTU HASIL
INDUSTRI, MISALNYA : BALAI PENELITIAN KIMIA,
TEKSTIL, BATIK, DLL
HAMBATAN

FAKTOR INTEREN :
ORGANISASI YANG JELEK DAN PENGALAMAN
MANEJERIAL YANG KURANG
KEKURANGAN TENAGA AHLI

FAKTOR EKSTEREN :
MASALAH BIROKRASI TERUTAMA PERATURAN
MENGENAI KEUANGAN NEGARA
KURANGNYA KOORDINASI
 RENCANA PEMBANGUNAN
LIMA TAHUN (1956 – 1960)
LATAR BELAKANG
PENGALAMAN DAN KEGAGALAN
PELAKSANAAN PERENCANAAN DIMASA
SILAM.
PERLU BADAN KHUSUS YANG BERKEWAJIB
AN MENYUSUN PERENCANAAN SOSIAL
EKONOMI
KELEMBAGAAN
DEWAN PERANCANG NEGARA
a. DASAR
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2
TAHUN 1952
b. ORGANISASI
TERDAPAT BADAN PENYELENGGARA :
BIRO PERANCANG NEGARA, DIKETUAI
DIREKTUR (Ir. JUANDA – KEMUDIAN
DIGANTIKAN OLEH ALI BUDIARJO) YANG
DIANGKAT PRESIDEN ATAS USUL PERDANA
MENTERI
c. TUGAS
MENYUSUN RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH PERTAMA : RPLT (1956
– 1960)

LINGKUP RENCANA
LEBIH LUAS, DAN METODE PERENCANAANNYA
DISUSUN LEBIH JELAS DAN SISTEMATIS.

JANGKA WAKTU RENCANA

JANGKA MENENGAH : 5 (LIMA) TAHUN
PEMBIAYAAN
DALAM NEGERI
LUAR NEGERI : HIBAH, PAMPASAN PERANG
JEPANG

HAMBATAN/GANGUAN
DALAM NEGERI
KETEGANGAN ANTARA PUSAT DAN
DAERAH.
LUAR NEGERI
BERLANGSUNGNYA RESESI DIAMERIKA
DAN EROPA BARAT TAHUN 1957 – 1958.
PENCAPAIAN SASARAN
TIDAK TERCAPAI : LISTRIK,
PENGAIRAN, PERINDUSTRIAN,
PERHUBUNGAN, DAN TRANSMIGRASI
TERCAPAI : KEHUTANAN, BEBERAPA
MELAMPAUI TARGET YAITU KAYU
BAKAR DAN ARANG.
 RENCANA PEMBANGUNAN SEMESTA
BERENCANA TAHAPAN PERTAMA
(1961 – 1969)

LATAR BELAKANG
AKUMULASI DARI PENGALAMAN SEBELUMNYA,
PEMERINTAH SADAR ADANYA LEMBAGA YANG
MENGATUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN
UNTUK KEPENTINGAN MASA DEPAN BANGSA.

DASAR
TAP MPRS NO.II/MPRS/1960 “GBPPNSB TAHAP
AN PERTAMA (1961 – 1969)”
KELEMBAGAAN
DEWAN PERANCANG NASIONAL (DEPERNAS)
a. DASAR
UNDANG – UNDANG NOMOR 80 TAHUN 1958.
PELAKSANAAN, PP NOMOR 1 TAHUN 1959
b. ORGANISASI
KETUA : Prof. MOHAMMAD YAMIN
WAKIL KETUA I : Ir. UKAR BRATAKUSUMAH
WAKIL KETUA II : KOL. Dr. SOEKARDI
WAKIL KETUA III : Ir. SAKIRMAN
SEKSI PEMBANGUNAN BIDANG :
KEMASYARAKATAN, KENEGARAAN, PERTAHANAN,
EKONOMI KEUANGAN
 ANGGOTA : AHLI DIBIDANGNYA, WAKIL
PROVINSI, GOLONGAN FUNGSIONAL, DAN
PEJABAT LAINNYA.

c. TUGAS
MEMPERSIAPKAN RUU PEMBANGUNAN
NASIONAL YANG BERENCANA
MENILAI PENYELENGGARAN PEMBANGUNAN
YANG BERSANGKUTAN

MULAI BEKERJA 28 AGUSTUS 1959 DAN DALAM

WAKTU 10 (SEPULUH) BULAN TELAH MENYUSUN
RUMUSAN AKHIR RPNS TAHAPAN PERTAMA (1961 –
1969)
TUJUAN
MENCIPTAKAN MASYARAKAT INDONESIA
YANG ADIL DAN MAKMUR BERDASARKAN
PANCASILA, ATAU DISEBUT JG MASYARAKAT
SOSIALIS ALA INDONESIA.

USAHA MENGATASI FAKTOR PENGHAMBAT

DAN MERUGIKAN PEMBANGUNAN SERTA
MERINTIS JALAN UNTUK MELANCARKAN
PEMBANGUNAN DISEGALA BIDANG

 DIPERKENALKAN PROGRAM – PROGRAM

BERISI PROYEK – PROYEK UTAMA
 TUJUAN : MENINGKATKAN PENDAPATAN
NASIONAL DAN PERORANGAN.
 MERENCANAKAN PROYEK – PROYEK
KHUSUS : PROYEK A DAN PROYEK B.
PROYEK A : PROYEK YANG DIHARAPKAN
DAPAT MENINGKATKAN PENDAPATAN
NASIONAL
PROYEK B : PROYEK YANG DAPAT
MEMBIAYAI PROYEK – PROYEK A
PROYEK A DAN B BERKAITAN ERAT.
PROYEK A = 335 PROYEK TERSEBAR
DISELURUH INDONESIA, DIBAGI 8 BIDANG :
o BID. MENROH (DIKBUD)
o BID.LIT
o BID.KESRA
o BID.PEM
o BID. BANGSUS
o BID. PRODUKSI (PANGAN, SANDANG,
INDUSTRI, DAN OBAT-OBATAN)
o BID. DISTRIBUSI (DIS DAN KOM)
o BID. KEU TERMASUK TURISME
 PROYEK B = 8 PROYEK

JANGKA WAKTU RENCANA

8 TAHUN : 3 TAHUN DAN 5 TAHUN
KESINAMBUNGAN PERENCANAAN DIMASA
DATANG. DIPERLUKAN BADAN
PERENCANAAN :
LEBIH BERWIBAWA
BERWENANG MENGKOORDINASIKAN
PERENCANAAN SEKTORAL DAN REGIONAL
MELAKUKAN PENGAWASAN DAN
PENILAIAN ATAS RENCANA YANG DISUSUN
 DEPERNAS BAPPENAS

DASAR
PENPRES NO. 12 TAHUN 1963
PEMBAHARUAN DASAR :
PENPRES NO. 31 TAHUN 1965
KEPRES NO. 80 TAHUN 1967
KEPRES NO. 35 TAHUN 1973

BAPPENAS DIPIMPIN : Dr. SOEHARTO, TAHUN

1966 OLEH SUMANANG, TAHUN YANG SAMA
DIGANTUKAN Dr. H. ROESLAN ABDULGANI
TUGAS : BUAT ALUR PERUBAHAN
LEMBAGA PERERENCANAAN
PEMBANGUNAN
SINKRONISASI PERENCANAAN SEKTORAL DAN
REGIONAL BAPPEDA
DASAR
KEPRES NO. 19 TAHUN 1964
TUGAS
MENGKOORDINASIKAN PERENCANAAN DI
DAERAH
PENYEMPURNAAN PERENCANAAN SEKTORAL
PADA DEPARTEMEN BADAN PERENCANA AN DI
DEPARTEMEN
DASAR
KEPRES NO. 20 TAHUN 1964
HAMBATAN
INFLASI TAHUN 1966 = 635% SANERING
II (DESEMBER 1968, Rp 1000 Rp 1)
PEMBERONTAKAN G–30–S PKI

TIM STABILITAS EKONOMI (1966 – 1968)

LATAR BELAKANG
KEGAGALAN ORDE LAMA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
HANCURNYA PEREKONOMIAN INDONESIA
 PANITIA YANG DIBENTUK OLEH PEMERINTAH
UNTUK MEMIKIRKAN USAHA REHABILITASI
DAN STABILITAS PEREKONOMIAN INDONESIA
DALAM MASA TRANSISI DARI ORDE LAMA KE
ORDE BARU

TINDAKAN DALAM USAHA – USAHA

TERCAPAINYA STABILITAS PEREKONOMIAN :
PENYEDERHANAAN DAN PENYEMPURNAAN
APARATUR PEMERINTAH
MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK
PENGHEMATAN PENGELUARAN PEMERINTAH
PENYEHATAN PERKREDITAN
PENANGGUHAN UTANG – UTANG LUAR
NEGERI
MENGUSAHAN KREDIT LUAR NEGERI
MENGUSAHAKAN DEVISA PEMERINTAH
SECARA RASIONAL
MENINGKATKAN EKSPOR
MEMPERBAIKI SISTEM IMPOR DAN
MENINGKATKAN PENERIMAAN NEGARA
DAN BEA IMPOR
MEMBENAHI BIDANG HARGA, TARIF DAN
SUBSIDI DIBIDANG MONETER
PROGRAM
PENGENDALIAN TINGKAT INFLASI
PENCUKUPAN KEBUTUHAN PANGAN
REHABILITASI PRASARANA EKONOMI
PENINGKATAN EKSPOR DAN PENCUKUPAN
KEBUTUHAN SANDANG

ANGGARAN
PENATAAN KEUANGAN NEGARA :
PEMISAHAN ANTARA ANGGARAN RUTIN
DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN
PENGELUARAN DENGAN SISTEM
ANGGARAN BERIMBANG YANG DINAMIS
EKONOMI
EKONOMI TERPIMPIN MEKANISME PASAR

HASIL
INFLASI MENURUN : 1966 INFLASI 635%,
1967 = 120%, 1968 = 85%
DAPAT DICANANGKAN PERENCANAAN
JANGKA MENENGAH YANG LEBIH BAIK
DARI TAHUN – TAHUN SEBELUMNYA
 RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG TAHAP I

REPELITA I (1969/1970 – 1973/1974)

1 APRIL 1969 TAHUN ANGGARAN
REPELITA II (1974/1975 – 1978/1979)
REPELITA III (1979/1980 – 1983/1984)
REPELITA IV (1984/1985 – 1988/1989)
REPELITA V (1989/1990 – 1993/1994)
BERDASARKAN JANGKA WAKTU,
PERENCANAAN PEMBANGUNAN :

1. RPJP DENGAN JANGKA WAKTU 25 TAHUN

(GBHN)
2. RPJM DENGAN JANGKA WAKTU 5 TAHUN
(REPELITA)
3. RP TAHUNAN DENGAN JANGKA WAKTU 1
TAHUN (RAPBN)
 BERDASARKAN SEJARAH
PERKEMBANGAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN INDONESIA, FAKTOR
PENENTU KEBERHASILAN PERENCANAN
PEMBANGUNAN

a. STABILITAS SOSIAL, POLITIK, DAN

EKONOMI YANG MENDUKUNG
b. PERHITUNGAN YANG AKURAT DAN
TIDAK AMBISIUS
c. PELAKSANAAN YANG KONSEKUEN
d. DIDUKUNG OLEH LEMBAGA
PERENCANAAN YANG LEBIH MEMADAI
e. PENILAIAN, PENGAWASAN, DAN
PENGENDALIAN RENCANA YANG
BERKESINAMBUNGAN
f. PELAKSANAAN KOORDINASI, DAN
SINKRONISASI YANG BAIK
g. PEMBIAYAAN YANG MEMADAI
 TUGAS
REPELITA
DASAR
SASARAN
SUMBER PEMBIAYAAN
KEGIATAN – KEGIATAN YANG
DISERAHKAN KEPADA DAERAH
MEKANISME SISTEM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN SELAMA PJP I
MEKANISME PERENCANAAN
PEMBANGUNAN TAHUNAN
(DOMSUNRENDALBANGDA – P5D)
PERMENDAGRI 9 TAHUN 1982
 TUGAS : PROPENAS
BUAT SISTEMATIKA PEMBAHASAN
YANG ISINYA MINIMAL SAMA
DENGAN RENCANA PEMBANGUNAN
SEBELUMNYA
PENGERTIAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
ARTHUR W. LEWIS (1965)
SUATU KUMPULAN KEBIJAKSANAAN DAN
PROGRAM PEMBANGUNAN UNTUK MERANGSANG
MASYARAKAT DAN SWASTA UNTUK MENGGUNAKAN
SUMBER DAYA YANG TERSEDIA SECARA LEBIH
PRODUKTIF
M. L. JHINGAN (1984)
PENGENDALIAN DAN PENGATURAN
PEREKONOMIAN DENGAN SENGAJA OLEH SUATU
PENGUASA (PEMERINTAH) PUSAT UNTUK
MENCAPAI SASARAN DAN TUJUAN TERTENTU DI
DALAM JANGKA WAKTU TERTENTU PULA
MICHAEL TODARO (2000), PERENCANAAN
EKONOMI :
SUATU UPAYA PEMERINTAH SECARA SENGAJA
UNTUK MELAKUKAN KOORDINASI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI DALAM
JANGKA PANJANG UNTUK MEMPENGARUHI
SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK
LANGSUNG TINGKAT PERTUMBUHAN DARI
BEBERAPA VARIABEL UTAMA PEREKONOMIAN
NASIONAL
UNDANG – UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2004
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL (SPPN) YAITU SUATU KESATUAN
 TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN UNTUK
MENGHASILKAN RENCANA – RENCANA
PEMBANGUNAN DALAM JANGKA PANJANG, JANGKA
MENENGAH, DAN TAHUNAN YANG DILAKSANAKAN
OLEH UNSUR PENYELENGGARA NEGARA DAN
MASYARAKAT DITINGKAT PUSAT DAN DAERAH
KOMPONEN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN :
MERUPAKAN USAHA PEMERINTAH SECARA
TERENCANA DAN SISTEMATIS UNTUK
MENGENDALIKAN DAN MENGATUR PROSES
PEMBANGUNAN
MENCAKUP PERIODE JANGKA PANJANG,
MENENGAH, DAN TAHUNAN
 MENYANGKUT DENGAN VARIABEL – VARIABEL
YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN PEMBANGUNAN SECARA
KESELURUHAN BAIK SECARA LANGSUNG
MAUPUN TIDAK LANGSUNG
MEMPUNYAI SUATU SASARAN PEMBANGUN
AN YANG JELAS SESUAI DENGAN KEINGINAN
MASYARAKAT

PERLUNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN

a. KEGAGALAN MEKANISME PASAR
SYARAT BEKERJANYA MEKANISME PASAR :
TERDAPATNYA KOMPETISI YANG CUKUP
TAJAM DAN BERJALAN SECARA ADIL DAN
TIDAK ADA KEKUATAN MONOPOLI
TIDAK ADA DAERAH DAN MASYARAKAT
YANG TERISOLIR SEHINGGA TIDAK
MENDAPATKAN INFORMASI YANG SAMA
DENGAN GOLONGAN MASYARAKAT
LAINNYA
HUKUM BERJALAN DENGAN BAIK
SEHINGGA TIDAK ADA PERBEDAAN
PERLAKUAN UNTUK BERPERAN SERTA
DALAM PEMBANGUNAN
b. KETIDAK PASTIAN MASA DATANG
MASA DATANG PENUH DENGAN KETIDAK
PASTIAN (UNCERTAINTY) KEPUTUSAN
YANG DIAMBIL TIDAK SESUAI DENGAN
SASARAN MERUGIKAN UNTUK
INVESTASI DAN PRODUKSI JANGKA
PANJANG ALOKASI SUMBER DAYA TIDAK
TEPAT PADA SEKTOR – SEKTOR PRODUKTIF
PROSES PEMBANGUNAN LAMBAT DAN
KURANG EFISIEN.
SOLUSI : PEMERINTAH MENGGERAKKAN
DAN MENGKOORDINASIKAN KEGIATAN
EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN
MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DENGAN MENYUSUN
 DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUN
AN SESUAI ASPIRASI DAN KEBUTUHAN
MASYARAKAT DASAR PENYUSUN
AN ANGGARAN PEMERINTAH
PARTISIPASI SWASTA DAN MASYARAKAT
INSENTIF

c. UNTUK MENGARAHKAN KEGIATAN

PEMBANGUNAN
PEDOMAN STAKEHOLDERS
TUJUAN DAN FUNGSI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN

a. MENDUKUNG KOORDINASI ANTAR PELAKU

PEMBANGUNAN
b. MENJAMIN TERCIPTANYA INTEGRASI,
SINKRONISASI, DAN SINERGI ANTAR
DAERAH, WAKTU DAN FUNGSI
PEMERINTAH, BAIK PUSAT MAUPUN
DAERAH
c. MENJAMIN KETERKAITAN DAN
KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN,
PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN
d. MENGOPTIMALKAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
e. MENJAMIN TERCIPTANYA PENGGUNAAN
SUMBER DAYA SECARA EFISIEN, EFEKTIF,
DAN ADIL.
JENIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NO PENGELOMPOKAN JENIS
1. JANGKA WAKTU a) JANGKA PANJANG
b) JANGKA MENENGAH
c) JANGKA PENDEK
2. SIFAT a) KOMANDO (CENTRAL
PLANNING)
b) RANSANGAN
(PLANNING BY
INSENTIVES)

3. ALOKASI SUMBER a) KEUANGAN

DAYA b) FISIK
NO PENGELOMPOKAN JENIS
4. TINGKAT a) INDIKATIF
KELUWESAN b) IMPERATIF
5. SISTEM EKONOMI a) KAPITALIS
b) KOMUNIS
c) CAMPURAN
6. CARA a) SENTRALISTIK
PELAKSANAAN b) DESENTRALISTIK
7. RUANG LINGKUP a) AGREGATIF ATAU
KOMPREHENSIF
b) PARSIAL
c) TERPADU
(INTEGRATED)
SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN

a. PENILAIAN KEADAAN SAAT INI

b. PENILAIAN ARAH PEMBANGUNAN MASA
DATANG
c. FORMULASI TUJUAN DAN SASARAN
PEMBANGUNAN
d. MENGKAJI ALTERNATIF STRATEGI
PEMBANGUNAN
e. MERUMUSKAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
f. MENETAPKAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
g. IDENTIFIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN
h. MENETAPKAN PERKIRAAN DANA YANG
DIBUTUHKAN
i. MENETAPKAN INDIKATOR KINERJA
j. PENYUSUNAN RENCANA TINDAK
 PENILAIAN KONDISI SAAT INI
(EXISTING CONDITION)

a) FISIK
GEOGRAFI
GEOMORFOLOGI
POTENSI SDA
KONDISI LINGKUNGAN
TATA RUANG
b) SOSIAL EKONOMI
KEPENDUDUKAN (DEMOGRAFI)
SDM
AGAMA DAN BUDAYA
PEREKONOMIAN
HUKUM
PEMERINTAHAN
KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN
PENDIDIKAN
KESEHATAN
DLL
 PENILAIAN ARAH PEMBANGUNAN
MASA DATANG

MELAKUKAN PERKIRAAN (PREDIKSI) SECARA

TERUKUR (KUANTITATIF) DAN KUALITATIF PADA
INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN.

PREDIKSI KUANTITATIF :
a. BIDANG EKONOMI
PERTUMBUHAN EKONOMI
KEBUTUHAN INVESTASI UNTUK MENCAPAI
TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI
 PENDAPATAN PERKAPITA
TINGKAT KEMISKINAN DAN
PENGANGGURAN
b. SOSIAL
PROYEKSI PENDUDUK
IPM
ANGKA PARTISIPASI KASAR SEKOLAH
INDEKS KEMATIAN BAYI
INDEKS KEMATIAN IBU MELAHIRKAN
USIA HARAPAN HIDUP
ANGKA MELEK HURUF
c. FISIK DAN TATA RUANG
TENDENSI PENGGUNAAN LAHAN
POLA TATA RUANG

PREDIKSI KUALITATIF :
AGAMA
BUDAYA
HUKUM PEMERINTAHAN
KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN
 FORMULASI TUJUAN DAN SASARAN
PEMBANGUNAN

TUJUAN PEMBANGUNAN :
GAMBARAN (DESKRIPSI) TENTANG SASARAN
AKHIR YANG INGIN DIWUJUDKAN MELALUI
KEGIATAN PEMBANGUNAN

SASARAN PEMBANGUNAN :
JABARAN LEBIH KONKRIT TENTANG
TUJUAN PEMBANGUNAN
 DIRUMUSKAN DALAM BENTUK TARGET
PEMBANGUNAN SECARA MAKRO YANG
HARUS DICAPAI PADA AKHIR PERIODE
PERENCANAAN

KARAKTERISTIK TUJUAN SASARAN

SPESIFIKASI DINYATAKAN SECARA KONKRIT (…UNTUK
MAKSUD LUAS (…UNTUK MENAMBAH JUMLAH
MENINGKATKAN DOKTER SEBANYAK
KUALITAS PELAYANAN 10%...)
KESEHATAN…)
DEFINISI ISTILAH FORMAL (…KUALITAS OPERASIONAL (…
PELAYANAN KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN BERARTI KESEHATAN ADALAH
AKSESIBILITAS JUMLAH DOKTER PER
PELAYANAN MEDIS…) 100.000 PENDUDUK)
KARAKTERISTIK TUJUAN SASARAN
PERIODE TAK DIJELASKAN (… DIJELASKAN (…
DIMASA DEPAN…) SELAMA PERIODE
1990 – 2000…)
PROSEDUR NON KUANTITATIF (… BIASANYA
PENGUKURAN JAMINAN KESEHATAN KUANTITATIF (…
YANG MEMADAI…) JUMLAH ORANG
YANG TERLAYANI
PER 1000 PENDUDUK
…)
PERLAKUAN DINYATAKAN SECARA DIJELASKAN (…
ATAS KELOMPOK LUAS (…ORANG – KELUARGA YANG
SASARAN ORANG YANG BERPENGHASILAN DI
MEMBUTUHKAN BAWAH Rp 200.000
PELAYANAN…) PERTAHUN…)
MENGKAJI ALTERNATIF STRATEGI
PEMBANGUNAN

STRATEGI PEMBANGUNAN : CARA DAN

UPAYA TERBAIK YANG DAPAT DILAKUKAN
UNTUK MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
PEMBANGUNAN
STRATEGI PEMBANGUNAN DAPAT DISUSUN
UNTUK JANGKA PANJANG DAN PENDEK
ATAU PARSIAL DAN MENYELURUH
STRATEGI PEMBANGUNAN YANG BAIK
ADALAH STRATEGI YANG DAPAT :
o DILAKSANAKAN SECARA OPERASIONAL
SESUAI KONDISI SOSIAL EKONOMI
NEGARA DAN DAERAH BERSANGKUTAN
o MENCAPAI TUJUAN DENGAN EFEKTIF
DAN EFISIEN
 MENETAPKAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN

SUMBER DAYA TERBATAS (TERUTAMA DANA)

PRIORITAS PEMBANGUNAN
DAPAT DILAKUKAN MENURUT BIDANG ATAU
SEKTOR PEMBANGUNAN, MISALNYA BIDANG
SUMBER DAYA MANUSIA, ATAU SEKTOR
PERTANIAN
BIDANG ATAU SEKTOR PRIORITAS
PEMBANGUNAN : BIDANG ATAU SEKTOR
YANG MENDAPATKAN PERHATIAN LEBIH
DIBANDING DENGAN BIDANG ATAU SEKTOR
LAIN
 PERUMUSAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
DILAKUKAN SESUAI DENGAN KONDISI UMUM DAN
PREDIKSI PEMBANGUNAN DIMASA DATANG
DAPAT DIRUMUSKAN UNTUK JANGKA PANJANG
DAN PENDEK ATAU PARSIAL DAN MENYELURUH
DILAKUKAN SECARA TEPAT SESUAI
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI SERTA TUJUAN
DAN SASARAN PEMBANGUNAN YANG TELAH
DITETAPKAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN YANG BAIK :
KEBIJAKAN YANG DAPAT DILAKSANAKAN SECARA
OPERASIONAL SESUAI KONDISI DAN KEMAMPUAN
KEUANGAN NEGARA ATAU DAERAH YANG
BERSANGKUTAN
IDENTIFIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN

MERUPAKAN TINDAKAN DAN UPAYA YANG

HARUS DILAKUKAN SESUAI DANA YANG
TERSEDIA
TERDAPAT INDIKATOR KINERJA DAN
TARGET KINERJA MONEV, ANGGARAN
KINERJA
SUMBER DAYA TERBATAS (TERUTAMA
DANA) PERLU PENENTUAN PROGRAM DAN
KEGIATAN PRIORITAS
PENETAPAN PERKIRAAN DANA YANG
DIBUTUHKAN

DALAM BENTUK PAGU INDIKATIF

PPAS
DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN
STANDAR ANGGARAN BELANJA (SAB) YANG
DITETAPKAN DAERAH SECARA BERKALA
PERKIRAAN DANA = INPUT X HARGA
SATUAN (SAB)
 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

PENTING UNTUK MENGETAHUI TINGKAT

KEBERHASILAN PROGRAM DAN KEGIATAN
DAPAT DITETAPKAN SECARA KUANTITATIF DAN
KUALITATIF
SEBAIKNYA INDIKATOR DAN TARGET KINERJA
DALAM BENTUK KUANTITATIF UNTUK
MEMUDAHKAN MONEV DAN PENYUSUNAN
ANGGARAN
INDIKATOR KINERJA : INPUT, OUTPUT,
OUTCAME, BENEFIT, IMPACT
PP NO. 8 TAHUN 2006, INDIKATOR DAN TARGET
KINERJA : INPUT, OUTPUT, OUTCOME
PENYUSUNAN RENCANA TINDAK

ISI : KETENTUAN OPERASIONAL DAN CARA

YANG PERLU DILAKUKAN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN
YANG TELAH DITETAPKAN
PERLU DIPERHATIAKAN KEPRES 80/2003
TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH DAN KETENTUAN
PERUBAHANNYA