Anda di halaman 1dari 13

KEDUDUKAN PT.

PII SEBAGAI LEMBAGA PENJAMIN INFRASTRUKTUR


DALAM UPAYA MENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perkembangan Sistem Hukum

Jaminan

Dosen : Prof.Dr. Veronica Komalawati, S.H.,M.H.

Dr. Tri Handayani, S.H.,M.H

Oleh

TRI UTOMO

SAVIRRA SATRIADI ( 110120210006 )

MUHAMMAD HAIKAL YUSHENDRI ( 110120200523 )

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
BAB I
KEDUDUKAN PT. PII SEBAGAI LEMBAGA PENJAMIN INFRASTRUKTUR
DALAM UPAYA MENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana ditetapkan dalam


Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke-4 adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.1 Pembangunan nasional adalah upaya seluruh
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Masalah dan tantangan pokok yang harus dihadapi Indonesia dalam
rangka meningkatkan pembangunan nasional pada periode 2015-2019 adalah sebagai
berikut:2

1. Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi sangat


terbatas dan harus dapat ditingkatkan. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur selama ini
merupakan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam peningkatan
investasi serta menyebabkan mahalnya biaya logistik

2. Penguatan struktur ekonomi, berupa penguatan sektor primer, sekunder dan tersier secara
terpadu, di mana sektor sekunder menjadi penggerak utama perubahan tersebut.
Kemajuan sektor industri pengolahan masih berjalan lambat. Padahal agar perekonomian
bergerak lebih maju sektor industri pengolahan harus menjadi motor penggerak.
3. Beberapa peraturan perundang-undangan yang ada, pusat dan daerah, telah menjadi
kendala untuk mendorong perekonomian ke arah yang lebih maju dan perlu direformasi.
Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut saling tumpang tindih dan terjadi
kontradiksi antara yang satu dengan yang lain.
4. Penerapan dan penguasaan teknologi juga masih sangat terbatas. Hal ini telah
mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas
barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha
tidak seperti yang diharapkan.

1
Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke - 4
2
Buku I RPJM 2015-2019
5. Kemampuan untuk membiayai pembangunan terbatas. Hal ini terkait dengan upaya
untuk menggali sumber-sumber penerimaan masih belum optimal. Disamping itu jumlah
anggaran yang digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif seperti subsidi BBM masih
sangat besar. Oleh sebab itu upaya untuk menggali sumber-sumber penerimaan dan
mengefektifkan pengeluaran pembangunan menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Berdasarkan amanat dari Alinea ke-4 UUD 1945 dan RPJM 2015-2019 dimana untuk
memajukan kesejahteraan umum salah satunya harus ditunjang dengan pembangunan
nasional sebagai upaya seluruh komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan dibentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam hal ini dikenal Lembaga penunjang
infrastruktur yaitu PT PII yang dirancang sebagai lembaga penyedia penjaminan yang
kredibel untuk proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang dikembangkan dengan skema
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk meningkatkan kelayakan kredit
proyek-proyek infrastruktur guna menarik partisipasi swasta dalam proyek - proyek
infrastruktur di Indonesia.

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)/PT PII sebagai Badan Usaha


Penjaminan Infrastruktur (BUPI) yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia pada
tanggal 30 Desember 2009 merupakan salah satu instrumen Pemerintah dalam upaya
percepatan penyediaan Infrastruktur melalui skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha
(KPBU). Penjaminan PT PII dimaksudkan untuk meningkatkan kepastian dalam mencapai
Perolehan Pembiayaan (Financial Close) proyek, melalui peningkatan kelayakan kredit atau
bankability dari proyek-proyek KPBU. Penjaminan infrastruktur sebagai bentuk dukungan
fiskal dari Kementerian Keuangan, dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada swasta
terkait komitmen Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam memenuhi kewajiban
finansialnya dalam perjanjian KPBU.3

Sebagai Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) dengan mekanisme “Single


Window”,  kehadiran PT PII dapat mendorong akselerasi penyediaan infrastruktur  di
Indonesia melalui pendampingan dan fasilitas Penjaminan Pemerintah yang kredibel dan
transparan atas 19 sektor proyek infrastruktur berskema Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (“KPBU”) sesuai dengan Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur, dan Peraturan Menteri PPN /Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang Tata

3
Korporasiana, “PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia Persero”,
http://annualreport.id/perusahaan/PT%20PENJAMINAN%20INFRASTRUKTUR%20INDONESIA
%20(PERSERO), (27 Oktober 2021).
Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha sebagai bentuk dari
Dukungan Pemerintah.

Dengan demikian, fungsi PT PII sebagai BUPI adalah sebagai Fiscal Tools  yang
membantu Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam memagari kewajiban
kontinjensi Pemerintah, serta meminimalisir dampak langsung (“sudden shock” ) terhadap
APBN atas penyediaan proyek-proyek infrastruktur Pemerintah yang diatur dalam regulasi
terkait. Panitia Pengadaan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) mengundang
konsultan yang berpengalaman dalam bidang teknis & komersial untuk proyek - proyek
KPBU di sektor Kesehatan.

Untuk menjalankan fungsi penjaminan sebagai bidang usaha utama upaya mendorong
percepatan pembangunan infrastruktur, hingga saat ini, PT. PII terlibat dalam banyak
pemberian jaminan terhadap infrastruktur salah satunya yang sedang menjadi topik hangat
yaitu untuk memberikan penjaminan pemerintah untuk 10 destinasi pariwisata prioritas yang
telah ditetapkan. Pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas, pemerintah membutuhkan
dana senilai total US$20 miliar dalam 10 tahun, yang terdiri dari US$10 miliar untuk
pembangunan infrastruktur dan sisanya untuk pengembangan wilayah. APBN diperkirakan
hanya mampu menanggung 20%, sedangkan 80% diantaranya berasal dari investor baik
dalam maupun luar negeri.
Terhadap banyak nya pembangunan infrastruktur dan kurangnya dana APBN di
Indonesia maka hal ini berpengaruh terhadap PT. PII di mana sebagai Lembaga penjamin
memiliki kedudukan dan peranan untuk menunjang keberhasilan pembangunan infrastruktur
di negeri ini. Oleh karena itu PT. PII memiliki peran tertentu dalam hal menunjang
keberhasilan percepatan pembangunan infrastruktur sehingga di perlukan penelitian lebih
lanjut megenai PT.PII untuk mengetahui kedudukan serta peranan PT.PII dengan
menganalisis regulasi perusahaan. Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
kedudukan hukum dan peran PT.PII upaya mendorong percepatan pembangunan infrastruktur
dalam bentuk penulisan makalah yang berjudul “KEDUDUKAN PT. PII SEBAGAI
LEMBAGA PENJAMIN INFRASTRUKTUR DALAM UPAYA MENDORONG
PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka
diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kedudukan hukum PT.PII dalam upaya mendorong percepatan
Pembangunan Infrastruktur?
2. Bagaimanakah peran PT.PII Kerjasama dengan pemerintah dalam bidang Pembangunan
Infrastruktur?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan hukum PT.PII dalam upaya mendorong
percepatan Pembangunan Infrastruktur
2. Untuk mengetahui dan memahami peran PT.PII Kerjasama dengan pemerintah dalam
bidang Pembangunan Infrastruktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENJAMINAN INFRASTRUKTUR
Penjaminan pada umumnya adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh
sesuatu dengan cepat dan mudah. Infrastruktur pada umumnya adalah segala suatu yang
berhubungan dengan kegiatan struktur dibawah suatu struktural atau manajemen.
Penjaminan Infrastruktur adalah pemberian jaminan atas Kewajiban Finansial
Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama yang dilaksanakan berdasarkan Perjanjian
Penjaminan.4
Penjaminan infrastruktur merupakan suatu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk
memenuhi keinginan para penyedia jasa konstruksi yang membutuhkan modal lebih besar,
serta memberikan kesempatan yang lebih baik dalam hal pelaksanaan proyek konstruksi.
Pada tahun 2005 dikeluarkan Peraturan Presiden (PP) Nomor 67 Tahun 2005 tentang
“Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur”, kemudian
dikeluarkan lagi Peraturan Presiden (PP) Nomor 13 Tahun 2010 pada bulan Januari 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang “Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Penyediaan Infrastruktur”.
Berdasarakan Peraturan Presiden yang ada tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, pada tanggal 11 Mei Menteri Keuangan
meresmikan operasionalisasi P.T. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PT PII), atau
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF), sebuah institusi penting yang dirancang
untuk mendukung pengembangan proyek-proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau
Public Private Partnership (PPP) infrastruktur di Indonesia. Perusahaan yang telah
memperoleh pengesahan Badan Hukum dari Menkumham pada 27 Januari 2010 tersebut
telah siap beroperasi penuh untuk menyediakan penjaminan terhadap proyek-proyek
infrastruktur dengan skema KPS sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 67
Tahun 2005 yang telah diamandemen dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010.

B. PT.PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA (PERSERO)


Pemerintah Indonesia telah membentuk PT. PII (Persero). Perusahaan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) ini mempunyai visi menjadi penyedia penjaminan yang berperan

4
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.
dalam menarik modal swasta untuk pembangunan infrastruktur guna mempercepat
pertumbuhan Indonesia.
Misi PT. PII (Persero) adalah: 1) menyediakan produk-produk penjaminan melalui proses
bisnis yang transparan; 2) melaksanakan kebijakan dengan satu pelaksana dalam proses
pemberian jaminan; dan 3) meningkatkan kredit proyek infrastruktur Indonesia. Tujuan PT.
PII (Persero) adalah: 1) meningkatkan kelayakan kredit (creditworthiness) dan kualitas
proyek- proyek infrastruktur KPS; 2) meningkatkan tata kelola pelaksanaan penyediaan
penjaminan; 3) memfasilitasi keberhasilan transaksi bagi PJPK melalui penyediaan jaminan
bagi proyek KPS yang terstruktur dengan baik; dan 4) melindungi kewajiban kontinjen dari
Pemerintah sehubungan dengan adanya penjaminan Pemerintah
P.T. PII (Persero) menyediakan layanan satu pintu dalam melakukan evaluasi,
penetapan struktur penjaminan serta pemberian penjaminan bagi proyek infrastruktur dengan
skema KPS.Kebijakan ini membuat P.T. PII (Persero) beroperasi dengan menyediakan
layanan satu pintu (Single Window Processor), untuk itu pihak P.T. PII (Persero) berperan
dalam: 1) pemberian konsultasi dan bimbingan kepada PJPK (Penanggung Jawab Proyek
Kerjasama) yang tertarik memperoleh penjaminan untuk proyeknya; 2) penyaringan proyek-
proyek infrastruktur untuk pemenuhan kriteria umum (eligibility) dalam menerima
penjaminan; 3) evaluasi Usulan Penjaminan (UP) proyek infrastruktur sesuai dengan
ketentuan penilaian proyek P.T. PII (Persero), untuk kemudian menentukan UP dapat
diterima atau ditolak; 4) penyusunan struktur penjaminan dan jika diperlukan, mengusulkan
dan koordinasi program penjaminan lainnya dengan Co- guarntor lain dan Pemerintah
Indonesia; dan 5) pengembangan kerangka untuk pemantauan (monitoring) dan secara
seksama memantau proyek yang didukung P.T. PII (Persero)
Manfaat dari kebijakan satu pelaksana adalah untuk mewujudkan transparansi dan
konsistensi dalam pemrosesan penjaminan dan pengelolaan klaim, guna meningkatkan
kepercayaan investor untuk ikut serta dalam pembangunan proyek-proyek infrastruktur di
Indonesia. Cakupan penjaminan P.T. PII (Persero) adalah kewajiban finansial sebagaimana
diatur dalam Perjanjian Kerjasama, yang telah didasarkan pada alokasi yang wajar.
Beberapa risiko yang tercakup dalam fasilitas penjaminan P.T. PII (Persero), yaitu: 1) lisensi,
ijin dan persetujuan; 2) keterlambatan/kegagalan Financial Close; 3) perubahan regulasi dan
perundangan; 4) wanprestasi; 5) integritas dengan jaringan; 6) risiko fasilitas pesaing; 7)
risiko pendapatan; 8) risiko permintaan; 9) risiko harga; 10) risiko ekspropriasi; 11) risiko
tidak dapat dilakukannya konversi dan transfer mata uang; 12) risiko Parastatal atau Sub-
nasional; 13) risiko kahar yang mempengaruhi PJPK; dan 14) risiko interface. Dengan
adanya penjaminan dari P.T. PII (Persero) terhadap proyek infrastruktur yang telah melalui
proses pengadaan dan telah mendapatkan persetujuan, maka diharapkan akan dapat memberi
manfaat bagi: 1) negara Indonesia, meliputi a) dukungan terhadap pembangunan ekonomi
melalui KPS bagi proyek–proyek infrastruktur yang berkualitas; b) penekanan tarif yang
dbayarkan masyarakat pengguna karena beban bunga pinjaman yang lebih rendah; c)
pelindungan untuk pemerintah dari klaim mendadak dan kewajiban finansial proyek
infrastruktur yang timbul dari penjaminan yang diberikan; dan d) stimulasi langkah
pemerintah selanjutnya terkait KPS. 2) PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjsama)
berfungsi untuk: a) penarikan minat investor swasta dan lembaga keuangan dalam
berpartisipasi di proyek KPS, sehingga tingkat keberhasilan eksekusi proyek sesuai rencana
dan jadwal menjadi lebih tinggi; dan b) bertambahnya kompetisi dalam proses tender
sehingga diharapkan menghasilkan kualitas proposal tender untuk mendapatkan harga yang
kompetitif; dan 3) Sektor Swasta, yaitu a) mitigasi risiko, bagi sektor swasta yang tidak dapat
dicakup pasar; b) bertambahnya transparansi, kejelasan dan kepastian akan proses evaluasi
dan pemberian jaminan bagi proyek; c) peningkatan pendanaan dari bank untuk pembiayaan
proyek; d) perpanjangan jangka waktu peminjaman, yang berdampak pada harga penawaran
(bid) yang lebih kompetitif; e) pemberian intensif bagi PJPK untuk membuat kontrak yang
memenuhi standar internasional. Yang memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian
kerjasama.
Selain dari Struktur KPS secara umum yang dapat berlaku lintas sektor,
diidentifikasikan pula secara spesifik sektor-sektor KPS yang termasuk dalam Acuan Alokasi
Risiko Infrastruktur. Sektor-sektor yang termasuk adalah: 1) sektor air minum; 2) sektor jalan
tol; 3) sektor pengelolaan limbah; 4) sektor perkeretaapian; 4) sektor kelistrikan; 5) sektor
pelabuhan; dan 6) sektor kebandaraan.5

C. PROSES PENERBITAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR

Terdapat empat (4) tahap yang diperlukan P.T. Penjaminan Infrastruktur Indonesia
(Persero) untuk menerbitkan penjaminan, yaitu :

1. Konsultasi dan Bimbingan

5
Peter F Kaming, “Studi Skema Penjaminan Dana Infrastruktur”,Prosiding Simposium II – UNDIP
2017, hlm.75-77 (2017).
Menyediakan informasi rinci terkait penjaminan oleh P.T. Penjaminan Infrastruktur
Indonesia (Persero), misal kriteria penjaminan, dan proses yang diperlukan untuk
memperoleh penjaminan, seperti Perjanjian KPS, dan lain – lain.

2. Penyaringan (Screening)

Evaluasi formulir screening yang diserahkan oleh PJPK kepada P.T. Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero) untuk menentukan secara umum, kelayakan proyek
dalam menerima penjaminan, berdasarkan ketentuan dan peraturan yang ada.

3. Evaluasi (Appraisal)

Melakukan appraisal terhadap kelayakan proyek secara rinci dari sisi legal, teknis,
ekonomi dan keuangan, serta dari sisi lingkungan dan sosial, termasuk evaluasi
kemampuan PJPK dalam memenuhi kewajiban finansial sesuai Perjanjian KPS.

4. Penstrukturan (Structuring)

Menentukan struktur penjaminan serta menyiapkan ketentuan penjaminan, seperti masa


berlaku penjaminan, cakupan risiko dan kewajiaban keuangan, yang disesuaikan untuk
setiap proyek KPS spesifik.

D. REGULASI PT.PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA

1. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010

tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan


Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2016

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan
(Persero) di Bidang Penjaminan Infrastruktur

3. Peraturan Menteri Keuangan No.95 Tahun 2017

tentang Ruang Lingkup dan Tata Cara Pemberian Penjaminan Pemerintah di Bidang
Infrastruktur oleh Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.

4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015

tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.


5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8 Tahun 2016

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73 Tahun 2018

tentang Fasilitas Untuk Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerja Sama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.6

6
PT.PII, “Kerangka Regulasi Perusahaan Penjaminan Infrastruktur Indonesia”,
https://ptpii.co.id/regulasi (27/10/2021).
BAB III
PEMBAHASAN
A. KEDUDUKAN PT.PII DALAM UPAYA MENDORONG PERCEPATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
B. PERAN PT.PII KERJASAMA DENGAN PEMERINTAH DALAM BIDANG
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB IV
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Buku I RPJM 2015-2019

Korporasiana, “PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia Persero, (27 Oktober 2021).

Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke - 4

Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur.

Peter F Kaming, “Studi Skema Penjaminan Dana Infrastruktur”,Prosiding Simposium II –

UNDIP 2017, hlm.75-77 (2017).

PT.PII, “Kerangka Regulasi Perusahaan Penjaminan Infrastruktur Indonesia”, (27/10/2021).

Anda mungkin juga menyukai