Anda di halaman 1dari 12

TUGAS V

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

“Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)”

Disusun Oleh :

Aulia Ramadhani

F23117051

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah
nya, sehingga saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan tugas mata kuliah pembiayaan pembangunan. Tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, adapun
isi yang terkandung dalam makalah ini adalah uraian tentang penjelasan mengenai pembiayaan
pembangunan terkhusus pembiayaan investasi non anggaran pemerintah (PINA)
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriadi Takwim, S.T.,M.Eng, selaku
dosen mata kuliah pembiayaan pembangunan, atas bimbingan dan pengarahannya
selama penyusunan makalah ini. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, 3 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------------------------ii

DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------------iii

BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------1

1.1. Latar Belakang----------------------------------------------------------------------------------------1

1.2. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------------------2

1.3. Tujuan Penulisan--------------------------------------------------------------------------------------2

1.4. Manfaat Penulisan------------------------------------------------------------------------------------2

BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------------------3

2.1. Definisi PINA-----------------------------------------------------------------------------------------3

2.2. Tujuan, Fungsi dan Kriteria PINA------------------------------------------------------------------3

2.3. Sumber-Sumber Pembiayaan PINA----------------------------------------------------------------5

2.4. Skema Pendanaan dan Investasi PINA------------------------------------------------------------6

2.5. Pengimplementasian PINA terhadap Infrastruktur di Indonesia-------------------------------7

BAB III PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------------8

3.1. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------------------------8

DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------------------------9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infrastuktur merupakan organ yang penting demi kelangsungan hidup sebuah daerah.
Pembangunan infrastruktur tidak akan berjalan jika tidak di imbangi dengan pembiayaan ataupun
pendanaan yang memadai. Apabila tidak tersedianya dana dalam pembangunan sebuah
infrastruktur maka akan menghambat pembangunan yang ada. Dan tentunya akan berpengaruh
pada perekonomian dan kemajuan pada sebuah negara atau kota.
Pembiayaan pembangunan adalah cara serta upaya pemerintah dalam rangka menyediakan
dana untuk membiayai berbagai pengeluaran negara berupa pengeluaran untuk pembangunan
wilayahnya dalam rangka memajukan wilayah tersebut. Adapun sumber dana berasal dari
pendapatan, utang dan kekayaan yang bersifat konvensional atau non-konvensional. Sumber
pembiayaan konvensional merupakan sumber-sumber pembiayaan yang diperoleh dari
pemerintah (pembiayaan publik), yang dituangkan dari APBN atau APBD yang terdiri dari
Rencana Pendapatan dan Rencana Belanja, sedangkan pembiayaan non konvensional dapat
berasal dari pemerintah (publik), swasta termasuk di dalamnya masyarakat (private), dan
pemerintah-swasta (publik-private).
Di Indonesia, pendanaan pemerintah saja tidak cukup untuk melakukan pembangunan
infrastruktur tersebut. Untuk itu, kehadiran investasi pembangunan Infrastruktur Indonesia
sangat dibutuhkan. Inilah kesempatan Anda untuk turut serta di dalamnya. Bukan hanya
berpeluang mendapatkan keuntungan, melakukan investasi pembangunan infrastruktur Indonesia
akan memberikan Anda kesempatan memberikan manfaat bagi kemajuan suatu daerah. Salah
satu sumber pembiayaan pembangunan tersebut dapat berasal dari Pembiayaan Investasi Non
Anggaran Pemerintah (PINA). Untuk itu, pada makalah ini akan membahas lebih lanjut
mengenai sumber pembiayaan investasi non anggaran pemerintah tersebut yang dapat di jadikan
salah satu sumber untuk pendanaan dan pembiayaan pembangunan infrastruktur yang ada.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat di angkat yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan pembiayaan investasi non anggaran pemerintah (PINA) ?.
2. Apa saja tujuan, fungsi dan kriteria adanya PINA sebagai sumber pembiayaan
pembangunan infrastruktur ?.
3. Apa saha sumber-sumber pembiayaan PINA?.
4. Bagaimana pengimplementasian PINA terhadap pembangunan infrastruktur yang ada di
Indonesia ?.
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi pembiayaan investasi non anggaran pemerintah (PINA).
2. Untuk mengetaui tujuan, fungsi dan kriteria adanya PINA sebagai sumber pembiayaan
pembangunan infrastruktur.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber pembiaayaan PINA.
4. Untuk mengetahui pengimplementasian PINA terhadap pembangunan infrastruktur di
Indonesia.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi pengetahuan yang lebih kepada
pembaca menenai penjelasan tentang Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)
berupa definisi PINA, tujuan fungsi dan kriteria adanya PINA, sumber-sumber pembiyaan PINA
serta contoh pengimplementasian PINA terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi PINA


PINA adalah Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah yang menggalang sumber-
sumber pembiayaan alternatif agar dapat digunakan untuk berkontribusi dalam pembiayaan
proyek-proyek infrastruktur strategis nasional yang emmpunyai nilai komersial dan berdampak
untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. PINA penting untuk dilaksanakan sebab ruang
fiskal anggaran pemerintah sangat terbatas akibat adanya pembatasan lebar defisit anggaran.
Kebutuhan investasi infrastruktur sangatlah besar sehingga anggaran pemerintah difokuskan
untuk infrastruktur yang tidak dapat dikelola secara komersial (filling the gap).
Pembiayaan PINA melalui penggalangan sumber pembiyaan alternatif agar dapat digunakan
untuk berkonstribusi dalam pembiayaan proyek-proyek strategis nasional yang membutuhkan
modal yang besar, tetapi dinilai baik secara ekonomi dan menguntungkan secara finansial.
Dengan skema PINA, pembangunan infrastruktur dan non-infrastruktur yang membawa manfaat
bagi masyarakat Indonesia dapat dilaksanakan tanpa menggunakan anggaran pemerintah. Skema
PINA melengkapi skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) sebagai alternatif
pembiayaan infrastruktur.
2.2. Tujuan, Fungsi dan Kriteria PINA
Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) adalah unit di bawah Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang menjalankan peran strategis dalam
memfasilitasi pembiayaan proyek dan memungkinkan dalam proses debottlenecking pembiayaan
untuk pembangunan infrastruktur Indonesia. Adapun tujuan yang dimiliki PINA yaitu :
a. Untuk mendukung pencapaian target pembangunan nasional.
b. Memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dalam negeri.
c. Melakukan konsolidasi dana jangka panjang.
d. Meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional.
e. Menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.
f. Mengoptimalkan kontribusi Penerima Modal dan Penanam Modal terhadap proyek-
proyek pembangunan Indonesia.
g. Meningkatkan kapasitas pembiayaan investasi melalui optimalisasi aset untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Melalui peran utamanya sebagai enabler (pencapaian tujuan perusahaan), PINA membangun
hubungan antara investor dan investee (tempat penanaman modal oleh investor) dalam
memanfaatkan berbagai instrumen keuangan untuk mencapai penutupan keuangan yang pada
akhirnya dapat memungkinkan proyek-proyek infrastruktur untuk berkembang dan tumbuh lebih
lanjut. Untuk itu, PINA memiliki tiga fungsi utama yaitu :
a. Fungsi fasilitas untuk memfasilitasi proyek-proyek untuk mencapai tahap financial close,
serta memberikan saran penstrukturan proyek dan pembiayaan. Selain itu juga,
memfasilitasi layanan yang transparan dan efisien untuk berbagai mitra investasi,
memastikan investasi mereka kompatibel dengan pengembalian proyek dan profil risiko
investor.
b. Fungsi ekosistem bangunan untuk membangun hubungan yang kuat dengan berbagai
tingkat pemangku kepentingan untuk mengadvokasi proposal investasi strategis
Indonesia, debottlenecking setiap masalah di antara proses fasilitasi investasi dan
pipelining proyek
c. Fungsi pipelining untuk mempersiapkan daftar proyek yang siap ditawarkan kepada
investor serta potensial investor yang akan berinvestasi. Merumuskan skema proposal
investasi yang paling efektif yang sesuai dengan profil risiko mereka, yang meliputi
persiapan kebijakan yang ada.
Prioritas proyek yang dipilih untuk didanai dengan skema PINA memiliki 4 kriteria sebagai
berikut :
a. Proyek dengan dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat di Indonesia. Proyek dengan
dampak ekonomi dan sosial yang signifikan dimana penilaian didasarkan pada studi
kualitatif dan kuantitatif tertentu tentang dampak ekonomi dan sosial proyek.
b. Proyek memiliki dokumen yang sesuai dan legal, penilaian dengan daftar periksa kriteria
kesiapan, termasuk penyerahan dokumen: profil proyek, rencana aksi dan rencana
pendanaan, termasuk dokumen prasyarat.
a. Proyek Memiliki kelayakan komersial, penilaian berdasarkan kelayakan investasi proyek
(IRR proyek) minimum 13% (IDR) Proyek harus layak.
c. Proyek harus mendukung pencapaian target prioritas pembangunan yang terkait dengan
tujuan pembangunan nasional, berupa Dokumen Perencanaan Nasional Jangka Panjang
(RPJMN) atau Dokumen Rencana Strategis Sektor Nasional.
Program PINA didesain untuk mengisi kekurangan pendanaan proyek-proyek infrastruktur
prioritas yang membutuhkan modal besar, namun tetap dinilai baik secara komersial. Untuk
dapat menjalankan proyek-proyek ini, BUMN dan swasta pengembang infrastruktur harus
memiliki kecukupan modal minimum. Selama ini permodalan BUMN ditopang dan sangat
tergantung kepada anggaran pemerintah melalui Penanaman Modal Negara (PMN). Dikarenakan
ruang fiskal APBN saat ini semakin terbatas sehingga dibutuhkan sumber-sumber non-anggaran
pemerintah dengan memanfaatkan dana kelolaan jangka panjang seperti dana-dana pensiun dan
asuransi baik dari dalam maupun luar negeri.
2.3. Sumber-Sumber Pembiayaan PINA
Sumber pembiayaan PINA tidak menggunakan anggaran pemerintah, melainkan
dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber pembiayaan yang berasal dari :
a. Penanaman Modal, merupakan segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia.
b. Dana Kelolaan, merupakan dana yang dikelola oleh sebuah perusahaan investasi untuk
sejumlah investor.
c. Perbankan, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
d. Pasar Modal, merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
e. Asuransi, merupakan suatu perjanjian di mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.
f. Lembaga Pembiayaan, merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.
g. Lembaga Jasa Keuangan lainnya, termasuk pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan
lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib,
meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan.
h. Pembiayaan Lain yang Sah.
2.4. Skema Pendanaan dan Investasi PINA
Dalam skema pendanaan, PINA menawarkan beberapa opsi alternatif pendanaan kepada para
investor. Tiga instrumen yang utama antara lain investasi langsung, dana campuran (hybrid)
dan funds (reksa dana).
a. Investasi Langsung : Mengacu pada investasi dalam perusahaan bisnis yang dirancang
untuk memperoleh kepentingan pengendali dalam perusahaan atau proyek ini.
b. Dana Campuran : Surat hutang tidak memiliki tanggal jatuh tempo, tetapi investor dapat
memilih untuk menebus setelah periode waktu tertentu.
c. Reksa Dana : Terdiri dari kumpulan uang yang dikumpulkan dari banyak investor untuk
berinvestasi pada sekuritas seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, dan aset
lainnya. Itu bisa dalam bentuk dana pribadi atau reksa dana.
Saat ini, PINA juga sedang mengupayakan instrumen pendanaan lainnya dengan
bekerjasama dengan beragam pemangku kepentingan seperti dana investasi real estate (DIRE)
dan dana investasi infrastruktur (DINFRA). DIRE merupakan kumpulan uang pemodal oleh
perusahaan investasi yang akan diinvestasikan ke bentuk asset property baik secara langsung
seperti gedung maupun secara tidak langsung dengan membeli saham atau obligasi properti.
Sedangkan DINFRA yaitu kontrak investasi kolektif yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat yang sebagian besar diinvestasikan pada aset infrastruktur dalam bentuk
utang oleh Manajer Investasi, dan dapat ditawarkan melalui penawaran umum maupun
penawaran tebatas.
2.5. Pengimplementasian PINA terhadap Infrastruktur di Indonesia
Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur yang baik berperan penting untuk
menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia.
Dalam rangka pemerataan pembangunan infrastruktur di Indonesia pemerintah menggunakan
sistem Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) sebagai cara untuk mengurangi
risiko penarikan utang oleh pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Adapun contoh-contoh
proyek yang menggunakan sistem PINA yaitu :
1. Pembangunan jalan tol
Salah satu contoh pengimplementasian sebuah proyek yang menggunakan sistem atau
program PINA berupa pembangunan jalan tol untuk 15 ruas jalan tol yang tersebar pada
beberapa wilayah. Adapun perusahan-perusahaan yang ikut berinvestasi pada proyek tersebut
yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT Taspen (Persero) secara bersama-sama
memberikan pembiayaan investasi dalam bentuk ekuitas kepada PT Waskita Toll Road.
Dalam proyek pembangunan 15 ruas jalan tol tersebut meliputi 8 ruas jalan tol berlokasi di
Pulau Jawa dengan total panjang 408,41 kilometer, di mana 5 ruas di antaranya merupakan ruas
Tol Trans Jawa dengan total panjang 305,27 kilometer. Dalam proyek ini, proses fasilitasi oleh
Kementerian PPN/Bappenas tidak terlepas dari dukungan yang diberikan Kementerian
Keuangan, Kementerian BUMN dan Kementerian PUPR. Kementerian PPN/Bappenas, sebagai
motor penggerak dan fasilitator PINA, mendorong agar skema ini dapat menjadi alternatif
pembiayaan di tengah keterbatasan keuangan negara.
Adapun skema pembiayaan tahap awal adalah sebagai berikut :
a. PT Waskita Toll Road (WTR) akan melakukan peningkatan modal ditempatkan dan
disetor dengan cara menerbitkan saham baru.
b. Sehubungan dengan penerbitan saham baru, Waskita Karya sebagai BUMN akan
mengesampingkan haknya untuk membeli saham baru dengan jumlah sesuai dengan
bagiannya.
c. Para Investor akan mengambil bagian dari saham baru WTR dengan menyetorkan modal.
d. WTR akan menggunakan modal tersebut untuk mendanai proyek-proyek jalan tol dengan
struktur.
BAB III
PENUTUP

c.1. Kesimpulan
Berdasarkan materi pada pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Pembiayaan
Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) merupakan mekanisme pembiayaan proyek
investasi prioritas yang dananya bersumber selain dari Anggaran Pemerintah yang didorong dan
difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas. Tujuan dari PINA yaitu salah satunya untuk
memenuhi pembiayaan investasi berupa penanaman modal dalam proyek-proyek pembangunan
infrastruktur di Indonesia. PINA juga memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fasilitas, ekosistem
bangunan dan pipelining. Untuk sumber-sumber pembiayaan PINA yaitu berupa penanaman
modal, dana kelolaan, perbankan, pasar modal, asuransi, lembaga jasa keuangan dan lembaga-
lembaga pembiayaan lainnya. Salah satu contoh pengimplementasian penggunaan sumber
pendanaan PINA dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia yaitu berupa pembangunan
jalan tol pada ruas jalan untuk wilayah jawa.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 2017. Modul Sumber dan Pola Pembiayaan Infrastruktur.


https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2018/09/69b38_MODUL_4_SUMBE
R_DAN_POLA_PEMBIAYAAN_INFRASTRUKTUR.pdf. (diakses pada tanggal 5
November 2019, pukul 09:28 wita).
Ika, Aprillia. 2018. Bappenas : KPBU dan PINA Solusi Pembiayaan Infrastruktur di Indonesia.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/11/140900026/bappenas-kpbu-dan-pina-solusi-
pembiayaan-infrastruktur-di-indonesia. (diakses pada tanggal 3 November 2019, pukul
16:13 wita).
Kementrian PPN/Bappenas. Mengenal PINA. http://pina.bappenas.go.id/id/. (diakses pada
tanggal 5 November 2019, pukul 10:14 wita).
Safutra, Ilham. 2017. Dua Model Pembiayaan Ini Mampu Mempercepat Pembangunan
Infrastruktur. https://www.jawapos.com/ekonomi/finance/17/02/2017/dua-model-
pembiayaan-ini-mampu-mempercepat-pembangunan-infrastruktur/. (diakses pada tanggal 3
November 2019, pukul 16:46 wita).

Anda mungkin juga menyukai