OLEH :
KELOMPOK 2
“AKUNTABEL”
ORIENTASI CPNS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
FORMASI TAHUN 2021
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
2
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
3
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
BAB II
FAMILY TREE DAN TINJAUAN PUSTAKA
4
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
5
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
3. APBN meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember
4. APBN ditetapkan tiap tahun dengan Undang-Undang
5. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi dan stabilisasi
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pendapatan dan
pembelanjaan negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk
meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran rakyat.
Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 pasal 3 ayat 4 tentang Keuangan
Negara APBN memiliki enam fungsi sebagai berikut :
1. APBN berfungsi sebagai otorisasi memiliki pengertian bahwa APBN
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun
yang bersangkutan
2. APBN berfungsi sebagai perencanaan memiliki pengertian bahwa
APBN menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan
3. APBN berfungsi sebagai pengawasan yang memiliki pengertian bahwa
APBN menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan
4. APBN berfungsi sebagai alokasi yang memiliki pengertian bahwa
APBN harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian
5. APBN berfungsi sebagai distribusi yang memiliki pengertian bahwa
kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatuhan
6. APBN berfungsi sebagai stabilisasi yang memiliki pengertian bahwa
APBN menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian
2.2.3. Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atau yang dikenal dengan
sebutan KPBU adalah alternatif pembiayaan dalam penyediaan infrastruktur
dan/atau layanannya untuk kepentingan umum mengacu pada spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah, yang sebagian atau
seluruhnya menggunakan sumber daya badan usaha dengan memperhatikan
pembagian risiko di antara para pihak.
6
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
7
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
BAB III
ISI
3.1. Data Kesenjangan Pendanaan (Funding Gap) pada Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia
Beragam kebutuhan masyarakat di Indonesia menyebabkan kebutuhan akan
Infrastruktur di Indonesia meningkat, bergerak dari hal tersebut pemerintah
menggalakan program pembangunan infrastruktur secara besar-besaran mulai
dari tahun 2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktur Jenderal
Pembiayaan Infrastruktur tahun 2020 bahwa rata-rata stok infrastruktur
Indonesia sebesar 43% pada awal tahun 2019 hal ini masih jauh dibandingkan
dengan rata-rata negara lainnya dimana angka stok infrastruktur rata-rata
berada di angka 70%.
Mengutip wawancara eksklusif media theiconomis.com pada tahun 2020
dengan Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan
Kementerian PUPR bahwa APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)
hanya mampu menutupi 30% dari kebutuhan rencana menengah nasional
PUPR atau biasa dikenal dengan Visium PUPR, Berdasarkan hal tersebut
terdapat kesenjangan pendanaan (funding gapi) untuk pembangunan
infrastruktur sebesar Rp1.435 Triliun hal ini meningkat dari tahun 2016
dimana terdapat funding gap sebesar Rp 625 Triliun seperti pada Grafik 3.1.
Oleh karena itu pemerintah melakukan upaya pendanaan dengan metode
KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha) atau biasa dikenal
dengan PPP (Public-Private Partnership).
8
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
9
MAKALAH DITJEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pihak swasta juga dapat menjadi alternatif pembiayaan infrastruktur. Contoh
bentuk pembiayaan dari sektor privat ini yakni pertama, pinjaman yang
merupakan modal yang berbentuk sebagai hutang. Beberapa jenis pinjaman
yakni pinjaman Bilateral – Pemerintah. Jenis pinjaman ini merupakan
pinjaman luar negeri yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui
suatu lembaga keuangan atau lembaga non-keuangan yang ditunjuk oleh
pemerintah negara bersangkutan. Jenis pinjaman lainnya adalah, Pinjaman
Komersial – Pemerintah. Jenis pinjaman ini merupakan pinjaman luar
negeri yang diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa
adanya penjamin dari lembaga penjamin kredit ekspor.
4.2. Saran
● Diperlukan adanya alternatif pembiayaan terkait pelaksanaan
pembangunan infrastruktur negara selain APBN
● KPBU merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk mendapatkan
pembiayaan sebagai upaya pelaksanaan pembangunan infrastruktur
dengan memberdayakan badan usaha milik negara (BUMN) maupun
badan usaha milik swasta (BUMS)
10