Dosen Pengampu :
Mahmudah Hasanah, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 4
Siti Nur Aisyah 1810113220030
Winarti Wulandari 1810113320026
Diana Mastayana 1910113220002
Muhammad Diaurrafiq 1910113210034
Nanda Factur Risa 1910113220017
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Hukum Bisnis
dengan judul “Hukum Dagang dan Perdata”.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.
Terima Kasih.
ii
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Hukum Dagang...............................................................................................................3
1. Pengertian Hukum Dagang..........................................................................................3
2. Berlakunya Hukum Dagang........................................................................................4
3. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang.........................................................5
4. Pengusaha dan Pembantu-pembantunya.....................................................................6
5. Pengusaha dan Kewajibannya.....................................................................................8
6. Bentuk-bentuk Badan Usaha.....................................................................................10
B. Hukum Perdata..............................................................................................................14
1. Pengertian Hukum Perdata........................................................................................14
2. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia........................................................................14
3. Sumber Hukum Perdata.............................................................................................15
4. Pembagian Bab Dalam Dalam KUHPerdata.............................................................16
5. Contoh Pasal Dalam KUHPerdata.............................................................................16
6. Hukum Perdata Umum..............................................................................................18
7. Hukum Dagang Sebagai Hukum Perdata Khusus.....................................................23
BAB III PENUTUP..................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan dalam bidang ekonomi, baik yang bergerak di sektor mikro maupun
makro merupakan pembangunan yang ada di dalam negeri yang tidak dapat terpisahkan
daripada intervensi pemerintah Inti permasalahan dari keterlibatan negara dalam aktivitas
ekonomi bersumber pada politik perekonomian suatu negara. Munculnya corak sosial
ekonomi dalam konsep Kedaulatan berkaitan dengan munculnya hukum yang mengatur
transaksi di dalamnya. Dalam kaitan dengan cabang-cabang hukum yang beragam maka
negara membuat hukum yang mengatur urusan tersebut. KUHD adalah produk yang
dijadikan pedoman dasar untuk memutuskan suatu hukum yang berkembang di
masyarakat.
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata. Hukum
perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang merupakan hukum
khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua kelompok hukum tersebut,
maka dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai lex specialis derogat lex generalis,
artinya hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum.
B. Rumusan Masalah
1
6. Apa saja bentuk-bentuk badan usaha?
7. Apa yang dimaksud dengan hukum perdata?
8. Bagaimana sejarah hukum perdata di Indonesia?
9. Apa saja sumber hukum perdata?
10. Bagaimana pembagian bab dalam KUHPerdata?
11. Apa saja contoh pasal dalam KUHPerdata?
12. Apa yang dimaksud dengan hukum perdata umum?
13. Bagaimana kaitan hukum dagang sebagai hukum perdata khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Dagang
1. Pengertian Hukum Dagang
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang mengatur
hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam
lapangan perdagangan.
Pembagian hukum privat (sipil) ke dalam hukum perdata dan hukum dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian sejarah dari hukum
dagang. Bahwa pembagian tersebut bukanlah bersifat asasi, dapat kita lihat dalam
ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang menyatakan: “Bahwa
peraturan-peraturan KUHS dapat juga dijalankan dalam penyelesaian soal-soal yang
disinggung dalam KUHD terkecuali dalam penyelesaian soal-soal yang semata-mata
diadakan oleh KUHD itu”.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)/Wetboel van Koophandel
(WvK) tidak memberikan pengertian mengenai hukum dagang. Oleh karena itu,
definisi hukum dagang sepenuhnya diserahkan pada pendapat atau doktrin dari para
sarjana.
Soekardono, mengatakan “hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata
pada umumnya, yakni yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan-perikatan
yang diatur dalam Buku II BW. Dengan kata lain, hukum dagang adalah himpunan
peraturan-peraturaan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam
kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi KUHD dan
KUHPerdata”.
Achmad Ichsan, mengatakan “hukum dagang adalah hukum yang mengatur
soal-soal perdagangan yaitu soal-soal yang timbul karena tingkah laku manusia dalam
perdagangan atau perniagaan”.
Fockema Andreae (Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia), mengatakan
hukum dagang atau Handelsrecht adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai
3
perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan
beberapa undang-undang tambahan.
Munir Fuady mengartikan Hukum Bisnis, “suatu perangkat kaidah hukum
yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan rusan kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan
uang dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan optik adalah untuk
mendapatkan keuntungan tertentu”.
Dari pengertian para sarjana diatas, dapat dikemukakan secara sederhana
rumusan hukum dagang, yakni serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia
usaha atau egiatan perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber pada aturan hukum
yang sudah dikodifikasikan, yaitu KUHPer dan KUHD maupun diluar kodifikasi.
Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang
saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938 pengertian
perbuatan dagang menjadi lebih luas dan dirubah menjadi perbuatan perusahaan yang
mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap pengusaha
(perusahaan).
Sementara itu, tidak ada satu pun para sarjana memberikan pengertian tentang
perusahaan, namun dapat dipahami dari beberapa pendapat, antara lain:
a. Menurut Hukum
Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk mencari
keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga kerja,
dan dilakukan secara terus menerus, serta terang-terangan untuk memperoleh
penghasilan dengan cara memperniagakan barang-barang atau mengadakan
perjanjian perdagangan.
b. Menurut Mahkamah Agung
Perusahaan adalah seseorang yang mempunyai perusahaan jika ia
berhubungan dengan keuntungan keuangan dan secara teratur melakukan
perbuatan-perbuatan yang bersangkut-paut dengan perniagaan dan perjanjian.
4
c. Menurut Molengraff
Perusahaan (dalam arti ekonomi) adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperdagangkan, menyeraahkan barang atau mengadakan
perjanjian-perjanjian perniagaan.
d. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus, didirikan dan bekerja, serta berkedudukan
dalam wilayah negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan
dan/atau laba.
a. Terang-terangan
b. Teratur bertindak ke luar
c. Bertujuan untuk memperoleh keuntungan materi
Dengan kata lain, perusahaan yang dijalankan oleh seorang pengusaha dengan
mempunyai kedudukan dan kualitas tertentu, sedangkan yang dinamakan pengusaha
adalah setiap orang atau badan hukum yang langsung bertanggung jawab dan
mengambil risiko di dalam perusahaan dan juga mewakilinya secara sah. Oleh karena
itu, suatu perusahaan yang dijalankan oleh pengusaha dapat berbentuk sebagai
berikut:
5
3. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang
6
f. Purwosutjipto, bahwa hukum dagang terletak dalam lapangan hukum perikatan,
yang khusus timbul dari lapangan perusahaan.
7
Pengusaha yang melakukan perusahaannya dengan dibantu oleh orang lain,
sehingga turut serta, dia mempunyai dua kedudukan yaitu: sebagai pengusaha dan
sebagai pemimpin perusahaan. Sedangkan pengusaha yang menyuruh orang lain
untuk melakukan perusahaan dan dia tidak ikut serta, maka keududukannya hanya
sebagai pengusaha, sedangkan yang menjadi pemimpin perusahaan adalah orang lain
yang mendapat kuasa.
8
5. Pengusaha dan Kewajibannya
9
seorangpun dapat dipaksa akan memperlihatkan buku-bukunya. Akan tetapi,
kerahasiaan pembukuan yang dimaksud oleh Pasal 12 KUHD tersebut tidak
mutlak, artinya bisa dilakukan terobosan dengan beberapa cara, misalnya:
1) Representation, artinya melihat pembukuan pengusaha dengan perantara
hakim, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 8 KUHD.
2) Communication, artinya pihak-pihak yang disebutkan dapat melihat
pembukuan pengusaha secara langsung tanpa perantara hakim, hal ini
disebabkan yang bersangkutan mempunyai hubungan kepentingan langsung
dengan perusahaan, yakni:
a) Para ahli waris
b) Para pendiri perseroan/persero
c) Kreditur dalam kepailitan
d) Buruh yang upahnya ditentukan pada maju mundurnya perusahaan
10
Daftar perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat
secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk
semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan
lainnya tentang perusahaan yang tercantum dalam daftar perusahaan dalam
rangka menjamin kepastian perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang wajib daftar
dalam daftar perusahaan adalah berbentuk badan hukum, persekutuan,
perseorangan, dan perusahaan-perusahaan baru yang sesuai dengan
perkembangan perekonomian, sedangkan perusahaan yang ditolak
pendaftarannya karena dianggap belum melakukan wajib daftar, tetapi tidak
mengurangi kesempatan dalam usaha atau kegiatan selama tenggang waktu
kewajiban pendaftaran sejak penolakan pendaftaran.
Kemudian, setiap perubahan dan penghapusan wajib dilaporkan pada kantor
tempat pendaftaran perusahaan oleh pemilik atau pengurus yang bersangkutan
dengan menyebutkan alasan perubahan dan penghapusan dalam waktu 3 bulan
setelah terjadi perubahan atau penghapusan.
Selain itu, berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982,
daftar perusahaan hapus jika terjadi:
1) Perusahaan yang berssangkutan menghentikan segla kegiatan usahanya
2) Perusahaan yang bersangkutan berhenti pada waktu akta pendiriaannya
kadaluwarsa
3) Perusahaan yang brsangkutan dihentikan segala kegiatan usahanya
berdasarkan suatu putusan pengadilan negeri yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap.
11
2) Perusahaan persekutuan, yaitu suatu perusahaan yang dimiliki oleh beberapa
orang pengusaha yang bekerja sama dalam suatu persekutuan.
b. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari status hukumnya:
1) Perusahaan berbadan hukum, yaitu sebuah subjek hukum yang mempunyai
kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi anggotanya, punya
tujuan yang terpisah pula dari tujuan pribadi para anggotanya, dan tanggung
jawab pemegang saham terbatas kepada nilai saham yang diambilnya.
2) Perusahaan bukan badan hukum, yaitu harta pribadi para sekutu juga akan
terpakai untuk memenuhi kewajiban perusahaan tersebut, biasanya berbentuk
perorangan maupun persekutuan.
a. Perusahaan swasta, yaitu perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki oleh swasta
dan tidak ada campur tangan pemerintah. Perusahaan ini terbagi dalam tiga
perusahaan, yakni:
1) Perusahaan swasta nasional
2) Perusahaan swasta asing
3) Perusahaan patungan/campuran (join venture)
b. Perusahaan negara, yaitu perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki oleh negara. Pada umumnya perusahaan negara disebut dengan badan
usaha milik negara (BUMN), terdiri dari tiga bentuk, yakni:
1) Perusahaan jawatan (Perjan)
2) Perusahaan umum (Perum)
3) Perusahaan perseroan (Persero)
a. Perusahaan Perseorangan
12
Perusahaan perseorangan yaitu perusahaan swasta yang didirikan dan
dimiliki oleh pengusaha perorangan yang bukan berbadan hukum, dapat
berbentuk perusahaan dagang, jasa, dan industri.
Secara resmi, tidak ada perusahaan perseorangan, tetapi dalam praktik di
masyarakat telah ada suatu bentu perusahaan perorangan yang diterima oleh
masyarakat, yaitu perusahaan dagang. Untuk mendirikan perusahaan dagang
secara resmi dapat mengajukan permohonan dengan surat izin usaha (SIU)
kepada kantor wilayah perdagangan dan mengajukan surat izin tempat usaha
(SITU) kepada pemerintah daerah setempat.
b. Perusahaan Persekutuan Bukan Badan Hukum
Perusahaan persekutuan bukan badan hukum yaitu perusahaan swasta yang
didirikan dan dimiliki oleh beberapa pengusaha secara bekerja sama dalam
bentuk persekutuan perdata.
1) Persekutuan Perdata (Maatsxhap)
Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih
untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan
jalan kedua pihak menyetorkan kekayaan untuk usaha bersama. Dasar hukum
untuk dalam pembentukan persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1618 –
Pasal 1652 KUHPer.
Sementara itu, persekutuan telah berakhir karena:
a) Lewatnya jangka waktu pendirian persekutuan
b) Musnahnya barang atau telah diselesaikannya perbuatan pokok yang
menjadi tujuan persekutuan
c) Atas kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang sekutu
d) Jika salah seorang sekutu meninggal, ditaruh dibawah pengampuan atau
pailit.
2) Persekutuan Firma (Vennootshaf Onder Eene Firma)
Persekutuan firma diatur dalam Pasal 15, 16 sampai 35 KUHD. Dalam
Pasal 16 KUHD perseroan firma adalah tiap-tiap perseroan yang didirikan
untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah nama bersama, yakni angota-
anggotanya langsung dan sendiri-sendiri bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap orang-orang ketiga.
Sementara itu, firma mempunyai arti nama yang digunakan untuk
berdagang secara bersama-sama. Namun suatu firma adakalanya diambil dari
13
nama seorang yang turut menjadi persekutuan itu sendiri, tetapi dapat juga
diambil dari nama orang yang bukan dari persekutuan. Dengan demikian,
tanggung jawab pada persekutuan firma, yakni tiap-tiap anggota perseroan
secara tanggung-menanggung, artinya bertanggung jawab untuk seluruhnya
atas segala perikatan dan persekutuan firma.
Perlu diketahui, persekutuan firma bukan merupakan perusahaan
berbentuk badan hukum sehingga pihak ketiga tidak berhubungan dengan
persekutuan firma sebagai satu kesatuan, melainkan dengan setiap anggota
secara sendiri-sendiri. Menurut Pasal 17 KUHD, tiap-tiap sekutu dapat
bertindak dengan pihak diluar persekutuan, asalkan tindakan tersebut
berkaitan dengan persekutuan.
3) Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap)
Persekutuan komanditer diatur dalam Pasal 15, 19 sampai 21 KUHD. Di
dalam Pasal 19 KUHD disebutkan bahwa persekutuan komanditer adalah
suatu persekutuan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara
satu orang atau beberapa orang persekutuan yang secara tanggung-
menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak dan atau
lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain yang merupakan satu sekutu
komanditer yang bertanggung jawab atas sebatas sampai pada sejumlah uang
yang dimasukannya.
Dalm persekutuan komanditer terdapat sekutu komplementer dan sekutu
komanditer. Sekutu komplementer adalah sekutu yang menyerahkan
pemasukkan, selain itu juga ikut mengurusi persekutuan komanditer.
Sedangkan sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan
pemasukkan pada persekutuan komanditer daan tidak ikut serta mengurusi
persekutuan komanditer.
Persekutuan komanditer dibagi menjadi tiga, yakni:
a) Persekutuan komanditer diam-diam, yaitu persekutuan komanditer yang
belum menyatakan dirinya dengan terng-terangan kepada pihak ketiga
sebagai persekutuan komanditer.
b) Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan komanditer
yang telah menyatakan diri sebagai persekutuan komanditer pada pihak
ketiga.
14
c) Persekutuan komanditer dengan saham, yaitu persekutuan komanditer
terang-terangan yang modalnya terdiri dari sahm-saham.
c. Perusahaan Persekutuan Berbadan Hukum
Perusahaan persekutuan berbadan hukum adalah perusahaan yang didirikan
dan dimiliki oleh pengusaha swasta, dapat berbentuk perseroan terbatas, koperasi,
dan yayasan.
B. Hukum Perdata
1. Pengertian Hukum Perdata
Hukum perdata dikenal sebagai ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
individu dengan badan hukum.Untuk pertama kalinya istilah hukum perdata dikenal
Indonesia dalam bahasa Belanda yakni Burgerlijk Recht.Sumber hukum perdata
dikodifikasikan dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan dialih bahasa menjadi Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).Terdapat beberapa pandangan terkait
dengan KUHPerdata ini salah satunya, KUHPerdata dipandang sebagai suatu
pedoman saja karena tidak pernah ada terjemahan resmi dari Burgerlijk Recht yang
aslinya masih berbahasa Belanda.Tentunya pengertian hukum perdata dan contoh
pasalnya sangat beragam dan menarik untuk diulas.Simak penjelasan berikut ini.
Pengertian Hukum Perdata Menurut Para Ahli:
Hukum diartikan sebagai seperangkat kaidah, sementara perdata adalah
pengaturan hak, harta benda dan kaitannya antara individu maupun badan hukum atas
dasar logika.Hukum perdata populer dengan sebutan hukum private sebab mengatur
kepentingan perseorangan.
Berikut ini beberapa ahli yang menyumbangkan definisi hukum perdata
menurut pandangannya.
a. Prof. Subekti
15
b. Prof. Sudikno Mertokusumo
16
6 Juli 1830, perumusan hukum selesai dengan berhasil membuat BW atau
Burgerlijik Wetboe (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda).Serta dibuat
WvK atau Wetboek van Koophandle (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).Ketika
Belanda menjajah Indonesia, secara gamblang menerapkan kedua kitab undang-
undang tersebut.Bahkan, KUHPerdata dan KUHDangan hingga kini masih digunakan
oleh bangsa Indonesia.Pada tahun 1948 atas dasar asas concordantie (asas politik),
Indonesia memberlakukan kedua Kitab Undang-Undang tersebut secara resmi.
Secara harfiah, sumber hukum perdata terbagi menjadi dua yaitu sumber
hukum perdata tertulis dan tidak tertulis (berupa kebiasaan). Khusus sumber hukum
perdata tertulis memiliki banyak sumber, diantaranya:
f. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda
berhubungan dengan tanah.
17
g. UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
18
Pasal 1320
“Persetujuan diperlukan empat syarat : Sepakat mereka yang mengikatkan diri;
Kecakapan dalam membuat ikatan; Suatu hal tertentu dengan sebab yang halal.”
Pasal 1338
“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai sebuah undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.Persetujuan tersebut tak dapat ditarik kembali selain
dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.”
Hukum Perdata adalah hubungan pribadi antara manusia dan manusia sebagai
subyek hukum karena bersamaan hidup dalam suatu masyarakat. Manusia sebagai
subyek hukum adalah pembawa hak dan kewajiban, yang terdiri dari:
a. Orang sebagai manusia menurut kodrat (disebut pula dengan pribadi kodrati).
Setiap anusia hidup itu mempunyai wewenang berhak; dan
b. Orang sebagai subyek hukum berbentuk badan hukum adalah subyek hukum
yang tidak memiliki wujud jasmani, yang terdiri badan publik misalnya negara
dan badan hukum perdata, misalnya Perseroan Terbatas (PT), Yayasan, dan
Koperasi.
Sistematika Hukum Perdata dapat dilihat dari sudut ilmu pengetahuan dan dari
sudut sistematika yang terdapat dalam KUHPerdata. Jika dilihat dari sudut ilmu
pengetahuan, sistematika Hukum Perdata adalah sebagai berikut:
19
Apabila diperhatikan, sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan itu
adalah menggambarkan siklus kehidupan manusia yang sifatnya selalu ingin
bermasyarakat, yang maksudnya tiap manusia selalu ingin bergaul paling tidak dalam
masyarakat paling kecil, yaitu keluarga. Hal yang tercermin dalam hukum
kekeluargaan maupun hubungan hukum kekayaan, di mana manusia selalu ingin
bergaul yang diwujudkan dengan mengadakan perjanjian-perjanjian perkawinan
maupun perjanjian dalam bidang harta kekayaan, baik secara lisan maupun
tertulis.Pengaturannya dapat dibaca pada Buku I dan III KUHPerdata, yang semuanya
secara lengkap diatur secara sistematis di dalamnya, baik syarat-syarat maupun asas-
asasnya.Hal tersebut memudahkan bagi setiap orang untuk mengadakan hubungan
hukum baik secara otentik maupun di bawah tangan yang bersifat perdata.
20
b. adanya kekayaan;
d. adanya prestasi.
Perikatan dalam lapangan harta kekayaan dapat bersumber dari perjanjian dan
undang-undang.
Perikatan jenis ini diatur Dalam Pasal 1352 dan Pasal 1353 KUHPerdata
yaitu: (a) perikatan yang lahir dari Undang-undang semata-mata, misalnya
perikatan untuk memberi nafkah dan (b) perikatan yang lahir dari Undang-undang
karena perbuatan manusia yang menurut hukum dan yang melawan hukum.
21
1) Adanya kesepakatan antara mereka yang mengikatkan diri.
1) Leasing
22
Pengaturan leasing di Indonesia berpegang pada definisi yang
termaktub dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.KEP-
122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7
Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing tersebut. Berdasarkan
peraturan dasar mengenai kegiatan usaha leasing, dapat dikemukakan bahwa
yang dimaksudkan dengan leasing adalah:“Setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan
oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah
disepakati bersama”.
Hak opsi ini bersyarat dan baru menjadi efektif setelah Lessee
memenuhi semua kewajiban kepada Lessor sehubungan dengan perjanjian
leasing.Lessor berkepentingan, bahwa pada saat adanya peristiwa cidera janji
oleh Lessee, Lessor dapat menarik kembali atau memutuskan perjanjian
leasing danmengambil disposisi lain tentang barang leasing tanpa hak dari
Lessee sehubungan dengan pembelian tersebut atas nilai sisa yang telah
disepakati.
Di lain pihak ada suatu aspek yang belum lazim di Indonesia, sudah
menjadi kebiasaan bahwa Lessor mensyaratkan jaminan-jaminan tertentu
sehubungan dengan kewajiban pembayaran-pembayaran Lessee berdasarkan
perjanjian leasing. Para Lessee di Indonesia belum lazim meminta jaminan
23
atas kewajiban Lessor.Tidak ada jaminan bagi Lessee yang telah memenuhi
seluruh kewajibannya berdasarkan perjanjian leasing bahwa pada akhir
jangka waktu leasing, Lessor bersedia mengalihkan miliknya kepada Lessee
berdasarkan opsi pembelian.Pembelian dan pengalihan hak atas barang
leasing tidak terjadi secara otomatis, tetapi memerlukan perbuatan hukum
tambahan, yaitu jual beli (dan penyerahan).Ada pemikiran-pemikiran tertentu
untuk memberikan hak jaminan atas barang leasing kepada Lessee.
2) Franchise/ Waralaba
24
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang
telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak
lain berdasarkan perjanjian waralaba.
25
oleh Mc Donald’s dengan membuat variasi produknya dalam bentuk
paket.
26
2) Sistem franchise bukan jaminan akan keberhasilan, menggunakan
merek terkenal belum tentu akan sukses bila tidak diimbangi dengan
kecermatan dan kehati-hatian, franchisee dalam memilih usaha, dan
mempunyai komitmen dan harus bekerja keras dan tekun.
27
Dari uraian di atas maka terlihat KUHPerdata yang mengatur Hukum Perdata
umum, sedang KUHD mengatur Hukum Perdata khusus, perikatan di lapangan
perusahaan. Jadi, hubungan kedua buku tersebut adalah berasaskan hukum yang
bersifat khusus menghapuskan hukum yang bersifat umum (lex spesialis derogat legi
generale). Dikatakan perdata khusus atau perikatan khusus karena mengatur hubungan
perniagaan di bidang pengangkutan, pertanggungankerugian, perjanjian dengan pihak
ketiga (misalnya dengan makelar dan ekspeditur).
Jadi, perikatan khusus merupakan perjanjian untuk membentuk berbagai jenis
usaha perniagaan yang diperlukan untuk menjalankan perdagangan secara perusahaan
yaitu yang tujuan utamanya adalah mencari laba atau mencari nilai tambah, di mana
hal ini merupakan syarat mutlak bagi kegiatan perdagangan.
Berdasarkan kenyataan, kebutuhan hukum masyarakat berniaga berkembang
sejajar dengan berkembangnya perniagaan di dunia, menyebabkan peraturan-
peraturan perniagaan yang diatur dalam KUHD tidak sempurna, sehingga diperlukan
peraturan-peraturan di luar KUHD, antara lain pengangkutan kereta api,
pengangkutan udara, hak kekayaan intelektual, dan surat berharga.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang mengatur
hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam
lapangan perdagangan.
Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja
yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938 pengertian perbuatan
dagang menjadi lebih luas dan dirubah menjadi perbuatan perusahaan yang mengandung
arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap pengusaha (perusahaan).
Berdasarkan Pasal 1 dan Pasal 15 KUHD dapat diketahui kedudukan KUHD
terhadap KUHPer. Pengertiannya, KUHD merupakan hukum yang khusus (lex specialis),
sedangkan KUHPer merupakan hukum yang bersifat umum (lex generalis), sehingga
berlaku suatu asas lex specialis derogat legi generali, artinya hukum yang khusus dapat
mengesampingkan hukum yang umum.
Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan perdagangan atau orang
yang memberikan kuasa perusahaannya kepada orang lain. Apabila seseorang melakukan
atau menyuruh melakukan suatu perusahaan disebut pengusaha. Di dalam menjalankan
kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang pengusaha tidak mungkin
melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan tersebut dalam skala besar.
Oleh karena itu, diperlukan bantuan orang atau pihak lain untuk membantu melakukan
kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undang-
undang, ada dua macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh pengusaha,
yaitu membuat dokumen dan wajib daftar perusahaan.
Bentuk-bentuk perusahaan secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat
dari jumlah pemiliknya, yaitu perusahaan perseorangan dan persekutuan. Sedangkan jika
dilihat dari status hukumnya, yaitu perusahaan berbadan hukum dan bukan berbadan
hukum.
29
Hukum perdata adalah hubungan pribadi antara manusia dan manusia sebagai
subyek hukum karena bersamaan hidup dalam suatu masyarakat, hukum perdata di
Indonesia bersifat berbhineka atau bersifat pluralistik, baik secara etnis maupun secara
yuridis. Oleh karena itu dalam kasus hukum perdata sengketa terjadi antara subyek
hukum, maka penyelesaian hukum kasus perdata lebih bersiat elastis. Dikatakan elastis
karena penyelesaian kasus hukum perdata dapat diwujudkan apabila terjadi kesepakatan
antara para pihak yang bersengketa.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, R. dan Yusuf, B. Hukum Dagang. Diakses pada 16 Febuari 2021, dari
https://www.academia.edu/35476727/MAKALAH_HUKUM_DAGANG
Muhammad, Abdulkadir. (2013), Hukum Dagang dan Surat-Surat Berharga. PT Citra Aditya
Bakti: Bandung.
Sari, Elsi, Kartika, dan Simanunsong, Advendi. (2017), Hukum dalam Ekonomi. PT
Grasindo: Jakarta.
31