Anda di halaman 1dari 2

 Fase timbulnya hak dan kewajiban

Fase ini timbul ketika peraturan perundang – undangan dinyatakan berlaku. Peraturan
perundang – undangan yang dimaksud disini adalah undang -undang sampai ke peraturan –
peraturan serta ketentuan – ketentuan dibawahnya. Tidak ada hak dan kewajiban jika tidak
ada undang – undang atau peraturan peraturan dibawahnya. Jadi seseorang tidak akan
membayar pajak apabila atas penghasilan yang diterimanya uu tidak menyatakan dikenai
pajak. Seseorang akan membayar pajak atas penghasilanya jika uu menyatakan dikenai
pajak.
Undang – undang merupakan produk hukum yang dibuat oleh eksekutif ( pemerintah )
selaku yang memungut pajak setelah melalui persetujuan legislatif ( DPR ) selaku yang
mewakili rakyat dan rakyat selaku subjek pengenaan pajak.landasan hukum perpajakan kita
sesuai dengan hukum tertinggi kita yaitu UUD 1945 pasal 23. Jadi bila kita ditanya kenapa
kita membayar pajak maka jawabanya karena UU menghendaki demikian.

Pasal 23 A “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.
 FASE SELF ASSESSMENT SYSTEM
Pasal 12 ayat 1 UU KUP
“ setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan, dengan tidak mengantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak.

Self assessment system ialah sistem pemungutan yang memberikan keleluasaan penuh
kepada WP untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
kewajiban perpajaknya. Fase ini dimulai ketika WP mendaftarkan diri dan kepadanya
diberikan NPWP.
Keleluasaan penuh yang dimiliki WP tersebut mengandung arti bahwa WP merupakan
pelaku utama yang menentukan sejak timbulnya utang pajak atau kewajiban pajak sampai
terealisanya pembayaran pajak serta pertanggung – jawabnya.produk akhir dari sistem ini
adalah Surat Pemberitahan ( SPT ).

 FASE PENGAWASAN
Pasal 12 ayat 3 UU KUP
“ apabila direktur jendal pajak ( DJP ) mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak benar, direktur
jendral pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

Karena keleluasaan yang diberikan oleh WP sesuai dengan perpajakan yang kita anut self
assessment system disatu sisi menimblkan resiko yang tinggi bagi DJP dalam mengemban
tugas mengumpulkan pajak apabila tingkat kepatuhan masyarakat WP adalah rendah.oleh
karena itu diperlukan penyeimbang untuk mengantisipasikan resiko tersebut yaitu berupa
PENGAWASAN.dari pemeriksaan akan ditetapkan apakah SPT yang disampaikan WP telah
sesuai dengan undang -undang atau belum.produk akhir dari pemeriksaan adalah berupa
ketetapan pajak yaitu berupa surat ketetapan pajak ( SPT ).
 FASE SENGKETA

Dalam hal ini WP yang tidak setuju dengan keteapan pajak yang diterbitkan DJP, UU KUP
memberikan hak kepada WP untuk mengajukan keberatan kepada DJP.atas keberatan yang
diajukan WP selanjutnya DJP menerbitkan keputusan keberatan yang isinya menolak,
mengabulkan, sebagian keberatan yang diajukan.oleh karena itu seandainya WP masih tidak
setuju dengan keputusan keberatan, UU KUP memberikan hak kepada WP untuk
mengajukan banding ke BADAN PERADILAN PAJAK.

 FASE PENYELSAIAN SENGKETA


Pada fase ini sedikit disinggung mengenai badan peradilan pajak yang sekarang bernama
peradilan pajak yaitu setelah berlakunya UU nomor 14 tahun 2002 tentang peradilan pajak.

Pasal 27 ayat 1 UU KUP


“ wajib pajak dapt mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak
atas surat keputusan keberatan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat 1.

Anda mungkin juga menyukai