Anda di halaman 1dari 36

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA


BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 45
(STUDI KASUS : YAYASAN KITA BISA)

Disusun Oleh :

Dwi Anggoro Widiyanto (06) 1401170087


Ferdiantoro Ardiyanto (09) 1401170096

Ini Ok banget kualitas publikasi atau contoh kasus yang bisa dicetak, cuman lihat
catatan saya di Bab 2 dan Bab 4

KELAS 8-1
D-IV ALIH PROGRAM AKUNTANSI TUGAS BELAJAR
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
JUNI 2018

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
D. Ruang Lingkup..................................................................................................................3
E. Manfaat Penelitian Praktis dan Akademis.........................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................................4
A. Organisasi Nirlaba.............................................................................................................4
B. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba.................................................................5
C. Laporan Keuangan Entitas Nirlaba Berdasarkan PSAK 45..............................................5
D. Yayasan.............................................................................................................................6
E. Penelitian Terdahulu..........................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................9
A. Jenis Penelitian..................................................................................................................9
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................................9
C. Subjek dan Objek Penelitian..............................................................................................9
D. Jenis dan Sumber Data......................................................................................................9
E. Metode Pengumpulan Data...............................................................................................9
F. Metode Pengolahan Data.................................................................................................10
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...........................................................11
A. Gambaran Umum Yayasan Kita Bisa..............................................................................11
B. Analisis Data....................................................................................................................14
C. Pembahasan.....................................................................................................................22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................31
A. Simpulan..........................................................................................................................31
B. Saran................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi nirlaba atau organisasi non-profit adalah suatu organisasi yang


bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian
publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal
yang bersifat mencari laba (moneter) (Komang, 2008). Seringkali sulit membedakan
antara organisasi bisnis dan organisasi nirlaba dikarenakan kegiatannya yang hampir
sama. Pada prinsipnya organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan
utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba
memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang
tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (Mahsun et al., 2013:185).
Contoh dari organisasi nirlaba, seperti tempat ibadah (gereja, masjid, dan sebagainya),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yayasan, partai politik, dan lembaga zakat.
Pada umumnya, organisasi nirlaba dituntut untuk senantiasa menyiapkan rencana-
rencana serta program dan penganggarannya secara berkesinambungan. Rencana
program serta rencana penganggaran ini yang dituntut akan akuntabilitas serta
transparansi yang memadai. Bendahara maupun staf keuangan organisasi nirlaba
biasanya adalah seseorang yang mempunyai pengalaman dalam bidang akuntansi bisnis,
tetapi tidak memiliki pelatihan/ketrampilan khusus dalam akuntansi sosial, sehingga
pengelola organisasi nirlaba disarankan dapat menyusun laporan keuangan yang sesuai
dengan standar yang berlaku.
Laporan keuangan sangat penting bagi organisasi sektor publik. Laporan
keuangan merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang dikelola
oleh manajemen. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengendalian dan evaluasi
kinerja manajerial dan organisasi. (Mahsun et al., 2013:188). Kualitas laporan keuangan
harus memenuhi kriteria dasar dalam memberikan informasi yang dapat diandalkan dan
relevan (Keating, 2003). Laporan keuangan organisasi nirlaba ini dibutuhkan sebagai
informasi akuntansi bagi para pengguna, baik pihak internal maupun pihak eksternal,
seperti donatur, yayasan, kreditur, anggota organisasi, dan pihak lainnya untuk
pengambilan keputusan. Organisasi sektor publik diwajibkan untuk membuat laporan
keuangan dan laporan tersebut perlu diaudit untuk menjamin telah dilakukannya true
and fair presentation (Mardiasmo, 2002:160-161).
Penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba mempunyai standar tersendiri,
yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45. Dengan adanya standar
penyajian laporan keuangan PSAK No. 45, bisa membuat penyajian laporan keuangan di
organisasi nirlaba menjadi seragam dalam pembuatannya. Penyajian laporan keuangan
dengan standar PSAK No. 45 membuat laporan keuangan menjadi lebih akuntabel dan
transparansi bagi para pengguna (users) sehingga para pengguna ini dapat melihat

1 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


aktivitas program yang telah dijalankan beserta anggaran yang telah dipakai sebagai
bukti pertanggungjawaban atas dana dari para donatur.

Laporan keuangan nirlaba akan sangat bermanfaat apabila informasi yang


disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, andal, dan dapat
diperbandingkan. Oleh karena pentingnya laporan keuangan bagi organisasi nirlaba, di
Indonesia penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 mengenai Pelaporan Keuangan
Organisasi Nirlaba yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Hal ini
bertujuan untuk menyeragamkan penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba. Pada
paragraf 06 dalam PSAK No. 45 menyatakan bahwa “ Tujuan utama dari pembuatan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi
kepentingan para penyumbang, anggota lembaga, kreditur, dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi lembaga nirlaba” (IAI,2009).
PSAK No.45 mengatur secara rinci mekanisme pembuatan dan penyajian laporan
keuangan pada organisasi nirlaba di Indonesia, yang terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan arus kas, dan laporan aktivitas. Dalam praktiknya, masih banyak organisasi
nirlaba di Indonesia yang belum mengikuti standar pelaporan tersebut seperti contoh
pada penelitian oleh Kritinawati (2014) menunjukkan bahwa laporan keuangan Wahana
Visi Indonesia Surabaya setelah disesuaikan dengan PSAK No.45 terdapat
ketidaksesuaian antara penerapan laporan keuangan yang disajikan oleh Wahana Visi
Indonesia Surabaya dengan laporan keuangan berdasarkan PSAK No.45. Penelitian lain
oleh Novrina dan Pusung (2014) menunjukan bahwa laporan keuangan yang ada di Panti
Sosial belum sesuai dengan penyusunan laporan keuangan berdasarkan format laporan
keuangan nirlaba yang ada pada PSAK No. 45. Dari beberapa hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang disajikan masih sangat sederhana,
dimana organisasi tersebut tidak membuat laporan keuangan yang lengkap yang
seharusnya digunakan pada organisasi sektor publik umumnya.
Yayasan Kita Bisa merupakan contoh dari organisasi nirlaba yang bergerak dalam
aktivitas penggalangan dana secara online melalui kitabisa.com. Yayasan Kita Bisa
menyediakan wadah dan teknologi dalam jaringan bagi individu, komunitas, organisasi,
maupun perusahaan untuk menggalang dana dengan membuat halaman donasi online
untuk beragam tujuan sosial, personal, kreatif dan lainnya dan melakukan donasi kapan
saja secara online ke campaign-campaign Yayasan sesuai dengan kategori atau
organisasi. Di era digital, dengan pesatnya kemajuan teknologi menjadikan yayasan ini
menjadi salah satu media penggalangan dana online terbesar dan terpopuler di Indonesia.
Berdasarkan data dari laman resmi Kitabisa.com, pada tahun 2016 mereka mampu
mencatat pencapaian donasi online hingga Rp 5 miliar per bulan dan mengumpulkan
total donasi hingga Rp 61 miliar. Jika diakumulasi sampai dengan tahun 2018, secara
keseluruhan ada lebih dari 11000 kampanye sosial yang terdanai dengan total donasi
mencapai lebih dari Rp 290 miliar. Diprediksi capaian donasi yang dikelola akan
meningkat tiap tahunnya. Dengan kondisi tersebut, maka proses pencatatan dan
pelaporan keuangan yang dibuat akan semakin kompleks dan tentunya hal ini

2 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


membutuhkan proses pencatatan dan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel
sesuai dengan standar yang berlaku yaitu pada PSAP No.45.
Saat ini, Yayasan Kita Bisa menjadi salah satu media penggalangan dana online
terbesar di tanah air. Dana dari masyarakat yang dikelola terus meningkat tiap tahunnya,
masyarakat selaku donatur tentu menuntut pengelolaan aktivitas operasi yayasan berupa
laporan keuangan yang kredibel, andal dan akuntabel dengan harapan donasi yang
dikelola tepat sasaran dan menghindari kemungkinan terjadinya praktik-praktik tidak
sehat atas pengelolaannya / fraud.
Topik bahasan ini menjadi penting, melihat dari fenomena dan hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa organisasi nirlaba di Indonesia belum mematuhi secara
penuh PSAP No.45. Hal ini menjadi semakin dilematis mengingat besarnya jumlah dana
yang dikelola oleh organisasi tersebut dan tuntutan masyarakat selaku donatur atas
pengelolaan dananya. Selain itu, penelitian terhadap Yayasan Kita Bisa belum pernah
dilakukan sebelumnya di Indonesia sehingga hasilnya diharapkan bisa menjadi tolak
ukur, sejauh mana pemahaman organisasi nirlaba di Indonesia khususnya Yayasan Kita
Bisa, dalam memenuhi dan mematuhi standar penyajian laporan keuangan yang telah
ditetapkan.
Oleh karena itu kami tertarik untuk menganalisis lebih jauh terkait kesesuaian
penyajian laporan keuangan Yayasan Kita Bisa yang terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan arus kas dan laporan aktivitas terhadap standar yang tertuang dalam PSAP No.45
dengan tulisan yang berjudul “Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Organisasi
Nirlaba berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 (Studi
Kasus : Yayasan Kita Bisa).”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah yaitu sejauh mana kesesuaian Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Arus Kas dan Laporan Aktivitas Yayasan Kita Bisa tahun 2017 yang telah disusun dan
dibandingkan dengan PSAK No. 45 yang berlaku di Indonesia.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesesuaian
Laporan Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas dan Laporan Aktivitas pada Yayasan Kita
Bisa tahun 2017 dengan PSAP No.45.

D. Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki fokus pada penyajian laporan keuangan dari organisasi
nirlaba (Yayasan Kita Bisa) tahun 2017 yang terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan arus kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan dari Yayasan
Kita Bisa.

E. Manfaat Penelitian Praktis dan Akademis

3 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


Penelitian ini memiliki manfaat untuk menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi
organisasi nirlaba khususnya Yayasan Kita Bisa terkait penerapan dan penyajian laporan
keuangannya, memberikan pengetahuan kepada pembaca dan penulis khususnya terkait
penerapan PSAK 45 pada organisasi nirlaba di Indonesia dan dapat dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya terkait hasil evaluasi dalam penelitian ini.

4 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Organisasi Nirlaba

Menurut Widodo dan Kustiawan (2001) menyatakan organisasi nirlaba (non


profit) adalah suatu institusi yang menjalankan operasinya tidak berorientasi untuk
mencari laba, namun tidak berarti bahwa organisasi tidak diperbolehkan menghasilkan
keuntungan dalam setiap kegiatan operasionalnya, akan tetapi jika kegiatan organisasi
nirlaba menghasilkan keuntungan maka keuntungan yang diperoleh tidaklah dibagikan
kepada manajemen tetapi kembali digunakan untuk menutup biaya operasional kegiatan
utama.. Organisasi nirlaba meliputi organisasi keagamaan, rumah sakit, sekolah negeri,
organisasi jasa sukarelawan. Organisasi nirlaba menjadikan sumber daya manusia
sebagai aset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya
adalah dari, oleh, dan untuk manusia.
Organisasi nirlaba menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
45 adalah organisasi yang memperoleh sumber daya dari para anggota dan dari para
penyumbang lainnya yang tidalc mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.
Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-
lembaga publik sebagai salah satu alat pertanggungjawaban kepada publik.
(Renyowijoyo, 2008: 2). Menurut Halim (2012) akuntansi sektor publik adalah suatu
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan) dari suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM, dan lain-
lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak yang memerlukan.
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan
utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba
memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang
tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.
Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul
transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis,
misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba
sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan
organisasi bisnis pada umumnya. Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun
tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik.
Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran
kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur
dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak
jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya.

5 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


B. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Dilihat dari sisi manajemen perusahaan, laporan keuangan merupakan alat


pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi
pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah satu bentuk mekanisme
pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan (Mahsun et al.,
2013: 188). Menurut PSAK No. 45 paragraf 6, tujuan utama laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberi sumber daya
yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba.
Pihak pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan bersama dalam rangka
menilai jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk memberikan
jasa tersebut; cara manajer melaksanakan tanggung jawab dan aspek lain dari kinerjanya
(PSAK No. 45, Paragraf 7).
Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah untuk menyajikan informasi mengenai (PSAK No. 45, paragraf 8) jumlah dan
sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba; pengaruh transaksi dan peristiwa lain
yang mengubah nilai dan sifat aset neto; jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar
sumber daya dalam satu periode dan hubungan antar keduanya; cara entitas nirlaba
mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman,
dan faktor lain yang berpengaruh terhadap likuiditasnya; dan usaha jasa entitas nirlaba.

C. Laporan Keuangan Entitas Nirlaba Berdasarkan PSAK No. 45

Laporan keuangan entitas nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir
periode laporan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan,
dan catatan atas laporan keuangan (PSAK No. 45, Paragraf 9)
Laporan posisi keuangan mencakup entitas organisasi nirlaba secara keseluruhan
dan menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto (PSAK No. 45, Paragraf 11). Laporan
posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang
relevan, mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aset dan
liabilitas. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aset dan liabilitas
yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai
contoh entitas nirlaba biasanya melaporkan masing- masing unsur aset dalam kelompok
yang homogen, seperti: kas dan setara kas; piutang pasien, pelajar, anggota, dan
penerima jasa yang lain; persediaan; sewa, asuransi, dan jasa lain yang dibayar dimuka;
instrumen keuangan dan informasi jangka panjang; tanah, gedung, peralatan, serta aset
tetap lain yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. (PSAK No. 45, Paragraf
12).
Kas atau aset lain yang dibatasi penggunaannya oleh pemberi sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali disajikan terpisah dari kas atau aset lain yang
tidak terikat penggunaannya. Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masingmasing
kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang,

6 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas
laporan keuangan.
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai
pengaruh transaksi dari peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto;
hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; dan bagaimana penggunaan sumber daya
dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Laporan aktivitas mencakup entitas
nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu
periode. Perubahan aset neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau
ekuitas dalam posisi keuangan (PSAK No. 45, Paragraf 20). Laporan aktivitas mencakup
organisasi secara kese luruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama
suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva
bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Laporan arus kas menunjukkan arus uang kas masuk dan keluar untuk suatu
periode. Periode yang dimaksud adalah periode sama dengan yang digunakan oleh
laporan aktivitas. Penyajian arus kas masuk dan keluar harus digolongkan ke dalam tiga
kategori yaitu Aktivitas Operasi, dalam kelompok ini adalah penambahan dan
pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional
lembaga; Aktivitas Investasi, termasuk dalam perkiraan ini adalah semua penerimaan
dan pengeluaran uang kas yang terkait dengan investasi lembaga. Investasi dapat berupa
pembelian/penjualan aktiva tetap, penempatan/pencairan dana deposito atau investasi
lain. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah pembayaran
kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain,
termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri;
penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta asset tidak berwujud
dan asset jangka panjang lain; Aktivitas Pendanaan, termasuk dalam kelompok ini adalah
perkiraan yang terkait dengan transaksi berupa penciptaan atau pelunasan kewajiban
hutang lembaga dan kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga.
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode (PSAK No. 45, Paragraf 33).
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan-
laporan di atas. Tujuan pemberian catatan ini agar seluruh informasi keuangan yang
dianggap perlu untuk diketahui pembacanya sudah diungkapkan. Catatan atas laporan
keuangan dapat berupa perincian dari suatu perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva
tetap dan kebijakan akuntansi yang dilakukan, misalnya metode penyusutan serta tarif
yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan piutang yang tidak dapat
ditagih serta presentase yang digunakan untuk pencadangannya.

D. Yayasan

.........Menurut UU No. 28 tahun 2004, sebagai dasar hukum positif yayasan yang
berlaku sampai dengan saat ini, yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri

7 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha
untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Di sisi lain, yayasan merupakan
bagian dari perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum dengan pengertian/definisi yang
dinyatakan dalam Pasal 1 Butir 1 Undang-undang No. 28 tahun 2004 tentang Yayasan,
yaitu suatu badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dengan tidak
mempunyai anggota.
.Yayasan sulit dibedakan dengan lembaga lainnya yang berorientasi laba. Bentuk
hukum yayasan telah dijadikan payung untuk menyiasati berbagai aktivitas di luar
bidang sosial, keagamaan, kemanusiaan, kesehatan, serta pendidikan dan persoalan ini
telah mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak, terutama pihak perpajakan (Bastian,
2007). Menurut UU No.28 Tahun 2004, yayasan mempunyai fungsi sebagai pranata
hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa yayasan adalah suatu badan
hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang bersifat sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan
berdasarkan undang-undang.
. .Menurut Bastian (2010), karakteristik utama organisasi nirlaba seperti yayasan,
dapat dibedakan dengan organisasi bisnis. Perbedaannya terletak pada cara organisasi
memperoleh suinber daya awal yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasionalnya. Organisasi seperti yayasan umumnya memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut. Pada yayasan dimana tidak ada kepemilikan, organisasi
tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari
pendapatan atau jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah dan
kepastian aliran masuk kas menjadi ukuran yang penting bagi para pengguna laporan
keuangan organisasi tersebut, seperti kreditor dan pemasok dana lainnya. Organisasi
semacam ini memiliki karakteristik yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis pada
umumnya.
Menurut Bahari (2010), laporan keuangan yayasan memiliki karakteristik yaitu
sumber daya yayasan berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan juinlah sumber daya
yang diberikan; menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
kalau suatu yayasan menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pemah dibagikan kepada
para pendiri atau pemilik yayasan tersebut; tidak ada kepemilikan, dalam arti bahwa
kepemilikan tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya yayasan pada saat
likuidasi atau pembubaran.

E. Penelitian Terdahulu

8 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


Berdasarkan hasil penelitian oleh Kritinawati (2014) menunjukkan bahwa laporan
keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya setelah disesuaikan dengan PSAK No.45
terdapat ketidaksesuaian antara penerapan laporan keuangan yang disajikan oleh Wahana
Visi Indonesia Surabaya dengan laporan keuangan berdasarkan PSAK No.45. Wahana
Visi Indonesia Surabaya hanya membuat 2 laporan keuangan saja, yaitu: Laporan
Aktivitas Proyek, dan Daftar Aktiva tetap, disertai Penjelasan atas Varians Anggaran.
Disamping itu, ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam penyusunan laporan
keuangan yaitu, pengakuan terhadap biaya penyusutan untuk aktiva tetap. Penyusutan
harus diakui untuk setiap tahunnya yang akan mengurangi nilai buku dari tiap aktiva
tetap yang dimiliki oleh organisasi nirlaba. Pencatatan untuk penyusutan adalah beban
penyusutan pada akumulasi penyusutan. Dengan penggunaan ketiga jenis laporan
keuangan sesuai PSAK No. 45 maka laporan keuangan dapat lebih mudah dipahami,
relevan, andal, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Hasil penelitian lainnya oleh Novrina dan Pusung (2014) menunjukan bahwa
laporan keuangan yang ada di Panti Sosial belum sesuai dengan penyusunan laporan
keuangan berdasarkan format laporan keuangan nirlaba yang ada pada PSAK No. 45.
Laporan keuangan yang ada berupa laporan pengeluaran, laporan realisasi dan laporan
posisi kas menurut pemahaman mereka. Panti Sosial tidak menyajikan laporan posisi
keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Penyusunan laporan keuangan Panti Sosial sebaiknya berpedoman dan mengikuti
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan indonesia (IAI) yang tertuang
dalam PSAK No.45 agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan lebih jelas,
relevan dan memiliki daya banding yang tinggi.
Tambahin aja 3 penelitian terdahulu

9 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara
sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik
berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistem secara
faktual dan cermat (Soewadji, 2012: 26). Pendekatan kualitatif dipilih karena dalam
penelitian ini datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan
teknik statistik.
Jenis penelitian ini adalah berupa studi kasus yang memaparkan suatu objek
tertentu. Metode studi kasus merupakan strategi yang baik untuk penelitian kualitatif,
dimana sebagian besar data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancaran dan studi
kepustakaan. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Yayasan Kita Bisa.
Penelitian ini akan berfokus pada laporan keuangan tahun 2017 Yayasan Kita Bisa dan
kesesuaiannya dengan prinsip penyusunan laporan keuangan berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pengantar Keuangan Organisasi
Nirlaba.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada selama dua bulan, yaitu dari bulan Mei hingga
Juni 2018.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah CEO Yayasan Kita Bisa, yang merupakan
manajemen puncak dalam struktur organisasi yayasan tersebut.
Objek Penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2017 Unaudited Yayasan
Kita Bisa yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus
Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

D. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder
yang digunakan adalah data yang diperoleh melalui sumber-sumber lain. Data tersebut
berupa data gambaran umum dan profil Yayasan Kita Bisa yang diperoleh dari website
Kitabisa.com, serta data laporan keuangan Yayasan Kita Bisa tahun 2017 Unaudited.

E. Metode Pengumpulan Data


Peneliti menggunakan beberapa metode dalam menyusun penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap data yang meliputi gambaran umum
yayasan, visi dan misi, kegiatan/program yayasan, struktur organisasi, maupun data
mengenai laporan keuangan yayasan.

10 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


F. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memahami Pernyataan Standar akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 beserta literatur
yang berkaitan.
2. Mengamati dan mengumpulkan data laporan keuangan dan data terkait Organisasi
Non Profit (Yayasan Kita Bisa)
3. Memahami konsep pelaporan keuangan yang diterapkan oleh Organisasi Non Profit
(Yayasan Kita Bisa) serta mengidentifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan beserta
penyajiannya
4. Mengevaluasi kesesuaian pelaporan keuangan dan penerapan akuntansi dengan PSAK
Nomor 45 tentang Pengantar Keuangan Organisasi Nirlaba
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
terhadap rumusan masalah serta memberikan saran kepada Yayasan Kita Bisa.

11 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Yayasan Kita Bisa IV.1. Gambaran …..


A.1. Latar Belakang dan Sejarah Organisasi
Yayasan Kita Bisa didirikan oleh seseorang bernama Muhammad Alfatih Timur
pada tahun 2013, berawal dari sebuah platform startup bernama “Kitabisa.com” dengan
tujuan sebagai start-up yang mampu menghubungkan orang yang memiliki ide-ide sosial
dengan mereka yang ingin memberikan dukungan dana melalui platform crowdfunding
yang dijalankan secara online. Pada tahun tersebut, anak-anak muda di dunia sedang
bersemangat membangun start-up teknologi.
Yayasan Kita Bisa didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 28 Februari 2017
dari notaris Eka Astri Maerisa, SH., MH., M.Kn. Anggaran Dasar Yayasan telah diubah
dengan akta notaris No. 45 dari notaris Eka Astri Maerisa, SH., M.Kn tanggal 7 Maret
2017 sehubungan dengan perubahan Kedudukan, Pengurus Yayasan dan Alamat
Lengkap Yayasan. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dengan surat No. AHU-AH.01.06-0000792, tanggal 7 Maret 2017.
Anggaran Dasar Yayasan terakhir dengan akta notaris No. 01 dari notaris Wan
Sellya Wirda Harahap, SH tanggal 2 Mie 2017 sehubungan dengan perubahan Pengurus
Yayasan. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dengan surat No. AHU-AH.01.06-0004207, tanggal 2 Mei 2017.
Sejak tahun 2013, Yayasan menyediakan wadah dan teknologi dalam jaringan
bagi individu, komunitas, organisasi, maupun perusahaan untuk menggalang dana
dengan membuat halaman donasi online untuk beragam tujuan sosial, personal, kreatif
dan lainnya serta melakukan donasi kapan saja secara online ke campaign-campaign
Yayasan sesuai dengan kategori atau organisasi.
Website Kitabisa.com sendiri mulai diluncurkan pada 6 Juli 2013 di Jakarta. Pada
waktu itu, pertama kali masih dalam bentuk badan hukum yayasan. Kemudian di bulan
April tahun 2017 berganti badan hukum menjadi PT. Kitabisa Indonesia yang telah
terdaftar dengan Nomor. 002/10.2031.74.05.1002/-1.848/2017. Dalam perjalanan selama
3 tahun ini PT. Kitabisa Indonesia telah sukses mendanai 4.924 campaign (kegiatan
sosial), mengumpulkan donasi sebanyak Rp 105.793.967.637 dan menghubungkan
288.617 donatur dari seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu proyek sosial pertama KitaBisa adalah Save Master, sebuah gerakan
untuk menyelamatkan Sekolah Masjid Terminal Depok, Jawa Barat. Berlangsung sejak
pertengahan tahun hingga akhir 2013 proyek ini mampu mengumpulkan dana hingga
Rp137.091.557. Sampai dengan pertengahan Juli 2016, KitaBisa sudah memfasilitasi
1.806 kampanye sosial dan mengumpulkan dana hingga Rp127.103.290.060.
Kitabisa berada di bawah naungan Rumah Perubahan, sebuah gerakan dalam
bingkai bisnis sosial (social entreprenurship). Rumah Perubahan juga berperan sebagai
inkubator perusahaan rintisan (start-up incubator) bagi Kitabisa sehingga ia mendapatkan
fasilitas penasihat dan dukungan promosi dari Rumah Perubahan. Hal ini menjadikan

12 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


Kitabisa berbentuk organisasi nonprofit yang berfokus pada isu sosial. Kebanyakan dari
penyedia jasa urun dana menjalankan kegiatan operasional utamanya dengan dasar
modal (equity-based) dan hutang (debt-based). Akan tetapi, Kitabisa bergerak dalam
bingkai landasan donasi (donation-based) dan hadiah (reward-based). Berdasarkan
jumlah donasi yang terkumpul dan kampanye yang telah terdanai, Kitabisa merupakan
situs pencarian dana paling populer di Indonesia dibandingkan penyedia jasa urun dana
lainnya.

A.2. Alamat Lokasi Lokasi ga usah lengkap, digabung dengan A.1.


Yayasan Kita Bisa berlokasi di daerah Jakarta Selatan yang beralamatkan di Jalan
Ciputat Raya Nomor 27D, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.

A.3. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi kegiatan utamanya aja yang disampaikan
gabung dengan A.1
Yang menjadi Visi dan Misi Yayasan Kita Bisa adalah menjadi channel no. 1
bagi orang yang ingin berdonasi dan menggalang dana untuk kebaikan.
Sejak tahun 2013, Yayasan menyediakan wadah dan teknologi dalam jaringan
bagi individu, komunitas, organisasi, maupun perusahaan untuk:
 Menggalang dana dengan membuat halaman donasi online untuk beragam tujuan
sosial, personal, kreatif dan lainnya.
 Melakukan donasi kapan saja secara online ke campaign-campaign Yayasan
sesuai dengan kategori atau organisasi.

A.4. Prosedur Kerja pada Kitabisa.com (Website) Gambaran Operasional Yayasan?
Yayasan Kita Bisa melalui website Kitabisa.com, merupakan website untuk
berdonasi dan menggalang dana secara online. Siapa saja, mulai dari individu,
komunitas, yayasan hingga organisasi dapat memulai kampanye (campaign)
penggalangan dana di Kitabisa untuk berbagai kategori seperti bantuan medis, beasiswa
& pendidikan, membangun rumah ibadah, dan lain-lain.
Yayasan Kita Bisa ingin mengangkat value gotong royong melalui platform
online. Yayasan mempercayai bahwa Indonesia bisa melakukan apapun dengan gotong
royong. Selaras dengan ucapan Bung Hatta puluhan tahun lalu tentang sifat masyarakat
Indonesia yang guyub, komunal, kolektif dan gemar gotong royong.
Pengguna KitaBisa
Pengguna Kitabisa (khususnya Kitabisa.com), Dari sisi supply adalah
individu/komunitas/organisasi yang ingin menggalang donasi. Baik untuk bantuan
individu (bantuan medis, santunan, hadiah umrah, beasiswa,dan lain-lain), program
sosial komunitas hingga proyek mahasiswa. Mereka memasukkan proposal
penggalangan dananya via kitabisa. Setelah masuk, mereka mendapatkan link campaign
yang selanjutnya mereka sebarkan ke teman-teman. Kitabisa menjadi alat untuk
menggalang dana secara online.

13 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


Sedangkan pengguna Kitabisa dari sisi demand adalah donatur. Mereka bisa jadi
teman dari para penggalang dana yang mendapatkan informasi melalui social media, atau
bisa jadi juga orang umum yang ingin bersedekah/berdonasi langsung ke kampanye-
kampanye yang mereka sukai. Kitabisa menjadi alat untuk memudahkan siapapun
berdonasi untuk berbagai jenis kategori.
Kitabisa.com telah memfasilitasi lebih dari 5000 kampanye sosial mengumpulkan
lebih dari Rp. 150 Milyar donasi. Angka tersebut selalu terupdate secara real time di
halaman home Kitabisa.com.
Penggalangan Dana
Penggalangan dana yang paling sering ada di kitabisa.com adalah bantuan medis.
Beberapa contoh success story dari penggalangan dana medis diantaranya adalah
‘Alumni Universitas Telkom galang dana untuk pengobatan Ghaidan anak dari alumni
Telkom’, ‘Ayah dari Sarah seorang mahasiswi IPB galang dana untuk kesembuhan
anaknya’, ‘Ribuan netizen bantu Ardian yang terkena tumor di tanah rantau’, dan
sebagainya.
Cara penggalangan dana sangat mudah. Hal pertama yang dilakukan adalah
masuk ke halaman Kitabisa.com, lalu klik tombol “Galang Dana”, login ke akun
Kitabisa, dan mengisi formulir yang diminta. Setelah itu, halaman akan langsung live
dan pengguna bisa melakukan verifikasi.
Untuk setiap donasi yang terkumpul, Kitabisa mengenakan biaya administrasi
(5%) kecuali untuk zakat dan bencana alam yang diinisiasi oleh lembaga (0%). Sebagai
social enterprise Kitabisa menggunakan fee ini untuk menunjang biaya operasional.
Verifikasi Champaign
Untuk proses verifikasi champaign di KitaBisa adalah sebagai berikut :
 Setiap pengguna yang akan menggalang dana harus memberikan dokumen seperti
scan KTP, foto diri, no rekening, dan social media credential
 Jika penggalang dana akan mencairkan donasi yang terkumpul di kitabisa, mereka
harus memberikan update/laporan beserta bukti yang akan terkirim ke semua email
donatur

Bagan alur kerja Yayasan KitaBisa

14 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


B. Analisis Data Menurut saya, kalau kalian berinisiatif bikin sendiri laporan
keuangan berdasarkan informasi dari yayasan mending L/K diletakkan dibawah
setelah kalian bahas dulu informasi apa saja
Laporan Posisi Keuangan Yayasan Kita Bisa

Aset  
Aset Lancar  
Kas dan setara kas 7.218.478
Kas yang dibatasi 20.136.359.132
Piutang lain-lain 534.312.433
Uang Muka 3.411.744.416
Biaya dibayar dimuka 25.485.000
Jumlah Aset Lancar 24.115.119.459
Jumlah Aset 24.115.119.459
   
Liabilitas dan Aset Bersih  
Liabilitas Jangka Pendek  
Utang Usaha 791.722.026
Biaya yang masih harus dibayar 104.831.475
Deposit Dompet 15.864.596.945
Utang Pajak 2.848.186
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 16.763.998.632
   
Aset Bersih  
Dibatasi 10.998.275.377
Tidak Dibatasi (3.647.154.550)
Jumlah Aset Bersih 7.351.120.827
Jumlah Liabilitas dan Aset Bersih 24.115.119.459

Sumber : CALK & Diolah Penulis

Dari data laporan posisi keuangan tersebut dapat diperoleh data dan analisis
sebagai berikut :
 Aset yang dimiliki oleh Yayasan Kita Bisa hanya berupa Aset Lancar, tidak ada Aset
Tetap/Aset Tidak Lancar. Aset Tetap tidak tercantum di laporan posisi keuangan
serta tidak diketahui nilai bukunya.
 Pos Akun Kas dan setara kas terdiri dari kas, bank serta semua investasi yang jatuh
tempo pada atau kurang dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal penempatannya dan tidak

15 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


digunakan sebagai jaminan dan tidak dibatasi. Pos ini pada merupakan Kas dan
setara kas yang tujuan penggunaannya tidak ditentukan atau dibatasi oleh
program/kegiatan tertentu. Dalam hal ini, pos sebesar Rp 7.218.478 adalah
semuanya merupakan kas di bank saja.
 Pos Kas yang dibatasi adalah kas yang tujuan penggunaannya telah ditentukan dan
terbatas. Seluruh kas yang diterima oleh Yayasan, selain pendapatan bunga,
merupakan kas yang harus disalurkan ke program yang ditentukan oleh donatur
sejak awal. Dengan total sebesar Rp. 20.136.359.132, rinciannya adalah sebagai
berikut :

 Pos Piutang lain-lain merupakan penyaluran zakat dari donatur melalui PT


Bukalapak melalui rekening yayasan yang akan disalurkan kepada penerima zakat.
Per 31 Desember 2017 dana belum diterima di rekening yayasan. Dengan total
sebesar Rp. 534.312.433, rinciannya adalah sebagai berikut :

 Pos Uang Muka merupakan transfer atas pencairan dana campaign wallet deposit
yang menggunakan jasa scraping rekening otomatis Kitabisa.com yang akan di
transfer ke rekening campaigner oleh PT Fliptech Lentera IP. Dengan total sebesar
Rp. 3.411.744.416, rinciannya adalah sebagai berikut :

16 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


 Pos Biaya Dibayar di Muka merupakan pembayaran atas asuransi kesehatan polis
nomor GNH/00002379/HO untuk 11 (sebelas) orang karyawan yayasan untuk
periode asuransi 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2018.

 Pos Hutang Usaha merupakan tagihan atas invoice Platform fee dari PT Kita Bisa
Indonesia.

 Pos Biaya yang Masih Harus Dibayar merupakan beban akrual perusahaan, yaitu
akun beban yang telah terjadi tetapi belum dicatat dalam akun, karena saat pertama
muncul dicatat sebagai hutang dan seiring waktu berubah menjadi beban. Rincian
biaya yang masih harus dibayar oleh yayasan adalah sebagai berikut :

 Pos Deposit Dompet merupakan merupakan total Saldo dompet kebaikan. Per 31
Desember 2017 saldo tersebut terdiri atas 13.475 dompet akun pengguna, dengan
saldo terbesar senilai Rp1.263.303.669, saldo terkecil Rp1 dan saldo rata- rata
senilai Rp1.177.336. Per 31 Desember 2016 saldo tersebut terdiri atas 2.798 dompet
akun pengguna, dengan saldo terbesar senilai Rp1.873.129.827, saldo terkecil Rp1
dan saldo rata-rata senilai Rp2.592.434. Yayasan memasukkan pos ini sebagai
bagian dari kewajiban/liabilitas.

 Pos Utang Pajak merupakan kewajiban perpajakan yang masih harus dilakukan oleh
yayasan kepada negara. Menurut UU Nomor 36 tahun 2008, Yayasan adalah subjek
pajak. Yayasan menjadi wajib pajak jika menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek pajak. Namun, meskipun tidak menerima atau memperoleh
penghasilan yang merupakan objek pajak, Yayasan tetap menjadi wajib pajak jika
17 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa
memenuhi kriteria sebagai pemotong pajak. Dalam hal ini hutang pajak adalah
dalam kapasitas Yayasan Kita Bisa sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 23.

 Pos Aset Bersih. Yayasan melaporkan informasi mengenai posisi keuangan dan
kegiatan sesuai dengan dua klasifikasi aset bersih: tidak dibatasi dan dibatasi. Aset
bersih tidak dibatasi adalah aset yang tidak dibatasi penggunaannya oleh pendonor,
atau pembatasan yang dikenakan telah kedaluwarsa. Aset bersih dibatasi mencakup
semua dana yang ada pada Manajemen yang peruntukannya ditentukan atau
tujuannya dibatasi oleh donor atau pemberi yang tidak dapat diubah oleh
Manajemen. Detail mengenai aset bersih dijabarkan dalam laporan aktivitas Yayasan
Kita Bisa.

Laporan Aktivitas Yayasan Kita Bisa


  Dibatasi Tidak Dibatasi Jumlah
Pendapatan      
Penerimaan program 103.020.835.798 50.000.000 103.070.835.798
Penerimaan lainnya - 720.233.684 720.233.684
Jumlah Penerimaan 103.020.835.798 770.233.684 103.791.069.482
       
Beban      
Pengeluaran program 92.926.857.672 3.461.852.578 96.388.710.250
Beban administrasi dan
umum - 1.077.441.508 1.077.441.508
Jumlah Pengeluaran 92.926.857.672 4.539.294.086 97.466.151.758
       
Pendapatan lain-lain - 121.905.852 121.905.852
Perubahan aset bersih 10.093.978.126 (3.647.154.550) 6.446.823.576
Aset bersih, saldo awal 904.297.251 - 904.297.251
Aset bersih, saldo akhir 10.998.275.377 (3.647.154.550) 7.351.120.827
Sumber : CALK & diolah penulis

Dari data laporan aktivitas tersebut dapat diperoleh data dan analisis sebagai
berikut :
 Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat
dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi
umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis
dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak
pada perubahan aset bersih (neto) yang dikelola oleh organisasi nirlaba. Dari
laporan Yayasan Kita Bisa menunjukkan bahwa terdapat dua kategori berdasar

18 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


sifatnya yaitu dibatasi (syarat tertentu) dan tidak dibatasi (tanpa syarat). Secara total,
selama tahun 2017 terjadi perubahan arus kas bersih Rp.6.446.823.576 yang
dihasilkan dari selisih pendapatan dan beban tahun berjalan. Sehingga menyebabkan
aset bersih akhir 2017 sebesar Rp.7.351.120.827.

 Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.

Penerimaan dana diakui pada saat kas atau aset lain yang diterima sebesar nilai
wajarnya. Adapun detil penerimaan program sebagai berikut :

 Pendapatan Yang Dibatasi

 Pendapatan Yang Tidak Dibatasi


PT Paragon Technology & Innovation memberikan dukungan berupa dana
Rp50.000.000 yang dapat digunakan untuk memaksimalkan kampanye THR

19 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


kitabisa.com yang diberikan dalam bentuk gift card yang dapat digunakan
dalam aplikasi Kitabisa.com.

 Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat.

Penyaluran dana diakui pada saat terjadinya, disalurkan atau uang tunai sebesar nilai
tercatat aset non-kas. Berikut rincian dari pengeluaran program, sebagai berikut:

Rincian beban adminstrasi dan umum, sebagai berikut :


20 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa
 Pendapatan lain-lain
Penerimaan dana diakui pada saat kas atau aset lain yang diterima sebesar nilai
wajarnya.

 Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Jika ada
sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode
yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan sebagai sumbangan tidak
terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan
akuntansi.
 Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain diakui
sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.
 Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi aset bersih
sekiranya diperlukan. Klasifikasi ini bisa dilakukan menurut kelompok operasi atau
non-operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau
belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain yang sesuai
dengan aktivitas organisasi.

Laporan Arus Kas Kita Bisa

21 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


Arus Kas dari Aktivitas Operasi  
Penerimaan donasi 105.808.822.601
Penerimaan pengisian dompet 6.467.235.698
Penerimaan bunga bank 181.715.551
(101.385.529.257
Pencairan donasi )
Pengeluaran operasional (178.039.821)
Administrasi bank (59.809.699)
Kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi 10.834.395.073
   
Arus Kas dari Aktivitas Investasi  
Pembelian aset tetap -
Arus kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi -
   
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan -
Kenaikan bersih kas dan setara kas 10.834.395.073
Kas dan Setara kas pada Awal Tahun 9.309.182.536
Kas dan Setara kas dan Kas yang dibatasi pada Akhir
Tahun 20.143.577.609
Sumber : CALK & diolah penulis

Penyusunan Laporan Arus Kas Yayasan Kita Bisa menggunakan Metode


Langsung. Terjadi kenaikan arus kas yang cukup signifikan pada akhir tahun 2017
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu kenaikan sebesar Rp. 3.640.756.771 atau naik
sekitar 50% dibanding tahun lalu. Tidak ada arus kas yang terjadi dari aktivitas Investasi
maupun Pendanaan selama 2 tahun terakhir. Kenaikan arus kas dari kegiatan operasi
hanya terdiri dari penerimaan donasi (dari pihak luar). Begitu juga dengan penurunan
arus kas, hanya berupa pengeluaran yang bersifat operasional, administrasi bank serta
pencairan atas donasi untuk keperluan pelaksanaan program yayasan. Tidak ada
depresiasi, dikarenakan yayasan tidak mengidentifikasi aset tetap yang dimiliki.

Catatan Atas Laporan Keuangan


Yayasan Kita Bisa telah menyertakan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
dalam laporan keuangan tahun 2017. CALK tersebut terdiri dari 10 halaman dengan
rincian isi dengan urutan sebagai berikut :
 Data Umum Yayasan, berisi tentang dasar hukum pendirian yayasan, tujuan yayasan
serta daftar pengurus yayasan
 Ikhtisar Kebijakan Akuntansi Signifikan, berisi mengenai pernyataan kepatuhan
bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia dan telah memenuhi semua persyaratannya, serta dasar-dasar penyusunan
laporan keuangan serta mata uang yang digunakan
 Penjelasan tiap pos akun yang disajikan dalam laporan keuangan

22 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


 Tanggal penyesuaian penyusunan laporan keuangan, bahwa Pengelola Yayasan
bertanggung jawab atas persiapan dan pengungkapan laporan keuangan yang
berakhir pada 31 Desember 2017, yang diselesaikan pada 9 Maret 2018.

C. Pembahasan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka pembahasan dari data adalah
sebagai berikut :

C.1. Laporan Keuangan Entitas Nirlaba


Paragraf 09 PSAK 45 menguraikan bahwa Laporan keuangan entitas nirlaba
meliputi laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan, laporan aktivitas
serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan Keuangan Yayasan KitaBisa telah memenuhi unsur dalam standar tersebut, dan
secara keseluruhan telah cukup sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam paragraf
tersebut.
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai
aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur
tersebut pada waktu tertentu. Informasi yang telah disajikan dalam laporan posisi
keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor,
dan pihak-pihak lain untuk menilai

C.1.1. Laporan Posisi Keuangan


Tujuan Laporan Posisi Keuangan
PSAK 45 membahas mengenai laporan posisi keuangan melalui 9 paragraf yaitu
dari paragraf 10 hingga 18. Paragraf 10 dan 11 membahas mengenai tujuan laporan
posisi keuangan. Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi yang telah disajikan dalam laporan
posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor,
dan pihak-pihak lain untuk menilai baik kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan
jasa secara berkelanjutan; maupun likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk
memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal. Laporan Keuangan
Yayasan Kita Bisa secara garis besar telah mampu menyediakan informasi mengenai
aset, liabilitas serta aset neto, sehingga dapat membantu para penyumbang untuk menilai
kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan. Dengan
informasi yang telah disajikan, pengguna cukup mampu mengukur likuiditas dan
fleksibilitas keuangan dari Yayasan KitaBisa.
Paragraf 11 menyatakan bahwa laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba
secara keseluruhan dan menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto. Laporan posisi

23 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


keuangan telah mencakup entitas Yayasan KitaBisa secara keseluruhan dan menyajikan
total aset, liabilitas, dan aset neto sesuai dengan PSAK 45.
Klasifikasi Aset dan Liabilitas
Paragraf 12 menyatakan bahwa laporan posisi keuangan (neraca), termasuk
catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas,
eksibilitas keuangan, dan hubungan antara aset dan liabilitas. Informasi tersebut
umumnya disajikan dengan pengumpulan aset dan liabilitas yang memiliki karakteristik
serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. PSAK 45 menghendaki entitas
nirlaba untuk melaporkan masing-masing unsur aset dalam kelompok yang homogen,
seperti kas dan setara kas; piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain;
persediaan; sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka; instrumen keuangan
dan investasi jangka panjang; tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Hal lain juga adalah bahwa kas atau aset
lain yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang disajikan terpisah dari kas atau aset
lain yang tidak terikat penggunaannya.
Pada prakteknya, Yayasan KitaBisa belum melaporkan dalam laporan
keuangannya jumlah Aset Tetap baik berupa Tanah, Gedung, peralatan, serta aset tetap
lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa atau melakukan kegiatan
operasionalnya.
Paragraf 13 menyatakan bahwa informasi likuiditas diberikan dengan 3 cara yaitu
menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas, dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh
tempo; mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan liabilitas ke dalam
jangka pendek dan jangka panjang; dan mengungkapkan informasi mengenai likuiditas
aset atau saat jatuh temponya liabilitas, termasuk pembatasan penggunaan aset, pada
catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan Yayasan KitaBisa telah menyajikan aset berdasarkan
urutan likuiditas, dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh tempo, dan ketentuan mengenai
jatuh tempo telah diungkapkan di CALK. Misalnya disebutkan bahwa Kas dan setara kas
terdiri dari kas, bank serta semua investasi yang jatuh tempo pada atau kurang dari 3
(tiga) bulan sejak tanggal penempatannya dan tidak digunakan sebagai jaminan dan tidak
dibatasi.
Yayasan KitaBisa tidak memiliki Liabilitas Jangka Panjang, serta Yayasan tidak
mengungkapkan dalam Laporan Posisi Keuangan mengenai jumlah Aset Tetap yang
dimiliki maupun pencatatannya. Yayasan KitaBisa telah mengungkapkan Informasi
likuiditas tentang likuiditas aset maupun saat jatuh temponya liabilitas dalam CALK
Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat
Paragraf 14 menyatakan bahwa laporan posisi keuangan menyajikan jumlah
masing-masing kelompok aset neto berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh
penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
Penyajian Klasifikasi Aset Neto belum sesuai dengan kaidah dalam PSAK 45. PSAK 45
menyajikan aset neto berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu
3 kategori: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Sedangkan
pada laporan posisi keuangan Yayaan KitaBisa hanya membagi menjadi dua kategori
yaitu Dibatasi dan Tidak Dibatasi.

24 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


Paragraf 15 membahas informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan
permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam
laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas Yayasan KitaBisa
tidak membagi Pembatasan Aset Neto menjadi Permanen dan Temporer, serta tidak
terdapat informasi mengenai sifat dan jumlah pembatasan dalam Laporan Keuangan
maupun CALK.
Paragraf 16 menyatakan bahwa pembatasan permanen terhadap (1) aset, seperti
tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak
untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan
pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset
neto yang penggunaanya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah
atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment). Tidak terdapat informasi
mengenai sifat dan jumlah pembatasan dalam Laporan Keuangan maupun CALK
Yayasan KitaBisa. Entitas seharusnya memberikan penjelasan mengenai masalah
tersebut.
Paragraf 17 membahas pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa
aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan
selama periode tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aset tetap, dapat disajikan
sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi secara
temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh
penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau
keduanya. Tidak terdapat informasi mengenai sifat dan jumlah pembatasan dalam
Laporan Keuangan maupun CALK Yayasan KitaBisa. Sekali lagi, entitas seharusnya
memberikan penjelasan mengenai masalah tersebut.
Paragraf 18 yaitu aset neto tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa,
penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak terikat
dapat berasal dari sifat entitas nirlaba. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut
umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi mengenai Aset Neto
tidak terikat telah disajikan dalam CALK dan telah dijelaskan secara detail.

C.1.2. Laporan Aktivitas


Tujuan Laporan Aktivitas
Paragraf 19 dan 20 membahan mengenai tujuan laporan aktivitas. Tujuan utama
laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a) pengaruh transaksi dan
peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, (b) hubungan antar transaksi,
dan peristiwa lain, dan (c) bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama
dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditur dan pihak lainnya untuk (a) mengevaluasi
kinerja dalam suatu periode, (b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas
nirlaba dan memberikan jasa, dan (c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja

25 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


manajer. Secara keseluruhan, laporan aktivitas Yayasan KitaBisa telah memenuhi tujuan
utama pelaporan tersebut.
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan
perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset neto dalam laporan
aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam posisi keuangan. Laporan aktivitas
yang disajikan Yayasan KitaBisa telah memuat aktivitas yayasan secara keseluruhan
terutama dari kitabisa.com yang memiliki perode fiskal 1 Januari-31 Desember.
Perubahan Kelompok Aset Neto
Paragraf 21 menyatakan bahwa laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan
aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
Laporan aktivitas Yayasan KitaBisa dibuat disajikan berdasarkan aktiva bersih dibatasi
(restricted) dan tidak dibatasi (unrestricted)
Paragraf 22 membahas bahwa pendapatan dan keuntungan yang menambah
aktiva bersih, serta beban dan kerugian yang mengurangi aset neto diklasifikasikan
(sesuai dengan paragraf 24-25). Tidak ada keuntugan dan kerugian yang terjadi dan
dicatat / diklasifikasikan dalam laporan aktivitas Yayasan KitaBisa.
Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian
Paragraf 23 menyatakan bahwa laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai
penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh
penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
Dalam laporan aktivitas Yayasan KitaBisa, pendapatan dan beban disajikan sebagai
penambah dan pengurang aktiva bersih dan telah dikelompokkan berdasar aktiva bersih
yang dibatasi dan tidak dibatasi
Paragraf 24 mengatur mengenai penyajian sumbangan. Sumbangan disajikan
sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer,
bergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai
sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai
kebijakan akuntansi. Sumbangan pada laporan aktivitas Yayasan KitaBisa masuk dalam
kategori penerimaan program yang tak dibatasi yang berasal dari PT Paragon
Technology & Innovation, yangmemberikan dukungan berupa dana Rp50.000.000
Menurut Paragraf 25, laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian
yang diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau pengurang
aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Tidak ada keuntungan dan
kerugian atas investasi dan aktiva lain (kewajiban) yang dicatat dan diklasifikasikan oleh
Yayasan KitaBisa.
Klasifikasi tambahan diatur pada paragraf 26. Klasifikasi pendapatan, beban,
keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset neto tidak menutup peluang adanya
klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau
beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nirlaba dapat mengklasifikasikan
unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat dibelanjakan atau
tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak
berulang, atau dengan cara lain. Dalam pelaporan menurut Yayasan KitaBisa, tidak ada
klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas berdasar kelompok operasi atau non-

26 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum
direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain.
Paragraf 27 menyatakan laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan
beban secara bruto. Namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto
dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi,
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Tidak ada penjelasan mengenai
metode pencatatan atas pendapatan dan beban di CALK dari Yayasan KitaBisa.
Paragraf 28 membahas bahwa laporan aktivitas menyajikan jumlah neto
keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang
berada di luar pengendalian organisasi dan manajemen. Dalam hal ini misalnya adalah
keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi. Tidak
ada keuntungan dan kerugian atas transaksi insidental yang disajikan.
Informasi Pemberian Jasa
Menurut paragraf 29, laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus
menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Dalam laporan aktivitas
Yayasan KitaBisa, tidak ada detil penjelasan mengenai beban atas jasa utama yang
disajikan. Beban yang disajikan berupa layanan pendukung dan operasional dan
diklasifikasikan berdasar sifatnya yaitu beban yang tidak dibatasi.
Paragraf 30 mengatur mengenai anjuran untuk penyajian informasi tambahan.
Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu para penyumbang, kreditur,
dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan sumber daya. Disamping
penyajian klasifikasi beban secara fungsional, organisasi nirlaba dianjurkan untuk
menyajikan informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya,
berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga, penyusutan. Pada Yayasan KitaBisa, Beban
disajikan dalam satu kategori yaitu berupa layanan pendukung dan operasional sehingga
tidak ada informasi tambahan yang detil beban menurut sifatnya.
Menurut paragraf 31, program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk
menyediakan barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota
dalam rangka mencapai tujuan atau misi entitas nirlaba. Pemberian jasa tersebut
merupakan tujuan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui berbagai program utama.
Pada laporan aktivitas Yayasan KitaBisa, Penerimaan dan Pengeluaran program yang
disajikan sudah dirinci berdasar aktivitas utama organisasi yang dikelompokkan berdasar
kategori tujuan donasi.
Paragraf 32 menyatakan bahwa aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas
selain program pemberian jasa. umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas-
aktivitas manajemen dan umum, pencarian dana, dan pengembangan anggota. Aktivitas
manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan,
penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya, dan semua aktivitas
manajemen dan administrasi kecuali program pemberian jasa atau pencarian dana.
Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana; pengadaan
daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus pencarian dana; pembuatan dan
penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam
rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain. Aktivitas

27 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru dan pengumpulan iuran
anggota, hubungan dan aktivitas sejenis. Namun hal itu tidak terjadi di laporan aktivitas
Yayasan KitaBisa. Aktivitas pendukung seperti aktivitas manajemen dan umum,
pencarian dana, dan pengembangan anggota tidak disajikan dalam laporan aktivitas.

C.1.3. Laporan Arus Kas


Tujuan Laporan Arus Kas
Paragraf 33 menyatakan bahwa tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus
kas Yayasan KitaBisa menggunakan metode langsung telah sesuai dan dapat menyajikan
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas.
Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Menurut Paragraf 34, Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 (revisi 2009):
Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini: (a) Aktivitas pendanaan : (i) penerimaan
kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; (ii)
penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi
untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana
abadi; (iii) bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang, serta
(b) pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:
sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.
Laporan Arus Kas Yayasan Kita Bisa masih belum menunjukkan penerimaan kas
dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang pada aktivitas
pendanaan. Yayasan tidak mengkategorikan penerimaan donasi kas jangka panjang
dalam mekanisme pencatatan donasinya sehingga pada aktivitas pendanaan tidak ada
aktivitas (kosong).
Yayasan Kita Bisa belum mengkategorikan sumbangan dan/atau penghasilan
investasi untuk kategori yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan
dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi(ii). Di website KitaBisa, kami
menemukan ada champaign Dana Abadi Waqaf Quran, Dana Abadi Komunitas Pita
Merah, dan sejenisnya, seharusnya penerimaan sumbangan atas champaign tersebut atau
yang sejenisnya masuk dalam kategori ini.
Yayasan Kita Bisa tidak menyajikan informasi maupun keterangan dalam
Laporan Keuangan mengenai Bunga dan Dividen yang dibatasi penggunaannya untuk
jangka panjang.
Yayasan Kita Bisa tidak menyajikan informasi maupun keterangan dalam
Laporan Keuangan mengenai sumbangan berupa bangunan atau aset investasi. Bahkan
Yayasan Kita Bisa tidak melaporkan Aset Tetapnya.
Rincian atas pembahasan yang telah dijelaskan dapat disajikan dalam tabel
berikut ini :
No Standar PSAK Kesesuaian
1 Paragraf 09 (Laporan Keuangan Entitas Nirlaba) Sesuai
2 Paragraf 10 (Tujuan Laporan Posisi Keuangan) Sesuai

28 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


3 Paragraf 11 (Tujuan Laporan Posisi Keuangan) Sesuai
4 Paragraf 12 (Klasifikasi Aset dan Liabilitas) Belum Sesuai
5 Paragraf 13 (Klasifikasi Aset dan Liabilitas) Sesuai
6 Paragraf 14 (Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat) Belum Sesuai
7 Paragraf 15 (Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat) Belum Sesuai
8 Paragraf 16 (Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat) Belum Sesuai
9 Paragraf 17 (Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat) Belum Sesuai
10 Paragraf 18 (Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat) Sesuai
11 Paragraf 20 (Tujuan Laporan Aktivitas) Sesuai
12 Paragraf 21 (Perubahan Kelompok Aktiva Bersih) Belum Sesuai
13 Paragraf 22 (Perubahan Kelompok Aktiva Bersih) Sesuai
Paragraf 23 (Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan
Sesuai
14 Kerugian)
15 Paragraf 24 (Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan
Sesuai
Kerugian)
Paragraf 25 (Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan
Sesuai
16 Kerugian)
17 Paragraf 26 (Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan
Belum Sesuai
Kerugian)
18 Paragraf 27 (Informasi Pendapatan dan Beban) -
19 Paragraf 28 (Informasi Pendapatan dan Beban) Sesuai
20 Paragraf 29 (Informasi Pemberian Jasa) Belum Sesuai
21 Paragraf 30 (Informasi Pemberian Jasa) Belum Sesuai
22 Paragraf 31 (Informasi Pemberian Jasa) Sesuai
23 Paragraf 32 (Informasi Pemberian Jasa) Belum Sesuai
Sumber : diolah oleh penulis
C.2. Evaluasi atas Ketidaksesuaian
Setelah membahas kesesuaian Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas serta
Laporan Arus Kas dengan ketentuan yang ada di PSAK 45, ditemukan beberapa
kelemahan dan ketidaksesuaian dengan prinsip yang berlaku. Ketidaksesuaian yang telah
dirangkum dalam tabel kemudian ditelaah agar solusi atas ketidaksesuaian tersebut dapat
ditemukan.

C.2.1. Laporan Posisi Keuangan


Pada Laporan Posisi Keuangan, masih terdapat poin-poin krusial yang
menyebabkan penyajian laporan tersebut masih belum sesuai dengan standar PSAK 45.
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus, diantaranya :
Pertama, entitas Yayasan seharusnya melaporkan dalam laporan keuangannya
jumlah Aset Tetap baik berupa Tanah, Gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa atau melakukan kegiatan operasionalnya.
Apabila memang tidak memiliki Aset Tetap (kurang rasional), maka Entitas bisa
mengungkapkannya atau memberi keterangan pada Catatan Atas Laporan Keuangan agar
tidak terjadi mispersepsi dan misinterprestasi.
Kedua, entitas belum menyajikan data mengenai Liabilitas Jangka Panjang yang
dimiliki maupun menjelaskannya pada CALK. Sebaiknya Entitas mengungkapkan

29 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


bahwa liabilitas yang dimiliki hanya liabilitas jangka pendek sehingga pembaca laporan
keuangan tidak bias dalam membaca laporan keuangan.
Yang ketiga adalah penyajian Klasifikasi Aset Neto belum sesuai dengan kaidah
dalam PSAK 45. PSAK 45 menyajikan aset neto berdasarkan ada atau tidaknya
pembatasan oleh penyumbang, yaitu 3 kategori: terikat secara permanen, terikat secara
temporer, dan tidak terikat. Sedangkan pada Laporan Posisi Keuangan Entitas hanya
membagi menjadi dua kategori yaitu Dibatasi dan Tidak Dibatasi. Untuk kedepannya
diharapkan penyajian Aset Neto disamakan dengan standar PSAK 45.
Keempat, entitas tidak membagi Pembatasan Aset Neto menjadi Permanen dan
Temporer, serta tidak terdapat informasi mengenai sifat dan jumlah pembatasan dalam
Laporan Keuangan maupun CALK. Hal ini sebaiknya diperhatikan agar laporan
keuangan lebih mudah dipahami.

C.2.2. Laporan Aktivitas Keuangan

Pada laporan aktivitas, secara garis besar sudah menyajikan laporan yang sesuai
dengan standar PSAK 45, namun demikian ada beberapa hal yang menjadi perhatian dan
perlu disempurnakan untuk tahun yang akan datang, sebagai berikut:
Laporan aktivitas yang dibuat perlu lebih spesifik terkait pengklasifikasian
jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat
dalam suatu periode. Karena saat ini hanya disajikan berdasar kategori yang dibatasi dan
tidak dibatasi saja.
Tidak ada klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas berdasar kelompok
operasi atau non-operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah
direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain
Beban yang disajikan tidak berdasar klasifikasi fungsional, tidak ada detil
penjelasan mengenai beban atas jasa utama yang disajikan. Beban yang disajikan berupa
layanan pendukung dan operasional dan diklasifikasikan berdasar sifatnya yaitu beban
yang tidak dibatasi. Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu para
penyumbang, kreditur, dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan
sumber daya.
Beban yang disajikan tidak memuat informasi tambahan mengenai beban
menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga, penyusutan.
Laporan yang disajikan hanya memuat detil aktivitas utama namun belum
menyajikan detil aktivitas pendukung. seperti aktivitas manajemen dan umum, pencarian
dana, dan pengembangan anggota.

C.2.3. Laporan Arus Kas


Pada Laporan Arus Kas, Entitas telah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode tersebut dengan cukup tepat, dengan
menggunakan metode langsung. Terdapat beberapa masukan antara lain sebagai berikut :
Laporan Arus Kas Yayasan Kita Bisa seharusnya bisa menunjukkan penerimaan
kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang pada aktivitas

30 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


pendanaan. Yayasan seharusnya mengkategorikan penerimaan donasi kas jangka panjang
dalam mekanisme pencatatan donasinya.
Yayasan Kita Bisa seharusnya mengkategorikan sumbangan dan/atau penghasilan
investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi. Di website KitaBisa, terdapat
champaign Dana Abadi Waqaf Quran, Dana Abadi Komunitas Pita Merah, dan
sejenisnya, yang masuk dalam kategori ini.
Yayasan Kita Bisa sebaiknya menyajikan informasi maupun keterangan dalam
Laporan Keuangan mengenai Bunga dan Dividen yang dibatasi penggunaannya untuk
jangka panjang, serta mengklarifikasi bila memang tidak ada transaksi tersebut.
Yayasan Kita Bisa sebaiknya menyajikan informasi maupun keterangan dalam
Laporan Keuangan mengenai sumbangan berupa bangunan atau aset investasi. Hal ini
juga terkendala karena Yayasan Kita Bisa tidak melaporkan Aset Tetapnya.

31 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil identifikasi dan pembahasan atas laporan keuangan Yayasan
Kita Bisa tahun 2017 Audited dan menganalisis kesesuaian dengan PSAK 45, diperoleh
beberapa kesimpulan. Secara keseluruhan, Laporan Keuangan Yayasan KitaBisa yang
terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas dan Laporan Aktivitas tahun
2017 telah sesuai dengan dengan ketentuan yang tercantum pada PSAK No.45. Ada
beberapa hal yang belum diungkapkan maupun belum sesuai dengan beberapa paragraf
pernyataan di PSAK 45.
Item Laporan Keuangan Yayasan Kita Bisa tahun 2017 Audited adalah sesuai
dengan standar PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba yaitu terdiri dari
Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan.
Ketidaksesuaian yang cukup material adalah terutama penyajian Aset Tetap dan
Klasifikasi Aset Neto dalam Laporan Posisi Keuangan serta penyajian Perubahan Aktiva
Bersih dalam Laporan Aktivitas.
Pengungkapan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Yayasan Kita Bisa masih
belum menyajikan informasi secara detail atas pos dan akun yang disajikan dalam
Laporan Keuangan.

B. Keterbatasan
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah lebih banyak menggunakan
metode studi kepustakaan dengan menggunakan data sekunder. Kami tidak
menggunakan menggunakan metode data primer yaitu wawancara dan observasi
dikarenakan keterbatasan waktu dan kendala administrasi penelitian. Hal ini
mengakibatkan hasil penelitian kami yang kurang spesifik. Kami berharap untuk
penelitian ke depannya dapat menggunaka metode pengumpulan data primer agar
menghasilkan informasi yang lebih spesifik dan detail mengenai aktivitas akuntansi dan
penyajian laporan keuangan yayasan.

C. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan, maka saran yang dapat kami
berikan adalah sebagai berikut :
1. Yayasan Kita Bisa sebaiknya menyajikan Laporan Keuangan dengan mengacu
sepenuhnya pada standar PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba,
serta memperbaiki kekurangan yang ada pada Laporan Keuangan tahun 2017 yaitu
diantaranya dengan menyajikan Aset Tetap, mengklasifikasikan Aset Neto dan
Perubahan Aktiva Bersih sesuai PSAK 45.
2. Yayasan Kita Bisa sebaiknya mengungkapkan informasi mengenai detail laporan
keuangan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan secara jelas dan menyeluruh atas
pos dan akun yang disajikan dalam Laporan Keuangan.

31 – Studi Kasus Yayasan Kita Bisa


DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang. 2008. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta

Bahari, A. 2010. Prosedur Pendirian Yayasan. Pustaka Yustisia. Yogyakarta

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Erlangga. Jakarta

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


Nomor.45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. IAI. Jakarta

Halim, Abdul dan Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran hingga
Laporan Keuangan, Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Salemba Empat. Jakarta

Kristinawati, Yunita, 2014, ‘Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba (Studi Kasus Pada
Wahana Visi Indonesia Surabaya)’, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, vol. 3 no. 1.

Kristy, Barbara Amelia. 2017. Penyusunan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Berdasarkan PSAK NO.45 (Studi
Kasus: Yayasan Bina Bhakti). Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

Mahsun, M, Sulistyowati, F, dan Purwanugraha,H,.A.. 2007. Akuntansi Sektor Publik. BPFE.


Yogyakarta

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta

Pontoh, Chenly Ribka S, 2013, ‘Penerapan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


Berdasarkan PSAK No.45 Pada Gereja BZL’, Jurnal EMBA (ISSN 2303-1174), vol.1,
no.3, hh. 129-139.

Renyowijoyo, Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non laba. Mitra Wacana
Media. Jakarta

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jilid 1. Mitra Wacana Media.
Jakarta

Tinungki1, Angelia & Rudy J. Pusung, 2014, ‘Penerapan Laporan Keuangan Organisasi
Nirlaba Berdasarkan PSAK No.45 pada Panti Sosial Tresna Werdha Hana’, Jurnal
EMBA (ISSN 2303-1174), vol.2, no.2, hh. 809-819.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Widodo, H dan T. Kustiawan. 2001. Akuntansi Manajemen Keuangan Untuk Organisasi
Pengelola Zakat. Institute Manajemen Zakat. Jakarta.

Yayasan Kita Bisa. Laporan Keuangan Yayasan Kita Bisa Tahun 2016 (unaudited) & Tahun
2017. Jakarta
Bagaimana cara kitabisa.com merubah mindset masyarakat untuk menggunakan kitabisa.com
sebagai platform galang dana. https://www.dictio.id/t/bagaimana-cara-kitabisa-com-
merubah-mindset-masyarakat-untuk-menggunakan-kitabisa-com-sebagai-platform-
galang-dana/15375/2 (diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 20:15)
Dasar Hukum Pendirian Organisasi di Bidang Sosial.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1479/dasar-hukum-pendirian-organisasi-di-
bidang-sosial (diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 19:42)
Ikatan Akuntan Indonesia 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan
Entitas Nirlaba. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-45-revisi-2011
Pelaporan-Keuangan Entitas- Nirlaba.pdf. (diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 19:52)

Kinerja Pengelolaan Keuangan Organisasi Nirlaba. http://keuanganlsm.com/kinerja-


pengelolaan-keuangan-organisasi-nirlaba/ (diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul
19:30)
Review: Menggalang Dana Online Menggunakan Website Kitabisa.com.
http://rimanews.com/advert/read/20151224/58/Review-Menggalang-Dana-Online-
Menggunakan-Website-Kitabisa-com/ (diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 19:35)
Rumah Perubahan. http://www.rumahperubahan.co.id/kitabisa/ (diakses pada tanggal 25 Mei
2018 pukul 20:03)
Yayasan Kita Bisa. https://kitabisa.com/orang-baik/79183 (diakses pada tanggal 25 Mei 2018
pukul 19:48)

Anda mungkin juga menyukai