Anda di halaman 1dari 8

BAB II

STANDAR AKUNTANSI DAN


STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini maka mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan agar mampu:
1. Menjelaskan dan membedakan jenis-jenis Standar Akuntansi Keuangan
2. Menjelaskan isi pokok standar audit yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntansi
Publik

Pada Bab I telah disajikan pengertian pengauditan adalah proses sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan
kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Auditor bertugas untuk menentukan kepatuhan antara laporan
keuangan dengan kriteria yang digunakan, oleh karena itu auditor perlu mengetahui standar
akuntansi yang diigunakan oleh klien.

Dalam melakukan audit, auditor harus berpegang pada standar audit yang disebut Standar
Profesional Akuntan Publik. Standar ini diterbitkan oleh Institute Akuntan Publik Indonesia.

Bab ini membahas hal-hal pokok tentang dua standar yang perlu diketahui oleh mahasiswa
sebagai calon auditor yaitu Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Profesional Akuntan
Publik. Materi bab ini bersifat pengantar karena hanya memberikan informasi sekilas tentang
dua standar tersebut.

2.1 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


Standar Akuntansi Keuangan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas.
Jenis SAK yang telah diterbitkan meliputi 1) SAK umum/IFRS, 2) SAK ETAP, 3) SAK EMKM,
dan 3) SAK Syariah.
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Umum/IFRS
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). PSAK merupakan SAK yang diberi judul, nomor dan
tanggal efektif. ISAK adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAK.

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 1


Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia yang berlaku hingga saat ini telah
konvergen dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) oleh karena itu SAK ini
disebut juga sebagai SAK IFRS.
SAK IFRS digunakan oleh perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan Menurut
IAI (2009), entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan yaitu entitas yang terdaftar atau
sedang mengajukan pendaftaran di pasar modal dan entitas fidusia yaitu entitas yang
menguasai aset sekelompok besar masyarakat antara lain berupa entitas yang
menggumpulkan dana dari masyarakat.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan PSAK dan ISAK yang
merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti PSAK 28 dan PSAK 38, PSAK 45, ISAK 25
dan ISAK 31.

2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
SAK ETAP merupakan standar akuntansi yang digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP) yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal yaitu pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit
Entitas tanpa akuntabilitas signifikan adalah entitas yang tidak memenuhi syarat sebagai
entitas akuntabilitas publik signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang dapat menggunakan SAK ETAP adalah perusahaan yang tidak terdaftar di pasar modal,
bukan lembaga bank, bukan perusahaan asuransi, bukan perusahaan pialang atau pedagang
efek, bukan perusahaan investasi, dan bukan perusahaan reksa dana.
Namun demikian, suatu entitas yang memenuhi kriteria sebagai entitas akuntabilitas publik
signifikan dapat menggunakan SAK ETAP apabila diijinkan oleh regulator yang berwenang
menerbitkan aturan pada industri tertentu. Misalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
meskipun memenuhi syarat sebagai entitas fidusia tetapi sesuai Pedoman Akuntansi BPR
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, diperbolehkan menggunakan SAK ETAP.
DSAK IAI telah menerbitkan SAK ETAP sebagai sebuah SAK yang berdiri sendiri tidak seperti
SAK Umum/IRS yang standarnya berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang terpisah-pisah.

3. SAK Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM).


SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan
menengah. SAK ini digunakan dalam rangka penyusunan laporan keuangan oleh entitas yang
tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP atau
entitas tersebut telah memenuhi syarat untuk dapat menggunakan SAK ETAP namun belum
mampu menerapkan SAK ETAP.

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 2


Jenis usaha apa saja yang termasuk dalam entitas EMKM dapat mengacu pada Undang-
Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut undang-
undang tersebut definisi suatu usaha merupakan usaha mikro, kecil atau menengah adalah
sebagai berikut:
a. Usaha Mikro. Merupakan usaha dengan kriteria 1) usaha produktif milik orang
perorangan dan atau badan usaha perorangan, 2) memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50.000.000,00 - lima puluh juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau memperoleh hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00.
b. Usaha Kecil. Merupakan usaha dengan kriteria 1) usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, 2)
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 - Rp 500.000.000,00, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 300.000.000,00 - Rp 2.500.000.000,00
c. Usaha Menengah. Merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar, 2) memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 - Rp. 10.000.000.000,00, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memperoleh hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp 2.500.000.000,00 -50.000.000.000,00
DSAK IAI telah menerbitkan SAK EMKM sebagai sebuah SAK yang berdiri sendiri tidak
seperti SAK Umum/IRS yang standarnya berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang terpisah-pisah.

4. Standar Akuntansi Syariah (SAS)


Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Syariah yang ditujukan untuk entitas yang melakukan transaksi secara syariah baik entitas
lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Misalnya bank syariah, bank perkreditan
rakyat syariah, koperasi syariah dan lembaga lainnya yang menggunakan prinsip syariah.
Pengembangan SAS dilakukan dengan mengikuti model SAK umum namun berbasis syariah
dengan mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). SAS ini terdiri dari PSAK 100
sampai dengan PSAK 106 yang mencakup kerangka konseptual; penyajian laporan keuangan
syariah; akuntansi murabahah; musyarakah; mudharabah; salam; istishna.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diuraikan karakteristik masing-masing standar


akuntansi ditinjau pengguna standar dan penyajian SAK

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 3


Keterangan SAK IFRS SAK ETAP SAK EMKM SAK Syariah

Pengguna Entitas yang Entitas yang tidak Entitas ETAP yang Entitas yang
memiliki memiliki belum mampu beroperasi
akuntabilitas akuntabilitas menyajikan laporan atas dasar
publik signifikan publik signifikan keuangan sesuai prinsip syariah
ETAP

Penyajian Terpisah pisah SAK berdiri SAK berdiri sendiri Terpisah pisah
SAK dalam bentuk sendiri dalam bentuk
PSAK PSAK Syariah

Di samping Standar Akuntansi Keuangan, penyusun laporan keungan juga dapat mengacu
pada tingkat dua landasan operasional antara lain Bulettin Teknis, Peraturan Pemerintah
untuk industri dan Pedoman atau praktik industri tertentu yang sifatnya melengkapi atau
memberikan penjelasan atas standar akuntansi keuangan.
Buletin Teknis. Standar hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok, hal-hal yang bersifat
teknis biasanya diserahkan kepada praktisi untuk menentukan sendiri berdasarkan
pertimbangan profesionalnya. Buletin teknis ini dapat berisi petunjuk teknis yang diberikan
atau untuk tujuan memberi contoh pelaksanaan teknis yang dianggap bermanfaat oleh
penyusun standar atau badan otoritas lainnya yang beranggotakan ahli akuntansi untuk tujuan
menjawab pertanyaan dari praktisi.
Peraturan Pemerintah untuk Industri. Banyak peraturan pemerintah yang mempengaruhi
atau bahkan harus dijalankan dalam kaitannya dengan penyusunan laporan keuangan atau
penyampaian informasi suatu industri atau lembaga tertentu.
Contoh: Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Peraturan ini mengatur prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah yaitu pemerintah pusat dan
pemerintah daerah baik pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Pedoman atau Praktik Industri. Untuk industri-industri tertentu SAK akan dijelaskan secara
lebih lebih rinci dan lebih teknis dalam bentuk pedoman teknis oleh regulator industri tersebut.
Contoh: untuk standar akuntansi perbankan, maka Bank Indonesia akan memberikan
pedoman teknis SAK perbankan ke dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI),
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) untuk bank syariah, dan Pedoman
Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat untuk entitas bank perkreditan rakyat.

2.2 STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar
teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia.

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 4


SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI).
Menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) merupakan acuan yang menjadi ukuran mutu dan wajib dipatuhi oleh
akuntan publik dalam memberikan jasanya. Pada bab satu telah disebutkan bahwa akuntan
publik memberikan jasa-jasa berupa jasa audit, reviuv, jasa asurans lainnya dan jasa non
asurans. Untuk setiap pelaksanaan jasa tersebut, auditor harus mengacu pada standar yang
terdapat dalam SPAP.
SPAP disusun dengan mengadopsi Handbook of International Quality Control, Auditing,
Review, Other Assurance, and Related Services Pronouncements yang diterbitkan oleh
International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) – International Federation of
Accountants (IAPI, 2020).
Standar-standar yang terdapat dalam SPAP terdiri dari:
1. Standar Audit (SA)
2. Standar Perikatan Reviu (SPR)
3. Standar Perikatan Asurans Lain (SPA)
4. Standar Jasa Terkait (SJT)
Struktur SPAP dapat digambarkan sebagai berikut:

Kode Etik Profesi Akuntan


Publik

Standar Pengendalian Mutu

Kerangka Perikatan Asurans

Standar Perikatan Standar Perikatan Standar Jasa


Standar Audit (SA)
Reviuv (SPR) Asurans Lain (SPA) Terkait

Melalui gambar tersebut terlihat bahwa dalam melakukan audit, auditor terikat pada kode etik
profesi akuntan publik, standar pengendalian mutu dan standar-standar dalam rangka
perikatan asurans maupun non asurans.

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 5


2.2.1 Standar Audit (SA)
Standar Audit (SA) merupakan standar atau ukuran mutu bagi auditor dalam melaksanakan
audit atas laporan keuangan. Isi setiap standar audit memuat lima komponen penting dalam
rangka pelaksanaan audit yaitu:
1. Pendahuluan. Bagian pendahuluan berisi ruang lingkup pengaturan yang tertuang dalam
Standar Audit (SA), hubungan suatu SA dengan SA lainnya, subyek yang dibahas dalam
SA, hal-hal spesifik yang diharapkan dari auditor dan konteks penempatan SA
Contoh: Standar Audit (SA) 200 merupakan Standar Audit yang memiliki lingkup
pengaturan tanggungjawab auditor independen ketika melaksanakan audit atas laporan
keuangan berdasarkan SA.
2. Tujuan. Bagian ini berisi sesuatu yang akan dicapai melalui pelaksanaan serangkaian
prosedur audit. Tujuan mencerminkan hasil dari kepatuhan auditor terhadap ketentuan-
ketentuan SA.
Contoh: dalam SA 200.11, tujuan yang tertuang dalam SA tersebut terlihat melalui kalimat
“Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
adalah....”
3. Definisi. Merupakan deskripsi atas makna yang melekat pada istilah-istilah tertentu demi
tujuan SA.
Contoh: dalam SA 200.13 (b), terdapat definisi tentang bukti audit dalam kalimat “Bukti
Audit: informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang
mendasari opini auditor.”
4. Ketentuan. Bagian ketentuan berisi serangkaian prosedur yang harus dilakukan oleh
auditor. Ketentuan berisi ketentuan-ketentuan spesifik bagi auditor. Setiap ketentuan
mengandung kata “harus”.
Contoh: dalam SA 200.17 mengandung ketentuan sebagaimana kalimat “Untuk
memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memperoleh bukti auidt yang cukup dan
tepat untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, dan oleh
karena itu, memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini
auditorl”
5. Materi Penjelasan. Bagian ini berisi penjelasan atas ketentuan yang terdapat dalam
bagian ketentuan. Bagian ini memberikan penjelasan dan contoh penerapan yang
berfungsi untuk memberikan penjelasan atas ketentuan-ketentuan dalam SA serta
panduan untuk melakukan ketentuan-ketentuan tersebut.

Pada setiap standar struktur penyajian sebagai berikut: logo IAPI, nomor standar, judul
standar, susunan dewan standar, daftar isi, pendahuluan, tujuan, definsi, ketentuan, materi
penjelasan dan lampiran jika ada.
Area Standar Audit (SA) dan nomor- nomor Standar Audit (SA) yang telah diterbitkan adalah
sebagai berikut:

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 6


Area SA Nomor SA

Prinsip Umum dan SA 200, SA 210, SA 220, SA 230, SA 240, SA 250, SA 260,
Tanggungjawab SA 265

Penilaian Risiko dan Risiko SA 300, SA 315, SA 320, SA 330, SA 402, SA 450
yang dinilai

Bukti Audit SA 500, SA 501, SA 502, SA 510, SA 520, SA 530, SA 550,


SA 560, SA 570, SA 580

Penggunaan pekerjaan hasil SA 600, SA 610, SA 620


pihak lain

Kesimpulan Audit dan SA 700, SA 705, SA 06, SA 710, SA 720


Pelaporan

Area Khusus SA 800, SA 805, SA 810

Rangkuman
Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jenis-jenis SAK
yang berlaku adalah SAK IFRS, SAK ETAP, SAK EMKM dan SAK Syariah. Masing-masing
SAK tersebut berbeda ditinjau dari Dalam melaksanakan tugasnya, auditor bekerja
berdasarkan Standar Auditing yang terdapat dalam SPAP. Standar Audit memuat
pendahuluan, tujuan, definisi, ketentuan dan materi penjelasan.

Soal Essai
1. Jelaskan perbedaan antara SAK dengan PSAK
2. Jelaskan fungsi ISAK
3. Mengapa lembaga perbankan harus menggunakan SAK Umum/IFRS/ Jelaskan
4. Jelaskan fungsi Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)
5. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara SAK ETAP dengan SAK EMKM
6. Sebutkan standar-standar yang terdapat dalam SPAP
7. Sebutkan komponen-komponen Standar Audit (SA)

Soal Pilihan Ganda


1. Standar akuntansi keuangan berfungsi sebagai:
A. Acuan bagi auditor dalam menyusun laporan keuangan
B. Acuan bagi perusahaan dalam menilai laporan auditor
C. Acuan bagi perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
D. Acuan bagi penyusun standar akuntansi
2. Bagi perusahaan yang terdaftar di pasar modal, standar akuntansi yang digunakan
adalah:

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 7


A. SAK ETAP
B. SAK IFRS
C. SAK EMKM
D. SAK yang ditunjuk oleh pasar modal
3. SAK ETAP dapat digunakan oleh entitas berikut ini, KECUALI:
A. Tidak memiliki akuntabilitas publik secara signifikan
B. Memiliki fungsi sebagai entitas fidusia
C. Bukan lembaga perbankan
D. Bukan perusahaan asuransi
4. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia diterbitkan oleh:
A. IAI
B. IAPI
C. Bank Indonesia
D. Bank yang bersangkutan
5. SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas berikut ini, KECUALI:
A. Usaha mikro dan menengah
B. Usaha kecil
C. Entitas tanpa akuntabilitas publik namun belum mampu menerapkan SAK ETAP
D. Bank Perkreditan Rakyat
6. Pilihlah makna yang tepat tentang Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
A. merupakan acuan bagi perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan
B. merupakan standar yang berlaku perusahaan dalam menyajikan laporan auditor
C. merupakan acuan wajib dipatuhi oleh akuntan publik ketika melaksanakan audit
D. merupakan acuan auditor dalam menerbitkan laporan keuangan
7. Berikut ini komponen yang terdapat dalam SA kecuali:
A. Ketentuan
B. Materi penjelas
C. Definisi
D. Peraturan
8. Pada standar audit (SA), serangkaian prosedur yang harus dilakukan oleh auditor
tercantum pada bagian:
A. Ketentuan
B. Materi penjelas
C. Definisi
D. Peraturan

Soal Mandiri
Mahasiswa mengunduh masing-masing satu buah Standar Akuntansi dan Standar Profesional
Akuntan Publik, kemudian mengidentifikasi isi masing-masing standar.

Bab II – Prinsip Akuntansi Berlaku di Indonesia dan SPAP 8

Anda mungkin juga menyukai